PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU IPS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP DUA MEI-CIPUTAT
Disusun Oleh : TIRWAN 1050 15000 659
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA 2010 M/1430 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ” PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU IPS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP DUA MEI CIPUTAT”.
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Guna memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada jenjang Strata Satu (S.1)
Oleh : TIRWAN NIM 1050 15000 659
Dibawah bimbingan
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA NIP. 19
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Bahwasanya dengan ini menerangkan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Kompetensi Sosial Guru terhadap Motivasi belajar Siswa di SMP Dua Mei Ciputat”,, yang disusun oleh :
NAMA
: Tirwan
NIM
: 1050 15000 659
Jurusan
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas
: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Telah melalui proses bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yangberhak untuk diajukan pada sidang Munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Jakarta, Maret 2010 Pembimbing Skripsi
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA
NIP. 19
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul “ Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS terhadap motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat “ diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosyah pada 17 Maret 2010 diahadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS. Jakarta, 17 Maret 2010 Ketua Panitia (Ka Jur)
Tanggal
Tanda Tangan
Drs. H. Nurochim, MM
.............
.......................
.............
........................
..............
.......................
NIP. 19590715 198403 1 003
Penguji I Abdul Rozak, M.S.i NIP.19690908 199603 1 004
Penguji II Drs. H. Nurochim, MM NIP. 19590715 198403 1 003 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 195710 051987 03 1 003
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul “ Efektifitas pelaksanaan Strategi Pembelajaran Sosiologi model Student Team Achievement Division (STAD) dan Team Investigation (TI) terhadap hasil belajar siswa” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosyah pada 17 Maret 2010 diahadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS. Jakarta, 17 Maret 2010 Ketua Panitia (Ka Jur)
Tanggal
Tanda Tangan
Drs. H. Nurochim, MM
.............
.......................
.............
........................
..............
.......................
NIP. 19590715 198403 1 003
Penguji I Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA NIP. 1947114 198510 110
Penguji II Drs. H. Syaripulloh, M. Si NIP. 150 389 364 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 195710 051987 03 1 003
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA
: Tirwan
NIM
: 105015000659
JURUSAN
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
ANGKATAN
: 2005
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMP Dua Mei Ciputat” adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen: NAMA
: Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA
NIP
: 1947114 198510 110
Dosen Jurusan
: Pendidikan IPS
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan karya sendiri. Jakarta, 4 Maret 2010 Yang menyatakan,
Tirwan
LEMBAR UJI REFERENSI NAMA
: Tirwan
NIM
: 105015000659
Jurusan
: Pendidikan IPS
Judul Skripsi
: Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS terhaap Motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat.
No
Judul Buku dan Nama Pengarang
1.
Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Sardiman, AM.
2.
Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Ngalim Purwanto.
3.
Pola Asuh Orang Tua, Moch. Sochub.
4.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003 .
5.
Pendidikan Guru, Oemar Hamalik.
6.
Guru dalam Proses Belajar Mengaja, Muhammad Ali.
7.
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Muhibbin Syah.
8.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud.
9.
UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
10.
Menjadi Guru Profesional, Muhamad Uzer Usman.
Paraf Pembimbing
11.
Pembelajaran Visioner , Isjoni.
12.
Model Pembelajaran yang memperhatikan keragaman Individu dalam KBK., Syafruddin Nurdin.
13.
Blog Dunia Psikologi » Blog Archive » Aspek Kompetensi Sosial.htm
14.
Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, E.Mulyasa.
15.
“Membangun Profesionalisme Guru IPS:Antara Harapan dan Tantangan, Sapriya.
16.
Psikologi Sutau Pengantar Dalam Perspektif Islam, Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab.
17.
Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkunga, Zikri Neni Iska.
18.
Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri Dan Organisasi ,Sahlan Asnawi.
19.
Psikologi Pendidika, M. Alisuf Sabri.
20.
Blog. Dede Rosyada.com.
21.
Psikologi Umum dan Perkembangan, Akhyas Azhar.
22.
“ Teori-teori Motivasi, Akhmad Sudrajat.
23.
Psikologi Pendidikan, Abd. Rahman Abror.
24.
Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Abdul Mujib.
25.
Teori-Teori Belajar , Ratna Wilis Dahar.
26.
Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, S. Margono.
27.
Statistik Untuk Penelitian, Sugiyono.
28.
Metode Penelitian Sosial , Ulber silalahi.
29.
Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Suharsimi Arikunto.
30.
Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Sugiyono.
31.
Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Riduwan.
32.
Pengantar Statistik, Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar.
33.
Analisas Statistic dengan Microsoft Excel dan SPSS,. Purbayu Budi Santosa dan Ashari.
34.
Pengantar Statsistik Pendidikan, Anas Sudijono.
Pembimbing,
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA NIP.19…
QUISIONER (Yang Valid) ”Mengenai Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP Dua Mei-Ciputat” Petunjuk : 1. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi 2. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut 3. Pertanyaan ini tidak ada hubunganya dengan penilaian hasil belajar 4. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda.
Nama
: __________________ Hari/Tanggal :_______/__________ 2010
Kelas
: VIII (A/B)
Pertanyaan 1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Apakah anda menyukai semua materi-materi yang ada pada pelajaran IPS ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
5. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban teman juga benar. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di Kelas a. Selalu
c. Kadang-kadang
1
b. Sering
d. Tidak pernah
7. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang pelajaran sekolah. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam kelas, ketika pembelajaran berlangsung a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
11. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar di kelas a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
12. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
13. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
14. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga saya lebih mudah memahaminya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
15. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (rangkuman pelajaran) di white board yang memudahkan siswa memahami pelajaran a. Selalu
c. Kadang-kadang
2
b. Sering
d. Tidak pernah
16. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun tidak a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
17. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
18. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
19. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
20. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
21. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
22. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya menyukai pelajaran ini a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
23. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal kehidupan bermasyarakat a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
24. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
3
25. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop supaya mempermudah siswa dalam memahami pelajaran. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
4
ABSTRACT
Tirwan. Education Department of Social Sciences Faculty of Science and Teaching tarbiyah. The influence of Social Competence Social Science teacher to students' learning motivation in junior high school in May Ciputat Two. The purpose of this research is to determine whether there is influence of social competence of teachers to students' learning motivation and how the nature of these effects. The method used in this study is a quantitative approach to the instrument used is the method of interviews and questionnaire surveys conducted by first testing the validity, reliability and normality of the data. Then the data is processed by using the formula of Pearson Product Moment and interpreted by the numbers Pearson Product Moment correlation is simple. From the data obtained was obtained r values of 0.659 with a significance level of 0.00 means that the correlation has statistical significance level, because the confidence level of more than 0.01 and calculated values of r> r table. And the t value of 6.54 calculated with N = 48 and t t table tables obtained for 2, 563, so t count> t table. Therefore, it can be concluded that there is the influence of social competence of teachers to students' learning motivation, then the null hypothesis (Ho) is rejected and the initial hypothesis (Ha) accepted
ABSTRAK Tirwan. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan. Pengaruh Kompetensi Sosial guru IPS terhadap Motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa dan bagaimanakah sifat pengaruhnya tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan instrument yang digunakan adalah metode wawancara dan angket kuisioner dengan terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas dan normalitas datanya. Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dan diinterpretasikan dengan dengan angka korelasi Pearson Product Moment secara sederhana. Dari data yang diperoleh ternyata didapat nilai r sebesar 0,659 dengan taraf signifikansi 0,00 berarti korelasi tersebut memiliki taraf signifikansi secara statistik, karena tingkat kepercayaannya lebih dari 0,01 dan nilai r Dan nilai t hitung sebesar 6,54 dengan N = 48 dan t 563, jadi nilai t
hitung
>t
tabel.
tabel
hitung
>r
tabel.
diperoleh t tabel sebesar 2,
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa, maka Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesa awal (Ha) diterima.
This is the html version of the file http://www.depkes.go.id/downloads/bab_6.pdf. Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.
Page 1 Renstra Depkes 2005-2009
31
BAB VI PROGRAM-PROGRAM Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran, maka disusunlah program-program Departemen Kesehatan untuk kurun waktu 20052009, yakni sebagai berikut: A. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Tujuan program: memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dari program ini
meliputi: 1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE): (a) Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan; (b) Mengembangkan pendekatan dan teknologi promosi kesehatan; (c) Mengembangkan model promosi kesehatan melalui pendekatan lokal spesifik. 2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, dan generasi muda: (a) Pemberdayaan/ penggerakan masyarakat dalam upaya kesehatan; (b) Peningkatan kelembagaan upaya kesehatan bersumber masyarakat. 3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat: (a) Menyusun kerangka dan materi kebijakan promosi kesehatan; (b) Meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program promosi kesehatan; (c) Mengembangkan kemitraan dengan lintas program, sektor, LSM, dan swasta; (d) Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatan
Page 2 Renstra Depkes 2005-2009
32
melalui berbagai saluran media; (e) Menyusun rencana dan pelaksanaan evaluasi program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; (f) Menyusun dan mengembangkan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan pedoman promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat; (g) Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. B. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT Tujuan program: mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan tentang penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (c) Menyediakan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (f) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (g) Melakukan kajian upaya penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (h) Mengembangkan sistem informasi lingkungan sehat; (i) Meningkatkan dan mengembangkan klinik sanitasi; (j) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penyediaan air bersih dan sanitasi.
Page 3 Renstra Depkes 2005-2009
33
2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (c) Melakukan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan terutama dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiap-siagaan dan penanggulangan serta pasca KLB/Bencana maupun kesehatan matra; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman untuk pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (f) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (g) Melakukan kajian upaya pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (h) Mengembangkan surveilans faktor risiko lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan lingkungan sehat; (i) Mengembangkan upaya pengawasan lingkungan dan kesehatan kerja; (j) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan. 3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (c) Menyediakan kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan
bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (f)
Page 4 Renstra Depkes 2005-2009
34
Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (g) Melakukan analisis dampak dan risiko kesehatan terhadap rencana pembangunan serta melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap dampak pembangunan; (h) Melakukan kajian upaya pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (i) Menanggulangi Kejadian Luar Biasa yang berhubungan dengan lingkungan dan keracunan; (j) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan. 4. Pengembangan wilayah sehat: (a) Menyiapkan materi dan menyusun peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang pengembangan wilayah sehat dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengembangan wilayah sehat; (c) Menyusun perencanaan terpadu kawasan lingkungan spesifik dan menyediakan kebutuhan pengembangan wilayah sehat sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengembangan wilayah sehat; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pengembangan wilayah sehat; (f) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pengembangan wilayah sehat; (g) Melakukan kajian upaya pengembangan wilayah sehat; (h) Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengembangan wilayah sehat; (i) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengembangan wilayah sehat. C. PROGRAM UPAYAKESEHAT AN MASYARAKAT Tujuan program: meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan bidan di desa.
Page 5 Renstra Depkes 2005-2009
35
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya; (a) Menyusun kerangka kebijakan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; (b) Menyusun pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis pelayanan kesehatan
gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; (c) Melakukan fasilitasi penyediaan pembiayaan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; (d) Melakukan penggerakan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi, termasuk penanganan keluhan masyarakat. 2. Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya: (a) Menyusun kebijakan peningkatan/pengadaan/perbaikan, standarisasi sarana/prasarana Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas; (b) Melakukan fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya; (c) Melaksanakan fasilitasi pengadaan sarana dan prasarana kesehatan dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat bencana, terutama yang berskala nasional; (d) Melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana UPT Ditjen Bina Kesmas; (e) Melaksanakan fasilitasi pengadaan sarana dan prasarana UPT Kesmas milik Dinas Kesehatan Provinsi. 3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial: (a) Menyusun standarisasi peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial bagi Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas termasuk dalam keadaan bencana; (b) Melakukan fasilitasi pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial bagi Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas termasuk dalam keadaan bencana. 4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan
Page 6 Renstra Depkes 2005-2009
36
gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar: (a) Menyusun kerangka kebijakan pengembangan upaya kesehatan keluarga (kesehatan ibu, bayi, anak, usia sekolah, remaja, usia subur, dan usila), kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat; (b) Menyiapkan materi dan menyusun peraturan dan perundangan serta petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis/pedoman upaya kesehatan keluarga, kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat; (c) Melakukan fasilitasi, pemantauan, dan pembinaan upaya kesehatan keluarga, kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat; (d) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan di bidang upaya kesehatan keluarga, kesehatan komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah
kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat. 5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan: (a) Menyelenggarakan administrasi dan operasional bina kesehatan masyarakat; (b) Menyelenggarakan administrasi dan operasional upaya penanggulangan masalah kesehatan. D. PROGRAM UPAYAKESEHATAN PERORANGAN Tujuan program: meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS: (a) Menyusun kerangka kebijakan dan standar pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III RS; (b) Menyusun dan sosialisai standar, pedoman, dan prosedur pentarifan bagi penduduk miskin di kelas III RS; (c) Bimbingan teknis dan penanganan kasus dalam
Page 7 Renstra Depkes 2005-2009
37
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien Gakin di kelas III RS; (d) Sosialisasi, monitoring dan evaluasi pelayanan dan penanganan pasien Gakin, termasuk KLB dan kegawat daruratan medik/bencana di RS; (e) Operasional Yankes Gakin di rawat jalan & rawat inap kelas III RS. 2. Pembangunan Sarana dan Prasarana RS di Daerah tertinggal secara selektif: (a) Menyusun kerangka kebijakan sarana dan prasarana kesehatan RS termasuk SPGDT di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan pemekaran; (b) Menyusun kerangka kebijakan, standar dan pedoman pendirian RS di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan pemekaran; (c) Sosialisasi kebijakan, pedoman dan standar pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah terpencil, perbatasan kepulauan dan pemekaran; (d) Melakukan bimbingan teknis dan monev pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah terpencil, perbatasan kepulauan dan pemekaran; (e) Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana RS Daerah Tertinggal. 3. Perbaikan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit: (a) Menyusun kebijakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan; (b) Menyusun standar dan pedoman mengenai sarana dan prasarana RS, termasuk SPGDT pra-RS & RS; (c) Pemutakhiran data sarana, prasarana dan alat medik serta non medik di RS, SPGDT pra-RS & RS; (d) Perbaikan sarana dan prasarana RS/UPT Vertikal; (e) Fasilitasi Perbaikan sarana dan prasarana RS Daerah khususnya RS Pendidikan termasuk RS Pendidikan Afiliasi dan RS Pendidikan Satelit, RS Non Pendidikan dalam rangka memenuhi standar kelas RS; (f) Bimbingan teknis mengenai sarana dan prasarana RS dan sarana Gawat Darurat Pra RS dan RS; (h) Monitoring dan evaluasi perbaikan sarana
dan prasarana RS. 4. Pengadaan obat dan perbekalan RS: (a) Menyusun kriteria alat peraga/manikin untuk peningkatan keterampilan dokter dan awam umum/khusus; (b) Menyusun pedoman dan standar peralatan di RS termasuk SPGDT Pra RS & RS serta pelayanan dasar; (c) Menyusun Standar Nasional
Page 8 Renstra Depkes 2005-2009
38
Indonesia (SNI) alat kesehatan; (d) Pengadaan peralatan kesehatan dan penunjang untuk RS Vertikal,serta labkes termasuk perangkat lunak dan perangkat keras dan untuk operasional Dit Yanmed dan Gigi Dasar; (e) Fasilitasi pengadaan peralatan RS Daerah; (f) Bimtek pengadaan peralatan di RS. 5. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan: (a) Menyusun kebijakan peningkatan pelayanan kesehatan rujukan Upaya Kesehatan Perorangan di RS dan Labkes; (b) Menyusun standar, pedoman dan peta/pola pelayanan kesehatan rujukan; (c) Menyusun Grand Desain Safe Community (SC); (d) Meningkatkan upaya jangkauan kwalitas dan citra pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan; (e) Menyusun sistem rujukan dalam peningkatan jejaring pelayanan medik termasuk jejaring rujukan medik pada kegawatdaruratan; (f) Peningkatan pelayanan, kualitas dan jejaring labkes; (g) Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan melalui sosialisasi dan advokasi akreditasi RS dan sarana kesehatan lainnya; (h) Pengembangan dan pemenuhan sumberdaya manusia termasuk pendidikan dokter spesialis berbasis kompetensi; (i) Penapisan teknologi dan pengembangan pelayanan unggulan serta pelayanan kedokteran komplementer dan alternatif; (j) Bimbingan teknis dan pelatihan tenaga kesehatan di sarana kesehatan dan pengembangan sistem pelayanan darah; (k) Bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi pelayanan gawat darurat pra-RS dan RS, Pedoman kerja Brigade Siaga Bencana (BSB) pengembangan model Safe Community, Disaster Victims Identification (DVI), penatalaksanaan DBD, penyakit tropik dan infeksi serta hospital disaster preparedness; (l) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana induk rekam medis dan manajemen informasi kesehatan di RS; (m) Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi peningkatan pelayanan kesehatan rujukan termasuk pelayanan PONEK; (n) Bimbingan teknis, advokasi, sosialisasi, informasi kesehatan/RS, SPGDT/SC, Humas dan pelaksanaan pelayanan medik dan Gigi Dasar; (o) Pengembangan sistem Informasi RS secara elektronik.
Page 9 Renstra Depkes 2005-2009
39
6. Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga: (a) Menyusun kebijakan praktik kedokteran keluarga; (b) Menyusun pedoman pengembangan kedokteran keluarga; (c) Menyusun standar akreditasi kedokteran keluarga; (d) Bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi penerapan kebijakan praktik kedokteran keluarga; (e) Advokasi, sosialisasi, dan uji coba pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga. 7. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan: (a) Menyusun rencana jangka panjang, jangka menengah, dan rencana kerja tahunan upaya kesehatan perorangan/ pelayanan medik; (b) Menyusun dan sosialisasi kebijakan pemberlakuan perundang-undangan di bidang pelayanan medik dan kegiatan penunjangnya/manajemen; (c) Menyusun perencanaan dan perhitungan anggaran UPT Pelayanan medik; (d) Asistensi pelaksanaan anggaran subsidi; (e) Peningkatan kemampuan tenaga di bidang manajemen pelayanan medik; (f) Evaluasi kinerja program dan keuangan upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik; (g) Implementasi sistem akuntansi keuangan RS; (h) Penyusunan laporan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Ditjen Yan Medik; (i) Menyusun dan sosialisasi berbagai pedoman manajemen upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik; (j) Advokasi penyelenggaraan UKP; (k) Penataan organisasi RS dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik; (l) Perencanaan dan Monev PHLN; (m) Biaya operasional fungsional dan administrasi kantor pusat, serta RS dan UPT Vertikal; (n) Operasional dan dukungan program. 8. Peningkatan Peran Serta Sektor Swasta dalam UKP: (a) Menyusun kebijakan peningkatan peran serta sektor swasta dalam penyelenggaraan RS dan sarana pelayanan medik dasar serta spesialistik; (b) Menyusun kebijakan dan bimbingan teknis serta sosialisasi peran serta swasta pada SPGDT/SC dan kewaspadaan dini serta penanggulangan bencana; (c) Menyusun pedoman kerja sama perumahsakitan; (d) Sosialisasi, monitoring dan evaluasi kebijakan liberalisasi perdagangan bebas bidang kesehatan;
Page 10 Renstra Depkes 2005-2009
40
(e) Sosilisasi pedoman kemitraan Humas di lingkungan Ditjen Bina Yanmed dengan LSM. E. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT Tujuan program: menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan untuk pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (c) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (f) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (g) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (h) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (i) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (j) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Page 11 Renstra Depkes 2005-2009
41
2. Peningkatan imunisasi: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi; (c) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program imunisasi; (e) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi; (f) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program imunisasi; (g) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi; (h) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi; (i) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi; (j) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi; (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita; (c) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program penemuan dan tatalaksana penderita; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita; (f) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita; (g) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita; (h) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita; (i) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita; (j)
Page 12 Renstra Depkes 2005-2009
42
Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan tatalaksana penderita. 4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (c) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (e) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk dampak bencana; (f) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (g) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (h) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (i) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah; (j) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah. (k) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah. 5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit: (a) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya; (b) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (c) Menyediakan
Page 13 Renstra Depkes 2005-2009
43
kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan; (d) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (e) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (f) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (g) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (h) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (i) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (j) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit. F. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Tujuan program: meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak Balita. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Peningkatan pendidikan gizi; (a) Menyiapkan kerangka
kebijakan dan menyusun strategi pendidikan gizi masyarakat; (b) Mengembangkan materi KIE gizi; (c) Menyebarluaskan materi pendidikan melalui institusi pendidikan formal, non formal, dan institusi masyarakat; (d) Menyelenggarakan promosi secara berkelanjutan; (e) Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan teknis dan manajemen; (f) Pembinaan dan peningkatan kemampuan petugas dalam program perbaikan gizi.
