Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP MOTIVASI MEMBELI BAGI ANGGOTA DAN KINERJA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA DI KOTA MALANG Oleh: Rifki Hanif *) Abstraksi Di Indonesia, terdapat tiga pelaku ekonomi yang umum disebut bangun usaha milik Negara (BUMN), Koperasi, dan usaha swasta. Sejalan dengan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, khususnya pasal 33 UUD 1945, koperasi merupakan suatu bentuk bidang usaha yang paling sesuai dengan ciri-ciri dan kondisi masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya. Dengan demikian tidak berlebihan jika koperasi perlu mendapatkan perhatian dan dorongan kita bersama agar mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan anggota pada khususnya, Variabel dalam penelitian ini adalah Kualitas layanan, Motivasi Membeli bagi Anggota, dan Kinerja Koperasi. penelitian ini populasi targetnya adalah anggota aktif KPRI-Perguruan Tinggi di kota Malang sebanyak 4.717 orang yang tersebar pada 3 koperasi Universitas Negeri di kota Malang (Universitas Brawijaya Malang, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Islam Negeri Malang). Analisis jalur dilakukan dengan metode regresi berganda untuk melihat pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y1 dan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel X1 terhadap variabel X2. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kualitas Layanan tidak berpengaruh langsung terhadap Kinerja Koperasi, tapi melalui Motivasi Membeli Bagi Anggota. Kata Kunci: Kualitas Layanan, Motivasi Membeli bagi Anggota, Kinerja Koperasi *) Dosen Manajemen STIE ASIA Malang
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
48
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Latar Belakang Di Indonesia, terdapat tiga pelaku ekonomi yang umum disebut bangun usaha milik Negara (BUMN), Koperasi, dan usaha swasta. Sejalan dengan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, khususnya pasal 33 UUD 1945, koperasi merupakan suatu bentuk bidang usaha yang paling sesuai dengan ciri-ciri dan kondisi masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya. Dengan demikian tidak berlebihan jika koperasi perlu mendapatkan perhatian dan dorongan kita bersama agar mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan anggota pada khususnya, Saat ini, reputasi koperasi tidak lagi setara dengan pelaku ekonomi yang lain (BUMN dan Swasta). Selain itu, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Hidayati (2006), diketahui bahwa masih banyak koperasi, khususnya koperasi konsumsi yang belum mampu memberdayakan anggotanya secara maksimal. Oleh karena itu upaya untuk selalu meningkatkan kinerja pelayanannya harus terus dilakukan. Apabila pelayanannya baik, maka motivasi membeli dari anggota juga meningkat, yang pada akhirnya kinerja koperasi juga akan meningkat. Sehingga merupakan suatu kebutuhan bagi pengelola koperasi untuk menerapkan manajemen yang profesional agar efektivitas peran koperasi bagi anggota-anggotanya dapat terwujud. Dalam hal ini, peneliti memilih koperasi yang menjadi obyek penelitian adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di kota Malang. Penelitian ini dilakukan pada koperasi yang kriterianya lebih banyak memiliki kesamaan atau kemiripan (homogen) dengan harapan hasil penelitian ini bisa digeneralisir minimal kepada masing-masing KPRI yang menjadi sasaran penelitian ini. Alasan lainnya adalah, bahwa KPRI di tiga Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang tersebut telah mampu memberikan manfaat yang bagi anggota pada khususnya dan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
49
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
masyarakat pada umumnya. Ini bisa dilihat dari tingkat SHU yang diberikan tiap tahun relatif selalu mengalami kenaikan. Tabel 1. Tingkat SHU yang dibagikan
NO
NAMA KOPERASI
2005
2006
1
UNIBRAW
293,009,300
468,339,514
3
UM
820,526,200
1,400,853,023
13
UIN (STAIN)
122,494,400
60,669,169
1,236,029,900
1,929,861,706
Jumlah
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kinerja KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang? 2. Apakah motivasi membeli anggota berpengaruh signifikan terhadap kinerja KPRIPerguruan Tinggi Negeri di Kota Malang? 3. Apakah kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap motivasi membeli anggota KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang? 4. Apakah kualitas layanan berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan terhadap kinerja KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang melalui motivasi membeli anggota? Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, judul penelitian dan rumusan masalah maka dapat disusun tujuan studi sebagai berikut : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
50
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
1. Mengidentifikasi pengaruh kualitas layanan koperasi terhadap kinerja KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang. 2. Mengidentifikasi pengaruh motivasi membeli bagi anggota terhadap kinerja KPRIPerguruan Tinggi Negeri di Kota Malang. 3. Mengidentifikasi pengaruh kualitas layanan koperasi terhadap motivasi membeli anggota KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang. 4. Mengidentifikasi pengaruh kualitas layanan secara tidak langsung terhadap kinerja KPRIPerguruan Tinggi Negeri di Kota Malang melalui motivasi membeli anggota.
TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Layanan Pengertian Kualitas Layanan memiliki pengertian yang beragam, karenanya tidak ada pengertian atau definisi yang diterima secara universal. Namun demikian menurut Goetsh & Davis dalam Tjiptono (2002:51) dijelaskan bahwa pengertian kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Terdapat beberapa model pengelompokan dimensi kualitas. Antara lain yang dikemukakan oleh Garvin dalam Mowen & Minor (2002) yang secara umum kualitas dapat dikelompokkan ke dalam delapan dimensi yaitu : 1. Kinerja produk inti /karakteristik utama. 2. Keistimewaan tambahan/features, karakteristik tambahan. 3. Reliability/kehandalan produk. 4. Conformance/kesesuaian dengan spesifikasi. 5. Durability/daya tahan. 6. Serviceability meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
51
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. 8. Kualitas yang dipersepsikan/perceived quality, yaitu citra dan reputasi serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Sementara Parasuraman et al, (1985) dari berbagai hasil penelitiannya mengelompokkan kualitas menjadi lima dimensi yaitu : 1. Tangibles/tampilan fisik yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2. Reliability/kehandalan yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. 3. Responsiveness/daya tanggap yaitu keinginan para staff untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4. Assurance/jaminan, mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. 5. Empaty meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan mamahami kebutuhan para pelanggan. Pengelompokan
dimensi
kualitas
menurut
Zeithmal
lebih
menekankan
pada
industri/perusahaan jasa, sedangkan Garvin lebih menekankan pada perusahaan manufaktur. Namun demikian Garvin dalam Mowen & Minor (2002) telah melakukan penelitian pada tahun 1998 terhadap toko retail, dan dari hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa
pengelompokan kualitas dibagi ke dalam tujuh dimensi yaitu : 1. Kinerja, yang merupakan tingkat absolut kinerja barang atau jasa pada atribut kunci yang diidentifikasi pelanggan. Misalnya, jumlah atribut yang ditawarkan, kemampuan pegawai untuk menangani masalah dengan baik, kualitas informasi yang diberikan kepada pelanggan. 2. Interaksi pegawai, yaitu mengenai keramahan, sikap hormat, dan empaty yang ditunjukkan oleh para staff pemberi jasa/barang perusahaan. 3. Reliabilitas, merupakan konsistensi kinerja barang, jasa atau toko. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
52
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
4. Daya tahan, merupakan rentang kehidupan produk/toko dan kekuatan secara umum. Misalnya mendapatkan penghargaan secara terus menerus. 5. Ketepatan waktu dan kenyamanan, yaitu seberapa cepat produk diserahkan / diperbaiki, kenyamanan pembelian dan proses jasa termasuk penerimaan kartu kredit, jam kerja toko dan tempat parkir. 6. Estetika, merupakan penampilan fisik barang/toko. Misalnya suasana toko, penampilan fisik pegawai yang menarik. 7. Kesadaran akan merk, merupakan dampak positif/negatif tambahan atas kualitas yang tampak dari evaluasi konsumen yang mengenal merek/toko tersebut. Misalnya sejauh mana tinggi rendah kualitas suatu merek/toko sebagai hasil kepercayaan konsumen. Motivasi Pembelian Motivasi dalam terjemahan bebasnya adalah kekuatan penggerak individu yang memaksanya untuk bertindak (Schieffman & Kanuk, 1994:94). Dijelaskan pula oleh Sheth & Mittal (2004:234) bahwasanya penelitian tentang motivasi konsumen adalah penting, karena bermanfaat untuk mengetahui alasan-alasan apa yang memotivasi seseorang membeli atau tidak membeli produk, jasa atau merek tertentu. Teori tentang motivasi menurut Maslow berkaitan erat dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dijelaskan bahwa seseorang akan meningkatkan kebutuhannya ke tingkat yang lebih tinggi apabila kebutuhan yang di bawahnya terpuaskan. Jika
dikaitkan dengan kebutuhan anggota koperasi, maka ada
bermacam motivasi anggota dalam melakukan transaksi dengan koperasi, seperti motif untuk mendapatkan SHU atau layanan yang lebih baik maupun harga yang murah dibanding perusahaan swasta. Kinerja Kinerja koperasi jika dibanding dengan kinerja perusahaan swasta lebih menunjukkan kemajuan yang bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif, karena pengaruhnya baik secara makro maupun mikro masih sangat terbatas, Raharjo dalam Djohan (1997:84). Begitu juga Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
53
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
