Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
PENGARUH KUALITAS KEWIRAUSAHAAN MANAJER DAN KINERJA USAHA ANGGOTA TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA SEBAGAI PEMILIK Dadun Hilmi Manajer Koperasi Kanaka
[email protected] ABSTRAK Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Kewirausahaan manajer mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kinerja usaha anggota dengan r = 0,793, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja usaha anggota koperasi dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer. Kewirausahaan manajer memberikan dampak yang signifikan dan kuat terhadap kinerja usaha anggota. Kewirausahaan manajer mempunyai pengaruh terhadap partisipasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0,620 dan koefisien determinan sebesar 0,384 atau 38,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 61,6%, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer. Kewirausahaan manajer memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi anggota koperasi. Kinerja Individu Anggota mempunyai pengaruh terhadap partisipasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0,696 dan koefisien determinan sebesar 48,4% serta sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 51,6%, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh kinerja usaha anggota. Kinerja Individu anggota memberikan dampak yang signifikan terhadap partisipasi anggota koperasi. Kewirausahaan manajer dan kinerja individu anggota mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap partisipasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0,818 dan koefisien determinan sebesar 66,9%, hal ini menunjukkan bahwa partisiapsi anggota koperasi dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer dan kinerja individu anggota. Kewirausahaan manajer dan kinerja individu anggota memberikan pengaruh yang signifikan dan kuat terhadap partisipasi angota koperasi. Kata kunci: manager perusahaan ABSTRACT The results and discussion indicate that Enterprise Manager has a very close relationship with members of the business performance with r = 0.793, indicating that the members of the cooperative business performance is influenced by entrepreneurial managers. Enterprise Manager provides a significant and strong impact on the performance of member businesses. Enterprise managers have an influence on the participation of members of the cooperative with regression coefficients of 0.620 and 0.384 for the coefficient determinant or 38.4% and the rest is influenced by another factor of 61.6%, suggesting that the participation of cooperative members affected by entrepreneurial managers. Enterprise managers have a significant influence on the participation of members of the cooperative. Performance of Individual Members have an influence on the participation of members of the cooperative with a regression coefficient of 0.696 and a coefficient determinant by 48.4% and the rest influenced by other factors amounted to 51.6%, suggesting that the participation of cooperative members are affected by the performance of member businesses. Performance Individual members have a significant impact on the participation of members of the cooperative. Enterprise managers and performance of individual members have a very strong influence on the participation of members of the cooperative with a regression coefficient of 0.818 and a coefficient of determinant at 66.9%, indicating that the members of the cooperative partisiapsi influenced by entrepreneurial managers and the performance of individual members. Enterprise managers
1
2
Coopetition Vol VIII, Nomor 1, Maret 2017, 1 - 15
and performance of individual members provide a significant and strong influence on the participation of members of the cooperative. Keyword: enterprise managers 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi harus dikelola melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang efektif dan efisien. Kesemuanya itu perlu dirumuskan dalam norma-norma dan kesepakatan yang disusun secara bersama. Pengelolaan koperasi dan usahanya memerlukan peran aktif dari seluruh sumber daya manusia yang ada di dalam koperasi tersebut. Untuk mencapai keberhasilannya harus didukung oleh kewirausahaan manajer koperasi. Manajer koperasi mem-punyai kedudukan yang sangat menentukan bagi suksesnya koperasi sebagai badan usaha yang menjalankan aktivitas usahanya untuk meningkatkan keseja-hteraan anggota. Manajer koperasi beserta struktural dibawah koordinasinya harus mampu memberikan pelayanan terhadap anggota koperasi sebaik mungkin. Manajer dituntut untuk meningkatkan aktivitas kerjanya dengan baik, mengoptimalkan kemam-puan kewirausahaannya dan melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, karena semua itu akan berhubungan dengan pelayanan terhadap anggota, sehingga diharapkan dapat mening-katkan partisipasi anggota yang akan mengakibatkan kemajuan bagi koperasi itu sendiri. Kewirausahaan (Suryana, 2000) dalam konteks manajemen, adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sumber daya seperti finansial (money), bahan mentah (materials) dan tenaga kerja (labours) dan sebagainya untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi atau pengembangan organisasi usaha. Artinya dapat dikatakan hampir semua komponen kewirau-sahaan bersumber pada kemampuan diri. Hal tersebut diperlukan oleh para manajer koperasi untuk bagaimana membentuk diri agar dapat berpikir, bertindak dan berbuat sesuai dengan sifat atau karakter sebagai seorang wirausa-hawan, atau disebut juga sebagai karakteristik kewirausahaan. Manajer koperasi harus mampu melihat peluang dan memanfaatkannya untuk memberikan manfaat bagi anggota koperasi. Mereka harus berani mengambil resiko dengan mengadakan pembaruan (innovation). Manajer koperasi harus