Page 14 Renstra Depkes 2005-2009
44
2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; (a) Pemantauan dan promosi pertumbuhan; (b) Intervensi gizi yang meliputi pemberian makanan tambahan, suplementasi obat program, dan fortifikasi bahan makanan; (c) Tatalaksana kasus kelainan gizi; (d) Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang; (e) Melakukan pendampingan. 3. Penanggulangan gizi lebih; (a) Penyusunan kebijakan penanggulangan gizi lebih; (b) Konseling gizi; (c) Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi lebih. 4. Peningkatan surveilens gizi; (a) Melaksanakan dan mengembangkan PSG, PKG, serta pemantauan status gizi lainnya; (b) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB; (c) Meningkatkan SKPG secara lintas sektor; (d) Pemantauan dan evaluasi program gizi; (e) Mengembangkan jejaring informasi gizi. 5. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi; (a) Fasilitasi upaya pemberdayaan keluarga antara lain melalui kader keluarga, positif deviant (pos gizi), kelas ibu; (b) Menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM, dunia usaha dan masyarakat; (c) Mengembangkan upayaupaya pemberdayaan ekonomi kader dan keluarga; (d) Fasilitasi revitalisasi Posyandu; (e) Advokasi program gizi; (f) Mengembangkan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi G. PROGRAM SUMBERDAYAKESEHATAN Tujuan program: meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan, sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Page 15 Renstra Depkes 2005-2009
45
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan; (a)
Menyusun petunjuk/pedoman penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan; (b) Melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan; (c) Pengembangan dan pemanfaatan tenaga kesehatan; (d) Melaksanakan penyusunan perencanaan program, monitoring dan evaluasi, dan pengembangan sistem informasi PPSDMK; (e) Menyusun kerangka kebijakan pengembangan SDM Kesehatan; (f) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pendayagunaan tenaga kesehatan. 2. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan; (a) Pengembangan SDM Kesehatan; (b) Pengembangan manajemen pelatihan; (c) Pengembangan metode dan teknologi pelatihan; (d) Pengendalian mutu pelatihan; (e) Pengembangan sumberdaya pelatihan; (f) Penyelenggaraan pelatihan di Bapelkes; (g) Pengembangan manajemen pendidikan tenaga kesehatan; (h) Pengembangan kurikulum dan sistem PBM pendidikan tenaga kesehatan; (i) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan tenaga kesehatan; (j) Pengendalian mutu pendidikan tenaga kesehatan; (k) Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan di institusi penyelenggara pendidikan tenaga kesehatan; (l) Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan provinsi; (m) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pendidikan tenaga kesehatan, serta pelatihan. 3. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan; (a) Pengendalian mutu dan standarisasi kompetensi tenaga kesehatan; (b) Melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem karir tenaga kesehatan; (c) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program PPSDM Kesehatan. 4. Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan: (a) Peningkatan kemadirian organisasi profesi; (b) Pemberdayaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar
Page 16 Renstra Depkes 2005-2009
46
negeri; (c) Memfasilitasi pembentukan dan pembinaan konsil; (d) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pemberdayaan profesi dan tenaga kesehatan luar negeri. H. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN Tujuan program: menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan; (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di sektor
publik; (b) Melaksanakan pengadaan buffer stock obat dan perbekalan kesehatan essensial untuk pelayanan kesehatan dasar, obat-obatan jangka panjang yang tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat dan orphan drugs (obat-obatan langka) serta obat dan perbekalan kesehatan untuk keluarga miskin; (c) Memfasilitasi daerah dalam penyediaan obat-obatan, alat-alat medis, peralatan terapi medis dan perbekalan kesehatan; (d) Melaksanakan monitoring ketersediaan obat dan perbekalan di sarana distribusi maupun di sarana pelayanan kesehatan termasuk survei cepat ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiapsiagaan dan penanggulangan serta pasca KLB/bencana; (e) Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program obat dan perbekalan kesehatan. 2. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan; (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan; (b) Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di pelayanan kesehatan dasar; (c) Membina dan mengembangkan serta mengoptimalkan industri farmasi nasional berbasis
Page 17 Renstra Depkes 2005-2009
47
keanekaragaman sumberdaya alam dan keunggulan daya saing. 3. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan; (a) Menyusun kerangka kebijakan pembinaan produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan; (b) Pengamanan bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan perbekalan kesehatan, melalui kegiatan advokasi dengan pemerintah daerah, lintas sektor terkait, LSM, perguruan tinggi dan ikatan profesi; (c) Membina, mengembangkan dan penerapan standar mutu obat dan perbekalan kesehatan; (d) Memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat dan perbekalan kesehatan, melalui komunikasi, informasi dan edukasi terhadap risiko penggunaan produk yang tidak memenuhi persyaratan; (e) Membina dan mengembangkan sarana produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan. 4. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin; (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan keterjangkauan serta pembinaan penggunaan obat rasional dan perbekalan kesehatan; (b) Menerapkan penggunaan obat esensial melalui pengembangan monitoring dan evaluasi daftar obat esensial nasional secara berkala; (c) Merevitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah; (d) Meningkatkan penggunaan obat rasional antara lain mencakup pengembangn dan penerapan pedoman pengobatan yang
rasional di berbagai tingkat pelayanan, pemberdayaan komite farmasi dan terapi di RS serta pendidikan dan pelatihan; (e) Pengendalian terhadap promosi/iklan obat dan perbekalan kesehatan serta pengembangan sistem monitoring efek samping; (f) Penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan promosi penggunaan obat rasional melalui mengembangkan sumberdaya kesehatan yang tersedia. 5. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit. (a) Menyusun kerangka kebijakan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di komunitas dan rumah sakit; (b) Meningkatkan profesionalisme tenaga
Page 18 Renstra Depkes 2005-2009
48
farmasi melalui pelaksanaan Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker; (c) Membina dan meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian. I. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN Tujuan program: mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan nasional. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan: (a) Melaksanakan pengkajian kebijakan dan pembangunan kesehatan; (b) Merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan; (c) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan pembangunan kesehatan; (d) Mengembangkan metode dan teknik pengkajian dan pembangunan kesehatan; (e) Melakukan pembinaan kajian kebijakan dan pembangunan kesehatan; (f) Mengembangkan sumberdaya kajian pembangunan kesehatan; (g) Mengembangkan jejaring kajian dan data based pembangunan kesehatan; (h) Menyediakan dukungan administrasi dan manajemen kajian pembangunan kesehatan. 2. Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan: (a) Menyusun rencana kinerja pembangunan kesehatan; (b) Menyusun standar pembiayaan pembangunan kesehatan; (c) Menyusun indikator kinerja pembangunan kesehatan; (d) Menyusun rencana kerja dan penganggaran departemen; (e) Melakukan koordinasi dalam perencanaan dan penganggaran; (f) Meningkatkan kemampuan tenaga dalam manajemen perencanaan dan penganggaran; (g) Melaksanakan perencanaan kerjasama luar negeri; (h) Melaksanakan evaluasi dan pelaporan
pembangunan kesehatan; (i) Menyelenggarakan pembinaan
Page 19 Renstra Depkes 2005-2009
49
hukum kesehatan; (j) Mengembangkan organisasi dan tatalaksana kesehatan; (k) Mengembangkan sistem informasi keuangan; (l) Menyelenggarakan administrasi keuangan dan perlengkapan departemen; (m) Melaksanakan pembinaan dan penatausahaan BUMN/BLU. 3. Pengembangan sistem informasi kesehatan: (a) Melaksanakan penataan Sistem Informasi Kesehatan (SIK); (b) Memfasilitasi Pengembangan SIK Daerah; (c) Melaksanakan pengelolaan Data/Informasi Kesehatan; (d) Mengembangkan Sumber Daya Informasi Kesehatan; (e) Menyelenggarakan administrasi dan operasional pengembangan sistem informasi kesehatan. 4. Pengembangan sistem kesehatan daerah: (a) Melaksanakan advokasi dan fasilitasi penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKP dan SKK); (b) Melaksanakan kajian pelaksanaan Sistem Kesehatan Daerah. 5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat secara kapitasi dan pra upaya terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan: (a) Menyusun kerangka kebijakan pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK); (b) Melaksanakan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kebijakan pembiayaan dan JPK; (c) Melakukan fasilitasi, monitoring dan Evaluasi, dan SIM kegiatan pembiayaan dan JPK; (d) Melaksanakan pengembangan kendali biaya dan kendali mutu JPK; (e) Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dalam pengembangan pembiayaan, dan JPK; (f) Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional pengembangan JPK. J. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Tujuan program: meningkatkan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan kesehatan.
Page 20 Renstra Depkes 2005-2009
50
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Penelitian dan pengembangan: (a) Merumuskan kebijakan litbangkes; (b) Meningkatkan manajemen litbangkes; (c) Melaksanakan penelitian kesehatan di bidang sistem dan kebijakan kesehatan, biomedis dan farmasi termasuk tanaman obat bahan alam Indonesia, ekologi dan status kesehatan, gizi dan makanan; (d) Melaksanakan studi strategi antara lain meliputi rapid assessment, survei cepat dan studi kedaruratan; (e) Melaksanakan fasilitasi pengembangan dan pemberdayaan litbangkes daerah antara lain meliputi prioritas dan agenda litbangkes daerah, survei kesehatan daerah dan riset pembinaan kesehatan; (f) Meningkatkan pemanfaatan hasil litbangkes dalam pembangunan kesehatan. 2. Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian: (a) Meningkatkan kapasitas kelembagaan; (b) Mengembangkan laboratorium litbangkes; (c) Meningkatkan jumlah, jenis dan kompetensi tenaga peneliti dan penunjang; (d) Meningkatkan jumlah dan mutu sarana dan prasarana litbangkes dan penunjang; (e) Menyelenggarakan dukungan administrasi dan operasional program litbangkes 3. Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan: (a) Meningkatkan promosi litbangkes; (b) Mengembangkan jaringan informasi litbangkes; (c) Meningkatkan diseminasi, dokumentasi dan publikasi hasil litbangkes; (d) Mengembangkan perpustakaan dan museum litbangkes; (e) Mengembangkan wisata ilmiah litbangkes; (f) Mengembangkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). K. PROGRAM PENDIDIKAN KEDINASAN Tujuan program: untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan profesionalisme pegawai dan calon pegawai negeri departemen kesehatan atau lembaga pemerintah non departemen yang berkaitan dengan kesehatan, dalam
Page 21 Renstra Depkes 2005-2009
51
pelaksanaan tugas kedinasan yang di selenggarakan melalui jalur pendidikan formal. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Penguatan keterampilan dan profesionalisme pendidikan dan kependidikan: (a) Peningkatan kualitas, kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik dan pendidikan melalui pendidikan dan latihan baik gelar maupun non gelar; (b) Riset pembinaan tenaga kesehatan (Risbinakes). L. PROGRAM PENGELOLAAN SDM APARATUR Tujuan program: meningkatkan sistem pengelolaan dan kapasitas sumberdaya manusia aparatur sesuai dengan
kebutuhan dalam melaksanakan tugas kepemerintahan dan pembangunan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Menata kembali SDM aparatur sesuai dengan kebutuhan akan jumlah dan kompetensi serta perbaikan distribusi pegawai: (a) Pengelolaan dan pengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian; (b) Penyusunan rencana kebutuhan, pelaksanaan seleksi, pengangkatan dan penempatan pegawai, serta evaluasinya; (c) Percepatan penyelesaian pemindahan, pemberhentian sesuai dengan kebutuhan organisasi. 2. Menyempurnakan sistem manajemen pengelolaan SDM aparatur pada sistem karier dan remunerasi: (a) Pengelolaan Sistem Karier PNS; (b) Operasional dan dukungan administrasi kepegawaian. 3. Meningkatkan kompetensi SDM aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung Jawabnya: (a) Peningkatan kapasitas SDM kepegawaian; (b) Peningkatan pelayanan kesehatan pegawai Depkes; (c) Peningkatan
Page 22 Renstra Depkes 2005-2009
52
koordinasi pengelola kepegawaian Depkes; (d) Peningkatan kesejahteraan pegawai. 4. Menyiapkan dan menyempurnakan berbagai peraturan dan kebijakan manajemen Kepegawaian: (a) Penyusunan rancangan peraturan pelaksanaan kepegawaian; (b) Penyusunan petunjuk pelaksanaan peraturan kepegawaian. 5. Mengembangkan profesionalisme pegawai melalui penyempurnaan aturan, etika dan mekanisme penegakkan hukuman disiplin: (a) Penyempurnaan peraturan tentang etika; (b) Pelaksanaan penegakkan hukuman disiplin. M. PROGRAM PENYELENGGARAAN PIMPINAN KENEGARAAN DAN KEPEMERINTAHAN Tujuan program: membantu kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Menyediakan fasilitas kebutuhan kerja pimpinan: (a) Pelayanan ketatausahaan Pimpinan; (b) Peningkatan koordinasi dan hubungan kerja sama di dalam dan luar negeri; (c) Penyediaan sarana dan prasarana kerja Pimpinan; (d) Penyediaan dukungan kegiatan pengendalian dan pembinaan teknis Pimpinan. 2. Mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi kantor kepemerintahan: (a) Penyediaan gaji dan belanja pegawai; (b) Penyediaan, pemeliharaan dan pengamanan gedung, sarana dan prasarana kantor Departemen; (c) Pengelolaan aset dan inventaris milik negara di lingkungan Setjen; (d) Peningkatan dan peremajaan sarana dan prasarana kantor.
Page 23 Renstra Depkes 2005-2009
53
3. Menyelenggarakan koordinasi dan konsultasi rencana dan program kerja kementerian: (a) Penyusunan rencana strategis dan program kerja; (b) Penyusunan anggaran 4. Meningkatkan fungsi manajemen yang efisien dan efektif: (a) Peningkatan kualitas SDM; (b) Peningkatan administrasi hubungan luar negeri dan rekrutmen petugas kesehatan haji (TKHI); (c) Pengembangan manajemen kearsipan departemen; (d) Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan; (e) Peningkatan koordinasi dan sinergi internal; (f) Peningkatan administrasi umum dan kepegawaian; (g) Peningkatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan; (h) Peningkatan pelayanan kehumasan departemen dan komunikasi publik; (i) Peningkatan pelayanan keprotokolan pimpinan; (j) Pengembangan sistem, dan protap pelayanan; (k) Pengembangan dan penerapan instrumen-instrumen manajemen, khususnya manajemen sumberdaya kesehatan (l) Pengembangan organisasi dan kelembagaan kesehatan; (m) Pengembangan tata laksana dan tata hubungan kerja; (n). Dukungan Operasional Program; N. PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARAT UR NEGARA Tujuan program: menyempurnakan dan mengefektifkan sistem pengawasan dan audit serta sistem akuntabilitas kinerja dalam mewujudkan aparatur negara yang bersih, akuntabel, dan bebas KKN. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi: 1. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan masyarakat: (a) Peningkatan pengawasan langsung; (b) Peningkatan pengawasan tidak langsung; (c) Pengembangan tenaga pemeriksa yang profesional melalui Capacity building. 2. Menata dan menyempurnakan kebijakan, sistem dan struktur kelembagaan serta prosedur pengawasan yang
Page 24 Renstra Depkes 2005-2009
54
independen, efektif, transparan, dan terakunkan: (a) Penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program pengawasan; (b) Penyelenggaraan/perumusan sistem dan
prosedur teknis pengawasan. 3. Meningkatkan tindak lanjut temuan hasil pengawasan: (a) Pemutakhiran data hasil pengawasan; (b) Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan. 4. Meningkatkan koordinasi pengawasan yang lebih komprehensif: (a) Koordinasi internal, eksternal dan pengawasan masyarakat; (b) Koordinasi internal dalam tindak lanjut hasil pengawasan. 5. Mengembangkan pengawasan berbasis kinerja: (a) Penyusunan standar/pedoman pengawasan; (b) Penelitian dan pengembangan pengawasan; (c) Bimbingan teknis pengawasan 6. Mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja dan mendorong peningkatan impelementasinya pada seluruh instansi: (a) Perumusan sistem akuntabilitas; (b) Monitoring penerapan sistem akuntabilitas. 7. Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi APFP dan perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan: (a) Pengembangan dan peningkatan sistem informasi hasil pengawasan; (b) Perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan. 8. Melakukan evaluasi berkala atas kinerja dan temuan hasil pengawasan: (a) Evaluasi hasil pengawasan; (b) Evaluasi kinerja.
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kenikmatan kepada makhluknya dengan tanpa pilih kasih, dan senantiasa memberikan kemudahan bagi hamba-hambanya yang selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan tanpa kenal lelah. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda alam, manusia yang penuh dengan ketawadu’an dan sifat kesahaajaan. Kepada keluarga, sahabatsahabatnya dan kepada umatnya yang senantiasa menjalankan sunnahnya. Selanjutnya penulis menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan rasa terima kasih penulis sampaikain kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM., Ketua Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak. 4. Bapak Prof. Dr. Rusmin tumanggor, M.A, Dosen Pembimbing telah memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Bapak Enjang Supyan, S. Pd, Kepala Sekolah SMP Dua Mei Ciputat dan Bapak Saptono, S. Pd dan Ibu Dra. Sofarida, Guru Mata Pelajaran IPS serta staff TU SMP Dua Mei Ciputat. Terima kasih atas semua bantuannya selama ini kepada penulis. 6. Orang tua penulis yaitu Bapak Soleman dan Mih Casriti yang telah meniti akhlak penulis untuk menata kehidupan dimasa mendatang. Terima kasih atas semua sokongan moriil dan materiil, semoga Allah selalu memberikan kasih
i
sayangnya pada kalian seperti kalian memberikannya kepada penulis dan terima kasih atas segala kepercayaannya selama ini, hingga penulis sampai pada jenjang ini. 7. Kakak tercinta Ceu Neni, terima kasih atas segala bantuan, kesabaran dan pengertiannya selama ini kepada penulis, adikku Neng Ani yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis, serta Keponakanku Ella yang selalu memberikan keceriaan ketika bertemu. 8. Keluarga di Ciputat, Mang Warlan, Bi Yati dan sepupuku Wiwid serta Uwak Etom, Uwak Nyai, terima kasih atas bantuannya selama ini kepada penulis, hanya Allah yang bisa membalas kalian semua. 9. Rekan-rakan mahasiswa IPS angkatan 2005, Mas Heri, Babeh Andri, BeQi, Tri Sutaji (Joly/Ibenk), Abi Fi’i, Muhai, Wawan, dan para ibu-ibu muda yang luar biasa serta semua kawan-kawan perempuan yang tidak penulis sebut, namun tidak mengurangi rasa Mahabbah dan hormat pada kalian semua. Terima kasih atas semua pembelajaran yang kalian berikan. 10. Supporting team di ISO Tarbiyah, Ramdani, Yoni, Lesly, Uni, Adet dan lainnya, terima kasih atas segala pengalaman yang diberikan kepada penulis. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang telah memberikan bantuan moril dan materiilnya, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan yang lebih baik. Amiiin.
Dan akhirnya saya ucapkan Alhamdulillah, skripsi ini selesai juga dan penulis
menyadari
bahwa
dalam
penelitian
ini
masih
banyak
sekali
kekurangannya. Karenanya, diharapkan para semua pihak dapat memberikan saran konstruktif demi perbaikan itu. Atas hal tersebut, semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih baik, jazákum ahsan al-jazâ’.
Ciputat,
Maret 2010 M
Tirwan
ii
iii
DAFTAR ISI Hal BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................
6
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 7 D. Rumusan Masalah .......................................................... 7 E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ..................................... 7
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESA A. Konsep Kompetensi Sosial ........................................... 9 1. Pengertian Kompetensi ........................................... 9 2. Pengertian Sosial ..................................................... 10 3. Pengertian Kompetensi Sosial ................................ 11 4. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial .... 13 a. Pengertian P. IPS ............................................... 13 b. Tujuan Pembelajaran IPS .................................. 14 B. Konsep Motivasi Belajar .............................................. 15 1. Pengertian Motivasi ............................................... 15 2. Macam-Macam Motivasi ....................................... 16 3. Fungsi Motivasi ..................................................... 18 4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar …………...
iii
19
BAB III
C. Teori Motivasi Belajar ...............................................
20
D. Konsep Belajar ...........................................................
24
1. Pengertian Belajar ................................................
24
2. Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Belajar ........
25
3. Teori-Teori Belajar ..............................................
26
4. Motivasi Belajar .............................................
29
E. Kerangka Berfikir …………………………………..
30
F. Hipotesis Penelitian …………………………………
30
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................
32
B. Metodologi Penelitian .................................................
32
C. Populasi Dan Sampel ..................................................
33
1. Populasi .................................................................
33
2. Sampel ..................................................................
34
D. Variabel Penelitian .....................................................
34
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................
