efektif DesemberJurnal 2013Bisnis dan Ekonomi
Joko Purwanto Nugroho
177
Vol. 4, No. 2, Desember 2013, 177 - 188
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP MANAJEMEN LABA Joko Purwanto Nugroho Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra Yogyakarta ABSTRACT This research examines whether managerial ownership and institusional ownership have the influence on earnings management. The samples obtained consist of 53 companies registered in Jakarta Stock Exchange within 1999 – 2005 period. The hypotheses in this research are: (1) Managerial ownership has negative influence towards discretionary accruals. (2) Institutional ownership has negative influence towards discretionary accruals. (3) Managerial ownership and institusional ownership have negative influences towards discretionary acrruals.The results of the research prove that managerial ownership and institutional ownership do not influence significantly towards earnings management through discretionary accruals. Keywords: Managerial ownership, institusional ownership, earnings management. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada dasarnya, manajemen laba dapat terjadi karena manajer diberikan beberapa keleluasaan untuk menetapkan standar akuntansi keuangan yang memungkinkan manajer untuk memilih metode yang digunakan dalam mengungkapkan informasi keuangan privat yang dimilikinya tentang perusahaan. Dalton, et al. (1999) menemukan adanya hubungan sistematik, yaitu ukuran dewan komisaris atau corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Studi lebih lanjut dilakukan oleh Warfield et al. (1995) dengan memasukkan variabel mekanisme good corporate governance, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional secara empiris terbukti berpengaruh terhadap perilaku manajemen laba. Gabrielsen et al. (1999) membuktikan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba dengan menggunakan data pasar modal.
Sedangkan menurut teori keagenan (agencytheory), masalah-masalah tersebut dapat dikurangi salah satunya melalui monitoring dalam bentuk kepemilikan manajerial (Jensen dan Meckling, 1976, Warfield et al., 1995), kepemilikan institusional (Rajgofal et al., 1999) dan dewan komisaris (Peasnell et al., 1998, 2000, Chtourou et al., 2001). 2. Tujuan penelitian Mengacu studi Dalton, et al., (1999), Warfield et al., (1995) dan Gabrielsen et al., (1999), penelitian ini memasukan variabel mekanisme good corporate governance, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional pada perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Hal ini karena perusahaanperusahaan di Indonesia memiliki struktur kepemilikan yang umumnya merefleksikan seting institusional seperti kebanyakan perusahaan yang berada di negara-negara selain Amerika dan Inggris, yang lazimnya kepemilikan
178
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
sahamnya terkonsentrasi ditangan satu atau beberapa investor besar (large investor) yang biasanya adalah investor institusional (Schleifer dan Vishny, 1997). Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris: a. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. b. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. 3.
Kontribusi penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan masukan terhadap salah satu telaah dalam bidang riset keuangan, yaitu corporate governance, dan manajemen laba (earnings management). Bagi para pelaku bisnis pasar modal akan menilai dan menganalisis informasi yang terkandung dalam laporan keuangan untuk mengetahui dan prospek masa depan perusahaan sehingga menemukan suatu keputusan investasi yang diharapkan memberi keuntungan. Dengan memberikan bukti bahwa struktur corporate governance merupakan salah satu faktor penting yang menjelaskan variasi dalam aktivitas manajemen laba. Jika dalam perusahaan terjadi konflik keagenan antara manajer, pemilik dan pemegang saham, maka keuntungan yang diharapkan oleh investor tidak akan terjadi. Selain itu investor dapat mempertimbangkan penggunaan informasi akuntansi yang dilaporkan oleh perusahaan. Sementara bagi perusahaan, khususnya manajer dan pemilik atau pemegang saham, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dalam meminimumkan biaya keagenan. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1. Teori keagenan (Agency Theory) Masalah keagenan (agency problem) sebenarnya muncul ketika
Desember 2013
