e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN TEKNIK PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN I Kadek Suartana1, Kadek Suranata2, Made Sulastri3 1
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2,3Jurusan BK , FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kuantum berbantuan Teknik Peta Konsep dengan siswa yang menggunakan model konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di Sekolah Dasar gugus XV Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD yang berjumlah 270 orang. Sampel penelitian diuji dengan menggunakan uji kesetaraan ANAVA A diperoleh yaitu siswa kelas V SD No. 3 Anturan yang berjumlah 30 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 4 Kalibukbuk yang berjumlah 30 orang sebagai kelompok kontrol Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional (thitung > ttabel, thitung = 4,5 dan ttabel = 2,000). Kata kunci: model pembelajaran kuantum,peta konsep dan hasil belajar Abstract This study aimed to determine differences in civic learning outcomes between students who learned with quantum learning model with the concept map technique aided by students using the conventional model of fifth grade students in academic year 2013/2014 in cluster XV Elementary School District of Buleleng . This research is a quasi-experimental study . The studyb population was all students in fifth grade elementary school, amounting to 270 people . Samples were tested by using ANOVA test of equality of A obtained by the fifth grade students of SD No. 3 Anturan which totaled 30 people as the experimental group and fifth grade students of SD Negeri 4 Kalibukbuk which amounted to 30 people as a control group learning outcomes data collected using essay objective . The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics , namely t-test . The results of this study indicate that there are differences in civic learning outcomes significantly between groups of students who take accelerated learning model learning with a group of students who take lessons with the conventional model (tcount>ttable, of tcount= 4,5 and ttable=2.000). Keywords : Quantum learning model,the concept map technique and learning outcomes
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran (Sanjaya, 2010). Pendidikan memiliki fungsi sebagai peningkatan sumber daya manusia dan memiliki korelasi yang positif terhadap kesejahteraan. Dalam upaya untuk lebih mewujudkan fungsi pendidikan tersebut, maka perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif peserta didik seiring dengan berkembangnya suasana, kebiasaan dan strategi belajar mengajar. Dalam hal ini, Pendidikan kewarganegaraan berpotensi untuk memainkan peran strategis untuk menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi. Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa “ mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata Pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu
program pendidikan yang mengintegrasikan konsep konsep Pendidikan Kewarganegaraan dengan tujuan menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik yaitu warga negara yang dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai individu, warga masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan serta benar-benar mengamalkan nilai-nilai moral dan Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar mengenai norma-norma, budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan warga negara dan antara warga negara dengan negara yang diatur oleh hukum, hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta hal-hal yang berkaitan dengan ketatanegaraan. Selain itu melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik juga dituntun agar memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang ada di lingkungannya serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran PKn selama ini masih memakai model dan pendekatan pembelajaran konvensional. Model ini lebih menekankan pada fungsi guru sebagai pemberi informasi, sedangkan peserta didik lebih diposisikan sebagai pendengar dan mencatat sehingga interaksi hanya satu arah dari guru ke siswa. Diposisikannya para siswa sebagai objek pembelajaran,berakibat pada aktivitas belajar mereka yang cenderung terbatas. Hal ini dilakukan guru karena didasari oleh satu asumsi bahwa pengetahuan dan keterampilan guru bisa dipindahkan secara utuh kepada peserta didik. Berdasarkan metode di atas, guru sudah merasakan mengajar dengan baik, tetapi siswanya tidak belajar, sehingga terjadi miskonseptual antara pemahaman guru dalam mengajar dengan target dan misi dari pendidikan PKn sebagai mata pelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) yang mengacu pada pembekalan pengetahuan dan keterampilan Model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran dapat menyebabkan hasil belajar siswa kurang dalam mengikuti proses pembelajaran. Pemberian pujian atau penghargaan dan perhatian kepada siswa yang memiliki kemampuan tinggi saja, hal ini akan berdampak pada siswa yang merasa memiliki kemampuan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan rendah akan merasa tidak diperhatikan dan tidak dihargai oleh guru. Ini akan mengakibatkan timbulnya rasa malu dan kurang dihargai pada diri siswa yang memilki kemampuan rendah dan ini akan berakibat kurangnya keberhasilan siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Menurut Rasana (2009:20) ”penyampaian materi dalam pembelajaran konvensional tersebut lebih banyak dilakukan melalui ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang berlangsung terus menerus”. Permasalahan ini perlu mendapat kajian yang lebih mendalam, mencari faktor penyebab dan mengupayakan suatu solusi. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru serta dari pengamatan pada siswa kelas V pembelajaran PKn, terlihat bahwa aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn belum optimal. Hal tersebut karena siswa kurang menyukai pelajaran PKn yang terlihat dari aktifitas siswa hanya memperhatikan penjelasan guru dan beberapa siswa bermain saat pelajaran berlangsung. Selain itu siswa jarang menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti kepada guru dan beberapa orang siswa mengganggu teman pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses pembelajaran. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru dan juga merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri proses evaluasi belajar.
Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 3) Hasil penilaian dalam pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum mampu untuk memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam mata pelajaran PKn yaitu 65. Dari hasil pengamatan hal ini kemungkinan disebabkan pembelajaran masih didominasi oleh guru dalam artian siswa hanya menerima materi pelajaran tanpa berusaha mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, kurangnya perhatian guru terhadap interaksi siswa dalam kelompok belajar, keterbatasan waktu sehingga menimbulkan siswa lebih banyak diam sehingga proses belajar mengajar tidak dapat berjalan efektif. Dalam uraian tampak bahwa mata pelajaran PKn tidak dapat menarik siswa, oleh karena itu untuk menanggulanggi kekurangpedulian siswa terhadap mata pelajaran PKn dianjurkan guru memperluas dan memperlihatkan semangat yang tinggi dengan menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk baru. Oleh karena itu sebagai salah satu cara lain untuk membangkitkan semangat belajar dalam mata pelajaran PKn ialah sebaiknya keterlibatkan anak perlu diatur seefektif mungkin. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran diperlukan penyerasian proses pembaharuan pengembangan pembelajaran dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di berbagai bidang-falsafah dan metodologi pembelajaran. Perlu diupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model yang lebih tepat yaitu model pembelajaran kuantum dengan teknik peta konsep. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup. Peta konsep pembelajaran adalah cara dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Teknik tersebut menggunakan format global dan umum yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara yang mirip otak berfungsi dalam berbagai arah serempak (Sugiyanto, 2010). Dengan demikian semangat untuk belajar PKn datang dari siswa kemudian ditopang oleh upaya guru dengan menerapkan model kuantum dengan teknik peta konsep diharapkan pengajaran PKn yang selama ini kurang mendapat perhatian yang optimal dari siswa nantinya akan lebih dipedulikan oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran PKn akan tercapai secara optimal. Kata kuantum ini berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Energi disini artinya unsur yang ada pada siswa dan cahaya artinya lingkungan belajar yang efektif. Jadi pembelajaran kuantum menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas (A’la, 2010:21). Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis property dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Di samping itu ditambah dengan pandanganpandangan pribadi dan temuan-temuan empiris yang diperoleh DePorter ketika mengembangkan konstruk awal pembelajaran kuantum.
Porter dan Hernacki (dalam Sugiyanto, 2010) berpendapat bahwa “ Model pembelajaran kuantum adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar”. Dengan demikian, model pembelajaran kuantum dapat dipandang sebagai cara baru yang memudahkan proses belajar dan memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Model pembelajaran kuantum berisi seperangkat metode dan falsafah belajar yang mengijinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya belajar pada siswa di dalam kelas dan efektif untuk semua umur. Peta konsep atau peta fikiran berbeda pengertiannya dengan peta dalam geografi. Peta konsep lebih menunjukkan pada penuangan ide-ide fikiran sebagai catatan-catatan dalam bentuk grafis sebagai salah satu teknik belajar efektif. Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzon tahun 1970-an yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbul, bentuk-bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Jadi otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa, De Porter dan Hernacki (dalam Sugiyanto, 2010: 104). Maka untuk dapat mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari sebaiknya belajar kita meniru bekerjanya otak yaitu seperti pohon dengan cabang dan rantingnya disertai gambar, warna simbul pola dan asosiasi, yaitu dalam bentuk peta konsep/ pikiran yang menyerupai pohon. Dengan demikian
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep mendekati alamiah dalam berfikir. Sebenarnya model pembelajaran kuantum ini pertama kali muncul di Super Comp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan oleh Learning Forum adalah sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan pada perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi seseorang. Selama 12 hari (menginap), siswa-siswa mulai usia 9 tahun sampai 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreativitas, berkomunikasi dan membina hubungan serta kita-kiat meningkatkan kemampuan mereka menguasai hal-hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti Super Comp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan lebih bangga akan diri mereka sendiri Porter dan Hernacki (dalam Sugiyanto, 2010) berpendapat bahwa “ Model pembelajaran kuantum adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar”. Dengan demikian, model pembelajaran kuantum dapat dipandang sebagai cara baru yang memudahkan proses belajar dan memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah untuk segala mata pelajaran. Model pembelajaran kuantum berisi seperangkat metode dan falsafah belajar yang mengijinkan pendidik untuk memahami perbedaan gaya belajar pada siswa di dalam kelas dan efektif untuk semua umur. Pembelajaran kuantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampaak
membentuk sosok pembelajaran kuantum sebagai berikut 1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandaangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajaran diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. 2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala yang manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam persfektif humanistis. , 3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis (tis) bukan positivistis-empiris, behavioristis. Karena itu nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relative kuat. Malah dapat dikatakan disini bahwa pembelajaran kuantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Dalam pandangan pembelajaran kuantum , lingtkungan fisikalmental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) 4. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energy kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran kuantum. 4. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Di sini berbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lainsegala yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya. 5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisiahan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasna nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. 6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang tida bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, sebab itu segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapta dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar, hal ini perlu dilakukan secara seimbang. 7. Pembelajaran kuantum memliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mmenggairahkan dan mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak tepisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orchestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orchestra. 8. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, ketrampilan dalam hidup dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan dan dikelola secara seimbang dan relative sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya salah satu diantaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa hingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal. 9. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu peembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. 10. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Di sinilah perlu diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitasaktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bemacam-macam kiat dan metode pembelajaran. 11. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan dengan mudah, jauh lebih mudah dari pencatatan tradisional. Oleh karena itu secara fungsional peta pikiran dapat diartikan sebagai teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan, Dryden dan Vos (dalam Sugiyanto, 2010: 105). Ketika informasi baru diserap dengan menggunakan peta-peta konsep, kapasitas penyimpanan meningkat pula. Format grafis ini banyak menarik perhatian
para pembelajar visual dan pembelajar global, dan otak emosional dengan gambar dan warna. Menurut Nancy Murgilulies (dalam Sugiyanto, 2010) sebelum kita belajar bahasa, kita memvisualisasikan gambar dalam pikiran kita dan mengkaitkannya dengan konsep-konsep. Sayangnya kta sering menyumbat saluransaluran kreatif dengan melatih anak-anak untuk hanya menulis kata-kata secara monokrologi di atas kertas bergaris. Peta konsep pembelajaran adalah cara dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Teknik tersebut menggunakan format global dan umum yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara yang mirip otak berfungsi dalam berbagai arah serempak. Langkah- langkah teknis dalam penggunaan peta konsep adalah sebagai berikut: 1. Mulai dengan Topik di Tengah Halaman 2. Buatlah Cabang-Cabangnya 3. Gunakan Kata-Kata Kunci 4. Tambahkanlah simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik. 5. Gunakanlah huruf-huruf kapital 6. Tulislah gagasan-gagasan penting 7. Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik bagi anda 8. Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal atau miring 9. Bersikap kreatif dan berani 10. Gunakanlah bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan 11. Buatlah peta konsep secara horizontal, agar dapat memperbesar ruang bagi gagasan anda. Ada pun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui perbedaan signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Kuantum Dengan Teknik Peta Konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pengajaran langsung (konvensional) pada siswa kelas V semester I Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Desain Penelitian yang digunakan adalah post-test only control group design. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah melibatkan seluruh siswa kelas V SD di Gugus XV, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 270 orang. Populasi tersebut kemudian diuji setara atau tidak untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas V SD No. 3 Anturan sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 4 Kalibukbuk sebagai kelas kontrol. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu model pembelajaran Kuantum berbantuan teknik Peta Konsep dan model pembelajaran konvensional sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Data penelitian bersumber dari perolehan hasil belajar PKn siswa yang diukur melalui tes hasil belajar PKn yang sudah melalui uji coba instrumen. Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes objektif sebanyak 20 butir. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data yang terkumpul dalam penelitian ini disusun sesuai dengan keperluan analisis. Data diperoleh dari penelitian dengan sampel yang berjumlah 60 orang siswa. Sampel ini terdiri dari 30 orang siswa kelas V SD No 3 Anturan sebagai kelas eksperimen dan 30 orang siswa kelas IV SD Negeri 4 Kalibukbuk sebagai kelas kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa
model pembelajaran Kuantum berbantuan teknik Peta konsep sedangkan pada kelas kontrol berupa model pembelajaran konvensional. Variabel hasil belajar siswa diukur dengan post-test pada mata pelajaran PKn dengan jumlah soal 20 butir, dengan skor minimum ideal = 0, dan skor maksimum ideal = 20 Dari data kelas eksperimen dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data sikap ilmiah kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) = 16,78 , median (Md) = 17 , modus (Mo) = 17,13 varians (s2) = 5,56 , dan standar deviasi (s) = 2,36 Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan M = 16,78 tergolong kriteria sangat tinggi Dari data kelas kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data sikap ilmiah kelompok kontrol, yaitu: mean (M) =13,8 , median (Md) = 13,3 , modus (Mo) = 11,5 , varians (s2) = 8,87 , dan standar deviasi (s) = 2,97. Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar siswa pada kelas kontrol, skor ratarata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol dengan M = 13,8 tergolong kriteria tinggi Setelah data diuji dengan analisis statistik deskriptif , selajutnya data di uji dengan analisis statistik inferensial yang terdiri dari uji prasyarat dan uiji Hipotesis. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) berdistribusi normal. Bedasarkan pengujian homo-genitas varians yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa data yang didapatkan dari data eksperimen dan data kontrol adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok
Kelompok Eksperimen Kontrol
Mean 16,78 13,8
kontrol adalah normal dan homogen. Hal ini berarti untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus pollend varians. Hasil uji hipotesis tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan Uji-t Varians N Db 5,56 30 58 8,87 30
Bedasarkan Tabel 1, menunjukkan diperoleh thit sebesar 4,5. Sedangkan, ttab dengan db = n1 + n2 -2 = 30 + 30 -2 = 58 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pelajaran PKn. Hasil analisis data post test menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil ini didasarkan pada rata-rata skor post test siswa. Rata-rata skor post test yang dibelajarkan dengan model Kuantum dengan teknik Peta Konsep adalah 16,78 dan ratarata skor post test siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional adalah 13,8. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 4,5 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,000.
thitung 4,5
ttabel 2,000
Kesimpulan H1 diterima
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dikarenakan langkah-langkah pembelajaran yang berbeda. Selain itu, pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep dapat meningkatkan motivasi dan interaksi antar siswa,karena pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan dan aktif dalam interaksi dalam kelas. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional, pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Model pembelajaran ini berorientasi kepada guru (teacher centered approach) yang berarti guru memegang peran penting yang sangat dominan. Dalam hal ini guru mengambil alih sebagian besar kegiatan pembelajaran, mulai dari mendefinisikan, menjelaskan,
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) mendemonstrasikan, menerapkan konsep, bahkan sampai dengan menyimpulkan tanpa adanya kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Sementara siswa menjadi individu pasif yang bertugas mendengarkan, mencatat, dan menghafalkan informasi yang diberikan guru. Pembelajaran yang demikian kurang memberikan pengalaman dan tantangan baru bagi siswa sehingga siswa cepat merasa bosan, serta mengurangi motivasi dan minat siswa untuk belajar. Pada akhirnya juga akan mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi kurang masksimal. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari analisis deskriptif, hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep sudah mencapai kategori sangat tinggi. SIMPULAN dan SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep memiliki mean (M) = 16,78 dan berada pada kategori sangat tinggi. Hasil belajar siswa kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki mean (M) = 13,8 dan berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji–t diperoleh thitung adalah 4,5. Sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 58 adalah 2,000. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar pada mata pelajaran PKn antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester I Gugus XV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Kepada siswa, agar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran berikutnya sehingga dapat mengembangkan pengetahuan baru melalui pengalaman belajar yang ditemukan sendiri. Kepada guru, disarankan agar selalu menggunakan strategi maupun model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Dalam hal ini adalah menggunakan model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Bagi kepala sekolah, diharapkan memfasilitasi para guru agar mampu menggunakan strategi maupun model pembelajaran yang lebih inovatif untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif.. Kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran Kuantum dengan teknik Peta Konsep ini pada bidang studi PKn khususnya, agar penelitian ini bisa dijadikan acuan ataupun referensi demi ketuntasan penelitian selanjutnya DAFTAR PUSTAKA Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha.
A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Jogjakarta : DIVA Press.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Sugiyono. 2007. Metode penelitian bidang sosial. Jakarta : Gajahmada University Pres. Mudjiono, Dimyati. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rhineka Cipta.