pandai melihat ke depan dengan mengambil pelajaran di waktu lampau, ditambah dengan kemampuan menerima serta memanfaatkan realitas atau kenyataan yang ada di sekelilingnya. Dia harus mampu mengkoordinasikan dan mendayagunakan kekuatan modal, teknologi, dan tenaga ahli untuk mencapai tujuan secara harmonis. Dengan kewirausahaan yang dimilikinya maka diharapkan pengelolaan usaha koperasi yang dijalankan akan berkembang dan berhasil. Keberhasilan usaha tersebut dapat dilihat dari efisiensi dan permintaan anggota yang meningkat. Seorang wirausaha harus mampu melihat suatu peluang dan memanfaatkannya untuk mencapai keuntungan atau manfaat bagi dirinya dan dunia sekelilingnya serta kelanjutan usahanya. Mereka harus mampu mengambil resiko dengan mengadakan pembaruan (innovation). Manajer yang memiliki jiwa wirausaha harus pandai melihat ke depan dengan mengambil pelajaran di waktu lampau, ditambah dengan kemampuan menerima serta memanfaatkan realitas atau kenyataan yang ada disekelilingnya. Dia harus mampu mendelegasikan, mengkoordinasikan, mengon-trol dan mendayagunakan kekuatan modal, teknologi, dan tenaga ahli untuk mencapai tujuan secara harmonis. Dengan karakteristik kewirausahaan yang dimilikinya, maka diharapkan usaha yang dijalankan akan berkembang dan berhasil. Keberhasilan usaha tersebut dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang diperolehnya, volume kredit yang diberikan terhadap anggota koperasi meningkat. Peningkatan tersebut tentunya secara langsung mempengaruhi aktivitas pelayanan dalam hal ini adalah jumlah kredit yang diberikan kepada para anggota koperasi. Anggota koperasi harus mampu melihat peluang dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kapasitas usahanya. Mereka harus berani mengambil resiko dengan mengadakan pembaruan (innovation). Anggota harus pandai melihat ke depan dengan mengambil pelajaran di waktu lampau, ditambah dengan kemam-puan menerima serta memanfaatkan realitas atau kenyataan yang ada di sekelilingnya. Mampu mengkoordinasikan dan mendayagu-nakan kekuatan modal, teknologi, dan tenaga ahli untuk mencapai tujuan secara
Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
harmonis. Dengan kewirausahaan yang dimilikinya maka diharapkan pengelolaan usahanya akan berkembang dan berhasil. Keberhasilan usaha tersebut dapat dilihat dari peningkatan kesejahteraan anggota koperasi. Kinerja usaha koperasi yang unggul terwujud jika sikap wirausaha manajer positif dan tingkat partisipasi anggota yang aktif. Partisipasi anggota merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam pencapaian SHU. Koperasi sebagai sekelompok orang yang bergerak di lapangan ekonomi harus terbuka untuk para anggotanya. Karena tujuan koperasi adalah digunakan untuk menyelenggarakan kepentingan bersama para anggotanya, dengan demikian koperasi akan bekerja dan akan berkembang dengan adanya partisipasi dari
3
anggotanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsuri dalam Ria Herdhiana (2008:1) yang menyatakan bahwa, Koperasi hanya bisa hidup, tumbuh, dan berkembang apabila mendapatkan dukungan dari anggotanya, yaitu orang-orang yang sadar akan keanggotaannya, mengetahui hak dan kewajibannya, serta mampu dan bersedia mengikuti aturan permainan dalam organisasi koperasi. Sedangkan Sri Djatnika. S Ariffin (2000: 45) berpendapat bahwa, “Tanpa partisipasi anggota kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektifitas anggota-anggotanya dalam mencapai kinerja koperasi akan lebih besar.” Berikut laporan BDR (Bad Debet Ratio) beberapa koperasi di Kepulauan Riau pada tahun 2012.
Tabel 1.1. Laporan BDR beberapa Koperasi No
Nama Koperasi
Coll 1
Coll 2
Coll 3
Coll 4
Baki Debet
Bdr
1
Inti Dana Sejahtera
1,757,532
41,374
0
0
1,798,907,320.96
1.14
2
Artha Sentosa 1
3,226,003
76,793
228,231
262,992
3,794,021,046.84
12.45
3
Artha Sentosa 2
2,423,479
307,791
48,122
383,246
3,162,639,711.46
18.12
4
KUD Karya Bhakti
4,583,110
57,000
116,689
556,303
5,313,103,913.84
12.65
11,990,124
482,958
393,042
1,202,541
14,068,671,993.10
TOTAL
Berdasarkan tabel 1.1. di atas menunjukkan bahwa pengelolaan usaha koperasi tidak efektif pada 4 unit Koperasi di Kepulauan Riau. Hal ini dapat diketahui dari tunggakan-tunggakan yang terjadi pada setiap unit koperasi. Berdasarkan survey pendahuluan ke beberapa anggota koperasi di Kepulauan Riau, terdapat beberapa kekurangan. Penurunan partisipasi anggota koperasi akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan usaha koperasi, karena pemanfaatan unit-unit pelayanan koperasi oleh anggota akan semakin berkurang. Hal ini harus segera dilakukan evaluasi untuk mengetahui kendalakendala yang dihadapi oleh koperasi. Penurunan partisipasi anggota koperasi sebagai pelanggan di dalam memanfaatkan pelayanan dari unit-unit usaha koperasi akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap perkembangan usaha koperasi. Diperkirakan bahwa penurunan volume pelayanan kepada anggota disebabkan oleh kinerja usaha anggota yang kurang berakibat melemahnya partisipasi anggota, diduga salah satunya disebabkan oleh lemahnya kewirausaha-an manajer. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk mengungkap:
Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer dan Kinerja Usaha Anggota terhadap Partisipasi Anggota Sebagai Pemilik 1.2. Identifikasi Masalah Dari uraian sebelumnya dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penyusunan penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kualitas kewirausa-haan manajer terhadap kinerja usaha ang-gota di koperasi Kepulauan Riau. 2. Bagaimana pengaruh kualitas kewirausaha-an manajer terhadap partisipasi anggota koperasi di koperasi Kepulauan Riau. 3. Bagaimana pengaruh Kinerja usaha anggo-ta terhadap partisipasi anggota di koperasi Kepulauan Riau. 4. Bagaimana pengaruh kualitas kewirausaha-an manajer dan kinerja usaha anggota terhadap partisipasi anggota di koperasi Kepulauan Riau. 5. Kebijakan manajerial apa yang harus dilakukan oleh koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota di koperasi Kepulauan Riau.
