FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Novayanti Murdaningsih, 2014, FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG, Skripsi, Program Study DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo. Pembimbing (1) (Meilita Dwi Paudrianagari, S.TP., M.Gizi. (2) . Heni Hirawati Pranoto, S.SiT., M.Kes
ABSTRAK Intra Uterine Devices (IUD) merupakan salah satu alat kontrasepsi Non-hormonal untuk mencegah kehamilan yang sangat efektif, dan berjangka panjang. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan kontrasepsi IUD yaitu pengetahuan, umur, pendidikan dan pendapatan keluarga wanita usia subur (WUS). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, umur, pendidikan dan pendapatan keluarga wanita usia subur (WUS) dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada wanita usia subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Jenis penelitian adalah survei analitik, dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah wanita usia subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebanyak 999 WUS. Sampel sebanyak 91 responden. Teknik pengambilan sampel adalah proportional random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Chi-Square. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p-value 0,000 < 0,05), pendidikan (p-value 0,008 < 0,05) dan pendapatan pasangan wanita usia subur (pvalue 0,010 < 0,05) dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi IUD di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Simpulan faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi IUD yaitu faktor pengetahuan, pendidikan dan pendapatan pasangan wanita usia subur. Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan penyuluhan tentang kontrasepsi IUD secara menyeluruh serta dapat merubah persepsi dan anggapan negatif masyarakat tentang kontrasepsi IUD. Kata Kunci : Kontrasepsi IUD, wanita usia subur (WUS), pengetahuan, umur, pendidikan, pendapatan Kepustakaan : 39 (2002 - 2013)
satu strategi dari pelaksanaan program
PENDAHULUAN Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
(BKKBN)
Indonesia,
mengakui
mengalami
kesulitan
dalam
KB sendiri tercantum dalam Rencana Pembangunan (RPJM)
Jangka
tahun
meningkatnya
Mengenah
2004-2009
adalah
penggunaan
metode
pertumbuhan
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
penduduk. Berdasarkan laporan awal
seperti IUD (Intra Uterine Device),
Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan
Implant (susuk) dan Sterilisasi (MOW,
bahwa
MOP) (BKKBN, 2008).
mengendalikan
laju
pembangunan
kependudukan
Berdasarkan data dari BKKBN
dan KB belum mencapai sasaran yang telah ditetapkan pada RPJMN 2010-
Kabupaten
2014. Angka kelahiran total (TFR)
pengguna IUD tertinggi di Kecamatan
masih tetap menunjukkan angka 2,6
Pringapus sebanyak 1.739 akseptor dan
anak
tidak
terendah di Kecamatan Bandungan
mengalami penurunan dalam kurun
sebesar 266 akseptor. Jumlah PUS di
waktu 10 tahun terakhir (BKKBN,
PPKB
2012).
Kabupaten
per
wanita,
berarti
Semarang
Kecamatan Semarang
diperoleh
Bandungan 9.861
jiwa.
menjadi
Jumlah wanita usia subur (WUS) di
salah satu sejarah keberhasilan dan telah
Desa Sidomukti yaitu sebanyak 999
diterapkan sejak tahun 1970 dalam
orang
rangka
sebanyak 755 orang dengan jumlah
Keluarga
upaya
berencana
pengendalian
jumlah
dan
jumlah
akseptor
KB
penduduk, dan saat ini hampir 60%
peserta KB suntik
547 akseptor,
pasangan usia reproduktif di seluruh
Implant 181 akseptor, Pil akseptor 10,
dunia telah menggunakan kontrasepsi.
MOW 8 akseptor, MOP 2 akseptor dan
Keluarga Berencana (KB) merupakan
Kondom 2 akseptor (BKKBN, 2013).
salah satu pelayanan kesehatan preventif
Kecamatan Bandungan terdapat
yang paling dasar serta utama bagi
10 desa dengan jumlah pengguna IUD
wanita dan merupakan salah satu usaha
tertinggi yaitu Desa Banyu Kuning 91
untuk menurunkan angka kesakitan dan
akseptor dan jumlah pengguna IUD
kematian
akibat
terendah di Desa Sidomukti 13 akseptor.
kehamilan yang dialami wanita. Salah
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
ibu
yang
tinggi
kontrasepsi IUD masih rendah dan
subur (WUS) dapat termovitasi untuk
kurang dipilih oleh wanita usia subur
mengguna memberikan dan menambah
(WUS)
alat
informasi tentang apa manfaat serta
kontrasepsi hormonal, sehingga terlihat
kelebihan dari kontrasepsi IUD sehingga
masih berbanding terbalik dengan tujuan
ibu
pemerintah
menggunakan
kontrasepsi
kontrasepsi
IUD.
