Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
PENGARUH KOMPETENSI MANAJER MANAJEMEN KEANGGOTAAN DAN PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KINERJA KOPERASI DI TIMOR LESTE Leoneto Mendes Gonçalves Kementerian Ekonomi dan Pembangunan Timor Leste
[email protected] ABSTRAK Ada beberapa alasan yang perlu dijelaskan berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste, bahwa koperasi belum dapat berkembang seperti yang diharapkan, karena ada beberapa kendala antara lain : 1. Kompetensi manajer masih kurang, karena latar belakang pendidikan formal yang masih rendah, pengalaman menjalankan perusahaan koperasi yang minim, pelatihan, dan pendidikan praktis masih kurang, sehingga kurang mendukung kinerja koperasi. 2. Manajemen keanggotaan belum mampu mengelola data keanggotaan, pengembangan sumber daya manusia anggota, rapat anggota, sehingga keinginan-kebutuhanpermintaan dan kemampuan ekonomi anggota relatif tidak teridentifikasi dengan baik. 3. Partisipasi anggota sebagai pemilik dan pelanggan masih rendah, salah satu penyebabnya anggota kurang terdidik pemahaman koperasi sehingga pengendalian oleh anggota tidak berjalan. 4. Omset layanan dalam bentuk penyaluran kredit, pemupukan tabungan dan partisipasi bruto tidak sebanding dengan pembiayaan organisasi koperasi sehingga cenderung menimbulkan defisit. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk mengungkapkan pengaruh kompetensi manajer, manajemen keanggotaan dan partisipasi anggota terhadap kinerja koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja untuk pengembangan koperasi supaya dapat mencapai target dan sasaran yang optimal, maka dalam pelaksanaan organisasi koperasi melaksanakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu, diperlukan upaya peningkatan kompetensi dari pengurus koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam kinerja koperasi sehingga koperasi bisa berjalan dengan baik dan selanjutnya berdampak positif terhadap pencapaian kinerja koperasi. Selain itu Manajemen Koperasi harus berupaya dapat mengendalikan seluruh potensi anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi serta segenap fasilitas kerja yang ada agar tujuan dari organisasi benar-benar dapat tercapai dan peran serta partisipasi anggota sangat menunjang dalam kegiatan organisasi koperasi baik berupa kontribusi modal, pengawasan, pengambilan keputusan, pengadaan bahan produksi dan lainnya harus turut aktif untuk mengakomodir jalannya koperasi ini akan berdampak pula pada operasional dari koperasi agar berjalan secara berkesinambungan dan relevan dengan tujuan organisasi. Kata kunci: kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, partisipasi anggota. kinerja koperasi ABSTRACT There are several reasons to be explained with regard to the problems faced by credit unions in Timor-Leste, that the cooperative has not been able to evolve as expected, because there are several obstacles, among others:
83
84
Copetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
1. Competence manager is still lacking, because of the background of formal education is still low, the experience of running the cooperative enterprise is minimal, training, and practical education is still lacking, so that less support cooperative performance. 2. Management of membership is not able to manage membership data, the developer's human resources member, meetings of members, so the desire-need-demand and the ability of member economies are relatively well identified. 3. Participation of members as owners and customers are still low, one cause less educated members of the cooperative understanding that control by members not running. 4. Turnover services in credit, accumulation of savings and gross participation are not comparable with the financing of cooperative organizations that tend to cause the deficit. Based on the problems above, this research focused on revealing influence manager's competence, membership and participation of members of the management on the performance of credit unions in Timor-Leste. Based on the results of the research that has been done in an effort to improve performance for the development of cooperatives in order to achieve the targets and objectives are optimal, then the implementation of cooperative organizations carry out the things that need to be considered, namely, the necessary efforts to increase the competence of the cooperative board to increase the participation of members in the performance cooperatives so that the cooperative could run well and the subsequent positive impact on the achievement of cooperative performance. Additionally Cooperative Management should attempt to control all potential members of the organization and the resources of the organization and all the working facilities that exist for the purpose of the organization can actually be achieved and the role and participation of members strongly support the activities of the cooperative organization in the form of capital contributions, supervision, decisions, and other production materials procurement should contribute actively to accommodate the course of this cooperative will impact the operations of the cooperative that is sustainable and relevant to the purpose of the organization. Keywords: competence management manager, the participation of members
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi. Koperasi sebagai sistem sosial ekonomi merupakan gerakan yang tumbuh berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika koperasi harus selaras dengan tujuan yang ditetapkan bersama. Gerakan koperasi berperan penting dalam pembangunan ekonomi Nasional di TimorLeste yang berpedoman pada Undang-Undang Timor-Leste tahun 2002 tentang perekonomian. Ada 3 pilar utama yang menjadi kekuatan perekonomian Timor-Leste tertera pada pasal 138, yaitu Sektor Publik, Sektor Pribadi, Sektor Koperasi. Ada peraturan perkoperasian yang di atur dalam Peraturan Pemerintah no 16 tahun 2004 yang khusus menangani masalah perkoperasian. Timor Leste secara efektif telah
mengenal kebesaran dan penyebaran cita-cita koperasi dan kemunculan koperasi pertanian pertama di mulai beberapa saat setelah 20 Mei 1975 dengan moto “menolonglah dirimu sendiri dan sambil bekerja sama untuk menolong yang lain” adalah semboyan yang waktu itu mudah di terima dan dipahami. Memperbaiki kondisi kehidupan para anggota koperasi merupakan cara untuk membantu membangun negara adalah tujuan yang teridentifikasi dengan jelas. Badan usaha koperasi mempunyai tujuan tidak untuk mencari laba tetapi untuk melayani anggota agar lebih sejahtera berdasarkan asas kekeluargaan hal ini ditegaskan dengan peraturan pemerintah tentang perkoperasian. Decreto Lei pasal 2 ayat 1 menyatakan: “koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang, didirikan secara bebas dengan modal dan tata susunan yang bervariasi, yang melalui kerja sama dan saling menolong antara
84
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
anggota-anggotanya dengan mematuhi prinsipprinsip koperasi”. Prinsip koperasi tidak mencari keuntungan, melainkan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan kultural mereka. Pada ayat 115 juga dinyatakan bahwa: Peranan pemerintah menumbuh kembangkan koperasi dan membantu pendapatan perekonomian keluarga. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang, bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dalam menjalankan peranannya di dalam perekonomian nasional, maka koperasi harus dapat meningkatkan pelayanan secara efisien dalam menunjang kegiatan ekonomi para anggota. Oleh karena itu para anggota harus dibimbing agar dapat meningkatkan partisipasinya sebagai pemilik dan pengguna, sehingga koperasi dapat tumbuh dan memberikan manfaat nyata bagi para anggotanya. Kondisi globalisasi ekonomi akan menuntut koperasi untuk mempersiapkan diri demi kelangsungan hidupnya dan agar koperasi bisa bersaing dalam perdagangan bebas sebagai pelaku ekonomi yang aktif. Untuk menumbuhkembangkan koperasi diperlukan adanya peran aktif para pelaku koperasi (anggota, pengurus dan pengawas koperasi), dan perlu dilakukan kerjasama antara berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun di dalam organisasi koperasi itu sendiri, karena keberhasilan koperasi menjadi tanggung jawab semua anggota koperasi itu sendiri. Kuatnya perekonomian suatu negara merupakan pencerminan dari kuatnya ekonomi masyarakat atau kegiatan usaha di dalam negara tersebut. Fenomena dalam pengembangan pembangunan dan koperasi di negara yang baru merdeka yakni kurangnya kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, dan partisipasi anggota dalam memberi peran yang lebih berarti bagi kinerja koperasi. Kinerja koperasi simpan-pinjam yang ada di Timor-Leste kurang berjalan dengan efektif dan efisien karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu kemampuan manajer, untuk mengelola koperasi kurang, sehingga tidak ada pertumbuhan anggota, peningkatan
85