4
Coopetition Vol VIII, Nomor 1, Maret 2017, 1 - 15
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan serta memperoleh berbagai data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti terutama dalam hal-hal yang telah diidentifikasikan berkaitan dengan kualitas kewirausahaan, kualitas usaha anggota dan partisipasi anggota koperasi sebagai pemilik dan sebagai pengguna jasa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh kualitas kewirausahaan manajer terhadap kinerja usaha anggota di koperasi Kepulauan Riau. 2. Pengaruh kualitas kewirausahaan manajer terhadap partisipasi anggota koperasi di koperasi Kepulauan Riau. 3. Pengaruh Kinerja usaha anggota terhadap partisipasi anggota di koperasi Kepulauan Riau. 4. Pengaruh kualitas kewirausahaan manajer dan kinerja usaha anggota terhadap partisipasi anggota di koperasi Kepulauan Riau. 5. Kebijakan manajerial yang harus dilakukan oleh koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota di koperasi Kepulauan Riau. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan memberikan kegunaan atau manfaat baik terhadap upaya pengembangan koperasi pada umumnya yaitu sebagai berikut: 1. Aspek Guna Laksana Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi koperasi, sebagai bahan pertimbangan tentang kewirausahaan yang harus dimiliki oleh anggota sehingga mampu meningkatkan partisipasi anggota baik sebagai pemilik maupun sebagi pengguna jasa. 2. Aspek Pengembangan Ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan konsep tentang kewirausahaan anggota koperasi. 2. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Plunket dkk.(2005:5) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating
various resources (information materials money and people)”. Manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian penyusunan staf pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi material uang dan orang). Manajer sendiri menurut Plunket dkk.(2005:5) merupakan people who are allocate and oversee the use of resources jadi merupakan orang yang mengatur dan mengawasi penggunaan sumber daya. Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization.” Manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan. Berdasarkan uraian di atas, secara universal manajemen adalah penggunaaan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit. Atau dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses kegiatan dengan melalui orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu serta dilaksanakan secara berurutan berjalan kearah suatu tujuan. 2.1.2 Koperasi Koperasi berasal dari kata co dan operation (cooperation). Co berarti bersama–sama sedangkan operation berarti kerja, jadi cooperation yaitu kerjasama. Koperasi sebagai badan usaha harus didukung perkembangannya agar benar–benar menjadi kekuatan ekonomi Nasional dan menjadi lembaga ekonomi rakyat yang mandiri. Koperasi merupakan bentuk usaha yang di bentuk dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip–prinsip koperasi sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian yang tercantum dalam Bab I ayat 1 adalah: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsif koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Sedangkan pengertian koperasi menurut rekomendasi Internasional Labour Organizaion (ILO) No.127 tahun 1966 yang dikutip oleh Alfred Hanel (1989: 18) menyatakan bahwa koperasi sebagai suatu perkumpulan orang yang bergabung secara suka rela untuk mewujudkan suatu tujuan bersama melalui pembentukan suatu organisasi yang diawasi secara demokratis, dengan memberikan kontribusi yang sama untuk modal yang diperlukan serta turut menanggung resiko yang layak dan memperoleh manfaat dari kegiatan usaha dimana anggota berperan aktif. Dari pengertian tersebut bahwa koperasi terbentuk dari kelompok orang yang mempunyai kesamaan kepentingan dengan tujuan akhir untuk kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan sosio-ekonomi berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi. Jenis koperasi menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.27 Tahun 1999 (Revisi Tahun 1998) adalah sebagai berikut: 1. Koperasi Konsumen adalah Koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa, dan kegiatan atau jasa utama melakukan pembelian bersama. Contoh koperasi konsumen adalah koperasi yang kegiatan utamanya mengelola warung serba ada atau Supermarket. 2. Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya memiliki rumah tangga usaha atau perusahaan sendiri tetapi bekerjasama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa, dan kegiatan utamanya menyediakan, mengoperasikan, atau mengelola sarana produksi bersama. Contoh koperasi produsen adalah koperasi jasa konsultan. 3. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggota koperasi. 4. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya melakukan pemasaran bersama. Sedangkan anggota dalam kedudukannya sebagai pelanggan berhak memperoleh pelayanan
5
dari koperasi atau memanfaatkan berbagai kesempatan yang bersifat menunjang bagi kegiatan usaha mereka terutama yang berhubungan dengan ekonomi para anggota baik secara langsung maupun tidak langsung. Koperasi didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada anggota. Dari ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa koperasi didirikan oleh sekelompok individu yang mempunyai kepentingan bersama kemudian mendirikan usaha bersama. Hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi koperasi, yaitu anggota-anggota perorangan, kegiatan-kegiatan ekonomi anggota, kelompok koperasi, perusahaan koperasi dan organisasi koperasi sebagai suatu sistem sosio ekonomi. Selain itu antar perusahaan koperasi dengan anggota terdapat hubungan kepemilikan yang oleh Alfred Hanel (1989) dikenal dengan “Prinsip Identitas Ganda (Criterion Of Dual Identity atau Double Criterian)” yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa. Dalam kedudukannya anggota harus: 1. Ikut serta dalam pengambilan keputusan bagi pelaksanaan manajemen / tujuan koperasi melalui forum rapat anggota. 2. Ikut serta mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha koperasi agar tidak menyimpang dari keputusan-keputusan yang telah diambil dalam rapat anggota. 3. Memberikan kontribusi modalnya demi kelancaran usaha koperasi. Koperasi yang merupakan organisasi yang tidak mengkhususkan aktivitasnya untuk memperoleh keuntungan, tetapi lebih mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan anggotanya yaitu dalam bentuk pelayanan yang memuaskan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan atau kebijakan usahanya harus berdasarkan kepentingan-kepentingan anggotanya, agar dapat merangsang dan meningkatkan pertisipasi anggota yang lebih efektif. Beberapa tujuan koperasi ditinjau dari kepentingan masyarakat menurut pendapat Rivai Wirasasmita (1999 : 30), adalah : 1 Menciptakan dan memperluas lapangan kerja, misalnya pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, kerajinan industri kecil dan sebagainya 2 Membantu pelayanan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan pokok anggota masyarakat
6
Coopetition Vol VIII, Nomor 1, Maret 2017, 1 - 15