dibandingkan
yang
tingginya
dengan
mencanangkan
penggunaan
metode
dapat
termovitasi
untuk IUD
Dari
kan segi
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
pengembangan ilmu, hasil penelitian ini
seperti Intra Uterine Device (IUD).
diharapkan
dapat
dijdikan
bahan
Rendahnya jumlah peserta KB
masukan dalam upaya meningkatkan
IUD dari tahun ke tahun disebabkan oleh
mutu pelayanan untuk kemajuan profesi
ketidaktahuan WUS ttg kontrasepsi IUD,
kebidanan dalam bidang pengetahuan
rendahnya pendidikan WUS yg dpt
dan teknologi.
berpengaruh terhadap penentuan jumlah anak, Tinggi rendahya sosial ekonomi dan
keadaan
ekonomi
yg
dapat
mempengaruhi kemajuan program KB, Kualitas pelayanan KB, Biaya pelayanan IUD yang mahal dan Adanya hambatan dukungan dari suami Tujuan
dengan
Menganalisis
yang
Berhubungan
Rendahnya
Penggunaan
Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kabupaten penelitian
Kecamatan
Bandungan
Semarang”. ini
Penelitian
ini
menggunakan
desain penelitian Survey analitik dengan jenis
pendekatan
cross
sectional
Populasi dalam penelitian ini adalah Semua wanita usia subur (WUS) di Desa
Umum
“Faktor-Faktor
METODE PENELITIAN
diharapkan
Manfaat dapat
memberikan dan menambah informasi tentang apa manfaat serta kelebihan dari kontrasepsi IUD sehingga wanita usia
Sidomukti
Kecamatan
Bandungan
Kabupaten Semarang sebanyak 999 WUS dan Jumlah sampel di ambil menggunakan
rumus
slovin
dengan
sampel sebanyak 91 WUS akseptor KB melalui teknik Proportional random sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Tempat dan waktu dilakukan di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang mulai tanggal 1418 Januari 2014. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner dengan 23 item
Berdasarkan
pertanyaan. Analisis univariat untuk
diketahui bahwa pengetahuan wanita
mengetahui
usia
distribusi
frekuensi
tabel
subur
5.1
(WUS)
dapat
tentang
distribusi frekuensi faktor-faktor yang
kontrasepsi IUD adalah 41 orang
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
(45,1%) berpengetahuan cukup, 39
IUD
orang
(Intra
Uterine
Device)
yang
(42,9%)
berpengetahuan
meliputi faktor pengetahuan tentang
kurang, dan 11
kontrasepsi
umur
responden,
berpengetahuan
dan
pendapatan
demikian dapat disimpulkan bahwa
pasangan wanita usia subur (WUS) dan
paling banyak responden mempunyai
analisis
pengetahuan
tingkat
IUD,
orang (12,0%)
pendidikan,
bivariate
hubungan
untuk
antara
menggunakan
mengetahui
variable
analisis
dengan
Chi-Square
“Fisher’s Exact Test” dan uji “Pearson Chi Square”
baik.
cukup
Dengan
tentang
kontrasepsi IUD. 1. Umur Distribusi
frekuensi
berdasarkan umur wanita usia subur
.
(WUS) disajikan pada tabel 5.2 berikut ini.
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Pengetahuan tentang IUD Distribusi
frekuensi
berdasarkan pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang IUD disajikan pada tabel 5.1 berikut ini. Pengetahu an tentang IUD Kurang Cukup Baik Jumlah
Umur
Frekuensi
< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Jumlah
0
Persentase (%) 0
73 18
80,2 19,8
91
100,0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat Frekuen si
Persenta se (%)
39 41 11 91
42,9 45,1 12,0 100,0
diketahui bahwa mur wanita usia subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang yaitu 73 orang (80,2%) berumur antara 20-35 tahun, 18 orang (19,8%) berumur > 35 tahun
dan tidak ada wanita usia subur yang
Berdasarkan tabel 5.4 dapat
berumur < 20 tahun.
diketahui
bahwa
pendapatan
keluarga wanita usia subur (WUS) di
2. Pendidikan Distribusi
frekuensi
Desa
Sidomukti
berdasarkan pendidikan wanita usia
Bandungan
Kabupaten
subur (WUS) disajikan pada tabel
yaitu
5.3 berikut ini.
berpendapatan
59
Kecamatan Semarang
orang
(64,8%)
rendah
(<
Rp
1.051.000,-) dan 32 orang (35,2%)
Tingkat Frekuen Persentas Pendidika si e (%) n Dasar 65 71,4 Menengah 26 28,6 Tinggi 0 0 Jumlah 91 100,0 Berdasarkan tabel 5.3 dapat
berpendapatan
cukup
(>
Rp
1.051.000,-). 4. Pemakaian Kontrasepsi IUD Distribusi
frekuensi
berdasarkan pemakaian kontrasepsi
diketahui bahwa pendidikan wanita
IUD pada wanita usia subur (WUS)
usia subur (WUS) di Desa Sidomukti
disajikan pada tabel 5.5 berikut ini.
