JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS PENGARUH KUALITAS KOMITE AUDIT DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH INDONESIA Nino Sri Purnama Yanti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dharma Andalas ABSTRACT This study aimed to get empirical evidence that the quality of the audit committee and managerial ownership effect on earnings management in the Islamic banking industry Indonesia. The sample was Islamic Banking company in 2011-2014. This study is verification and descriptive study to test the effect of independent variables on the dependent variable. The population in this study are all Islamic banking company (BUS) 2011-2014. The sampling technique is purposive sampling. Data analysis using multiple linear regression analysis. Based on the results, the quality of the audit committee has no effect on earnings management practices in Indonesia Islamic banking industry, and managerial ownership has no effect on earnings management practices in the Islamic banking industry in Indonesia. Keywords: Earnings Management, Quality Audit Committee, Managerial Ownership
PENDAHULUAN Perkembangan sektor perbankan di Indonesia cukup menarik untuk dicermati terutama terkait dengan pasang surut yang dialami oleh industri perbankan di Indonesia. Sektor perbankan mulai berkembang sejak tahun 1983 ketika pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan deregulasi. Pada tahun 1992, dikeluarkan undangundang nomor 7 yang menggantikan undang-undang nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan yang menjelaskan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada tahun 1998, dikeluarkan undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang menjelaskan bahwa bank umum diberikan peluang untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Sejak saat itu bank-
bank konvensional mulai mendirikan unit syariah ataupun mengakuisisi bank lain untuk dijadikan bank dengan sistem prinsip syariah. Shen dan Chih (2005) menjelaskan bahwa industri perbankan merupakan industri yang sangat penting untuk bangsa, daerah dan ekonomi dunia. Dalam pelaporan keuangan, industri perbankan menggunakan laporan keuangan sebagai media untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja dari perusahaannya. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil (Kieso et al., 2007). Namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan standar
307
akuntansi keuangan yang berlaku. Pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earning management. Watts dan Zimmerman (1986) juga menyatakan bahwa para manajer melakukan manajemen laba berdasarkan atas motivasi seperti bonus plan, debt covenant, dan political cost. Manajemen laba sendiri hingga saat ini masih memiliki pro dan kontra dalam sisi etika. Akan tetapi, bila diamati telah banyak terjadi kasus keuangan yang muncul di berbagai tempat di seluruh dunia. Beberapa contoh kasus keuangan terbesar adalah adanya kasus kebangkrutan Lehman Brothers yang terjadi pada tahun 2008 (Kompas Online, diakses pada November 2015), kasus Worldcom (2002), Enron Corporation (2001), Kanebo Limited (2003), Parmalat (2003), Health South Corporation (2003), American International Group (2005) dan Satyam Computer Services (2009). Kasus keuangan dalam Enron Corporation yaitu perusahaan ini menaikkan laba dan menyembunyikan hutang lebih dari $1 milyar dengan menggunakan perusahaan diluar pembukuan, memanipulasi dan menyogok pejabat asing untuk memenangkan kontrak di luar Amerika. Selain pada perusahaan tersebut praktik manajemen laba juga ditemukan di sektor perbankan seperti Robb (1998) yang mendapatkan bukti adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan. Berikutnya kasus keuangan Bank of Credit and Commerce International (BCCI) dimana kecurangan lebih dari $13 milyar dana unaccounted, termasuk didalamnya penyuapan, money loundery dan mendukung terorisme. Penelitian Bertrand (2000) menemukan bukti secara empiris bank di Swiss yang sedikit kurang atau mendekati ketentuan batasan kecukupan modal cenderung
untuk meningkatkan ratio kecukupan modal (CAR) mereka agar memenuhi persyaratan. Betty and Petroni (2002) menemukan, dibandingkan private banks, public banks cenderung memiliki insentif lebih besar untuk melaporkan adanya kenaikan laba secara lebih konsisten. Naciri (2002) mendapatkan bukti empiris adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan. Tahun 2011 tercatat skandal keuangan yang cukup menghebohkan di dunia perbankan di Indonesia melibatkan manajer bank pada City Bank. Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia, juga menunjukkan adanya indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im (2001) yang menemukan bank-bank yang mengalami penurunan score tingkat kesehatannya cenderung melakukan earnings management. Susanto (2003) menemukan adanya indikasi praktek pengelolaan laba (earnings management) yang dilakukan oleh kelompok bank tidak sehat dan salah satu faktor dominan yang mendorong bank melakukan pengelolaan laba tersebut adalah motif meningkatkan kinerja bank. Endriani (2004) menemukan adanya indikasi earnings management pada bank dalam usahanya memenuhi ketentuan kecukupan CAR (Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI. Dan Arnawa (2006) juga menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba pada perbankan nasional pasca program rekapitalisasi, dan motif meningkatkan kinerja bank juga merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi bank melakukan manajemen laba. Berdasarkan kasus keuangan pada perbankan tersebut maka tidak menutup kemungkinan juga terjadi kasus kecurangan dan kejahatan diperbankan syariah. Hal ini dikarenakan 308
Bank syariah dalam operasionalnya memiliki fungsi yang lebih luas dari bank konvensional seperti yang diuraikan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) 2003 yaitu sebagai Manajer Investasi, Investor, Penyedia Jasa Keuangan dan Lalu Lintas Pembayaran, serta Pengembangan Fungsi Sosial. Khan (1992), dalam Sofie (2005), mengidentifikasikan tujuan laporan keuangan akuntansi syariah antara lain adalah penentuan laba rugi yang tepat dan melaporkan dengan benar dan adaptable terhadap perubahan. Adapun data Jumlah Bank Umum Syariah dari Otoritas Jasa Keuangan Indonesia sebagai berikut : Tabel. 1 Data Statistik Perbankan Syariah di Indonesia Jumlah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) & Bank Perkreditan Rakyat Syariah(BPRS) Tahun
BUS
UUS
BPRS
2009
6
25
138
2010
11
23
150
2011
11
24
155
2012
11
24
158
2013
11
23
163
2014
11
22
163
Sumber : OJK
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersamasama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektorsektor perekonomian nasional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif
sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat diminati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam 309