2.1.2 Kewirausahaan Mengenal lebih jauh tentang kewirausahaan di bawah ini terdapat penjelasan mengenai kewirausahaan antara lain : Menurut Drucker, yang dimaksud dengan kewirausahaan adalah Suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) Ibnu Soejono, Meredith, Marzuki Usman menyatakan bahwa kewirausahaan secara sederhana sering juga diartikan sebagai “Prinsip atau kemampuan wirausaha”. Soeharto Wirakusumo menyatakan Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu “Saraf pusat perekonomian atau sebagai tailbone of economy yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa”. Thomas W Zimmerer, kewirausahaan adalah : “Applying creativity and innovation to solve the problem and to exploit opportunities that people face everyday” (kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari). Menurut Instruksi Presiden tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK) bahwa kewirausahaan adalah “semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar”. Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah suatu nilai, suatu kemampuan dan suatu proses untuk menciptakan nilai tambah dengan kreatifitas dan keinovasian. Inovasi merupakan alat spesifik wirausaha untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang usaha. Wirausaha perlu secara sengaja mencari sumber-sumber, perubahan dan gejala-gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil karena itu seorang wirausaha harus memiliki ciri-ciri yang mendukung keberhasilannya. Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli, secara ringkas dikemukakan oleh Musselman, Vernon A, Sumanto, Wasty dan Meredith, Geoffey (dalam Suryana 2005:5) dalam bentuk ciri-ciri berikut :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri Kemauan untuk mengambil resiko Kemampuan untuk belajar dari pengalaman Memotivasi diri sendiri Semangat untuk bersaing Orientasi pada kerja keras Percaya pada diri sendiri Dorongan untuk berprestasi Tingkat energi yang tinggi Tegas Yakin pada kemampuan sendiri Tidak suka uluran tangan dari pemerintah/ pihak lain di masyarakat 13. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam 14. Kepemimpinan 15. Keorisinilan 16. Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan Menurut pendapat M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (Suryana, 2000:6) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, diantaranya memiliki ciri-ciri : 1. Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas 2. Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam pandangan dan bertindak terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan monitoring 3. Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis. Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John F. Burgess mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil, meliputi : 1. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas 2. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang 3. Berencana, mengorganisir 4. Kerja keras sesuai dengan tingkat urgensinya 5. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok dan yang lainnya 6. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan. Menurut pendapat Zimmerer (dalam Suryana; 2000:6-8) karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah sebagai berikut : 1. Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati kemungkinan gagal dalam berwirausaha besar
Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
2. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam mengontrol sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu, akan mawas diri secara internal 3. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang 4. Tolerance for risk, ambiguity and uncertainty, yaitu tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola resiko dengan cara mentransfer resiko ke pihak lain seperti banker, investor, konsumen, pemasok, dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yangn berbeda dan ketidakpastian 5. Self confidence, yaitu percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil 6. Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat seringkali membawa kegagalan. Kemampuan untuk merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi 7. Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera. Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan 8. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energik yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama 9. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul karena dari dalam diri (internal) dan jarang dari eksternal
7
10. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke masa depan yang lebih baik 11. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan 12. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktator. Karakteristik kewirausahaan dapat dikelompokkan lagi menjadi kelompok-kelompok utama. Peneliti mengelompokkannya lagi sesuai dengan pendapat BN. Marbun (dalam Suwandi; 1993:63) digolongkan sebagai berikut : Tabel 2.1. Ciri dan Watak Wirausaha Ciri-Ciri
Watak
1. Percaya Diri
2. Berorientasikan tugas dan hasil
Kebutuhan akan potensi kerja Ketekunan dan tabah menghadapi masalah Tekad, kerja keras, motivasi Energik dalam beraktivitas Disiplin
3. Pengambil resiko
4. Kepemimpinan
Mampu memimpin Dapat bergaul dengan orang lain Tegas Tanggungn jawab
Ketidaktergantungan Kepribadian mantap Optimisme Komitmen yang tinggi Keyakinan akan harapan
Penuh inisiatif Suka pada tantanngan Kompetensi Berpikir rasional Keberanian mengambil keputusan
8
Coopetition Vol VIII, Nomor 1, Maret 2017, 1 - 15
Ciri-Ciri
Watak Integritas yang tinggi Menanggapi saran dan kritik
5. Keorisinilan
6. Berorientasi masa depan
ke
Berpikir kreatif Melakukan inovasi Banyak sumber/relasi Fleksibel Mengetahui banyak hal
Berpandangan ke depan Perspektif Tidak mudah puas Sikap yang realistis Mengutamakan kesempatan/peluang
Pengelompokkan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Percaya diri, yaitu keyakinan diri yang tinggi terhadap kemampuan dan apa yang diinginkannya, meliputi sikap-sikap : ketidaktergantungan terhadap orang lain, kepribadian yang mantap, optimisme, komitmen yang tinggi, keyakinan akan harapan 2 Berorientasi pada tugas dan hasil, yaitu mereka yang selalu menerapkan standar yang tinggi pada proses pencapaian hasil disamping mewujudkan target yang telah ditetapkan, meliputi sikap-sikap : kebutuhan akan potensi kerja, tekun dan tabah menghadapi masalah, tekad, kerja keras dan motivasi tinggi, energik dalam beraktivitas, disiplin 3 Pengambilan resiko, yaitu berani bertindak dengan keputusan yang moderat, meliputi sikap-sikap: penuh inisiatif, suka pada tantangan, kompetensi, berpikir rasional, keberanian mengambil keputusan 4 Kepemimpinan, yaitu kemampuan mengelola, mempengaruhi dan meyakinkan orang lain dalam berhubungan dan memiliki sifat kepemimpinan dan komitmen, meliputi sikap-sikap: mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, tegas, tanggung jawab, integritas yang tinggi, menanggapi saran-saran dan kritik 5 Keorisinilan, yaitu kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, meliputi sikap-sikap: berpikir kreatif, melakukan inovasi, banyak sumber/ relasi, fleksibel, mengetahui banyak hal
6 Keorientasi ke masa depan, yaitu mereka yang memiliki pandangan ke depan dan selalu berusaha mewujudkannya, meliputi sikap-sikap: berpandangan ke depan, perspektif, tidak mudah puas, sikap yang realistis, mengutamakan kesempatan/peluang. 2.1.4 Kinerja Individu Anggota Koperasi Menurut Prawiro Suntoro, 1999 (dalam bukunya Tika, 2006) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari: 1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti:motivasi, kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya. 3. Pencapaiaan tujuan organisasi 4. Periode waktu tertentu Menurut Mahmudi (dalam bukunya Ramli, 2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: 1. Faktor Personal/Individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi , dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. 2. Faktor Kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. 3. Faktor Tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 4. Faktor Sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas atau infrastruktur yang diberikan organisasi, proses organisasi, kultur kinerja dalam organisasi. 5. Faktor Situsional, meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Menurut Dharma (dalam bukunya Ramli, 2007) garis-garis besar bagi penentuan ukuran-ukuran kinerja: 1. Ukuran-ukuran itu harus berhubungan dengan hasil-hasil yang dicapai, bukan usaha untuk mendapatkannya. 2. Hasil-hasil tersebut harus berada di bawah kendali si pemegang pekerjaan. 3. Ukuran yang dipakai harus bersifat objektif dan dapat diamati. 4. Data harus tersedia dalam pengukuran.
Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
5. Ukuran-ukuran yang sudah ada harus dipakai atau dimanfaatkan bilamana mungkin. Dalam melakukan pengukuran kinerja suatu badan usaha, maka hendaknya ditilik bukan dari satu aspek saja melainkan dari empat perspektif, yaitu dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pengembangan (proses belajar dan berkembang). Agar pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang berguna ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: sistem pengukuran harus sesuai dengan tujuan organisasi, dapat dimengerti para pegawai, mudah diukur dan dievaluasi serta dapat digunakan oleh organisasi secara konsisten. Dalam mengoperasionalkan visi dan misi suatu organisasi usaha, perlu upaya menterjemahkan kedalam tujuan yang tingkat keberhasilannya perlu diukur melalui indikator kinerja (Sinaga, 2004). Koperasi selaku badan usaha yang tergolong organisasi modern (Hanel,1989) dan oleh karena itu dalam aktivitasnya diharapkan telah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, pengembangan organisasi, pengelolaan asset, pengembangan pemasaran dan pengelolaan keuangan serta pengembangan kemitraan. Dengan demikian, pengukuran kinerja dengan balanced scorecard tersebut pada hakekatnya dapat dilakukan berdasarkan kajian berbagai aspek dan jika diperlukan dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan karakter organisasi koperasi sebagai badan usaha dan kumpulan orang yang disebut anggota. Selanjutnya didalam implementasinya terhadap koperasi perlu ditentukan variabel pengukuran kinerja yakni aspek keorganisasian, aspek keanggotaan, aspek keuangan dan aspek kemitraan serta aspek pemasaran/pelayanan (Sinaga, 2004). Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kinerja (Sulistyorini, 2001) adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan (Tempe, A Dale, 1992) berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari
9
suatu pekerjaan atau fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud. Fatah (1996) Menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja anggota adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh anggota dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 2.1.5 Partisipasi Anggota Semua kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh koperasi tidak akan berhasil tanpa didukung oleh peran serta anggotanya. Anggota pada koperasi juga merupakan pemilik. Anggota diharapkan sering melakukan hubungan ekonomi dengan koperasinya sebagai perusahaan. Herman Soewardi (1989) menyatakan bahwa : Partisipasi yang ideal adalah pencerminan dari terlaksananya demokrasi ekonomi dalam koperasi yang merupakan salah satu sendi dasar dan salah satu karakteristiknya. Dari pengertian di atas dapat dirumuskan mengenai partisipasi pembelian anggota yaitu upaya-upaya dalam memanfaatkan layanan yang diberikan oleh koperasi kepada anggota. Partisipasi anggota adalah mutlak untuk mewujudkan suatu koperasi sesuai dengan jatidirinya. Menurut Alfred Hanel (1989 : 60) : Partisipasi anggota pada koperasi adalah keikutsertaan anggota sesuai dengan fungsi anggota, yaitu sebagai pemilik dan juga sebagai pelanggan. Dengan demikian maka pengertian mengenai partisipasi anggota koperasi menururt Herman Soewardi (1989) adalah sama dengan yang dikemukakan oleh Alferd Hannel, dimana kedudukan anggota adalah sebagai pemilik dan sebagai anggota atau pengguna jasa koperasi yang dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi anggota. Bentuk partisipasi anggota menurut Alfred Hanel (1989 :60) adalah sebagai berikut : 1. Di dalam pelaksanaan Rapat Anggota 2. Penetapan kebijakan 3. Pengawasan terhadap koperasi 4. Pemanfaatan pelayanan koperasi 5. Penyertaan modal. Alfred Hanel (1989 : 64), partisipasi mempunyai dimensi-dimensi yang saling berkaitan yaitu :
10
Coopetition Vol VIII, Nomor 1, Maret 2017, 1 - 15
1. Para anggota akan berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan yang secara efisien menunjang kepentingannya dari perusahaan koperasi. a. Yang sama dengan kebutuhan khusus dari usaha tani atau satuan usaha rumah tangga b. Yang ditawarkan dengan harga, mutu atau syarat-syarat yang lebih menguntungkan daripada yang diperolehnya dari pihak-pihak lain diluar koperasi itu 2. Untuk maksud ini para anggota harus menyetujui dan diatur melalui ketentuan-ketentuan organisasi agar berperan serta dalam membiayai perusahaan koperasi yang secara operasional harus efesien, memiliki kepastian yang cukup, suatu struktur organisasi yang sesuai dengan manajemen yang ahli, termotivasi dan dinamis agar mampu menciptakan potensi yang diperlukan untuk menunjang usaha para anggotanya secara efisien sesuai dengan kebutuhan, kepentingan dan tujuan-tujuannya. 3. Oleh karena itu anggota harus mempunyai hak dan termotivasi serta sanggup berpartisipasi dalam keputusan-keputusan mengenai pengendalian atau pengawasan prestasi dari organisasi dan perusahaan koperasinya. Mengingat partisipasi anggota merupakan faktor pendukung keberhasilan, koperasi harus mampu berusaha semaksimal mungkin untuk mendorong para anggotanya agar lebih berpartisipasi pada koperasi. Jochen Ropke (1985 : 46) menyatakan: Karena kebutuhan yang berubahubah dari para anggota lingkungan koperasi, terutama tantangan persaingan maka pelayanan koperasi harus secara terus menerus disesuaikan, penyesuaian ini memerlukan informasi yang juga diperoleh melalui partisipasi anggota. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa dimensi partisipasi pemanfaatan pelayanan harus dikelola dan dibina oleh koperasi dengan baik. Anggota harus mempunyai sikap bahwa pemenuhan kebutuhan hanya ada melalui koperasi yang diwujudkan dalam partisipasi anggota dalam bertransaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, menurut Ropke (1989) adalah: 1. Kesesuaian antara pelayanan koperasi dengan kebutuhan atau keinginan anggota. 2. Besarnya kemanfaatan yang diterima anggota Sebagai organisasi, keberhasilan suatu koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota. Partisipasi anggota ini dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh koperasi.
