1
PENGARUH KONSELING KB TERHADAP MINAT PEMILIHAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) PADA IBU NIFAS THE INFLUENCE OF KB COUNSELING TOWARD INTERST OF CHOOSING INTRA UTERINE DEVICE (IUD) CONTRACEPTION ON POST PARTUM MOTHER Sukma Amperiana Akademi Kebidanan Pamenang Pare,Kediri ABSTRAK Bertambahnya informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan dapat mempengaruhi minat ibu dalam memilih alat kontrasepsi sesuai keinginan dan juga sesuai kondisi tubuh. Berita yang beredar dalam masyarakat tentang kontrasepsi IUD menyebabkan minat ibu dalam memilih kontrasepsi IUD sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menambah atau meningkatkan minat ibu dalam memilih kontrasepsi IUD di BPM Ny. Yuli Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2014. Desain penelitian pre-eksperimen. Yang terdiri dari variabel independent dan variabel dependent. Dengan populasi 21 responden sesuai kriteria inklusi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling. Penelitian dengan cara pemberian kuesioner setelah responden selesai mengisi kuesioner pertama kemudian kita berikan konseling setelah selesai pemberian konseling responden mengisi lagi kuesioner yang kedua untuk mengetahui minat setelah diberikan konseling. Anlisa data menggunakan uji t “dua sampel berpasangan”. Hasil penelitian dengan menggunakan Uji t “dua sampel berpasangan” di dapatkan nilai dengan tingkat signifikan α = 0,05 atau 5% didapatkan (-0,82) < (1,725) berarti Ho ditolak yaitu Ada pengaruh konseling KB terhadap minat pemilihan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada ibu nifas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh konseling terhadap minat pemilihan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD). Untuk itu peran kader serta bidan dan tenaga kesehatan yang lain dalam pemberian informasi berupa konseling terhadap masyarakat sangatlah dibutuhkan untuk menambah pengetahuan masyarakat terutama ibu nifas / calon akseptor KB. Kata kunci : Konseling, minat. ABSTRACT The increasing information which is conveyed by the health officials can influence mothers’ interest to choose contraception tools according to their wish and the condition of their body. Spreading news in society about IUD contraception cause mothers’ interest to choose IUD contraception low. This research intends to add or increase mothers’ interest to choose IUD contraception at BPM Mrs. Yuli, Sempu, Ngancar, Kediri in 2014. The research design is pre-experiment. Wich consists of independent variable and dependent variable. With the population of 21 respondent appropriate inclution criteria. The technique to take the sample is purposive sampling. Researching by giving kuesioner after the respondent have answered the first kuesioner, then we give them counseling, after giving counseling, the respondent answer the second kuesioner to know their interest after given counseling. Da analiysis use t test “two pairing sample”. The result of the research using t test “two pairing sample”, we get a value with the significant level = 0,05 or 5% resulted t hit (-0,82) < t table (1,725) it means that Ho is refuse, so there is an influence of KB counseling toward interest of choosing Intra Uterine Device (IUD) contraception on parturition mother. We can conclude that there is an influence of counseling toward interest of choosing Intra Uterine Device (IUD) contraception. So that, the role of cadre midwife and other health officials are neede to increasic society’s knowledge especially parturition mother / the candidete of KB acceptor. Keywords : counseling, interest
2
PENDAHULUAN IUD atau AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Handayani, 2011). Perempuan usia reproduktif antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Keuntungan dalam pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang / IUD adalah segera efektif setelah pemasangan, tidak ada efek samping hormonal dan tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Tetapi minat pemasangan IUD tetap sedikit, ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan rumor – rumor yang terjadi di masyarakat. Secara nasional pada Tahun 2012 sebanyak 14.587.175 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 1.439.081 peserta IUD (9,87%), 516.701 peserta MOW (3,54%), 1.672.512 peserta implant (11,47% ), 6.503.452 peserta suntikan (44,58%), 3.888.575 peserta pil (26,66%), 140.504 peserta MOP (0,96%) dan 426300 peserta kondom (2,92%). Pengguna KB IUD berada diurutan ke- 4 dari pengguna KB Suntik, Pil dan Implant. (Laporan Hasil Pengendalian Lapangan Desember. 