PENGARUH LETAK POSISI BATANG KELAPA DAN BEBERAPA BAHAN FINISHING TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L.)
IMAN KUSUMA BANGSA. NA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN IMAN KUSUMA BANGSA. NA. Pengaruh Letak Posisi Batang Kelapa dan Beberapa Bahan Finishing Terhadap Sifat Fisik Mekanik Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L.) Dibimbing oleh T.R. MARDIKANTO dan SUCAHYO SADIYO Kebutuhan kayu terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai konsekuensi logis dari suatu pembangunan dalam negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia. Kelapa yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, misalnya untuk memasak, pohonnya juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan seperti tiang atau rangka rumah. Oleh karena itu, dengan dipakainya kayu kelapa diharapkan bisa menggantikan atau mengurangi ketergantungan pada kayu jenis tertentu dari hutan sebagai bahan baku dalam industri kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak posisi batang kelapa (Cocos nucifera L.) dan beberapa bahan finishing (pernis, nitrocellulose dan melamine) terhadap sifat fisik mekanik kayu kelapa yang rentan oleh kondisi iklim tropis, yaitu terhadap serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Pada penelitian ini, contoh uji yang dibuat mengacu pada standar Inggris untuk contoh kayu bebas cacat (BS 373 : 1957). Contoh uji diambil dari balok yang berasal dari 4 letak yang berbeda di dalam batang kelapa. Balok yang berukuran 2x2x41 cm3 kemudian dipotong menjadi ukuran 2x2x30 cm3 untuk pengujian Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR), 2x2x4 cm3 untuk pengujian KA, BJ dan kerapatan serta 2x2x6 cm3 untuk pengujian Maximum Crushing Strength (MCS). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kayu kelapa mempunyai sifat fisik mekanik yang berbeda-beda tergantung letak posisinya pada batang kelapa.Urutan kekuatan kayu kelapa mulai dari tertinggi sampai terendah yaitu pangkal tepi, ujung tepi, pangkal tengah dan ujung tengah. Kayu kelapa yang diberi bahan finishing, kadar airnya lebih tinggi dari pada yang tidak diberi bahan finishing. Terdapat perbedaan sifat fisik kayu kelapa sebelum dan setelah diumpankan ke rayap kayu kering. Semua contoh uji mengalami penurunan kadar air setelah diumpankan ke rayap kayu kering. Penurunan kadar air yang paling besar terjadi pada pangkal tepi dengan bahan finishing pernis, dan penurunan yang paling kecil pada ujung tengah tanpa bahan finishing (kontrol). Hanya kerapatan kayu kelapa pada ujung tengah kontrol yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan kerapatan kayu awalnya. Nilai kekakuan lentur (MOE) dan kekuatan lentur (MOR) batang kelapa bagian ujung tepi yang diberi bahan finishing pernis lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan keadaan awal. Hanya kekuatan tekan maksimum (MCS) kayu kelapa bagian ujung tepi yang diberi bahan finishing pernis, pangkal tepi kontrol, pangkal tepi yang diberi bahan finishing melamin dan pangkal tepi yang diberi bahan finishing pernis, yang berbeda nyata dengan MCS keadaan awal. Contoh uji yang paling tahan terhadap serangan rayap berbeda-beda di antara tiga parameter yang diamati. Bila dilihat dari mortalitas (tingkat kematian rayap), maka yang paling tahan adalah bagian pangkal tengah yang diberi bahan finishing pernis. Sedangkan bila dilihat dari derajat proteksi (ketahanan terhadap rayap), maka yang paling tahan adalah bagian pangkal tepi kontrol. Dilihat dari penurunan berat contoh uji maka yang paling tahan adalah bagian ujung tengah yang diberi bahan finishing melamin. Kata kunci : letak batang kelapa, rayap kayu kering, finishing, sifat fisik mekanik.
PENGARUH LETAK POSISI BATANG KELAPA DAN BEBERAPA BAHAN FINISHING TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L.)
Skripsi : Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh : IMAN KUSUMA BANGSA. NA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi Nama NIM
:
Pengaruh Letak Posisi Batang Kelapa dan Beberapa Bahan Finishing Terhadap Sifat Fisik Mekanik Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L.) : Iman Kusuma Bangsa. NA : E24102041
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Ir. T.R. Mardikanto, M.S. NIP. 130 422 714
Ir. Sucahyo Sadiyo, M.S. NIP. 131 411 834
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus :
PENYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Letak Posisi Batang Kelapa dan Beberapa Bahan Finishing Terhadap Sifat Fisik Mekanik Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L.)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2008
Iman Kusuma Bangsa. NA NRP E24102041
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Letak Posisi Batang Kelapa dan Beberapa Bahan Finishing Terhadap Sifat Fisik Mekanik Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L.)” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. T.R. Mardikanto, M.S. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Sucahyo Sadiyo, M.S. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, nasehat, arahan dan perhatian kepada penulis sampai selesainya penyusunan skripsi ini. 2. Bapak (Almarhum), ibu, kakak-kakak dan keponakan tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 3. Keluarga besar Asrama Sylvasari atas kebersaman, kekeluargaan, dan perhatiannya kepada penulis. 4. Teman-teman THH’39 yang selalu kompak dan memberikan motivasi kepada penulis. 5. Civitas akademika Fakultas Kehutanan IPB (khususnya keluarga besar DHH) yang selalu membantu penulis. 6. Teman-temanku di MT Al Asyjaar Fakultas Kehutanan dan BKIM IPB yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Februari 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kediri Jawa Timur, pada tanggal 5 Juli 1983. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Abdullah (Almarhum) dan Ibu Napsiam. Riwayat pendidikan yang ditempuh penulis yaitu mulai dari TK Kusuma Mulya Sidodadi selama 2 tahun dan dilanjutkan ke Pendidikan Dasar yang lulus pada tahun 1996 di SDN Canggu III. Kemudian dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Pare tahun 1996-1999 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Negeri 2 Pare tahun 1999-2002. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Pada tahun 2004, penulis mengambil Sub Program Studi Pengolahan Hasil hutan dan tahun 2005 memilih Keteknikan Kayu sebagai bidang keahlian. Semasa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, diantaranya di Majelis Ta’lim Al Asyjaar Fakultas Kehutanan IPB. Pada tahun 2005, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di KPH Banyumas Timur dan KPH Banyumas Barat (Jawa Tengah) serta Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Ngawi (Jawa Timur). Sedangkan pada tahun 2006, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di CV. Sylva Kriya Gemilang yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah selama dua bulan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang Keteknikan Kayu dengan judul : “Pengaruh Letak Posisi Batang Kelapa dan Beberapa Bahan Finishing Terhadap Sifat Fisik Mekanik Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L.)” di bawah bimbingan Ir. T.R. Mardikanto, M.S. dan Ir. Sucahyo Sadiyo, M.S.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu .............................................................................. 3 2.2 Rayap ............................................................................................ 6 2.3 Sifat Fisik Kayu ............................................................................ 8 2.4 Sifat Mekanik Kayu ..................................................................... 10 2.5 Gambaran Umum tentang Kayu Kelapa ...................................... 12 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 14 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 14 3.3 Persiapan dan Proses Pembuatan Contoh Uji .............................. 15 3.4 Prosedur Pengujian ....................................................................... 16 3.5 Rancangan Percobaan .................................................................. 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik ..................................................................................... 22 4.2 Sifat Mekanik ............................................................................... 37 4.3 Serangan Rayap Kayu Kering ...................................................... 51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 56 5.2 Saran ............................................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58 LAMPIRAN ...................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Kelas kuat kayu ............................................................................................10 2. Pemberian nilai (scoring)..............................................................................18 3. Thally sheet pengamatan / pengujian ..........................................................21 4. Rataan kadar air (%) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................22 5. Rataan berat jenis kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................25 6. Rataan kerapatan (g/cm3) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................26 7. Rataan kadar air (%) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ...............28 8. Rataan berat jenis kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................................30 9. Rataan kerapatan (g/cm3) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................32 10. Rataan perubahan kadar air (%) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing .....33 11. Rataan perubahan berat jenis kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................34 12. Rataan perubahan kerapatan (g/cm3) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing 36 13. Rataan MOE (kg/cm2) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................37 14. Rataan MOR (kg/cm2) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................39
15. Rataan MCS (kg/cm2) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................40 16. Rataan MOE (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................42 17. Rataan MOR (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................43 18. Rataan MCS (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing ................45 19. Rataan perubahan MOE (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing .....47 20. Rataan perubahan MOR (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing .....48 21. Rataan perubahan MCS (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing .....49 22. Rataan mortalitas rayap (%) pada kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dan beberapa bahan finishing .........................................................51 23. Rataan derajat proteksi rayap (tanpa satuan) pada kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dan beberapa bahan finishing ..................................52 24. Rataan penurunan berat (g) pada kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dan beberapa bahan finishing .........................................................54
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Contoh uji MOE, MOR, KA, BJ, kerapatan dan MCS ............................16 2. Gambar posisi batang kelapa.......................................................................20 3. Rata-rata kadar air menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap .............................................................................23 4. Rata-rata kadar air menurut beberapa bahan finishing yang tidak diumpankan ke rayap...................................................................................24 5. Rata-rata berat jenis menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap ...............................................................................26 6. Rata-rata kerapatan menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap ...............................................................................27 7. Rata-rata kadar air menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap...............................................................................................................29
8. Rata-rata kadar air menurut beberapa bahan finishing setelah diumpankan ke rayap ...............................................................................30 9. Rata-rata berat jenis menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................31 10. Rata-rata kerapatan menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................32 11. Rata-rata kadar air sebelum dan setelah diumpankan ke rayap.............34 12. Rata-rata berat jenis sebelum dan setelah diumpankan ke rayap ...........35 13. Rata-rata kerapatan sebelum dan setelah diumpankan ke rayap............37 14. Rata-rata MOE menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap...............................................................................................................38 15. Rata-rata MOR menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap..........................................................................................................40 16. Rata-rata MCS menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap...............................................................................................................42 17. Rata-rata MOE menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap...............................................................................................................43 18. Rata-rata MOR menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap...............................................................................................................44 19. Rata-rata MCS menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap...............................................................................................................46 20. Rata-rata MOE sebelum dan setelah diumpankan ke rayap ...................47 21. Rata-rata MOR sebelum dan setelah diumpankan ke rayap ...................48 22. Rata-rata MCS sebelum dan setelah diumpankan ke rayap ....................50 23. Interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing terhadap mortalitas rayap............................................................................52 24. Rata-rata derajat proteksi rayap menurut posisi batang kelapa .............53
25. Rata-rata derajat proteksi rayap menurut beberapa bahan finishing ....54 26. Interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing terhadap penurunan berat ...........................................................................55
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Data kadar air (%) yang tidak diumpankan ke rayap.............................62 2.
Data berat jenis yang tidak diumpankan ke rayap ..................................63
3.
Data kerapatan (g/cm3) yang tidak diumpankan ke rayap......................64
4.
Data MOE (kg/cm2) yang tidak diumpankan ke rayap............................65
5.
Data MOR (kg/cm2) yang tidak diumpankan ke rayap ...........................66
6. Data MCS (kg/cm2) yang tidak diumpankan ke rayap ............................67 7.
Data mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpan ke rayap.............68
8.
Data derajat proteksi pada contoh uji yang diumpan ke rayap..............69
9.
Data penurunan berat pada contoh uji yang diumpan ke rayap ............70
10. Data kadar air (%) setelah diumpankan ke rayap ...................................71 11. Data berat jenis setelah diumpankan ke rayap.........................................72 12. Data kerapatan (g/cm3) setelah diumpankan ke rayap ............................73 13. Data MOE (kg/cm2) setelah diumpankan ke rayap..................................74 14. Data MOR (kg/cm2) setelah diumpankan ke rayap..................................75 15. Data MCS (kg/cm2) setelah diumpankan ke rayap...................................76 16. Tabel sidik ragam kadar air yang tidak diumpankan ke rayap...............77 17. Tabel sidik ragam berat jenis yang tidak diumpankan ke rayap.............77 18. Tabel sidik ragam kerapatan yang tidak diumpankan ke rayap .............77 19. Tabel sidik ragam MOE yang tidak diumpankan ke rayap .....................77 20. Tabel sidik ragam MOR yang tidak diumpankan ke rayap .....................77 21. Tabel sidik ragam MCS yang tidak diumpankan ke rayap......................77 22. Tabel sidik ragam mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpankan ke rayap..........................................................................................................77
23. Tabel sidik ragam derajat proteksi pada contoh uji yang diumpankan ke rayap..........................................................................................................78 24. Tabel sidik ragam penurunan berat pada contoh uji yang diumpankan ke rayap..........................................................................................................78 25. Tabel sidik ragam kadar air setelah diumpankan ke rayap .....................78 26. Tabel sidik ragam berat jenis setelah diumpankan ke rayap ...................78 27. Tabel sidik ragam kerapatan setelah diumpankan ke rayap ...................78 28. Tabel sidik ragam MOE setelah diumpankan ke rayap............................78 29. Tabel sidik ragam MOR setelah diumpankan ke rayap ...........................78 30. Tabel sidik ragam MCS setelah diumpankan ke rayap ............................79 31. Uji lanjut duncan kadar air pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap...................................................................................79 32. Uji lanjut duncan berat jenis pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap...................................................................................79 33. Uji lanjut duncan kerapatan pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap...................................................................................79 34. Uji lanjut duncan MOE pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap..........................................................................................................79 35. Uji lanjut duncan MOR pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap..........................................................................................................80 36. Uji lanjut duncan MCS pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap..........................................................................................................80 37. Uji lanjut duncan mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat posisi kayu.................................................................80 38. Uji lanjut duncan derajat proteksi pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat posisi kayu.................................................................80
39. Uji lanjut duncan penurunan berat pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat posisi kayu.................................................................81 40. Uji lanjut duncan kadar air pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................81 41. Uji lanjut duncan berat jenis pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................81 42. Uji lanjut duncan kerapatan pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................81 43. Uji lanjut duncan MOE pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................82 44. Uji lanjut duncan MOR pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................82 45. Uji lanjut duncan MCS pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap..........................................................................................................82 46. Uji lanjut duncan kadar air pada empat perlakuan finishing yang tidak diumpankan ke rayap...................................................................................82 47. Uji lanjut duncan mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat perlakuan finishing ..................................................83 48. Uji lanjut duncan derajat proteksi pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat perlakuan finishing ..................................................83 49. Uji lanjut duncan penurunan berat pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat perlakuan finishing ..................................................83 50. Uji lanjut duncan kadar air pada empat perlakuan finishing setelah diumpankan ke rayap...................................................................................83 51. Uji-T rata-rata kadar air setelah diumpankan ke rayap ..........................84 52. Uji-T rata-rata berat jenis setelah diumpankan ke rayap.... .................. 88 53. Uji-T rata-rata kerapatan setelah diumpankan ke rayap....................... 92
54. Uji-T rata-rata MOE setelah diumpankan ke rayap............................... 96 55. Uji-T rata-rata MOR setelah diumpankan ke rayap .............................. 100 56. Uji-T rata-rata MCS setelah diumpankan ke rayap ............................... 104 57. Dokumentasi penelitian .............................................................................. 108
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi sumberdaya alam hutan dewasa ini sudah sangat memprihatinkan, yang disebabkan oleh deforestasi maupun degradasi yang semakin marak dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena kebutuhan kayu terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai konsekuensi logis dari suatu pembangunan dalam negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan kayu pada industri perkayuan, hutan produksi mempunyai fungsi utama sebagai penyedia bahan baku industri perkayuan di mana sebagian besar bahan baku tersebut berasal dari jenis hardwood. Kebutuhan bahan baku industri perkayuan yang semakin meningkat saat ini menimbulkan kekhawatiran, karena untuk mencukupi kebutuhan tersebut akan memaksa masyarakat mengambil dari hutan alam secara ilegal. Keadaan ini sangat bertolak belakang dengan keadaan Indonesia yang secara geografis termasuk dalam iklim tropis dan merupakan negara kepulauan, mempunyai keragaman jenis hayati dan ekosistem yang tinggi. Kekayaan sumber daya hutan dengan keragaman jenis hayati ini membuka peluang untuk memanfaatkan jenis kayu yang selama ini kurang diminati dan kurang dikenal sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan kayu jenis tertentu sebagai bahan baku. Hal ini sebagai salah satu cara untuk mengurangi kekhawatiran terhadap kekurangan bahan baku dalam industri kayu di Indonesia. Kelapa yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, misalnya untuk memasak, pohonnya juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan seperti tiang atau rangka rumah. Oleh karena itu, dengan dipakainya kayu kelapa diharapkan bisa menggantikan atau mengurangi ketergantungan pada kayu jenis tertentu dari hutan sebagai bahan baku dalam industri kayu. Pemakaian batang kelapa selama ini di satu sisi kurang maksimum, sementara di sisi lain ketersediaan kayu kelapa cukup melimpah. Umur produktif kelapa berkisar 50 tahun yang hanya akan diambil daun dan buahnya untuk dimanfaatkan. Setelah tidak produktif, akan dilakukan peremajaan dan hasil dari
permajaan berupa batang kelapa gelondongan. Batang kelapa inilah yang akan dimanfaatkan sebagai bahan penelitian untuk ditinjau sifat fisik maupun mekaniknya
setelah
diberi
beberapa
perlakuan
finishing
serta
diamati
pengaruhnya terhadap serangan faktor perusak kayu. Upaya meningkatkan nilai dekoratif atau penampilan kayu sering dilakukan melalui proses finishing terhadap permukaan kayu. Beberapa jenis bahan finishing dijual di pasaran dan digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan nilai dekoratif kayu tersebut. Pengecatan atau pemberian bahan finishing menyebabkan permukaan kayu tertutup dan berubah warna sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan dengan politur warna permukaan kayu relatif tidak berubah. Dalam penelitian ini akan dicoba dicari pengaruh finishing terhadap sifat dasar kayu kelapa yang kurang tahan oleh keadaan iklim Indonesia yang lembab dan cocok untuk pertumbuhan hama dan penyakit kayu. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak posisi batang kelapa dan beberapa bahan finishing terhadap sifat fisik mekanik kayu kelapa yang rentan oleh kondisi iklim tropis, yaitu terhadap serangan rayap kayu kering. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan batang kelapa yang kurang termanfaatkan, sebagai kayu untuk bahan bangunan maupun untuk perkakas rumah tangga dan moulding.
1.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menggunakan kayu kelapa sebagai alternatif bahan baku konstruksi struktural dan non struktural maupun mebel agar tidak terpaku pada jenis-jenis kayu yang selama ini populer digunakan. Sedangkan dengan diberikan bahan finishing terhadap kayu kelapa, diharapkan akan menambah corak keindahan kayu dan bisa menahan serangan rayap kayu kering.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu 1. Faktor Penentu Finishing kayu Sebetulnya nilai keindahan atau penampilan suatu produk hasil proses pemesinan dapat ditingkatkan lagi pada tahapan finishing kayu dengan baik, melalui pemahaman terhadap sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat bahan finishing, serta cara penerapannya yang benar (ATTC 1999, diacu dalam Amarullah 2005). Finishing adalah suatu kegiatan melapisi permukaan suatu produk dengan bahan pelapis tertentu untuk tujuan perlindungan dan peningkatan nilai keindahannya. Bahan-bahan pelapis yang dapat dipergunakan dapat berupa larutan yang mengeras setelah mengering atau lembaran bahan utuh yang tipis (overlays) yang biasanya digunakan pada produk-produk komposit. Selanjutnya Yuswanto (1999) diacu dalam Amarulah (2005) mengemukakan bahwa finishing berfungsi melindungi permukaan kayu atau perabot rumah, sehingga terhindar dari hal-hal berikut: a. Korosi atau pengaruh bahan kimia yang merusak permukaan kayu. b. Rusaknya permukaan karena terkelupas atau tergores. c. Pengaruh cuaca (kelembaban, sinar matahari dan perubahan bentuk). d. Jamur-jamur pewarna dan perusak kayu. e. Serangga yang sering melubangi dan memakan zat organik pada kayu. Sifat-sifat finishing pada prinsipnya dapat dipengaruhi oleh tiga macam faktor, yaitu : faktor kayu, faktor sifat bahan pelapis dan faktor aplikasi bahan finishing yang digunakan (USFPL 1974, diacu dalam Amarullah 2005). 2. Jenis-jenis Bahan Finishing a. Nitrocellulose Pengikat yang paling sering dipakai dalam nitrocellulose adalah plastik meskipun resin/damar dapat menghasilkan kilap yang lebih memuaskan. Nitrocellulose dapat kering hanya dengan pelarut yang mudah menguap, yaitu ketika pelarut menguap dari film, maka pengeringan tidak menggunakan
bantuan reaksi kimia. Ini memungkinkan untuk memisahkan film dengan pernis tipis (Anonim). Ketahanan terhadap panas, air, alkohol rendah dan kontak/hubungan dengan beberapa tipe plastik dapat menyebabkan melunaknya film. Keuntungan yang penting dari tipe pelapisan ini adalah mudah dalam pemakaian, cepat mengering, mudah diperbaiki dan dilapisi lagi dengan persiapan yang minimum (Anonim). Nitrocellulose atau selulosa nitrat adalah bahan yang sangat mudah terbakar, dibuat dengan mengolah selulosa (pulp kayu) dengan asam nitrat pekat. Dari nama lainnya, nitrocellulose, senyawa ini memang merupakan ester (mengandung gugus CONO2), bukan senyawa nitro (yang mengandung C-NO2). Selulosa nitrat digunakan sebagai bahan peledak (sebagai bubuk mesiu) dan seluloid (Daintith 1990). b. Pernis Pernis adalah kelompok dari bahan finishing yang telah banyak digunakan dalam memberi lapisan transparan yang bersih. Hal ini berbeda dengan lapisan yang di dalamnya. Lapisan ini mempunyai bentuk serta ketahanan lama yang baik dan keras. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan mudah, yaitu film yang rata dan kering dalam waktu 24 sampai 48 jam. Sekarang ini, pernis tradisional dapat diganti dengan pernis sintetis yang lebih banyak pilihan warnanya (Anonim). Pernis dibuat dari getah kopal dan minyak biji rami dicampur dengan terpentin. Pilihan jenis pernis sangat banyak, tergantung untuk tujuan apa dan hasil bagaimana yang diinginkan. Adapun tipe pernis ada beberapa macam yaitu: pernis tipis, pernis lantai, pernis amplas dan pelitur, pernis pelitur, pernis campuran, pernis meja akhir, pernis bar akhir, pernis datar, pernis damar, pernis bintik, pernis semprot (Anonim). Pernis dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu oleoresin vernis dan spirit vernis. Oleoresin vernis adalah campuran dari minyak pengering dan resin yang biasanya dikombinasikan melalui pemanasan atau pemasakan serta diencerkan atau direduksi hingga mencapai viskositas normal dengan penambahan pelarut volatil. Bahan pengering ditambahkan selama pemasakan atau
ditambahkan sebagai larutan di dalam produk akhir pernis. Spirit vernis merupakan larutan resin yang dibuat dengan atau tanpa penambahan minyak, biasanya dikenal sebagai salah satu bentuk dari platicizer (Flaming 1964). Pernis bisa digunakan sebagai pembersih, pelapis transparan atau kendaraan untuk dicampur dengan berbagai variasi pigmen dan pelapis tak tembus cahaya untuk arsitektur (Fleming 1964). Menurut Mu’min dan Praptowidodo (1982) dalam pembuatan pernis diperlukan minyak pengering, resin, pigmen, dan thiner. Minyak pengering merupakan material pembentuk film yang utama dan memberikan daya tahan terhadap lingkungan serta kelenturan film. Resin berfungsi untuk memperbaiki kekerasan dan kilap film disamping mempercepat pengeringan dan daya adhesi. Pigmen untuk memberikan warna yang dikehendaki dengan cara dimasukkan ke dalam minyak pengering dengan cara dispersi. Pemberian pelarut dimaksudkan untuk mengurangi kekentalan sehingga pernis mudah digunakan dengan memakai kuas, semprotan, atau roller coating. Selanjutnya ditambahkan bahan pengering dalam jumlah kecil ke dalam minyak untuk menambah laju pengeringan lapisan film. Menurut Fleming (1964) alasan penambahan resin terhadap minyak pengering adalah untuk : 1) mempercepat pengeringan, 2) meningkatkan tingkat kekerasan film, 3) memperbaiki permukaan menjadi halus, 4) memperbaiki ketahanan air dan senyawa kimia, dan 5) meningkatkan daya tahan pernis. Berdasarkan
jumlah
minyak
yang
ditambahkan
pada
proses
pembuatannya, pernis dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu pernis short oil dan pernis long oil. Pernis short oil kering lebih cepat dari pada pernis long oil, tetapi tingkat kekeringan juga dipengaruhi oleh jenis minyak yang digunakan. Pernis dengan bahan baku tung oil memiliki kecepatan pengeringan yang tinggi jika dibandingkan dengan pernis dari bahan baku minyak lain. Tipe dan jumlah bahan pengering yang digunakan juga berpengaruh terhadap waktu pengeringan (Fleming 1964). Pernis dibuat dari polyurethane polimer yang mengandung gugus uretan – NH.CO.O – yang dibuat melalui diisosianat dengan diol atau triol yang cocok. Berbagai poliuretan dapat dibuat, dan bahan ini digunakan dalam perekat, cat dan
pernis yang awet, plastik, serta karet. Penambahan air pada plastik poliuretan mengubahnya menjadi busa (Daintith 1990). c. Melamine Melamine adalah suatu sistem bahan finishing yang terdiri dari 2 komponen, yaitu Urea atau Melamine Formaldehide resin dan hardener. Urea atau Melamine Formaldehide resin sebagai bahan dasar yang membentuk reaksi crosslink dengan Alkyd Resin dalam suasana lingkungan asam. Pada proses pengerasan, sistem ini memerlukan suatu bahan pengeras yang bersifat asam yang desebut ”Hardener” sebagai komponen ke-2. Sistem ini juga dikenal sebagai Acid Curing System atau Amino Alkyd System. Sistem ini banyak dipakai untuk pengecatan mebel kayu, dinding kayu interior, plywood dan sebagainya (Anonim). Melamin adalah senyawa kristalin putih, C3N6H6 yang merupakan senyawa siklik beranggota enam dengan atom C dan N berselang-seling, serta gugus NH2. Melamin dapat dikopolimerisasikan dengan metanol yang menghasilkan resin melamin yang termoset, dan terutama digunakan untuk pelapis bagian luar (Daintith 1990).