35
1. Instrumen Penelitian ............................................
36
2. Uji coba instrumen ……………………………..
37
a) Pengujian Validitas .......................................
37
b) Pengujian Reliabilitas ...................................
37
2. Syarat penganalisisan data ................................ F. Teknik Analisa Data ..................................................
iv
38 39
1. Uji Normalitas .....................................................
39
2. Teknik Pengolahan Data ………………………..
39
G. Hipotesis Statistik .....................................................
BAB IV
40
HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah ...........................................................
43
1. Sejarah Berdirinya SMP Dua Mei .....................
43
2. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana
BAB V
Prasarana ............................................................
44
B. Deskripsi Data ……………………………………..
49
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ……………..
58
1. Uji Normalitas data ……………………………..
58
2. Teknik Pengolahan Data ………………………..
62
D. Keterbatasan Penelitian …………………………….
66
PENUTUP A.
Kesimpulan .........................................................
68
B.
Saran ...................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
Angket Kuisioner uji coba (40)
Lampiran II
Angket Kuisioner valid (25)
Lampiran III Pedoman wawancara Lampiran IV Berita acara wawancara Lampiran V
Surat pengajuan skripsi
Lampiran VI Surat Kterangan dari Sekolah
viii
Daftar Tabel Tabel 3.1
Populasi Target Siswa SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 3.2
Sampel penelitian di SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.
Tabel 3.4
Penetapan skor untuk skala Kompetensi sosial Guru
Tabel 3.5
penetapan skor angket skala Motivasi belajar siswa
Tabel 3.6
Korelasi Pearson Product Moment
Tabel 4.1
Data Siswa SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.2
Data Guru SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.3
Keadaan Karyawan SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.4
Struktur Organisasi Smp Dua Mei Ciputat
Tabel 4.5
Jawaban butir pertanyaan Uji Coba
Tabel 4.6
Validitas Pertanyaan uji coba
Tabel 4.7
Reliabilitas pertanyaan uji coba
Tabel 4.8
Jawaban angket dari variabel X
Tabel 4. 9
Jawaban angket variabel Y
Tabel 4.10
Validitas variabel X
Tabel 4.11
Reliabilitas variabel X
Tabel 4.12
Validitas variabel Y
Tabel 4.13
Reliabilitas variabel X
Tabel 4.14
Tabel Prosentase perhitungan jawaban angket var. X vi
Tabel 4.15
Tabel Prosentase perhitungan jawaban angket var. Y
Tabel 4.16
Uji Normalitas variabel X dan Y.
Tabel 4.17
Tabel Bantu Korelasi Product Moment
Tabel 4. 18
Perhitungan Korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan SPSS.
vii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, dalam hubungannya dengan manusia lain sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja ataupun tidak disengaja. 1 Setiap manusia yang hidup di dunia dan melakukan sosialisasi dan interaksi pasti melakukan apa yang dinamakan belajar. Baik belajar dalam arti yang sempit tentang segala hal yang tidak perlu ada pihak yang ditunjuk sebagai pengajarnya, seperti belajar berjalan, belajar berbicara, dan lain–lain, maupun belajar dalam arti yang lebih luas lagi, yaitu dalam arti pendidikan itu sendiri. 1
Sardiman, AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar,( Jakarta: Rajawali Press, 1990), h.1.
1
2
Disamping belajar, sebagai makhluk manusia kita juga perlu menempuh pendidikan agar derajat kita tidak sama dengan hewan dan binatang -karena hewan juga melakukan pembelajaran dengan insting mereka-. ”Pendidikan sebagai upaya mamanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan potensi, maupun sebagai anggota masyarakat yang memiliki nilai–nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup”. 2 Oleh sebab itu, pendidikan bisa dijadikan sebagai pijakan manusia dalam melakukan sesuatu, baik itu yang berhubungan dengan urusan hidupnya sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain, agar dalam hidupnya bisa mencapai kepuasan secara moral dengan mengembangkan potensi yang ada padanya tersebut. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan sebagaimana yang dikutip Mohammad Sochub : ” Bahwa keluarga pusatnya pendidikan yang pertama dan terpenting karena
sejak
budaya
adat
kemanusiaan
sampai
kini,
keluarga
selalu
mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap–tiap manusia.” 3 UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 4 “Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa/pendidik untuk membant membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kedewasaan”. 5 Dari beberapa pengertian pendidikan diatas, kiranya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dengan tujuan agar sipeserta didik tersebut
2
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1990), Cet. X. h. 11 3 Moch. Sochub, Pola Asuh Orang Tua, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998 ), Cet. Ke- 1. h.10 4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 5 Muhammada Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 10
3
mempunyai bekal dalam menghadapi kehidupan, baik pengetahuan, aspek sosial maupun aspek mentalnya. Dalam dimensi pendidikan, proses belajar mengajar tidak akan terlaksana apabila salah satu komponen dari kegiatan tersebut tidak ada, dan salah satu komponen tersebut adalah adanya seorang guru atau tenaga pendidik. Akan tetapi, keberadaan guru dimasa sekarang ini kebanyakan tidak lebih hanya sebagai seorang pengajar saja, yang hanya mentransfer pengetahuan kepada muridmuridnya, mereka terkadang melupakan tugas utama dari seorang guru yaitu menghaluskan budi pekerti anak didiknya. Guru adalah sebuah kata keramat yang mempunyai arti yang sangat diagungkan oleh masyarakat, bahkan ada yang mengartikan guru itu digugu dan di tiru, yang berarti segala tingkah laku guru diperhatikan selama 24 jam penuh oleh masyarakat, karena segala tindak tanduk guru biasanya dijadikan teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh karenanya, profesi seorang guru sangatlah mulia dan sangat terhormat, sehingga tidak sembarang orang dapat memakainya. Seorang guru hendaknya menyadari bahwa tugas yang diembannya tidaklah mudah, tetapi tidak juga sulit, karena jika guru tersebut mematuhi persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang guru, maka tugas guru itu akan mudah untuk dijalankan. “ Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang penuh pengabdian pada masyarakat, dan perlu ditata berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik itu mengatur bagaimana seorang guru harus bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya, baik dalam hubungan dengan anak didiknya maupun dalam hubungan dengan teman sejawatnya”. 6 Oleh sebab itu, tidak sembarang dan semua orang bisa menjadi seorang guru yang sebenar-benarnya. Seorang guru hendaknya selalu memberikan suri tauladan bagi masyarakat yang ada disekitarnya, karena pekerjaan guru adalah pekerjaan 24 jam yang tidak mengenal waktu, maka tidaklah salah jika ada sebuah kiasan bahwa guru itu adalah di gugu dan di tiru, yang menggambarkan bahwa pekerjaan guru tidaklah mudah dan tidak juga sulit yang artinya kalau seorang guru tersebut 6
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta ; PT. Bumi Aksara, 2006), h. 7
4
benar-benar tulus, ikhlas dan kompeten dalam menjalani pekerjaannya maka secara otomatis pekerjaan tersebut akan mudah untuk dijalankan, dan sebaliknya jika tidak ada ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan maka pekerjaan tersebut akan dirasakan sangat sulit. “Dan sebagai konsekuensi logis tersebut, setiap guru harus memiliki kompetesi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi kemasyarakatan. Dengan demikian dia memiliki kewenangan mengajar untuk diberikan imbalan secara wajar sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Dengan demikian seorang calon guru seharusnya telah mampu menempuh program pendidikan guru pada suatu lembaga pendidikan guru tertentu”. 7 Seorang guru hendaknya dapat mengembangkan keterampilan mengajar yang sesuai dengan kemajuan zaman dan lingkungan lokal dimana proses pendidikan itu dilaksanakan. Jika guru bersifat statis (merasa cukup dengan yang sudah ada) maka proses pendidikan itupun akan statis bahkan cenderung untuk mundur. Oleh karena posisi guru yang demikian itulah maka para ahli, antara lain Muhammad Ali, menyatakan bahwa “guru adalah komponen pendidikan yang memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar.” 8 “Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja, tetapi kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebab dalam persepektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang yang membuat orang lain belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya”. 9 Oleh sebab itu, seorang guru hendaknya memenuhi semua criteria yang harus dimilikinya,
misalkan
kompetensi
profesional,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi keimanan dan khusunya kompetensi sosial guru, karena kompetensi social itu sangat diperlukan untuk menarik minat siswa dalam proses belajar mengajar dan dalam memberikan tauladan bagi muridnya.
7
Oemar Hamalik, Pendidikan …,h. 7 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Algesindo, 1996), hlm 4. 9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997), h.223. 8
5
Kalau kita perhatikan secara lebih mendalam, kebanyakan siswa sekarang tidak menghormati gurunya, mungkin karena sudah berubah zamannya ataukan memang guru tersebut tidak pantas untuk dihormati. Banyak sekali contoh penghinaan dan tepatnya ketidakpuasan siswa terhadap gurunya,, baik dicurahkan lewat sms (short massage service) ataupun di jaringan sosial seperti facebook. Hal lain yang juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan tugas guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Guru yang terbuka secara psikologis
ditandai
dengan
kesediaannya
yang
relatif
tinggi
untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Guru dituntut untuk bias berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat sekolah, keluarga maupun sosialnya. Jadi seorang guru itu tidaklah harus eksklusif, tetapi tidak juga harus terlalu dekat dengan siswanya, artinya Guru harus bisa mengkondisikan dirinya dalam setiap situasi dan kondisi sekitarnya. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis merupakan kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktur belajar selain sebagai anutan siswanya. Oleh karena itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang benar-benar dapat diharapkan berhasil dalam mengelola proses belajar mengajar. Karena guru yang terbuka dapat lebih terbuka dalam berfikir dan bertindak sesuai kebutuhan para siswanya, bukan hanya kebutuhan guru itu sendiri. 10 Akan tetapi dalam kenyataannya, banyak ditemukan guru ataupun tenaga pendidik yang mempunyai nilai kompetensi sosial yang rendah yang tidak mau untuk bergaul dengan lingkungan sekitarnya dan terutama dengan muridmuridnya, sehingga proses pembelajaran dikelas sering tidak kondusif karena adanya prasangka dari murid-murid tentang kepribadian gurunya yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. Sudah banyak pemberitaan diberbagai media, baik elektronik maupun cetak yang mengabarkan tentang banyaknya murid sekolah yang mendapat perlakuan kasar dari oknum-oknum guru yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja
10
Syah, Psikologi... hlm. 229
6
pemberitaan tersebut sangat memprihatinkan kalangan pemerhati pendidikan dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Ini seolah menggambarkan bahwa para pendidik kita tidak memiliki kompetensi yang seharusnya mereka miliki, terutama kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Disamping itu, kemajuan diberbagai bidang terutama bidang teknik informasi sudah sedikit banyak mempengaruhi proses belajar siswa, dimana aspek negatifnya tersebut berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Oleh sebab itu guru juga diharapkan mampu mengikuti perkembangan zaman yang sudah semakin modern ini, diantaranya dengan membekali diri dengan pengetahuan tentang ilmuilmu teknologi seperti komputer dan sebagainya. Karena hanya dengan mengikuti perkembangan zaman itu, selain menjadi nilai tambah bagi guru sendiri juga agar dapat memacu motivasi siswanya dalam belajar. Jangan sampai didalam kelas para siswa lebih mengerti teknologi daripada gurunya itu sendiri, setidak-tidaknya seorang guru dapat mengoperasikan komputer/laptop walaupun dalam kriteria sangat dasar, sehingga pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa tersebut.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka kami menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi dan diperlukannya sebuah penyelesaian untuk masalah-masalah tersebut. Adapun beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Masih ditemukannya guru yang bersifat kaku dalam berinteraksi terhadap siswanya. 2. Kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 3. Kurangnya kesadaran siswa dan guru itu sendiri dalam berdisiplin untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. 4. Berkurangnya tingkat kewibawaan guru dimata masyarakat pada masa sekarang.
7
5. Masih banyaknya guru yang mengabaikan tentang kompetensinya, terutama kompetensi sosialnya. 6. Kurangnya interaksi antara guru, guru dengan peserta didik, orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya.
C. PEMBATASAN MASALAH Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membatasi permasalahan pada : 1. Masih banyaknya guru yang mengabaikan nilai kompetensi sosialnya dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya maupun saat mengajar. 2. Masih rendahnya motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi
D. PERUMUSAN MASALAH Beranjak dari permasalahan yang ada, maka peneliti hanya akan meneliti tentang masalah : 1. Apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa? 2. Bagaimana pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa?
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dan manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan bagi pihakpihak yang terkait. Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru, terutama guru IPS. 2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat. 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa.
8
Sedangkan manfaat dari penelitian ini, ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi peneliti itu sendiri, yaitu sebagai implementasi dari proses perkuliahan yang telah dijalankan. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa. 3. Pengelola sekolah dalam mengambil suatu kebijakan dimasa mendatang, agar dapat memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. 4. Para pendidik, agar lebih bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. 5. Para siswa dan pihak-pihak yang terkait dengan kependidikan itu sendiri.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR A. KONSEP KOMPETENSI SOSIAL 1. Pengertian Kompetensi “Kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti wenang; cakap; berkuasa menentukan atau memutuskan sesuatu. Sedangkan kompetensi itu sendiri berarti kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal”.1 “Dalam UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I, yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.2 Istilah Kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu. Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, 1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka) hal. 453 UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Surabaya : Pustaka Eureka Surabaya, 2006), hal. 8 2
9
10
keterampilan dan kamampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. “Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan”.3 Menurut Schalock dalam Isjoni mengatakan bahwa kompetensi adalah ”The ability to do something well or the ability to junction effectivelly in a job or life roles” (Schalock 1981: Harris, 1995). Sedangkan menurut Parnell (1978 ; 18) kompetensi adalah ” A demonstrated ability to apply knowledge, understanding, or skills assumed to contribute to succes at life”4 Jadi kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, baik secara teori maupun impelementasi dalam kehidupan sehari-hari, agar dalam melaksanakan tugas yang diembannya bisa dilaksanakan secara maksimal dan menghasilkan sesuatu yang maksimal juga sehingga mencapai kepuasan yang maksimal. Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang yang menjalani kehidupan didunia ini dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan oleh Tuhan padanya, agar kompetensi yang ada lebih tergali lagi. 2. Pengertian Sosial ”Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial diartikan sebagai suatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosialisasi diartikan sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan mengahayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya”.5 Jadi kata sosial erat kaitannya dengan kehidupan yang berhubungan dengan orang lain yang berada dilingkungan sekitar kita hidup, karena manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
3
Muhamad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1990), h. 4 4 Isjoni, Pembelajaran Visioner, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007). h. 112 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka)
11
3. Pengertian Kompetensi Sosial Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.6 Kompetensi sosial adalah aspek prososial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari kedermawanan (generosity), empati (empaty), memahami orang lain (understanding of others), penanganan konflik (conflik handling), dan suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial (social intiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan withdawal behavior (perilaku yang menarik) dalam situasi tertentu.7 Dari beberapa pengertian diatas bisa dismpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk dapat menghargai orang lain, menghormati orang lain, menjadi bagian dari masyarakat dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP RI No. 74 tentang Guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat. b) Menggunakan tekknologi komunikasi dan informasi secara fungsioal c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 8 Jadi dengan dimilikinya kompetensi sosial, diharapkan guru akan mudah untuk berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat yang ada dilingkungannya dan terutama lingkungan sekolah dimana si guru tersebut bertugas. ”Dalam Bab IV pasal 8 UU Guru dan Dosen tahun 2005 dijelaskan : guru wajib memiliki Kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
6
PP Republik Indonesia, Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2005. http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/definisi-kompetensi-sosial/, Senin 11 Januari 2010 Pukul 13.35. 8 PP Republik Indonesia Nomor 74, Tentang Guru tahun 2008. 7
12
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.9 Jadi seorang guru tidak hanya cakap dalam kompetensi pedagogiknya saja, akan tetapi sebagai makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari makhluk lainnnya, guru juga dituntut untuk bisa bergaul dan berkomuikasi dengan baik. Karena sebagai guru yang profesional, akan menjadikan profesinya tersebut tidak hanya disuatu tempat saja melainkan diberbagai situasi dan kondisi dimana dia berada. Dalam Peraturan Mentri No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, sedikitnya ada 4 kompetensi sosial inti dan 5 Kompetensi Guru Mata Pelajaran, yaitu : Kompetensi Sosial Inti seorang guru, yaitu ; 1. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 2. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 3. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 4. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.10 Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karenanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tatapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Kompetensi Guru Mata Pelajaran IPS, yaitu ; 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun global. 2. Membedakan struktur keilmuan IPS dengan Ilmu-ilmu Sosial. 3. Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS. 9
UU RI Nomor 14......h.32 Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, tahun 2007. 10
13
4. Menunjukkan manfaat mata pelajaran IPS.11 Disamping memiliki kompetensi sosial secara umum, seorang guru juga diharapkan memiliki kompetensi sosial pada mata pelajarannya masing-masing, karena dengan begitu diaharapkan tidak ada kekeliruan antara satu pelajaran dengan pelajaran lain, mengetahui manfaat pelajarannya, membedakan dengan konsep-konsep pelajaran yang lainnya. Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di masyarakatnya. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g)
Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi. Memiliki pengetahuan tentang estetika. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.12
Dari tujuh kriteria diatas, diharapkan semua guru mempunyai kapasitas untuk mewujudkan hal tersebut diatas, karena ketujuh kriteria itu akan sangat berpengaruh terhadap guru itu sendiri maupun terhadap lingkungan yang ada disekitar guru tersebut, baik itu keluarga, siswa, maupun guru lainnya. 5. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS Nu’man sumantri (2001:44) mengartikan pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai “ (1) pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilainilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama; (2) pendidikan IPS yang menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial; (3) pendidikan
11
Peraturan Mentri No. 16 tentang Standar …, tahun 2007. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007).h. 176 12
14
IPS yang menekankan pada reflective in quiry; (4) pendidikan IPS yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir 1,2,3,diatas”. Sedangkan menurut Saxe, “pengertian pendidikan IPS adalah delimiting the social science for pedagogical use (upaya membatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan secara pedagogik)”.13 Dari pengertian diatas, bisa dikatakan bahwa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah cabang disiplin ilmu yang mengkaji tentang hubungan manusia dengan lingkungan yang dikaji dalam suatu tempat yang akademis, baik lingkungan manusia itu sendiri maupun lingkungan dalam arti yang luas. b. Tujuan pengajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk “ mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya”. (Hasan, 1993 : 92). Sunal and Has menekankan bahwa studi sosial menekankan pada enam hal poko, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Mengajarkann sejarah dan geografi. Pengertian ilmu sosial. Perubahan fasilitas budaya. Mendukung pembangunan diri. Membangun keterampilan berfikir cepat. Encouraging rational problem solving, disicion making, dan tindakan sosial.14
Bila tujuan-tujuan tersebut dikaitkan dengan taksonomi Bloom, maka secara garis besar terdapat tiga sasarann pokok dari pembelajaran IPS, yaitu : (1) pengembangan aspek pengetahuan (cognitive); (2) pengembangan aspek nilai dan kepribadian (affective); (3) pengembangan aspek keterampilan (psycomotoric).
13 Sapriya, “Membangun Profesionalisme Guru IPS:Antara Harapan dan Tantangan.”, Makalah Seminar Nasional. 14 Nurdin, Syafruddin, Model Pembelajaran yang memperhatikan keragaman Individu dalam KBK,(Jakarta : Ciputat Press, 2005).