principal kesulitan untuk memastikan bahwa agen bertindak untuk memaksimunkan kesejahteraan principal. Terdapat beberapa pihak yang mendefinisikan pengertian earnings management ini. Wolk et al. (2001) mengemukakan bahwa earnings management adalah suatu investasi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Menurut teori keagenan salah satu monitoring cost, bonding cost yang secara luas digunakan dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah melalui mekanisme pelaporan keuangan. Dalam akuntansi dikenal adanya dasar akrual (accrual basis) yang mewajibkan perusahaan untuk mengakui pendapatan (biaya) yang sudah menjadi hak (kewajiban) dalam periode sekarang, meskipun transaksi kasnya baru terjadi dalam periode berikutnya. Oleh karena itu angka-angka dalam laporan keuangan mengandung komponen akrual, baik yang berada dibawah kebijakan manajemen (discretionary) maupun yang tidak (non discretionary) (Sugiri, 1998). 2. Hipotesis a. Hubungan antara Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Warfield, Wild dan Wild (1995) melakukan pengujian hubungan kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi laba dan discretionary accrual dengan menggunakan data pasar modal di Amerika. Mereka menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan manajemen laba. Warfield et al., (1995) menghipotesiskan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi mengurangi dorongan perilaku oportunistik manajer sehingga mengurangi manajemen laba. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi
Desember 2013
179
Joko Purwanto Nugroho
masalah keagenan dan moral hazard dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham, pada kondisi struktur kepemilikan perusahaan Amerika. Berdasarkan hasil beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial akan semakin mengurangi perilaku manajemen laba, sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut: H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba (discretionary accrual) b. Hubungan antara kepemilikan institusional terhadap manajemen laba Dalam hubungannya dengan fungsi monitoring, investor intitusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen secara lebih baik dibandingkan investor secara individual. Tetapi dalam hubungan dengan indikasi tindakan manajemen laba, ada dua pendapat yang bertentangan. Pendapat pertama yang didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transient owerns) yang biasa menekankan atau terfokus pada laba sekarang (current earning). Akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan laba jangka pendek. Pendapat kedua, memandang investor intitusional sebagai investor yang sophisticated yang memperoleh keuntungan dalam mendapatkan dan memproses informasi. (Lev, 1988). Mereka akan melakukan fungsi monitoring dan tidak akan mudah diperdaya atau percaya dengan tindakan manipulasi oleh manajer seperti tindakan manajemen laba. Adanya pandangan pertama menyarankan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan intitusional dan manajemen laba. Tetapi argumen kedua yang mengangap investor intitusional adalah investor sophisticated
menyarankan adanya hubungan negatif antara manajemen laba dengan kepemilikan intitusional. Karena itu arah hubungan antara kepemilikan intitusional dan manajemen laba tidak dapat ditentukan dengan mudah. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis kedua selanjutnya yang dapat dirumuskan sebagai berikut: H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba (discretionary accrual) Kepemilikan Manajerial
Manajemen Laba
Kepemilikan Institusional Gambar.1 Model Penelitian
METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang diambil dengan dasar kriteria tertentu (purposive random sampling). Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: a. Perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum tahun 1999 agar tersedia data untuk menghitung akrual. b. Menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan penelitian, yaitu dari tahun 1999 s.d 2005. c. Memiliki data mengenai kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, karena kedua variabel ini merupakan variabel utama dalam penelitian. d. Bukan merupakan perusahaan dalam kelompok industri perbankkan dan asuransi. Pembatasan ini dilakukan karena perusahaan-perusahaan ini memiliki regulasi tersendiri yang akan mempengaruhi pelaporan keuangannya.
180
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Hal ini tentu akan mempersulit dalam mengumpulkan data yang diperlukan, terutama dalam hal perhitungan akrualnya. Untuk mengimbangi jumlah sampel penelitian terdahulu yang direplikasi (Warfield et al., 1995) maka pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menjumlahkan perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian selama periode pengamatan, yaitu dari tahun 1999 sampai 2005, yang disebut juga dengan metode penggabungan data (poling data). 2. Jenis Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) publikasi dari Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), direktori Pasar Modal Indonesia, dan Publikasi BEI yang meliputi: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan data laporan keuangan untuk menghitung discretionary accrual dan non discretionary accrual, leverage, size perusahaan. 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Independen Variabel corporate governance memiliki kemungkinan untuk secara endogen ditentukan oleh beberapa faktor. Dengan mengakui sifat endogenitas dari variabel corporate governance, dari hasil penelitian dapat digunakan untuk menginterprestasikan sebagai suatu hubungan yang parsial. Di bawah ini merupakan berbagai variabel yang secara teori menentukan penerapan corporate governance di perusahaan. 1) Kepemilikan manajerial (MGROWN) sebagai proksi adanya perbedaan kepentingan manajer dan pemegang saham (untuk kontrol kepemilikan).
