PENGARUH KONSELING METODE IVA TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP Rachel Dwi Wilujeng* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email :
[email protected] ABSTRAK Pendahulaun: Salah satu bentuk penyakit ganas yang menyerang sistem reproduksi wanita adalah kanker serviks. Tingginya kasus ini disebabkan karena ketidaktahuan wanita akan ancaman kanker serviks, terbatasnya akses screening sehingga mayoritas penderita yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakit sudah dalam stadium lanjut. Konseling merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang pada hakikatnya adalah kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada individu atau masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konseling tentang metode IVA terhadap perubahan pengetahuan dan sikap wanita mengikuti pemeriksaan metode IVA di BPS TMM Djamini D. Surabaya. Metode: Desain Penelitian Ini Adalah experimental design dengan jenis randomized pretest-posttest control group design. Dengan populasi adalah wanita yang berkunjung di BPS TMM Djamini berusia 30-50 tahun, sebagai aseptor KB, sebanyak 100 orang. Teknik samling yang digunakan adalah simple random sampling dan memenuhi kriteria inklusi sehingga didapatkan sampel sebanyak 80 wanita. Sample ini akan dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah Konseling tentang pemeriksaan IVA dan pengetahuan serta sikap wanita dalam mengikuti pemeriksaan IVA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dan wawancara. Hasil: Hasil penelitian didapatkan nilai ρ = 0,000 < α = 0,05 atau terdapat pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap wanita tentang deteksi dini kanker servik metode IVA serta ada perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Diskusi: Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui konseling, dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap wanita tentang deteksi dini kanker servik metode IVA. Diharapkan peningkatan pengetahuan dan sikap yang positif menjadikan wanita secara sadar mau melakukan pemeriksaan ini karena bila ditemukan adanya kelainan sjak dini dapat segera dilakukan pengobatan. Metode konseling dapat dijadikan sebagai satu alternatif promosi kesehatan untuk mengadakan perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Kata Kunci : Konseling, Pengetahuan, Sikap, IVA PENDAHULUAN Kesehatan wanita merupakan salah satu sasaran dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan wanita adalah pelayanan kesehatan reproduksi. Pergeseran norma dan pola hidup mengakibatakan pergeseran prilaku lapisan masyarakat, termasuk didalamnya adalah wanita. Perubahan terhadap perilaku seks, kebiasaan konsumsi makanan , pemeliharaan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan memiliki konstribusi terhadap munculnya berbagai penyakit degeneratif maupun infeksi. Salah satu bentuk penyakit ganas yang menyerang sistem reproduksi wanita adalah kanker serviks. Jenis kanker ini merupakan yang paling banyak ditemukan pada wanita dan dapat menyebabkan kematian. Didunia setiap 2 menit wanita dapat meninggal akibat
kanker serviks, di Indonesia setiap 1 jam dan kanker ini pula yang menjadi penyebab kematian nomor 1 di Indonesia (Globocan, 2004). Melihat tingginya angka penderita, maka tidak mengherankan bila penyakit ini merupakan momok yang menakutkan bagi perempuan. Tingginya kasus ini disebabkan karena ketidaktahuan wanita akan ancaman kanker serviks, terbatasnya akses screening sehingga mayoritas penderita yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakit sudah dalam stadium lanjut (Nusdaldy, 2007). Padahal keterlambatan pemeriksaan bisa berpengaruh pada harapan hidup, selain itu biaya pengobatan juga lebih besar. Perempuan yang terkena kanker serviks tentu kualitas hidupnya akan menurun, padahal kemungkinan besar mereka masih memiliki 78
tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap keluarga dan masyarakat. Data WHO menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUA Dr. Soetomo, 2009, menunjukkan bahwa pada kasus kanker serviks terdapat 500.000 kasus baru pertahun di dunia, 80% terjadi dinegara berkembang, minimal 200.000 kematian pertahun dan menempati urutan ke 3 kanker utama di dunia. Sedangkan di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama dengan prosentase 40% dari seluruh jenis kanker di Indonesia dan hampir 90% datang pada stadium lanjut (II B). Keadaan ini menggambarkan bahwa masalah kanker serviks perlu mendapatkan perhatian agar jumlah kasus dapat ditekan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan deteksi dini kanker secara rutin, minimal 1x pertahun, karena bila ditemukan pada stadium dini dapat segera diobati. Kanker serviks dapat dideteksi melalui berbagai cara seperti papsmear, kolposkopi, histopatologi dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Berdasarkan