15
B. Konsep Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi ”Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu”.15 Motif dipakai untuk menunjukan kedaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan. Motif sebagai pendorong yang tidak berdiri sendiri, tatapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain dan motif muncul sebagai akibat dari adanya suatu kebutuhan. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang medorong perilaku kearah tujuan. Oleh karena itu, motivasi mempunyai tiga aspek,yaitu; (1) Keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berfikir dan ingatan (2) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan (3) Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. Menurut Mc Donald dalam Zikri Neni Iska mengatakan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.16 Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc Donald, mengandung 3 (tiga) unsur penting, yaitu : 1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya maerupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. 17
15
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Sutau Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2004), h.131 16 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi Brother’s, 2006), h. 40 17 Zikri Neni Iska, Psikologi …, 40
16
Callahan and Clark (1988) dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa “motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Dengan motivasi akan tumbuh dorongan untuk
melakukan sesuatu untuk dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan”.18 “Motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan ketika dalam diri kita muncul keinginan (Initiate) dan menggerakkan, serta mengarahkan tingkah laku. Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin tinggi intensitas perilakunya”.19 Dari beberapa pengertian motivasi diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri manusia dimana faktor pendorongnya bisa berasal dari dalam (intrinsik) maupun berasal dari luar diri seseorang itu (Ekstrinsik), sehingga orang tersebut mampu menjalankan segala aktivitasnya. Sejumlah konsep motivasi sering digunakan dalam teori motivasional. Helbert L. Petri (1986) dalam Asnawi mengemukakan beberapa konsep motivasi yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Energi Pewarisan/bawaan (Heredity) Pembelajaran (Learning) Interaksi sosial (Sosial Interaksi) Proses kognitif (Cognitive Process) Aktivitas motivasi (Activity Of Motivation) Homeostatis Hedonisme, dan Motivasi pertumbuhan (Growth Motivation).20 2. Macam-Macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis moitvasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif itu akan sangat bervariasi sesuai dengan kehendak si pelakunya. Woodworth dan Marquish menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu:
18
Mulyasa, Standar Kompetensi... hlm.58. Sahlan Asnawi, Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri Dan Organisasi, (Jakarta : Studia Press, 2007),, cet. III, h. 21 20 Asnawi, Teori Motivasi ......... h. 22 19
17
a. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dalam, seperti: makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur dan sebagainya. b. Motivasi darurat, yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan seseorang, tetapi karena perangsang dari luar. c. Motivasi obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif.21 Karena motivasi bertujuan dengan tujuan yang hendak dicapai, maka Sardiman memberikan 3 (tiga) fungsi dari motivasi dalam belajar, yaitu: a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai rumusan tujuannya. c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus. Tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.22 Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Alisuf Sabri membedakan motivasi menjadi 2 macam, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan belajar. Misal ingin menguasai konsep, memperoleh pengetahuan, memperoleh kemampuan dan sebagainya. 21 22
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi...hlm.138 Sardiman, AM, ..............., Hal.85
18
Motivasi ektrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, misal belajar karena takut kepada guru, karena ingin lulus, karena ingin memperoleh nilai tinggi, dll.23 Jadi, alangkah lebih baiknya jika motivasi belajar siswa itu muncul dari dalam dirinya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh motif-motif ekstrinsik yang hanya akan membiasakan siswa tersebut belajar hanya karena ingin sesuatu hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan nilai pendidikan. Sebaliknya, jika seorang siswa yang belajar dengan dilandasi oleh motif instrinsik yang muncul dari dalam dirinya sendiri, maka bisa dipastikan siswa tersebut akan menikmati segala proses pembelajaran yang ia hadapi di Sekolah maupun ditempat lainnya dengan penuh kesabaran dan konsentrasi yang maksimal, sehingga hasilnya pun bisa dipastikan akan sangat maksimal. 3. Fungsi Motivasi Dalam kegiatan belajar, keberlangsungan dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan oleh faktor-faktor intelektual saja, tetapi juga faktor-faktor nonintelektual, termasuk salah satunya motivasi. Menurut Cecco dalam Abd.Rahman Abror, ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar-mengajar, yaitu : a) Fungsi membangkitkan (arousal function), fungsi ini menyangkut tanggung jawab terus menerus untuk mengatur tingkat yang membangkitkan guna menghindarkan siswa dari tidur dan juga luapan emosional. b) Fungsi harapan (expectansy function), fungsi ini menghendaki agar guru memelihara atau mengubah harapan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam mencapai tujuan instruktusional. c) Fungsi insentif (incentive function), fungsi ini menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan tujuan agar siswa lebih memacu lag belajarnya dalam mencapai tujuan instruktusional. d) Fungsi disiplin (disciplinary function), fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah kepada siswanya.24
23 24
1983), h.
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 85 Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
19
Dari uraian tersebut, bisa dilihat bahwa fungsi motivasi sangatlah penting untuk menjalani pembelajaran bagi siswa, karena dengan adanya motivasi diharapkan para siswa bisa terus memacu dirinya untuk lebih baik secara keilmuan maupun akhlak. 4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Menurut Dede Rosyada, ada beberapa teknik untuk meningkatkan motivasi siswa agar bersemangat dalam belajar, diantaranya: a. Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan bagus sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri b. Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat. Dengan mengetahui hasil yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. c. Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tibatiba. d. Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan. e. Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya. f. Memberikan contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya. g. Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.25 25 http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&hs=cBJ&rls=org.mozilla%3Aid %3Aofficial&q=motivasi+dede+rosyada&btnG=Telusuri&meta=&aq=f&oq=. , 11 Januari 2010, Pukul 14.30.
20
Ketujuh teknik diatas sejatinya digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, karena dengan cara-cara tersebut diharapkan motivasi belajar siswa akan tumbuh. Akan tetapi, ketujuh teknik tersebut daam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena guru dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda-beda. C. Teori-Teori Motivasi ”Para ahli ilmu jiwa menjelaskan bahwa ragam motivasi itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang tersusun secara hierarkis, tersusun dari bawah ke atas, dimana perubahan kebutuhan tahap yang paling rendah menjadi prasyarat bagi tercapainya kebutuhan yang lebih tinggi”.26 Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:6993; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167) 1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.27 Jadi menurut Maslow, seseorang akan mencapai tahap tertinggi dalam hidupnya jika kebutuhan primer, sekunder, dan tersiernya telah terpenuhi, akan tetapi tidak sampai disitu saja kebutuhan manusia menurut Maslow. Manusia 26
h. 71
27
Akhyas Azhar, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : Mizan Publika, 2004),
Akhmad Sudrajat, “ Teori-teori Motivasi”, www. Let’s Talk About Education.com.25 Agustus 2009.
21
dikatakan sudah mencapai puncak kebutuhannya jika manusia tersebut sduah bisa mengaktualisasikan dirinya sendiri, artinya setiap perilaku manusia tersebut tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi lebih kepada untuk mencapai kepuasan dalam dirinya. Begitupun dalam hal belajar, seorang
siswa akan dikatakan mempunyai
motivasi yang tinggi, bila dalam hal pembelajaran, dia tidak hanya menunggu umpan dari gurunya saja, tetapi siswa tersebut mencari sendiri bahan yang sesuai dengan pelajaran yang akan dihadapinya. 2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.28 Jadi menurut McClelland, seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi akan lebih termotivasi dalam mengerjakan sesuatu jika pekerjaan tersebut mempunyai kesulitan dan orang tersebut mampu memecahkan masalahnya dengan usaha sendiri serta selalu meminta dan menerima masukan dan kritikan dari orang lain. 3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG) Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan) Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa a.
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; 28
Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009.
22
Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.29 b.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya. 4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor) Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.30 Jadi menurut teori Herzberg, motivasi tumbuh dari dalam diri seseorang itu sendiri maupun faktor dari luar, misalnya keluarga, teman dekat dan sebagainya. 5. Teori Keadilan Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, “dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : a.
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
b.
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya”.31 29
Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 31 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 30
23
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory) ”Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan”.32 Jadi, dalam upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran, siswa harus benar memperhatikan tujuan pembelajaran, menyusun upaya-upaya agar semua strategi yang disusun dapat menunjang semua rencana yang telah disusun. 7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ) Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.33 Jadi seorang pelajar/siswa akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk dapat memperoleh hasil yang baik, karena dia tahu bahwa dengan belajar tekun dia akan memperoleh nilai yang baik tersebut. 8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku “Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula”.34 Jadi menurut teori ini, motivasi belajar seseorang akan tinggi dan bertambah jikalau hasil belajarnya diharai sesuai dengn kerja kerasny selama ini.
32
Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 34 Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. 33
24
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.35 D. Konsep Belajar 1. Pengertian Belajar Wittig dalam bukunya Psycology Of Learning, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. ”Belajar adalah sebuah tahapan perubahan seluruh tigkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan ligkungan yang melibatkan proses kognitif”.36 Semenatara itu, Ernest R. Hilgard seperti dikutip oleh Sumadi Suryabrata dalam A. Rahman Abror mengatakan bahwa ”belajar adalah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya beerbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya”.37 Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan “belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”38
35
Akhmad Sudrajat, “ Teori-.., .25 Agustus 2009. Syah, Psikologi..., Hal. 92 37 Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1983), 36
h. 66
38
Witherington, Psychology Pendidikan, (Jakarta : Yayasan Penerbitan Franklin, 1978)
25
Dari definisi-defnisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan penglaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seprti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Perubahan itu harus bersifat menetap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.39 Dalam arti luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko fisik menuju ke perkembanagan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Jadi belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada diri si pembelajar yang sifatnya relatif menetap dalam jangka waktu yang lama. 2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Belajar Secara umum, faktor–faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1) Faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa, yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi 2 aspek, yaitu : a. Aspek fisiologis Keadaan umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ–organ tubuh dan sendi-sendinya dalam mengikuti pelajaran. Walaupun tidak terlalu signifikan dalam hal pembelajaran, akan tetapi keadaan fisik seseorang menentukan kapasitas dalam menerima pelajaran. Siswa yang fit secara fisik tentunya akan lebih siap untuk menerima pelajaran, sedangkan siswa yang kurang fit tentunya dia akan memikirkan bagaimana supaya fisiknya dulu merasa nyaman untuk menerima segala pelajaran sebelum dia memikirkan pelajaran itu sendiri.
39
Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung ; Remaja Rosda Karya, 1990) , h. 84-85.
26
b. Aspek psikologis Faktor–faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensi adalah intelegensi siswa atau tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa dan minat serta motivasi siswa. 2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, dibagi kedalam 2 bagian, yaitu : a. Lingkungan non sosial Faktor–faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga siswa tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa. Faktor–faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa. b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi dan teman– teman sekolah, lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman- teman sepermainan dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat difahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efktifitas dan efisisensi proses pembelajaran materi–materi tertentu. Strategi dalam hal ini bearti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.40 Dalam hal pembelajaran, tidaklah cukup hanya kemauan dari siswa untuk belajar, akan tetapi faktor yang ada diluar yang biasanya lebih menentukan keberhasilan siswa. Dikarenakan faktor psikologis siswa yang masih labil, apalagi pada siswa-siswa pada jenjang pendidikan yang masih rendah. 3. Teori-Teori Belajar Teori adalah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli, dan biasanya berisi tentang konsep dan prinsip. Berikut ini akan diuraikan beberapa mcam teori belajar, diantaranya : 1) Teori belajar menurut ilmu jiwa daya. 2) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. 3) Teori belajar sosial.41
40 41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ... h.90. Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung ; Remaja Rosda Karya, 1990), hal. 92
27
1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasah/melatih daya-daya itu agar berfungsi secara tajam. Cara belajar dengan teori ini ialah: untuk mengasah/melatih daya berpikir dilakukan dengan cara siswa disuruh mengerjakan soal-soal hitungan/ilmu pasti sebanyak-banyaknya setiap hari, sedangkan untuk melatih daya ingatan dilakukan dengan cara siswa disuruh menghafal angka-angka, kata-kata yang sedikitpun tidak mengandung arti.42 Dengan demikian tujuan belajar menurut teori ini bukan untuk menguasai materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk kemampuan daya jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan tujuan formil. 2) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi Menurut teori ilmu jiwa Assosiaasi, belajar itu diartikan dengan memperkuat hubungan stimulus degan respon, atau teori ini digambarkan dengan rumus : R – S = Bond. Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu Teori Connectionisme dan Teori Conditioning. Teori conditioning dibagi kedalam tiga macam, yakni : teori classical conditioning dari Pavlov, teori operant conditioning dari Skinner dan teori conditioning dari Guthrie. a. Teori Connectionisme (Thorndike) Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus (S) dengan respon (R). Untuk memperkuat hubungan stimulus dengan respon, Thorndike mengemukakan beberapa hukum atau ketentuan, yaitu ; 1) Law Effect 2) Law of Exercise atau Law of Use And Disuse 3) Law of Multiple Response 4) Law of Assimilation, and 5) Law of Readiness.43 b. Teori Conditioning Ada beberapa teori macam teori conditioning yang akan diuraikan yaitu: Teori Conditioning Pavlov Dan Watson Menurut teori ini, “belajar adalah merupakan proses terjadinya reflek-reflek atau reaksi-reaksi bersyarat yang terjadi melalui stimulus pengganti yang dibiasakan menyertai stimulus yang sebenarnya”.44 42 43
Purwanto, Psikologi …, hal. 92 Purwanto, Psikologi …, hal. 93
28
Jadi menurut teori ini, seseorang belajar apabila dia mendapat stimulus yang ditujukan kepadanya, baik stimulus yang sebenarnya maupun stimulus pengganti. Teori Condidtioning Skinner Skinner menyatakan bahwa “conditioning yang memperkuat hubungan stimulus respon yang menjadi pembentuk tingkah laku itu adalah sesuatu yang “operant” atau “reinnforcement” yaitu stimulus yang dapat memberikan penguatan, seperti hadiah dan hukuman”.45 Jadi menurut Skinner, seseorang akan tertarik dan termotivasi untuk belajar apabila dalam pembelajaran tersebut dia berhasil, maka akan diberikan hadiah dan apabila gagal, maka dia mendapat hukuman. Teori Conditioning Oleh Guthrie “Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon dari perangsang/stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang terus menerus”.46 Jadi menurut Guthrie, seseorang belajar itu harus melalui proses yang biasanya dilakukan, artinya bahwa proses-proses tersebut tidak boleh hilang salah satunya apalagi sebagian bahkan seluruhnya, karena pembelajaran tidak akan berhasil dan sebaliknya jika kebiasaan dari proses belajar itu dilakukan, maka proses pembelajaran akan tercapai.
3 )Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt “Belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut; a. Dalam belajar faktor pemahaman/pengertian (inisght) merupakan faktor yang penting. 44
Purwanto, Psikologi … hal. 94 Purwanto, Psikologi … hal. 95 46 Purwanto, Psikologi …, hal. 96 45
29
b. Pribadi memegang peranan yang paling sentral”.47 Jadi, menurut psikologi Gestalt belajar tidak hanya reaksi manusia belaka terhadap respon yang ada, akan tetapi juga manusia memiliki tindakan dalam belajar tersebut sesuai dengan motif yang berada dalam dirinya tersebut. 4 )Teori Belajar Sosial Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Dalam pandangan belajar sosial “ manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinandeterminan lingkungan”.48 Sangatlah mustahil seseorang belajar, jika dia tidak bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Jadi Bandura menafikan dengan adanya kemajuan dizaman sekarang, karena dizaman sekarang hanya dengan duduk di depan internet orang juga bisa belajar apapun. Bahkan dizaman yang serba iptek ini, orang diharuskan melek terhadap teknologi untuk dapat menguasai dunia. E. Motivasi Belajar Motivasi dn belajar merupakan paduan dari dua kata, yaitu kata motivasi dan kata belajar. Motivasi sendiri berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan suatu tujuan, dan dorongan tersebut bisa berasal dari dalam dirinya maupun dri luar. Dan kata “belajar sering diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.49 Hakikat dari “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”.50
47
Purwanto, Psikologi ... hal. 100 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal. 27 49 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ... h.92. 48
30
Jadi motivasi belajar yaitu dorongan yang tumbuh dari pembelajar untuk melakukan perubahan pada dirinya, sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. F. Kerangka Berfikir Pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian tersebut, sebuah pendidikan tidak hanya berorientasi pada kecakapan ranah intelektual saja, akan tetapi seluruh ranah yang ada pada diri manusia itu sendiri, baik ranah rasa, karsa dan karya. Akan tetapi tujuan tersebut tidak akan tercapai, jika pihak-pihak yang terlibat didalamnya tidak membekali diri dengan kemampuan dan kompetensi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Begitupun dengan seorang guru, seorang guru hendaknya memiliki semua kompetensi yang disyaratkan oleh pemerintah, baik kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional dan sosial. Dalam hal ini, penulis mencoba mencermati tentang kompetensi sosial guru yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, dan seberapa besar pengaruh kompetensi yang ada dalam mempengaruhi motivasi belajar itu. Dari masalah dan teori yang telah dikemukakan diatas, akhirnya penulis bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa Kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru disekolah sangatlah penting bagi motivasi belajar siswa di sekolah. Walaupun mungkin tidak hanya kompetensi sosial guru saja yang mempemgaruhi, akan tetapi banyak faktor.
50
Hamah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet. 3 h. 23.
31
G. Pengujian Hipotesis Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka rumusan hipotesis dimana uji yang dipakai adalah uji test dengan hukum korelasi Produk Moment, maka hipotesanya dapat dirumuskan sebagaii berikut : Ho
: Tidak terdapat pengaruh variabel (X) Kompetensi Sosial Guru IPS dengan (Y) terhadap Motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat.
Ha
: Terdapat pengaruh variabel (X) Kompetensi Sosial Guru IPS terhadap variabel (Y) Motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, saya mengambil tempat penelitian di SMP Dua Mei yang beralamat di Jl. H. Abdul Gani, No.135, Kelurahan Cempaka Putih-Ciputat Selatan, Kabupaten Tangerang Selatan.
B. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. ”Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”. 1
1
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, ( Rineka Cipta, 2007), Cet. VI, h.105-106.
32
33
C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. 2 Populasi target dalam penelitian
ini adalah siswa–siswa SMP DUA MEI
Ciputat angkatan 2009/2010 yang berjumlah sekitar 235 orang. Tabel 3.1 Populasi Target Siswa SMP Dua Mei Ciputat No
Jumlah siswa
Kelas Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VII. 1
14
22
36
2
VII. 2
14
23
37
3
VIII. 1
24
15
39
4
VIII. 2
22
17
39
5
IX. 1
23
18
41
6
IX. 2
22
20
42
Jumlah
235
Sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat yang terdaftar pada tahun 2008/2009.
2. Sampel Sedangkan ”sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara random atas dasar himpunan (Cluster Random Sampling) bisa dengan cara merandom kelas yang ada, undian dan bisa juga dengan tabel bilangan random”. 3
2
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, ( Bandung : CV. Alfabetha, 2002 ), Cet. IV, h.55 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta : Rajawali Press, 2001) Cet.5, hlm.66. 3
34
Dan sampel dalam penelitian ini, peneliti mengambil secara acak dari populasi terjangkau yaitu siswa kelas VIII, dalam hal ini yang dirandom adalah himpunannya ; suatu himpunan yang terpilih sebagai sampel, keseluruhan warganya menjadi sampel penelitian. Sampel Tabel 3.2 Sampel penelitian di SMP Dua Mei Ciputat No
Jumlah siswa
Kelas Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VIII. 1
24
15
39
2
VIII.2
22
17
39 78
Jumlah
D. Variabel Penelitian Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian, baik yang brsifat kuaitatif maupun kuantitatif. Sutrisno hadi mendefinisikan ”variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin memunyai variasi: laki-laki – perempuan; berat badan, karena ada berat 40 Kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi”. 4 Sugiyono mendefinisikan ”variabel sebagai segala sesuatu yan berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. 5 Dalam penelitian disini, peneliti menggunakan 2 variabel yaitu : 1. Variabel Independent (X) adalah Kompetensi sosial Guru IPS, peneliti menggunakan instrumen kuisioner/angket. 2. Variabel Dependent (Y) adalah Motivasi Belajar Siswa, seperti halnya variabel
X,
variabel
Y
pun
peneliti
menggunakan
instrumen
kuisioner/angket. 4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :Rineka Cipta, 2006) cet. VI. h.116 5 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV. Alfabetha, 2008) Cet. V, h. 38
35
E. Teknik Pengumpulan Data “Metode/teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris. Paradigm penelitian, tingkat data atau bentuk data yang akan diperoleh dan subjek penelitian (Populasi dan Sampel) menentukan pilihan atas metode pengumpulan data”. 6 Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut : •
Wawancara.
•
Penyebaran angket/Kuisioner.
6
Silalahi, Metode …. hal. 268.
36
Setelah data-data tersebut kita peroleh, maka kemudian data yang diperoleh melalui angket di uji validitas, reliabilitas dan normalitas datanya dengan mengunakan program SPSS 13. 1. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner dengan cara menyebarkan angket kepada responden. Tabel 3. 3
Variabel
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.