2.2 Rayap Rayap adalah serangga pemakan selulosa yang termasuk ke dalam ordo Isoptera, tubuhnya berukuran kecil sampai sedang, hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta. Dalam setiap koloni rayap umumnya terdapat tiga kasta, yaitu kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (Borror et al. 1992) Menurut Supriana (1994) kasta pekerja umumnya berjumlah paling banyak dalam koloni dan berfungsi sebagai pencari dan pemberi makan bagi seluruh anggota. Kasta reproduktif (raja atau ratu) berfungsi untuk berkembang biak, dan kasta serdadu/prajurit berfungsi untuk menjaga koloni dari serangan musuh, seperti semut. Makanan dari kasta pekerja disampaikan kepada kasta serdadu dan kasta reproduktif melalui anus atau melalui mulut. Rayap dikelompokkan ke dalam tujuh famili yaitu Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae, Hodoteritidae, Rhino termitidae, Serritermitidae,
dan Termitidae. Enam keluarga pertama sebagai rayap tingkat rendah dan keluarga Termitidae sebagai rayap tingkat tinggi. Di dalam usus belakang rayap tingkat rendah terdapat protozoa yang berperan sebagai sejawat (simbion) dalam proses penghancuran selulosa. Di dalam keluarga rayap tingkat tinggi peranan protozoa digantikan oleh bakteri (Supriana 1983). Perilaku rayap dalam kegiatan makan di laboratorium menunjukkan bahwa dalam keadaan lingkungan tinggal yang terpaksa, akan memakan bahan yang diberikan. Pada taraf awal, rayap melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang disediakan. Pada tahap ini aktivitas rayap untuk makan masih rendah, rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mati. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan akan melakukan orientasi makan. Jika makanan yang disediakan itu sesuai, rayap akan meneruskan makan, tetapi jika tidak sesuai rayap akan memilih berpuasa. Rayap yang lemah akan berangsur-angsur mati dan menjadi makanan bagi yang kuat (Supriana 1983) Rayap dalam hidupnya dihadapkan pada keadaan banyak pilihan makanan. Pada kondisi ini rayap akan memilih tipe makanan yang paling sesuai, bukan saja tipe makanan yang mengandung selulosa, tetapi juga tipe makanan yang paling mudah digigit dan dikunyah (Krisna & Weesner 1969). Karena gigitan rayap bersifat mekanis maka tipe makanan yang sangat keras akan ditinggalkan, bila tipe makanan yang lebih lunak tersedia (Supriana 1983). Menurut Tambunan dan Nandika (1989) di dalam hidupnya rayap mempunyai 4 sifat yang khas, yaitu: 1. Trophalaksis, yaitu sifat rayap untuk saling menjilat dan melakukan pertukaran makanan melalui anus dan mulut. 2. Cryptobiotic, yaitu sifat menyembunyikan diri, menjauhkan diri dari cahaya dan gangguan. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap. 3. Cannibalism, yaitu sifat rayap untuk memakan sesamanya yang telah lemah atau sakit. Sifat ini menonjol dalam kedaan kekurangan makanan. 4. Necrophagy, yaitu sifat rayap yang memakan bangkai sesamanya
Rayap Kayu Kering Rayap kayu kering termasuk ke dalam famili Kaloritermitidae dari genus Cryptotermes. Menurut Tarumingkeng (1971) rayap kayu kering yang telah dideskripsikan Cryptotermes
di
Indonesia
domesticus
yaitu:
Cryptotermes
cynocephalus
Haviland,
Cryptotermes
dudleyi
Banks
Light, dan
Cryptotermes sumatranus. Rayap kayu kering menyerang kayu yang mempunyai kadar air 10-12 % (mungkin lebih rendah), dan karenanya dapat ditemukan dalam kayu yang benarbenar kering udara dalam kerangka kayu pada bagian-bagian atap gedung maupun dalam bahan-bahan yang lebih lembab (Tambunan & Nandika 1989). Serangan rayap ini menyebabkan rongga-rongga yang tidak teratur di dalam kayu dengan meninggalkan lapisan tipis di permukaan kayu, sehingga serangannya tidak terlihat dari luar. Tanda serangannya terlihat dari luar adalah keluarnya ekskremen berdiameter (0,6-0,8) mm berwarna kecoklatan yang dikeluarkan dari lubang bekas serangan dalam jumlah besar (Tarumingeng 1971). Cryptotermes cynocephalus Light adalah rayap kayu kering yang terkecil dan sangat umum terdapat di daerah dataran rendah Jawa Barat, Sumatara, Kalimantan dan Philipina. Penyebarannya mungkin berhubungan dengan keadaan iklim yang lembab dan tidak berubah sepanjang tahun. Serdadunya berrahang pendek dan bagian depan kepala agak tinggi (Tho 1992).
2.3 Sifat Fisik Kayu Haygreen dan Bowyer (1989) menyatakan, sifat fisis kayu yang terpenting adalah kadar air, kerapatan dan berat jenis. 1. Kadar Air Haygreen dan Bowyer (1989) mendefinisikan kadar air sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur (BKT). Sedangkan menurut Brown et al. (1952) kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering tanurnya.
Kadar air suatu kayu sangat dipengaruhi oleh sifat higroskopis kayu, yaitu sifat kayu untuk mengikat dan melepaskan air ke udara sampai tercapai keadaan setimbang dengan kadar air lingkungan sekitarnya. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam bagian xylem, air umumnya lebih dari separuh berat total, sehingga berat air dalam kayu umumnya sama atau lebih besar dari berat kering kayu. Kemampuan kayu untuk menyimpan air dapat dipengaruhi oleh ada tidaknya zat ekstraktif yang bersifat hidrofobik yang mungkin terdapat dalam dinding sel atau lumen (Haygreen dan Bowyer, 1989). Brown et al. (1952) menyatakan apabila kayu cenderung untuk tidak melepaskan maupun menyerap air dari udara di sekitarnya maka kayu tersebut berada dalam kandungan air kesetimbangan. Kandungan air kesetimbangan berada di bawah Titik Jenuh Serat (TJS) dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana kayu itu digunakan terutama oleh suhu dan kelembaban relatif. Selanjutnya Oey Djoen Seng (1964) menegaskan bahwa besarnya kadar air kering udara tergantung dari keadaan iklim setempat, di Indonesia berkisar antara 12 % sampai 20 % dan di Bogor sekitar 15%. 2. Kerapatan dan Berat Jenis Kerapatan digunakan untuk menerangkan massa suatu bahan persatuan volume (Haygreen & Bowyer 1989). Sedangkan berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan antara kerapatan (atas dasar berat kering tanur) dengan kerapatan benda standar, air pada suhu 40 C kerapatan 1 g/cm3 atau 1000 kg/m3 (Haygreen & Bowyer, 1989). Dalam satu spesies, berat jenis kayu bervariasi baik antar pohon maupun di dalam satu pohon. Dalam satu pohon berat jenis kayu bervariasi, pada sumbu longitudinal umumnya berat jenis berkurang dari arah pangkal ke tengah batang lalu bertambah besar lagi ke arah pucuk (Tsoumis 1991). Berat kayu bervariasi di antara berbagai jenis pohon dan di antara pohon dari suatu jenis yang sama. Variasi ini juga terjadi pada posisi yang berbeda dalam satu pohon. Adanya variasi berat jenis tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam jumlah zat penyusun dinding sel dan kandungan zat ekstraktif per unit pohon. Ketebalan dinding sel mempunyai pengaruh terbesar terhadap kerapatan kayu. Dalam satu jenis pohon adanya variasi bisa disebabkan oleh perbedaan tempat
tumbuh, geografi atau oleh perbedaan umur dan lokasi dalam batang (Brown et al. 1952). Menurut Haygreen dan Bowyer (1989) semakin tinggi berat jenis kayu maka semakin banyak zat kayu pada dinding sel yang berarti semakin tebal dinding sel tersebut. Karena kekuatan kayu terletak pada dinding sel, maka semakin tebal dinding sel semakin kuat kayu tersebut. Namun menurut Panshin dan de Zeeuw (1970) kekuatan kayu yang mempunyai berat jenis yang lebih besar, tidak mutlak mempunyai kekuatan yang lebih besar pula, karena kekuatan kayu juga ditentukan oleh komponen kimia kayu yang ada di dalam dinding sel. Kelas kuat kayu di Indonesia dibagi ke dalam lima kelas yang ditetapkan menurut berat jenisnya dengan metode klasifikasi seperti yang tercantum dalam Tabel 1 yang menunjukkan hubungan berat jenis dengan keteguhan lentur dan kekuatan tekan (DEN BERGER 1923, diacu dalam Martawijaya 1989). Tabel 1 Kelas kuat kayu Kelas Kuat
Berat Jenis
I
Tegangan Lentur 2
Tegangan Tekan
Mutlak (kg/m )
Mutlak (kg/m2)
> 0.90
> 1100
> 650
II
0.60 – 0.90
725 – 1100
425 - 650
III
0.40 – 0.60
500 – 725
300 - 425
IV
0.30 – 0.40
360 – 500
215 - 300
V
< 0.30
< 360
< 215
(Sumber : DEN BERGER 1923, diacu dalam Martawijaya 1989)
2.4 Sifat Mekanik Kayu Sifat kekuatan kayu terhadap perubahan bentuk akibat beban atau gaya luar yang mengenainya sangat ditentukan oleh sifat mekanik kayu (Haygreen & Bowyer 1982). Menurut Kollman dan Cote (1968) sifat mekanik kayu yang dapat dipakai untuk menilai kekuatan kayu adalah kekuatan lentur (static bending strength), keteguhan geser (shearing strength), kekakuan (stiffness), keuletan (toughness), kekerasan (hardness) dan ketahanan belah (cleavage resistant). Gaya luar atau beban tersebut dapat berupa tekanan, tarikan, geseran atau lenturan. Sedangkan gaya yang timbul akibat gaya luar disebut tegangan (stress) dan gaya ini menimbulkan regangan yang bertendensi untuk merubah bentuk dan
ukuran dari benda yang bersangkutan. Ada dua macam tegangan yang terjadi selama pembelahan berlangsung sehingga patah yaitu tegangan pada batas proporsi (Modulus of Elasticity, MOE) dan tegangan pada batas maksimum (Modulus of Rupture, MOR). 1. Kekakuan Lentur (Modulus of Elasticity) Balok kayu yang mendapat gaya luar cukup besar akan mengalami kerusakan atau perubahan bentuk (deformasi). Pada batas tertentu perubahan ini berbanding lurus dengan tegangan yang terjadi. Batas ini dikenal dengan batas proporsi. Di bawah batas proporsi terdapat daerah elastis, di mana bila beban tesebut dilepaskan, maka balok kayu akan kembali ke bentuk semula. Keadaan ini menyatakan sifat kekakuan dari balok tersebut. Sifat kekakuan ini merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk yang terjadi, umumnya dinyatakan dalam bentuk Modulus of Elasticity (MOE), yang merupakan perbandingan antara beban dengan deformasi per satuan luas. Nilai MOE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (ΔP)(l ) 3 MOE = (kg cm 2 ) 3 4Δdbh Di mana : ∆P = beban pada daerah proporsi (kg) l
= jarak sangga (cm)
∆d = defleksi yang terjadi (cm) b
= lebar contoh uji (cm)
h
= tebal contoh uji (cm)
2. Kekuatan Lentur (Modulus of Rupture) Bila pemberian beban telah melewati batas proporsi, maka setelah beban dilepaskan, balok kayu akan mengalami keruskan dan lama kelamaan akan rusak dan patah. Keadaan ini menyatakan ukuran kekuatan balok kayu dan juga merupakan sifat kritis kayu yang biasa disebut dengan Modulus of Rupture (MOR) atau tegangan patah. Nilai MOR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
MOR =
3PL (kg cm 2 ) 2 2bh
Di mana: P = beban pada saat kayu rusak (kg) L = jarak sangga (cm)
b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm) 3. Keteguhan tekan maksimum atau kekuatan maksimum tekan sejajar serat (Compressive strength atau Maximum Crushing Strength (MCS)) Mardikanto (1979) diacu dalam Ruhyana (2002) menyatakan bahwa keteguhan tekan maksimum merupakan kemampuan sample untuk menahan beban yang diberikan padanya secara perlahan-lahan yang semakin lama semakin membesar sampai terjadi kerusakan. Besarnya keteguhan ini sama dengan besarnya beban maksimum bibagi dengan luas penampang di mana beban tersebut bekerja. Pengujian tekan biasanya dilakukan pada arah sejajar dan arah tegak lurus serat. Seringkali hanya keteguhan tekan sejajar serat maksimum yang dicari dalam pengujian, yaitu merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban sejajar serat yang diberikan sampai terjadi kerusakan.
2.5 Gambaran Umum tentang Kayu Kelapa
Pohon kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk ke dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Sub Divisi Angiospemae, Klas Monocotyledoneae, Sub famili Cocoideae (cocoineae), Genus Coco, Species Cocos nucifera L. (Fuller & Tippo 1954). Tanaman kelapa dapat tumbuh dengan baik mulai dari pesisir sampai tumbuh di ketinggian 900 m di atas permukaan laut (Anonim 1994). Pohon kelapa dapat kita temukan di berbagai kepulauan Indonesia, dalam hal ini perkembangbiakannya dapat dibantu oleh arus laut yang membawanya ke tempat lain. Menurut Setyamijaya (1982) bahwa jenis tanaman kelapa di Indonesia terdiri dari dua varietas utama, yaitu varietas genjah (nana variety) dan varietas dalam (typica variety). Kelapa hibrida yang dikenal sekarang merupakan persilangan antara kedua varietas ini. Dijelaskan juga bahwa kayu kelapa varietas dalam, batangnya tinggi dan besar, dapat tumbuh mencapai 30-40 m. Bagian pangkal membesar dan mempunyai umur hingga 100 tahun lebih. Sedangkan
batang kelapa varietas genjah dari pangkal hingga ujung ramping. Tinggi batang dapat mencapai 5 meter atau lebih dan dapat mencapai umur lebih dari 50 tahun. Batang kelapa mempunyai kekuatan yang berbeda pada setiap bagian. Umumnya bagian tepi lebih keras dibandingkan dengan bagian tengah. Faktor tersebut disebabkan karena adanya sel-sel pembuluh berkelompok yang disebut vascular bundles dan menyebar lebih rapat pada bagian tepi dibandingkan bagian tengah (Joseph 1987, diacu dalam Anonim 1993). Sifat fisis dan mekanis kayu kelapa sangat beragam, baik arah vertikal maupun arah horizontal. Pada batang yang sudah masak tebang pada pangkal pohon bagian tengah batang berat jenisnya 0,25 dan pada bagian tepi sekitar 0,90. Berat jenis batang kelapa pada ketinggian 19,5 m di atas tanah bagian tengah batang sekitar 0,10 dan bagian tepi 0,25 (Richolson & Swarup 1975) diacu dalam (Widiatmoko 1987). Lebih jauh diterangkan bahwa dengan tidak adanya mata kayu pada kayu kelapa, akan mempertinggi kemungkinan pemanfaatan kayu kelapa untuk kayu laminasi sebagai komponen struktural yang menarik dalam desain arsitektur modern. Menurut (Wiyomartono 1962, diacu dalam Tiyastoto 1985) diacu dalam Rohadi (1992) kelas kuat kayu kelapa termasuk ke dalam kelas kuat kayu II sampai V yang didasarkan atas klasifikasi DEN BERGER 1923. Menurut Tamolang (1976) diacu dalam Tatang (1986) sifat mekanis pada batang kayu kelapa sangat bervariasi baik ke arah vertikal maupun ke arah horizontal. Diterangkan bahwa nilai kekakuan lentur (MOE) bagian luar batang kelapa adalah 73600 kg/cm2 sedangkan pada bagian inti adalah 30600 kg/cm2. Nilai keteguhan lentur patah (MOR) pada bagian luar batang adalah 527 kg/cm2 sedangkan nilai MOR pada bagian intinya adalah 242 kg/cm2. Nilai keteguhan geser sejajar serat pada bagian luar batang adalah 53,1 kg/cm2 sedangkan untuk nilai keteguhan geser sejajar serat bagian intinya adalah 22,5 kg/cm2.
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kayu Solid, Pengerjaan Kayu dan Keteknikan Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB Darmaga Bogor. Pelaksanaan waktu penelitian selama 5 bulan yaitu pada bulan Oktober 2006 sampai Februari 2007 dengan waktu efektif pelaksanaan penelitian sekitar 3 bulan.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Alat uji destruktif merk Instron untuk alat uji mekanis 2. Kaliper untuk mengukur dimensi contoh uji 3. Gergaji bundar (circular saw) untuk memotong kayu (membuat sampel) 4. Oven untuk mengeringkan contoh uji dengan suhu tertentu 5. Desikator, alat kedap udara sebagai tempat penyimpanan contoh uji setelah dioven (untuk pengkondisian contoh uji) 6. Timbangan untuk menimbang berat contoh uji 7. Mesin serut dan ampelas untuk menghaluskan permukaan contoh uji 8. Moisture meter untuk mengukur kadar air contoh uji 9. Alat tulis menulis untuk mencatat data hasil penelitian 10. Kuas untuk memberikan bahan finishing pada contoh uji 11. Penggaris untuk membuat garis dalam mengukur dimensi contoh uji 12. Kalkulator dan komputer untuk mengolah data dan perhitungan hasil pengujian 13. Kotak kaca untuk tempat contoh uji yang diumpankan ke rayap 14. Kain warna gelap dan karet gelang untuk menutup kotak kaca, supaya rayap tidak keluar dan tempat menjadi gelap 15. Kamera untuk dokumentasi 16. Kertas label untuk memberikan tanda pada kotak kaca 17. Kertas berwarna untuk dasar dalam pengambilan dokumentasi.
2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu batang kelapa (Cocos nucifera L.) yang diperoleh dari sekitar Bogor, tepatnya dari Kampung Bojong Jengkol Desa Bojong, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kelapa tersebut nama lokalnya adalah kelapa hijau yang berumur 30 tahun dengan tinggi 12 m dan diameter 25 cm. Selain itu, bahan penelitian lainnya adalah bahan finishing pernis, nitrocellulose dan melamine serta rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). 3. Sifat-sifat yang Diteliti / Diuji Pada penelitian ini sifat yang akan diuji adalah sebagai berikut : a. Kadar air (KA) b. Berat jenis (BJ) c. Kerapatan d. Kekakuan lentur (Modulus of Elasticity (MOE)) e. Kekuatan lentur (Modulus of Rupture (MOR)) f. Kekuatan maksimum tekan sejajar serat (Compressive strength atau Maximum Crushing Strength (MCS)) g. Derajat proteksi (ketahanan terhadap rayap kayu kering) h. Mortalitas (kematian rayap kayu kering) i. Penurunan berat contoh uji setelah diumpankan ke rayap kayu kering
3.3 Persiapan dan Proses Pembuatan Contoh Uji
Contoh uji yang dibuat mengacu pada standar Inggris untuk contoh kayu bebas cacat (BS 373 : 1957). Ada beberapa proses yang dilakukan terhadap kayu kelapa mulai dari menebang kayu sampai kayu menjadi contoh uji. Kayu kelapa gelondongan diambil setengah bagian, yaitu mulai dari pangkal sampai ke tengah dari panjang batang kelapa. Kemudian dari batang tadi dipotong menjadi tiga dengan ukuran panjang yang sama. Dari ketiga batang tersebut diambil sampel yang atas dan yang bawah untuk dipakai penelitian supaya lebih terlihat perbedaannya. Lebih jelasnya, bisa dilihat di Gambar 2. Contoh uji diambil dari balok yang berukuran 2x2x41 cm3 kemudian dipotong menjadi ukuran 2x2x30 cm3 untuk pengujian MOE dan MOR, 2x2x4
cm3 untuk pengujian KA, BJ dan kerapatan, serta 2x2x6 cm3 untuk pengujian kekuatan maksimum tekan sejajar serat (MCS). 2 cm 2 cm 30 cm CU MOE dan MOR
4 cm CU KA 6 cm CU Tekan
Gambar 1 Contoh uji MOE, MOR, KA, BJ, kerapatan dan MCS.