evidence base medicine menunjukan bahwa IVA merupakan cara yang handal untuk mendeteksi adanya dysplasia dengan sensitivitas dan spesifivitas tidak berbeda dengan pap smear. Pemeriksaan IVA adalah melihat mulut rahim dengan mengoleskan asam asetat 3-5%, dapat mendeteksi mulut rahim yang abnormal tampak berwarna putih (acetowhite) yang mencerminkan keadaan prakanker atau kanker. Pemeriksaan ini dianggap lebih mudah, sederhana, dapat dikerjakan oleh dokter, bidan puskesmas atau praktek swasta. Pemeriksaan ini dianggap murah dibandingkan dengan papsmear yang harganya lebih mahal oleh karena butuh tenaga patologi yang jumlahnya masih terbatas di Indonesia. Namun kenyataannya masih banyak wanita tidak tahu atau tahu tapi tidak peduli tentang pentingnya pemeriksaan ini (Nasdaldy, 2007). BPS Djamini merupakan salah satu bidan praktek di Surabaya. Salah satu pelayanan yang diberikan adalah program Keluarga Berencana. Jumlah kunjungan akseptor KB pada wanita usia 30-50 tahun dalam satu bulan rata-rata 100 orang. Studi pendahuluan menunjukkan bahwa selama ini belum pernah melakukan konseling kesehatan tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks menggunakan metode IVA, padahal hal ini perlu dilakukan sebagai usaha untuk menekan
kejadian kanker servik yang semakin meningkat. Mengingat bahwa kanker servik umumnya tidak menunjukkan gejala, gejala baru timbul pada stadium lanjut yaitu perdarahan pasca senggama dan keputihan yang tidak khas, maka perlu deteksi dini secara rutin meskipun wanita tidak memiliki keluhan. Akan tetapi, masih banyak wanita yang enggan memeriksakan diri untuk dilakukan pemeriksaan dini kanker serviks. Untuk itu perlu suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan wanita tentang bahaya kanker servik dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan diri secara teratur. Konseling merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang pada hakikatnya adalah kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada individu atau masyarakat. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan seseorang dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berbengaruh terhadap perubahan sikap dan perilakunya (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Dengan kata lain, adanya konseling diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran dalam hal ini adalah wanita sudah menikah, berusia 30-50 tahun yang merupakan kelompok resiko tinggi terkena kanker serviks. Sudah saatnya digalakkan pengetahuan dan pendidikan tentang deteksi dini kanker serviks, sudah saatnya pula para wanita mengetahui apa yang terjadi dalam tubuh mereka terutama ketika mengalami masalah pada alat reproduksi. Pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif akan membantu mereka memahami kesehatan reproduksi dan dapat mengambil tindakan untuk mengatasinya bila ada masalah. Sehingga setiap wanita dapat menjalani harihari dengan kualitas hidup yang baik, dapat berbuat banyak untuk keluarga dan masyarakat. Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin melihat pengaruh konseling tentang metode IVA terhadap perubahan pengetahuan dan sikap wanita mengikuti pemeriksaan metode IVA di BPS TMM Djamini D. Surabaya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian experimental design dengan jenis randomized pretest-posttest 79
control group design, dilakukan pengambilan data pada bulan April – Mei 2014. Populasinya wanita yang berkunjung di BPS TMM Djamini berusia 30-50 tahun, sebagai akseptor KB, sebanyak 100 orang. Menggunakan Non Probability Sampling (Accidental sampling) sehingga besar sampel menjadi sebanyak 80 orang adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner dan wawancara. Variabel dalam penelitian ini adalah Konseling tentang pemeriksaan metode IVA serta pengethuan dan sikap wanita mengikuti pemeriksaan metode IVA. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan paritas pada wanita berusia 30-50 tahun yang berkunjung di BPS TMM Djamini D. Surabaya sebagai akseptor KB pada bulan April - Mei 2014. Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan usia pada kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D. Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Usia (Tahun) 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 55 Jumlah
Frekuensi 9 12 8 10 1 40
% 22,5 30 20 25 2,5 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan April - Mei 2014, sebagian besar (30%) berusia 35 – 39. Tabel .2 Distribusi responden berdasarkan usia pada kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D. Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Usia (Tahun) 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 55 Jumlah
Frekuensi 8 17 6 9 0 40
% 20 42,5 15 22,5 0 100
April - Mei 2014, sebagian besar (42,5%) berusia 35 – 39. Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2. 3. 4.