2012) Dari hasil Surve Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 provinsi jawa timur pemakaian akon oleh pasangan usia subur yang menikah usia 15 – 49 tahun dengan cara modern yaitu : Suntik 34,7 %, Pil 14,7 %, IUD 5 %, Implan 3,1 %, Kondom 1,3%, Mop 0,3 %, Mow 3,5%. Sedangkan cara tradisional seperti pantang berkala 1,3%, senggama terputus 1,2% lainnya 0,3%, tidak memakai KB 34,7%. Pengguna KB IUD berada diurutan ke-3 dari pengguna KB Suntik dan Pil. (SKDI.2012) Pasangan usia subur di Kabupaten Kediri sebanyak 304.111 yang menjadi akseptor KB aktif 231.498 peserta. Dengan perincian sebagai berikut: KB Suntik 120.457 peserta (52,03 %), Pil 44.665 peserta (19,29%), IUD 35.537 peserta (15,35%), MOW 15.350 peserta (6,63%), Kondom 2.650 peserta (1,14%), Implant 12.839 peserta (5,55%). Pengguna KB IUD berada diurutan ke-3 dari pengguna KB Suntik dan Pil. (anonim. 2012) Di BPM Ny. Yuli data seluruhnya PUS 583 pasang, akseptor KB aktif 393 dan ibu nifas 27 orang pada 3 bulan terkahir. Penggunaan akseptor KB baru pada tahun 2013 dengan perincian pemakai IUD 13 orang, Implan 11 orang, Suntik 17 orang, Pil 2 orang, Kondom 1 orang. Dari data diatas
menunjukan peserta KB IUD berada di urutan ke – 2. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Ny. Yuli Desa Sempu Kecamatan Ngancar tanggal 5 – 9 Februari 2014 dengan responden 10 orang yang minat memakai KB IUD sebanyak 2 orang, 6 orang memakai suntik, dan 2 orang lainnya memakai pil. Minat perempuan dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD cenderung sedikit dibandingkan alat kontrasepsi hormonal. Akibatnya banyak perempuan usia produktif mengalami kenaikan berat badan dari efek samping alat kontrasepsi hormonal. Tetapi dilain pihak banyak orang ingin menjaga penampilan tubuhnya agar tetap terlihat menarik. Namun disisi lain banyak yang tidak berminat menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Untuk meningkatkan minat ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang diperlukan adanya konseling. (Laili, Nur. 2013). Konseling dibutuhkan untuk menambah pengetahuan calon akseptor KB IUD agar ibu berminat menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang dan konseling dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu yaitu dengan cara pemberian konseling, karena konseling dapat memberikan pengetahuan akseptor KB IUD tentang efek samping IUD, keuntungan, kerugian, efektifitas dan waktu pemakaiannya sehingga akseptor KB IUD dapat mengambil keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai (Anonim. 2012). Cara sementara untuk menyelesaikan masalah antara lain dengan pemberian konseling, Tetapi konseling tersebut tidak hanya diberikan pada akseptor saja, melainkan suami dan keluarga juga untuk mendukung ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul ”Pengaruh konseling KB terhadap minat pemilihan kontrasepsi Intra Uterine Device IUD pada ibu nifas di BPM Ny. Yuli Desa Sempu Kecamatan Ngancar Tahun 2014”.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian Pre - ekperimental dalam bentuk “ One Group Pretest – Posttest ”. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu pada tanggal 5 Mei – 1 Juni 2014. di BPM Ny. Yuli Desa Sempu Kecamatan Ngancar Tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas. sampel yang diambil adalah
3
Sebagian ibu nifas sebanyak 21 orang. Tehnik sampling secara Purposive sampling.
HASIL PENELITIAN Minat pemilihan kontrasepsi IUD di Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. a.
Minat ibu Konseling
sebelum
Minat Tinggi Sedang Kurang jumlah
Jumlah 6 15 0 21
Tabel 5 Hasil penelitian pengaruh konseling terhadap minat pemilihan kontrasepsi IUD
Indikator
T tab.
T hit.
Kesimpulan
Pengaruh konseling terhadap minat pemilihan kontrasepsi
1,725
0,82
Ho Ditolak
diberikan
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden tentang minat sebelum diberikan konseling No 1 2 3
d. Analisa data Sebagimana dinyatakan pada bab III bahwa hipotesis diuji dengan Uji t “Dua sampel berpasangan” dan menggunakan tingkat kesalahan 0,05 atau 5%.
Prosentase 29% 71% 0% 100%
Berdasarkan diagram 1 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa minat ibu sebelum diberi konseling adalah sedang.
Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa (-0,82) < (1,725) berarti Ho ditolak yaitu Ada pengaruh konseling KB terhadap minat pemilihan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada ibu nifas.
b. Minat ibu sesudah diberikan Konseling Tabel 2
No
Distribusi frekuensi responden tentang minat sesudah diberikan konseling
Minat
Jumlah
Prosentase
14 7 0 21
66,7 % 33,3 % 0 100 %
1 Tinggi 2 Sedang 3 Kurang Jumlah
Berdasarkan tabel 2 didapatkan 14 responden (66,7%) dengan minat tinggi, 7 responden (33,3 %) dengan minat sedang dan 0 responden (0%) dengan minat kurang. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa minat ibu sesudah diberi konseling adalah tinggi. c. Minat sebelum dan sesudah konseling. Tabel 3 Distribusi frekuensi responden tentang minat sebelum dan sesudah diberikan konseling
No 1 2 3
KATEGORI MINAT Tinggi Sedang Kurang
Sebelum N % 6 29 15 71 0 0
Sesudah N % 14 66,7 7 33,3 0 0
jumlah
21
21
100
100
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui peningkatan minat ibu sebelum dan sesudah konseling yang terbesar pada minat tinggi yaitu dari 29% ke 66,7%.
PEMBAHASAN Setelah dilakukan tabulasi dan analisa data serta melihat hasil yang diperoleh ada beberapa hal yang kita ketahui tentang Pengaruh konseling KB terhadap minat pemilihan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada ibu nifas di BPM Ny. Yuli Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2014. 1. Minat ibu dalam pemilihan kontrasepsi sebelum diberikan konseling Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebelum diberikan konseling KB minat tinggi dalam memilih kontrasepsi IUD adalah 6 responden (29%). Elisabeth B. Hurlock (2006) Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan bila orang tersebut diberi kebebasan untuk memilih. Andi Mappiare (2006) juga berpendapat bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Ada tiga faktor yang mempengaruhi minat yaitu pertama faktor fisik, faktor psikologis dan juga faktor sosial budaya (Erfandi .2008). faktor yang paling menonjol di desa sempu yaitu faktor psikologis dimana ibu – ibu mempunyai anggapan pada saat
4
pemasangan IUD sering kali menimbulkan perasaan takut selama pemasangan dan takut IUD lepas sendiri. Ketakutan dapat terjadi akibat pengalaman individual orang lain yang mengalami nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Ibu – ibu juga mempunyai perasaan risih dan malu karena harus membuka pakaian dalam dan memperlihatkan alat kemaluan pada orang lain (pemeriksa/bidan/dokter) pada saat pemasangan atau kontrol ulang. Di samping itu ibu – ibu juga ada perasaan malas atau risih karena harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan pemeriksaan posisi benang sendiri. Sehingga minat pemilihannya sedikit dan belum terbiasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi IUD. Padahal penggunaan kontrasepsi IUD sangat efektif. Efektivitas IUD dipengaruhi oleh karakteristik alat, ketrampilan penyedia layanan (dalam memasang alat), dan karakteristik pemakaian (misalnya usia dan parietas). Efektifitas IUD tidak bergantung pada keterlibatan teratur pemakai. Jadi ibu – ibu perlu mendapatkan tambahan informasi lebih lengkap lagi tentang kontrasepsi IUD. Untuk menambah informasi yang lengkap pelayanan kesehatan perlu kerja sama dengan kader – kader setempat untuk lebih aktif memberikan informasi tentang kontrasepsi. Informasi yang kurang lengkap bisa jadi dari jumlah kader didaerah setempat yang kurang dan kurang aktif dalam penyampaian informasi 2. Minat ibu dalam pemilihan kontrasepsi setelah diberikan konseling. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2 dari hasil penelitian menggunakan kuisioner setelah diberikan konseling menunjukan jumlah ibu yang minat dalam memilih alat kontrasepsi IUD meningkat sebanyak 14 responden (66,7%) dengan minat tinggi. Minat ibu disini meningkat karena ada perlakuan penambahan informasi sehingga pengetahuan ibu bertambah dan minat ibu dalam pemilihan kontrasepsi meningkat. Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan yang sangat berpengaruh bagi calon akseptor maupun akseptor pengguna mengetahui apakah kontrasepsi yang dipilih sesuai dengan kondisi kesehatan dan sesuai dengan tujuan akseptor dalam memakai kontrasepsi tersebut. Informasi sangat menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang di pilih, sehingga informasi yang lengkap