Desember 2013
Semakin besar kepemilikan manajer pada perusahaan, maka semakin rendah kencenderungan melakukan aktivitas manajemen laba karena adanya keselarasan tujuan manajer dengan tujuan pemegang saham. 2) Kepemilikan institusional (INSOWN) merupakan persentase saham dimiliki oleh investor institusional. Semakin besar kepemilikan institusional pada perusahaan, maka semakin rendah kecenderungan manajer melakukan aktivitas manajemen laba karena adanya fungsi pengawasan yang lebih baik dari investor yang sophisticated. 3) Ukuran perusahaan (size) mencerminkan besarnya perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan asset perusahaan dengan menggunakan logaritma natural. 4) Leverage (LEV) menunjukkan ratio dari kewajiban dengan total asset perusahaan. Semakin tinggi proporsi leverage perusahaan cenderung semakin tinggi kemungkinan terjadinya manajemen laba. b. Variabel dependen Dalam penelitian ini manajemen laba (earnings management) diproksi dengan discretionary accrual. Ada beberapa model yang digunakan dalam mendeteksi earnings management berdasar akrual ini yaitu: The Healy Model, The De Angelo Model, The Jones Model, The Modified Jones Model dan The Industry Model (Dechow et. al., 1995). Model yang dipilih dalam penelitian ini adalah The Modified Jones Model. Alasan pemilihan model Jones yang dimodifikasi karena model ini dianggap sebagai model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan model lain, serta memberikan hasil yang paling kuat. Langkah-langkah dalam menghitung discretionary accrual adalah sebagai berikut:
Desember 2013
Joko Purwanto Nugroho
181
1) Langkah pertama adalah menghitung nilai dari total accrual yang dihitung seperti rumus berikut:
NDCAit/Ait -1 = αi (1/Ait -1) +β2 (∆REVit– ∆RECit)/Ait-1)+ β3(PPEit /Ait-1) + єit.....(3)
TA = Net Income – Cash Flow From Operation ........................ (1)
4) Selanjutnya dapat dihitung nilai discretionary accruals sebagai berikut:
Keterangan: TA = Total Accrual NI it = Laba bersih (net Income) perusahaan i pada tahun t CFOit = Kas dari operasi (cash flow from operation) perusahaan i pada tahun t
2) Langkah berikutnya membuat persamaan regresi OLS. Tujuan dari regresi tersebut adalah untuk menentukan nilai dari koefisien α1, α2, α3 setiap perusahaan dalam masing masing tahun dengan persamaan regresi sebagai berikut: TACCit/Ait-1) = αi (1/Ait-1) +β2 (∆REVit/ Ait-1) + β3(PPEit/Ait -1) + єit ........... (2) Keterangan: TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t dibagi dengan total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1 ∆REVit = Perubahan Pendapatan perusahaan i pada tahun t dibagi dengan total asset perusahaan pada akhir tahun t-1 PPEit = Aktiva Tetap/Gedung dan perlengkapan (property, plantandequitment) untuk perusahaan i pada tahun t dibagi dengan total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1 Ait = Total aktiva perusahaan i tahun t-1 Єit = Error term perusahaan i tahun t α1, α2 α3 = Koefisien Regresi
3) Setelah diketahui nilai dari koefisien α1, α2, α3 dari masing-masing perusahaan dalam setiap tahunnya, selanjutnya nilai koefisien tersebut digunakan untuk menentukan nilai non-discretionary accruals, dengan menggunakan rumus berikut:
DTCAit = TACCit/Ait-1 – NDCAit ... (4) Keterangan: DTCA it = Discretionary accruals pada periode t NDCA it = Non-discretionary accruals
Tanpa manajemen laba, maka total akrual perusahaan i pada tahun t, TAit akan dapat dijelaskan oleh perubahan kondisi perusahaan atau dengan kata lain, tanpa manajemen laba, DAit = NDAit atau tanpa manajemen laba, maka besarnya DAit= nol. Jadi, nilai discretionary accrual DAit mengindikasikan tingkat akrual hasil manajemen laba. Rekayasa menaikkan laba diindikasikan dengan nilai DAit yang positif. Rekayasa menurunkan laba diindikasikan dengan nilai DAit yang negatif. Setelah melakukan regresi maka akan diperoleh koefisien dari masing-masing variabel bebas (independent). Seperti diketahui bahwa regresi yang dilakukan di atas adalah peregresian sampel, maka yang menjadi permasalahan adalah sejauh mana ketetapan peregresian sampel tersebut sebagai penduga regresi populasi. Oleh karenanya diperlukan pengujian terhadap asumsi klasik dan pengujian secara statistis, dengan tujuan mengukur kesignifikasian dari koefisian dan koefisian regresi dengan uji asumsi meliputi uji multikolinier, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi, sedangkan statitik tes meliputi uji F, uji R2 dan uji t.