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. Sebagai lembaga keuangan yang berbasis keyakinan dan penerapan nilainilai agama, bank Syariah mendapat beban berat karena dianggap seharusnya mampu menjaga nilai dan etika dalam setiap kegiatan operasional perbankannya. Meskipun pada akhirnya juga harus diakui, not everyone is honest,kembali terbukti. Namun jika terjadi praktik manajemen laba pada bank syariah kemungkinan penyebab terjadinya adalah karena lemahnya praktik good corporate governance, sehingga penelitian pada bank syariah untuk melihat manajemen laba yang dipengaruhi corporate governance menjadi hal yang menarik untuk dibahas. Marihot dan Doddy(2007) mengatakan mekanisme corporate governance telah efektif mengurangi manajemen laba perusahaan perbankan. Ada empat proksi corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan yaitu: komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial. Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good CorporateGovernance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, Pasal 36 Ayat (1) bahwa kualifikasi anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah. Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Kualitas komite audit sendiri dapat diproksikan dengan karakteristik komite audit yang meliputi
independensi, kompetensi akuntansi/keuangan, aktivitas komite audit dan ukuran komite audit. Keempat indikator tersebut dapat mewakili komponen-komponen yang berada dalam komite audit guna menggambarkan kualitas yang dimiliki oleh suatu komite audit perusahaan. Independensi komite audit berhubungan dengan seberapa besar keterlibatan anggota komite audit dengan aktivitas perusahaan. Kompetensi akuntansi dan keuangan berhubungan dengan pengetahuan akuntansi, keuangan dan audit serta pengalaman tentang tata kelola perusahaan yang dimiliki oleh anggota komite audit. Aktivitas komite audit berhubungan dengan frekuensi pertemuan komite audit dalam satu tahun. Sedangkan ukuran komite audit, diukur melalui jumlah anggota komite audit. Abbot et al., (2004), DeZoort et al., (2001) dan Lin et al., (2006)menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara financial expertice denganadanya manajemen laba. Penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa komiteaudit yang terdiri paling tidak satu financial expertice akan mengurangi terjadinya manajemen laba. Jansen dan Meckling (1976) menemukan bukti dan menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Ross et al. (1999) juga menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya karena ia juga merupakan pemilik dari perusahaan tersebut. Kepemilikan saham yang rendah oleh manajer akan meningkatkan insentif terhadap kemungkinan terjadinya prilaku oportunis manajer.
310
Warfield et al. (1995) dalam Herawaty (2008) melakukan penelitian yang menguji kepemilikan manajerial dengan diskresioner akrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan managerial berhubungan negatif dengan diskresioner akrual. Penelitian oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003) juga memberikan bukti bahwa kepemilikan managerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi prilaku oportunis manager dalam bentuk manajemen laba. Dari bukti-bukti di atas maka penulis berargumen bahwa kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme tata kelola perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba, baik manipulasi laba secara akrual maupun manipulasi laba melalui aktivitas real. Manajemen laba real yang dilakukan manajemen cuma untuk optimalisasi jangka pendek namun akan mempunyai konsekuensi negatif terhadap kinerja dan aliran kas jangka panjang. Jika manajer juga merupakan pemilik maka mereka juga berkepentingan terhadap kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang, berbeda jika mereka cuma sebagai pengelola saja, mereka tidak mempunyai kepentingan penuh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, dengan adanya kepemilikan manajerial akan mengurangi manajemen laba real yang akan dilakukan manajer, sehingga laba perusahaan akan menggambarkan keadaan ekonomik perusahaan yang akan berdampak pada nilai perusahaan yang sebenarnya. Berdasarkan uaraian diatas diatas, maka pokok permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama apakah kualitas komite audit mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba pada bank syariah?, kedua, apakah kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba pada bank syariah?
Perbankan Syariah terdiri dari 3 kelompok yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Penelitian ini dilakukan hanya pada Bank Umum Syariah(BUS) yang ada di Indonesia periode tahun 20112014. Tujuan penelitian ini adalah, pertama, untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kualitas komite audit terhadap praktik manajemen laba dibank syariah. Kemudian yang kedua untuk mengetahui Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba dibank syariah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada para pemakai laporan keuangan, agar dapat lebih berhati-hati akan adanya praktik manajemen laba sehingga harus lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Kemudian juga diharapkan memberikan kontribusi kepada akademisi memberikan tambahan bahan referensi tentang studi corporate governance dan pengaruhnya terhadap praktik manajemen laba pada industri perbankan syariah. Tata Kelola Perusahaan ( Corporate Governance ) Pada dasarnya Corporate Governance itu sendiri terkait dengan stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory dibangun atas dasar asumsi filosofi mengenai sifat manusia yakni pada hakekatnya manusia dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran pada pihak lain. Dengan kata lain teori ini memandang manajemen dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya ataupun pemegang saham pada khususnya. Sementara itu, agency theory (Garen, John E.,1994) memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai 311
“agents“ bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana yang di asumsikan oleh stewardship model. Veronica dan Utama (2006) mengatakan bahwa prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkankan memberikan manfaat yaitu: (1) meminimalkan biaya keagenan dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara pemilik dengan agen; (2) meminimalkan biaya modal dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari kos modal yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik. Prinsipprinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik corporate governance yang baik adalah transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan/kewajaran (fairness), dan responsibilitas (responsibility). Ada empat proksi corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan yaitu: komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial. Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (1) mekanisme internal seperti komposisi dewan direksi/komisaris, kepemilikan managerial dan kompensasi eksekutif; (2) mekanisme eksternal seperti pengendalian oleh pasar dan kepemilikan institusional dan auditor eksternal (Babic 2001).