pelayanan, peningkatan aset, volume kredit yang disalurkan, nilai tabungan yang ditampung. Manajemen keanggotaan yang kurang baik sehingga pendataan anggota tidak teratur, pengelolaan data keanggotan kurang profesional, pengembangan kemampuan sumber daya manusia anggota kurang, komunikasi dengan anggota koperasi kurang berjalan, terlambat dalam melaksanakan rapat anggota tahunan. Kurangnya minat partisipasi anggota sehingga kurang aktif anggota dalam pemupukan modal seperti simpanan pokok, simpanan wajib dan, anggota kurang berminat untuk meminjam pada koperasi. Maka perlu dilakukannya peningkatan kompetensi manajer, manajemen keanggotaan dan partisipasi anggota agar dapat ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan kinerja koperasi. Timor-Leste saat ini telah memandirikan sebanyak 109 koperasi yaitu koperasi produksi sebanyak 51 dan koperasi simpan-pinjam sebanyak 58 yang dilakukan oleh pemerintah melalui Direktorat Nasional Koperasi (DNCOOP) Timor-Leste. Koperasi akan berjalan baik jika memiliki kompetensi manajer, manajemen keanggotaan dan partisipasi anggota, secara sistematik. Dengan demikian perlu kiranya koperasi melakukan pengembangan organisasi koperasi yaitu dalam hal meningkatkan kompetensi manajer, manajemen keanggotaannya dan partisipasi anggota. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan upaya peningkatan kompetensi dari pengurus koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam kinerja koperasi sehingga koperasi bisa berjalan dengan baik dan selanjutnya berdampak positif terhadap pencapaian kinerja koperasi. Wattson Wyatt dalam Ahmad S. Ruky (2003:106-107). Mendefinisikan kompetensi sebagai kombinasi dari ketrampilan (skill), pengetahuan (Menurut knowledge), dan perilaku yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya. Untuk meningkatkan kompetensi manajer dalam meningkatkan kemampuan pegawai salah satunya dicerminkan melalui pelatihan yang diberikan kepada para manajer, baik pelatihan teknis maupun non teknis agar para manajer mampu meningkatkan kinerja, akan tetapi kenyataannya kompetensi manajer belum
86
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
unit koperasi simpan pinjam yang ada di ibu kota Dili terdapat sekitar 25 koperasi simpan pinjam yang aktif melayani anggotanya dan dilakukan penelitian untuk mengetahui perkembangannya. Kalau dilihat dari data tabel tersebut di atas dapat dilihat tentang bagaimana pesatnya perkembangan koperasi di Timor Leste dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dengan total seluruh koperasi berjumlah 109 unit. Namun sejalan dengan perkembangan tersebut apabila tidak ditunjang dengan pengelolaan manajemen yang baik tidak akan terwujud sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Anggota koperasi harus menggunakan jasa pelayanan koperasi karena pelayanan koperasi diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan anggota. Karena itu Yuyun Wirasasmita: (1996, dalam Ramudi Ariffin) : 1. Kebutuhan anggota harus dapat di identifikasi mengenai jenisnya, jumlahnya, kualitasnya, dan waktunya. 2. Kebutuhan anggota bukan merupakan kebutuhan temporer melainkan kebutuhan utama yang permanen. 3. Kebutuhan anggota harus menjadi dasar setiap penyelenggaraan pelayanan koperasi. Gambaran Partisipasi anggota perkoperasian di Timor Leste ini selanjutnya dapat dilihat dari Grafik di bawah ini, perkembangan anggaran dari periode tahun 2008 sampai dengan 2013 sebagai berikut :
optimal setelah mengikuti hasil pelatihan yang diterimanya, manajer belum memiliki orientasi ke depan dalam bekerja dan kurang percaya diri dalam melaksanakan pekerjaannya. Upaya untuk meningkatkan kompetensi pegawai khususnya manajer telah dilakukan dengan memberikan pelatihan teknis maupun non teknis dengan harapan dapat peningkatkan kinerja. Akibat kurang optimalnya pimpinan dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam memoti-vasi pegawai dalam meningkatkan kompetensi diduga berdampak terhadap pencapaian kinerja yang belum optimal.
2010
2011
2012
2013
Total
Credit Union
2009
Nama
2008
Tabel 1.1. Perkembangan Koperasi di Timor Leste dari Tahun 2008-2013
24
33
33
33
52
58
58
12
12
12
18
19
19
Multi Sectorial Agricultura
6
5
5
5
6
11
11
Pescas
6
8
8
8
12
12
12
Café
-
1
1
1
1
1
1
Aifunan
-
1
1
1
1
1
1
FCCHM
-
-
-
-
industria tais industria sabaun no boneka Biogas
1
2
2
2
3
3
3
-
1
1
1
1
1
1
1
-
-
-
-
Industria boneka
-
1
1
1
1
1
1
Polivalente
1
2
2
2
2
2
2
Total
39
66
66
66
97
109
109
1.058.837
800.827
Koperasi adalah alat yang tepat guna meningkatkan pendapatan ekonomi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Terkait dengan hal tersebut maka Timor-Leste menjadikan sektor koperasi sebagai salah satu sektor yang penting dalam pembangunan ekonomi Nasional Timor-Leste . Dili adalah ibukota Negara Timor-Leste yang terdiri dari 13 kabupaten dan 65 kecamatan, dengan jumlah sebaran 109 koperasi. Di wilayah kerja ibu kota Dili sendiri berjumlah 65, koperasi, dengan 51 koperasi diantaranya bergerak di bidang simpan pinjam atau (KSP). Meskipun jumlah koperasi simpan pinjam di Timor-Leste cukup banyak namun tidak semuanya dapat melayani dan memenuhi keperluan anggotanya. Dari 51
1.018.837
1.861.024
2.246.167
Sumber : Dinas Koperasi Timor Leste 2013
Sumber : Dinas Koperasi Timor Leste 2013
Gambar 1.1. Grafik perkembangan Anggaran Koperasi di Timor Leste Tahun 2008 - 2013
86
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
Apabila dilihat dari data grafik di atas partisipasi anggota setiap tahunnya nya mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan sehingga partisipasi keanggotaan koperasi di Timor Leste harus dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi dalam artian bahwa keanggotaan yang ada harus ditingkatkan kesejahteraan serta kinerja dari para manajer dalam pengelolaannya harus dilaksanakan dengan manajemen yang baik dan seoptimal mungkin agar sasaran dan program yang telah ditetapkan dapat dicapai. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas harus dilaksanakan kinerja yang mendukung dalam pencapaian suatu organisasi hal ini sejalan pula Menurut Kusnadi (2003;64) menyatakan bahwa kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau target tertentu. Hariandja (2002;195) mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi tersebut untuk meningkatkannya. Sedangkan menurut (Mathis dan Jackson 2002:78) kinerja pada dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi. (Mathis dan Jackson, 2002:8) lebih lanjut memberikan standar kinerja seseorang yang dilihat kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif. Standar kinerja tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria pekerjaan yaitu menjelaskan apa-apa saja yang sudah diberikan organisasi untuk dikerjakan oleh karyawannya, oleh karena itu kinerja individual dalam kriteria pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan dengan standar yang ada dan hasilnya harus dikomunikasikan kepada seluruh karyawan. (Mathis dan Jackson, 2002:81) juga menjelaskan standar kinerja dapat berupa output produksi atau lebih dikenal dengan standar kinerja numerik dan standar kinerja non numerik. Kinerja karyawan setiap periodik perlu dilakukan penilaian. Hal ini karena penilaian kinerja karyawan tersebut nantinya dapat
87
digunakan sebagai analisis untuk kebutuhan dilaksanakannya pelatihan (Ivancevich, 2001: 389). Penilaian kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan (Mathis dan Jackson, 2002:81). Penilaian kinerja mempunyai dua kegunaan utama. Penilaian pertama adalah mengukur kinerja untuk tujuan memberikan penghargaan seperti misalnya untuk promosi. Kegunaan yang lain adalah untuk pengembangan potensi individu (Mathis dan Jackson, 2002:82). Ada beberapa alasan yang perlu dijelaskan berkaitan dengan masalah yang di hadapi oleh koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste, bahwa koperasi belum dapat berkembang seperti yang diharapkan, karena ada beberapa kelemahan : 1. Kompetensi manajer lebih kurang, karena latar belakang pendidikan formal, pengalaman menjalankan perusahaan koperasi yang minim, pelatihan, dan pendidikan praktis masih kurang, sehingga kurang mendukung kinerja koperasi . 2. Manajemen keanggotaan belum mampu mengelola data keanggotaan, pengembangan sumber daya manusia anggota, rapat anggota, sehingga keinginan-kebutuhan permintaan dan kemampuan ekonomi anggota relatif tidak teridentifikasi dengan baik. 3. Partisipasi anggota sebagai pemilik dan pelanggan masih rendah, salah satu penyebabnya anggota kurang terdidik pemahaman koperasi sehingga pengendalian oleh anggota tidak berjalan. 4. Omset layanan dalam bentuk penyaluran kredit, pemupukan tabungan dan partisipasi bruto tidak sebanding dengan pembiayaan organisasi koperasi sehingga cenderung menimbulkan defisit. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk mengungkapkan pengaruh kompetensi manajer, manajemen keanggotaan dan partisipasi anggota terhadap kinerja koperasi simpan-pinjam di Timor-Leste. perlu dilakukan penelitian agar memperoleh gambaran yang lebih jelas. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tampak jelas bahwa kinerja koperasi
88
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
kelompok atau organisasi yang bersangkutan. Sedangkan untuk mencapainya suatu perencanaan yang baik, pelaksanaan yang konsisten dan pengendalian yang kontinyu, dengan maksud agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Efisien dapat dikatan suatu kondisi atau keadaan, dimana penyeiesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang dimiliki. Sedangkan efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai menggunakan sarana ataupun peralatan yang tepat, disertai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadian¬kejadian, keadaan-keadaan sebagai penjelasannya. Menurut Mondy dan Premeaux (1993:5) bahwa “Manajemen adalah proses penyelesaian pekerjaan melalui usaha-usaha orang lain.” Berdasarkan definisi ini tampak bahwa proses manajemen akan terjadi apabila seorang melibatkan orang lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan karena fakta menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak dapat melakukan sendiri tugas tersebut tanpa bantuan orang lain atau pegawai. Kriteria yang dapat pula digambarkan sebagai strategi pokok manajemen adalah mencapai hasil dengan efisien, efektif, ekonomis dan bertanggung jawab dengan memanfaatkan manusia dan sumber daya manusia, biaya, alat, bahan, metode kerja, tempat dan waktu sehemat mungkin. Dengan demikian manajemen adalah suatu proses menggunakan sumber daya manusia organisasi dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi itu melalui Perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, pengendalian.