182
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
4. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji normalitas Uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. (Gujarati, 1995). Dalam penelitian ini digunakan model Kolmogorov Smirnov. b. Uji multikolinearitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi berupa hubungan linier yang sempurna (perfect) atau pasti (exact) diantara variabel independen yang digunakan dalam analisis regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, Gujarati (1995) menjelaskan rule of thumb untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, antara lain: (1) R2 tinggi dari 0,8 tetapi t statisitik rendah, (2) korelasi diantara variabel independen tinggi, yaitu melebihi 0,8 dan (3) R2 tinggi tetapi r (hubungan partial variabel independen dengan variabel dependen rendah. Sementara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas yang tinggi dapat juga melihat nilai VIF dan nilai tolerance. Gujarati (1995) mengatakan bahwa jika nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF yang tidak lebih dari 10 maka hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi tidak mengandung multikolinearitas. c. Uji autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui terdapatnya gejala autokorelasi antara variabel-variabel independen yang berasal dari data time series. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelelitian ini adalah uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson memiliki tiga kriteria hasil yaitu: (1) bila nilai berada di bawah nilai batas bawah (dl) berarti terdapat autokorelasi. (2) jika nilai berada diantara batas bawah (dl) dan nilai batas atas
Desember 2013
(du) berarti tidak teridentifikasi. (3) bila nilai berada di atas nilai batas atas (du) tetapi dibawah nilai 4-du berarti tidak terdapat autokorelasi (Gujarati, 1995). Konsekuensi adanya auto korelasi adalah selang keyakinan menjadi lebar serta varian dan kesalahan standar ditaksir terlalu rendah. d. Uji heterokedastisitas Terakhir adalah mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas yang dilakukan dengan uji Park. Uji ini dilakukan dengan meregreskan logaritma kuadrat residual dengan variabel independenya. Jika dalam hasil regresi tersebut koefisien parameter beta signifikan secara statistik, maka menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas begitu pula sebaliknya jika ouput koefisien parameter untuk variabel bebas tidak ada yang signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heterokedastisitas. 5. Model Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara garis besar ada tiga model persamaan yang akan digunakan. Uji regresi digunakan untuk melihat hubungan antara variabel discretionary accruals yang merupakan proxy dari earnings management dengan mekanisme corporate governance. Uji regresi dilakukan sekaligus untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. DTACit = α0 + α1 MGRit + α2 INSTit+α 3 LEVit + α4 Sizeit + εit ................. (5) Keterangan: DTACit = Nilai descretionary accruals yang dihitung menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi dari perusahaan i pada tahun t. MGRit = Kepemilikan Managerial pada perusahaan i pada tahun t
Desember 2013
Joko Purwanto Nugroho
183
INSTit = Kepemilikan institusional pada perusahaan i pada tahun t LEVit = Leverage perusahaan i pada tahun t Sizeit = Ukuran perusahaan i pada tahun t єit = Error term perusahaan i tahun t
pengamatan penelitian dan memiliki data mengenai kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional karena kedua variabel ini merupakan variabel utama dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari populasi diperoleh 53 perusahaan selama kurun waktu pengamatan dari 1999–2005, dan diperoleh sebanyak 371 data. Empat buah sampel dihilangkan dari analisis karena nilai ROA outlier yaitu Ades Waters Indonesia (ADES) pada tahun 2004, Prasidha Aneka Niaga (PSDN) tahun 2003, Sorini Coorp. tahun 2001 dan Texmaco Jaya (TEJA) tahun 2000 sehingga jumlah sampel menjadi 367 buah.