Manajemen Laba Secara umum manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Schipper (1989) mendefinisi manajemen laba adalah suatu intervensi yang disengaja dilakukan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi pihak tertentu. Healy dan Wahlen (1999) menyatakan manajemen laba terjadi ketika para manager menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan yang menyesatkan pemegang saham tentang kinerja ekonomik organisasi atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Menurut teori akuntansi positif, prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang lainnya, namun perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah satu alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan adanya kebebasan itulah, maka menurut Scott (2000) manajer mempunyai kecenderungan melakukan suatu tindakan yang menurut teori akuntansi positif dinamakan sebagai tindakan oportunis (opportunistic behavior).Jadi, tindakan oportunis adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dan memaksimumkan kepuasan perusahaan tersebut. Teori akuntansi positif (positive accounting theory)mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba yang dihubungkan oleh tindakan oportunistik yang dilakukan oleh perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986). Tiga hipotesis menurut Watts dan Zimmerman (1986) dapat dijelaskan sebagai berikut:
312
1. Hipotesis program bonus (The bonus plan hypothesis: Ceteris paribus) Perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. 2. Hipotesis rasio debt to equity (The debt/equity hypothesis: Ceteris paribus) Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan atau laba. 3. Hipotesis Biaya Politik dan Ukuran Perusahaan (Political Costs and the Size Hypothesis : Ceteris paribus ) Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi labayang dilaporkan. Perkembangan literatur khususnya melalui studi empiris tentang manajemen laba, telah menunjukkan motivasi lain yang mendorong para manager melakukan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Phillips et all.(2003) telah menunjukkan tiga keadaan yang memotivasi dilakukannya manajemen laba yaitu: 1. Manajemen laba untuk menghindari penurunan laba (earnings management to avoid an earnings decline). 2. Manajemen laba untuk menghindari kerugian (earnings management to avoid loss). 3. Manajemen laba untuk menghindari kegagalan dalam memenuhi atau melampaui target prediksi laba dari para analis. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh manajemen dalam melakukan manajemen laba, antara lain adalah melalui manipulasi akrual (manajemen laba akrual) dan manipulasi aktivitas real (manajemen laba real). Manajemen laba real merupakan manipulasi yang
dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama perioda akuntansi. Manajemen laba real ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang perioda akuntansi, tanpa menunggu akhir perioda,sehingga manager akan mudah untuk mencapai target laba yang diinginkan. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini dapat dikemukakan kerangka pemikiran yang berguna untuk memudahkan pemahaman hubungan dan keterkaitan antara dua variabel yang diteliti. Pada variabel X(bebas) adalah corporate governance dengan 3 proksi yaitu Komposisi Komisaris Independen, Kualitas Komite audit, dan Kepemilikan manajerial. Selanjutnya variabel Y (terikat) adalah Manajemen Laba. Gambar 1 Skema Model Penelitian Kualitas Komite Audit Manajemen Laba Kepemilikan Manajerial
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian merupakan penelitian verifikatif dan deskriptif untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Yang menjadi variabel independen adalah corporate governance dengan tiga proksi yaitu komposisi komisaris independen, kualitas komite audit, kepemilikan manajerial. Variabel dependen pada penelitian ini adalah manajemen laba. Penelitian dilakukan pada Perbankan Syariah yang ada di Indonesia. Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Laporan tahunan (Annual Report ) dari Perbankan Syariah di Indonesia Variabel dan Pengukurannya Variabel Independen yang digunakan 313
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Kualitas komite audit, diukur dari persentase jumlah anggota komite audit yang latar pendidikannya akuntansi atau keuangan terhadap jumlah total komite audit. Skor 1 adalah untuk perusahaan sampel memiliki kualitas komite audit> 50%, sebaliknya jika kualitas komite audit<50% maka skor 0 b) Kepemilikan Manajerial (KM) Kepemilikan manajerial dihitung berdasarkan besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham beredar.Kepemilikan manajerial yang besar dari segi nilai ekonominya dapat menyelaraskan kepentingan antara manajemen dengan pemilik. Untuk perusahaan yang mempunyai kepemilikan manajerial diberi nilai 1, dan untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial diberi nilai 0. Variabel dependen yang digunakan adalah Manajemen Laba Indikasi praktik mananejen laba pada bank syariah yang menjadi variabel pada hipotesis diukur dengan menggunakan nilai akrual diskresioner (discretionary accrual) seperti pada model jones (1991) yang telah disesuaikan dengan karakteristik perbankan. Model ini juga digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im (2201) serta Endriani (2004), dimana Total Akrual (TA) dari bank dipisahkan menjadi Akrual Non Diskresioner (AND) atau non discretionary accrual yang merupakan tingkat akrual normal dan akrual Diskresioner (AD) atau (discretionary accrual/ DA) yang merupakan tingkat akrual abnormal. TAit = ANDit + ADit Dimana : TAit = Total akrual bank syariah i pada tahun t
ANDit = ADit
Akrual Non Diskresioner (akrual normal) bank syariah i pada tahun t = Akrual Diskresioner (akrual abnormal) bank syariah i pada tahun t
Untuk memperoleh nilai akrual Diskresioner (discretionary accrual), dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengukuran total akrual ( TAit) Penghitungan total akrual sama dengan yang dilakukan Healy (1985) dan Jones (1991) yang telah disesuaikan dengan karakteristik perbankan. Rekening akrual dalam perbankan mencakup pendapatan yang masih harus diterima, beban dibayar dimuka, uang muka pajak, beban yang masih harus dibayar, utang pajak, beban penurunan aktiva produktif dan beban depresiasi. Sehingga total akrual dapat dihitung dengan rumus : TAit = ( PMADit + BDDit + UMPit BYDit - UPit - BAPit + Depit)/(Ait1)
TAit
