PENGARUH LATIHAN LEG EXTENSION DENGAN LEG PRESS MENGGUNAKAN MODIFIKASI BEBAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL LOMPAT JAUH PULUNG RIYANTO Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan & Rekreasi Universitas Subang
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar lompat jauh antara melakukan latihan leg ekstension dengan leg press menggunakan modifikasi beban terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Pre test – Post tes Desain. Populasi dalam penelitian adalah siswa putra SMA 1 Panjalu, sedangkan yang dijadikan sampel terdiri dari 30 orang siswa putera. Dari jumlah sampel 30 siswa tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A sebanyak 15 orang dan kelompok B sebanyak 15 orang. Instrumen penelitian sebagai pengumpul data adalah tes lompat jauh gaya Schnepper. Hasil penghitungan dan analisis data menunjukan bahwa kelompok A sebesar nilai Thitung = 2,3 lebih besar dari Ttabel = 1,701 pada taraf nyata ( ) = 0,10 dengan dk = 28. Dengan demikian latihan leg ektension memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh gaya Schnepper pada siswa SMA 1 Panjalu. Hasil penghitungan dan analisis data menunjukan bahwa kelompok B sebesar nilai Thitung = 0,65 lebih kecil dari Ttabel = 1,701 pada taraf nyata ( ) = 0,10 dengan dk = 28. Dengan demikian latihan leg press tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh gaya Schnepper pada siswa SMA 1 Panjalu. Selanjutnya berdasarkan penghitungan perbedaan rata-rata dengan uji dua pihak (Uji T) antara latihan leg ekstension dengan leg press diperoleh nilai Thitung = 1,96 lebih besar dibandingkan dengan Ttabel = 1,701 pada taraf nyata ( ) = 0,10 dengan dk = 28. Artinya latihan leg ekstension memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh menggunakan gaya Schnepper pada siswa SMA 1 Panjalu dibandingkan dengan menggunakan latihan leg press. Kata kunci : Leg Extension, Leg Press,Hasil Lompat Jauh PENDAHULUAN Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga antara lain nomor lompat (lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit), nomor lari (sprint, estafet, lari gawang, lari jarak jauh (5.000 m, 10.000 m dan maraton) dan halang rintang), nomor lempar (lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, lontarr martil), nomor lompat yang sering dikembangkan di sekolah adalah lompat jauh. Lompat jauh adalah salah satu nomor dari olahraga atletik yang bertujuan mencapai jarak lompatan yang sejauh-
jauhnya. Cara untuk memperoleh hasil lompatan yang maksimal, pelompat harus menguasai teknik dasar terlebih dahulu. Peningkatan kemampuan teknik didahului oleh peningkatan kemampuan fisik yang merupakan penentu keberhasilan peningkatan komponen teknik. Sejalan dengan pendapat Harsono (1988:153) yang mengemukakan bahwa : “Sukses dalam olahraga sering menentukan keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa
kondisi fisik memegang peranan penting dalam peningkatan prestasi atlet.” Latihan teknik apabila tidak didukung oleh kondisi fisik yang baik akan menimbulkan penguasaan teknik yang tidak sempurna, karena dengan kondisi fisik yang jelek seseorang yang mempelajari teknik dalam jangka waktu yang lama akan cepat merasakan kelelahan, sehingga teknik yang dilatih tidak dikausai dengan sempurna. Teknik dasar lompat jauh adalah kecakapan gerak yang dikuasai dalam pencapaian prestasi lompatan yang jauh. Agar dapat melompat sejauh-jauhnya dibutuhkan fisik yang kuat dan penguasaan teknik melompat yang benar. Latihan teknik dasar lompat jauh terdiri dari ancang-ancang (awalan), menolak (take-off), melayang di udara (flight), dan mendarat (landing). Menurut Gerry (1989:39) : “Ada dua teknik utama yang digunakan dalam lompat jauh adalah teknik menggantung dan teknik menendang (berjalan di udara)”. Kondisi fisik memang mempunyai peranan penting bagi prestasi atlet, akan tetapi apabila tidak didukung oleh taktik dan teknik yang baik maka akan berakibat buruk bagi prestasi atlet. Pengalaman di lapangan banyak ditemukan tidak seimbangnya antara kondisi fisik, taktik dan teknik. Tugas berat bagi seorang pelatih untuk menyeimbangkan ke tiga faktor tersebut agar seimbang sehingga menghasilkan prestasi yang maksimal bagi seorang atlet. Taktik dan teknik dapat dipelajari dari pengalaman atlet dalam setiap perlombaan. Selian itu peran seorang pelatih juga sangat besar, untuk meningkatkan kondisi fisik selain melakukan latihan yang sering diberikan juga harus ada variasi latihan yang bertujuan untuk meningkatkan komponen kondisi fisik tersebut. Cara meningkatkan kondisi fisik ada bermacam-macam cara, di antaranya dengan latihan leg extension secara teratur dan latihan leg press yang akan mempengaruhi