Kecamatan Bandungan Kabupaten
Pemakaian Frekuensi Persentase IUD (%) Non IUD 78 85,7 IUD 13 14,3 Jumlah 91 100,0
Semarang yaitu 65 orang (71,4%) berpendidikan dasar (SD dan SMP) 26 orang (28,6%) berpendidikan menengah (SMA) dan tidak ada wanita
usia
subur
Berdasarkan
yang
tabel
5.5,
dapat
berpendidikan tinggi.
diketahui bahwa dari 91 responden WUS
3. Pendapatan Pasangan
di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan
Distribusi frekuensi berdasarkan
Kabupaten Semarang, sebagian besar tidak
pendapatan keluarga wanita usia subur
memakai kontrasepsi IUD, yaitu sejumlah
(WUS) disajikan pada tabel 5.4 berikut ini.
78
Pendapatan Frekuensi Persentase Keluarga (%) Tinggi (> Rp 32 35,2 1.051.000) 59 64,8 Rendah (< Rp1.051.000) Jumlah 91 100,0
orang
(85,7%),
sedangkan
yang
memakai IUD hanya sejumlah 13 orang (14,3%).
B. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Penggunaan IUD pTotal Pengeta Non IUD IUD valu hu-an F % f % f % e Kura-ng 38 97,4 1 2,6 39 100 0,00 Cu-kup 36 87,8 5 12,2 41 100 0 Baik 4 36,4 7 63,6 11 100 Jumlah 78 85,7 13 14,3 91 100 Berdasarkan uji Chi Square diperoleh p-value 0,000. Oleh karena p-
3. Hubungan antara Pendidikan dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD Penggunaan IUD Total Non Pendidikan P-value IUD IUD f % f % f % Dasar 60 92,3 5 7,7 65 100 (SD/SMP) 0,008 Menengah 18 69,2 8 13,0 26 100 (SMA) Jumlah 78 85,7 13 14,3 91 100 Berdasarkan
uji
Fisher
Exact
value 0,000 < α (0,05), maka Ho ditolak,
diperoleh p-value 0,008. Oleh karena p-
dan disimpulkan bahwa ada hubungan
value 0,008 < α (0,05), maka Ho ditolak,
yang signifikan antara pengetahuan dengan
dan disimpulkan bahwa ada hubungan
penggunaan IUD pada WUS di Desa
yang signifikan antara pendidikan dengan
Sidomukti
penggunaan IUD pada WUS di Desa
Kecamatan
Kabupaten Semarang.
Bandungan
Sidomukti
Kecamatan
Bandungan
2. Hubungan antara Umur dengan Kabupaten Semarang. Penggunaan Kontrasepsi IUD 4. Hubungan antara Pendapatan Penggunaan IUD Total Pasangan Wanita Usia Subur Umur Non IUD IUD P-value dengan Penggunaan Kontrasepsi f % f % f % IUD 20-35 tahun 61 83,6 12 16,4 73 100 0,452 Penggunaan IUD Pendapat P> 35 Tahun 17 94,4 1 5,6 18 100 Total an Non valu Jumlah 78 85,7 13 14,3 19 100 IUD Keluarga IUD e Berdasarkan uji Chi Square f % f % f % diperoleh p-value 0,452. Oleh karena pTinggi (> 23 71,9 9 28,1 32 100 0,01 Rp. 55 93,2 4 6,8 59 100 0 value 0,452 > α (0,05), maka Ho ditolak, 1.051.000) dan disimpulkan bahwa tidak ada Rendah (< Rp. hubungan yang signifikan antara umur 1.051.000) dengan penggunaan IUD pada WUS di Jumlah 78 85,7 13 14,3 91 100 Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Berdasarkan uji Fisher Exact Kabupaten Semarang. diperoleh p-value 0,010. Oleh karena pvalue 0,010 < α (0,05), maka Ho ditolak,
dan disimpulkan bahwa ada hubungan
yang telah menerima pendidikan
yang signifikan antara pendapatan keluarga
yang lebih baik atau lebih tinggi
dengan penggunaan IUD pada WUS di
akan lebih mampu berfikir secara
Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan
rasional, maka dia akan lebih
Kabupaten Semarang.
mudah menerima hal-hal baru yang dianggap
menguntungkan
bagi
dirinya. Sebaliknya jika pendidikan
PEMBAHASAN
seseorang itu rendah, maka dia A. Analisa Univariat 1.