peran koperasi sebagai badan usaha masih relatif lemah dibanding perusahaan swasta dan BUMN, antara lain disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mengakibatkan belum dapat menjalankan fungsi dan peranannya sesuai yang diharapkan, Prawirokusumo dalam Djohan (1997:84). Dan jika dibandingkan dengan koperasi-koperasi di negara tetangga, koperasi di Indonesia masih lemah atau rapuh dan tidak efisien, Soedjono dalam Djohan (1997:84). Seperti telah diketahui bersama bahwa dalam koperasi, Sumber Daya Manusia yang dimaksudkan di sini adalah tidak hanya karyawan dan manajer saja, akan tetapi menyangkut anggota maupun pengurus. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hal ini memberi pengertian bahwa keberhasilan atau kinerja koperasi sangat bergantung pada SDM-nya yang berarti pula bergantung pada ketiga komponen tersebut yaitu : anggota, pengurus, dan pengawas. Dari sisi anggota, disebabkan oleh karena kurangnya pemberdayaan dan partisipasi anggota secara maksimal, dan dari sisi pengurus karena kurangnya profesionalisme manajemen. Kualitas layanan harus benar-benar diperhatikan oleh koperasi , karena kualitas layanan merupakan faktor utama yang membedakan perus dengan lainnya, dan kualitas layanan ini dinilai lebih tinggi dalam hal tingkat pentingnya bagi koperasi dibanding variabel periklanan, promosi dan usaha penjualan, serta menduduki ranking ketiga setelah produk dan harga (Payne, 2000:219). Kerangka Konseptual
Gambar 3.1. KERANGKA KONSEPTUAL
Indikator dari masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
54
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
X1 = Kualitas Layanan, dengan indikator-indikator sebagai berikut: X1.1 = Keterhandalan Pelayanan X1.2 = Daya Tanggap X1.3 = Jaminan X1.4 = Empati X1.5 = Tampilan Fisik X2 = Motivasi membeli, dengan indikator-indikator sebagai berikut: X2.1 = Motif Ekonomi X2.2 = Harapan X2.3 = Insentif Y1 = Kinerja, dengan indikator-indikator sebagai berikut: Y1.1 = Penjualan Y1.2 = Rasio Penjualan : Modal Y1.3 = SHU Y1.4 = Jumlah anggota Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka proses berfikir dan kerangka konseptual dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Kualitas layanan koperasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
55
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
2. Motivasi membeli anggota berpengaruh signifikan terhadap kinerja KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang. 3. Kualitas layanan koperasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi membeli anggota KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang. 4. Kualitas layanan koperasi berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap kinerja KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang melalui motivasi membeli anggota. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini, definisi operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1) Kualitas layanan (X1) Kualitas layanan adalah kondisi dinamis atau relatif bagi masing-masing orang atau konsumen atas layanan yang diberikan perusahaan yang keberadaannya ada dibenak konsumen yaitu berdasarkan persepsinya bukan pada realitasnya. Yang disebut sebagai konsumen dalam penelitian ini adalah anggota koperasi yang menjadi pelanggan KPRI. X1.1 : Keterhandalan adalah tanggapan responden mengenai kemampuan koperasi memberikan pelayanan secara akurat (tepat sasaran, contohnya: jika pelanggan butuh shampo anti ketombe, maka pihak pegawai KPRI akan menawarkan shampo Clear, Zinc, dan lain-lain), sesuai dengan yang dijanjikan kepada anggota (jika pihak KPRI menjanjikan adanya layanan antar barang maka mereka akan berusaha untuk memenuhinya) dan yang memuaskan anggotanya. X1.2 : Daya tanggap adalah tanggapan responden terhadap daya tanggap karyawan dalam memberikan perhatian pada anggota saat belanja, memberi bantuan yang diperlukan, serta kebersediaan dalam menanggapi keluhan. X1.3 : Jaminan adalah tanggapan responden atas pelayanan karyawan yang selalu ramah, sopan, dapat dipercaya (tidak membohongi pelanggan), serta memberi rasa aman kepada anggota yang belanja. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
56
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
X1.4 : Empati adalah tanggapan responden atas pelayanan karyawan yang selalu berkomunikasi dengan baik, memahami kebutuhan anggota secara baik, serta memberikan perhatian secara pribadi. X1.5 : Tampilan fisik adalah tanggapan responden atas pelayanan koperasi yang terkait dengan fasilitas gedung yang memadai, kenyamanan dalam berbelanja, penampilan karyawan, serta kebersihan ruangan yang terjaga. 2) Motivasi membeli (X2) Motivasi membeli adalah dorongan yang kuat dari seseorang untuk melakukan transaksi atau pembelian berdasarkan alasan dan tujuan tertentu. Adapun definisi operasional dari masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut: X2.1 : Motif ekonomi adalah tanggapan responden mengenai dorongan membeli di koperasi karena alasan untuk mendapatkan SHU. X2.2 : Harapan adalah tanggapan responden mengenai dorongan membeli di koperasi karena harapan mendapat pelayanan yang lebih baik dibanding toko-toko umum. X2.3 : Insentif adalah tanggapan responden mengenai dorongan melakukan pembelian karena untuk mendapatkan harga yang lebih murah dibanding toko-toko umum. 3) Kinerja koperasi (Y1) Kinerja adalah outcome dari suatu pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai oleh koperasi yang berhubungan dengan penjualan, perbandingan penjualan terhadap modal, SHU, dan jumlah anggota. Dan data sekunder diambil dari data tahun 2006 karena RAT koperasi yang terakhir dilakukan pada bulan Desember 2006-Januari 2007 dengan masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut: Y1.1 : Penjualan adalah tanggapan responden terhadap kemajuan koperasi berdasarkan penjualan yang dicapai pada tahun 2006. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