Baik yang berhubungan dengan usaha maupun organisasi, maka menurut Herman Soewardi (1985) dalam makalah menuju kearah pola partisipasi yang ideal dalam koperasi menyatakan :Pola partisipasi tidak lain adalah salah satu perwujudan dari demokrasi ekonomi merupakan unsur utama sendi dasar koperasi, tidak atau belum terwujudnya pola partisipasi berarti belum terwujudnya secara penuh demokrasi ekonomi dimasyarakat kita. Partisipasi anggota koperasi yang ideal dapat dirumuskan sebagai: keikutsertaan anggota secara menyeluruh dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijaksanaan arah dan langkah usaha dan dalam menikmati sisa hasil usaha (SHU). Berdasarkan pengertian tersebut, maka tingkat partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh : 1. Partisipasi anggota dalam RAT yang menyangkut ; a. Frekuensi kehadiran pada setiap rapat anggota, rapat khusus dan rapat biasa. b. Keaktifan selama mengikuti rapat. c. Menyampaikan kritik/saran dalam rapat 2. Partisipasi anggota dalam pemupukan modal a. Keaktifan anggota dalam membayar simpanan wajib, sukarela dan simpanan khusus. b. Aktivitas anggota dalam menjual komoditi koperasi. 3. Partisipasi anggota dalam pemanfaatan pelayanan a. Frekuensi pembelian barang/jasa. b. Tata cara pembayaran yang dilakukan. c. Sifat atau jenis barang/jasa yang dibeli bersifat produktif atau konsumtif. 4. Partisipasi keterlibatan dalam penyuluhan a. Frekuensi dalam kehadiran b. Aktivitas dalam penyuluhan 5. Partisipasi dalam pengambilan keputusan a. Frekuensi kehadiran dalam rapat b. Keaktifan memberikan informasi/ide atau gagasan baru 6. Partisipasi anggota dalam menikmati sisa hasil usaha (SHU) a. Frekuensi menerima SHU selama menjadi anggota b. Besarnya SHU yang diterima, kemudian ditanam kembali dalam bentuk simpanan khusus. Partisipasi anggota merupakan bentuk kongkrit yang timbul dari kesadaran pengertian dari para anggota dalam memainkan perannya sebagai pemilik dan anggota. Upaya untuk meningkatkan
Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
atau menumbuhkan partisipasi dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan terhadap anggota. Seperti yang dikatakan Muslimin Nasution (1987) sebagai berikut : Dalam rangka menumbuhkan partisipasi aktif, loyalitas dan kesadaran anggota dapat dilakukan melalui pendidikan dan penyuluhan, namun belum mencukupi apabila hasilnya diperlukan untuk jangka pendek. Alternatif lain untuk menumbuhkannya melalui pelayanan kepada anggota, namun pelayanan sulit untuk dilakukan oleh koperasi karena sangat terbatasnya kemampuan koperasi dari segi permodalan. Sedangkan menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi (BPPK, 1987) tumbuhnya partisipasi anggota dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1. Faktor internal, adanya daya dorong yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi. Faktor pendorong atau daya dorong seseorang sehingga tumbuh partisipasinya dalam pemanfaatan pelayanan yang dilakukan oleh Koperasi, dapat berasal dari diri individu anggota itu sendiri, hal ini dapat ditunjukkan pada profesi, pendidikan, pendapatan, pernah tidaknya ikut dalam penyuluhan yang dilakukan oleh koperasi, mengerti atau tidaknya mengenai permasalahan dan manfaat berkoperasi, pengetahuan tentang potensi pasar di luar koperasi serta faktor-faktor lain seperti jumlah tanggungan keluarga dan usia mereka. 2. Faktor eksternal, adanya daya tarik yang timbul dari koperasi. Faktor eksternal atau daya tarik yang timbul dari koperasi yakni berupa pelayanan yang dapat diberikan terhadap anggota maupun seseorang yang ingin menjadi anggota yang bersifat fisik maupun non fisik. Adapun pelayanan yang bersifat fisik dapat berupa perbedaan harga, sistem pembayaran yang mudah, dan yang lainnya. Sedangkan pelayan-an yang bersifat non fisik berupa : pendidikan, penyuluhan dan konsultasi serta prosedur-prosedur dalam pemanfaatan pelayanan koperasi. Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi anggota adalah sebagai kewajiban dan sekaligus hak anggota dan setiap bentuk partisipasi yang dilakukan oleh anggota akan mempengaruhi kelancaran kegiatan koperasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Kualitas Kewirausahaan Manajer
11
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Koperasi yang merupakan organisasi yang tidak mengkhususkan aktivitasnya untuk memperoleh keuntungan, tetapi lebih mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan anggotanya yaitu dalam bentuk pelayanan yang memuaskan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan atau kebijakan usahanya harus berdasarkan kepentingan-kepentingan anggotanya. Penilaian terhadap kualitas kewirausahaan manajer dapat diuraikan berdasarkan tanggapan responden terhadap indikator-indikator yang digunakan untuk menilai variabel kewirausahaan manajer koperasi. Dari hasil rekapitulasi tentang kewirausahaan manajer koperasi Swamitra Batam termasuk dalam kriteria cukup baik, dengan memperoleh total skor sebesar 9.784 dan nilai rata-rata sebesar 99,83. Hal ini menunjukkan bahwa manajer koperasi Swamitra Batam memiliki kewirausahaan dengan cukup baik. Ada beberapa indikator yang harus ditingkatkan, untuk memberikan pelayanan dan pengembangan usaha koperasi, hal ini harus menjadi perhatian dari pengurus koperasi untuk memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap anggota koperasi mengenai kewirausahaan anggota koperasi. 