3.4 Prosedur Pengujian
Tahapan Penelitian : 1. Contoh uji yang tanpa perlakuan finishing diuji sifat fisik dan mekaniknya 2. Contoh uji lain yang tanpa perlakuan finishing diumpankan ke rayap, kemudian diuji sifat fisis dan mekanisnya 3. Contoh uji yang telah diberi finishing diuji sifat fisis dan mekanisnya 4. Contoh uji lain yang telah diberi finishing diumpankan ke rayap, kemudian diuji sifat fisis dan mekanisnya Pengujian a. Sifat Mekanik Sifat mekanik yang diuji adalah Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR) dan Compressive strength atau Maximum Crushing Strength (MCS). Pengujian dilakukan dengan memberikan beban tunggal dengan alat uji mekanis merk Instron pada jarak sangga 24 cm, tegak lurus kayu di tengah bentang contoh uji (centre loading). Data yang diperoleh berupa beban dan defleksi yang terjadi. Beban maksimum diperoleh sampai contoh uji mengalami kerusakan. Dari hasil pengujian ini dapat ditentukan besarnya modulus elastisitas atau MOE dan modulus patah atau MOR. Adapun untuk kekuatan maksimum tekan sejajar serat (MCS), pengujian dilakukan dengan memberikan beban pada sampel secara perlahan-lahan yang semakin lama semakin membesar pada arah sejajar serat sampai terjadi kerusakan. Besarnya nilai MOE, MOR dan MCS dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :
MOE =
σ tk =
ΔPL3 4Δybh 3
MOR =
3PL 2bh 2
P maks A
Dimana : MOE
= Modulus of Elasticity (kg/cm2)
MOR = Modulus of Rupture (kg/cm2) = Kekuatan maksimum tekan sejajar serat (Compressive strength atau
σ tk
Maximum Crushing Strength (MCS)) (kg/cm2) ΔP
= Selisih beban (kg)
P
= Beban maksimum pada saat contoh uji mengalami kerusakan (kg)
L
= Panjang bentang (cm)
b
= Lebar penampang contoh uji (cm)
h
= Tebal penampang contoh uji (cm)
Δy
= Defleksi karena beban (cm)
P maks = Beban maksimum sampai terjadi kerusakan pada contoh uji kekuatan maksimum tekan sejajar serat (kg) = Luas penampang contoh uji yang ditekan (cm2)
A b. Sifat Fisik
Pengujian sifat fisik meliputi kadar air, berat jenis dan kerapatan dimana ukuran contoh uji (2x2x4) cm3. Contoh uji ini dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 103 ± 2° C selama ± 2 x 24 jam hingga beratnya konstan (berat kering tanur). Berat contoh uji kering tanur ini kemudian ditimbang. Besarnya nilai kadar air, kerapatan dan berat jenis dihitung berdasarkan persamaan : KA =
BKU − BKT x100 % BKT
BJ =
BKT BVKU
ρ =
BKU VKU
Dimana : KA
= Kadar air (%)
BJ
= Berat Jenis
BKU
= Berat kering udara (g)
BKT
= Berat kering tanur (g)
BVKU = Berat air yang dipindahkan oleh volume kering udara (g) VKU
= Volume kering udara (cm3)
ρ
= Kerapatan (g/cm3)
c. Derajat Proteksi, Mortalitas Rayap, dan Penurunan Berat Kayu contoh uji yang berukuran 2x2x41 cm3 dimasukkan pada kotak kaca berukuran 2x5x41 cm3. Kemudian diletakkan rayap pekerja kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light. di atas contoh uji tersebut dan diusahakan
supaya rayap tetap berada di bagian atas. Kemudian kayu uji yang telah diberi rayap tersebut disimpan di tempat gelap selama 12 minggu. Adapun jumlah rayap yang diberikan adalah 300 ekor dengan berdasarkan perbandingan, bahwa setiap contoh uji dengan ukuran 5x2,5x2 cm3 atau 25 cm3 jumlah rayap yang harus diberikan adalah 50 ekor. Jadi, kalau contoh uji berukuran 2x2x41 cm3 atau 164 cm3, maka jumlah rayap yang harus diberikan adalah sekitar 300 ekor. Jumlah contoh yang diamati sesuai dengan kayu uji yang disiapkan atau dicobakan (yaitu 80 contoh uji). Respon utama yang diukur dalam pengujian ini adalah derajat proteksi, mortalitas rayap, dan penurunan berat setiap kayu uji. Derajat proteksi tersebut ditentukan melalui pemberian nilai (scoring) dengan skala sebagai berikut : Tabel 2 Pemberian nilai (scoring) Nilai Kondisi Serangan 100 Utuh 90 Sedikit (nyata di permukaan) 70 Sedang (masuk belum meluas) 40 Hebat (masuk sudah meluas) 0 Hebat sekali (hancur) Mortalitas rayap kayu kering, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kij =
Mij x100% n
(Sumber: Metoda Standar Pengujian Efikasi Pestisida, Komisi Pestisida Departemen Pertanian 1995) Keterangan : Kij
= Persentase mortalitas rayap pada kayu uji ke-j dan dosis/konsentrasi ke-i
Mij
= Jumlah rayap yang mati pada kayu uji ke-j dan dosis/konsentrasi ke-i
n
= Jumlah rayap yang diberikan
3.5 Rancangan Percobaan
Pada penelitian ini rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga buah perlakuan finishing, satu buah kontrol, dilakukan pada empat posisi batang kelapa dengan menggunakan satu jenis rayap serta masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali, atau rancangan acak lengkap dengan percobaan faktorial 4 x 4 x 1 x 5 = 80 unit percobaan untuk yang diuji ke rayap dan 80 unit percobaan untuk yang tidak diuji ke rayap. Jadi, jumlah semuanya ada 160 contoh uji. Model umum dari rancangan percobaan ini yaitu: Yijk = μ + Ai + B j + ABi j + ε ijk
Di mana: Y
ijk
= Variabel yang diukur (nilai pengamatan pada posisi batang ke-i dan jenis finishing ke-j serta ulangan ke-k)
εijk
= Pengaruh galat perlakuan (pada posisi batang ke-i dan jenis finishing ke-j serta pada ulangan ke-k)
μ
= Nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya)
Ai
= Pengaruh posisi batang pada taraf ke-i
Bj
= Pengaruh jenis finishing pada taraf ke-j
ABij = Pengaruh interaksi antara posisi batang pada taraf ke-i dengan jenis finishing pada taraf ke-j i
= letak batang kayu kelapa (1 = pangkal tepi, 2 = ujung tepi, 3 = pangkal tengah, 4 = ujung tengah)
j
= bahan finishing yang diberikan (1 = kontrol, 2 = pernis, 3 = nitroselulose, 4 = melamin)
k
= jumlah ulangan (5 kali ulangan)
1/3 ujung (diambil)
1/2 tinggi batang (tidak diambil)
1/3 tengah (tidak diambil) 1/2 tinggi batang (diambil)
1/3 pangkal (diambil)
tepi tengah
Keterangan : Posisi batang :
Bahan Finishing :
A1 = Pangkal tepi
B1 = Kontrol
A2 = Ujung tepi
B2 = Pernis
A3 = Pangkal tengah
B3 = Nitroselulose
A4 = Ujung tengah
B4 = Melamin
Gambar 2 Gambar posisi batang kelapa.
A4
A2
A3
A1
Tabel 3 Thally sheet pengamatan / pengujian Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan B2 B3 B1 Kelapa 1 2 A1 3 4 5 1 2 A2 3 4 5 1 2 A3 3 4 5 1 2 A4 3 4 5
B4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Sifat fisik kayu kelapa sebelum diumpankan ke rayap
Hasil pengukuran dan perhitungan sifat fisik (kadar air, berat jenis dan kerapatan) kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dengan empat macam bahan finishing yang tidak diumpankan ke rayap dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 3. Kadar Air
Berdasarkan Lampiran 1 selanjutnya dibuat nilai rata-rata kadar air kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Rataan kadar air (%) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
18.45
22.11
17.91
18.78
19.31
Ujung tepi
15.72
18.64
16.67
15.61
16.66
Pangkal tengah
17.43
18.55
18.17
17.88
18.01
Ujung tengah
18.80
20.51
19.19
18.79
19.32
Rata-rata
17.60
19.95
17.98
17.76
18.32
Tabel 4 di atas, memperlihatkan bahwa kadar air rata-rata kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing berkisar dari terendah 15.61 % hingga tertinggi 22.11 %. Beragamnya kadar air kayu kelapa ini dikarenakan adanya sifat higroskopis pada kayu yang mempengaruhi kemampuan kayu untuk melepas dan mengikat kandungan air di udara sekitar. Kayu memiliki sifat ini untuk menyesuaikan keadaan dengan lingkungan sekitar. Uji statistik (Lampiran 16) menunjukkan bahwa faktor letak posisi batang kelapa dan faktor bahan finishing berpengaruh nyata terhadap kadar air kayu kelapa. Sedangkan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak nyata pengaruhnya terhadap KA kayu kelapa. Uji lanjut Duncan (Lampiran 31) terhadap faktor letak posisi batang kelapa menunjukkan bahwa kadar air kayu kelapa bagian ujung tepi paling rendah (16.66 %) dan lebih kecil
dibandingkan KA bagian pangkal tengah (18.01 %). Sedangkan kayu kelapa bagian pangkal tengah, pangkal tepi dan ujung tengah memiliki KA yang tidak berbeda nyata. Batang kelapa bagian pangkal tepi memiliki KA (19.31 %) yang lebih besar dari pada bagian pangkal tengah dan batang kelapa bagian ujung tengah memiliki KA yang paling besar (19.32 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata kadar air menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap (Gambar 3). Perbedaan ini dikarenakan berat jenis kayu kelapa menurun dengan semakin ke arah tinggi batang dan menurun dari sisi pinggir ke pusat, sedangkan kadar air kayu kelapa berkorelasi negatif dengan berat jenis, yaitu kadar air menurun dengan bertambahnya berat jenis dan sebaliknya. Hal ini sesuai pernyatan Palomar (1990) diacu dalam Rahayu (2005). Rahayu (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan arah kedalaman, kadar air kayu kelapa tertinggi terdapat di bagian pusat dan semakin ke tepi, kadar air semakin berkurang. Menurut Prayitno (1995) diacu dalam Rahayu (2005) tingginya presentase sel-sel parenchyma, menyebabkan kadar air kayu akan semakin tinggi. Luasan parenchyma per cm2 yang semakin meningkat, kadar ekstraktif berupa gula dan pati juga meningkat. Adanya pati merupakan satu bahan yang bersifat
higroskopis yang menyebabkan kadar air kayunya akan
Kadar air (%)
semakin tinggi. 20.00 19.50 19.00 18.50 18.00 17.50 17.00 16.50 16.00 15.50 15.00
19.32
19.31
18.01
16.66
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Letak posisi batang kelapa
Gambar 3
Rata-rata kadar air menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap.
Kadar air kayu kelapa yang diteliti berada dalam keadaan kadar air kesetimbangan (KAK), yaitu keadaan di mana rongga sel kayu tidak terisi air dan
sebagian dinding kayu terisi oleh air terikat. Selain itu KAK menunjukkan bahwa kayu terdapat dalam keadan setimbang dengan kelembaban relatif dan suhu di sekitarnya. KA kayu pada keadaan ini relatif tidak melepas ataupun mengikat uap air yang ada di sekitarnya. Kayu yang diteliti ada dalam kadar air kesetimbangan karena melalui proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar dan contoh uji mendapat perlakuan yang sama. Hal ini dilakukan agar kayu mempunyai dimensi dan sifat fisik mekanik yang stabil pada saat diuji. Uji
lanjut
Duncan
(Lampiran
46)
terhadap
bahan
finishing
memperlihatkan bahwa KA kayu kontrol (17.60 %) paling rendah serta tidak berbeda nyata dengan kayu yang diberi bahan finishing melamin (17.76 %) dan nitroselulse (17.98 %). Kadar air kayu yang diberi nitroselulose lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan yang diberi melamin. Adapun KA paling besar dimiliki oleh kayu yang diberi bahan finishing pernis (19.95 %), yang berbeda nyata dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena lapisan finishing menutupi keluarnya air. Sehingga kadar air pada kayu yang diberikan bahan finishing menjadi tinggi. Adapun pada pernis, terdapat lapisan film yang rata dan dapat melindungi keluar masuknya air ke dalam kayu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata kadar air menurut beberapa bahan finishing yang tidak diumpankan ke rayap (Gambar 4).
20.50
19.95
20.00 Kadar air (%)
19.50 19.00 18.50 18.00
17.98 17.60
17.76
17.50 17.00 16.50 16.00 Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Bahan finishing
Gambar 4
Rata-rata kadar air menurut beberapa bahan finishing yang tidak diumpankan ke rayap.
Berat Jenis
Berdasarkan Lampiran 2 selanjutnya dibuat nilai rata-rata berat jenis kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Rataan berat jenis kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
0.69
0.73
0.68
0.75
0.71
Ujung tepi
0.55
0.50
0.57
0.65
0.57
Pangkal tengah
0.35
0.38
0.39
0.43
0.39
Ujung tengah
0.35
0.43
0.37
0.33
0.37
Rata-rata
0.48
0.51
0.50
0.54
0.51
Dari data hasil pengujian di atas (Tabel 5), rata-rata berat jenis (BJ) batang kelapa pada posisi pangkal tepi berkisar antara 0.68 hingga 0.75, sehingga dapat digolongkan ke dalam kelas kuat (KK) II yang memiliki kisaran BJ antara 0.6 – 0.9. Sedangkan rata-rata berat jenis batang kelapa pada posisi ujung tepi berkisar antara 0.50 hingga 0.65, sehingga digolongkan ke dalam KK III yang memiliki kisaran BJ antara 0.4 – 0.6 meskipun ada yang BJ nya > 0.6 (karena sesuai aturan yang ada, kelas kuat ditentukan pada nilai terendah). Untuk batang kelapa bagian pangkal tengah, rata-rata BJ nya antara 0.35 sampai dengan 0.43, sehingga masuk ke dalam KK IV yang kisaran BJ nya 0.3 – 0.4. Begitu juga dengan batang kelapa bagian ujung tengah, rata-rata BJ nya antara 0.33 sampai dengan 0.43, sehingga masuk ke dlam KK IV. Uji statistik (Lampiran 17) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan berat jenis kayu kelapa, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat jenis kayu kelapa. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 32) memperlihatkan bahwa kayu kelapa pada bagian ujung tengah memiliki BJ paling rendah (0.37) dan tidak berbeda nyata dengan kayu kelapa bagian pangkal tengah (0.39). Sedangkan kayu pada ujung tepi memiliki BJ yang lebih besar (0.57) dan berbeda nyata dibandingkan BJ kayu tersebut pada bagian pangkal tengah. Selanjutnya kayu kelapa pada bagian pangkal tepi memiliki BJ paling besar (0.71) dan berbeda nyata dengan yang lain.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata berat jenis menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap (Gambar 5).
0.80
0.71
0.70 0.57
Berat jenis
0.60 0.50
0.39
0.37
Pangkal tengah
Ujung tengah
0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Pangkal tepi
Ujung tepi
Letak posis i batang k e lapa
Gambar 5
Rata-rata berat jenis menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap.
Kerapatan
Berdasarkan Lampiran 3 selanjutnya dibuat nilai rata-rata kerapatan kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Rataan kerapatan (g/cm3) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
0.85
0.89
0.80
0.89
0.86
Ujung tepi
0.63
0.59
0.67
0.75
0.66
Pangkal tengah
0.41
0.45
0.46
0.51
0.45
Ujung tengah
0.42
0.52
0.44
0.39
0.44
Rata-rata
0.58
0.61
0.59
0.63
0.60
Berdasarkan Tabel 6 di atas, kayu di empat posisi dan empat perlakuan finishing yang tidak diumpankan ke rayap memiliki kerapatan dengan kisaran nilai rata-rata antara 0.39 g/cm3 hingga 0.89 g/cm3. Keragaman sifat fisik dalam satu batang pohon kelapa disebabkan oleh kerapatan struktur penyusun batang yang berbeda pada tiap bagian. Uji statistik (Lampiran 18) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan kerapatan kayu, sedangkan perlakuan
finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan kayu. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 33) memperlihatkan bahwa kayu kelapa pada bagian ujung tengah memiliki kerapatan paling rendah (0.44 g/cm3) dan tidak berbeda nyata dengan kayu kelapa bagian pangkal tengah (0.45 g/cm3). Sedangkan kayu pada ujung tepi memiliki kerapatan yang lebih besar (0.66 g/cm3) dan berbeda nyata dibandingkan kerapatan kayu tersebut pada bagian pangkal tengah. Selanjutnya kayu kelapa pada bagian pangkal tepi memiliki kerapatan paling besar (0.86 g/cm3) dan berbeda nyata dengan yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata kerapatan menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap (Gambar 6). Secara makroskopis, pada batang kelapa tampak adanya kerapatan ikatan pembuluh baik antar kedalaman maupun antar ketinggian dalam batang, dimana semakin ke arah sentral kerapatan ikatan pembuluh semakin bekurang, sedangkan semakin ke arah vertikal batang, kerapatan ikatan pembuluh bertambah. Diameter ikatan pembuluh juga bervariasi antar kedalaman dan ketinggian batang. Meskipun frekuensi ikatan pembuluh meningkat ke arah vertikal batang tetapi diameter ikatan pembuluh berkurang semakin ke arah atas batang. Hal inilah yang mengakibatkan kekuatan batang kelapa semakin menurun dari bagian pangkal ke bagian ujung batang dan dari bagian tepi ke bagian dalam batang.
0.90
0.86
kerapatan (g/cm3)
0.80 0.66
0.70 0.60 0.50
0.45
0.44
Pangkal tengah
Ujung tengah
0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Pangkal tepi
Ujung tepi
Letak posisi batang kelapa
Gambar 6
Rata-rata kerapatan menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap.
Sifat fisik kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap
Hasil pengukuran dan perhitungan sifat fisik (kadar air, berat jenis dan kerapatan) kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dengan empat macam bahan finishing setelah diumpankan ke rayap selama 12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 10 sampai dengan Lampiran 12. Kadar Air
Berdasarkan Lampiran 10 selanjutnya dibuat nilai rata-rata kadar air kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Rataan kadar air (%) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
7.72
8.05
7.56
7.31
7.66
Ujung tepi
11.06
9.89
9.54
7.96
9.61
Pangkal tengah
11.21
11.61
11.97
9.82
11.15
Ujung tengah
14.90
13.82
12.83
14.08
13.91
Rata-rata
11.22
10.84
10.47
9.79
10.58
Tabel 7 di atas, memperlihatkan bahwa kadar air rata-rata kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing berkisar dari terendah 7.31 % hingga tertinggi 14.90 %. Dari sini dapat dilihat, bahwa kayu berada dalam keadaan kadar air kesetimbangan. Kadar air kayu tersebut berada di bawah kadar air titik jenuh serat yang berarti bahwa rongga sel sudah tidak berisi air dan sebagian dinding sel terisi air. Kekuatan kayu meningkat jika terjadi penurunan kadar air di bawah kadar air titik jenuh serat hingga batas tertentu, dan juga sebaliknya, kekuatan kayu menurun seiring dengan bertambahnya kadar air hingga kadar air titik jenuh serat. Adapun perubahan kadar air di atas titik jenuh serat tidak akan mempengaruhi perubahan kekuatan kayu. Uji statistik (Lampiran 25) menunjukkan bahwa faktor letak posisi batang kelapa dan faktor bahan finishing berpengaruh nyata terhadap kadar air kayu kelapa. Sedangkan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak nyata pengaruhnya terhadap KA kayu kelapa. Uji lanjut Duncan (Lampiran 40) terhadap faktor letak posisi batang kelapa menunjukkan bahwa kadar air di masing-masing posisi kayu berbeda nyata satu dengan yang lain
berutan mulai dari kadar air paling rendah ke kadar air paling tinggi yaitu pangkal tepi (7.66 %), ujung tepi (9.61 %), pangkal tengah (11.15 %) dan ujung tengah (13.91 %). Dari sini terlihat bahwa KA kayu kelapa meningkat dengan semakin ke arah tinggi batang dan meningkat dari sisi pinggir ke pusat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Palomar (1990) diacu dalam Rahayu (2005). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata kadar air menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap (Gambar 7). Rahayu (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan arah kedalaman, kadar air kayu kelapa tertinggi terdapat di bagian pusat dan semakin ke tepi, kadar air semakin berkurang. Menurut Prayitno (1995) diacu dalam Rahayu (2005) tingginya presentase sel-sel parenchyma menyebabkan kadar air kayu akan semakin tinggi. Luasan parenchyma per cm2 yang semakin meningkat ke arah pusat batang akan meningkatkan pula kadar ekstraktif berupa gula dan pati. Adanya pati merupakan satu bahan yang bersifat
higroskopis yang
menyebabkan kadar air kayunya akan semakin tinggi. 16.00
13.91
14.00 11.15
Kadar air (%)
12.00 9.61
10.00 7.66
8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 7 Rata-rata kadar air menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap. Uji
lanjut
Duncan
(Lampiran
50)
terhadap
bahan
finishing
memperlihatkan bahwa KA kayu yang diberi melamin, paling rendah (9.79 %), yang tidak berbeda nyata dengan kayu yang diberi nitroselulose (10.47 %). Sedangkan kayu yang diberi pernis memiliki KA yang lebih tinggi (10.84 %) dan tidak berbeda nyata dari pada yang diberi nitroselulose. Adapun kayu kontrol (tanpa bahan finishing) memiliki KA paling tinggi (11.22 %) dan menunjukan tidak berbeda nyata dengan yang memakai pernis, tetapi menunjukkan berbeda
nyata dengan yang diberi melamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata kadar air menurut beberapa bahan finishing setelah diumpankan ke rayap (Gambar 8). Nilai kadar air kayu setelah diumpan ke rayap berbeda dengan KA kayu yang tidak diumpan ke rayap. Perubahan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah semakin bertambah keringnya kayu setelah diumpankan ke rayap selama 12 minggu, yang menyebabkan KA semakin kecil. 11.50 11.22 11.00
10.84
10.47 10.50
10.00
9.79
9.50
9.00 Kont rol
Pernis
Nit roselulose
M elamin
B ahan f i ni shi ng
Gambar 8 Rata-rata kadar air menurut beberapa bahan finishing setelah diumpankan ke rayap. Berat Jenis
Berdasarkan Lampiran 11 selanjutnya dibuat nilai rata-rata berat jenis kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Rataan berat jenis kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing. Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
0.74
0.83
0.70
0.77
0.76
Ujung tepi
0.47
0.56
0.54
0.66
0.56
Pangkal tengah
0.44
0.38
0.35
0.41
0.39
Ujung tengah
0.27
0.32
0.33
0.35
0.32
Rata-rata
0.48
0.52
0.48
0.55
0.51
Dari data hasil pengujian di atas (Tabel 8), rata-rata berat jenis (BJ) batang kelapa pada posisi pangkal tepi berkisar antara 0.70 hingga 0.83, sehingga dapat digolongkan ke dalam kelas kuat (KK) II yang memiliki kisaran BJ antara 0.6 –
0.9. Sedangkan rata-rata berat jenis batang kelapa pada posisi ujung tepi berkisar antara 0.47 hingga 0.66, sehingga digolongkan ke dalam KK III yang memiliki kisaran BJ antara 0.4 – 0.6 meskipun ada yang BJ nya > 0.6. (karena sesuai aturan yang ada, kelas kuat ditentukan pada nilai terendah). Untuk batang kelapa bagian pangkal tengah, rata-rata BJ nya antara 0.35 sampai dengan 0.44, sehingga masuk ke dalam KK IV yang kisaran BJ nya 0,3 – 0,4. Adapun untuk batang kelapa bagian ujung tengah, rata-rata BJ nya antara 0.27 sampai dengan 0.35, sehingga masuk ke dalam KK V yang kisaran BJ nya < 0.3. Uji statistik (Lampiran 26) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan berat jenis kayu, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat jenis kayu. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 41) memperlihatkan bahwa BJ di masing-masing posisi kayu berbeda nyata dengan yang lain berurutan mulai dari BJ paling rendah ke BJ paling tinggi yaitu ujung tengah (0.32), pangkal tengah (0.39), ujung tepi (0.56) dan pangkal tepi (0.76). Dari sini terlihat bahwa berat jenis kayu kelapa menurun dengan semakin ke arah tinggi batang dan menurun dari sisi pinggir ke pusat. Hal ini sesuai dengan pernyatan Palomar (1990) diacu dalam Rahayu (2005). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata berat jenis menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap (Gambar 9). 0.80
0.76
0.70 0.56
Berat jenis
0.60 0.50
0.39
0.40
0.32
0.30 0.20 0.10 0.00 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 9 Rata-rata berat jenis menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap. Kerapatan Berdasarkan Lampiran 12 selanjutnya dibuat nilai rata-rata kerapatan kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Rataan kerapatan (g/cm3) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
0.80
0.89
0.75
0.83
0.82
Ujung tepi
0.52
0.62
0.59
0.71
0.61
Pangkal tengah
0.48
0.42
0.39
0.45
0.44
Ujung tengah
0.31
0.36
0.37
0.43
0.37
Rata-rata
0.53
0.57
0.53
0.60
0.56
Berdasarkan Tabel 9 di atas, kayu di empat posisi dan empat perlakuan finishing yang tidak diumpankan ke rayap memiliki kerapatan dengan kisaran nilai rata-rata antara 0.31 g/cm3 hingga 0.89 g/cm3. Keragaman sifat fisik dalam satu batang pohon kelapa disebabkan oleh kerapatan struktur penyusun batang yang berbeda pada tiap bagian. Uji statistik (Lampiran 27) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan kerapatan kayu, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan kayu. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 42) (yang dapat dilihat pada Gambar 10) memperlihatkan bahwa kayu kelapa pada masing-masing bagian memiliki kerapatan yang berbeda. 0.90
0.82
0.80 Kerapatan(g/cm3)
0.70
0.61
0.60 0.50
0.44 0.37
0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 10 Rata-rata kerapatan menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap. Kerapatan berurutan mulai dari paling rendah sampai paling tinggi yaitu ujung tengah (0.37 g/cm3), pangkal tengah (0.44 g/cm3), ujung tepi (0.61 g/cm3) dan pangkal tepi (0.82 g/cm3). Masing-masing posisi tersebut kerapatannya
berbeda nyata satu dengan yang lain, kecuali pada ujung tengah dengan pangkal tengah. Perubahan sifat fisik kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap
Pengumpanan kayu kelapa pada rayap kayu kering menyebabkan perubahan sifat fisik pada kayu tersebut yang disebabkan oleh serangan rayap. Perubahan kadar air
Setelah diumpankan ke rayap kayu kering, kadar air kayu kelapa mengalami perubahan, yang bisa dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rataan perubahan kadar air (%) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi Batang Kelapa
Kontrol A
Pangkal 18.45 tepi Ujung 15.72 tepi Pangkal 17.43 tengah Ujung 18.80 tengah
B
Pernis % Peruba han
A
B
Bahan finishing Nitroselulosa % % Peruba A B Peruba han han
7.72
-58.17 22.11
8.05
-63.60 17.91
11.06
-29.62 18.64
9.89 -46.94
11.21 14.90
Melamin A
B
% Peruba han
7.56
-57.80
18.78
7.31
-61.07
9.54
-42.79
15.61
7.96
-48.99
-35.70 18.55 11.61
-37.43 18.17 11.97
-34.11
17.88
9.82
-45.09
-20.76 20.51 13.82
-32.59 19.19 12.83
-33.16
18.79
14.08 -25.08
16.67
Keterangan : A = rata-rata sebelum dimpan ke rayap; B = rata-rata setelah diumpan ke rayap; angka minus (-) menyatakan penurunan nilai; angka yang dicetak tebal menyatakan perbedaan nyata secara statistik
Kayu yang tidak diumpankan ke rayap dan yang diumpankan ke rayap telah mengalami pengeringan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar hingga mencapai kering udara. Penyeragaman kondisi pengeringan ini dimaksudkan agar pada saat pengukuran kadar air, kayu yang tidak diumpankan ke rayap dan yang diumpankan ke rayap mempunyai kondisi yang sama. Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa semua kayu yang diumpankan ke rayap mengalami perubahan kadar air jika dibandingkan dengan yang tidak diumpankan ke rayap, yaitu semuanya mengalami penurunan KA. Adapun penurunan KA yang paling besar adalah pada pangkal tepi dengan bahan finishing pernis, yang persentase perubahannya sebesar 63.60 % dengan nilai rata-rata kadar air akhir sebesar 8.05 %. Sedangkan penurunan yang paling kecil adalah pada ujung tengah tanpa bahan finishing (kontrol), dengan persentase perubahan sebesar 20.76 %
dan nilai rata-rata kadar air akhir sebesar 14.90 %. Gambar perubahan kadar air secara lebih jelas disajikan pada Gambar 11. Uji statistik (Uji-T) menyatakan seluruh kayu yang digunakan pada penelitian ini mengalami perubahan kadar air yang berbeda nyata dengan keadaan awalnya. Perubahan ini disebabkan oleh diserangnya kayu oleh rayap, sehingga rongga-rongga bekas serangan rayap memperluas permukaan kayu, yang berarti masuknya air ke dalam kayu semakin mudah. 25.0 Pangkal tepi Tanpa diumpan Kadar air (%)
20.0
Pangkal tepi Diumpan Ujung tepi Tanpa diumpan
15.0
Ujung tepi Diumpan 10.0
Pangkal tengah Tanpa diumpan Pangkal tengah Diumpan
5.0
Ujung tengah Tanpa diumpan 0.0
Ujung tengah Diumpan Kontrol
Pernis
Nitroselulosa
Melamin
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 11 Rata-rata kadar air sebelum dan setelah diumpankan ke rayap. Perubahan berat jenis
Setelah diumpankan ke rayap kayu kering, berat jenis kayu kelapa mengalami perubahan, yang bisa dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Rataan perubahan berat jenis kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Bahan finishing Posisi Batang Kelapa Pangkal tepi Ujung tepi Pangkal tengah Ujung tengah
Kontrol
Pernis
A
B
0.69
0.74
7.01
0.73
0.83
12.91
0.68
0.70
0.55
0.47
-13.81
0.50
0.56
12.39
0.57
0.35
0.44
25.04
0.38
0.38
0.69
0.35
0.27
-24.57
0.43
0.32
-26.78
A
B
% Peruba han
Nitroselulosa % A B Peruba han
% Peruba han
Melamin A
B
% Peruba han
3.45
0.75
0.77
2.89
0.54
-6.34
0.65
0.66
1.17
0.39
0.35
-8.93
0.43
0.41
-5.94
0.37
0.33
-10.93
0.33
0.35
6.84
Keterangan : A = rata-rata sebelum dimpan ke rayap; B = rata-rata setelah diumpan ke rayap; angka minus (-) menyatakan penuruan nilai; angka yang dicetak tebal menyatakan perbedaan nyata secara statistik
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa semua kayu yang diumpankan ke rayap mengalami perubahan berat jenis. Ada yang turun, dan ada yang naik jika dibandingkan dengan yang tidak diumpankan ke rayap. Adapun perubahan BJ
yang paling besar adalah pada ujung tengah dengan bahan finishing pernis, yaitu turun sebesar 26.78 % dengan nilai rata-rata BJ akhir sebesar 0.32. Sedangkan perubahan yang paling kecil adalah pada pangkal tengah dengan bahan finishing pernis, yaitu naik sebesar 0.69 % dengan nilai rata-rata BJ akhir sebesar 0.38. Gambar perubahan berat jenis secara lebih jelas disajikan pada Gambar 12. Uji statistik (Uji-T) menyatakan seluruh kayu yang digunakan pada penelitian ini mengalami perubahan kadar air yang tidak berbeda nyata dengan keadaan awalnya, ada yang turun dan ada yang naik. Penurunan BJ disebabkan oleh adanya masa kayu yang dimakan atau diserang oleh rayap, dan menimbulkan rongga. Karena hal tersebut, maka BJ kayu menjadi berkurang. Sedangkan kenaikan BJ hampir sama dengan pada kasus turunnya KA yaitu karena diserangnya kayu oleh rayap, sehingga rongga-rongga bekas serangan rayap memperluas permukaan kayu, yang berarti masuknya air ke dalam kayu semakin mudah.