57
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Y1.2 : Perbandingan penjualan terhadap modal adalah tanggapan responden terhadap kemajuan koperasi berdasarkan perbandingan penjualan terhadap modal pada tahun 2006. Y1.3 : SHU adalah tanggapan responden terhadap kemajuan koperasi yang didasarkan pada SHU yang dicapai pada tahun 2006. Y1.4 : Jumlah anggota yaitu tanggapan responden terhadap kemajuan koperasi berdasarkan jumlah anggota pada tahun 2006. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dengan beberapa variabel yang diidentifikasi antara lain: variable kompetensi individu dan komitmen organisasi sebagai variabel eksogen, variabel kualitas layanan dan motivasi membeli sebagai variabel endogen intervening, serta kinerja sebagai variabel endogen dependen. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di tiga KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia)-Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang. Ketiga KPRI itu adalah: 1. KPRI Serba Usaha-Universitas Brawijaya Malang. 2. KPRI Universitas Negeri Malang 3. KPRI Universitas Islam Negeri Malang Jenis Data Penelitian 1. Data primer. Merupakan data yang diperoleh langsung melalui pengajuan kuesioner kepada responden berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti. 2. Data sekunder. Merupakan data yang tersaji dalam bentuk tertulis atau dokumen dimana data ini berisi informasi-informasi pendukung yang diperlukan dalam penelitian. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
58
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Adapun jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, diperoleh dari pengajuan kuisioner kepada responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui jurnal-jurnal dan penelitian serupa yang dilakukan di dalam negeri, dan sumbersumber lainnya. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh. Menurut Arikunto (1998), terdapat tiga sumber data dalam suatu penelitian, yaitu : 1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Sumber data ini biasanya disebut responden. Yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tertulis. 2. Place, yaitu sumber data yang berupa tempat, dan menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. 3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol lain. Berdasarkan pada definisi diatas, maka sumber data pada penelitian ini adalah responden. Responden disini adalah anggota di tiga KPRI-Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Kuisioner. Menurut Umar (2004), kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan responden memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Populasi dan Sampel Penelitian
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
59
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen atau individu-individu yang merupakan sumber infomasi dalam suatu riset. Populasi sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) populasi target, merupakan sumber informasi representatif yang diinginkan (2) populasi contoh merupakan suatu contoh yang benar-benar diambil sebagaimana ditentukan oleh kerangka contoh atau sampling. Sebelum memutuskan populasi target, harus diketahui terlebih dahulu karakteristik individu yang akan dimasukkan pada populasi target. Adapun karakteristik individu populasi target pada penelitian ini adalah : 1. Semua anggota koperasi yang menjadi pelanggan KPRI yang masih aktif di tiga Perguruan Tinggi Negeri di kota Malang (Universitas Brawijaya Malang, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Islam Negeri Malang). sampai saat dilakukannya penelitian. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan informasi dan evaluasi yang betulbetul aktual tentang kualitas layanan dan motivasi membeli dari para anggota KPRI tersebut. 2. Sedangkan kriteria keaktifannya dapat dilihat dari transaksi yang dilakukan dengan koperasi (berupa kwitansi ataupun bukti transaksi jual-beli lainnya) maupun dari buku keanggotaan dan catatan-catatan lain seperti daftar hadir RAT. Berdasarkan karakteristik populasi di atas, maka pada penelitian ini populasi targetnya adalah anggota aktif KPRI-Perguruan Tinggi di kota Malang sebanyak 4.717 orang yang tersebar pada 3 koperasi Universitas Negeri di kota Malang (Universitas Brawijaya Malang, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Islam Negeri Malang) (Sumber Laporan Tahunan 2004-PKPRI Kota Malang) untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
60
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
DAFTAR JUMLAH ANGGOTA KOPERASI POPULASI DI KOTA MALANG TAHUN 2006 No. Nama Koperasi
1
Serba Usaha
Instansi
Universitas
Jumlah
Jumlah
Anggota
Sampel
Brawijaya 3.053
59
Malang 2
Universitas Malang
Universitas Negeri Malang
3
STAIN
Universitas Islam Negeri 320
1.758
34 6
Malang JUMLAH
5.131
99