power tungkai yaitu kemampuan kondisi fisik dalam lompat jauh sangat penting. Bentuk latihan tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Latihan yang memperhatikan prinsipprinsip latihan akan menjamin efektivitas dan efisiensi latihan. Prinsip yang dimaksud progresif (penggunaan beban terus menerus). Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh latihan tersebut di atas terhadap peningkatan hasil lompat jauh. Untuk mendapatkan jawabannya penulis melaksanakan penelitian latihan leg extension dan leg press menggunakan modifikasi beban untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil lompat jauh pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Meningkatkan hasil lompat jauh salah satunya dengan mengembangkan kondisi fisik, karena semua itu merupakan penunjang agar teknik pada lompat jauh dapat dikuasai dan mendapat hasil yang maksimal. Ditinjau dari uraian di atas mengenai latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari latihan leg extension dengan modifikasi beban terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari latihan leg press dengan modifikasi beban terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu? 3. Mana yang lebih berpengaruh hasil latihan leg extension dengan leg press terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu? Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari latihan
leg extension dengan modifikasi beban terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu. 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari latihan leg press dengan modifikasi beban terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu. 3. Untuk mengetahui mana yang lebih berpengaruh hasil latihan leg extension dengan leg press terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu. KAJIAN TEORITIS Banyak cara untuk memperbaiki prestasi atlet, yaitu salah satunya dengan melakukan latihan. Tapi mengapa banyak atlet yang melakukan latihan tetapi prestasinya tidak kunjung naik, sehingga akhirnya bosan berlatih. Latihan menurut Harsono, (1988:101) bahwa : “Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekarjaannya”. Adapun bentuk latihan dalam penelitian ini adalah latihan beban (Weight Training). Weight training merupakan bentuk latihan beban dengan cara mengatasi berat beban, baik diangkat, didorong, maupun ditarik. Mengenai weight training Harsono, (1988:185) menjelaskan sebagai berikut : Weight training adalah laithan-latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan tertentu, seperti misalnya memperbaiki kondisi fisik, kesehatan, kekuatan, prestasi dalam suatu cabang olahraga dan sebagainya. Jelas bahwa weight training merupakan salah satu bentuk latihan yang dapat digunakan untuk dapat memperbaiki kondisi fisik. Weight training juga dapat mengembangkan kecepatan, power,
kekuatan, dan daya tahan yang dibutuhkan oleh seorang atlet. Agar setiap bentuk latihan weight training dapat dilaksanakan dengan baik dan mendapat hasil yang maksimal maka diperlukan beberapa prinsip dalam latihan ini, seperti yang diungkapkan Harsono, (1988) sebagai berikut : Weight training harus didahului warm-up yang menyeluruh, seperti lari ditempat, lari keliling, push-ups, pull-ups, set-ups dan sebagainya. Sebagai patokan untuk melatih power dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 sampai 15 repetisi untuk setiap latihan dan agar hasil perkembangan otot efektif setiap bentuk latihan dilakukan dalam 3 set, dengan istirahat diantara set antara 3 sampai 5 menit. Melakukan setiap latihan haruslah dilaksanakan dengan teknik yang benar dan harus dilakukan dalam ruang gerak yang seluas-luasnya sehingga gerakannya maksimal maka otot pun akan terlatih secara maksimal. Selama proses latihan pengturan napas juga haruslah diperhatikan. Pengaturan napas sebaiknya (keluarkan napas) pada waktu melakukan kegiatan yang berat dari latihan tersebut dan inhalsi (ambil napas) pada bagian yang terentang. Latihan weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselangi satu hari untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasi diri pada hari istirahat tersebut. Prinsip selanjutnya yang sangat penting adalah setiap sesudah melaksanakan latihan sebaiknya diakhiri dengan latihan peregangan dan latihan relaksasi. Dari prinsip-prinsip weight training, diharapkan latihan yang dilakukan dapat hasil yang signifikan terhadap kondisi fisik bagi atlet. Proses latihan beban sebaiknya kita menggunakan beban yang diketahui beratnya, agar mempermudah untuk melaksanakan latihan sesuai program. Beban yang digunakan dalam penelitian ini