Berat Jenis
0.9 0.8 0.7
Pangkal tepi Tanpa diumpan Pangkal tepi Diumpan Ujung tepi Tanpa diumpan
0.6 0.5 0.4 0.3
Ujung tepi Diumpan Pangkal tengah Tanpa diumpan Pangkal tengah Diumpan
0.2 0.1 0.0
Ujung tengah Tanpa diumpan Ujung tengah Diumpan Kontrol
Pernis
Nitroselulosa
Melamin
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 12 Rata-rata berat jenis sebelum dan setelah diumpankan ke rayap. Perubahan kerapatan
Setelah diumpankan ke rayap kayu kering, kerapatan kayu kelapa mengalami perubahan, yang bisa dilihat pada Tabel 12. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa semua kayu yang diumpankan ke rayap mengalami perubahan kerapatan. Ada yang turun, dan ada yang naik jika dibandingkan dengan yang tidak diumpankan ke rayap. Adapun perubahan kerapatan yang paling besar adalah pada ujung tengah dengan bahan finishing pernis, yaitu turun sebesar 30.94 % dengan nilai rata-rata kerapatan turun menjadi sebesar 0.36 g/cm3. Sedangkan perubahan yang paling kecil adalah pada pangkal
tepi dengan bahan finishing pernis, yaitu nilai rata-rata kerapatannya naik sebesar 0.41 % menjadi 0.89 g/cm3. Gambar perubahan kerapatan secara lebih jelas disajikan pada Gambar 13. Tabel 12 Rataan perubahan kerapatan (g/cm3) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Bahan finishing Posisi Batang Kelapa Pangkal tepi Ujung tepi Pangkal tengah Ujung tengah
Kontrol
Pernis A
B
% Peruba han
Nitroselulosa % A B Peruba han
A
B
% Peruba han
0.85
0.80
-6.73
0.89
0.89
0.41
0.80
0.75
0.63
0.52
-17.39
0.59
0.62
4.55
0.67
0.41
0.48
18.20
0.45
0.42
-5.70
0.42
0.31
-27.12
0.52
0.36
-30.94
Melamin A
B
% Peruba han
-5.33
0.89
0.83
-6.86
0.59
-12.04
0.75
0.71
-5.67
0.46
0.39
-13.59
0.51
0.45
-12.20
0.44
0.37
-16.07
0.39
0.43
9.47
Keterangan : A = rata-rata sebelum dimpan ke rayap; B = rata-rata setelah diumpan ke rayap; angka minus (-) menyatakan penurunan nilai; angka yang dicetak tebal menyatakan perbedaan nyata secara statistik
Uji statistik (Uji-T) menyatakan seluruh kayu yang digunakan pada penelitian ini mengalami perubahan nilai kerapatan yang tidak berbeda nyata dengan keadaan awalnya, kecuali hanya pada ujung tengah kontrol (tanpa bahan finishing) yang menunjukkan berbeda nyata. Perubahan nilai kerapatan (ada yang naik dan ada yang turun) dikarenakan oleh sebab yang sama dengan perubahan BJ, yaitu turun karena adanya masa kayu yang dimakan atau diserang oleh rayap, dan menimbulkan rongga. Hal inilah yang menyebabkan kerapatan kayu menjadi berkurang. Sedangkan naiknya kerapatan, juga karena diserangnya kayu oleh rayap, sehingga rongga-rongga bekas serangan rayap memperluas permukaan kayu, yang berarti masuknya air ke dalam kayu semakin mudah. Selain itu, kenaikan kerapatan juga disebabkan oleh variasi penyebaran vascular bundle pada batang kelapa. Dimana semakin ke ujung semakin mengecil diameternya, dan frekuensi ikatan pembuluhnya semakin banyak. Inilah yang menyebabkan sulitnya memilih batang kelapa bagian ujung yang seragam. Selain itu, air pada batang kelapa bagian ujung juga mempengaruhi berat awal kayu sehingga kerapatannya meningkat (Nugroho 2007).
Kerapatan (g/cm2)
1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0
Pangkal tepi Tanpa diumpan Pangkal tepi Diumpan Ujung tepi Tanpa diumpan Ujung tepi Diumpan Pangkal tengah Tanpa diumpan Pangkal tengah Diumpan Ujung tengah Tanpa diumpan Ujung tengah Diumpan Kontrol
Nitroselulosa
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 13 Rata-rata kerapatan sebelum dan setelah diumpankan ke rayap.
4.2 Sifat Mekanik
Sifat mekanik kayu kelapa sebelum diumpankan ke rayap
Pada penelitian ini, sifat mekanik yang diteliti adalah kekakuan lentur atau Modulus of Elasticity (MOE), kekuatan lentur atau Modulus of Rupture (MOR) dan kekuatan maksimum tekan sejajar serat atau Maximum Crushing Strength (MCS). Hasil pengukuran, pengujian dan perhitungan sifat mekanik kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dengan empat macam bahan finishing yang tidak diumpankan ke rayap dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran 6.
Modulus of Elasticity (MOE)
Berdasarkan Lampiran 4 selanjutnya dibuat nilai rata-rata MOE kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Rataan MOE (kg/cm2) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
88814
116215
93614
93030
97918
Ujung tepi
53834
49009
69365
79878
63022
Pangkal tengah
18890
33958
42914
32737
32125
Ujung tengah
20879
37862
22381
9485
22652
Rata-rata
45604
59261
57069
53783
53929
Dari Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa nilai MOE bervariasi. Kisaran nilai rata-ratanya antara 9485 kg/cm2 pada bagian ujung tengah dengan bahan finishing melamin, hingga 116215 kg/cm2 pada pangkal tepi dengan bahan finishing pernis. Uji statistik (Lampiran 19) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan MOE kayu kelapa, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOE kayu kelapa. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 34) memperlihatkan bahwa kayu kelapa pada bagian ujung tengah memiliki MOE paling rendah (22652 kg/cm2) dan tidak berbeda nyata dengan kayu kelapa bagian pangkal tengah (32125 kg/cm2). Sedangkan kayu pada ujung tepi memiliki MOE yang lebih besar (63022 kg/cm2) dan berbeda nyata dibandingkan MOE kayu tersebut pada bagian pangkal tengah. Selanjutnya kayu kelapa pada bagian pangkal tepi memiliki MOE paling besar (97918 kg/cm2) dan berbeda nyata dengan yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata MOE menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap (Gambar 14). 120000 97918 MOE (kg/cm2)
100000 80000
63022
60000 32125
40000
22652
20000 0 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Letak posis i batang ke lapa
Gambar 14 Rata-rata MOE menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap.
Modulus of Rupture (MOR)
Berdasarkan Lampiran 5 selanjutnya dibuat nilai rata-rata MOR kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Rataan MOR (kg/cm2) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
683
970
881
911
861
Ujung tepi
554
523
610
704
598
Pangkal tengah
235
335
429
385
346
Ujung tengah
218
359
221
132
233
Rata-rata
423
547
641
533
536
Menurut DEN BERGER (1923) diacu dalam Martawijaya (1989) kelas kuat kayu di Indonesia dibagi ke dalam lima kelas yang ditetapkan menurut berat jenisnya dengan metode klasifikasi seperti yang tercantum dalam Tabel 1 yang menunjukkan hubungan berat jenis dengan keteguhan lentur dan kekuatan tekan. Dari Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa nilai MOR bervariasi. Dari data hasil pengujian tersebut, rata-rata nilai MOR batang kelapa pada bagian pangkal tepi berkisar antara 683 kg/cm2 hingga 970 kg/cm2 sehingga dapat digolongkan ke dalam kelas kuat (KK) III yang memiliki kisaran MOR antara 500 kg/cm2 - 725 kg/cm2. Sedangkan rata-rata nilai MOR batang kelapa pada posisi ujung tepi berkisar antara 523 kg/cm2 hingga 704 kg/cm2 sehingga digolongkan ke dalam KK III juga. Untuk batang kelapa bagian pangkal tengah, rata-rata MOR nya antara 235 kg/cm2 sampai dengan 429 kg/cm2, sehingga masuk ke dalam KK V yang kisaran MOR nya < 360 kg/cm2. Begitu juga dengan batang kelapa bagian ujung tengah, rata-rata MOR nya antara 132 kg/cm2 sampai dengan 359 kg/cm2 sehingga masuk ke dalam KK V. Uji statistik (Lampiran 20) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan MOR kayu kelapa, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOR kayu kelapa. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 35) pada MOR ini sama persis dengan yang ada pada MOE di atas, yaitu memperlihatkan bahwa kayu kelapa pada bagian ujung tengah memiliki MOR paling rendah (233 kg/cm2) dan tidak berbeda nyata dengan kayu kelapa bagian pangkal tengah (346 kg/cm2). Sedangkan kayu pada ujung tepi memiliki MOR yang lebih besar (598 kg/cm2) dan berbeda nyata dibandingkan MOR kayu tersebut pada bagian pangkal tengah. Selanjutnya kayu kelapa pada
bagian pangkal tepi memiliki MOR paling besar (861 kg/cm2) dan berbeda nyata dengan yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata MOR menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap (Gambar 15).
MOR (kg/cm2)
1000 900 800
861
700 600 500 400 300
598
346 233
200 100 0 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 15 Rata-rata MOR menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap. Maximum Crushing Strength (MCS)
Berdasarkan Lampiran 6 selanjutnya dibuat nilai rata-rata MCS kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Rataan MCS (kg/cm2) kayu kelapa yang tidak diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
481
530
465
477
488
Ujung tepi
330
271
353
438
348
Pangkal tengah
127
131
163
220
160
Ujung tengah
110
187
130
82
128
Rata-rata
262
280
278
304
281
Kekuatan maksimum tekan sejajar serat (MCS) adalah salah satu sifat mekanik kayu yang digunakan sebagai salah satu parameter untuk menentukan klasifikasi kekuatan kayu. Sifat mekanik ini dapat digunakan untuk menentukan beban yang dapat dipikul suatu tiang atau pancang yang pendek. Kelas kuat kayu di Indonesia dibagi ke dalam lima kelas yang ditetapkan menurut berat jenisnya dengan metode klasifikasi seperti yang tercantum dalam Tabel 1 yang
menunjukkan hubungan berat jenis dengan keteguhan lentur dan kekuatan tekan (DEN BERGER 1923, diacu dalam Martawijaya 1989). Dari Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa nilai MCS bervariasi. Dari data hasil pengujian tersebut, rata-rata nilai MCS batang kelapa pada bagian pangkal tepi berkisar antara 465 kg/cm2 hingga 530 kg/cm2 sehingga dapat digolongkan ke dalam kelas kuat (KK) II yang memiliki kisaran MCS antara 425 kg/cm2 - 650 kg/cm2. Sedangkan rata-rata MCS batang kelapa pada posisi ujung tepi berkisar antara 271 kg/cm2 hingga 438 kg/cm2 sehingga digolongkan ke dalam KK IV yang memiliki kisaran MCS antara 215 kg/cm2 - 300 kg/cm2. Untuk batang kelapa bagian pangkal tengah, rata-rata MCS nya antara 127 kg/cm2 sampai dengan 220 kg/cm2, sehingga masuk ke dalam KK V yang kisaran MCS nya < 215 kg/cm2. Begitu juga dengan batang kelapa bagian ujung tengah, rata-rata MCS nya antara 82 kg/cm2 sampai dengan 187 kg/cm2 sehingga masuk ke dalam KK V. Uji statistik (Lampiran 21) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan MCS kayu kelapa, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap MCS kayu kelapa. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 36) pada MCS ini sama persis dengan yang ada pada MOE dan MOR di atas, yaitu memperlihatkan bahwa kayu kelapa pada bagian ujung tengah memiliki MCS paling rendah (128 kg/cm2) dan tidak berbeda nyata dengan kayu kelapa bagian pangkal tengah (160 kg/cm2). Sedangkan kayu pada ujung tepi memiliki MCS yang lebih besar (348 kg/cm2) dan berbeda nyata dibandingkan MCS kayu tersebut pada bagian pangkal tengah. Selanjutnya kayu kelapa pada bagian pangkal tepi memiliki MCS paling besar (488 kg/cm2) dan berbeda nyata dengan yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata MCS menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap (Gambar 16). Pengukuran kekuatan maksimum tekan sejajar serat (MCS) sangat peka terhadap cacat kayu berupa mata kayu atau lubang dalam contoh uji. Adanya rongga di dalam contoh uji kekuatan sejajar serat menyebabkan distribusi atau persebaran beban yang diterima contoh uji tidak merata sehingga kekuatan turun. Sifat fisik kayu yaitu berat jenis sangat berpengaruh terhadap MCS. Pada
umumnya, semakin tinggi berat jenis suatu kayu, maka semakin tinggi pula MCS kayu tersebut. Ini disebabkan berat jenis yang tinggi berarti menggambarkan kepadatan struktur penyusun kayu yang juga tinggi, sehingga jika terdapat dua beban yang bekerja pada kedua ujung kayu (pada saat pengujian keteguhan maksimum tekan sejajar serat) maka beban tersebut akan terdistribusi secara merata ke seluruh bagian kayu.
Tekan sejajar (kg/cm2)
600 488
500 400
348
300 160
200
128
100 0 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 16 Rata-rata MCS menurut posisi batang kelapa yang tidak diumpankan ke rayap. Sifat mekanik pada empat posisi kayu setelah diumpan ke rayap
Hasil pengukuran, pengujian dan perhitungan sifat mekanik kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dengan empat macam bahan finishing setelah diumpankan ke rayap selama 12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 13 sampai dengan Lampiran 15. Modulus of Elasticity (MOE)
Berdasarkan Lampiran 13 selanjutnya dibuat nilai rata-rata MOE kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Tabel 16
Rataan MOE (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing
Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
105823
116156
104732
109826
109134
Ujung tepi
55613
75421
69968
82928
70982
Pangkal tengah
30134
26157
32147
22223
27665
Ujung tengah
11168
23264
11746
24779
17739
Rata-rata
50684
60250
54648
59939
56380
Dari Tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa nilai MOE bervariasi. Kisaran nilai rata-ratanya antara 11168 kg/cm2 pada bagian ujung tengah kontrol (tanpa bahan finishing), hingga 116156 kg/cm2 pada pangkal tepi dengan bahan finishing pernis. Adapun uji statistik (Lampiran 28) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan MOE kayu kelapa yang dapat dilihat pada histogram rata-rata MOE menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap (Gambar 17). 120000
109134
M OE(kg/cm2)
100000 80000
70982
60000 40000
27665 17739
20000 0 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 17 Rata-rata MOE menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap. Sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOE kayu kelapa. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 43) memperlihatkan bahwa MOE di masing-masing posisi kayu berbeda nyata antara satu dengan yang lain berutan mulai dari MOE terendah ke MOE tertinggi yaitu ujung tengah (17739 kg/cm2), pangkal tengah (27665 kg/cm2), ujung tepi (70982 kg/cm2) dan pangkal tepi (109134 kg/cm2). Modulus of Rupture (MOR)
Berdasarkan Lampiran 14 selanjutnya dibuat nilai rata-rata MOR kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 17. Tabel 17
Rataan MOR (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing
Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
984
1122
715
851
918
Ujung tepi
642
832
810
882
792
Pangkal tengah
336
352
371
301
340
Ujung tengah
139
193
239
304
219
Rata-rata
525
625
534
584
567
Dari Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa nilai MOR bervariasi. Dari data hasil pengujian tersebut, rata-rata nilai MOR batang kelapa pada bagian pangkal tepi berkisar antara 715 kg/cm2 hingga 1122 kg/cm2 sehingga dapat digolongkan ke dalam kelas kuat (KK) III yang memiliki kisaran MOR antara 500 kg/cm2 -725 kg/cm2. Sedangkan rata-rata nilai MOR batang kelapa pada posisi ujung tepi berkisar antara 642 kg/cm2 hingga 882 kg/cm2 sehingga digolongkan ke dalam KK III juga. Untuk batang kelapa bagian pangkal tengah, rata-rata MOR antara 301 kg/cm2 sampai dengan 371 kg/cm2, sehingga masuk ke dalam KK V yang kisaran MOR nya < 360 kg/cm2. Begitu juga dengan batang kelapa bagian ujung tengah, rata-rata MOR antara 139 kg/cm2 sampai dengan 304 kg/cm2 sehingga masuk ke dalam KK V. Uji statistik (Lampiran 29) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan MOR kayu kelapa, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOR kayu kelapa. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 44) memperlihatkan bahwa kayu pada ujung tengah memiliki MOR paling rendah (219 kg/cm2), yang berbeda nyata dengan kayu pada pangkal tengah (340 kg/cm2). Sedangkan kayu pada pangkal tengah memiliki MOR yang lebih rendah dari pada yang di ujung tepi (792 kg/cm2) dan menunjukkan berbeda nyata. Adapun kayu pada pangkal tepi memiliki MOR paling besar (918 kg/cm2) dan menunjukan tidak berbeda nyata dengan yang di ujung tepi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram rata-rata MOR
MOR(kg/cm2)
menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap (Gambar 18). 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
918 792
340 219
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 18 Rata-rata MOR menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap.