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, dan partisipasi anggota. Dengan demikian identifikasi masalah didalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh kompetensi manajer terhadap kinerja koperasi simpan pinjam di Timor-Leste. 2. Bagaimana pengaruh manajemen keanggotaan terhadap kinerja koperasi simpan pinjam di Timor-Leste. 3. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota terhadap kinerja koperasi simpan - pinjam di Timor-Leste. 4. Bagaimana pengaruh kompetensi manajer, manajemen keanggotaan dan partisipasi anggota secara simultan berpengaruh terhadap kinerja koperasi 5. Upaya apa yang perlu dilakukan oleh koperasi untuk meningkatkan kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, partisipasi anggota, dan kinerja koperasi. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Manajemen Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel (dalam Siswanto, 2005:2) memberikan batasan manajemen sebagai berikut: manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi. Manajemen sebagai proses, oleh para ahli diberikan pengertian yang berbeda. Menurut Daft (2002:8) manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi. The Liang Gie (dalam Mahtika, 2006:6) mengemukakan bahwa manajemen adalah segenap perbuatan menggerakkan sekolompok orang atau mengerahkan segala fasilitas dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka manajemen mempunyai tiga unsur pokok yaitu: (1) adanya tujuan yang ingin dicapai, (2) tujuan dapat dicapai dengan menggunakan kegiatan orang lain, dan (3) kegiatan-kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi. Dengan demikian manajemen dapat dipastikan adanya maksud untuk mencapai tujuan tertentu dari
2.1.2. Konsep Perkoperasian Menurut Hanel (1989) : “Koperasi diterjemahkan dari co-operative, berasal dari kata coperation yang berarti bekerja sama di antara dua pihak atau lebih. Kerja sama di dalam
88
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
bentuk koperasi secara universal diasosiasikan sebagai kerjasama didalam ekonomi. Tetapi tidak setiap bentuk organisasi kerja sama ekonomi dapat di sebut sebagai koperasi”. Menurut Dulfer (1994). “Suatu organisasi kerja sama dapat di sebut sebagai koperasi apabila memenuhi kriteria-kriteria pokok sebagai berikut”: 1. Ada sejumlah individu yang bersatu di dalam suatu kelompok atas dasar sekurangkurangnya ada suatu kepentingan atau tujuan ekonomi yang sama (disebut: kelompok koperasi). 2. Anggota-anggota kelompok koperasi bertekad mewujudkan kepentingan atau tujuannya untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial mereka melalui usahausaha bersama dan saling membantu (disebut: swadaya, self-help). 3. Sebagai alat untuk mewujudkan kepentingan atau tujuan yang sama tersebut dibentuklah perusahaan yang didirikan, dimodali/dibiayai, dikelola, diawasi, dan dimanfaatkan sendiri oleh anggota-anggotanya (disebut: perusahaan koperasi). 4. Tugas pokok perusahaan koperasi adalah menyelenggarakan pelayanan barang dan jasa untuk menunjang kepentingan ekonomi anggota kelompok koperasi (disebut : tugas mempromosikan anggota)
Gambar 2.1. Organisasi Koperasi secara Socio – Ekonomi (Dalam Andang K. Ardwidjaja)
89
Keterangan: IA = Individu Anggota; UA = Usaha Anggota; NA = Non-anggota Garis Tebal dari [IA] ke [Kelompok Koperasi] = Swadaya Koperasi (selfhelp cooperative)
Kriteria 1) dan 2) hubungan dengan anggota dan kriteria 3) dan 4) berhubungan dengan perusahaan koperasi. Anggota koperasi dan perusahaan koperasi merupakan satu kesatuan ekonomi yang tidak dapat dipisahkan. Untuk dapat dikatakan sebagai organisasi koperasi secara sosio-ekonomi, keempat cir/kriteria di atas harus terpenuhi seluruhnya. Apabila baru terpenuhi ciri/kriteria 1) dan 2) saja disebut kelompok arisan. Sedangkan apabila ciri/kriteria 1), 2 dan 3) yang terpenuhi di sebut prakoperasi. Selanjutnya Alfred Hanel (1992) mengilustrasikan keempat ciri organisasi koperasi secara sosio-ekonomi seperti terlihat pada gambar 2.1. di atas. Ilustrasi pada Gambar 2.1, selain memperlihatkan keempat ciri organisasi koperasi secara sosio-ekonomi juga memperlihatkan bahwa koperasi sebagai suatu sistim yang terbuka. Artinya bisa melakukan hubungan dengan pihak anggota (intern) dan bisa juga melakukan hubungan bisnis dengan non anggota (ekstern). Konsep dasar hubungan koperasi dengan anggota disebut “pelayanan”, sedangkan hubungan koperasi dengan non anggota di sebut dengan “bisnis” pelanggaran besar jika koperasi tidak mengutamakan pelayanan ke anggota, atau hasil bisnisnya dengan non anggota tidak diakuntabel dan tidak berdampak positif bagi promosi ekonomi anggota. Definisi koperasi menurut Internasional Cooperative Alliance (ICA, 23 September 1995) adalah : Kumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi, sosial, budaya, dan aspirasi-aspirasi yang sama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikontrol secara demokratis. Menurut Mohammad Hatta dalam Sukamdiyo, (1996:4). Koperasi adalah: “Sebagai usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong”. Selanjutnya dikemukakan bahwa gerakan koperasi adalah perlambang harapan bagi kaum ekonomi lemah, berdasarkan selfhelp dan tolong menolong di antara anggotanya, sehingga dapat melahirkan rasa percaya
90
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
disebut sistem kerja koperasi diatur menurut norma-norma yang ada di dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Dengan demikian koperasi adalah asosiasi orang- orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip- prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui usaha bersama yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.
kepada diri sendiri, persaudaraan antara sesama anggota koperasi, merupakan semangat baru dan semangat menolong diri sendiri. Ia didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan, berdasarkan prinsip seorang buat semua dan semua buat seorang. Menurut Ramudi Ariffin (2002). Ada tiga pendekatan dalam merumuskan arti koperasi yaitu: 1. Pendekatan legal, yaitu rumusan pengertian koperasi yang tercantum dalam UndangUndang. Definisi ini berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. 2. Pendekatan esensial, yaitu pengertian koperasi menurut esensinya sebagai wadah kerja sama antar individu karena memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. 3. Pendekatan nominal, yaitu pengertian koperasi yang diperlukan untuk kepentingan analisis yang membedakannya dengan bentuk-bentuk badan usaha yang lainnya. Sebagai salah satu jenis Koperasi simpanpinjam atau unit simpan pinjam harus mengacu pada Undang-undang RI no 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai dasar hukum bagi setiap jenis organisasi koperasi yang didirikan. Sedangkan koperasi kredit (kopdit) Credit Union (CU) adalah Koperasi yang memiliki usaha tunggal, yakni simpan-pinjam sebagai usaha atau bisnis utamanya. Koperasi kredit (kopdit) biasanya muncul atas prakarsa dan mufakat sekelompok orang yang mempunyai kesamaan kebutuhan dan kepentingan untuk menggerakan modal bersama, terutama yang berasal dari simpanan untuk dipinjamkan di antara sesama mereka dengan tingkat bunga yang memadai sesuai dengan kesepakatan bersama pula. Pinjaman diberikan atas keperluan darurat, produktif atau keperluan lain dalam meningkatkan kesejahteraan anggota. Koperasi simpan-pinjam adalah alat dari rumah tangga anggota untuk mandiri (self help). Maju mundurnya bank sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemilik dan manajemen bank. Tetapi maju mindurnya koperasi simpan pinjam menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota, sehingga berlaku asas self-help responsibility, anggota bertanggung jawab sendiri terhadap koperasinya, dengan demikian antara anggota dengan koperasi simpan-pinjam berada didalam satu kesatuan sistem kerja yang
2.2. Kompetensi Manajer Koperasi Menurut Wattson Wyatt dalam Ahmad S. Ruky (2003:106-107), mendefinisikan kompetensi sebagai,” kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gilmore (1996:2) : “Competency is ability to use the science and skill effectively in reaching best performance in certain duty status.” Kompetensi merupakan kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan secara efektif sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Kompetensi sosial individu terinternalisasi dalam bentuk tujuh tingkat kemauan dan kemampuan (Spencer & Spencer, 1993:39) sebagai berikut : 1. Pengaruh dan dampak, yaitu kemampuan meyakinkan dan mempengaruhi orang lain untuk secara efektif dan terbuka dalam berbagi pengetahuan, pemikiran dan ide-ide secara perorangan atau dalam kelompok agar mau mendukung gagasan atau idenya. 2. Kesadaran berorganisasi, yaitu kemampuan untuk memahami posisi dan kekuasaan secara komprehensif baik dalam organisasi maupun dengan pihak-pihak eksternal perusahaan. 3. Membangun hubungan kerja, yaitu kemampuan untuk membangun dan memelihara jaringan kerja sama. 4. Mengembangkan orang lain, yaitu kemampuan untuk meningkatkan keahlian bawahan atau orang lain dengan memberikan umpan balik yang membangun berdasarkan fakta yang spesifik serta memberikan pelatihan, dan memberi wewenang untuk memberdayakan dan meningkatkan partisipasinya.