adalah barbell dan karet dengan benutk latihan leg extension dan leg press.Latihan leg extension merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan tungkai. Dalam lompat jauh kekuatan kekuatan tungkai sangatlah penting, karena dari mulai awalan, tolakan, dan saat mendarat menggunakan kakuatan tungkai. Otot yang terlatih dalam gerakan latihan leg extension menurut Pate yang diterjemahkan oleh Kasiyo (2003:173) bahwa : Ekstensi lutut disebabkan oleh kontraksi kelompok otot quadriceps. Kelompok quadriceps meliputi rektus femorius, vastus intermedius dan vastus lateralis. Kelompok otot ini terletak pada femur depan dan melewati lutut untuk melekat pada tibia. Leg extension adalah latihan dengan posisi duduk diatas meja atau kursi, bagian atas dan pergelangan kaki dibelakan bantalan atau beban, kemudian perlahan-lahan kaki bawah diluruskan sampai lurus penuh. Adapun cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1. Ambil posisi duduk. 2. Peganglah ujung meja, kursi atau pegangannya. 3. Tubuh atas tegak, punggung bawah datar. 4. Kepala tegak melihat ke muka. 5. Bagian atas dan pergelangan kaki dibelakang pegangan. 6. Perlahan-lahan luruskan kaki bawah sampai lurus penuh. 7. Keluarkan nafas saat sedang meluruskan ke bawah. 8. Berhenti sejenak dalam posisi kaki dibawah direntangkan. 9. Perlahan-lahan turunkan beban. 10. Turunkan nafas saat ketika sedang menurunkan beban.
2 1 Gambar Latihan Leg Extension Ditinjau dari gerakannya, leg extension maka beban terberat pada saat meluruskan tungkai. Sedangkan pada saat gerakan menekuk lutut beban relatif ringan karena tungkai hanya menahan berat beban saja.. Kontraksi otot dalam latihan ini adalah kontraksi eksentris dan konsentris, menurut Hidayat, (2003:70) menjelaskan : “… bahwa kontraksi yang eksentris (selama kontraksi otot memanjang). Kontraksi otot yang konsentrik (selama kontraksi otot memendek)”. Latihan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat Expender. Gerakan meluruskan tungkai dengan berulang-ulang dari mulai tidak menggunakan beban sampai menggunakan beban yang relatif berat dilakukan dalam rentang 12-15 repetisi maksimal (RM). Ditinjau dari cara mengatasi beban maka latihan leg extension merupakan latihan yang bekerja untuk melatih otot-otot tungkai, melalui lutut melakukan gerakan membengkok dan meluruskan yang berpusat pada paha. Latihan leg press merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan tungkai, dikarenakan latihan ini dapat mengembangkan kedua kaki seseorang. Kekuatan tungkai dalam lompat jauh sangatlah penting, karena dari mulai awalan, tolakan, dan saat mendarat
menggunakan kakuatan tungkai. Otot yang terlatih dari gerakan latihan leg press hampir sama dengan leg extension yaitu melatih otot quadriceps. Kelompok quadriceps meliputi rektus femorius, vastus intermedius dan vastus lateralis. Adapun cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1. Ambil posis terlentang dengan posisi tungkai dengan kedua lutut tertekuk 90 derajat atau kurang. 2. Dorong karet samapai kedua lutut lurus. 3. Tubuh bagian atas dijaga agar tetap tegak. 4. Keluarkan napas pada saat mendorong keluar. 5. Dengan perlahan kembalikan kaki ke posisi tertekuk 90 derajat. 6. Tariklah napas pada saat kedua lutut mulai ditekuk. Latihan leg press adalah salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan kaki, hal tersebut akan meningkatkan kemampuan kaki karena latihan tersebut mengembangkan kedua kaki.. Kontraksi otot dalam latihan ini adalah kontraksi eksentris dan konsentris, menurut Hidayat, (2003:70) menjelaskan : “… bahwa kontraksi yang eksentris (selama kontraksi otot memanjang). Kontraksi otot yang konsentrik (selama kontraksi otot memendek)”. Latihan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat Expender. Gerakan meluruskan tungkai dengan berulang-ulang dari mulai tidak menggunakan beban sampai menggunakan beban yang relatif berat dilakukan dalam rentang 12-15 repetisi maksimal (RM). Pergerakan tungkai saat mendorong beban harus dilakukan secara eksplosif karena power menggambarkan gerakan yang kuat dan cepat untuk mengkondisikan otot tungkai sehingga dapat bergerak dengan kuat dan cepat. Latihan leg press, gaya grafitasi akan terasa.