SD SLTP SLTA Akademi / PT Jumlah
Frekuensi
%
3 11 7 9 40
7,5 27,5 42,5 22,5 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan April - Mei 2014, sebagian besar (42,5%) mempunyai tingkat pendidikan SLTA. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2. 3. 4.
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi / PT Jumlah
Frekuensi
%
11 9 18 2 40
27,5 22,5 45 5 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel .4 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan April - Mei 2014, sebagian besar (45%) mempunyai tingkat pendidikan SLTA. Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan paritas pada kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2.
3.
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan
Tingkat Pendidikan
4.
Tingkat Pendidikan Nullipara (belum mempunyai anak) Primipara (mempunyai anak 1) Multipara (mempunyai anak 2–4) Grandemultipara (mempunyai anak >5) Jumlah
Frekuensi
%
0
0
8
20
32
80
0
0
40
100
80
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan April - Mei 2014, sebagian besar (80%) sebagai multipara (mempunyai anak 2–4). Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan paritas pada kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2.
3.
4.
Tingkat Pendidikan Nullipara (belum mempunyai anak) Primipara (mempunyai anak 1) Multipara (mempunyai anak 2–4) Grandemultipara (mempunyai anak >5) Jumlah
Frekuensi
%
1
2,5
11
27,5
26
65
2
5
40
100
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan April - Mei 2014, sebagian besar (65%) sebagai multipara (mempunyai anak 2–4) Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan pada kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014)
2. 3.
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Wiraswasta / Swasta Jumlah
Frekuensi 25
% 62,5
1 14
2,5 35
40
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan April - Mei 2014, sebagian besar (62,5%) sebagai.ibu rumah tangga. Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan pada kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2. 3.
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Wiraswasta /
40
100
Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa responden sebagai kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya pada bulan April - Mei 2014, sebagian besar (67,5%) sebagai.ibu rumah tangga. Tabel 9 Distribusi tingkat pengetahuan wanita sebelum dan sesudah konseling pada kelompok perlakuan di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) Sebelum Freku % ensi
Sesudah Freku % ensi
N o .
Tingkat Pengeta huan
1
Baik
10
25
37
2 3
Cukup Kurang Jumlah
20 10 40
50 25 10 0
3 0 40
92, 5 7,5 0 10 0
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer
No. 1.
Swasta Jumlah Sumber : Data Primer
Frekuensi 27
% 67,5
0 13
0 32,5
Berdasarkan tabel .9 diatas dapat diketahui bahwa sebelum diberikan konseling sebagian (50%) responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, 25% memiliki tingkat pengetahuan baik dan 25% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Sedangkan sesudah diberikan konseling, hampir seluruh responden (92,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebagian kecil (7,5%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Tabel 10 Distribusi tingkat pengetahuan wanita pada kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) No
Tingkat Pengeta huan
Perlakuan Frekuens % i
Kontrol Frekue % nsi
1.