= Total akrual bank syariah i pada tahun t PMADit = Selisih pendapatan yang akan diterima bank syariah i pada tahun t dan t-1 BDDit = Selisih beban dibayar dimuka bank syariah i pada tahun t dengan t-1 UMPit = selisih uang muka pajak bank syariah i pada tahun t dengan t-1 BYDit = selisih beban yang harus dibayar bank syariah i pada tahun t dengan t-1, UPit = selisih utang pajak bank syariah i pada tahun t dengan t-1 BAPit = beban penyisihan aktiva produktif bank syariah i pada tahun t 314
Depit = beban depresiasi bank syariah i pada tahun t Ait-1 = total aktiva bank syariah i pada tahun t-1 i = 1, .... n bank syariah t = 1, .... n tahun estimasi Laporan keuangan publikasi bank syariah dalam direktori perbankan indonesia yang digunakan dalam penelitian ini, tidak menyatakan beban depresiasi secara eksplisit, tetapi menjadi unsur beban administrasi dan umum. Sehingga untuk nilai beban depresiasi digunakan proksi perbedaan akumulasi depresiasi tahun t dengan t1. Kelemahan proksi ini adalah adanya kemungkinan diperoleh nilai negatif jika bank melakukan pelepasan atau penghapusan aktiva tetap sehingga depresiasi tahun ini lebih kecil dari tahun sebelumnya. Jika masalah ini terjadi maka beban depresiasi diproksi dengan ratio beban depresiasi terhadap aktiva tetap tahun sebelumnya atau tahun setelahnya. 2. Pengukuran akrual non diskresioner (non discretionary accrual) Pengukuran akrual non diskresioner dengan model Jones (1991) yang telah dimodifikasi untuk industri perbankan, sebagai berikut : TAit / Ait-1 = a1(1/Ait-1) + b1(∆POit /Ait1) + b2(PPEit /Ait-1) + εit Dimana: TAit = total akrual bank syariah i pada tahun t, Ait-1 = total aktiva bank syariah i pada tahun t-1, ∆POit = selisih pendapatan operasi bank syariah i pada tahun t dengan t-1, PPEit = property, plant, and equipment (aktiva tetap) bank syariah i pada tahun t. εit = error pada bank syariah i pada tahun t i = 1, .... n bank syariah t = 1, .... n tahun estimasi
Perubahan pendapatan operasi (∆POit) dimasukkan dalam model untuk mengontrol lingkungan ekonomi perusahaan karena hal ini adalah tujuan pengukuran dari operasi perusahaan sebelum adanya manipulasi manajemen meskipun tidak sepenuhnya exogenous. Sedangkan komponen b2(PPEit/Ait-1) merupakan bagian dari total akrual yang berhubungan dengan biaya depresiasi yang akrual non diskresioner (non discretionary accrual). Untuk memperole nilai a1, b1, b2 sebagai parameter estimasi dapat digunakan ordinary least square. Semua data juga akan diolah dengan penggabungan data (pooling data) untuk mengestimasi regresi. Perkiraan error (εit) dalam persamaan diatas menunjukkan tingkat akrual diskresioner (discretionary accrual). 3. Pengukuran akrual diskresioner (discretionary accrual). Dari persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat akrual non diskresioner (non discretionary accrual) diatas, dimana error (εit) menunjukkan tingkat akrual diskresioner (discretionary accrual), maka dapat diperoleh persamaan untuk menghitung tingkat akrual diskresioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ADit = TAit /Ait-1 – {a1(1/Ait-1) + b2(∆POit /Ait-1) + b2(PPEit /Ait-1)} ATAU ADit = TAit – ANDit Dimana uraian masing-masing komponen diatas sama dengan persamaan sebelumnya. Jika tidak ada manajemen laba, maka total akrual bank i pada taun t (TAit) akan sama dengan tingkat akrual yang non diskresioner (non discretionary accrual) atau TAit = NDAit sehingga tingkat akrual diskresioner (discretionary accrual), ADit akan 315
mengindikasikan praktik manajemen laba oleh manajemen. Rekayasa peningkatan laba akan diindikasikan dengan nilai ADit yang positif dan sebaliknya jika nilai ADit adalah negatif mengindikasikan adanya praktik manajemen laba melalui penurunan laba. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan Syariah (BUS) periode 2011-2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan perbankan Syariah periode tahun 2011 sampai tahun 2014. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan perbankan Syariah yang ada di Indonesia 2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2011-2014 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 3. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi periode 31 Desember 20112014), baik data mengenai corporate governance perusahaan dan data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba Data dan Metode Pengumpulan Data Yang menjadi data dalam penelitian ini adalah data sekunder, data mengenai manajemen laba dan corporate governance. Data tersebut diambil dengan metode dokumentasi dalam annual report (Laporan Keuangan Tahunan) dari Perbankan Syariah dari tahun 2011- 2014. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan berupa asumsi klasik terdiri
dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heterokesdasitisitas. analisa regresi linier berganda serta uji hipotesis menggunakan uji t (uji koefisien regresi parsial) dan koefisien determinasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah semua bank umum syariah yang terdaftar di bank indonesia. Sampelnya adalah bank umum syariah yang terdaftar di bank indonesia yang datanya tersedia untuk menghitung variabelvariabel yang diuji dalam penelitian ini. Periode penelitian adalah dari tahun 2011 sampai dengan 2014. Untuk kepentingan penelitian ini diperlukan data perusahaan yang terdaftar di Bank Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 yaitunya 11 perusahaan, sebagai berikut: Tabel 2 Daftar Bank Umum Syariah Di Indonesia No
Nama Bank
1
Bank BCA Syariah, PT
2
Bank BNI Syariah, PT
3
Bank BRI Syariah, PT
4
Bank Jabar Banten Syariah, PT
5
Bank Maybank Syariah Indonesia, PT
6
Bank Muamalat Indonesia, PT
7
Bank Panin Syariah, PT, Tbk
8
Bank Bukopin Syariah, PT
9
Bank Syariah Mandiri, PT
10
Bank Syariah Mega Indonesia, PT
11
Bank Victoria Syariah, PT
Sumber : Bank Indonesia Tetapi yang bisa digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan selama 4 tahun pengamatan. Pemilihan sampel secara ringkas dapat dilihat di tabel 3
316
Tabel 3 Pemilihan Sampel Penelitian Keterangan
Jumlah Perusahaan / Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Perusahaan yang terdaftar di bank Indonesia 2010 -2014
9
11
11
11
11
Perususahaan yang datanya tidak lengkap
-
2
2
2
2
Total Perusahaan yang dijadikan sampel
9
9
9
9
9