mengenai kontrasepsi sangat diperlukan guna memutuskan pilihan metode kontrasepsi yang akan dipakai (Hanani 2010). Faktor yang mempengaruhi pemberian konseling yaitu karena latar belakang budaya, harapan, pendidikan dan situasi. Berdasarkan hasil, konseling diberikan pada saat ibu datang ke BPM untuk ibu nifas kunjungan ke III atau usia 36-42 minggu. Ibu nifas pada kunjungan ke III kebanyakan belum mengarah ke pemakain kontrasepsi disebabkan dari berbagai hal, pertama dari latar belakang budaya yaitu ibu nifas belum boleh keluar rumah sebelum selapan atau 36 hari, dari segi harapan ibu ingin menambah anak lagi karena mempunyai anggapan banyak anak banyak rejeki, dari pendidikan ibu-ibu yang berada di desa sempu dengan pendidikan SMA setelah diberikan perlakukan minat memilih kontrasepsi meningkat sehingga disini kurangnya informasi yang didapat, dan dari segi situasi bisa dilihat dari keuangan mereka dan juga dari keluarga sehingga ibu tidak menggunakan kontrasepsi. Maka dari itu sebagai petugas kesehatan terutama bidan dapat memberikan pendekatan kognitif pada klien atau pasien. Bidan harus berusaha menekankan proses berfikir rasional tentang yang dihadapi klien. Pendektan bidan disini memberikan keyakinan bahwa klien dalam berfikir akan mempengaruhi perasaan dan tindakannya.sehingga perasaan dan tinakan mencerminkan cara berfikir rasional. Sebagai konselor yang berorientasi kongnitif, bidan harus berperan aktif dan direktifyaitu aktif dalam mengajak klien berfikir rasional dan membantu klien agar berfikir pemakaian kontrasepsi secara dini, keluarga dapat mengatur jarak kehamilan dan mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. 3. Pengaruh konseling pemilihan kontrasepsi
KB
terhadap
Berdasarkan hasil penelitian, sebagaian besar responden mengalami perubahan setelah diberikan konseling. Pada hasil analisa data pengaruh konseling terhadap minat pemilihan di BPM Ny. Yuli Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri dengan menggunakan Uji t Dua Sampel Berpasangan dengan tingkat signifikan sebesar (α) 5% atau 0.05 sehingga t hitung < t tabel maka Ho ditolak dan ada pengaruh konseling terhadap minat pemilihan kontrasepsi. Menurut Wulandari, Diah. (2009) Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB. Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu
5
keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terdapap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan – perasaan klien. Erfandi (2008) mengemukakan konseling KB juga sebagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keputusan akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi yang diinginkanya. Konseling merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diatas sebelum adanya konseling KB minat pemilihan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Desa Sempu mempunyai minat tinggi sedikit, hal ini disebabkan dari beberapa faktor dan setelah pemberian konseling responden sebagian mengalami peningkatan sehingga minat tinggi mengalami perubahan. Adapun faktor yang mempengaruhi timbulnya minat yaitu keamanan, perlindungan terhadap penyakit menular, efektifitas dan biaya. Dari segi biaya memang di desa sempu salah satu dari faktor situasi yang menjadi masalah, faktor biaya menjadi hal penting dalam pemilihan metode kontrasepsi. Dengan adanya perlakukan sehingga ibu dapat memilih kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh. Konseling yang diberikan mempengaruhi minat ibu sehingga ibu yakin dan sudah mantap untuk menggunakan kontrasepsi. Maka tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memberikan konseling dan melakukan pendekatan kognitif pada klien, bidan dalam penyampaian informasi bisa dengan melibatkan kader – kader untuk berperan aktif dalam penyampaian informasi tentang kontrasepsi. Bidan bisa melakukan pelatihan atau bimbingan pada kader – kader untuk memperdalam tentang informasi tentang kontrasepsi. Sehingga kader bisa berperan aktif dalam penyampaian informasi pada saat posyandu. Dalam penyampaian informasi dan tidak hanya diberikan pada ibu saja melainkan harus diberikan kepada pasangan juga agar keduanya memikirkan untuk membentuk suatu keluarga sejahtera. KESIMPULAN 1. Minat ibu sebelum diberi konseling dari 21 responden 6 responden (29%) dengan minat tingi , 15 responden (71%) memiliki minat sedang dan 0 responden (0 %) minat kurang.
2.
3.
Minat ibu sesudah diberi konseling dari 21 responden 14 responden (66,7%) dengan minat tingi , 7 responden (33,3%) memiliki minat sedang dan 0 responden (0 %) minat kurang. Ada Pengaruh Konseling Kb terhadap Minat Pemilihan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Ibu Nifas.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Yetty & Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Press Bari, Abdul Saifudin. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo BKKBN. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prawirohardjo,Sarwono. 2010.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung : Alfa Beta Suherni. 2009. Perawatan Yogyakarta : Fitramaya
Masa
Nifas.
Tyastututi, Siti, dkk. 2009. Komunikasi dan konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya Wulandari, Diah. 2009. Komunikasi dan konseling dalam praktik kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika Wulandari, Pita. 2007. Ragam Kontrasepsi. Jakarta : EGC
Metode
Yulifah, Rita. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Laili, Nur. 2013.Masyarakat-kurang-minatpakai-alat-kontrasepsi-jangka-panjang. www.aktul.com. (Download : 11 Januari 2014) Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Minat. www.blogspot.com . ( Download : 9 Januari 2014)