Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IKRAR (INISIASI, KONTRUKSIREKONTRUKSI, APLIKASI DAN REFLEKSI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA 1
Dw Pt Widiartana, 2 Dsk Pt Parmiti, 3 I Km Sudarma 1,2
Jurusan PGSD, 3 TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) deskripsi hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional, 2) deskripsi hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, 3) perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran IKRAR (Inisiasi, Konstruksi-rekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi) dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dan menggunakan post tes only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD gugus II Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 158 orang. Sedangkan sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 76 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 4 Penarukan yang berjumlah 40 orang dan siswa kelas V SD Negeri 3 Penarukan yang berjumlah 36 orang. Tes hasil belajar matematika yang digunakan adalah tes uraian. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional tergolong kriteria tinggi dengan rata-rata (M) = 29,00 , 2) Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR tergolong kriteria sangat tinggi dengan rata-rata (M) = 31,15, 3) terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR (Inisiasi, Kontruksi-rekontruksi, Aplikasi dan Refleksi) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model ( t hitung = 6,33 dan ttab = 1,980). Dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika, diketahui rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen adalah 33,15 dan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol adalah 29,00. Berdasarkan rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR (Inisiasi, Konstruksi-rekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi) lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Kata-kata kunci: model IKRAR, hasil belajar matematika
Abstract The research aimed to know about 1) description the result of the math students who join conventional 2) description the result of the math students who join learning models IKRAR ( initiation, constructions, applications and reflections ) 3) The difference result between of the math students who join learning models IKRAR ( initiation, constructions, applications and reflections ) and the result of the math students who join conventional. This research was about abstract experiments and used Post test only control group design. Populations of this research is five grade students of elementary school cluster II in Buleleng sub-district in academic year 2013-2014 with total value is 158 students. And the students’ examples were used in this observation around 76 people. The examples models of this research was five grade students in SD Negeri 4 Penarukan with total 40 students, and students in SD Negeri 3 Penarukan with total 36 people. The result of learning mathematics test was used descriptive test. Data was analyzed with statistic descriptive and inferential statistic ( test-t ). The result of analysis shown 1) The result of math students who join conventional learning have high classified criteria with average ( M ) = 29,00, 2) The result of math for the groups of students were used learning model IKRAR ( initiation, constructions, applications and reflections ) have high classified criteria with average ( M ) =31,15, 3) There are significant differences between The result of math for the groups of students were used learning model IKRAR ( initiation, constructions, applications and reflections ) and The result of math students who join conventional learning ( count =6,33 and tab = 1,980 ). From the average of result of mathematic, it’s shown about the experiment group is 33,15 and the average of control group is 29,00. According to that average, it can be concluded that the groups of students were used learning model IKRAR ( initiation, constructions, applications and reflections ) more higher than the groups student who join conventional learning.
Key words : model IKRAR, Mathematic Learning Result
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan nantinya mampu menjawab tantangan dimasa yang akan datang. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menunjang pembangunan nasional serta mengimbangi kemajuan IPTEK merupakan tugas utama dari pendidikan, untuk itu pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai inovasi telah dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Salah satunya adalah dengan melahirkan suatu kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Aksay (dalam Koyan, 2007) menyatakan bahwa
“kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Pada KTSP, pembelajaran tidak bersifat berpusat pada guru (teacher centered) melainkan bersifat berpusat pada siswa (student centered). Peranan guru tidak hanya sebagai pemberi informasi dan fasilitator, tetapi juga sebagai motivator agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas yang menuntut peran aktif siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Sekolah sebagai salah satu instansi pendidikan merupakan tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam diri siswa sebelum nantinya terjun ke masyarakat. Berbagai bidang