Maximum Crushing Strength (MCS)
Berdasarkan Lampiran 15 selanjutnya dibuat nilai rata-rata MCS kayu kelapa sebagaimana disajikan pada Tabel 18. Tabel 18
Rataan MCS (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing
Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
692
756
561
683
673
Ujung tepi
344
464
428
489
431
Pangkal tengah
300
212
189
215
229
Ujung tengah
66
129
160
124
120
Rata-rata
351
390
334
378
363
Dari Tabel 18 di atas dapat dilihat bahwa nilai kekuatan maksimum tekan sejajar serat (MCS) bervariasi. Dari data hasil pengujian tersebut, rata-rata nilai kekuatan maksimum tekan sejajar serat batang kelapa pada bagian pangkal tepi berkisar antara 561 kg/cm2 hingga 756 kg/cm2 sehingga dapat digolongkan ke dalam kelas kuat (KK) II yang memiliki kisaran kekuatan maksimum tekan sejajar serat antara 425 kg/cm2 - 650 kg/cm2. Sedangkan rata-rata kekuatan maksimum tekan sejajar serat batang kelapa pada posisi ujung tepi berkisar antara 344 kg/cm2 hingga 489 kg/cm2 sehingga digolongkan ke dalam KK III yang memiliki kisaran kekuatan maksimum tekan sejajar serat antara 300 kg/cm2 - 425 kg/cm2. Untuk batang kelapa bagian pangkal tengah, rata-rata kekuatan maksimum tekan sejajar seratnya antara 189 kg/cm2 sampai dengan 300 kg/cm2, sehingga masuk ke dalam KK V yang kisaran kekuatan maksimum tekan sejajar seratnya < 215 kg/cm2. Begitu juga dengan batang kelapa bagian ujung tengah, rata-rata kekuatan maksimum tekan sejajar seratnya antara 66 kg/cm2 sampai dengan 160 kg/cm2 sehingga masuk ke dalam KK V. Uji statistik (Lampiran 30) menunjukkan bahwa letak posisi batang kelapa berpengaruh nyata terhadap perbedaan MCS kayu kelapa, sedangkan perlakuan finishing dan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap MCS kayu kelapa. Hasil Uji lanjut Duncan (Lampiran 45) pada MCS ini memperlihatkan bahwa uji lanjut pada MCS ini sama persis dengan yang ada pada MOE setelah diumpan di atas, yaitu MCS di masing-masing posisi kayu berbeda nyata antara satu dengan yang lain
berutan mulai dari MCS paling rendah ke MCS paling tinggi yaitu ujung tengah (120 kg/cm2), pangkal tengah (229 kg/cm2), ujung tepi (431 kg/cm2) dan pangkal tepi (673 kg/cm2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 19.
Tekansejajar (kg/cm2)
800 700
673
600 500
431
400 300
229
200
120
100 0 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 19 Rata-rata MCS menurut posisi batang kelapa setelah diumpankan ke rayap. Sifat mekanik kayu setelah diumpankan ke rayap, memiliki kekuatan yang beragam dan urutan kekuatannya tidak sama apabila dibandingkan dengan kayu yang sama dengan kondisi tidak diumpankan ke rayap. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh adanya rongga-rongga bekas serangan rayap yang ada pada kayu tersebut yang tentunya letaknya tidak beraturan. Oleh karena itu, kayu yang kekuatanya lebih tinggi belum tentu kekuatannya akan tetap lebih tinggi setelah diumpankan ke rayap apabila dibandingkan dengan kayu yang kekuatannya lebih rendah dan sama-sama telah diumpankan ke rayap. Perubahan sifat mekanik kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap
Pengumpanan kayu kelapa pada rayap kayu kering menyebabkan perubahan sifat mekanik pada kayu tersebut yang disebabkan oleh serangan rayap. Perubahan Modulus of Elasticity (MOE)
Setelah diumpankan ke rayap kayu kering, MOE kayu kelapa mengalami perubahan, yang bisa dilihat pada Tabel 19 di bawah. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa semua kayu yang diumpankan ke rayap mengalami perubahan MOE. Ada yang turun, dan ada yang naik jika dibandingkan dengan yang tidak diumpankan ke rayap. Adapun perubahan MOE yang paling besar adalah pada bagian ujung tengah dengan bahan finishing melamin, yaitu naik sebesar 161.25 % dengan nilai rata-rata MOE naik menjadi 24779 kg/cm2. Sedangkan perubahan yang paling kecil adalah pada bagian pangkal tepi dengan bahan finishing pernis,
yaitu nilai rata-rata MOE turun sebesar 0.05 % menjadi 116156 kg/cm2. Gambar perubahan MOE secara lebih jelas disajikan pada Gambar 20. Tabel 19 Rataan perubahan MOE (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi Batang Kelapa Pangkal tepi Ujung tepi Pangkal tengah Ujung tengah
Kontrol A
Pernis % Peru bahan
B
A
B
88814 105823 19.15
116215
116156
53834 55613
49009
75421
3.31
Bahan finishing Nitroselulosa % % Peru A B Peru bahan bahan -0.05 53.89
93614 69365
104732 11.88 69968
0.87
Melamin A
B
% Peru bahan
93030
109826 18.05
79878
82928 3.82
18890 30134 59.53
33958
26157
-22.97 42914
32147 -25.09
32737
22223
-32.12
20879 11168 -46.51
37862
23264
-38.56 22381
11746 -47.52
9485
24779
161.25
Keterangan : A = rata-rata sebelum dimpan ke rayap; B = rata-rata setelah diumpan ke rayap; angka minus (-) menyatakan penurunan nilai; angka yang dicetak tebal menyatakan perbedaan nyata secara statistik
Uji statistik (Uji-T) menyatakan seluruh kayu yang digunakan pada penelitian ini mengalami perubahan nilai MOE yang tidak berbeda nyata dengan keadaan awalnya, kecuali hanya bagian ujung tepi dengan bahan finishing pernis yang menunjukkan berbeda nyata. Perubahan nilai MOE (ada yang naik, dan ada yang turun) karena adanya masa kayu yang dimakan atau diserang oleh rayap, dan menimbulkan rongga. Hal tersebut yang menyebabkan sifat mekanik MOE kayu menjadi berkurang. Sedangkan naiknya MOE kemungkinan disebabkan oleh variasi penyebaran vascular bundle pada batang kelapa. Dimana semakin ke ujung semakin mengecil diameternya, dan frekuensi ikatan pembuluhnya semakin banyak. Inilah yang menyebabkan sulitnya memilih batang kelapa bagian ujung yang seragam. Selain itu, air pada batang kelapa bagian ujung juga mempengaruhi berat awal kayu sehingga kerapatannya meningkat (Nugroho 2007). 140000 Pangkal tepi Tanpa diumpan
MOE (kg/cm2)
120000
Pangkal tepi Diumpan
100000
Ujung tepi Tanpa diumpan
80000
Ujung tepi Diumpan
60000
Pangkal tengah Tanpa diumpan
40000
Pangkal tengah Diumpan
20000
Ujung tengah Tanpa diumpan
0
Ujung tengah Diumpan Kontrol
Nitroselulosa
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 20 Rata-rata MOE sebelum dan setelah diumpankan ke rayap.
Perubahan Modulus of Rupture (MOR)
Setelah diumpankan ke rayap kayu kering, MOR kayu kelapa mengalami perubahan, yang bisa dilihat pada Tabel 20. Dari Tabel 20 di bawah dapat dilihat bahwa semua kayu yang diumpankan ke rayap mengalami perubahan MOR. Ada yang turun, dan ada yang naik jika dibandingkan dengan yang tidak diumpankan ke rayap. Adapun perubahan MOR yang paling besar adalah pada bagian ujung tengah dengan bahan finishing melamin, yaitu naik sebesar 129.38 % dengan nilai rata-rata MOR naik menjadi 304 kg/cm2. Sedangkan perubahan yang paling kecil adalah pada bagian pangkal tengah dengan bahan finishing pernis, yaitu nilai rata-rata MOR naik sebesar 5.27% menjadi 352 kg/cm2. Gambar perubahan MOR secara lebih jelas disajikan pada Gambar 21. Tabel 20 Rataan perubahan MOR (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi Batang Kelapa Pangkal tepi Ujung tepi Pangkal tengah Ujung tengah
Kontrol
Bahan finishing Nitroselulosa
Pernis
A
B
683
984
44.00
970
1122
15.68
881
715
-18.86
911
851
-6.66
554
642
16.03
523
832
59.09
610
810
32.76
704
882
25.27
235
336
43.18
335
352
5.27
429
371
-13.47
385
301
-21.79
218
139
-36.43
359
193
-46.17
221
239
8.24
132
304
129.38
A
B
% Peru bahan
A
Melamin
% Peru bahan
B
% Peru bahan
A
B
% Peru bahan
Keterangan : A = rata-rata sebelum dimpan ke rayap; B = rata-rata setelah diumpan ke rayap; angka minus (-) menyatakan penurunan nilai; angka yang dicetak tebal menyatakan perbedaan nyata secara statistik
1200 Pangkal tepi Tanpa diumpan
MOR (kg/cm2)
1000
Pangkal tepi Diumpan 800
Ujung tepi Tanpa diumpan
600
Ujung tepi Diumpan
400
Pangkal tengah Tanpa diumpan Pangkal tengah Diumpan
200
Ujung tengah Tanpa diumpan
0
Ujung tengah Diumpan Kontrol
Pernis
Nitroselulosa
Melamin
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 21 Rata-rata MOR sebelum dan setelah diumpankan ke rayap.
Uji statistik (Uji-T) menyatakan seluruh kayu yang digunakan pada penelitian ini mengalami perubahan nilai MOR yang tidak berbeda nyata dengan keadaan awalnya, kecuali hanya pada bagian ujung tepi dengan bahan finishing pernis yang menunjukkan berbeda nyata. Sama dengan perubahan MOE, perubahan nilai MOR (ada yang naik, dan ada yang turun) karena adanya masa kayu yang dimakan atau diserang oleh rayap, dan menimbulkan rongga. Hal tersebut yang menyebabkan sifat mekanik MOR kayu menjadi berkurang. Sedangkan naiknya MOR kemungkinan disebabkan oleh variasi penyebaran vascular bundle pada batang kelapa. Dimana semakin ke ujung semakin mengecil diameternya, dan frekuensi ikatan pembuluhnya semakin banyak. Inilah yang menyebabkan sulitnya memilih batang kelapa bagian ujung yang seragam. Selain itu, air pada batang kelapa bagian ujung juga mempengaruhi berat awal kayu sehingga kerapatannya meningkat. Perubahan Maximum Crushing Strength (MCS)
Setelah diumpankan ke rayap kayu kering, MCS kayu kelapa mengalami perubahan, yang bisa dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Rataan perubahan MCS (kg/cm2) kayu kelapa setelah diumpankan ke rayap menurut posisi batang kelapa pada beberapa bahan finishing Posisi Batang Kelapa Pangkal tepi Ujung tepi Pangkal tengah Ujung tengah
Kontrol
Pernis
Bahan finishing Nitroselulosa
A
B
481
692
44.06
530
756
42.61
465
561
20.43
477
683
43.18
330
344
4.16
271
464
71.37
353
428
21.45
438
489
11.62
127
300
136.29
131
212
62.03
163
189
15.55
220
215
-2.34
110
66
-40.19
187
129
-31.02
130
160
22.41
82
124
50.40
A
B
% Peru bahan
A
Melamin
% Peru bahan
B
% Peru bahan
A
B
% Peru bahan
Keterangan : A = rata-rata sebelum dimpan ke rayap; B = rata-rata setelah diumpan ke rayap; angka minus (-) menyatakan penurunan nilai; angka yang dicetak tebal menyatakan perbedaan nyata secara statistik
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa semua kayu yang diumpankan ke rayap mengalami perubahan MCS. Ada yang turun, dan ada yang naik jika dibandingkan dengan yang tidak diumpankan ke rayap. Adapun perubahan MCS yang paling besar adalah pada bagian pangkal tengah kontrol (tanpa bahan finishing), yaitu naik sebesar 136.29 % dengan nilai rata-rata MCS naik menjadi 300 kg/cm2. Sedangkan perubahan yang paling kecil adalah pada bagian pangkal
tengah dengan bahan finishing melamin, yaitu nilai rata-rata MCS turun sebesar 2.34 % menjadi 215 kg/cm2. Gambar perubahan MCS secara lebih jelas disajikan pada Gambar 22. Uji statistik (Uji-T) menyatakan seluruh kayu yang digunakan pada penelitian ini mengalami perubahan nilai MCS yang tidak berbeda nyata dengan keadaan awalnya, kecuali pada bagian pangkal tepi kontrol, pangkal tepi dan ujung tepi dengan bahan finishing pernis serta pangkal tepi dengan bahan finishing melamin yang menunjukkan berbeda nyata. Sama dengan perubahan nilai MOE dan MOR, perubahan nilai MCS (ada yang naik, dan ada yang turun) karena adanya masa kayu yang dimakan atau diserang oleh rayap, dan menimbulkan rongga. Hal tersebut yang menyebabkan sifat mekanik MCS kayu menjadi berkurang. Sedangkan naiknya MCS kemungkinan disebabkan oleh variasi penyebaran vascular bundle pada batang kelapa. Dimana semakin ke ujung semakin mengecil diameternya, dan frekuensi ikatan pembuluhnya semakin banyak. Inilah yang menyebabkan sulitnya memilih batang kelapa bagian ujung yang seragam. Selain itu, air pada batang kelapa bagian ujung juga mempengaruhi berat awal kayu sehingga kerapatannya meningkat. Tekan Sejajar (kg/cm2)
800 700
Pangkal tepi Tanpa diumpan
600
Pangkal tepi Diumpan
500
Ujung tepi Tanpa diumpan
400
Ujung tepi Diumpan
300
Pangkal tengah Tanpa diumpan
200
Pangkal tengah Diumpan
100
Ujung tengah Tanpa diumpan
0 Kontrol
Pernis
Nitroselulosa
Melamin
Ujung tengah Diumpan
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 22 Rata-rata MCS sebelum dan setelah diumpankan ke rayap. Khoirunnisa (2003) dalam penelitiannya menyatakan, bahwa berdasarkan koefisien korelasi dan nilai determinasi, MOE mempunyai hubungan yang erat terhadap MOR dan keteguhan maksimum tekan sejajar serat (MCS) baik pada kondisi basah maupun kering udara. Hasil penelitian terhadap berbagai indikator kekuatan kayu membuktikan bahwa MOE merupakan salah satu indikator yang mempunyai korelasi tinggi dalam hubungannya dengan MOR. Dinyatakan pula
bahwa disamping mudah mengukurnya, indikator ini sangat peka terhadap cacat kayu, seperti mata kayu, serat miring, kayu rapuh dan sebagainya. Pada umumnya (pada kayu bebas cacat), beban yang diterima kayu akan disebar secara merata ke seluruh bagian kayu. Nilai MOE dapat digunakan sebagai penduga untuk mengetahui sifat mekanik kayu lainnya. Semakin tinggi nilai MOE, maka akan semakin tinggi pula nilai sifat mekanik kayu lainnya. Untuk pengukuran sifat mekanik kayu yang diserang rayap kayu kering, agak berbeda. Belum tentu kayu yang memiliki MOE tinggi akan semakin tinggi pula nilai sifat mekanik lainnya. Hal ini dikarenakan pada setiap contoh uji yang diukur kekuatannya selain MOE dimungkinkan memiliki sebaran dan intensitas serangan rayap kayu kering tidak sama dengan sebaran dan intensitas serangan rayap kayu kering yang terdapat pada contoh uji untuk MOE. Hal ini yang menyebabkan ukuran MOE dari yang tertinggi sampai paling rendah tidak diikuti urutan kekuatan yang sama untuk sifat mekanik lainnya. 4.3 Serangan Rayap Kayu Kering
Pada penelitian ini, respon yang diamati setelah pengumpanan kayu ke rayap kayu kering ada 3, yaitu: persentase kematian (mortalitas) rayap, derajat proteksi dan penurunan berat. Hasil pengamatan pada empat posisi kayu dengan empat perlakuan finishing setelah diumpankan ke rayap dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 9. Mortalitas Rayap
Berdasarkan Lampiran 7 selanjutnya dibuat nilai rata-rata mortalitas rayap kayu kering sebagaimana disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Rataan mortalitas rayap (%) pada kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dan beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
93.00
77.00
87.73
85.47
85.80
Ujung tepi
86.07
84.73
70.13
75.13
79.02
Pangkal tengah
88.00
99.13
84.73
94.40
91.57
Ujung tengah
89.47
97.53
82.73
93.60
90.83
Rata-rata
89.13
89.60
81.33
87.15
86.80
Berdasarkan Tabel 22 di atas, kayu di empat posisi dan empat perlakuan finishing setelah diumpankan ke rayap memiliki persentase mortalitas rayap dengan kisaran nilai rata-rata antara 70.13 % hingga 99.13 %. Mortalitas (tingkat kematian rayap) yang paling besar adalah pada bagian pangkal tengah yang menggunakan bahan finishing pernis. Ini berarti pada contoh uji tersebut paling tahan terhadap serangan rayap bila dilihat dari tingkat kematian rayap. Uji statistik (Lampiran 22) menunjukkan bahwa faktor letak posisi batang kelapa, faktor bahan finishing, serta interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap. Adapun untuk interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing terhadap mortalitas rayap lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 23.
Mortalitas Rayap (%)
120 100 Pangkal tepi
80
Ujung tepi
60
Pangkal tengah
40
Ujung tengah
20 0 Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 23 Interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing terhadap mortalitas rayap. Derajat Proteksi
Berdasarkan Lampiran 8 selanjutnya dibuat nilai rata-rata derajat proteksi serangan rayap kayu kering sebagaimana disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Rataan derajat proteksi rayap (tanpa satuan) pada kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dan beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
100
90
90
88
92
Ujung tepi
94
86
78
78
84
Pangkal tengah
94
88
74
86
86
Ujung tengah
92
78
80
82
83
Rata-rata
95
86
81
84
86
Berdasarkan Tabel 23 di atas, kayu di empat posisi dan empat perlakuan finishing setelah diumpankan ke rayap memiliki derajat proteksi dengan kisaran nilai rata-rata antara 74 hingga 100. Derajat proteksi (ketahanan terhadap rayap) pada contoh uji, yang paling besar adalah pada bagian pangkal tepi kontrol. Ini artinya pada contoh uji tersebut paling tahan terhadap serangan rayap bila dilihat dari kondisi serangannya. Uji statistik (Lampiran 23) menunjukkan bahwa faktor letak posisi batang kelapa dan faktor bahan finishing berpengaruh nyata terhadap derajat proteksi rayap. Sedangkan interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing tidak nyata pengaruhnya terhadap derajat proteksi rayap. Uji lanjut Duncan (Lampiran 38) terhadap faktor letak posisi batang kelapa menunjukkan bahwa kayu pada ujung tengah memiliki derajat proteksi paling rendah (83), yang tidak berbeda nyata dengan kayu pada ujung tepi (84). Sedangkan kayu pada pangkal tengah memiliki derajat proteksi yang lebih tinggi (86) dan tidak berbeda nyata dari pada yang di ujung tepi. Adapun kayu pada pangkal tepi memiliki derajat proteksi paling tinggi (92) dan menunjukan berbeda nyata dengan yang di pangkal tengah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 24.
94
92
Derajat proteksi
92 90 88 86
86
84
83
84 82 80 78 Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
Le tak pos is i batang k e lapa
Gambar 24 Rata-rata derajat proteksi rayap menurut posisi batang kelapa. Uji
lanjut
Duncan
(Lampiran
48)
terhadap
bahan
finishing
memperlihatkan bahwa kayu dengan bahan finishing nitroselulose memiliki derajat proteksi paling rendah (81), yang tidak berbeda nyata dengan kayu berbahan finishing melamin (84). Sedangkan kayu dengan bahan finishing pernis memiliki derajat proteksi yang lebih tinggi (86) dan tidak berbeda nyata dari pada
yang mengunakan bahan finishing melamin. Adapun kayu kontrol (tanpa bahan finishing) memiliki derajat proteksi paling tinggi (95) dan menunjukan berbeda nyata dengan yang memakai pernis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 25. 100 95 Derajat proteksi
95 90
86
84
85
81
80 75 70 Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Bahan finishing
Gambar 25 Rata-rata derajat proteksi rayap menurut beberapa bahan finishing. Penurunan Berat
Berdasarkan Lampiran 9 selanjutnya dibuat nilai rata-rata penurunan berat serangan rayap kayu kering sebagaimana disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Rataan penurunan berat (g) pada kayu kelapa menurut posisi batang kelapa dan beberapa bahan finishing Posisi batang kelapa
Bahan Finishing
Rata-rata
Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Pangkal tepi
2.59
3.20
3.52
3.63
3.23
Ujung tepi
2.07
1.41
1.48
1.77
1.68
Pangkal tengah
2.87
2.65
2.49
1.73
2.43
Ujung tengah
2.70
1.78
1.77
1.14
1.85
Rata-rata
2.55
2.26
2.31
2.07
2.30
Berdasarkan Tabel 24 di atas, kayu di empat posisi dan empat perlakuan finishing setelah diumpankan ke rayap mengalami penurunan berat dengan kisaran nilai rata-rata antara 1.14 g hingga 3.63 g. Adapun penurunan berat contoh uji yang paling rendah adalah pada bagian ujung tengah yang menggunakan bahan finishing melamin. Ini berarti pada contoh uji tersebut paling tahan terhadap serangan rayap bila dilihat dari penurunan beratnya. Uji statistik (Lampiran 24) menunjukkan bahwa faktor letak posisi batang kelapa, faktor bahan finishing, serta interaksi antara letak posisi batang kelapa
dengan bahan finishing berpengaruh nyata terhadap penurunan berat. Adapun untuk interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing terhadap penurunan berat lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 26.
Penurunan Berat (g)
4.0 3.5 3.0
Pangkal tepi
2.5
Ujung tepi
2.0
Pangkal tengah
1.5
Ujung tengah
1.0 0.5 0.0 Kontrol
Pernis
Nitroselulose
Melamin
Posisi batang dan bahan finishing
Gambar 26 Interaksi antara letak posisi batang kelapa dengan bahan finishing terhadap penurunan berat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Kayu kelapa mempunyai sifat fisik mekanik yang berbeda-beda tergantung letak posisinya pada batang kelapa. Urutan kekuatan kayu kelapa mulai dari tertinggi sampai terendah yaitu pangkal tepi, ujung tepi, pangkal tengah dan ujung tengah. Kayu kelapa yang diberi bahan finishing, kadar airnya lebih tinggi dari pada yang tidak diberi bahan finishing. 2. Terdapat
perbedaan
sifat fisik
kayu kelapa sebelum
dan setelah
diumpankan ke rayap kayu kering. Semua contoh uji mengalami penurunan kadar air setelah diumpankan ke rayap kayu kering. Penurunan kadar air yang paling besar terjadi pada pangkal tepi dengan bahan finishing pernis, dan penurunan yang paling kecil pada ujung tengah tanpa bahan finishing (kontrol). Hanya kerapatan kayu kelapa pada ujung tengah kontrol yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan kerapatan kayu awalnya. 3. Nilai kekakuan lentur (MOE) dan kekuatan lentur (MOR) batang kelapa bagian ujung tepi yang diberi bahan finishing pernis lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan keadaan awal. Hanya kekuatan tekan maksimum (MCS) kayu kelapa bagian ujung tepi yang diberi bahan finishing pernis, pangkal tepi kontrol, pangkal tepi yang diberi bahan finishing melamin dan pangkal tepi yang diberi bahan finishing pernis, yang berbeda nyata dengan MCS keadaan awal. 4. Contoh uji yang paling tahan terhadap serangan rayap berbeda-beda di antara tiga parameter yang diamati. Bila dilihat dari mortalitas (tingkat kematian rayap), maka yang paling tahan adalah bagian pangkal tengah yang diberi bahan finishing pernis. Sedangkan bila dilihat dari derajat proteksi (ketahanan terhadap rayap), maka yang paling tahan adalah bagian pangkal tepi kontrol. Dilihat dari penurunan berat contoh uji maka yang paling tahan adalah bagian ujung tengah yang diberi bahan finishing melamin.
