e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
PENGARUH METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL WARNA PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK N.M. Muliani1, I. K. Gading2, L.P.P. Mahadewi3 1
Jurusan PGPAUD1, 2Jurusan BK, 3Jurusan TP Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Kemampuan mengenal warna anak kelompok A Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 2 Singaraja kurang berkembang. Anak sering ragu-ragu dalam menyebutkan warna yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode discovery terhadap kemampuan mengenal warna anak Taman Kanak-kanak. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu yang menggunakan desain post-test only control group desaign. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok A Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 2 Singaraja tahun ajaran 2016/2017. Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok A1 yang berjumlah 20 anak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok A2 yang berjumalah 20 anak sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan varian populasinya homogen maka untuk menguji hipotesisnya digunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengeruh metode discovery terhadap kemampuan mengenal warna pada anak. Hal ini diketahui dari hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi < 0,05 dan skor rata-rata anak yang belajar dengan metode discovery lebih tinggi yaitu 90,6495 sedangkan skor rata-rata anak yang belajar tanpa menggunakan metode discovery yaitu 80,0940. Jadi metode discovery berpengaruh terhadap kemampuan mengenal warna pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 2 Singaraja tahun ajaran 2016/2017. Kata-kata kunci: Anak, Kemampuan Mengenal Warna, Metode Discovery Abstract The ability of recognizing color of group A in kindergaden Kemala Bhayangkari 2 Singaraja was underdeveloped. The aim of this study was to find out the effect of discovery method toward children ability to recognize color. This study was quasi experimental research that used post-test only control group desaign. The population of the study was all children of Group A in Kindergarten Kemala Bhayangkari 2 Singaraja in academic year 2016/2017. The sample of this study was Group A1 that consits of 20 childrens as experimental group and Group A2 that consist of 20 childrens as control group. In this study, the method that was used in collecting the data was observastion. Based on the result of normality test and homogeneity of variance, the result showed that sample was normally distributed and the variance of the population was homogeneous, then to test the hypothesis the researcher used t-test, the result showed that significance level is 5%. The result of the study showed that there is effect of discovery method toward children ability to recognize colors. It is known from the result of hypothesis testing which is the significance value is <0,05 and the average score of children who studied using discovery method is 90,6495, while the average score of children who learn without using discovery method is 80.0940. So, it can be concluded that discovery method effects
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
children ability to recognize colors in Group A in Kindergarten Kemala Bhayangkari 2 Singaraja in academic year 2016/2017. Keywords: Children, Ability to Recognize Color, Discovery Method
PENDAHULUAN Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Setiap anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak selalu aktif, dan antusias terhadap sesuatu yang ditemuinya (Sujiono, 2009). Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Usia dini merupakan periode keemasan (golden age) dimana pada masa itu anak dalam pertumbuhan yang cukup pesat, dan anak dalam masa tumbuh kembangnya. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat pesat ini, sebaiknya anak diberikan pendidikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan proses merubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai dengan prosedur pendidikan itu sendiri. Pendidikan haruslah dimulai sejak dini karena pada usia dini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Usia lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukkan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia ini anak akan mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Sehingga pendidikan anak usia dini sangatlah penting dilaksanakan sebagai dasar pembentukan kepribadian dan karakter. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai pada usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak
usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal yaitu TK, RA atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yaitu kelompok bermain, TPA, atau bentuk yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yaitu kelompok bermain, TPA, atau bentuk yang sederajat. Sedangkan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal yaitu pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Pendidikan anak usia dini ini, diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui pemberian pengalaman dan rangsangan yang maksimal. Oleh karena itu, diperlukan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemberian rangsangan pendidikan untuk anak usia dini bisa dilakukan dengan cara bermain atau berekplorasi secara langsung. Mengingat dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak memperoleh pembelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, bahasa, sosial emosional, moral, dan fisik motorik. Aspek perkembangan tersebut tidak berkembang dengan sendirinya, melainkan saling berintegrasi dan saling terjalin satu sama lainnya. Dari berbagai aspek perkembangan tersebut, perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan perkembangan kognitif mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan mengembangkan kemampuan berpikir.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
Sebelum memberikan pembelajaran pada anak, tentu kita harus melihat potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Potensipotensi yang miliki oleh anak inilah yang harus dikembangkan. Salah satu potensi yang bisa dikembangkan yaitu mengenalkan warna pada anak. Kemampuan mengenal warna merupakan salah satu aspek dari perkembangan kognitif. Kemampuan mengenal warna pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan otaknya, sebab pengenalan warna pada anak usia dini dapat merangsang indra penglihatan otak. Warna juga dapat memancing kepekaan terhadap penglihatan yang terjadi karena warna yang ada pada benda terkena sinar matahari baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat dilihat oleh mata. Pengenalan konsep warna pada anak usia dini bukan hanya mengasah kemampuan mengingat, keterampilan kognitif serta pola berpikir kreatif. Oleh sebab itu mengenalkan warna sejak usia dini khususnya usia 4-5 tahun sangat dianjurkan agar anak dapat membedakan dan mengetahui macammacam warna dasar dan komplemennya. Warna-warna yang dapat dikenalkan pada anak yaitu warna primer (merah, kuning, dan biru) lalu pada warna skunder (hijau, ungu, dan jingga), dan pada warna netral (cokelat) hingga warna putih dan hitam (Susanto, 2002:113). Dalam hal ini anak mengetahui warna secara konsep berdasarkan pengalaman belajarnya. Berdasarkan hasil observasi di kelompok A TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja, diperoleh informasi bahwa ratarata kemampuan mengenal konsep warna pada anak semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 masih kurang berkembang. Dari hasil pengamatan dalam proses pembelajaran anak-anak hanya diberikan pengetahuan warna dengan metode ceramah dan kegiatan mewarnai. Sehingga anak-anak tidak tertarik dengan pembelajaran tersebut. Anak juga sering ragu-ragu dalam menyebutkan beberapa warna. Pada umunya anak-anak biasanya senang jika dikasi beragam warna-warna. Namun karena pembelajaran yang diberikan kurang menarik maka anak-anak merasa bosan.
Melihat dari permasalahan ini maka solusi yang bisa dilakukan yaitu dengan cara memberi pembelajaran dengan metode discovery. Sund (dalam Abimanyu, 2010) berpendapat bahwa metode discovery adalah “proses mental dimana anak mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dalam teknik ini anak dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Melalui metode ini anak-anak dapat berekplorasi secara langsung dan menemukan warna-warna sendiri. Dalam melakukan metode discovery ini, anak melaksanakan dengan cara pencampuran warna. Menurut teori Brewster (dalam Dewi, 2016:5) menyatakan bahwa mencampur warna adalah hasil pencampuran 2-3 warna dasar menjadi warna-warna baru. Melalui kegiatan ini, anak akan menemukan warnawarna baru dengan sendirinya. Dengan hal ini, anak akan merasa lebih senang, karena anak bisa menemukan warna baru dengan sendirinya. Anak juga akan lebih mudah mengingat warna-warna yang ditemukan tersebut. Menurut Widiasworo (2017:161) Metode discovery merupakan metode pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk menemukan sendiri konsep pengetahuannya. Dalam proses menemukan, peserta didik dibimbing untuk melakukan serangkaian tahap pembelajaran mulai dari mengamati hingga mengorganisasikan hasil penemuannya menjadi suatu konsep pegetahuan. Dalam pembelajaran ini, peserta didik diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan penemuan warna. Keuntungan menggunakan metode discovery yaitu anak akan memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tinggal dalam ingatan anak (Rakhmawati, 2013). Pengetahuan yang diperoleh anak ini akan mengembangkan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif anak. Melalui metode discovery juga akan akan membuat anak lebih percaya diri dengan proses penemuannya sendiri. Oleh karena itu,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
peneliti memilih metode discovery untuk diterapkan pada pembelajaran anak usia dini. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh Metode Discovery Terhadap Kemampuan Mengenal Warna pada Anak Kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2016-2017”. METODE Jenis peneilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment).