Baik
37
92,5
7
17,5
2. 3.
Cukup Kurang Jumlah
3 0 40
7,5 0 100
13 20 40
32,,5 30 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden sebagai kelompok kontrol, pada saat pre test didapatkan sebagian (50%) memiliki tingkat pengetahuan kurang, 32,5% memiliki tingkat pengetahuan cukup dan sebagian kecil (17,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Setelah dilakukan post test memiliki hasil yang sama seperti saat pre test. Dari hasil uji 81
statistik Wilcoxon didapatkan nilai ρ= 1,000 > α = 0,05 maka H0 diterima atau pada kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan antara tingkat pengetahuan wanita pada saat pre test dan pada saat post test. Tabel 11 Perbandingan pengetahuan tentang deteksi dini kanker servik metode IVA antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) Tingkat Pengetah uan
No .
Perlakuan Frekuen % si
Kontrol Frekue % nsi
1.
Baik
37
92,5
7
2.
Cukup
3
7,5
13
3.
Kurang Jumlah
0 40
0 100
20 40
17, 5 32,, 5 30 100
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan pada kelompok perlakuan setelah diberikan konseling hampir seluruh responden (92,5%), mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebagian kecil responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup (7,5%) dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang. Pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebagian kecil responden (17,5%) mempunyai tingkat pengetahuan baik dan sebagian responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup (32,5%) dan kurang (30%) Tabel 12 Perbandingan sikap wanita tentang deteksi dini kanker servik metode IVA antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di BPS TMM Djamini D Surabaya (April - Mei 2014) No. 1. 2.
Sikap
Positif Negatif Jumlah
Perlakuan Frekuensi % 39 1 40
97,5 2,5 100
Kontrol Frekuensi % 27 13 40
67,5 32,5 100
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan pada kelompok perlakuan setelah diberikan konseling hampir seluruh responden (97,5%) mempunyai sikap yang positif tentang deteksi dini kanker servik metode IVA dan sebagian kecil (2,5%) mempunyai sikap yang negatif tentang deteksi dini kanker servik metode IVA. PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisa data dan menguji penelitian secara kuatitatif dan kualitatif diperoleh hasil yang bervariasi antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan konseling deteksi dini kanker servik metode IVA dan pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan serta sikap wanita tentang deteksi dini kanker servik metode IVA. Pengaruh konseling tentang metode IVA terhadap perubahan pengetahuan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di BPS TMM Djamini D. Surabaya dari 40 responden sebagai kelompok perlakuan, sebelum diberikan konseling tentang deteksi dini kanker servik metode IVA, sebagian wanita (50%) atau 20 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup. Setelah diberikan konseling deteksi dini kanker servik metode IVA sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu (92,4%) dan tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Pada kelompok perlakuan, hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai ρ= 0,000 < α = 0,05. Hal menunjukkan terdapat pengaruh konseling terhadap tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker servik menggunakan metode IVA. Pada uji statistic Mann Whitney pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, dan didapatkan hasil ρ= 0,000 < α = 0,05. Konseling sebagai salah satu metode promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan seseorang dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Metode pendidikan dengan pendekatan secara individual ini digunakan untuk membina perilaku baru. Melalui konseling, konselor dapat menggali masalah yang dihadapi klien, termasuk masalah kurangnya pengetahuan tentang deteksi dini kanker servik metode IVA. Dengan adanya informasi dari petugas kesehatan tentang pentingnya deteksi dini kanker servik maka pengetahuan klien dapat bertambah sehingga dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan memberikan perubahan kearah sikap yang positif dan menerima atau mengubah perilaku kesehatan kearah yang lebih baik. (Notoamodjo 2007). 82