akan lebih sulit untuk menerima hal-hal yang baru dibandingkan
Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Kontrasepsi IUD di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Wanita usia subur (WUS)
mereka yang berpendidikan tinggi. Dalam cara-cara
pengambilan
Semarang ternyata masih terdapat
Rogers, ada empat tahap untuk
tentang kontrasepsi IUD, hal ini
mengambil
tingkat
keputusan
untuk
menerima inovasi tersebut yaitu
pendidikan di masyarakat tersebut,
tahap pengetahuan (knowledge),
dimana data menunjukkan bahwa
tahap persuasi (persuasion), tahap
65 orang (71,4%) wanita usia subur
pengambilan keputusan (decision),
memiliki latar belakang pendidikan
dan
dasar (SD, SMP). Hal ini sesuai
tahap
konfirmasi
(confirmation). Melalui tahap-tahap
dengan penelitian Siagian (2002),
tersebut,
yaitu bahwa pendidikan adalah
inovasi
bisa
diterima
maupun ditolak (Wawan, 2010).
usaha sadar dan sistematis yang
seseorang ke orang lain. Seseorang
oleh
cara kontrasepsi tersebut. Menurut
belum mengetahui atau mengenal
rangka mengalihkan pengetahuan
keputusan
masyarakat untuk menerima cara-
beberapa wanita usia subur yang
berlangsung seumur hidup dalam
kepada
segera diterima karena menyangkut
Kecamatan Bandungan Kabupaten
rendahnya
kontrasepsi
masyarakat tidak mudah untuk
dan masyarakat di Desa Sidomukti
disebabkan
memperkenalkan
2.
Umur Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Berdasarkan tabel 5.2 dapat
mengakhiri
kesuburan
diketahui bahwa umur wanita usia
mempunyai
2
subur (WUS) di Desa Sidomukti
disebabkan
karena
Kecamatan Bandungan Kabupaten
masalah kesehatan yang sering
Semarang yaitu 73 orang (80,2%)
dialami (alasan medis). Pasangan
berumur antara 20-35 tahun, 18
usia subur yang telah melahirkan
orang (19,8%) berumur > 35 tahun.
anak pertama pada periode ini,
Hal
sangat
ini
menunjukkan
bahwa
anak,
setelah hal
ini
banyaknya
dianjurkan
untuk
sebagian besar wanita usia subur di
menggunakan kontrasepsi dengan
Desa
tujuan
Sidomukti
Kecamatan
untuk
menjarangkan
Bandungan Kabupaten Semarang
kehamilan.
berusia reproduktif (20-35 tahun),
merencanakan untuk mempunyai
dimana sesuai pendapat Hartanto
anak, kontrasepsi dapat dihentikan
(2004) yang menyebutkan bahwa
sesuai keinginan ibu dan kesuburan
umur
akan segera kembali.
20-35
tahun
merupakan
periode umur paling baik untuk
Apabila
ibu
Umur sangat berpengaruh
mengandung dan melahirkan.
terhadap aspek reproduksi manusia
Menurut Hartanto (2004)
terutama dalam pengaturan jumlah
yang mengatakan bahwa umur
anak yang dilahirkan dan waktu
dibawah 20 tahun dan diatas 35
persalinan, yang kelak berhubungan
tahun sangat
terhadap
pula dengan kesehatan ibu. Umur
kehamilan dan melahirkan sehingga
juga berhubungan dengan penentu
terkait
perilaku
berisiko
dengan
pemakaian
alat
kontrasepsi. Dimana pada umur <
seseorang
dalam
menggunakan kontrasepsi.
20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya, hal ini disebabkan belum siap dan matangnya organ reproduksi untuk mengandung dan melahirkan dengan berbagai alasan. Wanita usia subur (WUS) umur > 35
tahun
dianjurkan
untuk
3.
Pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Rendahnya tingkat pendidikan
WUS
di
Desa
Sidomukti Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang disebabkan di
tidak peduli terhadap informasi atau
desa ini hanya ada 1 SD dan 1
sesuatu
taman kanak-kanak serta lokasi
tingkat pendidikan seseorang atau
Desa yang berada di kaki gunung,
masyarakat
sehingga masyarakat desa tersebut
terhadap
peningkatan
banyak
kesehatan,
oleh
yang
tidak
terlalu
mementingkan pendidikan.
dari
luar.
Rendahnya
sangat
berpengaruh derajat
karena
sikap
masyarakat yang belum terbuka
Siagian (2002) mengatakan
dengan hal-hal atau inovasi baru
bahwa pendidikan adalah usaha
dan akan mengalami hambatan
sadar
dalam
dan
sistematis
yang
penyerapan
informasi
berlangsung seumur hidup dalam
sehingga ilmu yang dimiliki juga
rangka mengalihkan pengetahuan
kurang yang bisa berdampak pada
dari seseorang ke orang lain.
kehidupannya..