Dari 11 perusahaan bank umum syariah yang dijadikan sampel tersebut, 2 perusahaan datanya tidak lengkap sehingga harus dikeluarkan dari sampel yaitu pada perusahaan Bank Maybank Syariah Indonesia dan Bank Victoria Syariah. Hal ini dikarenakan perusahaan Bank Maybank Syariah Indonesia memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada bulan Oktober 2010. Sedangkan Bank Victoria Syariah mendapatkan Izin Operasional sebagai Bank Syariah bedasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No. 12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 10 Februari 2010. 1 April 2010 beroperasi secara penuh Sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Kemudian data laporan keuangan Bank Victoria Syariah juga tidak tersedia dengan lengkap. Statistik Deskriptif Sebelum melakukan uji hipotesis maka akan dilihat terlebih dahulu statistik deskriptif setiap variabel yang diuji dalam penelitian ini. Statistik deskriptif variabel yang menjadi fokus penelitian ini digambarkan pada tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 Statistik deskriptif N Minimum Maximum Mean Manajemen laba Kualitas Komite Audit (x1) Kepemilikan Manejerial (x2) Valid N (listwise)
36
-,0681
36
0
0,0255 -,012736 1
Std. Deviation ,0227535
,67 ,478
36
0
1
11 ,319
36
Tabel 4 di atas menunjukkan nilai mean manajemen laba dari sampel yang diobservasi adalah -0,012736. Nilai tertinggi Manajemen laba adalah 0,0255 sedangkan nilai terendah adalah -0,0681 dengan deviasi standar sebesar 0,0227535. Nilai mean manajemen laba yang bertanda negatif menunjukkan bahwa secara rata-rata sampel yang diobservasi menunjukkan bahwa nilai akrual yang ada pada bank umum syariah cenderung bersifat income decreasing (penurunan laba). Hasil ini konsisten dengan temuan Zahara (2008) yang memberikan hasil bahwa nilai akrual pada bank syariah cukup kecil yang berindikasi pada penurunan laba, serta Oktarina dan Hutagaoul (2008) yang memberikan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas real melalui aliran kas kegiatan operasi. Nilai mean kualitas komite audit dari sampel yang diobservasi adalah 0,67. Nilai tertinggi komposisi komite audit adalah 1 sedangkan nilai terendah 0 dengan deviasi standar sebesar 0,478. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa sebagian besar anggota komite audit mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan, hal ini sejalan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33 /PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good CorporateGovernance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, Pasal 36 Ayat (1) bahwa kualifikasi anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b.seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah. Nilai mean kepemilikan manajerial dari sampel yang diobservasi adalah 0,11. Nilai tertinggi kepemilikan manajerial adalah 1 sedangkan nilai terendah 0 dengan deviasi standar 317
sebesar 0,319. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa terjadi variasi penetapan kepemilikan manajerial yang tidak merata pada bank umum syariah. Hal tersebut dapat dibuktikan banyak perusahaan yang mempunyai skor nol. Meskipun Midiastuty dan Machfoedz (2003) mengatakan bawa kepemilikan managerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi prilaku oportunis manager dalam bentuk manajemen laba. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik., Tahapan hipotesis dapat dilaksanakan apabila seluruh variabel yang digunakan tidak terdeteksi gejala asumsi klasik (normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas). Uji Normalitas Setelah dilakukan pengujian terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini maka ditemukan hasil pengujian normalitas adalah sebagai berikut: Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: manajemen laba (Y) Dependent Variable: manajemen laba (Y) 1.0
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinearitas Dalam analisis ini didapat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance untuk masing-masing variabel sebagai berikut : Tabel 5 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
Kualitas komite audit (X1)
0,938
1,067
Tidak Terjadi Multikolinearitas
Kepemilikan manajerial (X2)
0,938
1,067
Tidak Terjadi Multikolinearitas
Sumber : data sekunder diolah, 2016
Dari hasil analisis, didapat dua variabel bebas (independent) dalam penelitian ini nilai VIF-nya berada dibawah 10 dan nilai tolerance ketiga variabel independennya tidak ada yang kurang dari 0,10. Ini berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara 2 variabel bebas tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas (independent) berupa kualitas komite audit dan kepemilikan manajerial tersebut memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinieritas. Uji Autokorelasi . Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada Tabe1 6 berikut ini: Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi durbin-watson (DW) 1,155
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Berdasarkan grafik terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka
n = 36
Dari tabel 6 terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,155 berada diantara -2 sampai +2 berarti, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi seperti yang diungkapkan Santoso (2015) yang mengatakan Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi .Uji Heteroskedastisitas Dari hasil uji heteroskedastisitas yang dilakukan terhadap penelitian ini diperoleh sebagai berikut : 318
Gambar 3 Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: manajemen laba (Y) Dependent Variable: Manajemen laba (Y) 2
Regression Studentized Residual
1
0
-1
-2
-3
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Regression Standardized Predicted Value
Dari gambar diatas, terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas, yaitu titik-titiknya menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas, Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pengujian seperti yang terlihat pada tabel 7 dibawah ini : Tabel 7 Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Variabel Bebas
Koefisien t hitung Signifikan Regresi
Keterangan
-
Keputusan Hipotesis
-
(Constant)
-0,007
Kualitas komite audit (X1)
-0,011
-1,329
0,193
0,05
Tidak Signifikan
Ditolak
kepemilkan manajerial (X2)
0,014
1,172
0,250
0,05
Tidak Signifikan
Ditolak
Sumber : data sekunder diolah, 2016
Dari proses pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil pengujian seperti yang terlihat pada persamaaan regresi linear berganda berikut ini: Y = -0,007 + -0,011 X1 + 0,014 X2 + e Dari persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa : a. Konstanta sebesar –0,007 menyatakan bahwa jika tidak ada kualitas komite audit dan kepemilikan manajerial