Sub Variabel
Berkomunikasi dengan Efektif
Kompetensi Sosial Guru IPS (X)
Menggunakan Teknologi Secara fungsional
Bergaul secara efektif
Motivasi Instrinsik Motivasi Belajar (Y) Motivasi Ekstrinsik
Indikator
No. Butir Pertanyaan 13, 14,
Berkomunikasi secara Lisan Berkomunikasi 21, 33 secara Tulisan Berkomunikasi 15, 34,37 secara Isyarat Dapat 19, 20, 40 menggunakan media pembelajaran secara baik (Misal : Laptop). Bergaul dengan 27,28 sesama pendidik Bergaul dengan 22, 23, 25, 39 peserta didik Bergaul dengan 26, 29 Tenaga Kependidikan Bergaul dengan 24, 32 Orang Tua/Wali dan Lingkungan Ingin menambah 1, 8, 10, 38 pengetahuan Ingin Memperoleh 6, 17, 3, 35,36 kemampuan Ingin menguasai 9, 11, 16, 18 Konsep Reward (Hadiah) 7, 31 Punishment 2, 30, (Hukuman) Ingin mendapat 4, 5, 12, penghargaan
Jumlah 2 2 3 3
2 4 2
2
4 5 4 2 2 3
37
2. Uji Coba Instrumen Instrumen yang dugunakan dalam pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS terhadap motivasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat, terlebih dahulu dilakukan uji coba angket kepada 29 orang responden diluar sampel. Pelaksanaan uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengukur sampai sejauh mana instrumen penelitian yang akan digunakan layak dipakai dan pantas digunakan sebagai alat ukur yang cocok untuk mendapatkan data sebagaimana diharapkan. Instrumenn penelitian dinyatakan layak pakai apabila hasil uji coba dapat memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas setelah dianalisis. a) Pengujian Validitas “Validitas suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. 7 Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang diukur. Pengujian validitas pada instrumen ini digunakan uji validitas pada setiap butir soal secara manual dengan menggunakan rumus r Product Moment, yaitu sebagai berikut:
Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menggunakan program SPSS 13.
7
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula,(Bandung: Alfabeta, 2005), cet.II. h. 97
38
b) Pengujian Reliabilitas Reliabilitas adalah mengukur keajegan dari suatu butir soal penelitian yang dilakukan beberapa kali kepada objek penelitian. Secara manual, peneliti menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu :
Keterangan :
K
=
reliabilitas instrument.
=
banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
=
jumlah varians butir.
=
varians total.
Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan program SPSS 13. 2. Syarat Penganalisisan Data Prasyarat analisa data digunakan sebagai acuan penulis dalam mengkorelasikan data-data yang didiapat oleh penulis dilapangan dan sebagai alasan kenapa penulis menggunakan analisa korelasi Pearson Produk Momen (PPM). Husaini Usman mengungkapkan beberapa asumsi atau persyaratan yang setidaknya harus dipenuhi dalam menggunakan korelasi PPM adalah : a. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal. b. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linear. c. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak (random). d. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula.
39
e. Variabel yang dihubungkan mempunyai interval rasio.8 F. Teknik Analisa Data 1. Uji Normalitas “Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas karena pada analisa statistiik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut berdistribusi secara normal. Maksud data berdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal, yaitu data memusat pada nilai rata-rata dan median”. 9
2. Teknik Pengolahan Data Setelah semua data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya adalah pengolahan data. Untuk mengolah data, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing, yaitu memeriksa kelngkapan dan pengisian angket yang berhasil dikumpulkan. b. Skoring, yaitu memberikan skor/nilai pada setiap jawaban angket. Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi sosial Guru IPS terhadap motivasi belajar siswa SMP Dua Mei Ciputat, penulis mendapatkan data dengan menggunkan angket berbentuk skala dengan berisi 40 butir pertanyaan dan pernyataan dengan 4 alternatif jawaban. Selanjutnya pertanyaan dan pernyataan pada angket tersebut diberi skor sebagai berikut :
Tabel 3.4 Penetapan skor untuk skala Kompetensi sosial Guru Pilihan Jawaban
S
SR
K
TP
Pernyataan dan
Positif
4
3
2
1
Pertanyaan.
Negatif
1
2
3
4
8
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, (Jakarta : PT. Bumi Aksara), Cet. II, h. 200. 9 Purbayu Budi Santosa dan Ashari, Analisas Statistic dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta : ANDI, 2005), h. 231.
40
Keterangan : S
= Selalu
K
= Kadang-kadang
SR
= Sering
TP
= Tidak Pernah
Tabel 3.5 Penetapan skor untuk skala Motivasi Belajar Siswa Pilihan Jawaban
S
SR
K
TP
Pernyataan dan
Positif
4
3
2
1
Pertanyaan.
Negatif
1
2
3
4
Keterangan : S
= Selalu
K
= Kadang-kadang
SR
= Sering
TP
= Tidak Pernah
G. Hipotesis Statistik “Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah stastistik koefisien korelasi bivariat yaitu ststistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel”. 10 Dan untuk memperoleh frekuensi relatifnya (angka persenan), digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : f = N = P =
frekuensi yang sedang dicari persentasenya. Number of Case ( Jumlah frekuensi/banyaknya individu). Angka persentase. 11
Selanjutnya dilakukan pengujian Hipotesis untuk mengetahui kedudukan suatu hipotesis, apakah hipotesis diterima atau ditolak. Pada pengujian tahap pertama adalah mencari nilai koefisien korelasi dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut : 10
Arikunto, Prosedur ....... h.271 Anas Sudijono, Pengantar Statsistik Pendidikan, ( Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet.XV, h. 43. 11
41
Setelah memperoleh nilai “r”, kemudian untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan hipotesis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Adapun hipotesis statistik yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Ho
:
Ha
: Ho
, dimana : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara Variabel X dan Variabel Y.
Ha
: Terdapat pengaruh yang positif antara variabel X dan variabel Y.
Kriteria pengujian :
Ho diterima, jika T hitung < T table Ha ditolak, jika T hitung > T table
Interpretasi kasar atau sederhana dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product Moment, seperti dibawah ini:
Table 3.6 Korelasi Pearson Product Moment Besar “r” Product Moment
Interpretasi
0,00-0,20
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
pengaruh
yang
sangat
lemah/sangat rendah.
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat pengaruh yang lemah/ rendah.
42
0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat pengaruh yang sedang/cukup..
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat pengaruh yang kuat/tinggi.
0,90-1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
pengaruh
yang
sangat
kuat/sangat tinggi.
Dan untuk mengetahui Pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan rumus Koefisien Determinasi, dengan rumus sebagai berikut :
Atau
KD = r ² × 100 %
Keterangan : KD
= Koefisien Determinasi
r
= Koefisien Korelasi Pearson
100 % = angka tetap
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah 1. Sejarah Berdirinya SMP Dua Mei Sekolah menengah peretama (SMP) Dua Mei beralamat di Jalan H. Abdul Gani No. 135 Desa Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Atimur Kabupaten Tangerang Selatan Provinsi Banten berdiri tahun 1986 dengan Nomor Statistik Sekolah /NSS 204020417107 dan Nomor Data Sekolah 2002040034 dengan Sk Pendirian No. 841/102.e/1986. dalam membantu pemerintah menyediakan sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan formal yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. SMP Dua Mei didirikan setelah Taman Kanak-Kanak Dua Mei berdiri lebih awal dan SD Dua Mei berdiri. SMP Dua Mei bedriri tahun 1986 yang pada saat itu masih memiliki jenjang kelas 1 SMP yang berjumlah 146 siswa degan jjumlah 4 kelas. Selanjutnya, pada tahun 1989 SMP Dua Mei memiliki 3 jenjang kelas 1, 2, dan 3 dengan jumlah siswa 311 orang. Sejak berdiri sampai dengan tahun 2007 SMP Dua Mei telah menamatkan sebanyak 1888 orang siswa yang sebagian besar melanjutkan ke tingkat SMA dan SMK baik negeri maupun swasta.
43
44
Didorong oleh komitmen terhadap kualitas tamatan yang dihasilkan dan sesuai dengan anjuran Direktorat Pendidikan Menengah Umum, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2004 dan KTSP. Keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan keluarga. Berarti penyelengaraan pendidikan tidak hanya dilaksanakan oleh satu pihak, melainkan scara simultan dilaksanakan oleh tiga unsur tadi, masingmasing berperan sesuai dengan fungsinya. SMP Dua Mei yang merupakan mitra pemerintah atau patner dalam menyelengarakan sistem pendidikan membantu program pemerintah dalam upaya mencrdaskan kehidupan bangsa. Prioritas pebangunan pendidikan diarahkan untuk perluasan pemerataan kesempatan belajar yang saat ini salah satu realitasnya adalah pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. SMP Dua Mei Ciputat merupakan lembaga pendidikan yang berada dibwah naumhan Yayasan Pendidikan Dua Mei, dengan status akreditasi Disamakan No. 2002040034 dengan nilai A. 1 2. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru Guru merupakan salah satu bagian yang integral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Guru atau pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang harus ada dalam proses kegiatan belajar mengajar, denga tersedianaya para guru atau penidik maka proses beajar mengajar dapat dilaksanakan. Di SMP Dua Mei Ciputat, jumlah keseluruhan tenaga pedidik tahun ajaran 2008/2009 adalah 17 orang yang terdiri dari 8 orang guru laki-laki dan 9 orang guru perempuan, yang sebagian besar merupakan lulusan sarjana (S-1). Untuk lebih jelasnya tentang keadaan pendidik atau guru di SMP Dua Mei Ciputat dapat dilihat pada tabel berikut ; 2
1 2
Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
45
Tabel 4.1 Data Guru SMP Dua Mei Ciputat Tugas NO
NAMA GURU
L/P
1
2
3
1
Enjang Supyan,
L
S.Pd 2
IJAZAH
MULAI
4
IKIP JKT, B.
Dari
Disini
B. Studi
5
6
7
1992
1992
B. Indonesia
Indonesia 1994
Saptono, S.Pd
L
IKIP
Siti
Aisyah,
P
S.Pd 4
IKIP
JKT,
1995
1998
P
IKIP
JKT,
JKT,
B.
1986
1986
FN
Isme
P
Tambunan 6
IKIP
Wakasek
Sejarah
Kurikulum
B. Indonesia
Wakasek
Seni
1986
1986
KTK/Tata
L
Guru
Busana
JKT,
B.
1986
1990
B. Inggris
Inggris, 1986
Drs. Mukhirin
Kep.
Kesiswaan
Musik, 1986 5
8
Geografi,
Indonesia, 2003
Susi Herawati
JABATAN
Sekolah
Geografi, 1996 3
Mengajar
IAIN JKT,
Wl. Kelas 91
PAI
1990
1990
PAI
Guru
IAIN SMG, PAI
1990
1994
PAI
Guru
Komputer
1997
1997
Komputer
Guru
Kediri,
1991
2001
Sejarah
Guru
1997
1997
Jasa
Wl. Kelas
Pembukuan
8.1
B Inggris
Wl. Kelas
1990 7
Drs. Djumaroh
L
1994
Ibnu 8
M. Gunawan
L
UBL, 1997
9
Dra Sofaridah
P
IKIP
Sejarah 1991 10
11
P
Elly Rahmawati,
Muhammadiyah
S.Pd
JKT, B. Indonesia
Dwi
Yuli
P
Prihani, S.Pd 12
IKIP
Suwarsih
D3 IKIP JKT, B.
1999
1999
Inggris P
IMKI,
7.1 Komputer
1998
1998
Komputer
1997
Wl. Kelas 8.2
13
Monang S, S.Si
L
USU, Kimia
1998
1998
IPA Terpadu
Guru
14
Galih PS, S.Pd
L
S1, Matematika
2006
2006
Matematika
Wl. Kelas
46
9.2 15
Drs.
Undang
L
Penjaskes
Guru
Matematika
Wl. Kelas
Ahmad 16
Ermalina, S.Pd
P
UIN
JKT,
2008
2008
Matematika 2007 17
Febri Widianti
P
UIN JKT, Fisika,....
7.2 2008
2008
IPA Terpadu
Guru
Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
b. Keadaan Karyawan Kelancaran dan keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oelh peran serta karyawan. Kelancaran pendidikan di Sekolah tidak terlepas dari administrasi yang baik, teratur serta terencana. Yang dimaksud pegaawai pada unit pelaksanaan teknis SMP Dua Mei Ciputat adalah seluruh karyawan sekolah diantaranya staf tata usaha, staf kebersihan dan satpam. 3 Selanjutnya, untuk mengetahui keadaan karyawan dapat dilihat pada tabel dibawah ini ; Tabel 4.2 Keadaan Karyawan SMP Dua Mei Ciputat Tahun Ajaran 2008/2009 NO
Nama Karyawan
L/P
dan Petugas
MULAI IJAZAH
Dari
2
JABATAN
Di Sini
Keamanan 1
TUGAS
3
4
5
6
7
8
1
Esti Wijayanti
P
SMA
2002
2002
Keuangan
Tata Usaha
2
Ahmad
L
SMA
2008
2008
Administrasi
Tata Usaha
1989
1989
Keamanan
Satpam
1992
Keamanan
Satpam
1998
Keamanan
Satpam
2002
Keamanan
Satpam
Mustarsyidin 3
Darsito
L
SD
4
Suyitno
L
SD
5
Joko Priyanto
L
SMA
6
Sukarna
L
SMA
7
Ihad
L
SMA
Kebersihan
P. Kebersihan
8
Ili
L
SD
Kebersihan
P. Kebersihan
1990
Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat 3
Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
47
c. Keadaan Siswa Data yang didapatkan oleh peneliti mengenai data jumlah siswa SMP Dua Mei yaitu jumlah data siswa pada tahun ajaran 2005/2006, dimana tercatat sebanyak 433 siswa terdiri dari kelas VII sebanyak 149 siswa yang terdiri dari 82 siswa laki-laki dan 67 siswa perempuan, kelas VIII berjumah 148 siswa dimana 81 siswa laki-laki dan 67 siswa siswa perempuan, dan kelas IX berjumlah 136 siswa yang terdiri dari 63 siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Sedangkan pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah siswa sebanyak 386 siswa terdiri dari kelas VII sebanyak 135 siswa yang terdiri dari 63 siswa laki-laki dan 72 siswa perempuan, kelas VIII berjumah 126 siswa dimana 60 siswa laki-laki dan 62 siswa siswa perempuan, dan kelas IX berjumlah 125 siswa yang terdiri dari 60 siswa laki-laki dan 63 siswa perempuan. Selanjutnya data terakhir siswa SMP Dua Mei Ciputat pada tahun ajaran 2007/2008 tercatat sebanyak 300 siswa terdiri dari kelas VII sebanyak 86 siswa yang terdiri dari 48 siswa laki-laki dan 38siswa perempuan, kelas VIII berjumah 86 siswa dimana 54 siswa laki-laki dan 32 siswa siswa perempuan, dan kelas IX berjumlah 128 siswa yang terdiri dari 69 siswa laki-laki dan 59 siswa perempuan. 4 Dan untuk lebih jelasnya, data tentang keadaan siswa-siswi SMP Dua Mei dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Data Siswa SMP Dua Mei Ciputat Tahun Ajaran 2009/2010 TAHUN NO AJARAN
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
L
P
L
P
L
P
JUMLAH
1
2006/2007
82
67
81
67
63
73
433
2
2007/2008
63
72
60
66
60
65
386
3
2008/2009
48
38
54
32
69
59
300
4
2009/2010
28
45
46
32
45
38
234
4
Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
48
Jumlah
221
222
241
197
237
235
1353
Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data jumlah siswa SMP Dua Mei Ciputat dari tahun 2005 s/d 2008 semakin berkurang keyataan ini terjadi karena pembayaran awal masuk SMP Dua Mei Ciputat masih gratis, sehingga banyak masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke sekolah ini. Namun, seiring berjalannya waktu, dikarenakan dibebani uang pembayaan masuk sekolah, maka berkurang juga minat orang tua siswa untuk memasukkan anak mereka ke sekolah ini. Apalagi ditambah dengan biaya bulanan yang setiap tahun terus bertambah. d. Keadaan sarana dan prasarana Dalam upaya meningkakan mutu dan kualitas pendidikan, maka sekolah perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap, sehingga mampu menunang dan menigkatkan mutu pendidikan sekolah tersebut. Sebab, dengan adanya penyediaan saana dan prasarana dalam pendidikan, maka akan tersedia fasilitas-fasilias pendidikan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dan akan dapat memberi pengaruh yang baik pada peningkatan muu serta kualitas pendidikan pada sekolah tersebut. 5 Kondisi SMP Dua Mei Ciputat secara umum dapat dikatakan cukup baik, karena semua bangunan dan ruangan yang tersedia dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun terdapat beberapa sarana dan prasarana yang ukuran luas tanahnya masih kurang memenuhi syarat, misalnya ruang Kepala Sekolah dan ruang guru yang masih satu ruang dan hanya disekat oleh papan tripleks. Selain itu, ruang Tata Usaha dan Administrasi SMP Dua Mei Ciputat masih digabung dengan ruang administrasi SMA dan SMK nya. Hal ini menyebabkan pelayanan yang dilakukanpun dirasa kurang maksimal oleh para orang tua siswa 3. Struktur Organisasi SMP Dua Mei Ciputat (Lampiran Tabel 4.4)
5
Bagian Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
49
B. Deskripsi Data Dari data yang diperoleh oleh peneliti dilapangan, maka jawaban hasil kuisioner/angket percobaan sebanyak 30 butir pertanyaan yang disebarkan kepada 20 responden uji coba dapat dilihat pada tabel 4.5 di lampiran. Kemudian data tersebut kita uji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu (Lampiran Tabel 4.6 Uji Validitas). Dari tabel 4.6 tersebut bisa dilihat bahwa dari 29 butir pertanyaan, hanya 11 butir pertanyaan yang valid yaitu nomor butir pertanyaan 2,3,4,5,8,9,12,14,21,23 dan 30, sisanya sebanyak 18 pertanyaan belum valid, sehingga perlu dirubah dengan pertanyaan baru yang lebih fokus terhadap apa yang akan diteliti yaitu tentang Kompetensi sosial guru IPS dan Motivasi belajar siswa. Tabel 4.7 Reliabilitas pertanyaan Uji Coba
Cronbach's Alpha .687
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .771
N of Items 30
Dan dari reliabilitas diatas, dapat diketahui bahwa butir pertanyaan tersebut sudah reliabel atau ajeg, karena nilai reliabilitasnya sebesar 0,687 dan lebih besar dari batas kereliabelan yaitu sebesar 0, 60. Kemudian data yang sudah di ketahui validitas dan reliabilitasnya, kita sebarkan kepada responden yang kita tuju. Akan tetapi, sebelum angket disebar, angket tersebut sudah kita sempurnakan butir pertanyaannya menjadi 40 butir pertanyaan. (lihat lampiran Quisioner). Untuk memudahkan dalam mengidentifikasinya, maka antara jawaban variabel X dan variabel Y, penulis pisahkan antara kedua variabel tersebut. 1. Kompetensi Sosial Guru IPS (Variabel X) Untuk jawaban angket variabel X dapat dilihat pada table 4. 8, kemudian kita lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap butir pertanyaan tersebut. Untuk
50
validitas, hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.10 dan untuk reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabell 4.11 Reliabilitas Validitas X
Cronbach's Alpha .651
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .668
N of Items 21
Dari tabel 4.10 tersebut terlihat bahwa setelah divaliditas dan direliabilitaskan, maka dari 20 butir pertanyaan variabel X, terdapat 13 butir pertanyaan yang valid dan 7 petatnyaan yang tidak valid, sedangkan nilai reliabilitasnya yaitu sebesar 0.651 dan lebih besar dari 0.6 yang berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel X tersebut reliabel. Dengan cara built in, maka pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid kita abaikan, dan yang kita gunakan adalah butir pertanyaan valid untuk digunakan kembali dalam perhitungan korelasi. Setelah jawaban dari kuisioner tersebut diperoleh, maka selanjutnya data yang valid dianalisis dan dikelompokkan sesuai dengan jawaban yang sejenis kedalam tabulasi, kemudian data jawaban tersebut dipresentasikan terhadap jumlah jawaban sesuai dengan masing-masing variabel dan item.Dari tabel tersebut diperoleh prosentase tiap butir pertanyaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : , dan hasilnya dari 12 butir pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.14.
51
Deskripsi persentase jawaban kuisioner Variabel X.
13. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang pelajaran sekolah. Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 14 orang atau 29 %, yang menjawab sering 28 orang atau 58 %, menjawab kadang-kadang 6 orang atau
13 % dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Data tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa sebanyak 58 % siswa menyatakan gurunya sering berdiskusi diwaktu luang dengan muridnya
14. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam kelas, ketika pembelajaran berlangsung Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 15 orang atau 31 %, menjawab kadangkadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru sebanyak 33 % persen tidak memberikan kebebasan berpendapat muridnya didalam kelas.
15. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar di kelas Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang 12 orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut siswa kebanyakan 54 %, guru tidak memberikan motivasi belajar kepada siswanya.
20. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga saya lebih mudah memahaminya Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadangkadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang
52
atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebnayak 46 % siswa sering menyukai penyajian materi dengan menggunakan laptop.
21. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (mind mapping) di white board yang memudahkan siswa memahami pelajaran Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadangkadang 10 orang atau 21 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 54 % siswa menyatakan guru tidak pernah membuat peta konsep dalam memberikan pelajarannya.
22. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun tidak Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 13 orang atau 27 %, menjawab kadang-kadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 54 % mempersepsikan guru kurang ramah terhadap siswa yang tidak belajar padanya.
26. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 12 orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut para siswa guru tidak bersikap ramah terhadap karyawan yang ada di Sekolah.
27. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 8 orang atau 17 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang atau 71 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut kebanyakan siswa yaitu 70
53
%, guru IPS tidak bersikap ramah terhadap seluruh guru yang ada di lingkungan sekolah.
28. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadangkadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang atau 71 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa, guru tidak bergaul dengan baik dan yang menjawab guru selalu baik hanya 2 orang atau 4 %.
29. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadang-kadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa (63%) menjawab guru IPS tidak berkomunikasi dengan baik dengan staff sekolah.
33. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya menyukai pelajaran ini Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3 orang atau 6 %, yang menjawab sering 21 orang atau 44 %, menjawab kadangkadang 14 orang atau 29 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 10 orang atau 21 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa menyatakanbahwa tulisan guru enak untuk dibaca sehingga menarik siswa untuk menikmati elajaran tersebut.
39. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 4 orang atau 8 %, yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-
54
kadang 23 orang atau 48 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 17 orang atau 35 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa (48 %), guru terkadang masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.
40. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop supaya mempermudah siswa dalam memahami pelajaran. Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadangkadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 14 orang atau 29 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru IPS menurut kebanyakan siswa (46 %) sering menggunakan laptop untuk memberikan penjelasan agar lebih menarik minat siswa. 2. Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y)
Untuk jawaban angket variabel Y dapat dilihat pada table 4. 9, kemudian kita lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap butir pertanyaan tersebut , dan dari 20 butir pertanyaan yang diajukan kepada responden, hanya 12 butir pertanyaan yang valid Untuk validitas, hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.12 dan untuk reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Reliabilitas variabel Y
Cronbach's Alpha .625
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .555
N of Items 21
Dari table diatas, siperoleh nilai reliabilitasnya sebesar 0.625 yang berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel Y juga reliabel, karena lebih besar dari 0.60.
55
Dari tabel tersebut diperoleh prosentase tiap butir pertanyaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : , dan hasilnya dari 12 butir pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.15. Deskripsi persentase jawaban kuisioner Variabel Y. 1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri. Dari pertanyaan no. 1 diatas, yang menjwab selalu sebanyak 1 orang atau 2.1 %, yang menjawab sering 17 orang atau 35 %, menjawab kadang-kadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 19 orang atau 40 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar karena dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik daripada faktor intrinsik yang ada pada dirinya, seperti keinginan untuk belajar sendiri tanpa harus disuruh oleh orang tua atau gurunya.
3. Apakah anda menyukai semua materi-materi yang ada pada pelajaran IPS ? Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 23 orang atau 48 %, menjawab kadang-kadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 13 orang atau 27 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar siswa menyukai materi yang ada pada pelajaran IPS.
4. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 7 orang atau 15 %, yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-kadang 21 orang atau 44 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16
orang atau 33 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar kadang-kadang kalau ada ulangan, bisa jadi siswa melihat tingkat kesulitan dari materi yang akan diujikan. 5. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik. Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 35 orang atau 73 %, yang menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadang-
56
kadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 73 % siswa belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
6. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban teman juga benar. Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3 orang atau 6 %, yang menjawab sering 29 orang atau 60 %, menjawab kadangkadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 11 orang atau 23 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa sebanyak 60 % tidak mencontek terhadap temannya karena jawaban temannya juga belum tentu benar.
8. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di Kelas Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 11 orang atau 28 %, menjawab kadang-kadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 20 orang atau 42 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan siswa yaitu 42 % tidak menyukai model pembelajaran IPS yang selama ini diterapkan oleh Guru IPS.
10. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadang-kadang 8 orang atau 17 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 32 orang atau 67 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa 67 % motif siswa belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi motif-motif ekstrinsik yang ada pada dirinya.
11. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 16 orang atau 33 %, yang menjawab sering 9 orang atau 19 %, menjawab kadang-kadang 22 orang atau 46 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2 %. Data
57
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 49 % kadang-kadang saja siswa menyukai pelajaran IPS.
16. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 0 orang atau 0 %, yang menjawab sering 11 orang atau 23 %, menjawab kadang-kadang 4 orang atau 8 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 33 orang atau 69 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 69 % tidak mengerjakan tugas guru yang dianggap sulit.
18. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 4 orang atau 8 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang 10 orang atau 21 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 24 orang atau 50 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu sebanyak 50 % tidak mengerjakan tugas guru.
30. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 8 orang atau 17 %, yang menjawab sering 20 orang atau 42 %, menjawab kadang-kadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 15 orang atau 31 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa kebanyakan siswa sering mendapat hukuman jika mendapat nilai yang kurang baik di sekolah.
35. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal kehidupan bermasyarakat Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 16 orang atau 33 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 25 orang atau 52 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa berpendapat, pembelajaran IPS tidak menambah kemampuannya dalam kehidupan bermasyarakat.
58
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Uji Normalitas Sebelum mengkorelasikan antara Variabel X dan variable Y, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal, maka kita hitung dengan menggunakan SPSS 13, danhasilnya dapat diliihat pada table dan grafik-grafik dibawah ini : Tabel 4.16 Uji Normalitas variabel X dan Y.
X N
Valid Missing
Y 48
48
JUMLAH 48
0
0
0
Mean
40.21
33.88
74.08
Median
40.00
34.50
74.00
Mode
40(a)
35
81
Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
5.210
4.394
8.754
27.147
19.303
76.631
-.087
.210
.099
.343
.343
.343
-.875
-.716
-.991
Std. Error of Kurtosis
.674
.674
.674
Sum
1930
1626
3556
a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Dari hasil uji normalitas data antara variabel Kompetensi sosial Guru (X) dengan variabel motivasi belajar siswa (Y), dapat diketahui bahwa mean (ratarata)-nya sebesar 40.21 untuk variabel X dan 33.88 untuk variabel Y, sedangkan mediannya sebesar 40.00 untuk variabel X dan 34.50 untuk variabel Y.
59
Grafik 4.1 Uji normalitas data X
X
8
Frequency
6
4
2
Mean = 40.21 Std. Dev. = 5.21 N = 48
0 30
35
40
45
50
X
Dari grafik uji normalitas diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada variabel Kompetensi social (X) adalah berdistribusi normal, karena skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)-nya memusat pada nilai rata-rata (mean) dan median, yaitu meannya 40.21 dan mediannya 40.00.
60
Grafik 4.2 Uji normalitas data Y
Y
12
10
Frequency
8
6
4
2 Mean = 33.88 Std. Dev. = 4.394 N = 48
0 25
30
35
40
45
Y
Dari grafik uji normalitas diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada variabel Motivasi belajar siswa (Y) adalah berdistribusi normal, karena skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)-nya memusat pada nilai ratarata (mean) dan median, yaitu mean 33.88 dan mediannya 34.5.
61
Grafik 4.3 Uji normalitas variabel X dan Y
JUMLAH
7
6
Frequency
5
4
3
2
1 Mean = 74.08 Std. Dev. = 8.754 N = 48
0 50
60
70
80
90
JUMLAH
Dari tabel uji normalitas diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada variabel Kompetensi sosial guru (X) dan Motivasi belajar siswa (Y) adalah berdistribusi normal, karena skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)nya memusat pada nilai rata-rata (mean) dan median, yaitu pada Mean 74.08 dan median 74.0.
62
2. Teknik Pengolahan/Interpretasi Data Setelah dilakukan Uji normalitas variabel X dan variabel Y, diperoleh kesimpulan bahwa dua variabel tersebut berdistribusi normal, karena karena skewness (kemencengan) dan kurtosis (keruncingan)-nya memusat pada nilai ratarata (mean) dan median. Dan selanjutnya kita korelasikan dengan rumus Pearson Product Moment berikut ini :
Tabel 4.17 Tabel Bantu Korelasi Product Moment
No
Kompetensi Sosial (X)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
41 44 47 43 38 40 46 47 40 30 38 48 43 31 34 42 46 40 35 36 47 37 37 31 37 48
Motivasi Belajar Jumlah (Y) 33 74 37 81 42 89 42 85 26 64 35 75 38 84 42 89 34 74 28 58 32 70 35 83 35 78 35 66 28 62 36 78 35 81 36 76 29 64 29 65 32 79 30 67 28 65 28 59 35 72 33 81
X²
Y²
(X-Y)
(X-Y)²
1681 1936 2209 1849 1444 1600 2116 2209 1600 900 1444 2304 1849 961 1156 1764 2116 1600 1225 1296 2209 1369 1369 961 1369 2304
1089 1369 1764 1764 676 1225 1444 1764 1156 784 1024 1225 1225 1225 784 1296 1225 1296 841 841 1024 900 784 784 1225 1089
8 7 5 1 12 5 8 5 6 2 6 13 8 -4 6 6 11 4 6 7 15 7 9 3 2 15
64 49 25 1 144 25 64 25 36 4 36 169 64 16 36 36 121 16 36 49 225 49 81 9 4 225
63
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 ∑
36 49 35 35 36 31 39 38 40 39 37 39 47 44 48 43 42 43 40 33 47 43 1930
30 39 28 28 28 35 31 37 38 35 34 30 42 37 38 38 35 33 33 32 42 30 1626
66 88 63 63 64 66 70 75 78 74 71 69 89 81 86 81 77 76 73 65 89 73 3556
1296 2401 1225 1225 1296 961 1521 1444 1600 1521 1369 1521 2209 1936 2304 1849 1764 1849 1600 1089 2209 1849 78878
900 1521 784 784 784 1225 961 1369 1444 1225 1156 900 1764 1369 1444 1444 1225 1089 1089 1024 1764 900 55988
6 10 7 7 8 -4 8 1 2 4 3 9 5 7 10 5 7 10 7 1 5 13 304
36 100 49 49 64 16 64 1 4 16 9 81 25 49 100 25 49 100 49 1 25 169 2690
Setelah data-data diatas diperoleh, maka kita masukkan kedalam rumus korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut :
Keterangan : N
=
48
=
55988
=
78878
=
2690
=
1930
=
1626
64
Tabel 4.18 Perhitungan Korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan SPSS Variabel X Variabel X
Variabel Y
Pearson Correlation Significance(2-tailed) N Pearson Correlation Significance(2-tailed) N
1 . 48 ,659(**) ,000 48
Variabel Y ,659(**) ,000 48 1 . 48
** Corelation at 00.1 (2 tailed)
Dari perhitungan korelasi antara X dan Y dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dan perhitungan SPSS, didapat nilai r
hitung
sebesar 0,659. Dan
jika dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5 % yaitu 0,284 dan pada
65
taraf signifikansi 1 % sebesar 0,368, berarti korelasi tersebut memiliki taraf signifikansi yang tinggi secara statistik, karena nilai r hitung > r tabel. Setelah memperoleh nilai r, untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan hipotesis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai t hitung sebesar 6,54 dengan N = 48 dan kalau kita bandingkan dengan t
tabel
diperoleh t
tabel
sebesar 2,021 dengan taraf
siginifikansi 0.5, jadi nilai t hitung > t tabel. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa, maka Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesa awal (Ha) diterima. Dan dari hasil diatas, untuk mengetahui pengaruh variabel Kompetensi sosial Guru (X) terhadap variabel Motivasi belajar siswa (Y), maka digunakan rumus Koefisien Determinasi (KD), yaitu :
66
KD = r ² × 100 %
KD
=
r ² × 100 %
=
0,659² × 100 %
=
0, 434 × 100 %
=
43, 4 %
Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa variabel Kompetensi Sosial Guru (X) mempengaruhi variabel Motivasi belajar siswa (Y) yaitu sebesar 43, 4 %, maka pengaruhnya berada pada taraf yang sedang atau cukup dan selebihnya dipengaruhi oleh aspek lain, bisa jadi ada pada guru itu sendiri seperti kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian atau kompetensi profesionalnya atau dari pihak siswanya. 3. Keterbatasan Penelitian Kajian dan interpertasi hasil penelitian antara Kompetensi sosial Guru IPS dengan Motivasi belajar siswa Namun demikian, diakui dan disadari oleh peneliti bahwa dalam penelitianini masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari hasil penelitian ini. a. Banyak hal diluar kemampuan peneliti yang tidak terjangkau, seperti waktu, tenaga, biaya dan fikiran, sehingga memungkinkan penelitian ini tidak maksimal. b. Kuisioner yang dikembangkan dan diterapkan untuk menjaring tentang pengaruh Kompetensi sosial guru IPS terhadap motivsai belajar siswa belum mengungkapkan keseluruhan dari aspek yang seharusnya diteliti, meskipun sudah dilakukan uji coba instrumen penelitian. c. Responden dalam memberikan jawaban angket penelitian terkesan bersifat kurang antusias, sehingga hasil penelitian ini dinilai kurang representative dalam mewakili semua siswa yang ada.
67
d. Dalam hal pengambilan sampel dirasa kurang oleh peneliti, karena sangat terbatas dari segi waktu dan populasi, sehingga ditakutkan sampel yang diambil kurang mewakili dari populasi.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan dan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan beberapa keimpulan, yaitu : 1. Korelasi antara X dan Y dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dan perhitungan SPSS, didapat nilai r sebesar 0,659 dengan taraf signifikansi 5 % sebesar 0,284 dan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,368 berarti korelasi tersebut memiliki taraf signifikansi yang tinggi, karena nilai r hitung > r tabel. 2. Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai t tabel
hitung
sebesar 0,654 sedangkan nilai > t
sebesar 2,02 pada taraf signifikansi 0.05 dengan N=48. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa, maka Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesa awal (Ha) diterima. 3. Variabel Kompetensi Sosial Guru (X) mempengaruhi variabel Motivasi belajar siswa (Y) yaitu sebesar 43, 4 %, dan kalau kita sinkronkan dengan tabel korelasi
68
69
Pearson Product Moment, maka pengaruhnya berada pada taraf yang sedang atau cukup dan selebihnya dipengaruhi oleh aspek lain, bisa jadi ada pada guru itu sendiri seperti kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian atau kompetensi profesionalnya atau dari pihak siswanya.
B. Saran Setelah penulis melakukan penelitian dengan seksama dan meperoleh hasil penelitian, maka penulis mempnyai beberapa saran bagi pihak-pihak terkait :
1. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi dalam peningkatkan kompetensi guru, terutama kompetensi sosialnya dengan salah satu caranya adalah mengadakan banyak acara yang lebih melibatkan guru didalamnya untuk lebih banyak berinteraksi dengan guru lainnya, dengan tenaga kependidikan, masyarakat disekitar sekolah, orang tua siswa ataupun dengan siswa-siswinya agar hubungan antar guru dengan pihak lain lebih erat. 2. Guru seharusnya lebih banyak meluangkan waktu diluar jam pelajaran sekolah untuk berhubungan dengan masayarakat di lingkungan sekolah dan sosial, terutama hubungan dengan siswanya dalam memotivasi semangat belajarnya, agar semangat siswa dapat lebih dipacu lagi dan supaya lebih peka dalam menyikapi setiap masalah yang dilakukan oleh siswanya, sehingga guru mengetahui faktor lain dari siswa itu sendiri. Selain kompetensi sosialnya, kompetensi guru yang lainnya pun sangat penting untuk lebih ditingkatkan agar lebih memacu siswa dalam peningkatan prestasinya. 3. Siswa hendaknya lebih meningkatkan motivasi dalam belajarnya, sebab motivasi tidak muncul hanya dari faktor luar saja (eksternal), akan tetapi dalam hal belajar motivasi yang lebih penting adalah motivasi yang timbul dari dalam diri (internal) siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Abror, Abd. Rahman, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1983. Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Algesindo, 1996. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, cet. VI, 2006. Asnawi, Sahlan, Teori Motivasi Dalam Pendekatan Psikologi Industri Dan Organisasi, Jakarta : Studia Press, cet. III,2007. Azhar, Akhyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : Mizan Publika, 2004. Budi Santosa, Purbayu dan Ashari, Analisas Statistic dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta : ANDI, 2005. Dahar, Ratna Wilis, Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga, 1996. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2001. Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta : Rajawali Press, Cet.5,2001. Hamalik, Oemar Pendidikan Guru, Jakarta ; PT. Bumi Aksara, 2006. Isjoni, Pembelajaran Visioner, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta : Kizi Brother’s, 2006. Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, Rineka Cipta, Cet. VI, 2007. Mujib, Abdul, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002. Mulyasa, E, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007. Nurdin, Syafruddin, Model Pembelajaran yang memperhatikan keragaman Individu dalam KBK, Jakarta : Ciputat Press, 2005.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung : Remaja Rosda Karya, Cet. X, 1990. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta, cet.II, 2005. Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Sapriya, “Membangun Profesionalisme Guru IPS:Antara Harapan dan Tantangan.”, Makalah Seminar Nasional. Sardiman, AM, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Press, 1990.
Jakarta: Rajawali
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Sutau Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Prenada Media, 2004. Silalahi, Ulber , Metode Penelitian Sosial, Bandung : Unpar Press, 2006. Sochub, Moch., Pola Asuh Orang Tua, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. Ke1,1998. Sudijono, Anas, Pengantar Statsistik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet.X, 2005. Sudrajat, Akhmad, Teori-teori Motivasi, www. Let’s Talk About Education.com. Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : CV. Alfabetha, Cet. V, 2008. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabetha, Cet. IV,2002. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003. Uno, Hamah B, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta : PT Bumi Aksara, cet. 3, 2008. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, Jakarta : PT. Bumi Aksara, Cet. II, 2007. Usman, Muhamad Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1990.
UU RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Surabaya : Pustaka Eureka Surabaya, 2006. http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/definisi-kompetensi-sosial/. http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&hs=cBJ&rls=org.mozilla %3Aid%3Aofficial&q=motivasi+dede+rosyada&btnG=Telusuri&meta=&a q=f&oq=.
BERITA ACARA WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SMP Dua Mei CIPUTAT Nama
: Enjang Supyan, S. Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari/Tanggal Wawancara
: Jum’at / 19 Februari 2010
1. Bagaimana sejarah/latar belakang berdirinya Sekolah ini? Jawab : “ Sekolah ini adalah bagian dari Yayasan Pendidikan Dua Mei (YPDM), pada awalnya yayasan mendirikan TK pada tahun 1983-1984, sebagai respon dari permintaan masyarakat dan Program Wajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah pada waktu itu. Setelah hampir 3 tahun, sekitar tahun 1986-1987, Yayasan mendirikan SMP Dua Mei kemudian disusul dengan pendirian SD tahun 1987-1988 dan selanjutnya jenjang SMA dan SMK.”
2. Apa visi dan misi dari sekolah yang Bapak pimpin ini? Jawab : “ Adapun Visi dari Sekolah ini adalah : “Mewujudkan lulusan yang bermutu, berakhlak dan berbudi pekerti luhur”, sedangkan Misinya ada beberapa poin, yaitu : •
Bernutu dalam mewujudkan pengembangan pendidikan yang berdasarkan akhlak mulia.
•
Bernutu dalam mewujudkan pengembangan tenaga pendidik dan Kependidikan yang berbudi pekerti luhur, jujur, professional, terampil, tangguh dan kompeten dibidangnya.
•
Bernutu dalam mewujudkan pengembangan standar proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
•
Bernutu dalam mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan yang lengkap, Up to date dan canggih.
•
Bernutu dalam mewujudkan peningkatan Standar Kelulusan dan prestasi non akademik.
•
Bernutu dalam peningkatan kelembagaan serta manajemen.
•
Bernutu dalam mewujudkan pengembangan standar pembiayaan.
1
•
Bernutu dalam mewujudkan pengembangan Standar Penilaian Pendidikan.
3. Apa langkah konkrit pihak sekolah untuk merealisasikan visi dan misi tersebut? Jawab : “Kami dari pihak Sekolah dan jajaran guru berupaya semaksimal mungkin untuk menerapkan standar minimal S1 bagi tenaga pendidik, mengikuti setifikasi Guru, mengikuti berbagai peatihan, workshop dan lain-lain, supaya kualitas guru dan tenaga kependidikan meningkat.
4. Bagaimana motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa, menurut Bapak? Jawab : ”Kalau saya lihat, motivasi belajar siswa disini cukup tinggi, ini bisa diindikasikan dari hasil Try Out untuk rayon Ciputat ini cukup lumayan, Alhamdulillah kita masuk kedalam 10 besar. Selain itu, untuk motivasi diluar Akademik.”
5. Apa saja usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak Sekolah untuk terus memacu motivasi belajar siswa? Jawab : ”Mungkin secara formal, kami belum melaksanakannya hal tersebut, misalnya dengan mendatangkan Traineer dari luar. Tapi kami berusaha untuk mencapai kearah tersebut, selama ini usaha yang kami lakukan masih terbatas hanya dengan mendatangkan alumni-alumni dari sekolah ini yang sudah berhasil di Masyarakat, untuk sharing dengan adik-adik kelas mereka.”