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dibelajarkan di sekolah, salah satu bidang tersebut adalah pendidikan matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan daya pikir manusia. Depdiknas (2003:6), menyebutkan bahwa, Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah guru seringkali menerapkan metode ceramah. Berdasarkan hasil observasi pola pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini adalah (1) pembelajaran diawali dengan penjelasan materi singkat oleh guru, siswa diajarkan teori, definisi, teorema yang harus dihafal, (2) pemberian contoh soal dan (3) diakhiri dengan latihan soal. Penjelasan yang diberikan oleh guru masih berorientasi pada buku dan guru jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa cenderung diam, serta mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru, siswa tidak bisa berargumentasi jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait dengan materi yang ada di buku. Setelah menjelaskan materi, guru memberikan contoh soal yang sesuai dengan konsep yang diajarkan sehingga siswa hanya mengerti mengenai satu konsep yang diberikan tanpa pernah berpikir tentang cara lain untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Dalam pembelajaran ini konsep siswa hampir semua berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh guru. Sehingga, apabila siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, maka siswa cenderung membuat kesalahan. Kesalahan ini muncul karena kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa rendah. Pengetahuan yang dimiliki siswa hanya bersifat prosedural yaitu siswa
cenderung menghafal contoh-contoh yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa. Sehingga pembelajaran mematiaka itu belum tercapai optimal, optimalnya proses pembelajaran dapat dicapai dengan menyesuaikan model pembelajaran dengan materi pelajaran yang diberikan. Sudjana (2004) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Demikian halnya yang terjadi di SD Gugus II Kecamatan Buleleng. Berdasarkan hasil ulangan umum peserta didik dalam mata pelajaran matematika kelas IV Semester I di Gugus II Kecamatan Buleleng menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa masih tergolong rendah karena tidak mencapai ketuntasan minimal yang dinginkan. Mencermati permasalahan di atas, maka perlu dicarikan suatu solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat memberikan hasil yang optimal dan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Salah satu model pembelajaran yang secara teoritis diduga dapat menangani permasalahan tersebut adalah Model pembelajaran Inisiasi KonstruksiRekonstruksi Aplikasi Refleksi (IKRAR). Model pembelajaran IKRAR merupakan salah satu model pembelajaran konsruktivis yang berorientasi pada pemecahan masalah matematika dan lebih sesuai dengan kondisi peserta didik dalam konteks Indonesia (Sudiarta, 2010). Model pembelajaran IKRAR terdiri atas empat komponen sebagai pilar utama yang secara konseptual sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis masalah matematika. Adapun keempat komponen tersebut yaitu inisiasi, konstruksi-rekonstruksi, aplikasi, dan refleksi yang menjadi tahapan dalam model pembelajaran IKRAR. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR (Inisiasi, Konstruksi-Rekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi) Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus
II Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; 1) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. 2) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. 3) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model IKRAR dengan siswa
yang belajar dengan menggunakan model konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Tempat pelaksanaan penelitian ini di SD Gugus II Kecamatan Buleleng pada rentang waktu semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014. Desain penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design (Arikunto, 2002). Desain ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Post-Test Only Control Group Design
Kelas E K
Treatment X1 -
Post-test O1 O2
(Sarwono, 2006: 87) Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD Gugus II Kecamatan Buleleng. Jumlah SD keseluruhannya sebanyak 5 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 158 siswa. Penarikan populasi ini dilihat berdasarkan kesamaan karakteristik SD di desa Penarukan. Adapun kesamaan karakteristik yang dimiliki yaitu: letak strategis sekolah, rata – rata kemampuan yang dimiliki siswa, pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional dan masih berada dalam satu gugus yaitu gugus II.Teknik pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Jenis teknik Random Sampling yang dipilih adalah dengan mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama dan mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel (Agung, 2011). Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas, karena dalam eksperimen tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada. Berdasarkan hasil analisis uji kesetaraan dengan rumus polled