3.1.2 Kinerja Usaha Anggota Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Seperti telah dijelaskan sebelumnya pengertian kinerja anggota adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh anggota dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa kewirausahaan manajer mempunyai pengaruh yang sedang terhadap partisifasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0.620 dan koefisien determinan sebesar 0,384 atau 38,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 61,6%, hal ini menunjukkan bahwa Partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kewirausahaan manajer memberikan dampak yang signifikan dan sedang terhadap partisipasi anggota. Untuk itu Koperasi Swamitra Batam harus memberikan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap manajer
12
Coopetition Vol VIII, Nomor 1, Maret 2017, 1 - 15
koperasi secara berkala, untuk meningkatkan kemampuan manajer dalam mengelola usaha koperasi. 3.1.3 Pengaruh Kinerja Usaha Anggota Terhadap Partisipasi Anggota Hasil perhitungan pengaruh Kinerja Usaha Anggota terhadap partisipasdi anggota koperasi berdasarkan data kinerja usaha anggota dan partisipasi anggota koperasi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1. Hasil Perhitungan Pengaruh Kinerja Usaha Anggota Terhadap Partisipasi Anggota Model Summary R Adjusted R Model R Square Square 1 .696 .484
Std. Error of the Estimate
.454
Change Statistics R F Sig. F Square df1 df2 Change Change Change
7.363E-02
.484
2.591 1 27
.119
a Predictors: (Constant), X2
dipengaruhi oleh kinerja usaha anggota. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kinerja usaha anggota memberikan dampak yang signifikan dan sedang terhadap partisipasi anggota. Untuk itu manajer koperasi harus meningkatkan efisiensi anggaran biaya koperasi untuk meningkatkan manfaat ekonomi kepada anggota. 3.1.4 Pengaruh Kewirausahaan Manajer dan Kinerja Usaha Anggota terhadap Partisipasi Anggota secara Bersama-sama Hasil perhitungan pengaruh kewirausahaan manajer dan kinerja usaha anggota terhadap partisipasi anggota koperasi berdasarkan data kewirausahaan dan kinerja usaha anggota serta partisipasi anggota koperasi yang telah dipaparkan sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Pengaruh Kewirausahaan Manajer dan Kinerja Usaha Anggota Terhadap Partisipasi Anggota Model Summary
ANOVA Model 1
Regression
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
2.591
.119
1.405E-02
1
1.405E-02
Residual
.146
27
5.421E-03
Total
.160
28
Model 1
Change Statistics R Adjusted R Std. Error of R R Sig. F Square Square the Estimate Square F Change df1 df2 Change Change .818 .669 .612 7.135E-02 .669 2.757 2 26 .082
a Predictors: (Constant), X2, X1
a Predictors: (Constant), X2 b Dependent Variable: Y
ANOVA Model
Berdasarkan kedua hasil perhitungan tersebut di atas untuk lebih jelasnya maka, digambarkan sebagai berikut: ρ = 0,516
1
Sum of Squares
Df
2.807E-02
2
1.403E-02 2.757
Residual
.132
26
5.090E-03
Total
.160
28
Regression
Mean Square
F
Sig. .082
a Predictors: (Constant), X2, X1 b Dependent Variable: Y
Kinerja Usaha Anggota (X2)
r = 0,696 r2 = 0,484
Partisipasi Anggota (Y)
Berdasarkan kedua hasil perhitungan tersebut di atas untuk lebih jelasnya maka, digambarkan sebagai berikut: ρ = 0,331
Gambar 3.1. Pengaruh Kinerja Individu AnggotaTerhadap Partisipasi Anggota Berdasarkan gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa Kinerja Usaha anggota dipengaruhi sedang terhadap partisipasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0,696 dan koefisien determinan sebesar 48,4% serta sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 51,6%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota koperasi
Kinerja Usaha Anggota (X1)
r = 0,620 r2 = 0,384 r = 0,818 r2 = 0,669
r = 0,793
Kinerja Usaha Anggota (X2)
Partisipasi Anggota (Y)
r = 0,696 r2 = 0,484
Gambar 4.4. Pengaruh Kewirausahaan Manajer dan Kinerja Individu Anggota Secara Bersamasama Terhadap Partisipasi Anggota
Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
Berdasarkan gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa kewirausahaan manajer dan kinerja usaha anggota mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap manfaat ekonomi koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0,818 dan koefisien determinan sebesar 66,9%, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer dan kinerja usaha anggota. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kewirausahaan manajer dan kinerja usaha anggota memberikan dampak yang signifikan dan kuat terhadap partisipasi anggota koperasi. Untuk itu koperasi Swamitra Batam harus memberikan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap manajer koperasi secara berkala, untuk meningkatkan kemampuan manajer dalam mengelola usaha koperasi, sehingga pengelolaan usaha koperasi menjadi efisien. 