6. Bagaimana kompetensi yang dimiliki guru IPS disini, terutama kompetensi sosialnya? Jawab : ” Secara keseluruhan kompetensi sosial yang dimiliki oleh Guru IPS disini sudah cukup baik, misalnya mereka sudah mulai menggunakan ICT (misal laptop) dalam proses pembelajaran, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah baik yang sifatnya akademik maupun Non –Akademik.
2
7. Apakah guru IPS suka melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan sekolah atau karena ada instruksi saja? Jawab : ” Alhamdulilah selama ini Guru-Guru disini, dan khususnya Guru IPS sering melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh Sekolah maupun oleh Yayasan. Kalau ada instruksi atau tidaknya, saya rasa karena disisni guru jumlahnya sangat terbatas, secara otomatis mereka akan melibatkan diri.”
8. Apakah guru IPS disini suka berkomunikasi dengan semua masyarakat yang ada dilingkungan luar Sekolah, terutama Orang Tua Siswa? Jawab : ”
Kalau secara formal, komunikasi yang terjalin anatara Guru dengan Orang tua,
biasanya terjadi diawal Tahun pelajarn baru,, pada saat akan diadakan Ujian dan pada saat pembagian raport, tetapi untuk komunikasi yang besifat kontinu, mungkin untuk kejadian-kejadian yang sifatnya insidential, seperti Siswa ada masalah di sekolah, atau mungkin siswa terkena musibah.” 9. Bagaimana hubungan komunikasi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya ? Jawab : ”
Sangat baik ya, karena antara guru yang satu dengan guru yang lainnya terjalin
komunikasi yang intens, misalnya dalam setiap rapat mereka akansaling bertukar pikiran demi kemajuan sekolah ini. Selain itu juga, walaupun masyarakat lingkungan sekolah ini plural, baik suku maupuun agamanya, tetapi sifat toleransinya sangat tiinggi sekali.”
Ciputat, 19 Februari 2010 Interviewer
Interview
Tirwan
Enjang Supyan, S. Pd NIP. 3
Daftar Grafik
Grafik 4.1 Uji normalitas data X Grafik 4.2 Uji normalitas data Y Grafik 4.3 Uji normalitas variabel X dan Y
ix
QUISIONER UJI COBA ”Mengenai Pengaruh Kompetensi Sosial Guru IPS Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP Dua Mei-Ciputat”
Petunjuk : 1. Pertanyaan ini bertujuan untuk kepentingan penelitian skripsi 2. Peneliti berharap kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut 3. Pertanyaan ini tidak ada hubunganya dengan penilaian hasil belajar 4. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang sesuai dengan keinginan anda.
Nama
: __________________ Hari/Tanggal :_______/__________ 2010
Kelas
: VIII (A/B)
Pertanyaan 1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
2. Saya belajar karena disuruh oleh orang tua. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
3. Apakah anda menyukai materi-materi yang ada pada pelajaran IPS ? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
4. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
5. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
6. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban teman juga benar. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah 1
7. Saya akan mendapatkan hadiah jika nilai di Sekolah saya bagus. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di Kelas a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
9. Saya biasa saja/tidak malu jika mendapatkan nilai ulangan/ujian yang buruk, karena pelajaran ini kurang penting a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
10. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
11. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
12. Guru saya memberikan pujian jika ada diantara kami yang mendapat nilai bagus. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
13. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang pelajaran sekolah. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
14. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam kelas, ketika pembelajaran berlangsung a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
15. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar di kelas a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah 2
16. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
17. Saya tidak mengerjakan tugas IPS, apabila pelajaran itu tidak saya sukai a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
18. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
19. Guru IPS tidak menggunakan media dalam menyampaikan materi yang diajarkan, padahal materi tersebut perlumenggunakan media a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
20. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga saya lebih mudah memahaminya a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
21. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (rangkuman pelajaran) di white board yang memudahkan siswa memahami pelajaran a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
22. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun tidak a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
23. Guru tidak memberikan perlakuan yang berbeda kepada seluruh siswa a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
24. Apabila ada masalah dengan siswa, guru mengkomunikasikannya dengan orang tua sebelum memberikan keputusan. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
3
25. Guru berbincang (ngobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan diluar pelajaran sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
26. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
27. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
28. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
29. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
30. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
31. Guru IPS memberikan hadiah jika ada muridnya yang mendapat nilai bagus a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
32. Guru berkomunikasi dengan orang tua setiap ada kegiatan diluar kelas/sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
33. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya menyukai pelajaran ini a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
34. Jika guru tidak setuju atau sedang marah, maka dia hanya memberikan isyarat a. Selalu
c. Kadang-kadang 4
b. Sering
d. Tidak pernah
35. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal kehidupan bermasyarakat a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
36. Pembelajran IPS, tidak ada efeknya terhadap kehidupan bermasyarakat a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
37. Guru IPS tidak memberikan isyarat apapun, jika siswa bercanda ketika pembelajaran berlangsung a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
38. Saya tidak pernah belajar, walaupun besok akan ada ulangan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
39. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
40. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop supaya mempermudah siswa dalam memahami pelajaran. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
5
49
Tabel 4.4 STRUKTUR ORGANISASI SMP DUA MEI CIPUTAT 2009/2010
YPDM
OSIS
KEPALA SEKOLAH
TATA USAHA
WAKA KESISWAAN KURIKULUM
WAKA
KELAS VII.1 KELAS VII. 2
KELAS VIII. 1 KELAS VIII. 2
KELAS IX. 1
KELAS IX.
2
SISWA SMP Dua Mei
49
Sumber : Tata Usaha SMP Dua Mei Ciputat
Tabel 4.15 Tabel Persentase Perhitungan Jawaban Angket Var. Y
F
P
F
P
F
P
F
P
No Butir Pertanyaan 6 8 10 11 F P F P F P F P
S
1
2
1
2
7
15
35
73
3
6
2
4,2
1
2,1
16
33
0
0
4
8,4
8
17
1
2,1
79
SR
17
35
23
48
4
8
7
15
29
60
11
23
7
15
9
19
11
23
10
21
20
42
6
13
154 320,8
K
11
23
11
23
21
44
5
10
5
10
15
31
8
17
22
46
4
8,3
10
21
5
10
16
33
133
TP
19
40
13
27
16
33
1
2,1
11
23
20
42
32
67
1
2,1
33
69
24
50
15
31
25
52
210 437,7
Vld
1
3
4
5
16
18
30
Jumlah
35
F
P
F
P
F
P
F
P
P
F 164,8
48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 576 Keterangan : F
= Frekuensi.
S
=
Selalu
K
=
Kadang-kadang
P
= Persentase.
SR
=
Sering
TP
=
Tidak Pernah
277
1200
Deskripsi persentase jawaban kuisioner Variabel Y.
1. Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri. Dari pertanyaan no. 1 diatas, yang menjwab selalu sebanyak 1 orang atau 2.1 %, yang menjawab sering 17 orang atau 35 %, menjawab kadang-kadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 19 orang atau 40 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar karena dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik daripada faktor intrinsik yang ada pada dirinya, seperti keinginan untuk belajar sendiri tanpa harus disuruh oleh orang tua atau gurunya. 3. Apakah anda menyukai semua materi-materi yang ada pada pelajaran IPS ? Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 23 orang atau 48 %, menjawab kadang-kadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 13 orang atau 27 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar siswa menyukai materi yang ada pada pelajaran IPS.
4. Saya belajar karena akan ada ulangan/test saja Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 7 orang atau 15 %, yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-kadang 21 orang atau 44 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16
orang atau 33 %. Data
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa belajar kadang-kadang kalau ada ulangan, bisa jadi siswa melihat tingkat kesulitan dari materi yang akan diujikan. 5. Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik. Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 35 orang atau 73 %, yang menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadangkadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 73 % siswa belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
6. Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban teman juga benar. Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3 orang atau 6 %, yang menjawab sering 29 orang atau 60 %, menjawab kadangkadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 11 orang atau 23 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa sebanyak 60 % tidak mencontek terhadap temannya karena jawaban temannya juga belum tentu benar.
8. Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di Kelas Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 11 orang atau 28 %, menjawab kadang-kadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 20 orang atau 42 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan siswa yaitu 42 % tidak menyukai model pembelajaran IPS yang selama ini diterapkan oleh Guru IPS.
10. Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 7 orang atau 15 %, menjawab kadang-kadang 8 orang atau 17 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 32 orang atau 67 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa 67 % motif siswa belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi motif-motif ekstrinsik yang ada pada dirinya.
11. Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 16 orang atau 33 %, yang menjawab sering 9 orang atau 19 %, menjawab kadang-kadang 22 orang atau 46 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 49 % kadang-kadang saja siswa menyukai pelajaran IPS.
16. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 0 orang atau 0 %, yang menjawab sering 11 orang atau 23 %, menjawab kadang-kadang 4 orang atau 8 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 33 orang atau 69 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 69 % tidak mengerjakan tugas guru yang dianggap sulit.
18. Semua tugas guru akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 4 orang atau 8 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang 10 orang atau 21 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 24 orang atau 50 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu sebanyak 50 % tidak mengerjakan tugas guru.
30. Saya akan mendapat hukuman dari orang tua, jika nilai di Sekolah jelek Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 8 orang atau 17 %, yang menjawab sering 20 orang atau 42 %, menjawab kadang-kadang 5 orang atau 10 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 15 orang atau 31 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa kebanyakan siswa sering mendapat hukuman jika mendapat nilai yang kurang baik di sekolah.
35. Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal kehidupan bermasyarakat Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 16 orang atau 33 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 25 orang atau 52 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa berpendapat, pembelajaran IPS tidak menambah kemampuannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Tabel 4. 14 Tabel Prosentase perhitungan jawaban angket var. X NO BUTIR PERTANYAAN Jumlah
Vld
13
14
15
20
21
22
26
27
28
29
33
39
40
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
S
14
29
2
4,2
0
0
1
2,1
2
4,2
0
0
0
0
0
0
2
4,2
0
0
3
6,3
4
8,3
1
2,1
29
61
SR
28
58
15
31
10
21
22
46
10
21
13
27
6
13
6
13
3
6,3
3
6,3
21
44
4
8,3
22
46
163
340
K
6
13
15
31
12
25
9
19
10
21
9
19
12
25
8
17
9
19
15
31
14
29
23
48
11
23
153
319
TP
0
0
16
33
26
54
16
33
26
54
26
54
30
63
34
71
34
71
30
63
10
21
17
35
14
29
279
581
48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 48 100 624 1301 Keterangan : F
= Frekuensi.
S
=
Selalu
K
=
Kadang-kadang
P
= Persentase.
SR
=
Sering
TP
=
Tidak Pernah
1. Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang pelajaran sekolah. Dari pertanyaan diatas, yang menjawab selalu sebanyak 14 orang atau 29 %, yang menjawab sering 28 orang atau 58 %, menjawab kadang-kadang 6 orang atau 13 % dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 58 % siswa menyatakan gurunya sering berdiskusi diwaktu luang dengan muridnya
2. Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat didalam kelas, ketika pembelajaran berlangsung Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 15 orang atau 31 %, menjawab kadangkadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru sebanyak 33 % persen tidak memberikan kebebasan berpendapat muridnya didalam kelas.
3. Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar di kelas Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadang-kadang 12 orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut siswa kebanyakan 54 %, guru tidak memberikan motivasi belajar kepada siswanya.
4. Penyajian materi dengan menggunakan laptop lebih menarik, sehingga saya lebih mudah memahaminya Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadangkadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 16 orang atau 33 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebnayak 46 % siswa sering menyukai penyajian materi dengan menggunakan laptop.
5. Ketika menerangkan, guru membuat peta konsep (mind mapping) di white board yang memudahkan siswa memahami pelajaran Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 10 orang atau 21 %, menjawab kadangkadang 10 orang atau 21 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 54 % siswa menyatakan guru tidak pernah membuat peta konsep dalam memberikan pelajarannya.
6. Guru bersikap ramah kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun tidak Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 13 orang atau 27 %, menjawab kadang-kadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 26 orang atau 54 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa yaitu 54 % mempersepsikan guru kurang ramah terhadap siswa yang tidak belajar padanya.
7. Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 12 orang atau 25 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut para siswa guru tidak bersikap ramah terhadap karyawan yang ada di Sekolah.
8. Guru IPS bersikap ramah dengan seluruh guru yang ada di Sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 6 orang atau 13 %, menjawab kadang-kadang 8 orang atau 17 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang atau 71 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut kebanyakan siswa yaitu 70
%, guru IPS tidak bersikap ramah terhadap seluruh guru yang ada di lingkungan sekolah.
9. Guru IPS bergaul dengan baik dengan semua Guru yang ada di Sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 2 orang atau 4 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadangkadang 9 orang atau 19 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 34 orang atau 71 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa, guru tidak bergaul dengan baik dan yang menjawab guru selalu baik hanya 2 orang atau 4 %.
10. Guru IPS sering berkomunikasi secara intens dengan staff Sekolah Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu tidak ada atau 0 %, yang menjawab sering 3 orang atau 6 %, menjawab kadang-kadang 15 orang atau 31 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 30 orang atau 63 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa (63%) menjawab guru IPS tidak berkomunikasi dengan baik dengan staff sekolah.
11. Kualitas tulisan Guru dikelas sangat enak untuk dibaca, sehingga saya menyukai pelajaran ini Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 3 orang atau 6 %, yang menjawab sering 21 orang atau 44 %, menjawab kadangkadang 14 orang atau 29 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 10 orang atau 21 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas siswa menyatakanbahwa tulisan guru enak untuk dibaca sehingga menarik siswa untuk menikmati elajaran tersebut.
12. Guru beriskap masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 4 orang atau 8 %, yang menjawab sering 4 orang atau 8 %, menjawab kadang-
kadang 23 orang atau 48 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 17 orang atau 35 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa menurut mayoritas siswa (48 %), guru terkadang masa bodoh terhadap siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.
13. Dalam memberikan penjelasan tertentu, guru IPS menggunakan laptop supaya mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.
Dari pertanyaan diatas, dapat dilihat bahwa yang menjawab selalu sebanyak 1 orang atau 2 %, yang menjawab sering 22 orang atau 46 %, menjawab kadangkadang 11 orang atau 23 % dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 14 orang atau 29 %. Data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa guru IPS menurut kebanyakan siswa (46 %) sering menggunakan laptop untuk memberikan penjelasan agar lebihmenarik minat siswa.
Tabel 4. 5 Jawaban butir pertanyaan Uji Coba Rp d 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No butir pertanyaan 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
∑
1
2 3 2 3 3 2 3 2 3
2
3
2
2
3
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
73
2
2 3 2 3 3 2 3 2 3
2
3
2
3
2
4
3
2
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
3
74
3
4 4 2 4 1 2 4 2 2
1
4
2
3
2
4
4
3
3
4
4
2
4
3
4
1
4
1
3
4
85
4
4 4 4 4 1 4 4 4 1
1
4
2
4
2
4
4
4
3
1
4
2
4
4
4
1
2
2
4
4
90
5
4 3 4 3 1 2 4 4 4
1
4
3
2
2
3
2
4
4
2
2
2
4
2
3
2
2
2
3
4
82
6
2 3 3 3 2 2 2 2 4
2
3
2
2
1
3
2
3
2
3
3
3
4
3
4
3
3
1
3
4
77
7
3 3 2 2 1 2 3 2 4
1
3
2
2
2
4
2
2
4
4
4
3
2
2
2
4
4
1
3
4
77
8
4 4 2 3 3 2 3 2 3
2
4
2
2
1
4
4
3
4
4
4
2
3
3
2
4
4
1
3
4
86
9
3 4 2 3 1 2 3 2 3
2
4
2
4
1
2
4
3
3
4
4
4
4
3
2
3
4
2
3
4
85
10
2 3 2 3 1 2 2 2 4
1
3
2
1
1
4
2
3
3
3
2
2
2
4
2
4
4
1
2
3
70
11
2 4 4 3 4 2 4 4 4
1
4
4
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
2
2
3
4
85
12
2 3 2 4 1 3 3 4 4
4
3
2
2
2
4
3
3
4
4
4
2
4
3
3
1
4
2
3
4
87
13
3 3 3 3 2 2 4 3 4
2
4
3
4
2
4
4
2
3
3
4
3
4
4
4
2
2
2
3
4
90
14
4 3 4 1 1 2 4 2 4
2
4
2
2
1
4
2
4
4
3
4
2
2
4
2
3
4
1
1
4
80
15
2 3 2 2 2 2 3 2 3
2
3
2
2
2
4
4
2
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
4
72
16
2 2 2 2 2 2 2 2 3
2
3
2
2
2
2
4
2
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
66
17
3 3 2 1 1 2 3 3 4
4
4
2
4
4
2
4
4
3
1
4
4
2
4
2
1
2
1
3
4
81
18
2 3 3 3 3 2 3 3 3
3
3
3
3
2
4
3
2
3
2
3
3
3
2
4
2
2
2
3
3
80
19
2 3 2 2 1 2 3 2 2
2
3
2
2
2
3
4
2
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
4
69
20
4 3 3 3 1 2 2 3 4
3
4
2
2
2
3
3
2
4
4
3
3
4
3
3
2
4
2
3
4
85
Keterangan : F
= Frekuensi.
S
=
Selalu
K
=
Kadang-kadang
P
= Persentase.