Menurut ahli pendididkan, J. Guilbert yang ditulis dalam buku Notoatmodjo, 2007, konseling sebagai salah satu metode promosi kesehatan juga merupakan proses pendidikan yang tidak lepas dari proses belajar, maka ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses belajar ini, yaitu : faktor materi, lingkungan, instrumental dan faktor individual subyek belajar. Faktor materi adalah hal yang dipelajari, ikut menentukan proses dan hasil belajar. Dalam hal ini materi yang diberikan adalah deteksi dini kanker servik dengan metode IVA. Faktor yang kedua adalah lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial seperti kondisi tempat belajar. Faktor yang ketiga adalah instrumental yang terdiri dari perlengkapan belajar, pengajar atau fasilitator belajar serta metode belajar yang digunakan. Faktor yang keempat adalah kondisi individual subyek belajar baik kondisi fisiologis maupun psikilogis, seperti : keadaan sakit, masalah dalam panca indera, daya tangkap, ingatan motivasi dan lain sebagainya. Dari data penelitian didapatkan bahwa sebelum dilakukan konseling hanya sebagian (50%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan setelah dilakukan konseling hampir seluruh responden (92,4%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan adanya perubahan tingkat pengetahuan kearah yang lebih baik antara sebelum dan sesudah diberikan konseling. Hal tersebut disebabkan karena melalui konseling komunikasi antar pribadi antara petugas kesehatan dan responden terjalin lebih dekat dalam hal melakukan dialog. Responden dapat lebih terbuka dalam menyampaikan masalah atau hal-hal yang belum ia pahami. Sebaliknya konselor juga lebih bebas dalam menjelaskan sesuatu tanpa hambatan dari pihak lain. Sehingga responden akhirnya lebih menerima dan memahami materi yang diberikan dan hal ini menambah pengetahuannya tentang pentingnya deteksi dini kanker servik metode IVA. Perubahan tingkat pengetahuan antara pre test dan post test juga dipengaruhi oleh latar belakang responden. Berdasarkan usia, seluruh responden adalah berusia dewasa (> 20 tahun), menurut Hurlock (1998), menyatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih dewasa dalam berfikir. Ia akan lebih banyak menerima
hal-hal yang baru dan lebih selektif dalam memberi penilaian terhadap apa yang diterimanya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Berdasarkan latar belakang pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah berpendidikan menengah keatas (42,5% SLTA dan 22,5% Akademi) dimana semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah dalam memahami informasi. Dengan pendidikan yang tinggi semakin banyak pula informasi yang ia dapatkan sehingga menambah pengetahuannya. Selain itu juga hal yang mungkin mempengaruhi adalah metode pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner dengan jawaban benar atau salah, dimana hal tersebut mempunyai tingkat kesulitan yang lebih rendah. Pengaruh konseling tentang metode IVA terhadap perubahan sikap. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 40 responden kelompok perlakuan sebelum diberikan konseling sebanyak 23 orang (57,5%) memiliki sikap positif dan 17 orang (42,5%) memiliki sikap negatif. Setelah diberikan konseling sebanyak 39 orang (97,5%) memiliki sikap positif dan 1 orang (2,5%), memiliki sikap negatif. Pada kelompok kontrol dari 40 responden pada saat pre test sebanyak 27 orang (67,5%) memiliki sikap positif dan 13 orang (32,5%) memiliki sikap negatif. Pada saat post test memberikan prosentase yang sama seperti saat post test. Dari hasil uji statistik McNemar Test pada kelompok perlakuan didapatkan nilai ρ= 0,000 < α = 0,05. Hal menunjukkan terdapat pengaruh konseling terhadap sikap wanita tentang deteksi dini kanker servik menggunakan metode IVA. Pada uji statistik Chi Square Test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan sikap antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, dan didapatkan hasil ρ= 0,000 < α = 0,05 Menurut Newcob dalam buku Notoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Adapun 3 komponen pokok 83