maka praktek manajemen laba di industri perbankan syariah Indonesia adalah sebesar –0,007. b. Koefisien regresi kualitas komite audit sebesar -0,011 menyatakan bahwa setiap adanya penurunan kualitas komite audit akan meningkatkan praktek manajem laba di industri perbankan syariah indonesia -0,011, namun peningkatan itu tidak dapat terjadi disebabkan kualitas komite audit tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba di industri perbankan syariah Indonesia. c. Koefisien regresi kepemilikan manajerial sebesar 0,014 menyatakan bahwa setiap adanya peningkatan kepemilikan manajerial akan menurunkan praktek manajemen laba di industri perbankan syariah Indonesia 1,4%,namun penurunan itu tidak dapat terjadi disebabkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba di industri perbankan syariah Indonesia. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba Berdasarkan tabel 7 dapat dijelaskan koefisien regresi kualitas komite audit berslope negatif sebesar 0,011, dengan t hitung = -1,329 < t tabel = 2,035 dan nilai signifikansi sebesar 0,193 (sig > 0,05). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas komite audit tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba di industri perbankan syariah indonesia. Hal ini dapat disebabkan adanya penetapan kualitas komite audit tersebut telah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, Pasal 36 Ayat (1) bahwa kualifikasi anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari: a. 319
seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah, sehingga manajemen sudah merasa terkontrol secara internal oleh komite audit. Kualitas komite audit sendiri dapat diproksikan dengan karakteristik komite audit yang meliputi independensi, kompetensi akuntansi/keuangan, aktivitas komite audit dan ukuran komite audit. Keempat indikator tersebut dapat mewakili komponen-komponen yang berada dalam komite audit guna menggambarkan kualitas yang dimiliki oleh suatu komite audit perusahaan. Independensi komite audit berhubungan dengan seberapa besar keterlibatan anggota komite audit dengan aktivitas perusahaan. Kompetensi akuntansi dan keuangan berhubungan dengan pengetahuan akuntansi, keuangan dan audit serta pengalaman tentang tata kelola perusahaan yang dimiliki oleh anggota komite audit. Aktivitas komite audit berhubungan dengan frekuensi pertemuan komite audit dalam satu tahun. Sedangkan ukuran komite audit, diukur melalui jumlah anggota komite audit. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Abbot et al., (2004), DeZoort et al., (2001) dan Lin et al., (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara financial expertise dengan adanya manajemen laba. Penelitianpenelitian tersebut membuktikan bahwa komite audit yang terdiri paling tidak satu financial expertice akan mengurangi terjadinya manajemen laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba Berdasarkan tabel 7 dapat dijelaskan koefisien regresi kepemilikan manajerial berslope positif sebesar 0,014, dengan t hitung = 1,172 < t tabel
= 2,035 dan nilai signifikansi sebesar 0,250 (sig > 0,05). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba di industri perbankan syariah indonesia. Kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme tata kelola perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba, baik manipulasi laba secara akrual maupun manipulasi laba melalui aktivitas real. Manajemen laba real yang dilakukan manajemen cuma untuk optimalisasi jangka pendek namun akan mempunyai konsekuensi negatif terhadap kinerja dan aliran kas jangka panjang. Jika manajer juga merupakan pemilik maka mereka juga berkepentingan terhadap kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang, berbeda jika mereka cuma sebagai pengelola saja, mereka tidak mempunyai kepentingan penuh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, dengan adanya kepemilikan manajerial akan mengurangi manajemen laba real yang akan dilakukan manajer, sehingga laba perusahaan akan menggambarkan keadaan ekonomi perusahaan yang akan berdampak pada nilai perusahaan yang sebenarnya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Jansen dan Meckling (1976) menemukan bukti dan menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Ross et al. (1999) juga menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya karena ia juga merupakan pemilik dari perusahaan tersebut. Kepemilikan saham yang rendah oleh manajer akan meningkatkan insentif terhadap kemungkinan terjadinya prilaku oportunis manajer. 320
Hasil penelitian ini bertentang Ghozali (2007), menyatakan untuk dengan penelitian Warfield et al. (1995) regresi linear berganda sebaiknya dalam Herawaty (2008) melakukan menggunakan R square yang sudah penelitian yang menguji kepemilikan disesuaikan atau tertulis Adjusted R manajerial dengan diskresioner akrual square untuk melihat koefisien dan kandungan informasi laba determinasi, karena disesuaikan dengan menemukan bukti bahwa kepemilikan jumlah variabel independen yang managerial berhubungan negatif dengan digunakan, dimana jika variabel diskresioner akrual. Penelitian oleh independen 1 (satu) maka menggunakan Midiastuty dan Machfoedz (2003) juga R square dan jika telah melebihi 1 (satu) memberikan bukti bahwa kepemilikan menggunakan adjusted R square. managerial merupakan salah satu Berdasarkan proses estimasi data mekanisme yang dapat membatasi yang telah dilakukaan maka diperoleh prilaku oportunis manager dalam bentuk ringkasan hasil pengujian seperti yang manajemen laba. terlihat pada Tabel 8 berikut ini : Analisis Koefisien Determinasi Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model
1
R
.266a
R Square Adjusted Std. Error R Squre of the Estimate R Square Change .0,71
-.015
.0225869
.071
DurbinWatson
Change Statistic F Change
df1
df2
Sig. F Change
1.259
2
33
.297
1.155
a. Predictors: (Constant), kepemilikan manajerial (x2), kualitas komite audit (x1) b. Dependent Variable: manajemen laba (Y)
Berdasarkan tabel 8 di atas maka dapat dijelaskan nilai adjusted R square adalah sebesar 0.015 hal ini berarti 1,5% dari praktek manajemen laba di industri perbankan syariah indonesia yang dapat dijelaskan oleh kualitas komite audit dan kepemilikan manajerial sedangkan sisanya sebesar 98,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Interpretasi Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris apakah Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen laba di Industri perbankan Syariah Indonesia (menggunakan tiga proksi corporate governance). Sampel penelitian ini adalah perusahaan Perbankan Umum Syariah tahun 2011-2014. Hasil penelitian empiris menunjukkan secara rata-rata tidak terdapat indikasi praktik manajemen laba yang signifikan pada bank syariah di Indonesia berdasarkan laporan keuangan