90
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
5. Mengarahkan bawahan, yaitu kemampuan memerintah, mempengaruhi, dan mengarahkan bawahan dengan melaksanakan strategi dan hubungan interpersonal agar mereka mau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 6. Kerja tim, yaitu keinginan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain secara koperatif yang menjadi bagian yang bermakna dari suatu tim untuk mencapai solusi yang bermanfaat bagi semua pihak. 7. Kepemimpinan kelompok, yaitu keinginan dan kemampuan untuk berperan sebagai pemimpin kelompok dan mampu menjadi suri teladan bagi anggota kelompok yang dipimpinnya. Menurut Katnz (1974). Ada 3 tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh manajer yaitu: 1. Kompetensi teknis adalah ahli dan menguasai teknik serta mampu menggunakannya. 2. Kompetensi sosial adalah kemampuan bekerja sama dengan orang lain. 3. Kompetensi konsepsional adalah kemampuan mengindentifikasi permasalahan melakukan perubahan secara simultan dan menyusun konsep-konsep tindakan secara sistematis Menurut Mintzberg (1980) manajer adalah: “Figur kuat yang menjembatani hubungan antara personal, sebagai layar radar yang menangkap berbagai fenomena, sebagai sarana penyalur informasi, sebagai juru bicara, berperan sebagai inovator, sebagai pemecahan masalah, sebagai distributor sumber daya sebagai negosiator dan pengambil keputusan”. Dengan demikian kompetensi manajer koperasi adalah suatu kewenangan dalam menentukan atau memutuskan suatu permasalahan yang ada dalam suatu lingkup koperasi atau juga dapat diartikan sebagai kemampuan manajer koperasi dalam menguasai pekerjaan yang bersifat operasional dan manajerial. Sehingga perkembangan koperasi yang dikelola oleh manajer dapat terus berkembang dan diterima oleh anggota koperasi. 2.3. Manajemen Keanggotaan Menurut Andang K. Ardiwidjaja, 2012. “Manajemen keanggotaan adalah: Penerapan fungsi-fungsi manajemen pada bidang keanggotaan koperasi untuk mencapai visi dan tujuan secara efektif – efisien dan produktif berdasar
91
atas nilai-nilai dan prinsip koperasi”. Keanggotaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan: 1. Pendaftaran anggota baru, penyelesaian anggota keluar 2. Pengelolaan data keanggotaan misalnya bio data anggota, kepuasan anggota, dan partisipasi anggota 3. Pengembangan sumber daya manusia 4. Komunikasi dengan anggota 5. Rapat anggota, waktu, tempat, peserta, undangan, biaya, bahan, akomodasikonsumsi 6. Pengambilan keputusan oleh anggota di rapat anggota Fungsi Perencanaan Keanggotaan adalah: Suatu proses analitis-sistematik-seksamakordinatif-bottom up dan pengambilan keputusan untuk tindakan-tindakan bidang keanggotaan dimasa yang akan datang yang menguraikan: apa yang harus di kerjakan, kapan di kerjakan dan siapa yang mengerjakan yang dihubungkan pula dengan biaya dan sumber pendanaannya. Fungsi Pengorganisasian Keanggotaan adalah: Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab atas pelaksanaan keseluruhan rencana bidang keanggotaan yang telah dirumuskan, sehingga visi-tujuan-sasaran dan target bidang keanggotaan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Fungsi Kepemimpinan Keanggotaan adalah: Mencari kesesuaian pekerjaan bidang keanggotaan dengan gaya kepemimpinan yang demokratis dan/atau cocok dengan lingkungan kerja koperasi. Fungsi Implementasi Keanggotaan adalah Proses penerapan rencana-rencana bidang keanggotaan oleh masing-masing unsur dan bidang dalam organisasi koperasi, dan selalu melakukan koordinasi ke semua pihak terkait dan monitoring berkala yang terevaluasi juga terdokumentasikan. Fungsi Pengendalian Keanggotaan adalah Suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan standar prestasi dan target rencana bidang keanggotaan, merancang sistem umpan-balik informasi membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang terlebih dahulu ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan
92
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
manajemen koperasi dan program koperasi dengan ilustrasi” the fit models of participation
untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan yang digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran dan target bidang keanggotaan. Jadi tujuan utama dari pengendalian keanggotaan adalah, “ memastikan bahwa hasil kegiatan bidang keanggotaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. 2.4. Partisipasi Anggota Menurut K. Davis, (1998) pengertian partisipasi yang dikaitkan dengan organisasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong seseorang untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu.” Partisipasi anggota merupakan hal vital dalam pembangunan koperasi. Partisipasi tidak dapat diasumsikan sebagai sesuatu yang begitu saja terjadi secara otomatis dalam keberadaan suatu koperasi. Partisipasi anggota merupakan roh atau nyawa kehidupan koperasi. Koperasi tanpa partisipasi anggota sama halnya raga tanpa roh dan koperasi semacam ini sama saja dengan koperasi yang mati. Partisipasi anggota dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertanggung jawab. Partisipasi anggota sering diangggap baik sebagai alat pengembangan koperasi maupun untuk mencapai tujuan akhir. Partisipasi anggota dapat diartikan sebagai keterlibatan mental dan emosi yang mendorong anggota koperasi untuk memberikan kontribusi dan ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan koperasi. Perkembangan usaha koperasi akan erat kaitannya dengan masalah partisipasi anggota koperasi, berhasil tidaknya suatu koperasi dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya akan banyak ditentukan oleh tingkat partisipasi anggota koperasi. Partisipasi anggota dalam pelayanan yang diberikan oleh koperasi akan terwujud jika adanya kesesuaian kepentingan antara anggota, program (jenis usaha yang dijalankan oleh koperasi dan manajemen). Menurut David Corten (Ropke 1998). Dalam Andang K. Ardiwijadja” berpendapat bahwa, efektifitas partisipasi anggota ditentukan oleh
Bagan 2.2. Model Partisipasi Sumber : David Corten (Dalam Andang K. Ardiwidjaja) Menurut Ropke (1997) mutu partisipasi anggota tergantung dari tiga variabel, yaitu: (1) manfaat yang diterima anggota dari koperasi; (2) manajemen organisasi berkaitan dengan pemahaman anggota tentang koperasi; dan (3) program yang dilakukan koperasi berkaitan dengan layanan usaha koperasi. Berdasarkan pendapat Ropke ini dapat dijelaskan bahwa partisipasi anggota dalam koperasi dipengaruhi oleh manfaat yang bisa diperoleh anggota dari koperasi, pemahaman anggota tentang koperasi sebagai akibat dari pengelolaan organisasi dan manajemen koperai oleh para pengurusnya dan Mutu layanan usaha koperasi yang telah diprogramkan oleh para pengelolanya. Menurut Ropke (1995) membedakan dimensi partisipasi anggota menjadi tiga, yaitu: (1) partisipasi anggota dalam mengkontribusikan atau menggerakkan sumber daya; (2) partisipasi anggota dalam mendapatkan manfaat layanan; dan (3) partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan. Di dalam koperasi, partisipasi anggota juga sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan koperasi. Apalagi anggota koperasi merupakan pemilik (owner) sekaligus sebagai pengguna / pelanggan (user) koperasi. Artinya bahwa usaha koperasi memang ditujukan terutama untuk melayani kebutuhan anggota. Dengan demikian apabila
92
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