5.2 Saran
1. Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku kayu, baik untuk konstruksi struktural dan nonstruktural maupun mebel, dari penelitian ini disarankan agar mulai sekarang dipakai kayu kelapa sebagai bahan alternatif dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini karena kekuatan kayu kelapa sudah teruji dan coraknya bagus. 2. Upaya untuk memperindah penampilan kayu dan menahan serangan rayap kayu kering, pada kayu kelapa dapat diberikan bahan finishing, meskipun hal itu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sifat fisik mekanik kayu kelapa kecuali hanya pada kadar air. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui metode yang tepat dalam mencegah serangan rayap kayu kering.
DAFTAR PUSTAKA Amarullah. 2005. Aplikasi beberapa macam finishing pada kayu cepat tumbuh. [skripsi] Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. [Anonim]. Wood Finishing. Technology Guide Book ASEAN Timber Technologi Centre. ________. 1993. Prosiding koperasi nasional kelapa III. Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian; Yogyakarta, 20-23 Juli 1993. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri Yogyakarta. ________. 1994. Kelapa. Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian Bekerjasama dengan UNDP dan FAO. ________. 1995. Metode Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Komisi Pestisida. Departemen Pertanian. Borror DJ, Thriphelehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Serangga Edisi 6 (terjemahan). Yogyakarta: UGM Press Yogyakarta. Brown HP, Panshin AJ, Forsaith CC. 1952. Text Book of Wood Technology. Vol. 11. New York: Mc Grawhil. Book Company Inc. Daintith J. 1990. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga. Fleming H. 1964. Organic Coating Technology. New York: John Willey dan Sons Inc. Fuller HJ, Tippo O. 1954. College Botani Revisede Edition. New York. Haygreen JG, Bowyer JL. 1982. Forest Product and Wood Science an Introduction. Diterjemahkan oleh A.H. Sutjipto, 1993. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ________. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Khoirunnisa NI. 2003. Hubungan antara sifat fisis dan mekanis tujuh jenis kayu kurang dikenal (Lesser Known Species) dari Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kollman FFP, Cote WA. 1968. Principles of Wood Science and Technology. Vol. 1. Berlin: Solid Wood Springer Verlag.
Krishna K, Weesner FM (Eds). 1969/1970. Biologi of Termites, Vol. I dan II. New York etc: Academic Press. Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan. Mu’min J, Praptowidodo VS. 1982. Isolasi dan identifikasi minyak kulit jambu mete (CNSL) dan kemungkinan penggunannya sebagai perekat (adhesive). [laporan penelitian]. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Nugroho A. 2007. Perubahan sifat fisik dan sifat mekanik beberapa jenis kayu akibat serangan penggerek laut di perairan Pulau Rambut [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Oey DS. 1964. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia untuk Keperluan Praktek. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Panshin AJ, Zeeuw C de. 1970. Textbook of Wood Technology Vol I. New York: Mc Graw Hill Book Co Inc. Rahayu IS 2005. Sifat dasar vascular bundle dan parenchyma batang kelapa hibrida dalam kaitannya dengan sifat fisis, mekanis serta keawetan [penelitian].
Bogor:
Lembaga
Penelitian
dan
Pemberdayaan
Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Rohadi R. 1992. Konsumsi dan pemanfaatan kayu kelapa (Cocos nicifera L.): studi kasus di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Sleman [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ruhyana YA. 2002. Sifat fisik mekanik dan tegangan ijin lima jenis kayu kurang dikenal (Lesser Known Species) dari Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Setyamijaya. 1982. Kelapa Hibrida, Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Supriana N. 1983. Perilaku Rayap Perusak Kayu: Makalah Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan. Kerjasama Direktorat Tata Bangunan dan Ikatan Arsitek Indonesia. Jakarta. ________. 1994. Perilaku Rayap. Bogor: Badan Pengembangan dan Penelitian Departemen Kehutanan Bogor.
Tambunan B, Nandika D. 1989. Detiriorasi Kayu oleh Faktor Boilogis. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Lap. L.P.H. No. 138.28 p. Tatang. 1996. Studi hubungan modulus patah (MOR) dengan modulus elastisitas (MOE) dan berat jenis (BJ) kayu kelapa (Cocos nicifera L.) dari contoh kayu konstruksi. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tho YP 1982. Termites of Peninsular Malaysia. Malayan Forest Records No. 36. Kirton LG, editor. Kuala Lumpur: Forest Research Institute Malaysia. Tsoumis G. 1991 Science and Technology of Wood Structure, Properties Utilization. Von Nostrend Reinhold. Widiatmoko B. 1987. Pengaruh bentuk sambungan tegak dan serong terhadap sifat lentur kayu kelapa (Cocos nicifera L.) untuk kayu lamina [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data kadar air (%) yang tidak diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Ulangan Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
19.114
15.954
17.409
17.365
20.734
24.699
12.250
15.728
19.600
26.522
26.237
13.398
17.161
17.098
17.661
25.596
15.661
26.272
15.980
21.797
18.454
22.109
17.907
18.777
16.625
24.514
16.462
15.811
15.102
17.011
16.050
14.361
16.159
18.142
16.865
15.451
15.433
16.895
17.080
15.382
15.258
16.654
16.878
17.029
15.716
18.643
16.667
15.607
16.830
21.697
21.101
16.887
19.404
17.421
16.091
19.943
16.213
17.340
21.462
16.614
16.210
17.206
17.018
16.768
18.500
19.108
15.172
19.170
17.431
18.554
18.169
17.876
18.962
23.394
19.720
19.029
19.660
26.164
17.997
19.810
17.935
19.188
20.352
20.410
17.700
17.388
20.443
17.759
19.731
16.396
17.424
16.956
18.798
20.506
19.187
18.793
Lampiran 2 Data berat jenis yang tidak diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Ulangan Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
0.708
0.885
0.531
0.828
0.575
0.640
0.797
0.824
0.713
0.609
0.619
0.724
0.757
0.842
0.616
0.615
0.699
0.680
0.824
0.747
0.690
0.731
0.677
0.748
0.667
0.331
0.617
0.685
0.526
0.520
0.596
0.650
0.410
0.446
0.563
0.622
0.496
0.608
0.627
0.633
0.624
0.589
0.467
0.672
0.545
0.499
0.574
0.652
0.299
0.238
0.276
0.452
0.276
0.381
0.460
0.256
0.514
0.383
0.238
0.697
0.418
0.612
0.325
0.505
0.234
0.285
0.639
0.246
0.348
0.380
0.388
0.431
0.262
0.284
0.314
0.382
0.395
0.323
0.540
0.310
0.395
0.488
0.289
0.263
0.428
0.560
0.275
0.286
0.282
0.511
0.449
0.397
0.352
0.433
0.374
0.328
Lampiran 3 Data kerapatan (g/cm3) yang tidak diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Ulangan Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose Melamin
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
0.843
1.026
0.623
0.972
0.875
0.799
0.895
0.953
0.853
0.770
0.781
0.821
0.887
0.985
0.724
0.773
0.809
0.859
0.956
0.910
0.853
0.888
0.796
0.886
0.778
0.412
0.718
0.793
0.606
0.608
0.692
0.743
0.476
0.526
0.658
0.718
0.572
0.711
0.734
0.731
0.719
0.687
0.546
0.787
0.630
0.589
0.670
0.754
0.349
0.289
0.334
0.529
0.330
0.447
0.534
0.307
0.597
0.450
0.289
0.813
0.485
0.718
0.380
0.590
0.277
0.340
0.736
0.293
0.408
0.449
0.455
0.506
0.312
0.350
0.376
0.455
0.473
0.408
0.637
0.371
0.466
0.582
0.348
0.316
0.503
0.657
0.332
0.337
0.337
0.595
0.528
0.465
0.418
0.518
0.444
0.389
Lampiran 4 Data MOE (kg/cm2) yang tidak diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Ulangan Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
89701.321
105276.809
109464.958
101664.757
97497.663
112153.380
106179.897
113309.483
82883.336
123782.848
70064.188
105401.818
99418.255
135029.466
122049.570
79352.788
74571.200
104830.156
60310.070
65422.518
88814.355
116214.532
93613.737
93030.273
47056.051
28115.415
55318.166
83406.333
60909.892
54296.632
78188.761
83375.133
45150.197
32870.199
86814.376
89854.568
51741.336
66049.963
66184.309
72400.247
64311.919
63713.225
60321.642
70355.350
53833.879
49009.087
69365.451
79878.326
14741.583
7361.553
4910.662
27600.843
6119.641
46894.098
78233.367
6898.971
44032.638
37471.219
84548.852
65392.761
12258.159
67845.189
41636.017
56717.250
17296.492
10217.419
5241.704
7077.247
18889.702
33957.895
42914.120
32737.414
7784.974
12533.698
10095.159
6696.285
20329.733
6954.528
55587.292
7873.174
25292.494
39851.850
9061.009
5089.499
39460.541
59406.533
6080.511
14579.124
11528.927
70562.049
31079.696
13186.277
20879.334
37861.732
22380.733
9484.872
Lampiran 5 Data MOR (kg/cm2) yang tidak diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Ulangan Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
857.165
728.527
990.335
717.710
715.959
874.175
1035.371
1930.356
419.352
1056.022
611.356
843.033
793.893
1269.753
1289.937
599.495
629.525
921.603
478.609
466.596
683.179
970.016
881.121
911.438
502.184
305.703
516.997
683.174
601.884
515.364
645.641
763.105
447.185
306.957
781.027
818.108
499.077
758.436
546.260
734.321
717.975
726.898
561.546
523.466
553.661
522.672
610.294
704.435
201.197
109.283
63.673
374.408
94.590
504.233
850.622
92.203
465.809
361.492
761.132
661.134
178.251
580.283
389.528
687.784
234.518
118.567
81.532
107.917
234.873
334.772
429.297
384.689
102.216
135.264
118.535
110.794
236.576
95.575
478.668
126.901
237.266
390.005
160.502
78.888
368.450
540.173
84.511
171.004
146.959
633.034
260.549
174.476
218.293
358.810
220.553
132.412
Lampiran 6 Data MCS (kg/cm2) yang tidak diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Ulangan Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
540.788
571.931
667.435
563.099
331.949
491.012
395.169
598.559
489.851
413.380
228.747
494.740
575.444
700.024
753.350
346.236
465.056
473.725
282.737
381.404
480.617
530.014
465.488
476.808
385.837
99.780
360.307
556.400
369.975
312.255
394.401
457.687
198.360
178.713
350.194
364.850
280.615
437.233
438.225
374.400
415.461
325.933
220.674
438.702
330.050
270.783
352.760
438.408
61.871
45.685
48.693
256.935
55.045
123.805
192.081
50.357
239.854
132.528
442.228
398.130
228.540
285.830
85.337
340.118
49.921
66.476
47.886
56.582
127.046
130.865
163.245
220.424
42.212
56.299
92.886
75.845
131.994
59.416
266.894
57.386
111.002
214.425
73.126
44.175
185.798
312.695
44.692
97.076
79.486
294.337
173.947
136.446
110.098
187.434
130.309
82.186
Lampiran 7 Data mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Ulangan Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose Melamin
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
94.667
85.000
84.667
82.667
93.333
85.333
91.667
75.333
89.333
67.667
91.667
95.333
91.333
69.333
82.667
92.667
96.333
77.667
88.000
81.333
93.000
77.000
87.733
85.467
98.667
82.000
54.333
73.000
88.000
88.333
92.667
78.333
82.000
94.000
69.667
69.667
61.667
87.333
76.667
77.000
100.000
72.000
57.333
77.667
86.067
84.733
70.133
75.133
90.667
96.333
85.333
100.000
89.000
99.333
93.333
95.000
94.333
100.000
55.333
100.000
87.667
100.000
91.000
99.667
78.333
100.000
98.667
77.333
88.000
99.133
84.733
94.400
97.667
100.000
99.667
92.333
96.333
100.000
83.000
96.000
97.667
99.333
73.000
96.667
71.000
95.667
87.667
85.667
84.667
92.667
70.333
97.333
89.467
97.533
82.733
93.600
Lampiran 8 Data derajat proteksi pada contoh uji yang diumpankan ke rayap Posisi Ulangan Bahan Finishing Batang Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose Melamin 100 90 90 70 1 100 90 90 90 2 100 90 90 100 3 Pangkal 100 90 90 90 4 tepi 100 90 90 90 5 100 90 90 88 Rata-rata
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata
100 90 90 90 100 94
70 90 90 90 90 86
70 70 90 90 70 78
70 90 70 70 90 78
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
100 90 90 90 100 94
70 90 100 90 90 88
70 70 70 70 90 74
90 90 90 90 70 86
90 90 100 90 90
90 70 90 70 70
100 70 90 70 70
90 90 90 70 70
92
78
80
82
Lampiran 9 Data penurunan berat pada contoh uji yang diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose Melamin
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
2.491
3.269
3.257
3.817
2.847
2.688
3.376
4.092
3.409
3.750
3.612
3.967
2.223
2.745
3.978
2.880
1.968
3.538
3.374
3.405
2.588
3.198
3.519
3.632
1.235
1.069
1.891
1.525
1.802
1.475
1.497
2.120
3.035
1.695
1.306
1.697
2.202
1.296
0.972
2.101
2.068
1.488
1.725
1.398
2.068
1.405
1.478
1.768
3.008
2.427
2.776
1.201
2.664
3.348
3.090
1.322
1.679
3.298
2.505
1.507
3.834
1.934
1.885
2.413
3.141
2.218
2.184
2.187
2.865
2.645
2.488
1.726
1.154
1.070
1.046
0.979
2.942
1.011
1.268
1.251
3.562
2.926
1.555
1.163
3.428
1.383
2.604
1.175
2.388
2.507
2.398
1.114
2.695
1.779
1.774
1.136
Lampiran 10 Data kadar air (%) setelah diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
8.588
7.834
7.541
6.876
8.584
7.692
7.851
7.434
8.400
7.511
7.288
7.513
8.361
8.872
7.429
7.859
4.665
8.325
7.677
6.868
7.720
8.047
7.557
7.310
11.053
9.687
10.485
8.079
11.034
9.349
9.955
7.858
12.796
8.960
9.114
6.761
10.200
10.853
8.930
8.784
10.221
10.609
9.191
8.323
11.061
9.892
9.535
7.961
10.175
14.249
15.590
12.164
10.131
13.388
10.283
9.996
13.307
12.817
9.843
9.483
13.403
9.093
9.615
8.951
9.027
8.499
14.525
8.484
11.209
11.609
11.971
9.816
16.198
13.077
15.349
9.703
15.517
15.740
8.108
14.996
16.285
15.208
14.276
14.021
11.986
9.687
14.367
16.263
14.495
15.402
12.023
15.418
14.896
13.823
12.825
14.080
Lampiran 11 Data berat jenis setelah diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
0.751
0.925
0.727
0.831
0.685
0.863
0.539
0.750
0.883
0.890
0.891
0.844
0.685
0.620
0.620
0.495
0.690
0.830
0.727
0.926
0.739
0.826
0.701
0.769
0.408
0.633
0.545
0.596
0.497
0.609
0.421
0.700
0.346
0.633
0.499
0.879
0.551
0.494
0.609
0.529
0.545
0.434
0.614
0.596
0.469
0.561
0.538
0.660
0.475
0.213
0.228
0.284
0.427
0.272
0.402
0.401
0.276
0.309
0.447
0.392
0.324
0.494
0.432
0.425
0.675
0.624
0.256
0.526
0.435
0.382
0.353
0.406
0.207
0.311
0.233
0.404
0.291
0.200
0.482
0.261
0.262
0.255
0.255
0.540
0.336
0.564
0.269
0.325
0.233
0.256
0.424
0.220
0.266
0.317
0.333
0.350
Lampiran 12 Data kerapatan (g/cm3) setelah diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
0.815
0.997
0.782
0.888
0.744
0.929
0.581
0.806
0.957
0.957
0.956
0.908
0.742
0.675
0.666
0.534
0.722
0.899
0.782
0.989
0.796
0.892
0.753
0.825
0.453
0.694
0.602
0.644
0.552
0.666
0.463
0.755
0.391
0.690
0.545
0.938
0.607
0.548
0.664
0.575
0.600
0.480
0.671
0.646
0.521
0.616
0.589
0.712
0.524
0.243
0.263
0.319
0.470
0.308
0.444
0.441
0.312
0.349
0.491
0.429
0.367
0.539
0.473
0.463
0.736
0.677
0.293
0.571
0.482
0.423
0.393
0.444
0.240
0.351
0.269
0.443
0.336
0.231
0.521
0.300
0.304
0.294
0.292
0.615
0.377
0.619
0.307
0.516
0.267
0.295
0.475
0.254
0.305
0.358
0.373
0.426
Lampiran 13 Data MOE (kg/cm2) setelah diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
175983.994
162379.931
155271.760
172342.243
186210.416
194153.840
150949.571
186430.522
182840.451
141983.963
167965.445
206134.616
159721.821
175222.265
188161.419
145311.308
135458.142
248520.959
169206.181
161780.098
168042.965
184452.192
166310.875
174399.757
102838.103
112513.627
100960.995
126340.008
70162.273
132555.629
94949.984
165357.914
25041.144
125809.891
90654.681
147061.144
131791.863
114076.268
140390.041
87147.248
111723.590
113872.394
128575.870
132526.474
88311.395
119765.562
111106.314
131686.558
23331.783
11490.703
12115.879
30750.146
41884.170
34523.154
53438.523
21804.329
44315.948
13696.495
108241.937
16370.198
19280.823
63807.592
59945.044
22496.094
110447.377
84162.604
21499.179
85026.957
47852.020
41536.110
51048.112
35289.545
4587.907
23409.788
15436.991
77865.665
10836.727
4271.611
159.284
13882.491
14642.460
15421.242
18555.772
37492.357
47302.275
102313.212
15668.751
57231.811
11298.942
39297.317
43440.146
10272.082
17733.662
36942.634
18652.189
39348.881
Lampiran 14 Data MOR (kg/cm2) setelah diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
897.888
715.926
589.574
1153.363
1435.540
1414.270
628.413
920.935
1192.180
734.305
781.080
875.155
809.448
839.401
788.855
698.148
583.714
1906.739
786.612
606.226
983.754
1122.128
714.907
850.765
656.349
881.839
643.376
645.528
593.698
876.077
524.130
1038.739
267.175
894.416
519.841
897.370
1028.523
720.579
1261.381
724.072
666.187
784.696
1102.342
1106.585
642.386
831.522
810.214
882.459
225.949
113.400
123.636
317.270
277.838
261.722
472.023
174.229
325.558
108.815
712.086
143.842
148.328
602.623
414.650
164.001
703.788
675.431
135.017
705.087
336.292
352.398
371.482
300.886
54.591
152.241
115.249
624.013
103.319
52.061
510.459
139.415
103.580
102.504
129.008
284.407
339.260
569.060
129.292
376.021
93.080
89.925
309.595
94.751
138.766
193.158
238.721
303.721
Lampiran 15 Data MCS (kg/cm2) setelah diumpankan ke rayap Posisi Bahan Finishing Batang Ulangan Kelapa Kontrol Pernis Nitroselulose
Pangkal tepi
Ujung tepi
Pangkal tengah
Ujung tengah
1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata
Melamin
821.041
968.080
546.512
752.764
678.087
776.742
406.689
719.506
826.233
751.838
792.123
805.496
579.498
540.389
603.109
404.091
557.093
742.127
454.600
731.553
692.390
755.835
560.607
682.682
269.109
550.670
400.867
436.109
359.181
538.123
265.781
680.122
134.965
550.865
396.747
544.111
583.433
330.063
560.138
376.107
372.230
350.444
518.642
410.339
343.784
464.033
428.435
489.358
377.473
65.320
67.062
111.041
319.164
105.912
259.610
164.306
116.524
96.782
292.521
161.949
113.701
355.132
228.983
212.939
574.144
437.029
94.972
426.062
300.201
212.035
188.630
215.259
32.610
116.731
57.120
220.546
55.996
35.766
451.730
44.696
46.153
48.758
62.306
183.363
154.107
395.777
59.905
128.712
40.400
49.442
166.511
40.721
65.853
129.295
159.515
123.607
Lampiran 16 Tabel sidik ragam kadar air yang tidak diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 529.76369800 96.89587394 72.19868114 24.81429341
Mean Square 8.27755778 32.29862465 24.06622705 2.75714371
F Value
Pr > F
3.90 2.91 0.33
0.0127 0.0413 0.9607
Lampiran 17 Tabel sidik ragam berat jenis yang tidak diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 0.82291760 1.56610424 0.03219694 0.09483771
Mean Square 0.01285809 0.52203475 0.01073231 0.01053752
F Value
Pr > F
40.60 0.83 0.82
0.0001 0.4798 0.6003
Lampiran 18 Tabel sidik ragam kerapatan yang tidak diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 0.98683960 2.30162350 0.03630580 0.13695390
Mean Square 0.01541937 0.76720783 0.01210193 0.01521710
F Value
Pr > F
49.76 0.78 0.99
0.0001 0.5068 0.4596
Lampiran 19 Tabel sidik ragam MOE yang tidak diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 25930528057.35370000 69428483054.81810000 2152129454.97171000 6690132034.00479000
Mean Square 405164500.89615100 23142827684.93930000 717376484.99057000 743348003.77831000
F Value
Pr > F
57.12 1.77 1.83
0.0001 0.1617 0.0789
Lampiran 20 Tabel sidik ragam MOR yang tidak diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 1923.52039160 2563.61223805 71.21125945 192.12038645
Mean Square 30.05500612 854.53741268 23.73708648 21.34670961
F Value
Pr > F
28.43 0.79 0.71
0.0001 0.5040 0.6974
Lampiran 21 Tabel sidik ragam MCS yang tidak diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 953.23626960 1716.85988705 13.96619255 130.29665475
Mean Square 14.89431671 572.28662902 4.65539752 14.47740608
F Value
Pr > F
38.42 0.31 0.97
0.0001 0.8162 0.4714
Lampiran 22 Tabel sidik ragam mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 5863.06009400 2011.36960575 865.80776125 1905.30052855
Mean Square 91.61031397 670.45653525 288.60258708 211.70005873
F Value
Pr > F
7.32 3.15 2.31
0.0003 0.0309 0.0256
Lampiran 23 Tabel sidik ragam derajat proteksi pada contoh uji yang diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 4960.00000000 983.75000000 2353.75000000 601.25000000
Mean Square 77.50000000 327.91666667 784.58333333 66.80555556
F Value
Pr > F
4.23 10.12 0.86
0.0086 0.0001 0.5632
Lampiran 24 Tabel sidik ragam penurunan berat pada contoh uji yang diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 21.43325800 29.61185130 2.42976130 12.08289360
Mean Square 0.33489466 9.87061710 0.80992043 1.34254373
F Value
Pr > F
29.47 2.42 4.01
0.0001 0.0743 0.0004
Lampiran 25 Tabel sidik ragam kadar air setelah diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 208.19173240 417.21436510 22.26581800 27.99231970
Mean Square 3.25299582 139.07145503 7.42193933 3.11025774
F Value
Pr > F
42.75 2.28 0.96
0.0001 0.0876 0.4842
Lampiran 26 Tabel sidik ragam berat jenis setelah diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 0.92692560 2.29732680 0.06599130 0.10712230
Mean Square 0.01448321 0.76577560 0.02199710 0.01190248
F Value
Pr > F
52.87 1.52 0.82
0.0001 0.2181 0.5983
Lampiran 27 Tabel sidik ragam kerapatan setelah diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 1.05153840 2.43050934 0.08195014 0.12042861
Mean Square 0.01643029 0.81016978 0.02731671 0.01338096
F Value
Pr > F
49.31 1.66 0.81
0.0001 0.1839 0.6048
Lampiran 28 Tabel sidik ragam MOE setelah diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 119625434.26343500 530804604.96266500 6349439.85953570 12419511.50058270
Mean Square 1869147.41036618 176934868.32088800 2116479.95317857 1379945.72228697
F Value
Pr > F
94.66 1.13 0.74
0.0001 0.3427 0.6725
Lampiran 29 Tabel sidik ragam MOR setelah diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 1894.53205920 3667.11134504 43.38535224 218.38763241
Mean Square 29.60206342 1222.37044835 14.46178408 24.26529249
F Value
Pr > F
41.29 0.49 0.82
0.0001 0.6915 0.6002
Lampiran 30 Tabel sidik ragam MCS setelah diumpankan ke rayap Source DF Error 64 LTKKY 3 FSHG 3 LTKKY*FSHG 9
Anova SS 1068.16576760 2866.95628095 19.58904055 134.92835845
Mean Square 16.69009012 955.65209365 6.52968018 14.99203983
F Value
Pr > F
57.26 0.39 0.90
0.0001 0.7597 0.5322
Lampiran 31 Uji lanjut duncan kadar air pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap Duncan Grouping
B B B
A A A A A
Mean
N
LTKKY
19.3209
20
4
19.3118
20
1
18.0078
20
3
16.6581
20
2
Lampiran 32 Uji lanjut duncan berat jenis pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
0.71165
20
1
B
0.56745
20
2
C C C
0.38670
20
3
0.37165
20
4
Lampiran 33 Uji lanjut duncan kerapatan pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
0.85570
20
1
B
0.66075
20
2
C C C
0.45435
20
3
0.44240
20
4
Lampiran 34 Uji lanjut duncan MOE pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
97918
20
1
B
63022
20
2
C C C
32125
20
3
22652
20
4
Lampiran 35 Uji lanjut duncan MOR pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
28.842
20
1
B
24.247
20
2
C C C
17.292
20
3
14.475
20
4