1. Deskripsi Data Penelitian ini mensyaratkan beberapa kriteria dalam pemilihan sampelnya. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang terdaftar di BEI sebelum tahun 2000 sehingga tersedia data untuk menghitung akrual. Selain itu juga menerbitkan laporan keuangan selama periode
Data sampel disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Perusahaan No
Nama Perusahaan
KODE
No
Nama Perusahaan
1
Ades Waters Indonesia
ADES
28
GT Kabel Indonesia
KODE KBLI
2
GT Petrochem Industries
ADMG
29
Kalbe Farma
KLBF
3
Argha Karya Prima Industry
AKPI
30
Lion Metal Works
LION
4
Asahimas Flat Glass
AMFG
31
Langgeng Makmur Industri
LMPI
5
Aqua Golden Mississippi
AQUA
32
Lionmesh Prima
LMSH
6
Argo Pantes
ARGO
33
Merck
MERK
7
Sepatu Bata
BATA
34
Multi Bintang Indonesia
MLBI
8
Berlina
BRNA
35
Mustika Ratu
MRAT
9
Budi Acid Jaya
BUDI
36
APAC Citra Centertex
MYTX
10
Cahaya Kalbar
CEKA
37
Nipress
NIPS
11
Davomas Abadi
DAVO
38
Polysindo Eka Perkasa
POLY
12
Delta Djakarta
DLTA
39
Prima Alloy Steel
PRAS
13
Duta Pertiwi Nusantara
DPNS
40
Prasidha Aneka Niaga
PSDN
14
Darya-Varia Laboratoria
DVLA
41
Roda Vivatec
RDTX
15
Dynaplast
DYNA
42
Surabaya Agung Industry Pulp
SAIP
16
Ekadharma Tape Industries
EKAD
43
Schering Plough Indonesia
SCPI
17
Eratex Djaja
ERTX
44
Sari Husada
SHDA
18
Goodyear Indonesia
GDYR
45
Sierad Produce
SIPD
19
Gajah Tunggal
GJTL
46
Semen Gresik
SMGR
20
Panasia Indosyntec
HDTX
47
Sorini Corporation
SOBI
21
HM Sampoerna
HMSP
48
Suparma
SPMA
22
Kageo Igar Jaya
IGAR
49
Sarasa Nugraha
SRSN
23
Intanwijaya International
INCI
50
Tembaga Mulia Semanan
TBMS
24
Indofood Sukses Makmur
INDF
51
Texmaco Jaya
TEJA
25
Indospring
INDS
52
Unilever Indonesia
UNVR
26
Indocement Tunggal Prakarsa
INTP
53
Voksel Electric
VOKS
27
PT Jembo Cable Company
JECC
Sumber: Data Diolah
184
Tabel 1 menyajikan statistik deskriptif akrual diskresioner, kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, leverage dan size dari sampel penelitian. Tabel 1. menunjukkan bahwa nilai rata-rata ROA adalah sebesar 0,036 nilai discretionary accrual -0,097 nilai kepemilikan manajerial 2,111 institusional 68,524 leverage 0,696 dan size 27,209. Tabel 2. Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean Std, Deviation Discret akrual Managerial Institusional Leverage Size
Desember 2013
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
-1,53 0,00 0,00 0,04 23,61
0,65 39,87 99,67 5,11 32,39
-0,097 2,111 68,524 0,696 27,209
0,172 6,44 20,43 0,54 1,45
Sumber: Data Diolah
2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Bila nilai asymp. sig diatas 0,05 menunjukkan bahwa nilai residual berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test untuk pool data regresi menunjukkan bahwa residual berdistribusi tidak normal karena nilai asymp. sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Selanjutnya agar data menjadi normal, maka data yang terindikasi tidak normal ditransformasi dan dilakukan lag dan hasilnya diregres kembali, sehingga dihasilkan nilai sig diatas 0,05. b. Uji Multikolinearitas Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Hasil perhitungan pada Tabel 3. menunjukkan bahwa tidak ada satupun nilai tolerance yang kurang dari 10%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Regresi
Tolerance
VIF
Managerial
0,734
1,363
Institusional
0,826
1,211
Leverage
0,941
1,063
Size
0,819
1,222
Sumber: Data Diolah
c. Uji Autokorelasi Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji DurbinWatson (DW test). Jika nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4 – du) maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. Tabel 4.Hasil Uji Autokorelasi