Latihan leg extension dan leg press sama-sama dapat berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai, tetapi kedua latihan tersebut memiliki perbedaan mulai dari cara melakukan gerakan sehingga menimbulkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing latihan. Latihan leg extension diamati dari gerakannya, beban terberat yaitu pada saat mengangkat beban dengan cara meluruskan tungkai sedangkan pada saat menurunkan beban beratnya hanya beban saja. Latihan leg press diamati dari gerakannya, beban terberat yaitu pada saat mendorong beban atau meluruskan tungkai, karena berat beban diatasi dengan cara meluruskan tungkai. Harsono (1988:190) menjelaskan : “Setiap mengangkat, mendorong, atau menarik beban haruslah dilaksanakan dengan teknik yang benar”. Sihingga dari kedua latihan tersebut kekuatan power tungkai dapat ditingkatkan, akan tetapi dari kedua latihan tersebut juga mempunyai kelemahan yaitu dilihat dari proses latihan dan bebannya. Proses latihan haruslah tidak kurang dari 8 RM dan berat beban untuk melatih power tungkai 5 kg lebih berat dari seperempat berat badan, Harsono (1988:188) mengemukakan : “Latihan dengan beban maksimal, yaitu beban yang bisa diangkat 1 atau 2 kali saja, tidak ada gunanya, malah kadan-kadang bisa menimbulkan kemungkinan cedera otot atau sendi”. Kelebihan dan kekurangan dari kedua latihan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk membandingkan mana yang lebih berpengaruh terhadap piningkatan power tungkai dan hasil tolakan pada lompat jauh. PROSEDUR PENELITIAN Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini dipilih dan ditetapkanlah metode eksperimen. Mengenai metode eksperimen ini Arikunto, (2002:272) mengemukakan bahwa : Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelombok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok yang tidak menerima perlakuan. Pada penelitian ini diharapkan adanya penjelasan mengenai hubungan sebab akibat dari dua variabel yang sedang diteliti permasalahan yang ingin diteliti adalah pengaruh yang signifikan dari hasil latihan leg extension dan leg press dengan menggunakn modifikasi beban terhadap peningkatan hasil lompat jauh. Desain yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Kelompok A
T1
X1
T2
Kelompok B
T1
X2
T2
T1 = pre-test atau tes awal T2 = post-test atau tes akhir eksperimen X1 = Perlakuan latihan leg extension X2 = Perlakuan latihan leg press Kelompok A = Kelompok latihan leg extension Kelompok B = Kelompok latihan leg press Sudjana, (1992:6) bahwa : “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenal karakter tertentu dari semua kumpulan anggota yang jelas dan lengkap dan ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat ditentukan populasi penelitian ini adalah pada siswa putra SMA 1 Panjalu kelas XI sebanyak 116 siswa . Untuk penelitian ini diambil siswa putra dengan jumlah 30.