Seseorang yang telah menerima pendidikan yang lebih baik atau
menerima hal-hal baru yang akan
Pendapatan Pasangan Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Rendahnya pendapatan
dianggap
bagi
keluarga wanita usia subur di Desa
dirinya. Sebaliknya jika pendidikan
Sidomukti Kecamatan Bandungan
seseorang itu rendah maka dia akan
Kabupaten Semarang disebabkan
lebih sulit untuk menerima hal-hal
oleh banyaknya masyarakat di Desa
yang baru dibandingkan mereka
Sidomukti yang menggantungkan
yang berpendidikan tinggi.
kehidupannya dari hasil pertanian
lebih tinggi biasanya akan lebih mampu berfikir secara rasional, maka
dia
akan
lebih
mudah
menguntungkan
Notoatmodjo (2007) juga
4.
yaitu sebanyak 97,7% (Badan Pusat
menambahkan bahwa masyarakat
Statistik
yang berpendidikan rendah akan
2011)
bersikap
wiraswasta
masa
perkembangan
bodoh
terhadap
pengetahuan
disekitarnya, sehingga masyarakat
Kabupaten sebagai
Semarang,
petani
yang
dan dengan
penghasilan
perbulannya
tidak
menetap,
sehingga
tidak
mengherankan banyak masyarat di
segi keekonomisannya, KB modern
Desa
(IUD)
tersebut
berpenghasilan
rendah.
lebih
ekonomis
dibandingkan kontrasepsi yang lain
Biaya dari suatu strategi KB
karena
KB
IUD
merupakan
mencakup biaya metode itu sendiri,
kontrasepsi jangka panjang, yaitu
serta
bisa dipakai 5-10 tahun bahkan
waktu
wanita
yang
dan
dikorbankan
petugas
dalam
dapat
keikutsertaan program KB. Biaya
digunakan
sampai
menopause.
yang digunakan untuk membayar jasa atau alat kontrasepsi implant
menggunakan KB
Penggunaan Kontrasepsi IUD di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Banyaknya akseptor Non
modern relatif lebih mahal, bila
IUD, menunjukkan bahwa minat
dibandingkan kontrasepsi alamiah.
untuk
sulit terjangkau oleh masyarakat yang ekonominya rendah karena biaya
untuk
5.
menggunakan
kontrasepsi
Responden dengan sosial
IUD pada wanita usia subur di Desa
ekonomi tidak sesuai dengan UMR
Sidomukti Kecamatan Bandungan
dan tidak berminat menggunakan
Kabupaten
KB karena selain responden takut
rendah.
pemasangan dan efek samping,
menggunakan kontrasepsi IUD ini
responden
ingin
disebabkan oleh tingkat pendidikan
mengeluarkan uang banyak pada
responden yang sebagian besar
saat menggunakan kontrasepsi yang
rendah (SD / SMP) dan pendapatan
diinginkan, karena seperti yang kita
keluarga yang rendah karena untuk
ketahui biaya
KB
mendapatkan pelayanan kontrasepsi
modern (seperti IUD) jika dilihat
yang diperlukan akseptor harus
dari jangka waktu penggunaannya
menyediakan dana yang diperlukan.
atau setiap kali pasang jauh lebih
Walaupun jika dihitung dari segi
mahal daripada kontrasepsi yang
keekonomisannya, kontrasepsi IUD
lain, seperti pil dan suntik. Tetapi
lebih murah dari KB suntik atau pil,
sebenarnya biaya pemasangan atau
tetapi kadang orang melihatnya dari
juga
tidak
pemasangan
Semarang Rendahnya
sangat minat
berapa
biaya
yang
harus
terbatasnya
dikeluarkan untuk sekali pasang.
masyarakat
Kalau patokannya adalah biaya
ketersediaan IUD, jenis IUD yang
setiap kali pasang, mungkin IUD
beredar
tampak jauh lebih mahal. Tetapi
terbatas,
kalau dilihat masa / jangka waktu
pengguna
penggunaannya, tentu biaya yang
(implant, pil dan suntik). Selain itu
harus
juga
dikeluarkan
untuk
tenaga
KIE
dalam
di
pengelolaan
masyarakat dan
masih
meningkatnya
kontrasepsi
dapat
di
hormonal
disebabkan
oleh
pemasangan IUD akan lebih murah
pengetahuan klien tentang IUD
dibandingkan KB suntik ataupun
yang terbatas sehingga berpengaruh
pil (Erfandi, 2008).
terhadap kemantapan klien dalam
Dalam kontrasepsi
menggunakan IUD,
dan
dan
bersedia
menjadi akseptor IUD, tersedianya
untuk
pilihan metode kontrasepsi lain
keuntungan
yang relatif lebih praktis, dan
Dengan
terbatasnya tokoh panutan pemakai
kerugiannya.