Lampiran 36 Uji lanjut duncan MCS pada empat posisi kayu yang tidak diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
21.873
20
1
B
18.391
20
2
C C C
11.724
20
3
10.731
20
4
Lampiran 37 Uji lanjut duncan mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat posisi kayu Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A A A A A
91.567
20
3
90.833
20
4
85.800
20
1
B
79.017
20
2
Lampiran 38 Uji lanjut duncan derajat proteksi pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat posisi kayu Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
92.000
20
1
B B B B B
85.500
20
3
84.000
20
2
83.000
20
4
Lampiran 39 Uji lanjut duncan penurunan berat pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat posisi kayu Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
3.2343
20
1
B
2.4311
20
3
C C C
1.8462
20
4
1.6799
20
2
Lampiran 40 Uji lanjut duncan kadar air pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
13.9060
20
4
B
11.1512
20
3
C
9.6121
20
2
D
7.6584
20
1
Lampiran 41 Uji lanjut duncan berat jenis pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
0.75860
20
1
B
0.55690
20
2
C
0.39410
20
3
D
0.31640
20
4
Lampiran 42 Uji lanjut duncan kerapatan pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
0.81645
20
1
B
0.60920
20
2
C C C
0.43560
20
3
0.36530
20
4
Lampiran 43 Uji lanjut duncan MOE pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
8478.2
20
1
B
6100.9
20
2
C
2902.6
20
3
D
2017.7
20
4
Lampiran 44 Uji lanjut duncan MOR pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A A A
29.873
20
1
27.791
20
2
B
17.506
20
3
C
13.762
20
4
Lampiran 45 Uji lanjut duncan MCS pada empat posisi kayu setelah diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
LTKKY
A
25.768
20
1
B
20.503
20
2
C
14.414
20
3
D
9.980
20
4
Lampiran 46 Uji lanjut duncan kadar air pada empat perlakuan finishing yang tidak diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
FSHG
A
19.9532
20
2
B B B B B
17.9826
20
3
17.7632
20
4
17.5996
20
1
Lampiran 47 Uji lanjut duncan mortalitas rayap pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat perlakuan finishing Duncan Grouping
Mean
N
A A A A A
89.600
20
2
89.133
20
1
87.150
20
4
81.333
20
3
B B B
FSHG
Lampiran 48 Uji lanjut duncan derajat proteksi pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat perlakuan finishing Duncan Grouping
Mean
N
FSHG
A
95.000
20
1
B B B B B
85.500
20
2
83.500
20
4
80.500
20
3
Lampiran 49 Uji lanjut duncan penurunan berat pada contoh uji yang diumpankan ke rayap pada empat perlakuan finishing Duncan Grouping
Mean
N
A A A A A
2.5540
20
1
2.3150
20
3
2.2568
20
2
2.0657
20
4
B B B B B
FSHG
Lampiran 50 Uji lanjut duncan kadar air pada empat perlakuan finishing setelah diumpankan ke rayap Duncan Grouping
Mean
N
A A A A A
11.2213
20
1
10.8426
20
2
10.4720
20
3
9.7917
20
4
B B B B B
FSHG
Lampiran 51 Uji-T rata-rata kadar air setelah diumpankan ke rayap ————— 28/08/2007 08:55:40 ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help. Retrieving project from file: 'D:\MYDOCU~1\IMANKU~1.NA\DRAFT1~1\MINITAB UJI-T KA.MPJ'
Two-Sample T-Test and CI: A1B1-awal, A1B1 akhir Two-sample T for A1B1-awal vs A1B1 akhir
A1B1-awal A1B1 akhir
N 5 5
Mean 18.45 7.72
StDev 2.03 1.71
SE Mean 0.91 0.77
Difference = mu (A1B1-awal) - mu (A1B1 akhir) Estimate for difference: 10.7344 95% CI for difference: (7.9302, 13.5386) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 9.05 = 7
P-Value = 0.000
DF
P-Value = 0.004
DF
P-Value = 0.011
DF
P-Value = 0.006
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B2 awal, A1B2 akhir Two-sample T for A1B2 awal vs A1B2 akhir
A1B2 awal A1B2 akhir
N 5 5
Mean 22.11 8.047
StDev 5.16 0.551
SE Mean 2.3 0.25
Difference = mu (A1B2 awal) - mu (A1B2 akhir) Estimate for difference: 14.0622 95% CI for difference: (7.6186, 20.5058) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 6.06 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A1B3 awal, A1B3 akhir Two-sample T for A1B3 awal vs A1B3 akhir
A1B3 awal A1B3 akhir
N 5 5
Mean 17.91 7.557
StDev 5.13 0.218
SE Mean 2.3 0.097
Difference = mu (A1B3 awal) - mu (A1B3 akhir) Estimate for difference: 10.3502 95% CI for difference: (3.9703, 16.7301) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4.50 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A1B4 awal, A1B4 akhir Two-sample T for A1B4 awal vs A1B4 akhir
A1B4 awal A1B4 akhir
N 5 5
Mean 18.78 7.310
StDev 4.89 0.431
SE Mean 2.2 0.19
Difference = mu (A1B4 awal) - mu (A1B4 akhir) Estimate for difference: 11.4668 95% CI for difference: (5.3654, 17.5682) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 5.22 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A2B1-awal, A2B1 akhir Two-sample T for A2B1-awal vs A2B1 akhir
A2B1-awal A2B1 akhir
N 5 5
Mean 15.715 11.06
StDev 0.650 1.06
SE Mean 0.29 0.47
Difference = mu (A2B1-awal) - mu (A2B1 akhir) Estimate for difference: 4.65460 95% CI for difference: (3.29802, 6.01118) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 8.40 = 6
P-Value = 0.000
DF
P-Value = 0.005
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B2 awal, A2B2 akhir Two-sample T for A2B2 awal vs A2B2 akhir
A2B2 awal A2B2 akhir
N 5 5
Mean 18.64 9.892
StDev 3.33 0.813
SE Mean 1.5 0.36
Difference = mu (A2B2 awal) - mu (A2B2 akhir) Estimate for difference: 8.75160 95% CI for difference: (4.49368, 13.00952) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 5.71 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A2B3 awal, A2B3 akhir Two-sample T for A2B3 awal vs A2B3 akhir
A2B3 awal A2B3 akhir
N 5 5
Mean 16.667 9.535
StDev 0.411 0.660
SE Mean 0.18 0.30
Difference = mu (A2B3 awal) - mu (A2B3 akhir) Estimate for difference: 7.13200 95% CI for difference: (6.28128, 7.98272) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 20.51 = 6
P-Value = 0.000
DF
P-Value = 0.000
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B4 awal, A2B4 akhir Two-sample T for A2B4 awal vs A2B4 akhir
A2B4 awal A2B4 akhir
N 5 5
Mean 15.607 7.961
StDev 0.961 0.754
SE Mean 0.43 0.34
Difference = mu (A2B4 awal) - mu (A2B4 akhir) Estimate for difference: 7.64580 95% CI for difference: (6.35452, 8.93708) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 14.00 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A3B1-awal, A3B1 akhir Two-sample T for A3B1-awal vs A3B1 akhir
A3B1-awal A3B1 akhir
N 5 5
Mean 17.43 11.21
StDev 1.45 2.01
SE Mean 0.65 0.90
Difference = mu (A3B1-awal) - mu (A3B1 akhir) Estimate for difference: 6.22280 95% CI for difference: (3.60144, 8.84416) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 5.61 = 7
P-Value = 0.001
DF
P-Value = 0.002
DF
P-Value = 0.012
DF
P-Value = 0.000
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B2 awal, A3B2 Akhir Two-sample T for A3B2 awal vs A3B2 Akhir
A3B2 awal A3B2 Akhir
N 5 5
Mean 18.55 11.61
StDev 1.92 2.63
SE Mean 0.86 1.2
Difference = mu (A3B2 awal) - mu (A3B2 Akhir) Estimate for difference: 6.94520 95% CI for difference: (3.50404, 10.38636) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4.77 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A3B3 awal, A3B3 akhir Two-sample T for A3B3 awal vs A3B3 akhir
A3B3 awal A3B3 akhir
N 5 5
Mean 18.17 11.97
StDev 2.92 2.85
SE Mean 1.3 1.3
Difference = mu (A3B3 awal) - mu (A3B3 akhir) Estimate for difference: 6.19760 95% CI for difference: (1.88212, 10.51308) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3.40 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A3B4 awal, A3B4 akhir Two-sample T for A3B4 awal vs A3B4 akhir
A3B4 awal A3B4 akhir
N 5 5
Mean 17.88 9.82
StDev 1.56 1.43
SE Mean 0.70 0.64
Difference = mu (A3B4 awal) - mu (A3B4 akhir) Estimate for difference: 8.06080 95% CI for difference: (5.82225, 10.29935) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 8.51 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B1-awal, A4B1 akhir Two-sample T for A4B1-awal vs A4B1 akhir
A4B1-awal A4B1 akhir
N 5 5
Mean 18.798 14.90
StDev 0.947 1.78
SE Mean 0.42 0.79
Difference = mu (A4B1-awal) - mu (A4B1 akhir) Estimate for difference: 3.90140 95% CI for difference: (1.69715, 6.10565) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4.33 = 6
P-Value = 0.005
DF
P-Value = 0.022
DF
P-Value = 0.007
DF
P-Value = 0.012
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B2 awal, A4B2 Akhir Two-sample T for A4B2 awal vs A4B2 Akhir
A4B2 awal A4B2 Akhir
N 5 5
Mean 20.51 13.82
StDev 4.14 2.54
SE Mean 1.9 1.1
Difference = mu (A4B2 awal) - mu (A4B2 Akhir) Estimate for difference: 6.68320 95% CI for difference: (1.36563, 12.00077) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3.08 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A4B3 awal, A4B3 akhir Two-sample T for A4B3 awal vs A4B3 akhir
A4B3 awal A4B3 akhir
N 5 5
Mean 19.19 12.82
StDev 1.39 2.90
SE Mean 0.62 1.3
Difference = mu (A4B3 awal) - mu (A4B3 akhir) Estimate for difference: 6.36260 95% CI for difference: (2.66015, 10.06505) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4.42 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A4B4 awal, A4B4 akhir Two-sample T for A4B4 awal vs A4B4 akhir
A4B4 awal A4B4 akhir
N 5 5
Mean 18.79 14.08
StDev 1.43 2.58
SE Mean 0.64 1.2
Difference = mu (A4B4 awal) - mu (A4B4 akhir) Estimate for difference: 4.71260 95% CI for difference: (1.48932, 7.93588) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3.58 = 6
Lampiran 52 Uji-T rata-rata berat jenis setelah diumpankan ke rayap —————
28/08/2007 10:01:31 ———————————————————
Welcome to Minitab, press F1 for help.
Two-Sample T-Test and CI: A1B1-awal, A1B1 akhir Two-sample T for A1B1-awal vs A1B1 akhir
A1B1-awal A1B1 akhir
N 5 5
Mean 0.6904 0.7388
StDev 0.0683 0.0853
SE Mean 0.031 0.038
Difference = mu (A1B1-awal) - mu (A1B1 akhir) Estimate for difference: -0.048400 95% CI for difference: (-0.163952, 0.067152) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.99 = 7
P-Value = 0.355
DF
P-Value = 0.262
DF
P-Value = 0.784
DF
P-Value = 0.805
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B2 awal, A1B2 akhir Two-sample T for A1B2 awal vs A1B2 akhir
A1B2 awal A1B2 akhir
N 5 5
Mean 0.731 0.826
StDev 0.124 0.120
SE Mean 0.056 0.054
Difference = mu (A1B2 awal) - mu (A1B2 akhir) Estimate for difference: -0.094400 95% CI for difference: (-0.277196, 0.088396) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.22 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A1B3 awal, A1B3 akhir Two-sample T for A1B3 awal vs A1B3 akhir
A1B3 awal A1B3 akhir
N 5 5
Mean 0.677 0.701
StDev 0.127 0.133
SE Mean 0.057 0.059
Difference = mu (A1B3 awal) - mu (A1B3 akhir) Estimate for difference: -0.023400 95% CI for difference: (-0.217433, 0.170633) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.29 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A1B4 awal, A1B4 akhir Two-sample T for A1B4 awal vs A1B4 akhir
A1B4 awal A1B4 akhir
N 5 5
Mean 0.7476 0.769
StDev 0.0872 0.165
SE Mean 0.039 0.074
Difference = mu (A1B4 awal) - mu (A1B4 akhir) Estimate for difference: -0.021600 95% CI for difference: (-0.226320, 0.183120) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.26 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A2B1-awal, A2B1 akhir Two-sample T for A2B1-awal vs A2B1 akhir
A2B1-awal A2B1 akhir
N 5 5
Mean 0.545 0.4694
StDev 0.103 0.0896
SE Mean 0.046 0.040
Difference = mu (A2B1-awal) - mu (A2B1 akhir) Estimate for difference: 0.075200 95% CI for difference: (-0.068872, 0.219272) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.23 = 7
P-Value = 0.257
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B2 awal, A2B2 akhir Two-sample T for A2B2 awal vs A2B2 akhir
A2B2 awal A2B2 akhir
N 5 5
Mean 0.499 0.5606
StDev 0.113 0.0912
SE Mean 0.051 0.041
Difference = mu (A2B2 awal) - mu (A2B2 akhir) Estimate for difference: -0.061800 95% CI for difference: (-0.215722, 0.092122) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.95 = 7
P-Value = 0.374
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B3 awal, A2B3 akhir Two-sample T for A2B3 awal vs A2B3 akhir
A2B3 awal A2B3 akhir
N 5 5
Mean 0.5740 0.5376
StDev 0.0646 0.0807
SE Mean 0.029 0.036
Difference = mu (A2B3 awal) - mu (A2B3 akhir) Estimate for difference: 0.036400 95% CI for difference: (-0.072971, 0.145771) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.79 = 7
P-Value = 0.457
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B4 awal, A2B4 akhir Two-sample T for A2B4 awal vs A2B4 akhir
A2B4 awal A2B4 akhir
N 5 5
Mean 0.6524 0.660
StDev 0.0262 0.137
SE Mean 0.012 0.061
Difference = mu (A2B4 awal) - mu (A2B4 akhir) Estimate for difference: -0.007600 95% CI for difference: (-0.180619, 0.165419) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.12 = 4
P-Value = 0.909
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B1-awal, A3B1 akhir Two-sample T for A3B1-awal vs A3B1 akhir
A3B1-awal A3B1 akhir
N 5 5
Mean 0.348 0.435
StDev 0.115 0.156
SE Mean 0.051 0.070
Difference = mu (A3B1-awal) - mu (A3B1 akhir) Estimate for difference: -0.087200 95% CI for difference: (-0.291916, 0.117516) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.01 = 7
P-Value = 0.347
DF
P-Value = 0.980
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B2 awal, A3B2 Akhir Two-sample T for A3B2 awal vs A3B2 Akhir
A3B2 awal A3B2 Akhir
N 5 5
Mean 0.380 0.382
StDev 0.144 0.171
SE Mean 0.064 0.077
Difference = mu (A3B2 awal) - mu (A3B2 Akhir) Estimate for difference: -0.002600 95% CI for difference: (-0.239133, 0.233933) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.03 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A3B3 awal, A3B3 akhir Two-sample T for A3B3 awal vs A3B3 akhir
A3B3 awal A3B3 akhir
N 5 5
Mean 0.388 0.353
StDev 0.164 0.103
SE Mean 0.073 0.046
Difference = mu (A3B3 awal) - mu (A3B3 akhir) Estimate for difference: 0.034600 95% CI for difference: (-0.177103, 0.246303) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.40 = 6
P-Value = 0.703
DF
P-Value = 0.793
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B4 awal, A3B4 akhir Two-sample T for A3B4 awal vs A3B4 akhir
A3B4 awal A3B4 akhir
N 5 5
Mean 0.431 0.4056
StDev 0.188 0.0864
SE Mean 0.084 0.039
Difference = mu (A3B4 awal) - mu (A3B4 akhir) Estimate for difference: 0.025600 95% CI for difference: (-0.212361, 0.263561) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.28 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A4B1-awal, A4B1 akhir Two-sample T for A4B1-awal vs A4B1 akhir
A4B1-awal A4B1 akhir
N 5 5
Mean 0.3524 0.2658
StDev 0.0750 0.0503
SE Mean 0.034 0.022
Difference = mu (A4B1-awal) - mu (A4B1 akhir) Estimate for difference: 0.086600 95% CI for difference: (-0.012166, 0.185366) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2.15 = 6
P-Value = 0.076
DF
P-Value = 0.211
DF
P-Value = 0.590
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B2 awal, A4B2 Akhir Two-sample T for A4B2 awal vs A4B2 Akhir
A4B2 awal A4B2 Akhir
N 5 5
Mean 0.433 0.317
StDev 0.122 0.143
SE Mean 0.055 0.064
Difference = mu (A4B2 awal) - mu (A4B2 Akhir) Estimate for difference: 0.116000 95% CI for difference: (-0.083133, 0.315133) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.38 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B3 awal, A4B3 akhir Two-sample T for A4B3 awal vs A4B3 akhir
A4B3 awal A4B3 akhir
N 5 5
Mean 0.373 0.333
StDev 0.116 0.113
SE Mean 0.052 0.050
Difference = mu (A4B3 awal) - mu (A4B3 akhir) Estimate for difference: 0.040800 95% CI for difference: (-0.130097, 0.211697) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.56 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B4 awal, A4B4 akhir Two-sample T for A4B4 awal vs A4B4 akhir
A4B4 awal A4B4 akhir
N 5 5
Mean 0.3276 0.350
StDev 0.0591 0.127
SE Mean 0.026 0.057
Difference = mu (A4B4 awal) - mu (A4B4 akhir) Estimate for difference: -0.022400 95% CI for difference: (-0.183396, 0.138596) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.36 = 5
P-Value = 0.735
DF
Lampiran 53 Uji-T rata-rata kerapatan setelah diumpankan ke rayap —————
28/08/2007 10:34:30 ———————————————————
Welcome to Minitab, press F1 for help.
Two-Sample T-Test and CI: A1B1-awal, A1B1 akhir Two-sample T for A1B1-awal vs A1B1 akhir
A1B1-awal A1B1 akhir
N 5 5
Mean 0.8534 0.7960
StDev 0.0303 0.0967
SE Mean 0.014 0.043
Difference = mu (A1B1-awal) - mu (A1B1 akhir) Estimate for difference: 0.057400 95% CI for difference: (-0.068390, 0.183190) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.27 = 4
P-Value = 0.274
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B2 awal, A1B2 akhir Two-sample T for A1B2 awal vs A1B2 akhir
A1B2 awal A1B2 akhir
N 5 5
Mean 0.888 0.891
StDev 0.113 0.126
SE Mean 0.051 0.056
Difference = mu (A1B2 awal) - mu (A1B2 akhir) Estimate for difference: -0.003600 95% CI for difference: (-0.182824, 0.175624) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.05 = 7
P-Value = 0.963
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B3 awal, A1B3 akhir Two-sample T for A1B3 awal vs A1B3 akhir
A1B3 awal A1B3 akhir
N 5 5
Mean 0.796 0.753
StDev 0.133 0.141
SE Mean 0.059 0.063
Difference = mu (A1B3 awal) - mu (A1B3 akhir) Estimate for difference: 0.042400 95% CI for difference: (-0.162916, 0.247716) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.49 = 7
P-Value = 0.640
DF
P-Value = 0.517
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B4 awal, A1B4 akhir Two-sample T for A1B4 awal vs A1B4 akhir
A1B4 awal A1B4 akhir
N 5 5
Mean 0.8858 0.825
StDev 0.0858 0.175
SE Mean 0.038 0.078
Difference = mu (A1B4 awal) - mu (A1B4 akhir) Estimate for difference: 0.060800 95% CI for difference: (-0.163483, 0.285083) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.70 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A2B1-awal, A2B1 akhir Two-sample T for A2B1-awal vs A2B1 akhir
A2B1-awal A2B1 akhir
N 5 5
Mean 0.630 0.5206
StDev 0.120 0.0950
SE Mean 0.054 0.042
Difference = mu (A2B1-awal) - mu (A2B1 akhir) Estimate for difference: 0.109600 95% CI for difference: (-0.052167, 0.271367) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.60 = 7
P-Value = 0.153
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B2 awal, A2B2 akhir Two-sample T for A2B2 awal vs A2B2 akhir
A2B2 awal A2B2 akhir
N 5 5
Mean 0.589 0.6156
StDev 0.123 0.0964
SE Mean 0.055 0.043
Difference = mu (A2B2 awal) - mu (A2B2 akhir) Estimate for difference: -0.026800 95% CI for difference: (-0.191754, 0.138154) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.38 = 7
P-Value = 0.712
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B3 awal, A2B3 akhir Two-sample T for A2B3 awal vs A2B3 akhir
A2B3 awal A2B3 akhir
N 5 5
Mean 0.6696 0.5890
StDev 0.0748 0.0871
SE Mean 0.033 0.039
Difference = mu (A2B3 awal) - mu (A2B3 akhir) Estimate for difference: 0.080600 95% CI for difference: (-0.040820, 0.202020) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.57 = 7
P-Value = 0.160
DF
P-Value = 0.548
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B4 awal, A2B4 akhir Two-sample T for A2B4 awal vs A2B4 akhir
A2B4 awal A2B4 akhir
N 5 5
Mean 0.7544 0.712
StDev 0.0337 0.142
SE Mean 0.015 0.064
Difference = mu (A2B4 awal) - mu (A2B4 akhir) Estimate for difference: 0.042800 95% CI for difference: (-0.138445, 0.224045) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.66 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A3B1-awal, A3B1 akhir Two-sample T for A3B1-awal vs A3B1 akhir
A3B1-awal A3B1 akhir
N 5 5
Mean 0.408 0.482
StDev 0.131 0.165
SE Mean 0.058 0.074
Difference = mu (A3B1-awal) - mu (A3B1 akhir) Estimate for difference: -0.074200 95% CI for difference: (-0.296603, 0.148203) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.79 = 7
P-Value = 0.456
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B2 awal, A3B2 Akhir Two-sample T for A3B2 awal vs A3B2 Akhir
A3B2 awal A3B2 Akhir
N 5 5
Mean 0.449 0.423
StDev 0.166 0.180
SE Mean 0.074 0.080
Difference = mu (A3B2 awal) - mu (A3B2 Akhir) Estimate for difference: 0.025600 95% CI for difference: (-0.232848, 0.284048) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.23 = 7
P-Value = 0.822
DF
P-Value = 0.537
DF
P-Value = 0.581
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B3 awal, A3B3 akhir Two-sample T for A3B3 awal vs A3B3 akhir
A3B3 awal A3B3 akhir
N 5 5
Mean 0.455 0.393
StDev 0.182 0.107
SE Mean 0.082 0.048
Difference = mu (A3B3 awal) - mu (A3B3 akhir) Estimate for difference: 0.061800 95% CI for difference: (-0.169383, 0.292983) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.65 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A3B4 awal, A3B4 akhir Two-sample T for A3B4 awal vs A3B4 akhir
A3B4 awal A3B4 akhir
N 5 5
Mean 0.506 0.4446
StDev 0.216 0.0899
SE Mean 0.097 0.040
Difference = mu (A3B4 awal) - mu (A3B4 akhir) Estimate for difference: 0.061800 95% CI for difference: (-0.207284, 0.330884) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.59 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A4B1-awal, A4B1 akhir Two-sample T for A4B1-awal vs A4B1 akhir
A4B1-awal A4B1 akhir
N 5 5
Mean 0.4182 0.3048
StDev 0.0871 0.0543
SE Mean 0.039 0.024
Difference = mu (A4B1-awal) - mu (A4B1 akhir) Estimate for difference: 0.113400 95% CI for difference: (0.001048, 0.225752) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2.47 = 6
P-Value = 0.048
DF
P-Value = 0.118
DF
P-Value = 0.396
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B2 awal, A4B2 Akhir Two-sample T for A4B2 awal vs A4B2 Akhir
A4B2 awal A4B2 Akhir
N 5 5
Mean 0.518 0.358
StDev 0.132 0.152
SE Mean 0.059 0.068
Difference = mu (A4B2 awal) - mu (A4B2 Akhir) Estimate for difference: 0.160400 95% CI for difference: (-0.052438, 0.373238) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.78 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B3 awal, A4B3 akhir Two-sample T for A4B3 awal vs A4B3 akhir
A4B3 awal A4B3 akhir
N 5 5
Mean 0.444 0.373
StDev 0.133 0.116
SE Mean 0.059 0.052
Difference = mu (A4B3 awal) - mu (A4B3 akhir) Estimate for difference: 0.071400 95% CI for difference: (-0.115338, 0.258138) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.90 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B4 awal, A4B4 akhir Two-sample T for A4B4 awal vs A4B4 akhir
A4B4 awal A4B4 akhir
N 5 5
Mean 0.3888 0.426
StDev 0.0680 0.150
SE Mean 0.030 0.067
Difference = mu (A4B4 awal) - mu (A4B4 akhir) Estimate for difference: -0.036800 95% CI for difference: (-0.225749, 0.152149) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.50 = 5
P-Value = 0.638
DF
Lampiran 54 Uji-T rata-rata MOE setelah diumpankan ke rayap —————
28/08/2007 11:12:05 ———————————————————
Welcome to Minitab, press F1 for help.