SR
=
Sering
TP
=
Tidak Pernah
Tabel 4.6 Validitas pertanyaan uji coba Q1 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
Q2
Q3
Q4
-.139
-.391
-.011
.558
.088
20
20
-.139
1
1
.558
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
-.497(*)
-.152
-.209
-.285
.065
.226
.543(*)
-.017
.089
-.060
.964
.026
.523
.376
.223
.785
.337
.013
.942
.709
.801
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.427
.387
.069
-.426
.192
.442
.172
-.123
-.192
.803(**)
-.107
.265
.060
.092
.772
.061
.416
.051
.468
.607
.416
.000
.654
.259
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.391
.427
1
.196
.473(*)
.104
.288
.504(*)
.196
-.372
-.329
.588(**)
.183
.340
.088
.060
.407
.035
.662
.218
.023
.407
.106
.157
.006
.440
.143
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.011
.387
.196
1
.075
.066
.288
.518(*)
.609(**)
.104
-.280
.500(*)
.583(**)
.072
.964
.092
.407
.752
.781
.218
.019
.004
.663
.233
.025
.007
.762
20 .497(*)
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.069
.473(*)
.075
1
.112
.474(*)
.129
.377
-.322
-.202
.060
.141
.104
.026
.772
.035
.752
.638
.035
.587
.101
.166
.392
.801
.554
.661
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.152
-.426
.104
.066
.112
1
-.250
.038
.000
.031
-.059
-.159
.520(*)
-.092
.523
.061
.662
.781
.638
.287
.874
1.000
.895
.804
.503
.019
.700
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.209
.192
.288
.288
.474(*)
-.250
1
.255
.550(*)
-.485(*)
.000
.105
-.147
.303
.376
.416
.218
.218
.035
.287
.279
.012
.030
1.000
.660
.537
.195
Q
-
-
-
-
N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.285
.442
.504(*)
.518(*)
.129
.038
.255
1
.429
-.220
-.319
.571(**)
.466(*)
.412
.223
.051
.023
.019
.587
.874
.279
.059
.350
.170
.008
.038
.071
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.065
.172
.196
.609(**)
.377
.000
.550(*)
.429
1
.104
.140
.375
.583(**)
.217
.785
.468
.407
.004
.101
1.000
.012
.059
.663
.557
.103
.007
.359
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.226
-.123
-.372
.104
-.322
.031
20 .485(*)
-.220
.104
1
.265
.000
.277
-.343
.337
.607
.106
.663
.166
.895
.030
.350
.663
.258
1.000
.238
.139
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.543(*)
-.192
-.329
-.280
-.202
-.059
.000
-.319
.140
.265
1
-.112
-.209
.194
.013
.416
.157
.233
.392
.804
1.000
.170
.557
.258
.639
.378
.413
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.017
.803(**)
.588(**)
.500(*)
.060
-.159
.105
.571(**)
.375
.000
-.112
1
.280
.462(*)
.942
.000
.006
.025
.801
.503
.660
.008
.103
1.000
.639
.232
.040
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.089
-.107
.183
.583(**)
.141
.520(*)
-.147
.466(*)
.583(**)
.277
-.209
.280
1
.054
.709
.654
.440
.007
.554
.019
.537
.038
.007
.238
.378
.232
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.060
.265
.340
.072
.104
-.092
.303
.412
.217
-.343
.194
.462(*)
.054
1
.801
.259
.143
.762
.661
.700
.195
.071
.359
.139
.413
.040
.822
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.111
-.115
-.224
-.161
-.215
.038
.045
.122
.286
-.034
.399
.000
.067
.330
.640
.630
.342
.498
.362
.874
.851
.607
.222
.887
.081
1.000
.780
.155
.822
-
1
N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.236
.125
.187
.102
.328
.072
.257
.311
.017
-.113
-.228
-.136
.000
-.157
.316
.600
.430
.669
.158
.762
.274
.182
.943
.635
.333
.567
1.000
.508
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.213
.056
.266
-.339
.074
.065
.181
.141
-.031
20 .599(**)
.206
.246
-.115
.569(**)
.366
.813
.258
.144
.756
.784
.446
.554
.898
.005
.383
.295
.630
.009
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.209
.524(*)
.384
.489(*)
-.020
-.364
.376
.419
.408
.039
-.073
.587(**)
.030
.188
.376
.018
.095
.029
.934
.115
.102
.066
.074
.871
.760
.006
.899
.427
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.121
.535(*)
.000
.117
-.084
-.272
.049
.200
.233
.277
.104
.280
-.043
-.269
.610
.015
1.000
.625
.724
.246
.838
.398
.323
.238
.662
.232
.856
.251
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.110
.097
.146
-.318
.160
-.141
-.300
-.212
-.318
.226
-.059
.000
-.148
-.367
.643
.683
.540
.172
.501
.554
.199
.370
.172
.337
.804
1.000
.533
.111
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.020
.542(*)
.507(*)
.127
.102
-.269
.318
.386
.197
.027
.189
.563(**)
-.052
.520(*)
.935
.014
.022
.595
.669
.252
.171
.093
.405
.911
.426
.010
.826
.019
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.279
.069
.029
-.131
-.248
-.218
-.212
-.203
-.037
.293
.418
.224
-.035
.561(*)
.234
.774
.902
.583
.292
.355
.371
.391
.876
.210
.067
.342
.884
.010
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.359
.385
.329
.210
.742(**)
-.178
.352
.160
.349
-.133
.063
.335
.000
.387
.120
.094
.157
.375
.000
.453
.128
.501
.131
.577
.794
.148
1.000
.092
-
-
-
-.54
-
-
N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.135
.295
.292
.220
.061
-.161
.305
.203
.135
.104
.076
.473(*)
-.095
.351
.571
.207
.212
.352
.798
.497
.192
.391
.570
.662
.752
.035
.692
.129
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.123
-.093
.027
.304
.550(*)
.197
.305
.203
.304
-.377
-.076
-.068
.284
.273
.605
.697
.912
.192
.012
.405
.192
.391
.192
.101
.752
.777
.226
.244
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.087
.000
.000
-.133
-.240
.070
-.417
-.341
-.531(*)
.346
-.356
-.159
-.124
-.460(*)
.714
1.000
1.000
.577
.308
.768
.067
.141
.016
.135
.123
.503
.603
.041
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.059
.381
.265
-.208
.141
-.427
-.060
-.200
-.273
.240
.000
.156
-.412
-.270
.806
.097
.259
.380
.554
.060
.802
.397
.245
.307
1.000
.512
.071
.250
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.155
-.289
-.123
.157
.284
.250
.231
.105
.419
-.236
.117
-.105
.342
.182
.515
.217
.604
.508
.224
.287
.328
.660
.066
.316
.623
.660
.140
.444
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.209
-.043
.255
-.093
.504(*)
.148
.448(*)
.027
.371
-.485(*)
.000
.000
.087
.429
.376
.858
.278
.697
.023
.534
.048
.912
.107
.030
1.000
1.000
.717
.059
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.000
.494(*)
.564(**)
.292
.054
-.334
.169
.462(*)
.292
.085
.000
.539(*)
.084
.207
1.000
.027
.010
.212
.821
.151
.475
.040
.212
.721
1.000
.014
.726
.380
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.129
.607(**)
.650(**)
.445(*)
.471(*)
-.072
.419
.559(*)
.606(**)
.015
.096
.746(**)
.314
.530(*)
.587
.005
.002
.050
.036
.762
.066
.010
.005
.949
.687
.000
.177
.016
-
.64
-.54
-
-
N 20 20 20 on is significant at the 0.05 level (2-tailed). tion is significant at the 0.01 level (2-tailed).
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Tabel 4.12 Validitas Variabel Y Q1 Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
.200
.517(**)
.663(**)
Q10
Q11
.000
.615(**)
.446(**)
Q12
Q16
Q17
Q18
Q30
Q31
Q35
Q36
Q38
JUMLAH
.193
.434(**)
-.090
.270
-.042
.308(*)
.117
-.247
-.151
.659(**)
.101
.364(*)
.411(**)
.511(**)
.496
.011
.004
.000
.173
.000
.000
1.000
.000
.001
.189
.002
.541
.063
.779
.033
.426
.091
.304
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
1
-.164
.125
-.350(*)
-.082
-.017
.376(**)
.203
.104
-.249
-.001
.471(**)
-.077
-.266
48 .472(**)
48
.101
48 .541(**)
-.100
.408(**)
.360(*)
.130
.267
.395
.015
.000
.579
.911
.009
.165
.482
.088
.994
.001
.605
.068
.001
.497
.004
.012
.379
48 .722(**)
48
48
48
48
48
48
48
.240
-.024
.059
.189
.467(**)
.038
48 .377(**)
48
.050
48 .443(**)
1
.496 48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.364(*)
-.164
1
.154
-.281
.208
.526(**)
.563(**)
-.188
.342(*)
.011
.267
.295
.053
.156
.000
.000
.202
.017
.000
.735
.100
.874
.693
.198
.001
.797
.002
.008
.013
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.411(**)
.125
.154
1
-.252
.206
.048
.121
.160
.357(*)
-.242
.055
.420(**)
.291(*)
.293(*)
.116
.202
.180
-.263
-.088
.573(**)
.004
.395
.295
.084
.161
.748
.412
.277
.013
.098
.710
.003
.045
.043
.431
.169
.221
.071
.552
.000
48 .511(**)
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.350(*)
-.281
-.252
1
.000
-.341(*)
-.340(*)
-.193
48 .726(**)
.467(**)
.029
-.267
-.160
-.284
.044
-.152
-.038
.198
.093
-.370(**)
.000
.015
.053
.084
1.000
.018
.018
.189
.000
.001
.845
.067
.277
.050
.768
.303
.796
.178
.529
.010
48
48 .541(**)
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.208
.206
.000
1
.000
.217
-.240
.014
-.347(*)
.169
.054
-.287(*)
.383(**)
.281
.450(**)
.308(*)
-.224
-.314(*)
.286(*)
1.000
.139
.100
.925
.016
.251
.714
.048
.007
.053
.001
.033
.125
.030
.049
48 .399(**)
48
48
48
48
48
48
48
.267
.021
.034
.302(*)
.231
-.203
48 .451(**)
48
.488(**)
48 .441(**)
.200
.355(*)
.173
.000
.156
.161
1.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.517(**)
-.082
.526(**)
.048
-.341(*)
.000
1
.449(**)
-.186
.186
.000
.579
.000
.748
.018
1.000
.001
.207
.207
.005
.000
.067
.890
.819
.037
.114
.165
.002
.001
.009
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.663(**)
-.017
.563(**)
.121
-.340(*)
.217
.449(**)
1
-.003
.473(**)
48 .577(**)
.031
.241
-.103
.284
.004
.197
.187
-.215
-.250
.510(**)
.375(**)
Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.000
.911
.000
.412
.018
.139
.001
48
48
48
48
48
48
48
.000
.376(**)
-.188
.160
-.193
-.240
1.000
.009
.202
.277
.189
48
48
48
48
.615(**)
.203
.342(*)
.357(*)
48 .726(**)
.000
.165
.017
.013
48 .446(**)
48
48 .722(**)
.104
.986
.001
.000
.836
.099
.485
.050
.979
.180
.204
.141
.086
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.186
-.003
1
.148
.139
-.232
.027
.420(**)
.339(*)
-.231
48 .465(**)
.103
.198
.223
.203
.100
.207
.986
.314
.346
.113
.854
.003
.019
.114
.001
.486
.178
.127
.167
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.014
.186
.473(**)
.148
1
48 .522(**)
-.115
.378(**)
.026
.255
-.022
.269
.127
-.224
-.006
.482(**)
.000
.925
.207
.001
.314
.000
.438
.008
.861
.080
.883
.064
.391
.126
.970
.001
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.347(*)
1
.000
-.368(*)
.025
-.290(*)
-.217
48 .407(**)
48
.467(**)
48 .577(**)
48
-.242
48 .399(**)
-.170
.274
.318(*)
-.425(**)
1.000
.010
.866
.045
.139
.004
.248
.059
.028
.003
48 .411(**)
48 .391(**)
48
.139
48 .522(**)
.001
.482
.000
.098
.001
.016
.005
.000
.346
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.193
-.249
.050
.055
.029
.169
.488(**)
.031
-.232
-.115
.000
1
.249
-.022
.120
.577(**)
.365(*)
-.050
.189
.088
.735
.710
.845
.251
.000
.836
.113
.438
1.000
.088
.883
.418
.000
.011
.738
.004
.006
.012
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.434(**)
-.001
.240
.420(**)
-.267
.054
.267
.241
.027
.378(**)
-.368(*)
.249
1
.132
.300(*)
.127
.163
.326(*)
-.166
-.023
.612(**)
.002
.994
.100
.003
.067
.714
.067
.099
.854
.008
.010
.088
.370
.038
.390
.269
.024
.258
.879
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.090
.471(**)
-.024
.291(*)
-.160
-.287(*)
.021
-.103
.420(**)
.026
.025
-.022
.132
1
.173
-.033
48 .461(**)
-.021
.214
.143
.271
.541
.001
.874
.045
.277
.048
.890
.485
.003
.861
.866
.883
.370
.239
.824
.001
.885
.144
.332
.062
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.270
-.077
.059
.293(*)
-.284
.383(**)
.034
.284
.339(*)
.255
-.290(*)
.120
.300(*)
.173
1
.162
.128
.473(**)
-.111
.046
.623(**)
.063
.605
.693
.043
.050
.007
.819
.050
.019
.080
.045
.418
.038
.239
.272
.386
.001
.452
.755
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.042
-.266
.189
.116
.044
.281
.302(*)
.004
-.231
-.022
-.217
.577(**)
.127
-.033
.162
1
.285(*)
.182
-.191
-.257
.395(**)
.779
.068
.198
.431
.768
.053
.037
.979
.114
.883
.139
.000
.390
.824
.272
.049
.216
.193
.077
.005
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.359(*)
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.308(*)
.472(**)
.467(**)
.202
-.152
.450(**)
.231
.197
.465(**)
.269
.407(**)
.365(*)
.163
.461(**)
.128
.285(*)
.033
.001
.001
.169
.303
.001
.114
.180
.001
.064
.004
.011
.269
.001
.386
.049
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.117
-.100
.038
.180
-.038
.308(*)
-.203
.187
.103
.127
-.170
-.050
.326(*)
-.021
.473(**)
.426
.497
.797
.221
.796
.033
.165
.204
.486
.391
.248
.738
.024
.885
48
48
48
48
48
48
48
48
-.263
.198
-.224
-.215
.198
-.224
.274
48 .411(**)
48
.408(**)
48 .441(**)
48
-.247
48 .443(**)
.091
.004
.002
.071
.178
.125
.002
.141
.178
.126
.059
48
48
48
48
48
48
48
48
.360(*)
-.088
.093
-.314(*)
48 .451(**)
48
-.151
48 .377(**)
-.250
.223
-.006
.318(*)
.304
.012
.008
.552
.529
.030
.001
.086
.127
.970
.028
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.659(**)
.130
.355(*)
.573(**)
48 .370(**)
.286(*)
.375(**)
.510(**)
.203
.482(**)
48 .425(**)
.000
.379
.013
.000
.049
.009
.000
.167
.001
48 48 48 48 48 48 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
48
48
48
48
.010
.171
.651(**)
-.310(*)
.260
.244
.000
.032
.075
48
48
48
48
48
.182
.171
1
.015
.137
.469(**)
.001
.216
.244
.917
.353
.001
48
48
48
48
48
48
48
-.166
.214
-.111
-.191
48 .651(**)
.015
1
.522(**)
-.141
.004
.258
.144
.452
.193
.000
.917
.000
.338
48 .391(**)
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.023
.143
.046
-.257
-.310(*)
.137
.522(**)
1
.036
.006
.879
.332
.755
.077
.032
.353
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.359(*)
.612(**)
.271
.623(**)
.395(**)
.260
.469(**)
-.141
.036
1
.003
.012
.000
.062
.000
.005
.075
.001
.338
.809
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
1
.809
48
Table 4.10 Validitas Variabel X
Q13 Q13
Q14
Q15
Q19
Q20
Q21
Q22
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation
Q14 1
Q15
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
Q25
Q26
Q27
Q28
Q29
Q32
Q33
Q34
-.056
.153
-.094
.206
.217
.278
-.208
-.030
.202
.142
-.063
.148
.137
.077
.197
-.089
.707
.298
.523
.161
.139
.055
.156
.841
.169
.337
.668
.314
.353
.601
.180
.547
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.056
1
.348(*)
-.344(*)
.390(**)
.119
.345(*)
.138
-.063
-.214
.147
.388(**)
.197
.216
48 .159
.015
.017
.006
.420
.016
.351
.668
.144
.317
.006
.180
.140
.707
Q37 .106
Q39
Q40
JUMLAH
.109
.238
.323(*)
.472
.463
.103
.025
48
48
48
48
48
.157
.148
.122
-.231
.349(*)
.455(**)
.279
.287
.316
.410
.114
.015
.001
48 .204
48
48
48
48
48
.049
-.043
48 .207
-.140
.244
.373(**)
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.153
.348(*)
1
-.184
.274
.056
.293(*)
-.007
-.177
.043
.221
.285(*)
.397(**)
.385(**)
.298
.015
.210
.060
.703
.043
.960
.230
.774
.131
.050
.005
.007
.163
.738
.769
.157
.344
.094
.009
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.344(*)
-.184
1
-.280
-.335(*)
-.094
-.013
.291(*)
-.031
-.210
-.168
-.073
.102
.084
48 .339(*)
48
-.094
48 .296(*)
.197
.524(**)
-.232
-.059
.523
.017
.210
.054
.020
.524
.933
.044
.041
.833
.152
.253
.624
.489
.571
.018
.180
.000
.113
.691
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.390(**)
.274
-.280
1
.294(*)
.215
.186
-.018
.128
.312(*)
.158
.167
48 .141
48
.206
48 .432(**)
.314(*)
.166
.101
-.056
.263
.498(**)
.161
.006
.060
.054
.043
.142
.206
.002
.901
.386
.031
.284
.256
.338
.030
.259
.495
.704
.071
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.119
.056
-.335(*)
.294(*)
1
.177
-.038
-.042
.326(*)
.000
-.064
-.021
.231
.263
.214
48 .043
48
.217
48 .175
.123
.393(**)
.425(**)
.139
.420
.703
.020
.043
.229
.796
.776
.024
1.000
.665
.885
.114
.235
.071
.144
.771
.406
.006
.003
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.278
.345(*)
.293(*)
-.094
.215
.177
1
-.151
.288(*)
.172
.463(**)
.394(**)
.452(**)
.266
.187
.127
-.080
.096
.268
.101
.704(**)
Sig. (2tailed) N Q23
Q24
Q25
Q26
Q27
Q28
Q29
Q32
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation
.055
.016
.043
.524
.142
.229
.306
.047
.243
.001
.006
.001
.068
.202
.389
.590
.515
.065
.494
.000
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
1
.175
-.008
-.090
-.203
48 .120
48
-.151
48 .300(*)
48
-.038
48 .403(**)
-.208
.138
-.007
-.013
.186
-.148
.077
.129
.169
.066
.105
.156
.351
.960
.933
.206
.796
.306
.004
.038
.234
.955
.544
.166
.418
.316
.604
.381
.251
.654
.478
48
48
48
48
48 .432(**)
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.030
-.063
-.177
.291(*)
-.042
.288(*)
1
.030
-.142
-.098
-.027
.149
.199
.190
.010
.046
.186
-.089
.137
.841
.668
.230
.044
.002
.776
.047
.004
.842
.336
.508
.858
.314
.175
.196
.945
.756
.206
.549
.353
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.043
-.296(*)
-.018
.326(*)
.172
-.300(*)
.030
1
.217
.099
.206
.065
.065
-.143
.168
48 .192
.202
-.214
.033
.074
.224
.169
.144
.774
.041
.901
.024
.243
.038
.842
.139
.502
.161
.661
.661
.332
.254
.192
.825
.619
.125
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.142
.147
.221
-.031
.128
.000
.463(**)
.175
-.142
.217
1
.336(*)
.542(**)
-.073
48 .047
-.252
-.206
.113
.321(*)
-.133
.420(**)
.337
.317
.131
.833
.386
1.000
.001
.234
.336
.139
.020
.000
.624
.750
.084
.159
.446
.026
.369
.003
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.063
.388(**)
.285(*)
-.210
.312(*)
-.064
.394(**)
-.008
-.098
.099
.336(*)
1
.649(**)
.256
.235
.099
-.153
48 .066
.003
.028
.477(**)
.668
.006
.050
.152
.031
.665
.006
.955
.508
.502
.020
.000
.079
.107
.505
.298
.655
.985
.851
.001
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.148
.197
.397(**)
-.168
.158
-.021
.452(**)
-.090
-.027
.206
.542(**)
.649(**)
1
.122
.083
.077
-.169
48 .265
.188
-.130
.449(**)
.314
.180
.005
.253
.284
.885
.001
.544
.858
.161
.000
.000
.409
.575
.602
.252
.069
.202
.378
.001
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.137
.216
.385(**)
-.073
.167
.231
.266
-.203
.149
.065
-.073
.256
.122
1
.034
-.056
-.013
48 .049
.007
.409(**)
.401(**)
.353
.140
.007
.624
.256
.114
.068
.166
.314
.661
.624
.079
.409
.817
.705
.931
.741
.960
.004
.005
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.077
-.159
-.204
.102
-.141
-.175
.187
-.120
.199
.065
-.047
.235
.083
.034
1
.098
-.062
48 .273
-.041
-.095
.107
48 .403(**)
Sig. (2tailed) N Q33
Q34
Q37
Q39
Q40
JUMLAH
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
.601
.279
.163
.489
.338
.235
.202
.418
.175
.661
.750
.107
.575
.817
.508
.674
.061
.782
.521
.468
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.056
.098
1
.011
48 .042
.197
.157
.049
.084
.314(*)
.263
.127
-.148
.190
-.143
-.252
.099
.077
.103
.092
.347(*)
.180
.287
.738
.571
.030
.071
.389
.316
.196
.332
.084
.505
.602
.705
.508
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
-.206
-.153
-.169
-.013
48 .062
-.089
.148
-.043
-.339(*)
.166
.214
-.080
.077
.010
.168
.547
.316
.769
.018
.259
.144
.590
.604
.945
.254
.159
.298
.252
.931
.674
.941
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.129
.046
-.192
.113
-.066
-.265
-.049
48 .273
-.106
.122
-.207
.197
.101
-.043
.096
.472
.410
.157
.180
.495
.771
.515
.381
.756
.192
.446
.655
.069
.741
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.109
-.231
-.140
.524(**)
-.056
.123
.268
.169
.186
.033
.321(*)
.003
.188
.007
.463
.114
.344
.000
.704
.406
.065
.251
.206
.825
.026
.985
.202
.960
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.238
.349(*)
.244
-.232
.263
.393(**)
.101
.066
-.089
.074
-.133
.028
-.130
.409(**)
.103
.015
.094
.113
.071
.006
.494
.654
.549
.619
.369
.851
.378
.004
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.323(*)
.455(**)
.373(**)
-.059
.498(**)
.425(**)
.704(**)
.105
.137
.224
.420(**)
.477(**)
.025
.001
.009
.691
.000
.003
.000
.478
.353
.125
.003
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.941
.779
.487
.532
.016
48
48
48
48
48
48
.011
1
.126
-.190
.162
.171
.393
.195
.270
.244
48
48
48
48
48
-.042
.126
1
.110
-.104
.160
.061
.779
.393
.456
.480
.278
48 .041
48
48
48
48
48
48
.103
-.190
.110
1
.136
.417(**)
.782
.487
.195
.456
.358
.003
48 .095
48
48
48
48
48
.092
.162
48 .104
.136
1
.423(**)
.521
.532
.270
.480
.358
48
48
48
48
48
48
48
48
.449(**)
.401(**)
.107
.347(*)
.171
.160
.417(**)
.423(**)
1
.001
.001
.005
.468
.016
.244
.278
.003
.003
48
48
48
48
48
48
48
48
48
.003
48