Sedangkan yang dimaksud dengan sampel, adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Mengingat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh peneliti, maka pada penelitian ini digunakan penelitian sampel. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi anggota aktif KPRI-Perguruan Tinggi di kota Malang. Dalam menentukan ukuran sampel, Slovin dalam Sanusi (2003:84) memasukan unsur kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir. Nilai toleransi ini dinyatakan dalam presentase mulai dari 1 persen sampai dengan 10 persen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: n=
N 1 N 2
n = ukuran sampel N = ukuran populasi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
61
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
α = toleransi ketidaktelitian (dalam persen) Dengan menggunakan rumus yang sama dan jumlah populasi dalam penelitian berjumlah 5131 anggota, maka akan didapat jumlah sampel 98,088 yang jika dibulatkan menjadi 99 orang pada α = 10 %. Dengan komposisi sebagai berikut: 3053 x 99 = 59 anggota KPRI Serba Usaha-Universitas Brawijaya Malang 5131 1758 x 99 = 34 anggota KPRI Universitas Negeri Malang 5131 320 x 99 = 6 anggota KPRI Universitas Islam Negeri Malang 5131
Teknik Sampling Pengambilan sampel dalam suatu penelitian, harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif (Arikunto, 2002). Teknik penentuan responden yang dipilih dari sampel yang telah ditentukan adalah simpel random dengan sistim undian. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu didalam penelitian, sehingga dengan adanya alat tersebut data yang diperlukan dalam penelitian dapat dikumpulkan. Kuesioner dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala likert atau metode Likert’s Summafed Ratings (LSR) dengan 4 skala. Pada skala pengukuran ini responden diminta untuk memberi respon terhadap setiap pernyataan atau pertanyaan dengan memilih salah satu dari lima pilihan (Cooper & Emory, 1996:194).
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
62
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment Pearson dan dianggap valid jika r hitung > r tabel. Konsistensi jawaban responden ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan (r11), instrumen dikatakan reliabel apabila nilai r11 mendekati satu. Nilai rproduct moment tabel untuk N= 100 dan α = 5 % adalah 0,195. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dinyatakan valid karena nilai r hitung > r tabel. Sementara masing-masing konstruk variabel dapat dikatakan reliabel apabila mempunyai nilai angka Alpha >0,6. Dari hasil uji menunjukan bahwa semua instrumen penelitian reliabel dan valid. Uji Normalitas Uji normalitas adalah berguna untuk melihat apakah data terdistribusi dengan normal. Dalam uji normalitas ini digunakan uji kenormalan Lilliefors sejenis dengan KolmogorovSmirnov. Dalam uji ini dihitung nilai statistik Lilliefors Yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai tabel Lilliefors. Data dikatakan berdistribusi normal jika L hitung < L tabel. Pengujian Asumsi Klasik Analisis jalur (Path Analysis) dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda (Multiple Regression). Dalam menggunakan analisis regresi, perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas terlebih dahulu. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi dimanan terdapat korelasi linier sempurna antara variabel-variabel di dalam model. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai VIF (Varian Inflation Factor), jika nilai VIF < 4 berarti tidak terjadi multikolinearitas. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
63
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Jika varians residual anatar satu oengamaan dengan pengamatan lain ternyata berbeda, maka terjadi heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Goldfeld-Quandt Test. Prosedur pengujian dengan metode ini terlebih dahulu mengurutkan data berdasarkan salah satu variabel bebasnya kemudian menghilangkan c buah pengamatan yang berada di tengah (c ditentukan secara apriori). Melakukan regresi pada kelompok data variabel bebas yang kecil dan besar. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai F yang merupakan rasio dari mean square residual kelompok keud terhadap mean square residual kelompok pertama dan dibandingkan dengan F tabel. Jika uji menghasilkan nilai F uji < F tabel, maka model telah memenuhi asumsi homokedastisitas atau tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Jalur Analisis jalur dilakukan dengan metode regresi berganda untuk melihat pengaruh variabel X1-1 - X1-5 dan X2 terhadap variabel Y1 dan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel X1-1 - X1-5 terhadap variabel X2. Pengaruh Reliability (X1-1), Responsiveness (X1-2), Assurance (X1-3), Empathy (X1-4), Tangible (X1-5) terhadap Motivasi Pembelian Anggota (X2) secara langsung Hasil analisis regresi yang pertama ini menghasilkan persamaan berikut : ZX2 = β1X1-1 + β1X1-2 + β1X1-3 + β1X1-4 + β1X1-5 + e2
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
64
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Hasil Analisa Pengaruh Variabel X1-1-X1-5 terhadap Variabel X2 secara langsung variabel Bebas
Standardized Beta
Coefficients
T
Sign.