Mengenai jumlah sampel untuk suatu penelitian, sesuai Nasution (1991:134) dalam Dede (2003:33) mengemukakakn : “Tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang disyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan kecil”. Peneliti mengambil jumlah sampel dengan jumlah 30 siswa putra menggunakan teknik purposive sampling. 1. Sampel Sampel adalah hasil dari penarikan sebagian dari populasi yang ingin diteliti. Arikunto (2002 : 109) yang mengemukakan bahwa : “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Penarikan sampel yang digunakan sebanyak 30 orang dengan menggunakan purposive sampling. Hidayat “Apabila pengambilan sampel didasarkan kepada cirri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri/sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, maka hal ini disebut : cara pengambilan sampel mengikuti tujuan atau “purposisive sampling”. Ciri/sifat sampel sebagai berikut : Jumlah Sampel
Ratarata Usia
RataRatarata rata Tinggi Berat Badan Badan 30 15 – 165 – 47 – Siswa 16 170 50 Kg Putra Tahun Cm Selanjutnya teknis dalam latihan dibagi dua kelompok yang sama jumlahnya yaitu kelompok A 15 siswa putra yang melakukan latihan leg extension dan kelompok B 15 siswa putra yang melakukan latihan leg extension. Data yang diperoleh dari sumber data harus diambil dengan menggunakan suatu bentuk tes yang relevan dengan hasil yang diinginkan. Tes yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari dua kali tes awal sebelum memberikan latihan dan tes akhir
yaitu tes yang dilakukan sesudah latihan diberikan. Hasil dari kedua tes ini dibandingkan sehingga akan didapatkan perbedaan di antara kedua kelompok sampel. Tes awal dan tes akhir yang dilakukan berupa tes lompat jauh gaya menggantung atau schnepper. Alat yang diperlukan dalam pelaksanaan tes lompat jauh gaya schnepper adalah : 1. Alat dan Perlengkapan a. Lapangan lompat jauh terdiri dari bak pasir dengan ukuran lebar 1, 22 m dan panjang 8 m dan yang dicatat adalah lompatan terjauh. b. Cangkul/ perata pasir. c. Roll Meteran ukuran 25 meter. d. Formulir dan alat tulis. 2. Petugas Pelaksana a. Pengawas papan tolakan satu orang. b. Pengukur jarak dua orang. c. Pencatat hasil lompatan dan pemanggil siswa satu orang. 3. Pelaksanaan Tes a. Pelompat bersiap-siap di lintasan awalan lari sejauh 15 meter. b. Pelompat melakukan lompatan sejauh-jauhnya dengan menggunakan gaya menggantung atau schnepper. c. Setiap pelompat diberi kesempatan melakukan tiga kali lompatan, dengan diselang oleh istirahat sejenak. 4. Skor (hasil lompatan) a. Hasil yang dicatat adalah jarak lompatan diukur dengan satuan meter sampai dua digit dibelakang koma. b. Ketiga hasil tes tersebut dicatat (yang diambil adalah jarak lompatan yang paling jauh).Lompatan yang gagal harus diulang sampai tiga kali kesempatan. Dimaksud lompatan
yang gagal adalah pada saat menolak melebihi papan tolak.
Gambar Proses Tes Lompat Jauh Gaya Schenepper PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Setelah data hasil tes awal dan tes akhir terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut. Pengolahan data yang pertama dilakukan adalah mencari skor rata-rata dan simpangan baku dari tiap-tiap kelompok. Dari pengolahan data tersebut, diperoleh hasil berikut: Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata, Simpangan Baku Tes Awal dan Tes Akhir Kedua Kelompok Sampel
No.
Kelompok Sampel yang Dibandingkan
Tes Awal
Tes Akhir
Peningkatan
X
S
X
S
X
S
1
Kelompok A (leg extension)
3,76
0,39
4,07
0,36
0,31
0,03
2
Kelompok B (leg press)
3,70
0,41
3,80
0,42
0,10
0,01
Data pada penelitian ini dihitung berdasarkan jauhnya lompatan dalam satuan meter. Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jauh lompatan rata-rata kelompok A dan kelompok B mengalami peningkatan pada akhir eksperimen. Setelah diketahui rata-rata dan simpangan baku tes awal dan tes akhir dari kedua kelompok tersebut, langkah selanjutnya adalah menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan uji liliefors, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hasil Penghitungan Uji Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Kedua Kelompok Sampel No.