Penelitian eksperimen semu merupakan jenis penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2016). Data kemampuan mengenal warna pada anak dalam penelitian ini hanya diambil dari skor post test. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen Post-test Only Control Group Design. Desain penelitian disajikan pada Tabel 01.
Tabel 01. Post-test Only Control Group Design
Kelas Eksperimen Kontrol
Treatment X -
Post-test O1 O2 (sumber: Sugiyono, 2016:111)
Keterangan: X = Treatment terhadap kelompok eksperimen (pemberian metode discovery) O1 = Post–test terhadap kelompok eksperimen O2 = Post–test terhadap kelompok kontrol Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel independent (bebas) dan satu variabel dependent (terikat). Variabel independent tersebut adalah metode discovery dan variabel dependent adalah kemampuan mengenal warna. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan jumlah sampel 40 siswa yang terdiri dari 20 orang kelompok eksperimen dan 20 kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian adalah seluruh anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja. Sebelum menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terlebih dahulu melakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji-Z. Setelah diperoleh hasil yang setara selanjutnya dilakukan pengundian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil pengundian diperoleh kelompok A1 sebagai kelompok eksperimen dan kelompok A2 sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan metode discovery, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan tanpa menggunakan metode discovery.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi. Lembar pengamatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan mengenal warna anak yaitu dengan metode observasi. Lembar pengamatan digunakan sebagai pedoman peneliti untuk melaksanakan observasi guna mendapatkan data yang diinginkan melalui pengamatan kepada anak. Lembar observasi dalam penelitian ini adalah lembar observasi mengenai kemampuan mengenal warna anak dengan metode discovery. Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan mulai tanggal 12 Mei sampai 03 Juni. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 9 kali yang terdiri dari 8 kali pembelajaran dengan menggunakan metode discoverydan 1 kali post-test. Sebelum melakukan post-test data hasil kemampuan mengenal warna dikumpulkan dengan mengunakan uji coba instrumen. Uji coba instrumen digunakan untuk mengetahui validitas isi, uji validitas butir dan reliabilitas. Sehingga insrumen yang akan digunakn post-test di kelompok eksperimen dan kontrol layak untuk digunakan. Uji prasyarat yang dilakukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
adalah uji normalitas sebaran data dan uji homoenitas varians. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah perhitungan uji-t dengan SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terkait dengan pengaruh metode discovery terhadap kemampuan mengenal warna pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 2 Singaraja tahun ajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini diperoleh dari skor post-test kelompok ekserimen dan kelompok kontrol. Dimana kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan treatmen metode discovery. Sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak medapatkan treatmen metode discovery. Kelompok kontrol belajar seperti biasanya menggunakan metode pembelajaran konvensional. Metode konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Sehingga pada kelompok kontrol tidak ada perubahan metode pembelajaran yang digunakan. Penyusunan post-test dimulai dengan pembuatan intrumen yang telah diuji cobakan di Taman Kanak-kanak Widya Sanggraha selanjutnya dilakukan pengujian validitas dan reliabiltas Hasil dari uji validitas menunjukkan semua butir valid maka semua butir akan digunakan untuk uji reliabilitas, dari hasil pengujian diketahui koefisien reabilitas yang didapat adalah 0,886 maka sesuai dengan tabel klasifikasi koefisien reliabilitas maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas dari instrumen yang telah disusun adalah sangat tinggi pada interval 0,80 < r11 £ 0,100. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dapat digunakan posttest dalam penelitian. Setelah dilakukan posttest maka dilanjutkan dengan uji prasarat analisis yatu uji normalitas sebaran data dan uji homogentitas varians. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikan (sig) kelas eksperimen 0,127 > dari taraf signifikansi α (0,05) artinya kelompok data pada kelompok eksperimen berasal populasi yang berdistribusi normal. Diketahui pula nilai signifikan (sig) kelas kontrol 0,200 > dari taraf sigifikan α (0,05) artinya kelompok data kelas kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hasil uji homogenitasannya setelah dilakukannya uji normalitas didapatkan nilai signifikannya 0.238. Karena nilai signifikan (sig) yang didapatkan lebih besar dari taraf signifikan (0,05) yang ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan merupakan sampel yang homogen. Dalam pengujian kelompok data yang digunakan merupakan kelompok data yang homogen dan berdistribusi normal maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis yang berupa uji-t. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh sig.(2-tailedd) yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengenal warna antara kelompok anak yang diberikan metode discovery dengan kelompok anak yang tidak diberikan metode discovery pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 2 Singaraja. Kemudian terlihat bahwa rata-rata dari kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode discovery mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan mengenal warna antara kelompok anak yang dibelajarkan dengan metode discovery dengan kelompok anak yang tidak dibelajarkan dengan metode discovery. Perbedaan kemampuan mengenal warna antara anak yang dibelajarkan dengan metode discovery dengan kelompok anak yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan metode discovery disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan melalui metode discovery anak-anak dapat menemukan sendiri warna-warna yang baru. Anak-anak dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan ini anak akan memperoleh pengetahuannya sendiri dan dapat diingat oleh anak dalam jangka waktu yang lama. Pengetahuan yang diperoleh anak ini tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan mengenal warna, namun penguasaan keterampilan dan proses kognitif anak juga berkembang. Melalui metode discovery ini juga akan membuat
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
anak merasa senang dalam proses pembelajaran. Metode discovery merupakan proses belajar dimana anak berperan aktif untuk menemukan informasi dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan untuk mendapatkan pembelajaaran yang lebih bermakna. Pembelajaran dengan metode discovery akan lebih memberi kesempatan pada anak untuk bergerak lebih maju dengan kemampuannya sendiri. Sehingga anak akan merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar. Dalam pembelajaran dengan metode discovery ini, guru juga memiliki peranan penting yaitu mengarahkan, membimbing, dan memotivasi anak. Guru dapat membimbing dan mengarahkan anak-anak yang belum mampu melakukan kegiatan pembelajaran yang diberikan. Tidak hanya itu, guru juga dapat memotivasi anak-anak selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan adanya bimbingan dan motivasi dari guru, anak-anak akan merasa lebih antusias dan senang dalam proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat diterlaksana dengan baik. Selama pemberian treatmen dengan metode discovery terdapat beberapa temuan yang diperoleh sebagai berikut. 1. Pada saat pemberian perlakuan, anak-anak mau memperhatikan intruksi dari guru. Sehingga dalam melaksanaakan penemuan warna, anak-anak bisa menemukan warnya sendiri. Terlihat anak-anak sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan pencampuran warna untuk menemukan warna-warna baru. Saat anak-anak menemukan warna baru dari pencampuran warnanya, anakanak merasa sangat senang melakukan kegiatan yang diberikan. Semua anak-anak pun mau ikut serta dalam kegiatan pembelajaran yang diberikan. 2. Anak-anak menemukan sendiri pengetahuannya. Hal ini terlihat saat anak-anak mencampuran warna. Saat anak mencampuran warna, anak-anak akan menemukan warna baru. Sehingga anak memperoleh pengetahuan terkait warna. Hal ini sejalan dengan pendapat Widiasworo