Two-Sample T-Test and CI: A1B1-awal, A1B1 akhir Two-sample T for A1B1-awal vs A1B1 akhir
A1B1-awal A1B1 akhir
N 5 5
Mean 88814 105823
StDev 10328 13146
SE Mean 4619 5879
Difference = mu (A1B1-awal) - mu (A1B1 akhir) Estimate for difference: -17008.6 95% CI for difference: (-34687.5, 670.3) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -2.27 = 7
P-Value = 0.057
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B2 awal, A1B2 akhir Two-sample T for A1B2 awal vs A1B2 akhir
A1B2 awal A1B2 akhir
N 5 5
Mean 116215 116156
StDev 13010 25531
SE Mean 5818 11418
Difference = mu (A1B2 awal) - mu (A1B2 akhir) Estimate for difference: 58.0498 95% CI for difference: (-32883.5266, 32999.6262) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.00 = 5
P-Value = 0.997
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B3 awal, A1B3 akhir Two-sample T for A1B3 awal vs A1B3 akhir
A1B3 awal A1B3 akhir
N 5 5
Mean 93614 104732
StDev 26840 9160
SE Mean 12003 4097
Difference = mu (A1B3 awal) - mu (A1B3 akhir) Estimate for difference: -11118.5 95% CI for difference: (-46332.0, 24095.0) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.88 = 4
P-Value = 0.430
DF
P-Value = 0.173
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B4 awal, A1B4 akhir Two-sample T for A1B4 awal vs A1B4 akhir
A1B4 awal A1B4 akhir
N 5 5
Mean 93030 109826
StDev 19926 14639
SE Mean 8911 6547
Difference = mu (A1B4 awal) - mu (A1B4 akhir) Estimate for difference: -16795.8 95% CI for difference: (-42942.2, 9350.6) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.52 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A2B1-awal, A2B1 akhir Two-sample T for A2B1-awal vs A2B1 akhir
A2B1-awal A2B1 akhir
N 5 5
Mean 53834 55613
StDev 8450 26310
SE Mean 3779 11766
Difference = mu (A2B1-awal) - mu (A2B1 akhir) Estimate for difference: -1779.13 95% CI for difference: (-36091.09, 32532.83) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.14 = 4
P-Value = 0.892
DF
P-Value = 0.033
DF
P-Value = 0.945
DF
P-Value = 0.748
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B2 awal, A2B2 akhir Two-sample T for A2B2 awal vs A2B2 akhir
A2B2 awal A2B2 akhir
N 5 5
Mean 49009 75421
StDev 17547 5631
SE Mean 7847 2518
Difference = mu (A2B2 awal) - mu (A2B2 akhir) Estimate for difference: -26411.8 95% CI for difference: (-49293.4, -3530.1) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -3.20 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A2B3 awal, A2B3 akhir Two-sample T for A2B3 awal vs A2B3 akhir
A2B3 awal A2B3 akhir
N 5 5
Mean 69365 69968
StDev 12957 13886
SE Mean 5795 6210
Difference = mu (A2B3 awal) - mu (A2B3 akhir) Estimate for difference: -602.374 95% CI for difference: (-20686.779, 19482.031) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.07 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A2B4 awal, A2B4 akhir Two-sample T for A2B4 awal vs A2B4 akhir
A2B4 awal A2B4 akhir
N 5 5
Mean 79878 82928
StDev 8228 18314
SE Mean 3680 8190
Difference = mu (A2B4 awal) - mu (A2B4 akhir) Estimate for difference: -3049.65 95% CI for difference: (-26131.09, 20031.78) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.34 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A3B1-awal, A3B1 akhir Two-sample T for A3B1-awal vs A3B1 akhir
A3B1-awal A3B1 akhir
N 5 5
Mean 18890 30134
StDev 14654 23103
SE Mean 6553 10332
Difference = mu (A3B1-awal) - mu (A3B1 akhir) Estimate for difference: -11244.5 95% CI for difference: (-41183.1, 18694.1) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.92 = 6
P-Value = 0.394
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B2 awal, A3B2 Akhir Two-sample T for A3B2 awal vs A3B2 Akhir
A3B2 awal A3B2 Akhir
N 5 5
Mean 33958 26157
StDev 25490 20013
SE Mean 11400 8950
Difference = mu (A3B2 awal) - mu (A3B2 Akhir) Estimate for difference: 7801.05 95% CI for difference: (-26470.30, 42072.39) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.54 = 7
P-Value = 0.607
DF
P-Value = 0.612
DF
P-Value = 0.498
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B3 awal, A3B3 akhir Two-sample T for A3B3 awal vs A3B3 akhir
A3B3 awal A3B3 akhir
N 5 5
Mean 42914 32147
StDev 38230 23865
SE Mean 17097 10673
Difference = mu (A3B3 awal) - mu (A3B3 akhir) Estimate for difference: 10767.2 95% CI for difference: (-38549.6, 60084.0) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.53 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A3B4 awal, A3B4 akhir Two-sample T for A3B4 awal vs A3B4 akhir
A3B4 awal A3B4 akhir
N 5 5
Mean 32737 22223
StDev 27358 17806
SE Mean 12235 7963
Difference = mu (A3B4 awal) - mu (A3B4 akhir) Estimate for difference: 10514.3 95% CI for difference: (-25205.8, 46234.3) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.72 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A4B1-awal, A4B1 akhir Two-sample T for A4B1-awal vs A4B1 akhir
A4B1-awal A4B1 akhir
N 5 5
Mean 20879 11168
StDev 12489 10657
SE Mean 5585 4766
Difference = mu (A4B1-awal) - mu (A4B1 akhir) Estimate for difference: 9711.78 95% CI for difference: (-7650.57, 27074.13) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.32 = 7
P-Value = 0.228
DF
P-Value = 0.408
DF
P-Value = 0.353
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B2 awal, A4B2 Akhir Two-sample T for A4B2 awal vs A4B2 Akhir
A4B2 awal A4B2 Akhir
N 5 5
Mean 37862 23264
StDev 27992 24375
SE Mean 12518 10901
Difference = mu (A4B2 awal) - mu (A4B2 Akhir) Estimate for difference: 14597.6 95% CI for difference: (-24653.3, 53848.5) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.88 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B3 awal, A4B3 akhir Two-sample T for A4B3 awal vs A4B3 akhir
A4B3 awal A4B3 akhir
N 5 5
Mean 22381 11746
StDev 21050 9835
SE Mean 9414 4398
Difference = mu (A4B3 awal) - mu (A4B3 akhir) Estimate for difference: 10634.7 95% CI for difference: (-16075.3, 37344.8) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.02 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A4B4 awal, A4B4 akhir Two-sample T for A4B4 awal vs A4B4 akhir
A4B4 awal A4B4 akhir
N 5 5
Mean 9485 24779
StDev 4164 18090
SE Mean 1862 8090
Difference = mu (A4B4 awal) - mu (A4B4 akhir) Estimate for difference: -15294.6 95% CI for difference: (-38343.6, 7754.4) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.84 = 4
P-Value = 0.139
DF
Lampiran 55 Uji-T rata-rata MOR setelah diumpankan ke rayap ————— 28/08/2007 11:12:05 ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help. Retrieving project from file: 'D:\MYDOCU~1\IMANKU~1.NA\DRAFT1~1\MINITAB UJI-T MOR.MPJ'
Two-Sample T-Test and CI: A1B1-awal, A1B1 akhir Two-sample T for A1B1-awal vs A1B1 akhir
A1B1-awal A1B1 akhir
N 5 5
Mean 683 984
StDev 170 334
SE Mean 76 149
Difference = mu (A1B1-awal) - mu (A1B1 akhir) Estimate for difference: -300.575 95% CI for difference: (-731.263, 130.113) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.79 = 5
P-Value = 0.133
DF
P-Value = 0.571
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B2 awal, A1B2 akhir Two-sample T for A1B2 awal vs A1B2 akhir
A1B2 awal A1B2 akhir
N 5 5
Mean 970 1122
StDev 204 524
SE Mean 91 234
Difference = mu (A1B2 awal) - mu (A1B2 akhir) Estimate for difference: -152.112 95% CI for difference: (-798.190, 493.966) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.61 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A1B3 awal, A1B3 akhir Two-sample T for A1B3 awal vs A1B3 akhir
A1B3 awal A1B3 akhir
N 5 5
Mean 881 714.9
StDev 331 97.7
SE Mean 148 44
Difference = mu (A1B3 awal) - mu (A1B3 akhir) Estimate for difference: 166.215 95% CI for difference: (-262.033, 594.462) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.08 = 4
P-Value = 0.342
DF
P-Value = 0.836
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B4 awal, A1B4 akhir Two-sample T for A1B4 awal vs A1B4 akhir
A1B4 awal A1B4 akhir
N 5 5
Mean 911 851
StDev 586 212
SE Mean 262 95
Difference = mu (A1B4 awal) - mu (A1B4 akhir) Estimate for difference: 60.6726 95% CI for difference: (-656.2783, 777.6235) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.22 = 5
Two-Sample T-Test and CI: A2B1-awal, A2B1 akhir Two-sample T for A2B1-awal vs A2B1 akhir
A2B1-awal A2B1 akhir
N 5 5
Mean 554 642
StDev 108 271
SE Mean 48 121
Difference = mu (A2B1-awal) - mu (A2B1 akhir) Estimate for difference: -88.7254 95% CI for difference: (-423.5470, 246.0962) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.68 = 5
P-Value = 0.526
DF
P-Value = 0.040
DF
P-Value = 0.286
DF
P-Value = 0.130
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B2 awal, A2B2 akhir Two-sample T for A2B2 awal vs A2B2 akhir
A2B2 awal A2B2 akhir
N 5 5
Mean 523 831.5
StDev 218 75.8
SE Mean 98 34
Difference = mu (A2B2 awal) - mu (A2B2 akhir) Estimate for difference: -308.850 95% CI for difference: (-596.000, -21.700) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -2.99 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A2B3 awal, A2B3 akhir Two-sample T for A2B3 awal vs A2B3 akhir
A2B3 awal A2B3 akhir
N 5 5
Mean 610 810
StDev 107 347
SE Mean 48 155
Difference = mu (A2B3 awal) - mu (A2B3 akhir) Estimate for difference: -199.920 95% CI for difference: (-651.238, 251.398) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.23 = 4
Two-Sample T-Test and CI: A2B4 awal, A2B4 akhir Two-sample T for A2B4 awal vs A2B4 akhir
A2B4 awal A2B4 akhir
N 5 5
Mean 704 882
StDev 112 198
SE Mean 50 88
Difference = mu (A2B4 awal) - mu (A2B4 akhir) Estimate for difference: -178.024 95% CI for difference: (-426.696, 70.648) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.75 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A3B1-awal, A3B1 akhir Two-sample T for A3B1-awal vs A3B1 akhir
A3B1-awal A3B1 akhir
N 5 5
Mean 235 336
StDev 139 216
SE Mean 62 96
Difference = mu (A3B1-awal) - mu (A3B1 akhir) Estimate for difference: -101.419 95% CI for difference: (-382.251, 179.413) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.88 = 6
P-Value = 0.411
DF
P-Value = 0.913
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B2 awal, A3B2 Akhir Two-sample T for A3B2 awal vs A3B2 Akhir
A3B2 awal A3B2 Akhir
N 5 5
Mean 335 352
StDev 216 270
SE Mean 97 121
Difference = mu (A3B2 awal) - mu (A3B2 Akhir) Estimate for difference: -17.6266 95% CI for difference: (-383.5457, 348.2925) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.11 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A3B3 awal, A3B3 akhir Two-sample T for A3B3 awal vs A3B3 akhir
A3B3 awal A3B3 akhir
N 5 5
Mean 429 371
StDev 369 248
SE Mean 165 111
Difference = mu (A3B3 awal) - mu (A3B3 akhir) Estimate for difference: 57.8150 95% CI for difference: (-428.2401, 543.8701) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.29 = 6
P-Value = 0.781
DF
P-Value = 0.630
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B4 awal, A3B4 akhir Two-sample T for A3B4 awal vs A3B4 akhir
A3B4 awal A3B4 akhir
N 5 5
Mean 385 301
StDev 287 236
SE Mean 129 106
Difference = mu (A3B4 awal) - mu (A3B4 akhir) Estimate for difference: 83.8034 95% CI for difference: (-309.6185, 477.2253) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.50 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B1-awal, A4B1 akhir Two-sample T for A4B1-awal vs A4B1 akhir
A4B1-awal A4B1 akhir
N 5 5
Mean 218 139
StDev 102 114
SE Mean 46 51
Difference = mu (A4B1-awal) - mu (A4B1 akhir) Estimate for difference: 79.5274 95% CI for difference: (-82.2972, 241.3520) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.16 = 7
P-Value = 0.283
DF
P-Value = 0.285
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B2 awal, A4B2 Akhir Two-sample T for A4B2 awal vs A4B2 Akhir
A4B2 awal A4B2 Akhir
N 5 5
Mean 359 193
StDev 239 213
SE Mean 107 95
Difference = mu (A4B2 awal) - mu (A4B2 Akhir) Estimate for difference: 165.652 95% CI for difference: (-172.948, 504.252) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.16 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B3 awal, A4B3 akhir Two-sample T for A4B3 awal vs A4B3 akhir
A4B3 awal A4B3 akhir
N 5 5
Mean 221 239
StDev 159 172
SE Mean 71 77
Difference = mu (A4B3 awal) - mu (A4B3 akhir) Estimate for difference: -18.1676 95% CI for difference: (-265.5314, 229.1962) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.17 = 7
P-Value = 0.867
DF
P-Value = 0.150
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B4 awal, A4B4 akhir Two-sample T for A4B4 awal vs A4B4 akhir
A4B4 awal A4B4 akhir
N 5 5
Mean 132.4 304
StDev 40.7 211
SE Mean 18 95
Difference = mu (A4B4 awal) - mu (A4B4 akhir) Estimate for difference: -171.309 95% CI for difference: (-438.680, 96.063) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.78 = 4
Lampiran 56 Uji-T rata-rata MCS setelah diumpankan ke rayap —————
28/08/2007 13:02:07 ———————————————————
Welcome to Minitab, press F1 for help.
Two-Sample T-Test and CI: A1B1-awal, A1B1 akhir Two-sample T for A1B1-awal vs A1B1 akhir
A1B1-awal A1B1 akhir
N 5 5
Mean 480.6 692
StDev 93.6 128
SE Mean 42 57
Difference = mu (A1B1-awal) - mu (A1B1 akhir) Estimate for difference: -211.773 95% CI for difference: (-379.613, -43.933) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -2.98 = 7
P-Value = 0.020
DF
P-Value = 0.031
DF
P-Value = 0.473
DF
P-Value = 0.049
DF
Two-Sample T-Test and CI: A1B2 awal, A1B2 akhir Two-sample T for A1B2 awal vs A1B2 akhir
A1B2 awal A1B2 akhir
N 5 5
Mean 530 756
StDev 111 152
SE Mean 49 68
Difference = mu (A1B2 awal) - mu (A1B2 akhir) Estimate for difference: -225.821 95% CI for difference: (-424.407, -27.235) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -2.69 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A1B3 awal, A1B3 akhir Two-sample T for A1B3 awal vs A1B3 akhir
A1B3 awal A1B3 akhir
N 5 5
Mean 465 561
StDev 233 150
SE Mean 104 67
Difference = mu (A1B3 awal) - mu (A1B3 akhir) Estimate for difference: -95.1190 95% CI for difference: (-399.0532, 208.8152) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.77 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A1B4 awal, A1B4 akhir Two-sample T for A1B4 awal vs A1B4 akhir SE N Mean StDev Mean A1B4 awal 5 477 110 49 A1B4 akhir 5 683 159 71 Difference = mu (A1B4 awal) - mu (A1B4 akhir) Estimate for difference: -205.874 95% CI for difference: (-410.721, -1.028) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -2.38 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A2B1-awal, A2B1 akhir Two-sample T for A2B1-awal vs A2B1 akhir
A2B1-awal A2B1 akhir
N 5 5
Mean 330.0 344
StDev 89.1 164
SE Mean 40 73
Difference = mu (A2B1-awal) - mu (A2B1 akhir) Estimate for difference: -13.7340 95% CI for difference: (-218.0526, 190.5846) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.16 = 6
P-Value = 0.875
DF
P-Value = 0.042
DF
P-Value = 0.271
DF
P-Value = 0.464
DF
Two-Sample T-Test and CI: A2B2 awal, A2B2 akhir Two-sample T for A2B2 awal vs A2B2 akhir
A2B2 awal A2B2 akhir
N 5 5
Mean 271 464
StDev 132 113
SE Mean 59 51
Difference = mu (A2B2 awal) - mu (A2B2 akhir) Estimate for difference: -193.250 95% CI for difference: (-377.609, -8.892) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -2.48 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A2B3 awal, A2B3 akhir Two-sample T for A2B3 awal vs A2B3 akhir
A2B3 awal A2B3 akhir
N 5 5
Mean 352.8 428
StDev 81.5 116
SE Mean 36 52
Difference = mu (A2B3 awal) - mu (A2B3 akhir) Estimate for difference: -75.6748 95% CI for difference: (-225.4621, 74.1125) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.19 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A2B4 awal, A2B4 akhir Two-sample T for A2B4 awal vs A2B4 akhir
A2B4 awal A2B4 akhir
N 5 5
Mean 438.4 489
StDev 77.1 124
SE Mean 34 55
Difference = mu (A2B4 awal) - mu (A2B4 akhir) Estimate for difference: -50.9498 95% CI for difference: (-210.5587, 108.6591) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.78 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A3B1-awal, A3B1 akhir Two-sample T for A3B1-awal vs A3B1 akhir
A3B1-awal A3B1 akhir
N 5 5
Mean 127.0 300
StDev 98.0 194
SE Mean 44 87
Difference = mu (A3B1-awal) - mu (A3B1 akhir) Estimate for difference: -173.155 95% CI for difference: (-422.582, 76.272) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.78 = 5
P-Value = 0.134
DF
P-Value = 0.389
DF
P-Value = 0.781
DF
Two-Sample T-Test and CI: A3B2 awal, A3B2 Akhir Two-sample T for A3B2 awal vs A3B2 Akhir
A3B2 awal A3B2 Akhir
N 5 5
Mean 130.9 212
StDev 94.2 171
SE Mean 42 77
Difference = mu (A3B2 awal) - mu (A3B2 Akhir) Estimate for difference: -81.1702 95% CI for difference: (-294.9343, 132.5939) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.93 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A3B3 awal, A3B3 akhir Two-sample T for A3B3 awal vs A3B3 akhir
A3B3 awal A3B3 akhir
N 5 5
Mean 163 189
StDev 167 101
SE Mean 75 45
Difference = mu (A3B3 awal) - mu (A3B3 akhir) Estimate for difference: -25.3846 95% CI for difference: (-238.8228, 188.0536) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.29 = 6
Two-Sample T-Test and CI: A3B4 awal, A3B4 akhir Two-sample T for A3B4 awal vs A3B4 akhir
A3B4 awal A3B4 akhir
N 5 5
Mean 220 215
StDev 160 123
SE Mean 72 55
Difference = mu (A3B4 awal) - mu (A3B4 akhir) Estimate for difference: 5.16500 95% CI for difference: (-208.79688, 219.12688) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.06 = 7
P-Value = 0.956
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B1-awal, A4B1 akhir Two-sample T for A4B1-awal vs A4B1 akhir
A4B1-awal A4B1 akhir
N 5 5
Mean 110.1 65.9
StDev 54.2 50.1
SE Mean 24 22
Difference = mu (A4B1-awal) - mu (A4B1 akhir) Estimate for difference: 44.2452 95% CI for difference: (-33.7933, 122.2837) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.34 = 7
P-Value = 0.222
DF
P-Value = 0.529
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B2 awal, A4B2 Akhir Two-sample T for A4B2 awal vs A4B2 Akhir
A4B2 awal A4B2 Akhir
N 5 5
Mean 187 129
StDev 124 152
SE Mean 55 68
Difference = mu (A4B2 awal) - mu (A4B2 Akhir) Estimate for difference: 58.1396 95% CI for difference: (-149.4988, 265.7780) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.66 = 7
Two-Sample T-Test and CI: A4B3 awal, A4B3 akhir Two-sample T for A4B3 awal vs A4B3 akhir
A4B3 awal A4B3 akhir
N 5 5
Mean 130.3 160
StDev 90.2 170
SE Mean 40 76
Difference = mu (A4B3 awal) - mu (A4B3 akhir) Estimate for difference: -29.2054 95% CI for difference: (-239.5939, 181.1831) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.34 = 6
P-Value = 0.746
DF
P-Value = 0.343
DF
Two-Sample T-Test and CI: A4B4 awal, A4B4 akhir Two-sample T for A4B4 awal vs A4B4 akhir
A4B4 awal A4B4 akhir
N 5 5
Mean 82.2 123.6
StDev 36.3 80.8
SE Mean 16 36
Difference = mu (A4B4 awal) - mu (A4B4 akhir) Estimate for difference: -41.4220 95% CI for difference: (-143.2070, 60.3630) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1.05 = 5
Lampiran 57 Dokumentasi penelitian
UTM Instron
Oven
Bahan finishing
Contoh uji yang rusak karena pengujian
Contoh uji yang diumpan ke rayap
Ukuran contoh uji
Rayap kayu kering
Contoh uji yang rusak oleh rayap
Rayap yang menyerang kayu
Pohon kelapa
Contoh uji yang diberi bahan finishing
Penyimpanan contoh uji yang sedang diberi rayap