anggota sebagai pelanggan utama yang dilayani koperasi tidak berpartisipasi pada koperasi, tentu usaha yang diselenggarakan koperasi menjadi sia-sia. Dengan kata lain, potensi usaha koperasi tersebut menjadi tidak bernilai ekonomi. Oleh karena itulah, partisipasi anggota dalam kegiatan koperasi mutlak diperlukan oleh koperasi. Hidup-matinya usaha koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota dalam mendukung dan memanfaatkan layanan usaha koperasi. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa keberhasilan usaha koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota dalam koperasi. 2.5. Kinerja Koperasi Menurut Prawiro Suntoro, (1999) dalam Tika, (2006) kinerja adalah : hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Unsur - unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari: 1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti: motivasi, kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya. 3. Pencapaian tujuan organisasi 4. Periode waktu tertentu. Menurut Simamora (2002:423) memberikan batasan kinerja, kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris performance atau job performance dalam bahasa Indonesia kinerja disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja performance di artikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Pengertian diatas menyoroti kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan. Sedangkan menurut (Mathis dan Jackson 2002:78) kinerja pada dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi. (Mathis dan Jackson, 2002:8) lebih lanjut memberikan
93
standar kinerja seseorang yang dilihat kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif. Standar kinerja tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria pekerjaan yaitu menjelaskan apaapa saja yang sudah diberikan organisasi untuk dikerjakan oleh karyawannya, oleh karena itu kinerja individual dalam kriteria pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan dengan standar yang ada dan hasilnya harus dikomunikasikan kepada seluruh karyawan. (Mathis dan Jackson, 2002:81) juga menjelaskan standar kinerja dapat berupa output produksi atau lebih dikenal dengan standar kinerja numerik dan standar kinerja non numerik. Kinerja karyawan setiap periodik perlu dilakukan penilaian. Hal ini karena penilaian kinerja karyawan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai analisis untuk kebutuhan dilaksanakannya pelatihan (Ivancevich, 2001:389). Penilaian kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan (Mathis dan Jackson, 2002:81). Penilaian kinerja mempunyai dua kegunaan utama. Penilaian pertama adalah mengukur kinerja untuk tujuan memberikan penghargaan seperti misalnya untuk promosi. Kegunaan yang lain adalah untuk pengembangan potensi individu (Mathis dan Jackson, 2002:82). Istilah kinerja berasal dari kata job Performance atau Actual Performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, (2000:67).Pengertian Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan ( Ability) dan faktor motivasi( motivation). Keith Davis, (1964:484) merumuskan bahwa: Human Performance = Ability+ motivation Motivation = Attitude+ Situation Ability = Knowledge+ Skill a. Faktor Kemampuan Kemampuan seorang personil koperasi terdiri dari kemampuan IQ dan kemampuan
94
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
reality (Knowledge + skill). Artinya, personil koperasi yang mempunyai IQ diatas rata-rata (IQ 110-112) melalui pendidikan yang memadai untuk jabatan/ posisinya dan trampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia lebih mudah mencapai kinerja yang di harapkan. b. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seorang pengurus dan pengawas dalam menghadapi situasi kerja, motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri personil yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi koperasi. Menurut David Croney dan Paul Croney (1992), mendefenisikan kinerja (performance) suatu tingkat kemajuan, kemunduran, kemampuan dari perorangan ataupun kelompok yang terukur berkaitan terhadap waktu, dengan suatu batasan nilai yang dapat berupa persentase ataupun dengan nilai nyata (real), dan pada umumnya di transformasikan dalam kualifikasi dari yang sangat buruk sampai dengan sangat baik. Berdasarkan pengertian kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja personil koperasi merupakan suatu tingkat keberhasilan koperasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan beban kerja yang diberikan oleh organisasi koperasi terhadap mereka. Kinerja personil koperasi menggambarkan hasil kerja yang diperoleh personil koperasi. Semakin besar hasil kerja yang diperoleh maka semakin tinggi pula kinerja personil koperasi. Untuk mencapai kinerja koperasi yang tinggi maka semua unsur yang terlibat dalam organisasi koperasi harus mampu mencapai hasil yang maksimal, sehingga dapat bermanfaat bagi organisasi koperasi khususnya untuk mempromosikan ekonomi anggota. Pada akhirnya memunculkan banyak pertanyaan yang intinya di sekitar mencari jawaban terhadap pertanyaan koperasi yang seperti apakah yang perlu di wujudkan dalam rangka menciptakan perbaikan sosial-ekonomi masyarakat jawaban terhadap pertanyaan tersebut, dapat mencakup berbagai hal yang luas, tetapi yang terpenting adalah : 1. Adanya gambaran aktual dari eksistensi koperasi di masyarakat serta kaitannya dengan berbagai institusi lainnya 2. Identifikasi terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dan rumusan sasaran yang
jelas baik pihak yang lain yang berkepentingan 3. Batasan potensi dan kapasitas yang selayaknya dimiliki oleh organisasi koperasi 4. Identifikasi terhadap kebutuhan kelompok dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai kemajuan lebih lanjut. Evaluasi kinerja pada umumnya diartikan sebagai upaya menyusun gambaran aktual suatu organisasi dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan universal koperasi adalah mempromosikan ekonomi anggota. Artinya organisasi koperasi menerima mandat untuk menjalankan berbagai fungsi aktivitas yang menghasilkan outcome berupa promosi ekonomi anggota. Promosi ekonomi anggota merupakan konsep yang masih umum, pada kenyataannya terminologi ini harus diterjemahkan ke dalam indikator-indikator yang sesuai dengan kepentingan, keinginan atau tujuan ekonomi spesifik dari para anggota koperasi. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan secara empirik. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur. Data primer meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data kualitatif adalah responden atau instrumen pada lokasi penelitian. Sumber data kuantitatif adalah sampel. Responden dalam penelitian ini adalah para pengelola koperasi simpan-pinjam di Dili Timor-leste. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Menurut Ridwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007, p2-3) Path Analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Analisis jalur yang di kenal dengan path analysis dikembangkan pertama 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewll Wright (Joreskog & Sorbom, 1996; Johnson & Wichern,1992). Manfaat lain model path analysis adalah: 1. Penjelasan (explanation) terhadap fenomena yang di pelajari atau permasalahan yang diteliti. 2. Prediksi nilai terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan di prediksi dengan path analysis ini bersifat kualitatif.
94
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
3. Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). 4. Pengujian model, menggunakan theory trimming baik untuk uji reliabilitas (uji keajegan) konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru. Asumsi-asumsi Path Analysis 1. Pada model path analysis, hubungan antar variabel adalah bersifat linear adaptif dan bersifat normal 2. hanya sistem aliran kasual ke satu arah artinya tidak ada arah kasualitas yang berbalik 3. variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio 4. menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih untuk menjadi anggota sampel. 5. observed variabel diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliable) artinya variabel yang diteliti dapat di observasi secara langsung. 6. model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang artinya model teori yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kasualitas antar variabel yang diteliti. 3. HASIL PENELITIAN 3.1 Profil Koperasi Secara keseluruhan jumlah koperasi yang dalam penelitian ini berjumlah 15 unit KSP dengan jumlah responden sebanyak 86 orang. 3.2. Profil Responden 3.2.1. Jenis Kelamin Penyebaran angket dilakukan secara acak terhadap responden baik pria maupun wanita. Adapun hasil dari penyebaran angket tersebut dijelaskan seperti yang tertera pada tabel 3.1. Tabel di atas menjelaskan bahwa komposisi responden yang ada di koperasi Timor Leste dengan rincian laki-laki sebesar 67,44%, dan perempuan sebesar 32,56%.