varians, maka di peroleh sekolah yang dijadikan sampel adalah SD No. 4 Penarukan dan SD Negeri No.3 Penarukan. Sampel penelitian dari dua sekolah yang sudah setara kemudian diundi dengan teknik random sampling dengan media gulungan kertas untuk menentukan yang dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu masing-masing diambil satu kelompok sebagai kelas kontrol menggunakan model konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model IKRAR. Berdasarkan hasil pengundian yang diperoleh SD Negeri No. 3 Penarukan sebagai kelompok kontrol dan SD No. 4 Penarukan sebagai kelompok eksperimen. Data yang diperlukan adalah data hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Buleleng. Untuk mengumpulkan data hasil belajar tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2002). Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara memperoleh data berbentuk suatu
tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau kelompok yang dites (testee) dan menghasilkan suatu data berupa skor (interval). Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan memberikan tes pada setiap orang individu. Skor untuk masing-masing soal disesuaikan dengan tingkat kesulitan. Data mengenai hasil belajar matematika diperoleh melalui tes tertulis yang dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Penekanan dalam pengambilan data bukanlah sematamata terletak pada benar atau salahnya siswa dalam menyelesaikan soal tetapi lebih dititik beratkan pada upaya memperoleh gambaran mengenai kemampuan siswa dalam melaksanakan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu mulai dari pemahaman siswa terhadap masalah yang diberikan seperti menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, kemampuan siswa dalam menentukan rencana pemecahan masalah, kemampuan melaksanakan rencana pemecahan masalah yang ditetapkan, dan
kemampuan siswa mengecek kebenaran jawaban yang mereka dapatkan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel yaitu model pembelajaran dan hasil belajar siswa, data dianalisis dengan menghitung nilai modus, median, rata-rata, standar deviasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Mean Median Modus
29,00 27,95 26,65
Berdasarkan data di atas dapat dideskripsikan data tes hasil belajar matematika kelompok eksperimen, yaitu: Mean (M) = 29,00, Median (Md) = 27,95, Modus (Mo) = 26,65. Mean, median, dan modus data hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional selanjutnya disajikan ke dalam bentuk poligon. Penyajian data ke dalam grafik bertujuan untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar matematika pada kelompok kelas yang dibelajarkan model konvensional. Hubungan antara mean, median, dan modus dapat digunakan untuk menentukan kemiringan
33,15 33,68 34,12 grafik distribusi frekuensi. Data tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk grafik poligon seperti pada Gambar 1.
Mo= 26,65
M= 29,00
Md=27,95
Gambar 1. Grafik poligon Data Hasil Belajar Kelompok kontrol
Berdasarkan grafik poligon diatas, diketahui nilai mean lebih besar dari median dan median (M>Md>Mo). Dengan demikian, grafik di atas adalah grafik juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Sedangkan data tes hasil belajar matematika kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR diperoleh, yaitu: Mean (M) = 33,15, Median (Md) = 33,68, Modus (Mo) = 34,12. Mean, median, dan modus data hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model IKRAR selanjutnya disajikan ke dalam bentuk poligon. Penyajian data ke dalam grafik bertujuan untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar matematika pada kelompok kelas yang dibelajarkan dengan model IKRAR. Hubungan antara mean, median, dan modus dapat digunakan untuk menentukan kemiringan grafik distribusi frekuensi. Data tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk grafik poligon seperti pada Gambar 2.
M= 33,15 Mo= 34,125 Md= 33,68
Gambar 2. Grafik oligon Data Hasil Belajar Kelompok eksperimen Berdasarkan grafik poligon diatas, diketahui nilai modus lebih besar dari median dan mean (Mo>Me>M). Dengan demikian, grafik di atas adalah grafik juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Setelah mengetahui hasil uji deskriptif kemudian dilakukan uji hipotesis. Namum sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar matematika siswa.
Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fh (frekuensi harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol dan eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, 2 diperoleh hit hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol adalah 1,36 dan 2 tab dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti, hit hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil 2 2 2 dari tab ( hit tab ) sehingga data hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol berdistribusi normal. 2 Sedangkan,. hit hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen 2 adalah 4,21 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,815. 2 Hal ini berarti, hit hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen 2 2 2 lebih kecil dari tab ( hit tab ) sehingga data hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftab. diketahui Fhit hasil hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol dan eksperimen adalah 1,39. Sedangkan Ftab dengan dbpembilang = 39, dbpenyebut = 35, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,72. Hal ini berarti, varians data hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol dan eksperimen adalah homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen adalah normal dan homogen. Selain itu jumlah siswa kelas kontrol adalah 36 sedangkan kelas eksperimen adalah 40 siswa, maka 2
pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-
t antar kelompok kontrol dan eksperimen disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
N
X
S2
36
29,00
25,26
40
33,15
Db
thitung
ttabel
Kesimpulan
74
6,33
1,980
H0 ditolak
18,22
Keterangan: N = jumlah data, X = mean, s2 = varians Tinjauan ini didasarkan pada rataBerdasarkan hasil perhitungan uji-t, rata skor hasil belajar matematika dan diperoleh thit sebesar 6,33. Sedangkan, ttab kecenderungan skor hasil belajar dengan db = 74 dan taraf signifikansi 5% matematika. Rata-rata skor hasil belajar adalah 1,980. Hal ini berarti, thit lebih besar matematika siswa kelompok kontrol dari ttab (thit > ttab) sehingga H0 ditolak dan adalah 29,00 berada pada katagori tinggi H1 diterima. Dengan demikian, dapat sedangkan skor hasil belajar matematika disimpulkan bahwa terdapat perbedaan siswa kelompok ekserimen adalah 33,15 yang signifikan hasil belajar matematika berada pada katagori sangat tinggi. Jika antara kelompok siswa yang mengikuti skor hasil belajar matematika siswa model pembelajaran Konvensional dan kelompok kontrol digambarkan dalam kelompok siswa yang mengikuti model grafik poligon tampak bahwa grafik pembelajaran IKRAR (Inisiasi, Kontruksisebaran data merupakan juling positif Rekontruksi, Aflikasi dan Refleksi)pada yang artinya sebagian besar skor siswa siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan cenderung rendah. Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada kelompok eksperimen, jika Pembahasan hasil-hasil penelitian skor hasil belajar matematika siswa dan pengujian hipotesis menyangkut digambarkan dalam grafik poligon tampak tentang hasil belajar matematika siswa bahwa grafik sebaran data merupakan khususnya pada pemecahan masalah juling negatif yang artinya sebagian besar dalam proses pembelajaran matematika skor siswa cenderung tinggi. sehingga siswa dapat memecahkan Berdasarkan analisis data masalah dan memperoleh hasil dari menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada belajar matematika. Hasil pembelajaran Tabel 4.7 diketahui thit = 6,33 dan ttab (db = matematika siswa yang dimaksud adalah 74 dan taraf signifikansi 5%) = 1,980. Hasil hasil belajar matematika siswa pada perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga eksperimen. hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini Model pembelajaran konvensional berarti, terdapat perbedaan hasil belajar yang diterapkan pada kelompok kontrol matematika yang signifikan antara siswa dan model pembelajaran IKRAR yang yang mengikuti pembelajaran model diterapkan pada kelompok eksperimen konvensional dan siswa yang mengikuti dalam penelitian ini menunjukkan pembelajaran model pembelajaran IKRAR. pengaruh yang berbeda pada hasil belajar Adanya perbedaan yang signifikan matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari menunjukkan bahwa penerapan model hasil belajar matematika siswa. pembelajaran IKRAR berpengaruh Secara deskriptif, hasil belajar terhadap hasil belajar matematika pada matematika siswa kelompok eksperimen siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa Buleleng. kelompok kontrol.
Perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR dapat disebabkan oleh perbedaan sintaks/langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Pada Pembelajaran konvensional, proses pembelajaran lebih menekankan peran guru didalam proses pembelajaran sebagai pentransfer ilmu, sehingga informasi hanya terjadi satu arah saja. Penjelasan yang diberikan oleh guru masih berorientasi pada buku dan guru jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa cenderung menghapalkan setiap konsep yang diberikan tanpa memahami dan mengkaji lebih lanjut dari konsep-konsep yang diberikan. Kurang pahamnya siswa terhadap materi yang diberikan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri Berbeda halnya dengan pembelajaran dengan model IKRAR. Pada model pembelajaran IKRAR memiliki langkah yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan diskusi di kelas, mempresentasikan hasil diskusi, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Model pembelajaran IKRAR dirancang dengan proses pembelajaran yang menuntut siswa lebih banyak melakukan kegiatan pemecahan masalah sebagai pokok pembelajaran. Dengan proses pembelajaran seperti itu, tentunya siswa tidak semata-mata diarahkan menemukan jawaban yang benar, tetapi bagaimana siswa bisa memahami, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi seluruh proses dalam kegiatan belajar. Pembelajaran dikemas dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan dirancang dengan memperhatikan minat siswa. Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa siswa lebih tertarik dengan pembelajaran yang berisikan