-1.120
0.265
0.200
2.425
0.017
Responsiveness (X12) 0.186
2.233
0.028
Assurance (X1-3)
0.970
0.875
0.384
Empathy (X1-4)
0.114
1.303
0.196
Tangible (X1-5)
0.400
3.741
0.000
Variabel Terikat :
Motivasi Pembelian
R Square (R2) :
0.448
E2 :
0.552
Konstanta Reliability (X1-1)
Dari tabel 5.5.1 diatas, maka dapat diperoleh model persamaan pertama sebagai berikut : Zmotivasi membeli = 0,200X1-1 + 0,186X1-2 + 0,400X1-5 + 0,552 Berdasarkan tabel diatas koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,448 yang berarti model pengaruh variabel nilai yang dirasakan mampu menjelaskan sebesar 45 %, sedangkan sisanya 55% adalah dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi ini. 1.
Uji F (overall test) Variabel X1 (Kualitas Layanan) mempunyai nilai Fhitung = 15,285 dengan signifikansi F
sebesar 0,000 sedangkan nilai Ftabel = 2,021. Jadi Fhitung > Ftabel dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Kualitas Layanan) berpengaruh simultan secara signifikan terhadap kepercayaan secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X1 (Kualitas Layanan) sebesar 0,670 dan hubungannya positif. Angka sebesar 0,670 ini menunjukkan bahwa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
65
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
koefisen beta terstandard yang diperoleh masuk dalam kategori tingkat hubungan yang sedang. Dari sini dapat disimpulkan jika semakin tinggi kualitas layanan maka akan semakin tinggi pula motivasi membeli oleh anggota. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara langsung yang signifikan antara kualitas layanan terhadap motivasi membeli anggota KPRI di tiga perguruan tinggi negeri di kota Malang diterima. 1.
Uji t (partial test) Berdasarkan angka signifikan t dapat dilihat pengaruh secara parsial dari masing-masing
dimensi kualitas layanan adalah sebagai berikut: 1. Variabel X1-1 (Reliability) mempunyai nilai t hitung = 2,425 dengan t tabel = 1,658 karena t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1-1 (Reliability) berpengaruh signifikan terhadap motivasi membeli anggota secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X1-1 adalah 0,200 dan bentuk hubungannya positif (searah) yang berarti bahwa jika variabel Reliability meningkat maka motivasi membeli dari anggota juga akan meningkat. 2. Variabel X1-2 (Responsiveness) mempunyai nilai t hitung = 2,233 dengan t tabel = 1,658 karena t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1-2 (Responsiveness) berpengaruh signifikan terhadap motivasi membeli anggota secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X1-2 adalah 0,186 dan bentuk hubungannya positif (searah) yang berarti bahwa jika variabel Reliability meningkat maka motivasi membeli dari anggota juga akan meningkat. 3. Variabel X1-3 (Reliability) mempunyai nilai t hitung = 2,425 dengan t tabel = 1,658 karena t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1-1 (Reliability) berpengaruh signifikan terhadap motivasi membeli anggota secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X1-1 adalah 0,200 dan bentuk hubungannya positif (searah) yang berarti bahwa jika variabel Reliability meningkat maka motivasi membeli dari anggota juga akan meningkat. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
66
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
4. Variabel X1-1 (Reliability) mempunyai nilai t hitung = 2,425 dengan t tabel = 1,658 karena t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1-1 (Reliability) berpengaruh signifikan terhadap motivasi membeli anggota secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X1-1 adalah 0,200 dan bentuk hubungannya positif (searah) yang berarti bahwa jika variabel Reliability meningkat maka motivasi membeli dari anggota juga akan meningkat. 5. Variabel X1-1 (Reliability) mempunyai nilai t hitung = 2,425 dengan t tabel = 1,658 karena t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1-1 (Reliability) berpengaruh signifikan terhadap motivasi membeli anggota secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X1-1 adalah 0,200 dan bentuk hubungannya positif (searah) yang berarti bahwa jika variabel Reliability meningkat maka motivasi membeli dari anggota juga akan meningkat. Pengaruh Kualitas Layanan (X1) dan Motivasi Pembelian (X2) terhadap Kinerja Koperasi (Y) secara langsung Hasil analisis regresi yang pertama ini menghasilkan persamaan berikut : ZY1 = β1X1 + β2X2 + e1 Hasil Analisa Pengaruh Variabel X1 – X2 terhadap Variabel Y secara langsung Standardized Beta
variabel Bebas Konstanta
Coefficients
T
Sign.