Kelompok
1
Kelompok A
2
Kelompok B
Periode Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
0,134
0,220
Normal
0,102
0,220
Normal
0,123
0,220
Normal
0,143
0,220
Normal
Berdasarkan hasil penghitungan uji normalitas data tes awal dan tes akhir kedua kelompok sampel yang dibandingkan tersebut, diperoleh nilai Lhitung dari kelompok A dan kelompok B, tes awal maupun tes akhir lebih kecil dari pada Ltabel dalam taraf nyata ( ) = 0,05 dan n=15, dari daftar nilai kritis L didapat angka 0,220. Maka dapat disimpulkan bahwa distribusi dari masing-masing variabel sebelum dan sesudah eksperimen berdistribusi normal. Setelah diketahui berdistribusi normal, selanjutnya adalah menguji homogenitas dua variansi dari masingmasing skor (jauh lompatan) tes awal dan tes akhir kedua kelompok. Berdasarkan hasil penghitungan uji homogenitas dua variansi kedua kelompok sampel yang dibandingkan pada taraf nyata ( )=0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 15 dan penyebut 15, maka diperoleh Ftabel (15,15) sebesar 2,42. Hasil pengujian homogenitas ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Variabel
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Kelompok A Kelompok B
1,15
2,42
Homogen
1,02
2,42
Homogen
Kriteria pengujian untuk distribusi F bahwa jika Fhitung < Ftabel maka kelompok data tersebut adalah homogen. Berdasarkan perhitungan, didapatkan Fhitung dari masingmasing kelompok lebih kecil daripada Ftabel, maka dengan demikian seluruh variansi data adalah homogen. Hasil Pengujian Signifikansi Peningkatan Hasil Latihan Kelompok A dan Kelompok B No.
Variabel
thitung
1
Kelompok A Kelompok B
2,3
1,701 Signifikan
0,65
1,701 Tidak Signifikan
2
ttabel
Keterangan
Berdasarkan hasil penghitungan uji-t pada kelompok A (latihan leg extension) diperoleh nilai thitung sebesar 2,3 yang lebih besar dari nilai ttabel pada taraf nyata ( ) =0,10 dengan derajat kebabasan (dk) = 28 (dua pihak) diperoleh sebesar 1,701. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari penggunaan leg extension terhadap hasil lompat jauh. Sedangkan hasil penghitungan uji-t pada kelompok B (latihan leg press) diperoleh nilai thitung sebesar 0,65 yang lebih kecil dari nilai ttabel dalam taraf nyata ( ) =0,10 dengan derajat kebabasan (dk) = 28 diperoleh sebesar 1,701. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan peningkatan yang kurang signifikan dari latihan leg press terhadap hasil lompat jauh. Setelah dilakukan pengujian signifikansi peningkatan hasil latihan, langkah selanjutnya adalah menghitung signifikansi perbedaan peningkatan antara kelompok A dan kelompok B dengan menggunakan uji perbedaan rata-rata (analisis uji-t) yang berdasarkan hipotesis kerja. Adapun hasil penghitungan dan uji signifikansi kedua kelompok sampel yang dibandingkan tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut .
Hasil Uji Signifikansi Perbedaan Peningkatan antara Kelompok A dengan Kelompok B Variabel
thitung
ttabel
Keterangan
Kelompok A 1,96 1,701 Signifikan Kelompok B Berdasarkan uji signifikansi perbedaan rata-rata, yang diperoleh hasil penghitungan dengan nilai thitung sebesar 1,96 nilai ttabel pada taraf nyata ( )=0,05 dengan derajat kebebasan (dk)=28 sebesar 1,701; kriteria pengujian adalah H0 diterima jika thitung terletak antara -1,701 sampai dengan 1,701; dan H0 ditolak jika thitung mempunyai nilai lain. Dari penelitian didapat thitung=1,96 dan berada di luar daerah ttabel. Maka dengan demikian, H0 ditolak artinya terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kelompok A dibanding kelompok B. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Latihan leg extension dengan modifikasi beban berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu. 2. Latihan leg press dengan modifikasi beban tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu. 3. Latihan leg extension mempunyai berpengaruh lebih berarti daripada latihan leg press dengan modifikasi beban terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SMA 1 Panjalu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi para pelatih nomor lompat diharapkan untuk melatih para atlet menggunakan latihan kekutan tungkai yang disesuaikan dengan keperluannya; 2. Diharapkan dalam proses latihan perlu diciptakan lingkungan yang kondusif dan mampu mengoptimalkan sarana prasarana sehingga para atlet mampu mengembangkan bakat dan kemampuannya; 3. Diperlukan adanya penelitian lanjutan sebagai bahan pengembangan bentukbentuk latihan yang variatif dan inovatif untuk membentuk atlet nomor lompat yang handal di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Beacle, Thomas.R. (2000). Latihan beban. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Carr, Gerry A. (2003). Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Dwijowinoto, Kasio. (1993). Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.