(2017:161), menyatakan bahwa metode discovery merupakan metode pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk menemukan sendiri konsep pengetahuannya. 3. Saat pelaksanaan metode discovery, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini dapat dilihat saat pelaksanaan kegiatan dengan metode discovery, anak-anak aktif terlibat dalam melaksanakan kegiatan pencampuran warna. Sehingga dalam proses pembelajaran anakanak lebih terfokus berekplorasi sendiri dan mengurangi ketergantungannya dengan guru. Hal ini sejalan dengan tujuan dari metode discovery yang dikemukan oleh Rakhmawati (2013) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa tujuan dari metode discovery yaitu: meningkatkan keterlibatan anak secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar, mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh anak, dan melatih anak untuk bereksplorasi. Pada kelompok kontrol ditemukan hal yang berbeda. Dimana pada kelompok kontrol anak-anak tidak memperoleh perlakuan dengan metode discovery. Anakanak pada kelompok kontrol terlihat kurang memperhatikan intruksi guru saat kegiatan pembelajaran mengenal warna. Hanya beberapa anak yang memperhatikan saat guru mengenalkan bebrapa jenis warna. Terdapat beberapa anak yang asik bermain dengan temannya dan tidak memperhatikan intruksi dari guru. Sehingga saat anak ditanyakan warna yang ditunjukan oleh guru beberapa anak kebingungan saat mejawab. Saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung terlebih dahulu guru menyampaikan tema dan kegiatan pembelajaran yag akan diberikan. Dalam kegiatan pembelajaran mengenalkan warna guru hanya menyampaikan warna-warna yang dibawa oleh guru dan meminta anakanak untuk mengulangi menyebutkan warnawarna yang diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran di kelompok kontrol ini tidak memberikan anak-anak untuk menemukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
sendiri warna-warnanya. Anak-anak hanya diminta untuk menyebutkan warna-warna yang diberikan oleh guru. Sehingga dengan pembelajaran ini, tidak dapat aktif dalam melaksakan kegiatan. Anak-anak juga tidak memiliki rasa astusias tersendiri dan merasa bosan saat kegiatan mengenalkan warna diberikan. Pembelajaran dengan metode discovery memiliki beberapa kelebihan yaitu, 1) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi sehingga mudah diingat oleh anak, 2) Munculnya rasa senang pada anak karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, 3) mendorong anak-anak untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, 4) Pembelajaran berpusat pada anak dan guru yang sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan, 5) dapat mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitif anak. Dari beberapa kelebihan yang dipaparkan diatas maka metode discovery sangat tepat diterapkan untuk mengembangkan kemampuan mengenal warna anak. Warna merupakan kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya (Susanto, 2002:113). Unsur penting dari warna yaitu objek (benda). Melalui benda dengan berbeda-beda warna anak dapat melihat dan mengenal warna. Mengenal warna merupakan salah satu indikator sains termasuk kedalam bidang pengembangan kognitif anak. Dalam mengenalkan warna pada anak dapat membentuk struktur kognitif, dalam proses pembelajaran akan memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga lebih kaya dan lebih mendalam. Dalam hal ini anak mengetahui warna secara terkonsep berdasarkan pengalaman belajarnya. Dalam penelitian ini terdapat beberapa warna yang dikenalkan pada anak yaitu warna primer (merah, kuning, dan biru), warna sekunder (hijau, ungu, dan jingga), dan warna netral (cokelat, putih dan hitam). Dalam pelaksanaan pengenalkan warna ini dilakukan dengan metode discovery. Dimana anak-anak diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan pencampuran warna dari beberapa warna primer. Melalui pencampuran warna tersebut, anak-anak akan menemukan sendiri warna-warna baru. Setelah anak selesai melakukan
pencampuran warna, guru melakukan pengulangan dengan cara meminta anakanak untuk menyebutkan dan menunjukan warna-warna yang diberikan. Kemampuan mengenal warna anak pada anak usia dini dapat dikembangkan melalui metode discovery. Melalui metode discovery anakanak dapat menemukan warna-warna baru dengan mencampurakan warna sendiri. Melalui metode ini rasa ingin tahu anak juga akan tinggi dan akan muncul perasaan senang selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat membuktikan bahwa metode discovery sangat tepat diterapkan pada anak usia dini. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian diatas yang menyatakan kemampuan mengenal warna pada anak yang diberikan treatmen metode discovery lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diberikan treatmen metode discovery. Hasil penelitian ini menguatkan beberapa hasil penelitian yang ditemukan belakangan ini, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2016) yang berjudul penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna anak kelompok A di PAUD Pradnya Paramita. Penelitian ini dilakukan sebanyak II siklus. Peningkatan rata-rata persentase kemampuan mengenal warna melalui penerapan metode eksperimen dari siklus I ke siklus ke II sebesar 18,43%. Dalam penelitian ini penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak kelompok A di PAUD Pradnya Paramita Penarungan. Penelitian yang dilakukan oleh Istikomah (2013). Dimana keefektifan perangkat pembelajaran metode discovery learning untuk pemahaman sains anak dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar kognitif anak dan aktivitas anak dalam pembelajaran. Aktivitas anak dalam pembelajaran tergolong sangat baik. Hasil belajar kognitif anak telah diterapkan pembelajaran metode discovery learning mengalami peningkatan yang signifikan dari pada sebelum diterapkan metode discovery learning. Penelitian lain yang dilakukan oleh Setioningrum (2014) menemukan bahwa pembelajaran dengan metode discovery dapat mengoptimalkan kecerdasan naturalis pada anak kelompok B1 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
Bengkulu. Dimana metode discovery dalam pembelajaran anak usia dini pada penelitian ini dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah anak pada kelompok B1 berkembang secara optimal kecerdasan naturalisnya. Penelitian yang dilakukan oleh Widhiyantoro (2012) menyatakan bahwa metode discovery berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Rata-rata aspek kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen lebih tinggi didapat dari pada dikelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari hasil elaboration, flexibility, fluency, dan originality. Hasil penelitian mengenai pengaruh metode discovery terbukti mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Darmawan (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh aktivitas penggunaan metode discovery terhadap pengembangan konsep sains anak usia dini. Pada perhitungan analisis tabel silang dapat disimpulkan bahwa terdapat 27 anak dari 30 anak yang memiliki tingkatan kategori yang sama antara dua variabel, hal ini membuktikan jika aktivitas metode discovery berpengaruh dalam pengembangan konsep sains anak. Penelitian yang dilakukan oleh Udo (2010) menyatakan bahwa metode guided discovery efektif digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam kimia. Penelitian yang dilakukan oleh Akinbobola (2010) menyatakan bahwa melalui pendekatan guided discovery adalah yang paling efektif dalam memfasilitasi prestasi kognitif siswa. Pnelitian yang dilakukan Uside (2013) menyatakan bhawa terdapat pengaruh metode discovery terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi (2013) menyatakan bahwa sebagaian besar hasil belajar IPA siswa dengan metode discovery pada siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 75,55%. Sehingga penerapan motode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Tompo (2016) menyatakan bahwa Pengembangan model discovery inquiry learning dapat mengurangi kesalah pahaman siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner siswa memberikan respon positif dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian yang dilakukan Akhsanul (2017) menyatakan
bahwa Hasil belajar geometri melalui discovery learning dengan menggunakan pendekatan ilmiah berada pada kategori sangat baik. Dengan nilai rata-rata siswa belajar hasil dalam kelompok ditemukan untuk menjadi 96. Sementara itu hasil pembelajaran individual mereka ditemukan untuk menjadi 95. Uraian diatas memberikan gambaran bahwa metode discovery telah mampu memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kemampuan mengenal warna anak. Dengan pembelajaran metode discovery tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna saja, namun kemampuan kognitif anak dapat berkembangan. Selain itu, pemberian metode discovery juga dalam meningkatkan keaktifan anak dalam proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi anak. Berdasarkan paparan tersebut menunjukan bahwa metode discovery berpengaruh terhadap kemampuan mengenal warna pada anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja tahun ajaran 2016/2017. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpilkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode discovery terhadap kemampuan mengenal warna pada anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja tahun ajaran 2016/2017. Kemampuan mengenal warna pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada kemampuan mengenal warna pada kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan uji-t ditemukan sig.(2-tailedd) yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Adanya perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa metode discovery berpengaruh terhadap kemampuaan mengenal warna anak. Adapun saran yang ditunjukan kepada kepala TK agar membina para guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar anak. Para guru agar menggunakan metode discovery khususnya dalam mengenalkan warna pada anak. Peserta didik agar memiliki pemahaman yang mendalam tentang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