2.087
0.040
Kualitas Layanan (X1)
0.111
0.963
0.338
Motivasi (X2)
0.390
3.396
0.001
Pemb
Angg
Variabel Terikat :
Kinerja Koperasi
R Square (R2) :
0.218
E2 :
0.782
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
67
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Dari tabel diatas , maka dapat diperoleh model persamaan pertama sebagai berikut : ZY1 = 0,111X1 + 0,390X2 + 0,782 Berdasar tabel hasil analisis diatas koefisien determinasi yang dilihat dari angka R square (r2) diperoleh angka sebesar 0,218. Angka ini menunjukkan bahwa variabel Kualitas Layanan dan Motivasi Pembelian Anggota mampu menjelaskan pengaruh terhadap Kinerja Koperasi sebesar 22 % dalam model penelitian, sedangkan sisanya 78% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi ini. Kemudian uraian pengaruh (untuk angka signifikan t) Kualitas Layanan dan Motivasi Pembelian Anggota terhadap Kinerja Koperasi adalah sebagai berikut : a. Variabel X1 (Kualitas Layanan) mempunyai nilai thitung = 0,963 (sig 0,338 > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Kualitas Layanan) tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap Kinerja Koperasi secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X1 (Kualitas Layanan) sebesar 0,111. Tingkat hubungan sebesar 0,111 ini tergolong rendah. b. Variabel X2 (Motivasi Pembelian Anggota) mempunyai nilai thitung = 3,396 (sig 0.001). Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel X2 (Motivasi Pembelian Anggota) berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Koperasi secara langsung. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X2 (Motivasi Pembelian Anggota) sebesar 0,390. Tingkat hubungan sebesar 0,390 ini tergolong rendah. Namun hubungannya bersifat positif yang berarti jika semakin tinggi motivasi pembelian anggota maka semakin tinggi pula kinerja koperasi. Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis kedua dan ketiga yang diajukan dalam penelitian ini: terdapat pengaruh positif yang signifikan antara motivasi membeli oeh anggota (X2) pada KPRI di tiga perguruan tinggi negeri di kota Malang terhadap kinerja koperasi (Y); terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kualitas layanan (X1) terhadap motivasi membeli anggota (X2) pada KPRI di tiga perguruan tinggi negeri di kota Malang adalah diterima. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
68
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Pengaruh tidak langsung Kualitas Layanan (X1) terhadap Kinerja Koperasi (Y) melalui Motivasi Pembelian Anggota (X2) Maka untuk selanjutnya dari hasil perhitungan regresi dapat dihitung pengaruh tidak langsung dari variabel bebas Kualitas Layanan (X1) terhadap Kinerja Koperasi (Y) melalui Motivasi Pembelian Anggota (X2). Dengan nilai beta terstandard yang sudah diperoleh akan diketahui nilai koefisien jalurnya : P3 = 0,111 P1 = 0,624
P2 = 0,390
e1 = 0,611
e2 = 0,782
Diagram lintas variabel bebas ke variabel terikat
Pengaruh tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat yang melalui variabel intervening seperti terlihat pada model diatas dapat diperoleh melalui perkalian nilai pengaruh langsung (koefisien beta terstandarisasi) pada masing-masing persamaan regresi. Maka, untuk mencari pengaruh tidak langsung variabel Kualitas Layanan (X1) terhadap Kinerja Koperasi (Y) melalui variabel Motivasi Pembelian (X2) adalah sebagai berikut : PTL (X1-Y ) = p1 x p2 Keterangan : PTL X1-Y = Pengaruh tidak langsung variabel X1 (Kualitas Layanan) terhadap variabel Y (Kinerja Koperasi). P1 = Pengaruh langsung variabel X1 (Kualitas Layanan) terhadap variabel X2 (Motivasi Pembelian Anggota) P2 = Pengaruh langsung variabel X2 (Motivasi Pembelian Anggota) terhadap variabel Y (Kinerja Koperasi) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
69
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Dengan demikian pengaruh tidak langsung kualitas layanan terhadap kinerja koperasi melalui motivasi pembelian anggota seperti yang dijelaskan berikut : PTL X1 – Y= 0,624 x 0,390 = 0,243 Kemudian dari hasil perhitungan diatas ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung variabel kualitas layanan terhadap variabel kinerja koperasi melalui variabel motivasi membeli anggota. Nilai Koefisien Beta Antar Variabel Variabel
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh Total
Kualitas Layanan terhadap Kinerja Koperasi
0.111
0.243
Kualitas Layanan terhadap Motivasi Membeli
0.624
Motivasi Membeli terhadap Kinerja Koperasi
0.390
0.354
Kemudian untuk menghitung koefisien determinasi total dari model, sebelumnya perlu diketahui pengaruh error yang melalui perhitungan sebagai berikut: Rm2 = 1 – Pe12Pe22........Pei2 Interpretasi terhadap Rm2 adalah sama dengan interpretasi koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Untuk model diatas diperoleh koefisien determinasi total : Rm2 = 1 – (0,782)2 (0,884)2 = 0,52 Berdasarkan hasil analisis diatas, koefisien determinasi yang interpretasinya adalah sama dengan angka R square (r2) pada analisis regresi diperoleh angka sebesar 0,52. Artinya variabel kualitas layanan dan variabel motivasi membeli anggota