publikasi tahun 2011-2014. Walaupun secara rata-rata tidak terdapat indikasi praktik manajemen laba, tetapi terdapat kemungkinan pada beberapa bank syariah masih terdapat praktik manajemen laba tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba yang dihipotesiskan bahwa komposisi komisaris independen, kualitas komite audit, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba di industri perbankan syariah indonesia, tetapi hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : 1. Kualitas komite audit tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba di industri perbankan syariah Indonesia. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Chtourou et al. (2001) yang menyatakan bahwa Komite audit memiliki hubungan negatif dengan earning manajemen dan penelitian ini juga bertentangan dengan Abbot et 321
al., (2004), DeZoort et al., (2001) dan Lin et al., (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara financial expertise dengan adanya manajemen laba. Hal ini bisa disebabkan bahwa dengan adanya peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, Pasal 36 Ayat (1) bahwa kualifikasi anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah, sehingga manajemen sudah merasa terkontrol secara internal oleh komite audit. 2. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba di industri perbankan syariah Indonesia. Hasil penelitian ini bertentang dengan penelitian Warfield et al. (1995) dalam Herawaty (2008) melakukan penelitian yang menguji kepemilikan manajerial dengan diskresioner akrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan managerial berhubungan negatif dengan diskresioner akrual. Penelitian oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003) juga memberikan bukti bahwa kepemilikan managerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi prilaku oportunis manager dalam bentuk manajemen laba. SIMPULAN Implikasi Penelitian Hasil penelitian ini secara empiris membuktikan bahwa secara rata-rata pada bank syariah tidak terdapat praktik manajemen laba adalah suatu keharusan yang perlu dipertahankan. Dari tiga proksi corporate governance yang
dipakai dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan yaitu: komposisi komisaris independen, kualitas komite audit, kepemilikan manajerial.Komposisi komisaris independen dan kepemilikan manajerial terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba diperbankan syariah di Indonesia. Sedangkan kualitas komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba diperbankan syariah di Indonesia. Namun nilai mean manajemen laba yang bertanda negatif menunjukkan bahwa secara rata-rata sampel yang diobservasi menunjukkan bahwa nilai akrual yang ada pada bank umum syariah cenderung bersifat income decreasing (penurunan laba). Hasil ini konsisten dengan temuan Zahara (2008) yang memberikan hasil bahwa nilai akrual pada bank syariah cukup kecil yang berindikasi pada penurunan laba, serta Oktarina dan Hutagaoul (2008) yang memberikan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas real melalui aliran kas kegiatan operasi. Beberapa bank syariah yang masih melakukan praktik manajemen laba ini, sebaiknya ke depan memperbaikinya dan tidak melakukan pratik manajemen laba tersebut. Karena walaupun manajemen laba dilakukan dengan cara yang tidak bertentangan dengan peraturan yang ditetapkan IAI dan BI dalam menyusun laporan keuangan bank, tetapi karena informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan yang mengandung unsur manajemen laba dapat menyesatkan pembacanya, dimana secara syariah hal ini juga tidak diperbolehkan. Disamping itu BI selaku regulator juga harus memperhatikan praktik manajemen laba oleh perbankan ini terutama yang dilakukan oleh bank dalam upaya memenuhi ketentuan regulasi yang ditetapkan.
322
Dan dalam pandangan masyarakat awam pun, yang banyak memilih bank syariah karena berkeyakinan bahwa bank syariah tersebut harus bersih dari segala macam bentuk "rekayasa", maka praktik manajemen laba juga harus dihindari. Karena praktik manajemen laba ini mungkin dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk rekayasa tersebut, dan praktik manajemen laba ini juga akan dapat mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan sehingga diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat mengatasi keterbatasan ini. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Jangka waktu data sampel yang digunakan relatif singkat yaitu hanya 4 tahun dan jumlah sampel yang dapat diolah juga sedikit yaitu hanya 36 buah data. 2. Dari 11 perusahaan bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia hanya 9 perusahaan yang mempunyai data lengkap tentang kualitas komite audit, dan kepemilikan manajerial serta data untuk manajemen laba. 3. Model yang dipergunakan untuk melihat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah adalah model Jones (1991) yang telah disesuaikan dengan karakteristik perbankan. Dimana model jones dan modifikasi model jones belum diyakini dapat memisahkan komponen akrual non diskresioner dan akrual diskresioner dengan tepat, sehingga ada kemungkinan kesalahan pengklasifikasian. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya Dengan berbagai keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini dapat direkomendasikan beberapa hal berikut : 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan jangka waktu lebih
lama dan sampel yang lebih besar serta menggunakan model yang berbeda untuk melihat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah. 2. Dalam penelitian selanjutnya juga akan lebih baik apabila menggunakan data sampel yang berdasarkan kepada laporan keuangan yang lengkap dengan catatan atas laporan keuangan. 3. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan penilaian atas aspek GCG seperti komitmen, transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan, kompetensi, dan kepemimpinan agar hasil yang diperoleh lebih akurat. 4. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan Indeks Eckel dikarenakan pada penelitian Rizky dan Siti (2012) meneliti tentang Faktorfaktor yang mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif: (Praktik Manajemen Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia). Berdasarkan hasil Uji menggunakan Indeks Eckel menyimpulkan bahwa bank syariah terbukti melakukan praktik perataan laba. DAFTAR PUSTAKA Abbott, L.J., et al (2004). Audit Committee Characteristics and Restatements Auditing ; A journal of Practice and Theory, Vol 23 Antonio, Muhammad Syafe’i (2000). Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum. Bandung : Tazkia Institute. _______________ (2001). Islamic Banking : Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Bandung : Tazkia Institute. Ahmed, Anwer S.; Takeda, Carolyn; and Thomas,Shawn (1999). “Bank Loan Loss Provisions : A Reexamination of Capital Management, Earnings Management and Signaling Effects”. Journal of Accounting and Economics, 28. 323