sikap menurut Allport (1954), adalah : kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membenuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang telah mendapatkan konseling tentang pentingnya deteksi dini kanker servik (tujuan, cara, siapa yang harus dilakukan dan dimana tempat pelayanan), telah mendapatkan tambahan pengetahuan. Secara tidak langsung akan membawa dia untuk berpikir dan berusaha bahwa agar terhindar dari kanker servik perlu dilakukan deteksi dini, salah satunya dengan menggunakan mettode IVA. Pembentukan sikap ini tidak terjadi demikian saja melainkan melalui suatu proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor intern (faktor dalam diri sendiri) seperti selektifitas untuk memilih, dan faktor eksternal (faktor luar diri), seperti sistem sosial yang mendukung. (Purwanto,1999). Adanya pemberian informasi melalui konseling, membantu individu dalam meningkatkan kemampuannya baik pengetahuan, sikap maupun tindakan untuk mencapai hidup sehat yang optimal. Konseling sebagai salah satu metode promosi kesehatan juga merupakan proses pendidikan yang tidak lepas dari proses belajar. Melalui belajar dapat meningkatkan pengetahuan dari individu. Pengetahuan yang meningkat dapat mencetuskan sikap yang positif terhadap perubahan perilaku. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada satu responden (No. 9) tidak mengalami perubahan sikap walaupun sudah menunjukkan peningkatan pengetahuan. Hal ini dapat terjadi karena perubahan sikap seseorang melalui suatu proses yang membutuhkan waktu yang tidak sama antara individu yang satu dengan individu lainnya. Kemungkinan juga, konseling yang sudah diberikan kurang efektif mengingat waktu berinteraksi dengan responden hanya dilakukan satu kali SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Terdapat perubahan tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker servik metode IVA setelah diberikan konseling
Terdapat perubahan sikap wanita tentang deteksi dini kanker servik metode IVA setelah diberikan konseling Terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol SARAN Bidan sebagai tenaga kesehatan, diharapkan mampu memberikan pelayanan konseling tentang deteksi dini kanker servik metode IVA sebagai cara melakukan promosi kesehatan untuk merubah pengetahuan dan sikap wanita kearah yang lebih baik. Dengan demikian secara sukarela, penuh kesadaran dan pengertian, mau melakukan pemeriksaan IVA sebagai upaya deteksi kanker servik sejak dini. Semua wanita yang telah mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya deteksi dini kanker servik metode IVA, diharapkan mau melakukan pemeriksaan secara rutin (minimal satu tahun sekali), walaupun tidak merasakan adanya keluhan DAFTAR PUSTAKA Andrijono, (2009). Kanker Serviks, Jakarta : Divisi Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Globocan (2004). Kanker Serviks. Rabu, 3 maret 2014. http://www.kompas.com Hidayat A. Aziz Alimul (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa, Jakarta: Salemba Medika. Heri Slamet (2010). See & Treat dan Kryoterapi (Pelatihan See & Treat Regional jawa Timur), Surabaya: School Of Medicine Airlangga University- Dr. Soetomo Hospital Mochtarom, 1998. Gynecologic Cancer Registry. Jakarta. Departemen Obstetric dan Gynecologic RS Dr. Cipto Mangunkusumo .FKUI. Mustokoweni Sjahjenny(2010) Sosialisasi See & Treat (Pelatihan See & Treat Regional jawa Timur), Surabaya: School Of Medicine Airlangga University- Dr. Soetomo Hospital Notoatmodjo Soekidjo (2007). Proposi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta. 84
Nursalam (2003). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nusdaldy (2007). Kanker Rahim Bisa di Cegah. BIDAN. Edisi XVII, November 2008. IBI Cabang Surabaya. Priyanto Agus (2009). Komunikasi dan Konseling, Jakarta: Salemba Medika Riwidikdo Handoko (2009). Statistik Kesehatan, Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Soesanto Wibisono (2010). Biostatistik Penelitian Kesehatan, Surabaya: Dua Tujuh. Surya, I Gede Putu(2007). FcP MFS See and Treat (Pelatihan Kanker Serviks), Bali: Female Cancer Programe Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
85