mampu menjelaskan
pengaruh terhadap kinerja KPRI di tiga perguruan tinggi di kota Malang sebesar 52 % dalam model penelitian, sedangkan sisanya 48% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi ini. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
70
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membeli. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas layanan, maka semakin tinggi pula motivasi membeli anggota, begitu juga sebaliknya. Variabel kualitas
layanan
dalam
penelitian
ini
dijelaskan
melalui
lima
dimensi
yaitu:
reliability/keterhandalan, responsiveness/daya tanggap, assurance/jaminan, emphaty/empati, dan tangible/tampilan fisik. Dari kelima dimensi kualitas layanan yang ada, dimensi daya tanggap karyawan koperasi menduduki peringkat pertama dalam preferensi responden untuk memberikan jawaban setuju dengan rata-rata skor nilai tertinggi. Yang berarti bahwa sebagian besar responden setuju menyatakan bahwa daya tanggap karyawan KPRI dalam berinteraksi dengan pelanggan sangat bagus. Atau dengan kata lain, motivasi membeli para pelanggan koperasi/anggota koperasi meningkat dikarenakan daya tanggap karyawan KPRI yang bagus. Temuan hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi membeli berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Motivasi membeli anggota dijelaskan oleh tiga indikator, yaitu: untuk mendapatkan SHU, pelayanan yang lebih baik, dan harga yang lebih murah. Dari ketiga indikator tersebut, yang menduduki peringkat pertama preferensi responden untuk memberikan pendapat setuju adalah indikator untuk mendapatkan SHU. Dengan kata lain, sebagian besar motivasi anggota dalam membeli di koperasi di KPRI adalah untuk mendapatkan SHU dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 3,81. Sedangkan mean terkecil dalam indikator motivasi membeli anggota adalah indikator harga yang lebih murah dengan nilai mean sebesar 3,24. Hasil temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa kualitas layanan tidak memiliki pengaruh langsung secara signifikan terhadap kinerja. Tetapi mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui variabel motivasi membeli anggota. Variabel kinerja dijelaskan oleh empat indikator yaitu: penjualan, perbandingan perjualan terhadap modal, SHU, dan jumlah anggota. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
71
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Saran Oleh karena semakin banyaknya tempat-tempat belanja dan lembaga-lembaga penyedia dana yang bermunculan pada empat tahun terakhir di Kota Malang, maka disarankan bagi pengelola koperasi untuk terus meningkatkan kualitas layanannya atau minimal sama dengan yang dilakukan pesaing tersebut. Seperti misalnya kemampuan menyediakan barang dan jasa yang lebih lengkap, bervariasi, menarik, dengan harga yang lebih murah, dan dengan pelayanan yang memuaskan. Dengan demikian diharapkan anggota tidak berpindah ke tempat lain selain koperasi. Dalam studi ini koperasi yang diteliti baru Koperasi Pegawai Republik Indonesia di tiga perguruan tinggi dikota Malang saja, untuk peneliti selanjutnya hendaknya dapat melaksanakan studi yang lebih luas lagi baik untuk lingkup daerah/wilayah maupun jenis koperasinya. Selain itu bisa menambahkan variabel-variabel lainnya sehingga akan didapat gambaran atau informasi yang lebih jelas tentang koperasi dalam hubungannya sebagai subyek penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Tjiptono, Fandy. 2002. Total Quality Management. Edisi revisi. Yogyakarta: Andi Offset. Mowen, John C and Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Lina Salim (penerjemah). 2002. Edisi kelima. Jakarta: PT Erlangga. Parasuraman A, Leonard L. Berry, Valarie A. Zeithmal. 1991. Understanding Customer Expectations of Service. Journal Sloan Management Review. Vol. 32, no. 3, pp. 39-48. Schiffman, Leon. G. and Leslie Lazar Kanuk. 1994. Consumer behavior. Fifth edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Sheth, Jagdish N dan Banwari Mittal. 2004. “ Customer Behavior: A Managerial Perspective”. Second Edition. USA: Thomson South Western.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
72
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA
Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Djohan, Djabaruddin. 1997. “ Setengah Abad Pasang Surut Gerakan Koperasi Indonesia 12 Juli 1947- 12 Juli 1997” .Dekopin. Adrian, Payne. 2000. The Essence of Service Marketing – Pemasaran Jasa. Fandy Tjiptono. 2000. Yogyakarta: Andi. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Umar, Husein. 2004. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Edisi ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sanusi, Anwar. 2003. Metodologi Penelitian Praktis untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi. Malang: Buntara Media. Cooper, Donald & Emory, William. 1996. Metode Penelitian Bisnis Jilid 2. Widyono Soetjipto dan Uka Wijaya (penerjemah). 1998. Jakarta: Erlangga.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
73