mengetahui
IUD
akseptor
diharapkan mempertimbangkan
menerima
keuntungan
dan
IUD di masyarakat.
kerugian IUD, diharapkan para akseptor
KB
dapat
mempertimbangkannya dan dapat memantapkan menggunakan
hati IUD
mengatasi-mengatasi
untuk bila
dapat
kerugian
tersebut. Menurunnya kontrasepsi
IUD
penggunaan antara
lain
disebabkan oleh fasilitasi terhadap petugas kesehatan yang kurang optimal, belum meratanya promosi dan KIE yang menjangkau ke seluruh masyarakat, berkurang /
A. Analisis Bivariat 1.
Hubungan antara Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kontrasepsi IUD dengan Rendahnya Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Kurangnya pengetahuan WUS tentang kontrasepsi
IUD
disebabkan bahwa mereka kurang mendapat
informasi
tentang
keuntungan IUD, kerugian IUD,
yang boleh menggunakan IUD,
meningkatkan
yang tidak boleh menggunakan
keluarga serta lingkungannya.
IUD,
syarat
pemakaian
Pengetahuan
atau
IUD.
kesehatan
Tingkat
diri,
pengetahuan
kognitif
masyarakat
merupakan domain yang sangat
penerimaan
penting akan terbentuknya tindakan
masyarakat. Studi yang dilakukan
seseorang,
itu
oleh Anne R Pebley dan James W
pengalaman dan penelitian ternyata
Breckett (2006) menemukan bahwa
perilaku
oleh
“Sekali wanita mengetahui tempat
pengetahuan dan akan langgeng
pelayanan kontrasepsi, perbedaan
daripada
perilaku
jarak dan waktu bukanlah hal yang
disadari
oleh
oleh
karena
yang
disadari
yang
tidak
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).
pemilihan
alat
mempengaruhi
program
dalam
kontrasepsi
Pengetahuan akseptor dapat memperngaruhi
penting
akan
KB
di
menggunakan
dan
mempunyai
hubungan yang signifikan anatara pengetahuan
tentang
tempat
kontrasepsi yang diinginkan, hal ini
pelayanan dan metode kontrasepsi
dikarenakan pengetahuan tersebut
yang
dapat mempengaruhi minat dalam
mengetahui
tempat
pelayanan
menggunakan kontrasepsi. Hal ini
kontrasepsi
lebih
sedikit
sesuai
menggunakan metode kontrasepsi
dengan
Notoatmodjo
pendapat
(2007)
yang
digunakan.
tradisional”.
Wanita
Pengetahuan
benar
adalah hasil tahu dan ini terjadi
termasuk tentang berbagai jenis
setelah
kontrasepsi
melakukan
pengindraan terhadap suatu objek
keikutsertaan
tertentu.
program
Seseorang
yang
akan
program
yang
menyatakan bahwa pengetahuan
orang
tentang
yang
KB
mempertinggi
masyarakat KB.
dalam
Rendahnya
mempunyai tingkat pengetahuan
pencapaian IUD antara lain oleh
yang
disebabkan
luas
khususnya
tentang
masih
dijumpai
kesehatan maka seseorang itu akan
pengetahuan klien tentang IUD
cenderung
yang terbatas sehingga berpengaruh
dan
senantiasa
terhadap kemantapan klien dalam
menerima
IUD
dan
bersedia
menjadi akseptor IUD, tersedianya
dibandingkan dengan wanita umur > 36 tahun.
pilihan metode kontrasepsi lain
Wanita usia subur (WUS)
yang relatif lebih praktis, dan
umur < 20 tahun banyak dianjurkan
terbatasnya tokoh panutan pemakai
untuk menggunakan kontrasepsi pil
IUD di masyarakat.
oral, kondom maupun IUD-mini, dimana umur tersebut merupakan
2.
Hubungan antara Umur Wanita Usia Subur dengan Rendahnya Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tety Erwani (2011) yang
menyatakan
hubungan
antara
bahwa umur
ada
dengan
penggunaan kontrasepsi IUD. Hasil ini juga berbeda dengan penelitian
fase untuk menunda kehamilan. Umur
dianjurkan
makin rendah angka kehamilan dan semakin
besar
menggunakan
proporsi
untuk
kontrasepsi
IUD.
Wanita yang berumur diatas 30 tahun mempunyai peluang 1,20 kali memilih IUD dibandingkan dengan wanita sedangkan
umur wanita
16-20 umur
tahun, 20-35
tahun mempunyai peluang 1,043 kali untuk memilih kontrasepsi IUD
tahun
untuk
banyak
menggunakan
kontrasepsi seperti IUD, suntik pil ataupun
implant
karena
umur
tersebut merupakan fase untuk menjarangkan
kehamilan.