Regresi
DW
dL
dU
Regresi
1,693
1,728
1,810
Tabel 4. menunjukkan bahwa dari ketiga regresi menunjukkan adanya indikasi autokorelasi. Hal ini tidak bisa dihindari karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai hubungan yang erat antar tahun. Untuk mengatasi adanya autokorelasi dilakukan dengan cara, mentranformasikan dan dilakukan Lag dari data variabel yang diindikasikan terkena autokorelasi, kemudian hasilnya diregres kembali. d. Uji Heterokedastisitas Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heterokedastisitas. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya Heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi Heterokedastisitas. Dengan kata lain model bebas dari masalah heterokedastisitas apabila dalam model persamaan empiris bila semua variabel
Desember 2013
independen nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel leverage baik pada regresi pertama, kedua dan ketiga signifikan berpengaruh terhadap absolute residual. Selain itu variabel size juga berpengaruh secara signifikan terhadap absolute residualnya. Hal ini mengindikasikan adanya heterokedastisitas dalam model ini. Tabel 5. Hasil Uji Heterokedastisitas Regresi
185
Joko Purwanto Nugroho
Unstandardized Coefficients
t
Sig
B
Std, Error
(Constant)
0,300
0,142
2,119
0,035
Managerial
0,000
0,001
0,213
0,832
Institusional
0,000
0,000
0,860
0,390
Leverage
0,037
0,012
3,029
0,003
Size
-0,009
0,005
-1,832
0,068
Sumber: Data Diolah
Untuk mengatasi adanya heterokedastisitas ini, maka dari persamaan asli dibagi dengan variabel kontrol yang diindikasikan ada heterokedastisitas, kemudian dilakukan regres kembali. 3. Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H1&2: Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual Pengujian ini dilakukan dengan melakukan regresi antara variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sebagai variabel independen dengan discretionary accrual sebagai variabel dependen. Selain itu sama seperti pada regresi pertama variabel size dan leverage juga dimasukkan sebagai variabel kontrol. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Regresi Kedua Regresi kedua
Unstandardized Coefficients
t
Sig
B
Std, Error
(Constant)
-0,517
0,182
-2,841 0,005
Managerial
-0,003
0,002
-1,852 0,065
Institusional
0,000
0,000
0,046
Leverage
-0,106
0,016
-6,696 0,000
Size
0,018
0,006
2,844
0,964
0,005
Variable dependen : discretionary accrual
Tabel 6 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap discretionary accrual. Hal ini ditunjukkan dari nilai beta yang bernilai negatif (-) dan nilai signifikansinya yang di atas 0,05 (0,065). Tetapi bila tingkat kepercayaan yang dipergunakan adalah 10%, variabel manajerial terbukti signifikan berpengaruh negatif terhadap discretionary accrual. Sedangkan untuk kepemilikan institusional juga tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,964 (diatas 0,05). Justru pada variabel control berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual. Nilai R2 pada regresi ini adalah 0,134, artinya 13,4% variabel discretionary accrual diterangkan oleh variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, size dan leverage. Sedangkan sisanya sebesar 86,6% diterangkan di luar keempat variabel tadi. 4. Pembahasan Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba tidak terbukti. Untuk kepemilikan manajerial hipotesis ini diterima bila tingkat kepercayaan yang dipergunakan adalah 10%. Kepemilikan manajerial yang tinggi mengurangi dorongan perilaku oportunistik manajer sehingga mengurangi manajemen laba.
