e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA ANAK KELOMPOK A DI PAUD PRADNYA PARAMITA Made Nina Putri Agustina¹,I Ketut Pudjawan ², Luh Ayu Tirtayani³ ¹,3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini ² Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected]¹,
[email protected]²
[email protected]³ Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak untuk mengenali warna dengan penerapan metode eksperimen pada anak-anak di kelompok A pada anak usia dini Penarungan Pradnya Paramita. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek PAUD Pradnya Paramita pada tahun ajaran 2015/2016, sebesar 22 anak.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengamatan dengan instrumen berupa lembar observasi. Data Dikumpulkkan telah dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan untuk mengetahui warna anak setelah penerapan metode eksperimental. Hal ini dapat dilihat dari keuntungan rata-rata persentase kemampuan untuk mengetahui warna dari siklus pertama 64,75% yang berada dalam kategori sedang dan meningkat menjadi 83,81% pada siklus kedua pada kategori tinggi sehingga nilai rata-rata persentase kemampuan tahu anak-anak warna meningkat dari siklus I ke siklus II 18,43%. Jadi hasil penelitian penerapan metode eksperimen di PAUD Pradnya Paramita dapat di pahami oleh anak. Kata-kata kunci: metode eksperimental, kemampuan untuk mengenali warna, anak usia dini
Abstract This study aims to improve the ability of children to recognize colors with the application of the experimental method in children in group A in early childhood Penarungan Pradnya Paramita. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Subject ECD Pradnya Paramita in the academic year 2015/2016, amounting to 22 anak.Jenis this research is classroom action research conducted in two siklus.Pengumpulan data in this study conducted using observations with the instrument in the form of observation sheet. Dikumpulkkan the data have been analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative statistical analysis methods.The results showed that an increase in the ability to know the color of the child after the application of the experimental method. It can be seen from the average percentage gains the ability to know the color of the first cycle of 64.75% which is in the moderate category and increased to 83.81% in the second cycle in the high category so that the average value of the ability to know the percentage of children color increased from cycle I to cycle II 18.43%. So research the application of experimental methods in early childhood Pradnya Paramita can be understood by children. Keywords: experimental methods, the ability to recognize colors, early childhood
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu sendiri. Dalam dunia pedidikan pada dasarnya pengubahan sikap dan tata laku seseorang dapat ditingkatkan melalui kualitas SDM yang dihasilkan melalui pendidikan yang bermutu dan bermanfaat bagi manusia. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, telah banyak usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait, pemerintah maupun swata. Salah satunya yaitu pendidikan dasar yang pada saat ini disebut sebagai Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD). Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan awal dalam pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu pembentukan karakter, budi pekerti, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu lembaga pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun yang terdiri dari Tempat Penitipan Anak(TPA), Kelompok Bermain(KB), dan Taman Kanakkanak(TK). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, pasal 1 ayat(14) dalam (Depdiknas,2003) menyatakan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan. Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya merupakan upaya pemberian stimulus, bimbingan pengasuh dan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi dalam diri anak sesuai dengan aspek perkembangan anak. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai suatu tahap diharapkan meningkatkan baik pada tahan selanjutnya. Setiap anak memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda antara satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal tetapi demikian tahap perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Pada masa perkembangan berlangsung orang tua dan guru sangat berperan penting dalam pemberian sitmulus pada masa peka. Masa peka anak usia 4-6 tahun merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan mengasimilasikan ke dalam pribadinya. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal. Pendidikan Anak Usia Dini menstimulasi 5 aspek perkembangan diantaranya, perkembangan nilai agama dan moral, perkembangan fisik, perkembangan kogntif, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial emosional. Salah satu kemampuan anak yang dapat dikembangakn adalah perkembangan konitif. Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berpikir atau intelektual. ”Konsep yang mendasari pengertian merupakan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut” Hurlock (2012). Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan. Dan menurut Jenice J (2013,281) “ Cara lain otak mengelompokkan benda-benda adalah berdasarkan warna.” Perkembangan kognitif pada Taman Kanak-kanak tidak hanya anak mampu mengenal bentuk geometri dan menghitung tetapi anak juga mampu mengenal warna secara mendasar. Seperti yang kita ketahui perkembangan kognitif merupakan dasar pembentukan gaya berfikir anak untuk memperoleh suatu konsep yang nyata. Oleh karena itu pengenalan warna terhadap anak juga mampu membantu pembentukan gaya berfikir anak yang nyata melalui pembelajaran yang sesuai dengan anak usia dini. Anak usia 4-5 tahun belum mampu memahami warna sekunder dan warna primer, karena kegiatan pengenalan warna kurang bervariasi dan hanya
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) mengenal warna melalui kegiatan mewarnai dan menggambar. Berdasarkan hasil wawancara telah dilakukan dengan guru kelas kelompok A di PAUD Pradnya Pramita Penarungan, Singaraja bahwa masalah yang sering dihadapi guru adalah proses mengenalkan warna pada anak. Serta guru juga mengajak anak mengumpulkan beberapa jenis benda dengan warna yang sama, dengan demikian guru mampu mengetahui tingkat kemampuan anak dalam mengenal warna. Pengenalan warna di dalam kelas tidak diberikan melalui metode khusus tetapi hanya di diselipkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya metode yang tepat diterapkan dalam proses pembelajaran serta media yang dapat menujang dalam kegiatan pembelajaran. Seperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Mardyah (2013) yang berjudul “ Upaya Menngkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Metode Eksperiemn Kelompok A RA Tamanagung 3 Muntilan menunjukan yaitu pada siklus I kemampuan menganal warna mencapai 60% dan terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 90% . Dengan demikian perlu adanya metode baru untuk meningkatkan kemampuaan anak dalam mengenal warna. Dalam penelitian digunakan metode eksperimen merupakan suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Karena dari pernyataan guru yaitu, “ Anak kelompok A disini belum mampu mengenal warna secara keseluruhan dik, bisa adik lihat pada saat kegitan mewarnai. Anak-anak hanya akan mengambil warna apa yang dia suka tanpa tahu itu warna apa namanya”. Oleh karena itu dengan metode ini anak dapat lebih paham dan dapat mengenal warna secara langsung. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba mengkaji dengan judul “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Pada Anak Kelompok A di PAUD
Pradnya Paramita Penarungan Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016” Menurut Roestiyah (2001:80) “Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru” . Menurut Djamarah (1995) “Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari”. Menurut Beni S Ambarjaya (2012:106) menyatakan pengertian metode eksperimen sebagai berikut: Metode eksperimen(perobaan) adalah cara penyajian pelajaran yang menitikberatkan siswa untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatuyang didipelajari. Dalam kegiatan pembelajran yang menggunakan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan tentang suatu permasalahan yang terkait materi yang diberikan. Jadi metode eksperimen merupakan cara yang digunakan oleh siswa ke dalam suatu pembelajaran untuk memperoleh suatu informasi dari hasil percobaan tersebut. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Metode eksperimen sebagai metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melatih melakukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) suatu proses secara langsung sehingga anak didik sepenuhnya terlibat untuk menemukan fakta dalam mengumpulkan data, mengendalikan variabel dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata. Agar dapat berpikir kreatif, siswa memerlukan kebebasan berpikir untuk mengembangkan dan menghargai pendapat dan daya nalar. Melalui metode eksperimen diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Berdasarkan kelemahan metode eksperimen yang dijelaskan diatas maka dapat ditegskan bahwa siswa dituntut untuk teliti dan ulet dalam melaksanakan percobaan. Bahan dan fasilitas yang digunakan tidak selalu mudah didapat dsan mahal, selain itu hasil yang didapat kadang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut. Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. Pengamatan merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, ,
maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. Anak TK adalah anak pra sekolah yang berusia antara 2-6 tahun. Seperti pendapat Santrock (2007: 20) bahwa anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia 2 sampai 5 atau 6 tahun. Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar. Piaget mengemukakan empat tahapan perkembangan kognitif anak (Santrock,2007:49) Piaget berpendapat bahwa semua anak mempunyai pola perkembangan kognitif yang sama. Empat tahapan perkembangan kognitif anak tersebut. a. Tahap Sensorimotor (0–2 Tahun) Bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan menkoordinasikan pengalaman sensoris dengan tindakan fisik. Bayi lebih banyak menggunakan refleks dan indera untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Bayi mulai menggunakan pikiran simbolis pada akhir tahap ini. b. Tahap Praoperasional (2–7 Tahun) Anak mulai menunjukkan pemikiran simbolis melalui kata–kata dan gambar. Anak dapat melakukan permainan simbolis, seperti bermain peran. Selain itu, anak dapat melakukan imitasi langsung maupun tertunda. Pemikiran anak masih intuitif, irreversible (satu arah), dan belum logis. Egosentris anak masih sangat tinggi, sehingga belum mampu melihat perspektif orang lain. Ciri khas masa ini adalah anak belum mampu melakukan konversi. c. Tahap Operasional Konkrit (7–11 tahun) Anak dapat melakukan memecahkan persoalan sederhana yang bersifat konkrit. Anak dapat melakukan penalaran logis selama ada contoh yang nyata atau konkrit.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Pada tahap ini, pemikiran anak sudah bersifat reversible (berpikir balik). Anak dapat melakukan konversi dan klasifikasi. d. Tahap Operasional Formal (11 Tahun Keatas) Anak dapat melakukan penalaran dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis. Pikiran anak tidak lagi terbatas pada hal – hal yang ada dihadapan anak. Anak menjadi lebih sistematis dalam memecahkan masalah dan dapat mengembangkan hipotesis. Sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget, anak prasekolah berada pada tahapan praoperasional. Anak prasekolah sangat egosentris dan berpikir secara intuitif. Anak juga belum dapat melakukan konversi. Oleh sebab itu, pembelajaran untuk anak prasekolah harus disesuaikan dengan ciri–ciri perkembangan pada tahapan praoperasional. Kemampuan diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan. Menurut Robbins (dalam Suratno 2005: 1) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan mengenal warna adalah kesanggupan anak dalam mengetahui warna dengan cara menunjuk, menyebut, dan mengelompokkan warna yang dimaksutkan guru melalui kegiatan-kegiatan pengenalan warna. Mengenal warna merupakan salah satu indikator sains termasuk ke dalam bidang pengembangan kognitif. Mengenalkan warna kepada anak dapat membentuk struktur kognitif, dalam proses pembelajaran anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya dan lebih dalam. Dalam hal ini anak mengetahui warna secara konsep berdasarkan pengalaman belajarnya. Warna dapat diartikan sebagai adalah sebuah spektrum tertentu yang terdapat di dalam cahaya yang sempurna / putih. Dalam dunia disain, Warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna
akan menghasilkan sensasi mirip warna merah. Ali Nugraha (2008: 34) mengatakan bahwa “warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda–benda yang dikenai cahaya tersebut”. Selanjutnya, Endang Widjajanti Laksono (1998: 42) mengemukakan bahwa “warna merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Terdapat tiga unsur yang penting dari pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya.” Secara umum, warna didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diintrepetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut. dan disebut spektrum. Teori Brewster membagi warna–warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori Brewster dipaparkan sebagai beriku 1. Warna primer adalah warna dasar yang tidak berasal dari campuran dari warna– warna lain. Menurut teori warna pigmen dari Brewster, warna primer dalah warna–warna dasar (Ali Nugraha, 2008: 37). Warna– warna lain terbentuk dari kombinasi warna– warna primer 2. Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 18) membuktikan bahwa campuran warna–warna primer menghasilkan warna–warna sekunder. 3. Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder. Contoh, warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah warna tersier awalnya merujuk pada warna–warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna 4. Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1.Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dalam sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu, atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna–warna kontras di alam.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dilihat bahwa proses pembelajaran yang baik dan patut menerapkan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pesrta didik dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik serta dalam penyampaian harus menggunakan metode dan media yang menarik bagi anak. Penerapan metode eksperimen sangatlah tepat digunakan dalam proses pengenalan warna, karena seperti yang diketahui bahawa pembelajaran anak usia dini harus dengan media yang nyata agar anak dengan sendirinya mampu memperoleh materi dengan baik. Dengan metode ini juga dapat menarik minat anak untuk belajar dan menjawab rasa ingin tahu tinggi yang dimilikinnya. Hal ini disebabkan anak TK masih berada pada fase pra oprasional dimna mereka harus diberikan secara langsung untuk mencari dan mereka tidak mampu berfikir secara abstrak. Atas dasar kerangka berfikir diatas bahwa penerapan metode eksperimen dapat dilakukan dengan baik, maka kemampuan mengenal warna pada anak dapat meningkat dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. METODE Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas(PTK) yang dirancang sesuai dengan masalah yant terdapat di kelas. Penelitian ini termasuk penelitia deskriptif karena menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan anak. Dengan PTK penelitian dapat dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran denganhasil yang diperoleh dan dapat melakukan refleksi serta perbaikan di setiap siklusnya. Perbaikan tersebut dilakukan di PAUD Pradnya Paramita Penarungan anak kelompok A tahun pelajaran 2015/2016 untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna. Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas dua siklus sehingga sering disebut penelitian siklus spiral. Adapun tahapan dari penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Ada berbagai macam desain model PTK yaitu Kurt Lewin,
kemmis dan Mc Taggart, dan Elliot. Pada penelitian ini peneliti menerapkan desain model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart, karena desain PTK model ini diangggap lebih mudah dala prosedur tahapannya. Berikut adalah PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart.
Gambar
1.
Model/ desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21)
Dalam penelitian ini rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencanaPermasalahan pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh melalui refleksi awal di kelas berupa penerapan metode eksperimen dengan sederhana. Kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak dalam kemampuan mengnal warna adapun perencanaan yang dapat dilaksanakan yaitu, . (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan, capaian
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) perkembangan, dan indikator yang telah ditetapkan, (2) menentukan metode, media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, (3) menyiapkan instrument penelitian. Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas. Pada pelaksanaan kegiatan, pertama peneliti menrapkan metode eksperimen dengan kegiatan yang sederhana dan mudah di pahami oleh anak, kegiatan tersebut seperti proses pencampuran warna kemudian anak di ajak untuk mengenlompokkan benda menurut warna untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengnal warna. Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui adatidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah memberikan penilaian terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh anak dari kegitan awal sampai akhir anak mampu mengnal warna. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji,
dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi. Jika hasil tahap refleksi telah mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian dapat dihentikan. Sebaliknya, jika hasilnya belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan acuan tahap releksi sebelumnya. Sehingga, pada siklus berikutnya terjadi perbaikan dan hasilnya lebih berkembang serta pelaksanaan pada siklus berikutnya menjadi lebih optimal Penelitian dilaksanakan pada anak kelompok A semester II tahun ajaran 2015/2016. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di PAUD Pradnya Paramita Penarugan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD Pradnya Paramita Penarugan dalam kegiatan penerapan metode eksperimen dalam kemampuan mengenal warna. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A PAUD Pradnya Paramita Penarugan semester II Tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 22 anak. Variabel merupakan suatu konsep yang sangat penting di dalam penelitian. Sugiyono (dalam Agung, 2014:40) menyatakan bahwa “Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel adalah Gejala yang berfariasi dalam bentuk apa saja, dimana segala sesuatu ini yang akan menjadi objek pengamatan dan titik fokus penelitian. Metode eksperimen merupakan cara yang digunakan oleh siswa ke dalam suatu pembelajaran dalam proses percobaan untuk membuktikan suatu kebenaran Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode eksperimen merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran dengan melibatkan anak untuk berinteraksi yang disesuaikan dengan kondisi anak didik. Warna dapat diartikan sebagai adalah sebuah spektrum tertentu yang terdapat di
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dalam cahaya yang sempurna / putih. Dalam dunia disain, Warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah Kemampuan mengenal warna adalah kesanggupan anak dalam mengetahui warna dengan cara menunjuk, menyebut, dan mengelompokkan warna yang dimaksutkan guru melalui kegiatankegiatan pengenalan warna. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan
Mengenal Warna N Dimensi o 1 Mengkreasik an sesuatu dengan idenya sendiri 2
3
4
Indikator
Mencoba dan menceritaka n apa yang terjadi jika warna dicampur, Mengklasifi .Mengelom kasikan pokkan dan benda memasangk berdasarkan an benda bentuk, berdasarkan warna dan warna yang ukuran. sama Mengenal Mmenyebut benda kan dan berdasarkan mengetahui warna bendabenda berdasarkan warna. Mengurutka Mengurutka n benda n dan berdasarkan menunjukka 5 serasi n benda ukuran berdasarkan warna warna(5 serasi)
Bu tir 1,2
Tot al 2
3,4
2
5,6
2
7,8
2
Mengenal warna merupakan salah satu indikator sains termasuk ke dalam
bidang pengembangan kognitif. Mengenalkan warna kepada anak dapat membentuk struktur kognitif, dalam proses pembelajaran anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya dan lebih dalam. Dalam hal ini anak mengetahui warna secara konsep berdasarkan pengalaman belajarnya Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. (Nurkencana, 1986) menyatakan bahwa ”Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis”. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah ”Pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian” (dalam Agung, 2014:94). Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data perkembangan kognitif pada anak. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap setiap unsur yang tampak dalam suatu gejala. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi adalah alat yang digunakan sebagai acuan pengamatan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan Kemampuan mengenal warna anak. Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan siswa dalam menerapkan metode eksperimen. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikatagorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda skor 1, anak mulai berkembang dengan tanda skor 2, anak sudah berkembang dengan skor 3, anak berkembang sesuai harapan dengan tanda skor 4. Lebar observasi ini disusun agar mempermudah dalam melakukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan metode eksperimen Hasil penelitian disajikan ke dalam 1) tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung angka rata-rata atau mean (M), 3) menghitung modus (Mo), 4) menghitung median (Me), 5) menyajikan ke dalam grafik polygonInstrumen pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi adalah alat yang digunakan sebagai acuan pengamatan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan Kemampuan mengenal
kognitif berada pada rentang 80-89 dengan kriteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus berikutnya dan mampu mencapai kriteria tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dalam mengenalkan warna dengan efesien dan efektif. Maka penelitian ini dapat di hentikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan refleksi hasil observasi awal bagian pendahuluan, dilaksanakan tindakan dengan menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala kelompok A di PAUD Pradnya Paramita Lima tentang Tingkatan Penarungan Tahun Pelajaran 2015/2016. Perkembangan Kognitif Secara umum pelaksanaan yang disusun sebagai penerapan metode ekperimen dalam meningkatkan kemampuan Kriteria Persentase Perkembangan Kognitif mengenal warna. Perkembang Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2016 sampai dengan tanggal 28 Mei an kognitif 2016 dalam dua siklus. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan 90 −100 Sangat Tinggi kemampuan mengnal warna melalui 80 − 89 Tinggi metode eksperimen. Data tersebut sudah terkumpul sesuai dengan teknik 65 − 74 Sedang pengumpulan data yang telah dijelaskan 55 − 64 Rendah pada bab III. Rincian mengnai data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 0 − 54 Sangat Berdasarkan hasil refleksi awal, secara umum dapat digambarkan bahwa Rendah kemampuan anak dalam mengenal warna Sumber (Agung, 2005:13) tergolong rendah. Hal ini dpat dilihat dari hasil observasi dan wawancara peneliti. Berdasarkan pedoman PAP Skala lima Siklus I dalam penelitian ini dilaksanakan mengenai kemampuan mengenal warna dari tanggal 16 mei 2016 sampai 21 mei pada anak kelompok A PAUD Pradnya 2016. Penelitian ini dilakukan dalam dua Paramita Singaraja, maka target yang ingin minggu, dimana setiap minggu terdiri dari 3 dicapai dalam penelitian ini adalah anak kali pertemuan. Dalam petemuan minggu mampu mencapai tingkat penguasaan pertama dilakukan tindakan dalam pembelajaran yaitu 80-89% dengan kriteria pembelajran dan pada minggu kedua tinggi atau aktif. dilakukan evaluasi dan penilaian dari hasil Kriteria keberhasilan pada penelitian ini tindakan yang terdiri dari 22 anak. Data adalah adanya peningkatan dalam hasil penelitian dipaparkan dalam table kemampuan berbicara pada anak kelompok distribusi frekuensi, menghitung Modus A Semester II di PAUD Pradnya Paramita (Mo), Median (Me), Mean (M),grafik Penarungan. Penelitian ini dinyatakan polygon, dan membandingkan rata-rata berhasil jika terjadi perubahan positif skor mean model PAP skala lima. Pelaksanaan rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya penerapan metode eksperimen dalam dan jika dikonversikan pada pedoman PAP meningkatkan kemampuan mengnal warna Skala lima tentang tingkat perkembangan terdiri dari empat indikator
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Grafik siklus I
5
0 5
6
7
8
9
10 11 12
penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 25 mei 2016 sampai 30 mei 2016. Penelitian ini dilakukan dalam dua minggu, dimana setiap minggu terdiri dari 3 kali pertemuan. Dalam petemuan minggu pertama dilakukan tindakan dalam pembelajran dan pada minggu kedua dilakukan evaluasi dan penilaian dari hasil tindakan yang terdiri dari 22 anak.
Gambar 2. Grafik Polygon siklus Berdasarkan perhitugan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Me<M (7<7.5<7.77), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan mengenal warna melalui metode eksperimen pada siklus I merupakan kurve juling positif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar cenderung rendah. Nilai M% = 64.75 % (65%) ini kemudian dikonversikan ke dalam PAP skala lima. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa M% berada pada tingkat kemampuan mengnal warna anak pada tingkat kesetaraan 65 - 74 % yang berarti bahwa kemampuan mngenal warna anak pada siklus I berada pada kriteria sedang. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat di ketahui bahwa tingkat kemampuan mengenal warna anak pada siklus I masih berada pada kriteria sedang. Diketahui dari 22 orang siswa kelompok A di PAUD Pradnya Paramita, sekitar 10 orang siswa atau 50% mendapat nilai rendah. Hal ini disebabkan karena adanya kedalam dalam proses tindakan. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: a. Anak kurang berkonsentrasi dalam menerima penjelasan dari guru, karena situasi diluar kelas sangat bising. b. Beberapa anak masih terlihat bermain-main pada saat di ajak melaksanakan kegiatan karena guru terlalu lama menjelaskan c. Masih ada banyak anak yang melalukan kegiatan (mencampur warna) dengan sesuka hati sendri tanpa mengikuti istruksi dari guru. Siklus II juga dilakukan sama sepeti siklus I yaitu dilaksanankan iklus I dalam
Grafik siklus II 6 4 2 0 0
11 12
13
14
15 16
17
Gambar 3. Grafik Polygon siklus II Berdasarkan gambaran grafik di atas menunjukkan bahwa harga statistik : Mo>Me>M dimana (14>13.50>13.31). Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil data kemampuan mengenal warna anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi dan menggunakan kurva juling negatif. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaa tindakan siklus I maka pada pelaksanaan suklus II talah tampak adanya peningkatan signifikan yang dapa dilihat pada kemampuan mengenal warna yang diperoleh anak yang sebelumnya berada pada kriteria sedang meningkat menjadi kriteria tinggi diketahui dari 22 orang anak siswa kelompok A di PAUD Pradnya Paramita, 11 orang anak atau sekitar 50% mendapat nilai tinggi , 4 orang anak atau 15 % mendapat nilai rendah dan 7 orang atau sekitar 35% mendapat nilai sedang. Adapun temuan-temuan yang telah diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus berlangsung siklus II adalah sebagai berikut. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh penelitian, sehingga kemampuan mengenal warna yang diharapkan dapat tercapai.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Peneliti dalam hal ini sebagai guru yang memberikan arahan pada anak apabila ada hal yang belom dipahami Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna anak kelompok A di PAUD Pradnya Paramita tahun pelajaran 2015/2016 berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) kemampuan mengenal warna dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di PAUD Pradnya Paramita pada anak kelompok A tahun pelajaran 2015/2016 selama dua siklus menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan mengenal warna setelah penerapan metode eksperimen. Sebelum diberikan tindakan presentase tingkat kemampuan mengenal warna PAUD Pradnya Paramita Penarungan tergolong rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat kemampuan mengenal warna yang tinggi yaitu rata-rata sekitar 80% keatas. Penyajian data di atas memberikan gambaran bahwa penerapan metode eksoerimen dapat meningkatakan kemampuan mengenal warna pada anak kelompok A. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statstik deskriptif dan analisis kuantitatif diperoleh presentase peningkatan kemampuan mengenal warna. Setelah dilaksanakan siklus I dimana dalam pelaksanaannya anak antusias untuk mengerjakan apa yang ditugaskan, pada kegiatan pertama anak di ajak untuk mengenalkan warna dasar dan mencampur beberapa warna.seperti yang kita ketahui metode eksperimen merupakan cara yang digunakan oleh anak kedalam suatu pembelajaran untuk memperoleh suatu informasi dari hasil percobaan tersebut. Menurut Roestiyah(2001:80) “Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan rata-rata persen 64,75% dikatakan belum mencapai kriteria yang ditentukan dan masih belum ada perubahan. Tampak adanya peningkatan kemampuan mengenal warna dalam penerapan metode eksperimen yang diperoleh dari temuan-temuan sebagai berikut. Secara garis besar proses kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah direncanakan oleh peneliti sehingga kemampuan mengenal warna dapat tercapai, peneliti memberikan bimbingan dan tuntunan apabila ada yang belum di mengerti oleh anak. Berdasarkan rata-rata persen pada siklus II sebesar 83,18% maka dalam penelitian ini sudah dikatakan berhasil. Peningkatan rata-rata persentase kemampuan mengenal warna melalui penerapan metode eksperimen dari siklus I ke siklus II sebesar 18,43%. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna anak. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut berarti bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak kelompok A di PAUD Pradnya Paramita Penarungan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam Bab IV di depan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan kemampuan mengenal warna anak kelompok A di PAUD Pradnya Paramita Singaraja setelah diterapkan metode eksperimen. Ini terlihat peningkatan ratarata presentase kemampuan mengenal warna pada siklus I sebesar 64,75% yang berada pada kategori rendah menjadi 83,18% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan mengenal warna pada anak sebesar 18.43%. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Ani, Cuci dan Mas’udah. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Metode Eksperimen Berbahan Alam Pada Anak Usia 3-4 Tahun. Ambarjaya, Beni S.2012 Psikologi Pendidikan dan Pengajaran. Yogyakarta: CAPS. Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Askara Beaty,
Dahar,
Janice J. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri
Nurkancana, W. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Puspa Swara Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2013. Universitas Pendidikan Ganesha. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Sujiono, Yuliani Nuraini, dkk. 2004. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Depdikbud. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Program Kegiatan Belajar Taman KanakKanak, Landasan Proogram dan Pengembangan Kegiatan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.
Djamarah, S. B dan Zain ,A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Mardhiyah, Siti. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Metode Eksperimen Kelompok A RA Tamanagung 3 Muntilan Tahun Pelajaran 2013/2014. Mas’udah & Cuci Ani. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Metode Eksperimen Berbahan Alam Pada Anak Usia 3-4 Tahun”.
Wahdyani, Marmawi dkk. “Peningkatan Pengenalan Warna Melalui Play Dough Anak Usia 4-5 Tahun”.