metode discovery dan saling bekerjasama dalam memecahkan masalah serta menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran sehingga mampu menyelesaikan kegiatan pembelajaran secara maksimal. Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode discovery dalam bidang kemampuan mengenal warna maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai. Peneliti juga harus memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Abimanyu, S. 2010. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Agustina, M.N.P., dkk. 2016. Penerapan Metode eksperimen Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Anak Kelompok A di PAUD Pradnya Paramita. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 4 Nomor 2. Tersedia pada https://ejournal.undiksha.ac.id/index. php/JJPAUD/article/view/7799 Akhsanul. 2017. Learning Geometry through Discovery Learning Using a Scientific Approach. Internasional Journal of Instruction. Volume 10 (1). e-ISSN: 1308-1470. Akinbobola, A.O. 2010. Constructivist practices through guided discovery approach: The effect on students’ cognitive achievement in Nigerian senior secondary school physics. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education, Vol. 2(1). p.1625. ISSN: 1306-3049. Tersedia pada www.acarindex.com/dosyalar/makale/ acarindex-1423880503.pdf. Diakses pada tanggal 12 Juni 2017. Darmawan, R.A., ddk. 2015. Pengaruh Aktivitas Penggunaan Metode Discovery terhadap Pengembangan Konsep Sains Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, Volume 2, Nomor 2.
Dewi, N.M.W.P., dkk. 2016. Meningkatkan Kemampuan Sains Melalui Penerapan Metode Eksperimen pada Kelompok A TK Sandhy Putra Singaraja. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 4 (2). Tersedia pada https://ejournal.undiksha.ac.id/index. php/JJPAUD/article/view/7707 Istikomah, dkk. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Metode Discovery Learning untuk Pemahaman Sains pada Anak TK B. Journal of Primary Educational. Tersedia pada http://journal.unnes.ac.id/sju/index.ph p/jpe (diakses pada tanggal 13 Juni 2017) Rakhmawati. 2013. “Pembelajaran Penemuan (Discovery)”. Tersedia pada http://digilib.uinsby.ac.id/10919/5/bab 2.pdf (Diakses pada tanggal 16 Januari 2017). Setioningrum. Retno. 2014. Optimalisasi Kecerdasan Naturalis Melalui Metode Discovery Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di Kelompok B1 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Bengkulu. Skripsi. Tersedia pada http://repository.unib.ac.id/8690/1/I,II, III,II-14-ret.FK.pdf (Diakses pada tanggal 05 Februari 2017). Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sujiono, Y.N. 2009. Konsep Pendidikan Anak Usia Jakarta:PT Indeks.
Dasar Dini.
Supriyadi, A., dkk. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 03 Sungai Ambawang Kubu Raya. Jurnal Pedidikan dan Pembelajaran. Vo.2(3). Susanto, M. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius. Tompo, B., dkk. 2016. The Development of Discovery-Inquiry Learning Medel to
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
Reduce the Science Misconceptions of Junior High Svhool Students. International Journal of Environmental & Science Education. VOL.11, NO. 12. Udo, M.E. 2010. Effect of Guided-Discovery Student- Centred Demonstration and the Expository Instructional Strategies on Students’ Performance in Chemistry. An International MultiDisciplinary Journal. Vol.4, ISSN: 2070-0083. Uside, O.N., dkk. 2013. Effect of Discovery Method on Secondary School Student’s Achievement In Physics In Kenya. Asian Journal of Social Sciences & Humanities. Vol.1(3), ISSN: 2186-8492. Widhiyantoro, T., dkk. 2012. The Efectiveness of Guided Discovery Method Application Toward Creative Thinking Skill at The Tenth Grade Students of SMA N 1 teras Boyolali in the Academic Year 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. Volume 4, Nomor 3. h.89-99. Widiasworo, E. 2017. Strategi & Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas (Outdoor Learning). Yogyakarta: ARRuzz Media.