Sedangkan umur > 35 tahun banyak dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) seperti
IUD,
implant
dan
kontrasepsi mantap (MOW/MOP). Tidak
BKKBN (2007) yang menyebutkan dimana semakin tua umur istri,
20-35
antara
adanya
hubungan
umur dengan
pemilihan
metode kontrasepsi IUD yaitu dapat disebabkan
masih
kurang
pahamnya masyarakat mengenai pola dasar penggunaan kontrasepsi IUD secara rasional dan alasan akseptor KB lebih banyak memilih kontrasepsi Non-IUD (pil, suntik, implant, kontrasepsi
kondom) tersebut
karena mudah
diperoleh, lebih praktis, tidak butuh
watu lama dalam pemasangan,
untuk
harganya terjangkau bagi akseptor
sampingan dari masing-masing alat
KB serta tidak menimbulkan efek
kontrasepsi.
samping yang menakutkan (IUD dapat
keluar
mengetahui
Pendidikan sangat berkaitan
sendiri,
erat dengan umur dan pengetahuan.
pemasangannya harus dimasukkan
Semakin matang umur seseorang,
dalam
maka daya pikir seseorang dalam
rahim,
mengganggu
hubungan suami istri).
mengambil keputusan juga jauh lebih
3.
akibat
Hubungan antara Pendidikan Wanita Usia Subur dengan Rendahnya Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Pendidikan menunjukkan hubungan
yang
positif
dengan
pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin
tinggi
cenderung efektif.
memakai Hal
pendidikan
pendidikan kontrasepsi
itu
dikarenakan
dapat
berpengaruh
terhadap keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah anak,
dapat
pengetahuan kontrasepsi,
memperluas mengenai
alat
mengetahui
keuntungan yang diperoleh dengan memakai
kontrasepsi,
meningkatkan kecermatan dalam memilih
alat
kontrasepsi
yang
dibutuhkan dan juga kemampuan
matang.
responden
Kebanyakan
hanya
mendapatkan
informasi tentang kontrasepsi IUD dari
teman,
tetangga
dan
lingkungan sekitar. Informasi yang didapatkan responden dari pihak luar (teman kerja) lebih banyak mengarah
pada
kerugian
yang
dialami, dan terkadang bersikap masa
bodoh
terhadap
perkembangan
kesehatan
disekitarnya. Sehingga membuat responden selalu berfikir tidak ingin
menggunakan
kontrasepsi
dengan alasan takut pemasangan serta takut efek samping yang akan dialami
setelah
menggunakan
kontrasepsi IUD. Perasaan takut yang mayoritas dimiliki akseptor KB
non
IUD
tersebut
akan
berdampak pada ketidaktertarikan mereka untuk memanfaatkan IUD sebagai alternatif berkontrasepsi.
pemilihan alat kontrasepsi yang 4.
Hubungan antara Pendapatan Pasangan Wanita Usia Subur dengan Rendahnya Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Handayani
(2010),
yang
menyatakan
bahwa
tinggi
rendahnya pendapatan keluarga dan keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia karena berkaitan dengan keinginan individu
dan
menentukan
pasangan
untuk
jumlah
anak.
Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi atau pendapatan keluarga di masyarakat karena sangat berkaitan erat dengan kemampuan wanita untuk membeli alat kontrasepsi yang diinginkan. semakin tinggi pendapatan rata-rata keluarga perbulan maka daya beli responden akan kontrasepsi akan
keluarga
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terutama pada pasangan usia
subur
dalam
Pendapatan keluarga yang semakin baik akan berkonstribusi terhadap pemeliharaan
kesehatan
dimana
responden dengan mudah mendapat informasi dan pelayanan KB yang ada disekitar mereka dibandingkan dengan pendapatan keluarga yang rendah. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin mudah keluarga
tersebut
mendapatkan
informasi yang mereka inginkan sehingga
dengan
banyaknya
informasi yang di dapat membawa wawasan responden. Penghasilan
atau
pendapatan keluarga yang cukup akan memotivasi wanita usia subur dalam memilih alat kontrasepsi yang lebih baik pula. Pengguna kontrasepsi memerlukan sejumlah biaya
untuk
memperoleh
dan
menggunakan kontrasepsi selain biaya
untuk
alat
kontrasepsi.
Penggunaan alat kontrasepsi yang efektif mengurangi ketidakpastian
semakin besar pula. Pendapatan
tepat dan aman utnuk digunakan.
penentuan
tentang kapan melahirkan anak, dan memberi
kesempatan
untuk
memanfaatkan waktu dan tenaga
pada
peran
ekonomi
dalam
keluarga.