Arifin, Zainul (2003). Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : AlvaBet. Arnawa, I Gede (2006). “Analisa Indikasi Manajemen Laba melalui Discretionary Allowance for Loan Loses pada Perbankan Pasca Rekapitalisasi”. Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Bank Indonesia (2007). Direktori Perbankan Indonesia. Jakarta : Biro data dan Informasi Perbankan. Beaver, William H. and Engel, Ellen E (1996). “Discretionary Behavior with Respect to Allowance for Loan Loses and The Behavior of Security Prices”. Journal of Accounting and Economics, 22. Bernard, V.L. and D.J. Skinner (1996). “What Motivates Managers’ Choice of Discretionary Accruals?” Journal of Accounting and Economics (August-December 1996), pp. 313-325 Bertrand, Rima, Swiss National Bank (2000). “Capital Requirement and Bank Behaviour : Emperical Evidence for Switzerland”. Working Paper. Betty, Anne. L and Petroni, Kathy. R (2002). “Earnings Management to Avoid Earnings Declines Across Publicy and Private Held Banks”, The Accounting Review, Vol 77. Boediono, Gideon. (2005). “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo. Carcello, Joseph V., Carl W. Hollingsworth, April Klein, and Terry L. Neal. (2006).Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance
Mechanisms, and Earnings Management . Available on-line at www.ssrn.com Chtourou S.Marrakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau. 2001.Corporate Governance and Earning management. Working Paper. http://papers.ssrn.com Davidson III, Wallace N., Biao Xie, and Weihong Xu. (2004). Market Reaction to Voluntary Announcements of Audit Committee Appointments: The Effects of Financial Expertise, Journal of Accounting and Public Policy Volume 23 Juli- Agustus: 279-293 Dechow, P.M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (1995). “Detecting Earnings Management,” The Accounting Review (April 1995), pp. 193-225. Dezoort F.T. et al.(2002). Audit Committee Effectiveness : A Synthesis of the Empirical Audit Committee Literature, Journal of Accounting Literature, Vol 21 Endriani, D (2004). “Indikasi Praktek Earnings Management oleh BankBank di Indonesia Dalam Memenuhi Ketentuan Rasio Kecukupan Modal”. Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Garen, John E., 1994, Executive Compensation and PrincipalAgent Theory, Journal of Political Economy 102(6). Ghozali, Imam (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometric. New York : Mc GrowHill. Healy, P.M. (1985). “The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision”. Journal of Accounting and Economic 7: 85-107. 324
Ikatan Akuntan Indonesia (2003). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003). Jakarta : IAI. Jones, J.J. (1991). “Earnings Management During Import relief investigation”. Journal of Accounting Research (Autumn) : 193-228. Karim, Adiwarman (2004). Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT RajiGrafindo Persada. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition. United States of America : John Wiley & Sons Inc. Levin, Richard I. and Rubin, David S. (1998). Statistic for Management. United States : Prentice Hall. Lin,Z.J.,et al.(2008). “The Roles Responsibilities and Characteristics of Audit Committee in China”, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol 21. Mahu, Zainab (2004). “Perlakuan Perpajakan dan Akuntansi atas Transaksi Perbankan Syariah”,Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Marihot Nasution, dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 2628 Juli 2007. McNicholas,M. and M.D. Neimark (1988). “Evidence of Earnings Management from the Provision for Bad Debts”, Journals of Accounting Research (Supplement 1988), pp 33-57 Naciri, Ahmed (2002). “Earnings Management from Bank
Provisions for Loans Losses”. Working Paper, January. Nasser, Etty M. (2003). “Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta dengan Rasio CAMEL serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham”, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 3 No 3 Desember 2003 : 217-136. Otoritas Jasa Keuangan (2015). Statistik Perbankan Syariah per Juni 2015. Jakarta: Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. Peraturan Bapepam No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep/346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Phillips, J., M. Pincus and S. Rego. (2003). Earnings management: New evidence based on deferred tax expense. The Accounting Review . Robb, Sean, W.G. (1998). “The Effects of Analysts’ Forecase on Earnings Management in Financial Institutions”. Journal of Financial Research (Fall). Scott, William R., (2000). “Financial Accounting Theory.” Second edition. Canada: PrenticeHall. Schipper, K., (1989). “Commentary on Earnings Management”, Accounting Horizon (December 1989). Pp. 91-102 Setiawati, Lilis dan Na’im Ainun (2001). “Bank Health Evaluation By Bank Indonesia and Earning Management in Banking Industry”. Gadjah Mada International Journal of Bussiness, May 2001, Vol 3 no 2 : 159 - 176. Sekaran, Uma. (2003). “Research Methods for Business.” Fourth Edition. New York: JohnWiley & Sons
325
Shen,C. and H. Chih, (2005). “Investor Protection, Prospect Theory, and Earnings Management: An International Comparison of the Banking Industry”. Journal of Banking and Finance. Vol.29, No.10 hal.2675-2697 Sofie (2005). “Merumuskan Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah : Sebuah Studi Eksplorasi”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 5 No 1 April 2005 : 25-39. Susanto, Agus (2003). “Indikasi Praktek Pengelolaan Laba dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya (Studi Empiris pada Sektor Perbankan Sebelum Krisis Perbankan Nasional)”, Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Veronica, Sylvia N.P. Siregar dan Utama, Siddharta (2006). “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.9, No.3, September 2006, Hal. 307 – 326. Watts. R.L. & Zimmerman. J.L., (1986), Positive Accounting Theory, Prentice-Hall, London. __________________________ (1990), “Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective”, The Accounting Review http://www.fcgi.or.id/corporategovernance/about-goodcorporate-governance.html (Oktober 2015)
326