95
Tabel 3.1. Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
58
67,44
Perempuan
28
32,56
Jumlah
86
100,00
Sumber:
Data penelitian diolah tahun 2013
3.2.2. Usia Dilihat dari usia yang dijadikan sebagai objek penelitian terdapat usia yang kurang dari 25 tahun sampai dengan di atas 51 tahun seperti yang ada pada tabel berikut ini. Tabel 3.2. Usia Responden Usia
Jumlah
Persentase
< 25 tahun
9
10,46
26 – 30 tahun
21
24,41
31 – 35 tahun
16
18,60
36 – 40 tahun
14
16,27
41 – 45 tahun
11
12,79
46 – 50 tahun
10
11,62
> 51 tahun Jumlah
6
6,97
86
100,00
Sumber: Data penelitian diolah tahun 2013
Tabel di atas menjelaskan bahwa komposisi responden yang memiliki usia kurang dari 25 tahun sebesar 10,46%, usia 20-30 tahun sebesar 24,41% usia 31-35 tahun sebesar 18,60%, usia 36-40 tahun sebesar 16,27%, usia 41-45 tahun sebesar 12,79%, usia 46-50 tahun sebesar 11,62%, dan usia diatas 51 tahun sebesar 6,97%. 3.2.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dijadikan sebagai responden juga bervariasi dari mulai lulusan SMA sampai dengan Strata dua, untuk lebih terincinya dituangkan pada tabel 3.3. Tabel 3.3. menjelaskan bahwa komposisi responden dari tingkat pendidikan yang ada di Timor Leste memiliki komposisi pendidikan sebagai berikut, pendidikan SMA sebesar 74,41, pendidikan D-2 sebesar 0 %, pendidikan D-3 sebesar 13,96%, pendidikan S-1 sebesar 9,30%, dan pendidikan S-2 sebesar 2,32%.
96
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
Tabel. 3.5. Hubungan Antarvariabel Penelitian
Tabel 3.3. Tingkat Pendidikan Responden
SLTA
Jumlah
Persentase
64
74,41
D-2
0
0,00
D-3
12
13,96
S-1
8
9,30
S-2
2
2,32
86
100,00
Jumlah
Correlations
X1
X2 Spearman's rho
Pendidikan
Sumber: Data penelitian diolah tahun 2013
3.2.4. Masa Kerja Masa kerja responden yang dijadikan objek penelitian bervariasi dari lama bekerja kurang dari lima tahun sampai dengan di atas 25 tahun, untuk lebih lengkapnya seperti pada tabel di bawah ini :
X3
Y
Tabel 3.4. Masa Kerja Responden
X1
X2
X3
Y
Correlation Coefficient
1.000
0.712*
0.82*
.825
Sig. (2-tailed)
.
.230
.095
.045
*
N
51
51
51
Correlation Coefficient
0.712*
1.000
.628
.804
Sig. (2-tailed)
.230
.
.000
.000
N
51
51
51
51
Correlation Coefficient
0.82*
.628
1.000
.757
Sig. (2-tailed)
.095
.000
.
.000
N
51
51
51
Correlation Coefficient
.825
.804
.757
Sig. (2-tailed)
.045
.000
.000
.
N
51
51
51
51
*
**
**
51 **
**
**
51 **
1.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data penelitian diolah tahun 2013
Lama Bekerja
Jumlah
Persentase
< 5 tahun
47
54,65
6 – 10 tahun
35
40,69
11 – 15 tahun
4
4,65
16 – 20 tahun
0
0,00
21 – 25 tahun
0
0,00
26 – 30 tahun
0
0,00
86
100,00
Jumlah Sumber:
Tabel di atas memperlihatkan bahwa besarnya hubungan antar variabel penelitian sebagai berikut: 1. Hubungan antara variabel Kompetensi manajer (X1) dengan kinerja koperasi (Y) didapat nilai sebesar 0,825. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif . 2. Hubungan antara variabel Manajemen anggota (X2) dengan kinerja koperasi (Y) didapat nilai sebesar 0,804. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif 3. Hubungan antara variabel Partisipasi anggota (X3) dengan kinerja koperasi (Y) didapat nilai sebesar 0,757. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif. 4. Hubungan antara variabel Kompetensi manajer(X1) dengan manajemen keanggotaan (X2) didapat nilai sebesar 0,712. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempu-
Data penelitian diolah tahun 2013
Tabel di atas menjelaskan bahwa komposisi masa kerja responden sebagai berikut, lama bekerja kurang dari 5 tahun sebesar 54,65 %, lama bekerja 6-10 tahun sebesar 40,69%, lama bekerja 11-15 tahun sebesar 4,65%, lama bekerja 16-20 tahun sebesar 0 %, lama kerja 21-25 tahun sebesar 0%, lama kerja 26 sampai diatas 30 tahun sebesar 0%. 3.3 Hasil Pengujian Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diihat hubungan antar variabel penelitian, yaitu hubungan antar kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, kompetensi, dan kinerja koperasi, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini.
96
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
nyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif 5. Hubungan antara variabel Kompetensi manajer(X1) dengan Partisipasi anggota (X3) didapat nilai sebesar 0,820. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif 6. Hubungan antara variabel manajemen keanggotaan(X2) dengan Partisipasi anggota (X3) didapat nilai sebesar 0,628. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif. 3.2.5. Analisis Jalur Dari skor data hasil penelitian diolah dengan memakai program amos version 6, didapat nilai-nilai analisis jalur (path analysis) seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 4.1. Kausalitas X1, X2, dan X3 dengan Y Dari gambar di atas, maka dapat dihitung mengenai pengaruh antar variabel penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung seperti pada tabel berikut ini. Tabel 4.73. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Penelitian var
koef. Jalur Jalur
Korelasi
peng langs
x1 0
x2
x1
0,35
0,1225
x2
0,38
0,1444 0,08
x3
0,39
0,1521 0,35 0,46
x3
0.33 0.35 0
pengaruh tidak langsung melalui x1 x2 x3 0
0,46 0,04389 0
0,0478
tot tdk
total
langsung
0,04389 0,04778 0,214165 0,214165 0
0,0682
0,212572 0,256462
0,06817
0
0,268047 0,268047
Pengaruh X1,X2, dan X3 terhadap Y
0,738674
Dari hasil hasil analisis dan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa pengujian hasilnya signifikan dan dapat disimpulkan bahwa
97
terdapat pengaruh kompetensi manajer terhadap kinerja koperasi di Timor Leste. Pengaruh langsung kompetensi manajer terhadap kinerja koperasi (PYX1)2 = 0.35 x0,35= 0,1225 atau sebesar 12,25%, dan pengaruh tidak langsung kompetensi manajer terhadap kinerja koperasi adalah: 1. Pengaruh kompetensi manajer terhadap kinerja melalui manajemen keanggotaan: yaitu: 0.35 × 0,33 × 0.38 = 0,04389 atau sebesar 4,39% 2. Pengaruh kompetensi manajer terhadap kinerja melalui kompetensi:= 0.35 × 0.35 × 0,39 = 0,047775 atau sebesar 4,78% Pengaruh kompetensi manajerterhadap kinerja koperasi yaitu:= 12,25% + 4,39% + 4.8% = 21,44%, sedangkan pengaruh lain diluar kompetensi manajer yaitu sebesar 100%21.44% = 78,56% dipengaruhi faktor lain.
a. Pengaruh
Manajemen keanggotaan terhadap Kinerja koperasi di Timor Leste Bentuk hipotesis statistik untuk menguji hipotesis penelitian dan pembuktian teori yang mendasari pengaruh manajemen keanggotaan terhadap kinerja koperasi di Timor Leste: H0 : yx2 =0, Tidak terdapat pengaruh manajemen keanggotaan terhadap kinerja koperasi di Timor Leste H1: yx2 0, Terdapat pengaruh manajemen keanggotaan terhadap kinerja koperasi di Timor Leste Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan ½ = 0.05 diperoleh hasil pengujian menunjukkan t hitung = 3.728 dan tsignifikan = 000 Artinya bahwa thitung ttabel, sehingga menolak H0 dan menerima H1 artinya bahwa terdapat pengaruh manajemen keanggotaan terhadap kinerja koperasi Timor Leste.. 3.4. Analisis Kompetensi manajer koperasi di Timor- Leste Kompetensi manajer yang diterapkan pada suatu organisasi merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama anggotanya, untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi (Winardi 2002:63). Dari
98
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
kepada setiap pegawai/anggota, sehingga mempunyai kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu pimpinan memiliki tugas untuk meningkatkan anggota agar kinerja koperasi meningkat. Dari hasil penelitian manajemen keanggotaan memiliki rata-rata skor sebesar 405 masuk kedalam kriteria tinggi artinya bahwa manajemen keanggotaan yang diberikan telah dipersepsi baik oleh anggotanya, hal ini ditunjang dimensi oleh kualitas pelayanan dengan skor sebesar 420 dengan kriteria tinggi, yang dijelaskan oleh keberanian anggota dalam mengambil risiko, terdorongnya anggota melakukan pekerjaan lebih baik lagi, dan adanya dorongan untuk ekonomi anggota memiliki keinginan untuk mencapai prestasi lebih tinggi. Dimensi kebutuhan akan afiliasi memiliki skor sebesar 404 masuk kedalam kriteria sedang karena hanya ditunjang oleh tidak maunya anggota untuk merugikan orang lain, yang perlu diperhatikan manajer yaitu mendorong para anggota koperasi lebih aktif lagi berinteraksi dengan orang lain, dan berada bersama orang lain. Laporan hasil pelayanan dengan rata-rata skor sebesar 405 masuk kedalam kriteria tinggi, yang dijelaskan oleh indikator membuat orang lain terkesan padanya, menjaga reputasi, dan menjaga kedudukannya.
hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi manajer memiliki rata-rata skor sebesar 404,83 masuk kedalam kriteria tinggi, artinya bahwa kompetensi manajer koperasi yang ada di Timor Leste telah dipersepsi baik oleh anggotanya, hal ini ditunjang oleh orientasi hubungan maupun orientasi tugas, orientasi kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan dengan rata-rata skor sebesar 421 masuk kedalam kriteria tinggi, hal ini ditunjang oleh indikator pimpinan membantu bawahan dalam menyelesaikan tugas, menyediakan waktu untuk mendengarkan permasalahan, menyediakan waktu untuk mendiskusikan permasalahan dan mendiskusikannya dengan anggotanya, serta mau menerima saran dari anggotanya, (Rivai:2005;51), kecuali yang masih perlu diperhatikan oleh pimpinan koperasi yaitu perhatian terhadap kenyamanan kerja, sikap bersahabat dengan bawahan, dan memperhatikan terhadap kesejahteraan anggota. Hal ini bertujuan memberikan kepuasan kepada pegawai (Sedarmayanti: 2009:129). Orientasi tugas yang dilakukan oleh manajer koperasi di Timor Leste dengan rata-rata skor sebesar 404 masuk kedalam kriteria tinggi, hal ini ditunjang oleh indikator mengarahkan tugas, merencana-kan tugas, menjelaskan tugas untuk pembagian kerja, mendelegasikan tugas untuk pembagian kerja, menerangkan untuk mengikuti prosedur, meminta bawahan/anggota untuk mengikuti prosedur, memonitor kerja bawahan, mengevaluasi kerja anggota/ bawahan, mengkritik terhadap bawahan yang malas dan berkinerja rendah. Kecuali yang masih perlu diperhatikan oleh pimpinan koperai yaitu menentukan target dalam pekerjaan, hal ini penting dilakukan karena dengan target pekerjaan yang jelas akan memudahkan untuk mencapai tujuan organisasi yang ingin dicapai, disamping itu tidak membingungkan anggota/ bawahan dalam menjalankan arah kebijakan yang telah ditetapkan.
3.6. Analisis Partisipasi anggota Koperasi di Timor - Leste Kompetensi merupakan konsep yang mirip atau sama dengan konsep kecerdasan, karena karakteristik dari keduanya menunjuk-kan kesamaan, yaitu terbentuk dari elemen-elemen penting yang sangat kompleks dan saling terkait. Menurut pendapat A. Hanel (1992) bentuk-bentuk partisipasi anggota dihubungkan dengan prinsip identitas ganda anggota yaitu : 1. Partisipasi anggota sebagai pemilik a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan b. Partisipasi dalam pengawasan jalan kegiatan koperasi c. Partisipasi dalam kontribusi modal, baik melalui simpanan yang menentukan kepemilikan (simpanan pokok dan simpanan wajib) maupun simpanan yang tidak menentukan kepemilikan (simpanan sukarela/tabko, sijakop dll) d. Partisipasi dalam menanggung risiko, baik risiko pelayanan kepada anggota
3.5. Analisis Manajemen Keanggotaan Koperasi di Timor - Leste Manajemen merupakan suatu keahlian dalam menggerakkan anggota dan organisasi agar mau bekerja agar berhasil, sehingga tercapai keinginan para anggota sekaligus tercapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas pimpinan memberikan motivasi kepada anggota merupakan proses pemberian kegairahan kerja
98
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
maupun risiko bisnis dengan non anggota 2. Partisipasi anggota sebagai pengguna a. Partisipasi dalam membeli barang/jasa kebutuhan konsumsi (dalam koperasi konsumen) b. Partisipasi dalam memanfaatkan jasa simpanan dan pinjaman (dalam koperasi simpan-pinjam c. Partisipasi dalam pembelian bahan baku dan input lainnya untuk kebutuhan produksi anggota (dalam koperasi produsen atau koperasi pengadaan) d. Partisipasi dalam menjual hasil produksi atau output produksi (dalam koperasi produsen atau koperasi pemasaran e. Partisipasi dalam memanfaatkan pelayanan jasa lainnya, misalnya : jasa asuransi penjaminan hari tua dan jasajasa lainnya f. Pada saat anggota memanfaatkan pelayanan barang/jasa koperasi (pada seluruh jenis koperasi) anggota harus turut aktif membiayai koperasinya, khu-susnya untuk menutup biaya operasional dan beban perkoperasian, misalnya : gaji karyawan, pengurus, penyusutan, biaya RAT, biaya pelatihan dll. Dari hasil penelitian partisipasi anggota memiliki rata-rata skor sebesar 410,22 masuk kedalam kriteria tinggi artinya bahwa partisipasi anggota koperasi yang ada di Timor Leste telah dipersepsi baik oleh manajernya, hal ini ditunjang pula oleh dimensi partisipasi dalam memanfaatkan jasa simpanan dan pinjaman dengan rata-rata skor sebesar 429 masuk kedalam kriteria tinggi karena ditunjang oleh Kecenderungan terhadap bertambahnya anggota koperasi di Timor Leste. Pengaturan diri sesuai etika, dan Kehandalan, perlu perhatian dari pimpinan dalam meningkatkan partisipasi anggota dalam memilih pendekatan yang tepat, agar partisipasi anggota lebih meningkat lagi. Dimensi fleksibilitas tersebut dapat dilihat dari responden tentang pemberian saran dengan rata-rata skor sebesar 424 masuk kedalam kriteria tinggi karena ditunjang oleh Kemampuan para anggota untuk beradaptasi, dan bekerja secara efektif dalam berbagai situasi secara individu, kecuali yang harus diperhatikan pimpinan dalam meningkatkan partisipasi anggota yaitu bekerja secara efektif dalam berbagai situasi secara tim.
99
3.7. Analisis Kinerja koperasi di Timor Leste Kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau target tertentu (Kusnadi 2003:164). sedangkan Hariandja (2002;195) mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Dari hasil penelitian kinerja koperasi memiliki rata-rara skor sebesar 412 masuk kedalam kriteria tinggi, artinya bahwa kinerja koperasi yang ada di Timor Leste telah dipersepsi baik oleh anggotanya, hal ini ditunjang oleh dimensi kemampuan pengelolaan aset dengan rata-rata skor sebesar 424 masuk kedalam kriteria tinggi karena ditunjang oleh kemampuan menggunakan pengetahuan, metode pekerjaan, teknik pekerjaan, peralatan yang dipergunakan, pengalaman dalam pekerjaan, dan pelatihan yang diikuti. Dimensi Kemampuan konseptual pertumbuhan anggota dengan rata-rata skor sebesar 430 masuk kedalam kriteria tinggi,ini ditunjang oleh Memahami tugas pekerjaan, dan Memahami tanggung jawab sebagai anggota, kecuali yang harus menjadi perhatian pimpinan yaitu dalam memahami fungsi pekerjaan. Dimensi Kemampuan hubungan interpersonal dengan volume layanan rata-rata skor sebesar 428 masuk kedalam kriteria tinggi, hal ini ditunjang kemampuan oleh kemampuan anggota dalam mendorong angota lainnya untuk bekerja lebih baik lagi, dan kemampuan melakukan negosiasi, kecuali yang harus menjadi perhatian pimpinan dalam meningkatkan kinerja koperasi yaitu meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain. 3.8. Analisis Pengaruh Kompetensi manajer terhadap Kinerja koperasi di Timor Leste Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengaruh kompetensi manajer terhadap kinerja koperasi di Timor Leste dengan pengaruh sebesar 11,83%, dan sisanya dipengaruhi faktor lain, maka penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi manajer berpengaruh terhadap kinerja koperasi, dengan demikian penelitian ini membuktikan teori yang diajukan Menurut Wattson Wyatt dalam Ahmad S. Ruky (2003:106-107). Mendefinisikan kom-
100
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
berpengaruh terhadap kinerja koperasi, maka penelitian ini membuktikan teori yang diajukan dan mendukung hasil penelitian sebelumnya, yaitu teori yang dikemukakan oleh Gilmore (1996:42): Kompetensi merupakan kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan secara efektif dalam mencapai kinerja terbaik dalam status tugas tertentu. Manajer yang memiliki kompetensi diharapkan dapat mencapai kinerja yang lebih baik lagi dalam menghadapi pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Pujaningsih (2012) yang menyatakan bahwa partisipasi anggota dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Dengan demikian tingggi-rendahnya kompetensi manajer akan menentukan tinggirendahnya kinerja koperasi di Timor Leste. Untuk lebih meningkatkan partisipasi anggota, maka pimpinan dalam meningkatkan kompetensi melalui kontrol diri, dimana pimpinan harus meningkatkan partisipasi anggota dengan memilih pendekatan yang tepat lagi, dan fleksibilitas, dimana pimpinan harus meningkatkan partisipasi anggota melalui bekerja secara efektif dalam berbagai situasi secara tim.