186
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal (misalnya investor) dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak perlu memanipulasi laba untuk kepentingannya sendiri. Hasil penelitian Warfield, Wild dan Wild (1995) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan manajemen laba. Kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dan moral hazard dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial akan semakin mengurangi perilaku manajemen laba. Justru pada variabel kontrol (size dan leverage) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian ini mengindikasikan bahwa pada perusahaan besar cenderung melakukan manajemen laba melalui discretionary accrual. Demikian juga dengan Leverage (LEV) menunjukkan ratio dari kewajiban dengan total asset perusahaan. Semakin tinggi proporsi leverage perusahaan cenderung semakin tinggi kemungkinan terjadinya manajemen laba. KESIMPULAN DAN TASAN PENELITIAN
KETERBA-
1. Kesimpulan Penelitian ini menguji manajemen laba dengan teori keagenan. Hipotesis yang diajukan adalah kepemilikan manajerial dan institusional dengan manajemen laba melalui discretionary accrual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 53 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik di BEI. Perioda pengamatan untuk pemilihan sampel
Desember 2013
adalah tahun 1999-2005. Kepemilikan institusi dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba melalui discretionary accrual. 2. Keterbatasan Penelitian dan Peluang Penelitian Selanjutnya Beberapa keterbatasan dan peluang penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dalam penelitian ini, digunakan model modified-Jones (Dechow et al., 1995) untuk menghitung akrual diskresioner sebagai proksi manajemen laba. Model tersebut merupakan model yang secara empiris terbukti terbaik (Dechow et al.,1995) tetapi terdapat tingkat persyaratan yang banyak untuk melakukan perhitungan akrual diskresionernya yaitu diperlukan perioda estimasi longitudinal/time series. Pembatasan tahun minimal time series adalah 6 tahun untuk mencapai degree of freedom perhitungan statistik Z. Oleh karena keterbatasan data, penelitian ini hanya menggunakan 5 tahun perioda estimasi yaitu mulai t-2 sampai t-6 dan tahun 1997 dan 1998 ketika terjadi krisis tidak bisa dihindarkan masuk dalam perioda estimasi. Padahal perioda estimasi adalah periode yang dihipotesiskan tidak ada manajemen laba sistematis. Kemungkinan besar, hal ini akan mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat menguji kembali dengan mengeluarkan tahun krisis serta memperpanjang perioda time series dalam perioda estimasi. Hal ini akan mempengaruhi nilai estimasi akrual non diskresioner per perusahaan yang digunakan untuk menghitung akrual diskresioner per perusahaan sebagai proksi manajemen laba.
Desember 2013
Joko Purwanto Nugroho
b. Adanya bias karena model ini mengindikasikan adanya distribusi yang tidak normal nilai residualnya bila menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Untuk penelitian mendatang sebaiknya jumlah sampel diperbesar untuk menghindari distribusi yang tidak normal. c. Model ini mengindikasikan adanya autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai Durbin Watson yang berada di bawah du. Hal ini tidak bisa dihindari karena adanya korelasi yang tinggi antar periode pengamatan dari variabel-variabel penelitian. d. Model ini juga mengindikasikan adanya heterokedastisitas terutama untuk variabel kontrol. Untuk penelitian selanjutnya proksi untuk variabel leverage dan size sebaiknya berbeda dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Agrawal , A., Knoeber, C., 1996. Firm Performance and Mechanisme to Control Agency Problem Between Manajers and Stockholders. Journal of Finacial and Quantitative Analysis, 31, 337-396. Bernard,.V, 1987. Cross-Sectional Dependence and Problems in Inference in Market-Based. Accounting Research. Journal of Accounting Research, 1-48. Bushee, B., 1998. Institutional Investors, Long Term Invesment, and E arnings Manageme nt. Accounting Review, 305-333. Charitou,
Andreas dan Neophitos Lambertides, 2003. Earnings Management Prior to Bankruptey. Working Paper.
187
Dechow, P., 1995. Accounting Earnings and Cash Flows as a Measures of Firm Performance: the Role of Accounting Accruels. Journal of Accounting and Economic, 18, 3-42. Gabrielsen, G., J.D. Gramlich, dan T. Plenborg, 1999. Managerial Ownership, Information Content of Earnings, and Discretionary Accruelsin A Non-Us Setting. Working Paper. Jensen, Michael C and William H. Meckling, 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics V, 3(4). Jones, J 1991, Earnings Management During Import Relieff Investigations, Journal of Accounting Research, 29. Peasnell, K.V., PF. Pope, dan S. Young, 1998. Outside Directors, Board Effectiveness, and Earning Management. Working Paper. Rajgofal S., M. Venkatachalam, dan J. Jiambalvo, 1999. Is Institutional Ownership Associated with Earnings Management and the Extent to Which Stock Price Reflect Future Earnings? Working Paper University of Washington Seattle. Shleifer, A. dan R. Vishny. 1977. A. Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, 52, 73783. Sugiri, Sugiri. 1998. Earnings Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris. Telaah:1-5.
188 Wahlen,
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
J., 1994. The Nature of Information in Commercial Bank Loan Loss Disclosures. Accounting Review, 445-478.
Warfield, T.J. Wild., dan K. Wild. 1995. Managerial Ownership, Accounting Choices, and Informativeness of Earnings. Journal of Accounting and Economics, 20, 61-91.
Desember 2013