(SD/SMP) yaitu sebanyak 65 orang dan paling banyak menggunakan kontrasepsi Non IUD ada 60 orang (92,3%), dibandingkan dengan yang
PENUTUP
menggunakan kotrasepsi IUD hanya
A. Kesimpulan
sebanyak 5 orang (7,7%). 1. Sebagian besar pengetahuan wanita usia
subur
(WUS)
tentang
kontrasepsi IUD di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebanyak
adalah 41
cukup
yaitu
dan
paling
orang
banyak menggunakan
kontrasepsi
Non IUD ada 36 orang (87,8%), dibandingkan
dengan
yang
menggunakan kotrasepsi IUD hanya sebanyak 5 orang (12,2%). 2. Sebagian besar umur wanita usia subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang berumur antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 73 orang dan paling
banyak
menggunakan
kontrasepsi Non IUD ada 61 orang (83,6%), dibandingkan dengan yang menggunakan kotrasepsi IUD hanya sebanyak 12 orang (16,4%). 3. Sebagian besar pendidikan wanita usia subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang yaitu berpendidikan dasar
4. Sebagian besar pendapatan pasangan wanita usia subur (WUS) di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang
berpendapatan
rendah
yaitu (<
Rp
1.051.000,-) yaitu sebanyak 59 orang dan paling banyak menggunakan kontrasepsi Non IUD ada 55 orang (93,2%), dibandingkan dengan yang menggunakan kotrasepsi IUD hanya sebanyak 4 orang (6,8%). 5. Sebagian
besar
penggunaan
kontrasepsi pada wanita usia subur (WUS)
di
Desa
Sidomukti
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
adalah
menggunakan
kontrasepsi Non IUD yaitu sebanyak 78
orang
dengan
(85,7%)
dibandingkan
yang
menggunakan
kontrasepsi IUD hanya 13 orang (14,3%). 6. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan
rendahnya
penggunaan kontrasepsi IUD pada wanita usia subur (WUS) di Desa
Sidomukti Kecamatan Bandungan
khususnya IUD baik melalui tenaga
Kabupaten Semarang dengan
kesehatan, media cetak (surat kabar,
p-
value 0,000 < α (0,05).
majalah), media elektronik (televisi,
7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
dengan
sekitar sehingga penggunaan IUD
rendahnya penggunaan kontrasepsi
dapat meningkat sesuai dengan
IUD pada wanita usia subur (WUS)
program pemerintah.
di
pengetahuan
internet, radio) dan lingkungan
Desa
Bandungan
Sidomukti Kabupaten
Kecamatan
2.
Semarang
Diharapkan
dengan p-value 0,452 > α (0,05).
pendidikan,
8. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
dengan
Bagi Institusi Pendidikan
dalam
hal
ini
perpustakaan Stikes Ngudi Waluyo
rendahnya
dapat
menambah
referensi
penggunaan kontrasepsi IUD pada
mengenai
wanita usia subur (WUS) di Desa
memudahkan peneliti selanjutnya
Sidomukti Kecamatan Bandungan
dalam mencari bahan referensi
Kabupaten Semarang dengan p-value
skripsi penelitian.
0,008 < α (0,05)
3.
pendapatan
sehingga
Meningkatkan
penyuluhan
dengan
tentang alat kontrasepsi khususnya
rendahnya penggunaan kontrasepsi
IUD terhadap wanita usia subur
IUD pada wanita usia subur (WUS)
secara
di
berkelanjutan agar mereka lebih
Desa
Bandungan
pasangan
kontrasepsi
Bagi Tenaga Kesehatan
9. Ada hubungan yang signifikan antara
Sidomukti Kabupaten
Kecamatan Semarang
paham
dengan p-value 0,010 < α (0,05).
menyeluruh
tentang
IUD
dan
sehinggan
wanita usia subur dapat termotivasi untuk
menggunakan
kontrasepsi
IUD serta dapat merubah persepsi
B. Saran 1.
institusi
dan anggapan negatif masyarakat
Bagi Wanita Usia Subur (WUS) Diharapkan
meningkatkan pengetahuan tentang kelebihan kontrasepsi
dan jangka
tentang kontrasepsi IUD.
dapat
kekurangan panjang,
4.
Bagi Peneliti Lain Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
berhubungan
dengan
rendahnya
penggunaan
kontrasepsi
Intra
Uterine Device (IUD) pada wanita usia subur (WUS), sehingga dapat diketahui pasti faktor apa saja yang berhubungan
dengan
rendahnya
penggunaan
kontrasepsi
Intra
Uterine Device (IUD) pada wanita usia
subur
(WUS).
Dimana
keterbatasan peneliti disini hanya meneliti
tentang
faktor
pengetahuan, umur, pendidikan dan pendapatan pasangan wanita usia subur (WUS).