petensi sebagai kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi keanggotaan terhadap organisasinya. Dipersepsinya kompetensi manajer koperasi dengan baik oleh anggotanya yang ada di koperasi simpan-pinjam Timor Leste dapat meningkatkan kinerja koperasi, oleh karena itu untuk dapat lebih meningkatkan lagi kinerja koperasi, maka diperlukan kompetensi manajer yang mampu untuk meningkatkan perhatian terhadap kenyamanan anggota dalam bekerja, meningkatkan sikap bersahabat dengan bawahan, lebih meningkatkan lagi perhatiannya terhadap kesejahteraan pegawai, dan menentukan target lebih tepat lagi dalam pekerjaan. 3.9. Analisis Pengaruh Manajemen keanggotaan terhadap Kinerja koperasi di Timor Leste Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengaruh manajemen keanggotaan terhadap kinerja koperasi di Timor Leste dengan pengaruh sebesar 13.11%, dan sisanya dipengaruhi faktor lain, maka penelitian ini membuktikan bahwa manajemen keanggotaan berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Penelitian ini membuktikan teori yang diajukan menurut Winardi (2004:63): “Bahwa yang paling penting dalam kinerja koperasi adalah motivasi dan kemampuan pekerja. Seorang pemimpin harus mampu memotifasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomuni-kasi dengan bawahan, maka bawahan yang dimotivasi dipengaruhi, diarahkan dan diajak komunikasi dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya.
3.11. Analisis Pengaruh Kompetensi Manajer, Manajemen keanggotaan, dan Partisipasi Anggota terhadap Kinerja koperasi di Timor Leste Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengaruh kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, dan partisipasi anggota terhadap kinerja koperasi di Timor Leste dengan pengaruh sebesar 45,20%, dan sisanya dipengaruhi faktor lain, maka penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, partisipasi anggota berpengaruh terhadap kinerja koperasi, sedangkan sisanya adalah faktor lain yang tidak diteliti dan turut mempengaruhi terhadap kinerja pegawai di Timor Leste. Dengan terbuktinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu pengaruh kompetensi manajer, manajemen keanggotaan, dan partisipasi anggota sangat berpengaruh terhadap kinerja koperasi, maka oleh karena itu seorang manajer supaya kinerja koperasi meningkat, harus memperhatikan kompetensi manajer yang dapat direspon secara positif oleh anggota, pemberian tugas dan tanggung
3.10. Analisis Pengaruh Kompetensi manajer terhadap Kinerja koperasi di Timor- Leste Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengaruh kompetensi terhadap kinerja koperasi dengan total pengaruh sebesar 20,89%. Sedangkan sisanya adalah faktor lain yang tidak diteliti dan turut mempengaruhi terhadap Kinerja pegawai di Timor Leste. Dengan terbuktinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu kompetensi
100
Leoneto Mendes Goncalves, Pengaruh Kompetensi...
jawab dalam melaksanakannya sehingga dapat meningkatkan kinerja koperasi. Perhatian pimpinan harus difokuskan kepada dimensi dan indikator dari masing-masing variabel tersebut. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Tesis ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Kompetensi Manajer, Manajemen Keanggotaan, Partisipasi Anggota terhadap Kinerja Koperasi yang ada di Timor Leste. Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan, maka besarnya pengaruh hubungan antar variabel dependen yaitu Kompetensi Manajer (X1) Manajemen Keanggotaan (X2) Partisipasi Anggota (X3) dan variabel independen Kinerja Koperasi (Y) secara signifikan variabel penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Hubungan antara variabel Kompetensi manajer (X1) dengan kinerja koperasi (Y) didapat nilai sebesar 0,825. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interprettasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif . 2. Hubungan antara variabel Manajemen anggota (X2) dengan kinerja koperasi (Y) didapat nilai sebesar 0,804. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif 3. Hubungan antara variabel Partisipasi anggota (X3) dengan kinerja koperasi (Y) didapat nilai sebesar 0,757. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif. 4. Hubungan antara variabel Kompetensi manajer(X1) dengan manajemen keanggotaan (X2) didapat nilai sebesar 0,712. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif 5. Hubungan antara variabel Kompetensi manajer(X1) dengan Partisipasi anggota (X3) didapat nilai sebesar 0,820. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai
101
tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif 6. Hubungan antara variabel manajemen keanggotaan(X2) dengan Partisipasi anggota (X3) didapat nilai sebesar 0,628. Sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r (korelasi), mempunyai tingkat hubungan yang kuat dan searah karena nilainya positif. 4.2. Saran Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan dalam upaya meningkatkan kinerja untuk pengembangan koperasi supaya dapat mencapai target dan sasaran yang optimal, maka dalam pelaksanaan organisasi koperasi melaksanakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut : 1. Diperlukan upaya peningkatan kompetensi dari pengurus koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam kinerja koperasi sehingga koperasi bisa berjalan dengan baik dan selanjutnya berdampak positif terhadap pencapaian kinerja koperasi. 2. Manajemen Koperasi harus berupaya dapat mengendalikan seluruh potensi anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi serta segenap fasilitas kerja yang ada agar tujuan dari organisasi benar-benar dapat tercapai. 3. Peran serta partisipasi anggota sangat menunjang dalam kegiatan organisasi koperasi baik berupa kontribusi modal, pengawasan, pengambilan keputusan, pengadaan bahan produksi dan lainnya harus turut aktif untuk mengakomodir jalannya koperasi ini akan berdampak pula pada operasional dari koperasi agar berjalan secara berkesinambungan dan relevan dengan tujuan organisasi. 4. Mengoptimalkan kinerja untuk menopang kegiatan dan pelayanan perlu dilakukan evaluasi secara berkala baik dilakukan dengan berkomunikasi langsung dengan karyawan atau tidak langsung, mengadakan pelatihan baik teknis maupun non teknis. Hal ini sangatlah perlu untuk mengembangkan potensi indvidu sehingga secara
102
Coopetition, Volume VI, Nomor 2, November 2015, 83 - 102
langsung akan berpengaruh kemajuan organisasi.
Kep.Men.No.129/Kep/M/ Kukmm / Xi / 2002, Hambatan, Permasalahan Dan Implementasinya (EKN-135) Kinerja Koperasi
terhadap
DAFTAR PUSTAKA Andang K. Ardiwidjaja, 2012. Membangun SistemInformasi Akuntansi dan Sistim Informasi Pelayanan Bisnis-Perusahaan
Mintzberg (1980), dan Katnz (1974), membangun sistem informasi akuntansi dansisetim informasi pelayanan-bisnis perusahaan koperasi.
Atje Partadireja dalam Satiakusumah (2002:60) : “Keberhasilan “Koperasi
Mohammad Hatta dalam (1996:4).Definisi koperasi
Atje Partadireja dalam Satiakusumah (2002:60) : “Keberhasilan “Koperasi
Masri, Singarimbun, 1987, ”Metode Penelitian Survey” Jakarta:LP3ES
Arifin, Sitio dan Haloman, 2001, “Koperasi:Teori dan Praktek” Jakarta:Erlangga
Ramudi Ariffin (2002).Manajemen koperasi
David Corten (Ropke 1998). Membangun SistemInformasi Akuntansi dan Sistim Informasi Pelayanan Bisnis-Perusahaan Dalam Andang K. Ardiwijadja. Dulfer
(1994).
manajemn
koperasi
Sukamdiyo,
Ropke (1989:106) bahwa : “Kualitas partisipasi anggota Koperasi Sugiyono, (2009), “Statistika Untuk Penelitian” Cetakan kelima belas, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung
dalam
Ramudi Arifffin
TIM IKOPIN, 2000, ”Penjiwaan Koperasi” Bandung:IKOPIN Laporan RAT Koperasi Simpan Pinjam: Berbagai tahun Undangundang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasia
Rochdale(1948), Prinsip-prinsip koperasi Hanel (1989). Konsep koperasi Hendar dan Kusnadi, 2002, Ekonomi Koperasi (Untuk Perguruan Tinggi), Jakarta, Fakultas Ekonomi UI.
Wattson Wyatt dalam Ahmad S. Ruky (2003:106-107). Human Capital Leverage, Kinerja Koperasi. Dalam Sugiyanto
Internasional Cooperative Allience (ICA, 23 September 1995) definisi koperasi
Undang-undang Republik Indonesia no.25/1992 tentang Perkoperasian
John Ropke yang dikutip Ramudi Arifin dan Andang K. Ardiwidjaja “Partisipasi anggota.
102