suatu permasalahan-permasalahan. Permasalahan yang digunakan disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa akan termotivasi untuk berpikir dan aktif memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa merangkum hal-hal penting yang diperoleh dalam pemecahan masalah tersebut, sehingga siswa belajar dengan nyaman dan menyenangkan dalam pemecahan masalah. Suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bertujuan untuk mengurangi ancaman kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran IKRAR juga dilakukan dengan menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna. Pembelajaran aktif dilakukan dengan membimbing siswa untuk melakukan diskusi kelompok dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dalam LKS. Siswa aktif berdiskusi dan bekerjasama dengan rekan-rekan dalam sebuah kelompok. Penerapan model pembelajaran IKRAR dapat dilakukan dengan baik karena telah sesuai dengan langkah-langkah penerapan pembelajaran IKRAR, yaitu inisiasi, konstruksirekonstruksi, aplikasi dan refleksi. Dalam tahap inisiasi, siswa akan membuat hubungan diantara ide-ide atau konsep sehingga bisa membantu dalam membuat suatu pengetahuan matematika setelah membuat hubungan idea tau konsep siswa akan menganalisis dan mengevaluasi konsep matematika tersebut. Setelah di analisis dan di evaluasi siswa akan mengaplikasikan ide-ide matematika dalam dunia nyata. Tahap berikutnya yaitu tahap refleksi, yang merupakan proses untuk melihat kembali keseluruhan proses sebelumnya secara utuh. Melalui tahap ini siswa akan mampu untuk mengoreksi kesalahan sendiri sehingga siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat menentukan metode yang dirasa paling tepat dalam memahami materi pelajaran. Tahapan-tahapan yang digunakan pada model pembelajaran IKRAR ini menyebabkan siswa terbiasa untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah. Hal ini dapat diamati dari cara siswa
memahami masalah, dimana siswa tidak menyalin mentah-mentah kalimat yang diberikan dalam masalah yang diberikan, tetapi mampu menyeleksi inti informasi yang diberikan, kemudian siswa mampu menyusun sebuah perencanaan yang masuk akal, dan menggunakannya dalam memecahkan masalah Hasil penelitian ini sejalan dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Diputra melakukan penelitian pada tahun 2010 terkait model IKRAR dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Banjar Jawa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan model IKRAR dapat: menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika. Budayana pada tahun 2010 melalui penelitian yang berjudul Penerapan Model IKRAR dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas IVB SD laboratorium Undiksha Singaraja. Hasil Penelitian ini adalah minat belajar siswa secara kualitatif sudah mencapai kategori yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mencapai kategori tinggi. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional berada pada kategori tinggi dengan rata-rata (M)= 29,00 dan SMI= 40, 2) Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berada pada kategori sangat tinggi dengan rata-rata (M) = 31,15 dan SMI= 40, 3) Hasil analisis uji-t sampel independen atau sampel tidak berkorelasi diperoleh thitung = 6,33 dengan taraf signifikasi 5%, diperoleh ttabel = 1,980 yang berarti thitung = 6,33 > ttabel = 1,980. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran IKRAR (Inisiasi, KonstruksiRekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi) dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran IKRAR (Inisiasi, Konstruksi-Rekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi berpengaruh positif terhadap hasil belajar Matematika siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Disarankan kepada siswa di Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Buleleng agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman belajar dengan model IKRAR, 2) Disarankan kepada guru-guru di Sekolah Dasar agar lebih kreatif dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan didukung suatu teknik belajar yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, 3) Disarankan kepada Kepala Sekolah agar temuan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai dasar untuk membuat kebijakan dalam membina dan mengembangkan kemampuan professional guru yang dipimpinnya, 4) Penelitian ini dapat dijadikan acuan ataupun referensi bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran berbasis otak dengan memperhatikan kendala-kendala yang dialami sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan pelaksanaan penelitian selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN Agung,
A. A. G 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Arikunto,
S. 2002a. Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
-------.
2002b. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Budayana, I K. Y. 2010. Penerapan Model IKRAR dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IVB SD Laboratorium Undiksha Singaraja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI. Jakarta: Depdiknas. Diputra, K. S. 2010. Pengaruh Model IKRAR dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Banjar Jawa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha. Sudiarta, I. G. P. 2010a. Makalah Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif. Disampaikan dalam Pendidikan dan Pelatihan MGMP Matematika SMK, Kabupaten Karangasem, Agustus 2010.