3.2 Kebijakan Manajerial Untuk Meningkatkan Partisipasi Anggota Koperasi Untuk lebih meningkatkan partisipasi anggota dan pelayanan terhadap anggota koperasi, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Tidak ada bedanya dengan usaha-usaha nonkoperasi, koperasi juga memerlukan tenagatenaga yang baik, tidak saja tenaga-tenaga pemimpin, tetapi juga tenaga pelaksana. Sebab sebagai badan yang bergerak dibidang ekonomi, juga segi-segi komersialnya harus dibina menurut dasar-dasar komersial. Oleh akrena itu diperlukan tenaga-tenaga yang cakap, jujur, lincah dan berpandangan jauh. Dengan sendirinya mereka itu harus mempunyai keahlian mengenai segi-segi perkoperasian, terutama cita-citanya yang menyebabkan kekhasan daripada koperasi sebagaid usaha yang bercorak ekonomi. Maka dari itu mutlak, bahwa koperasi perlu mengadakan pendidikan bagi pengurus dan pegawai-pegawainya 2. Pengurus sebagai pucuk pimpinan/administrator (top manajemen) di dalam koperasi mempunyai tugas mengendalikan koperasi secara keseluruhan tanpa menitikberatkan kepada salah satu unsur, baik organisasi, usaha, keuangan, dan pembukuan. Unsurunsur tersebut semua dikelola karena menjadi tugas dan kewajibannya yang harus dilaksanakan dan wajib dipertanggungjawabkan kepada rapat anggota, sebab pengurus dipilih dan diangkat oleh rapat anggota. Untuk kelancaran tugas pengelolaan usaha dan pelayanan kepada anggota serta urusan-urusan lain (baik
13
urusan luar maupun dalam), pengurus dapat mengangkat manajer dan karyawan untuk membantu dalam pelaksanaan tugas seharihari 3. Sebagai pengurus mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut: a. Menetapkan kebijaksanaan yang meliputi: keputusan-keputusan kerja menetapkan sasaran dan tujuan koperasi tindakan lain demi perbaikan dan kemajuan koperasi, pemupukan modal, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan harga, produksi pemasaran, penggunaan dana-dana, mewakili di dalam maupun di luar pengadilan, hubungan dengan instansi-instansi terkait lainnya, pengangkatan dan pemberhentian manajer dan karyawan, gaji/honor, pendidikan dan latihan kerja baik di dalam maupun ke luar negeri dan lain-lain. b. Merencanakan kegiatan kerja secara keseluruhan. c. Menyediakan modal sarana dan prasarana. d. Penanggung jawab koperasi secara keseluruhan baik di dalam maupun keluar. e. Melakukan pengawasan atau pelaksanaan manajer dan karyawan. f. Membuat laporan pertanggungjawaban kepa-da rapat anggota dan pejabat koperasi. Pengembangan koperasi untuk masa yang akan datang, kita membutuhkan peningkatan mutu profesional dari para fungsionaris koperasi, seperti pengurus, badan pemeriksa, manager, dan para karyawan.sehubungan dengan itu maka pendidikan anggota-anggota koperasi untuk menjadi insan koperasi yang memahami visi, tujuan, dan usahausaha koperasi perlu semakin digalakkan dari waktu ke waktu. Pendidikan anggota meningkatkan pengetahuan, keterampilan, bersikap mental sebagai warga koperasi yang juga memahami makna peningkatan profesionalisme dalam koperasinya. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kewirausahaan manajer mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kinerja usaha anggota dengan r = 0,793, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja usaha anggota koperasi dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer. Kewirausahaan manajer memberikan dampak yang
14
Coopetition Vol VIII, Nomor 1, Maret 2017, 1 - 15
signifikan dan kuat terhadap kinerja usaha anggota. Untuk itu koperasi Swamitra di Kepulauan Riau harus memberikan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap manajer koperasi secara berkala, untuk meningkatkan kemampuan manajer dalam mengelola usaha koperasi. 2. Kewirausahaan manajer mempunyai pengaruh yang sedang terhadap partisipasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0.620 dan koefisien determinan sebesar 0,384 atau 38,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 61,6%, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota koperasi yang dirasakan dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer. Kewirausahaan manajer memberikan dampak yang signifikan dan sedang terhadap partisiapsi anggota koperasi. Untuk itu koperasi Swamitra di Kepulauan Riau harus memberikan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap manajer koperasi secara berkala, untuk meningkatkan kemampuan manajer dalam mengelola usaha koperasi. 3. Kinerja Individu Anggota mempunyai pengaruh yang sedang terhadap partisipasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0,696 dan koefisien determinan sebesar 48,4% serta sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 51,6%, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh kinerja individu anggota. Kinerja individu anggota memberikan dampak yang signifikan dan sedang terhadap partisipasi anggota koperasi. Untuk itu manajer koperasi harus meningkatkan kinerja usaha anggota koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota koeprasi. 4. Kewirausahaan manajer dan kinerja individu anggota mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap partisipasi anggota koperasi dengan koefisien regresi sebesar 0,818 dan koefisien determinan sebesar 66,9%, hal ini menunjukkan bahwa partisiapsi anggota koperasi dipengaruhi oleh kewirausahaan manajer dan kinerja individu anggota. Kewirausahaan manajer dan kinerja individu anggota memberikan dampak yang signifikan dan kuat terhadap partisipasi angota koperasi, Untuk itu Koperasi Swamitra di Kepulauan Riau harus memberikan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terhadap manajer koperasi secara berkala, untuk meningkatkan kemampuan manajer dalam mengelola usaha koperasi, sehingga pengelolaan usaha koperasi menjadi efisien.
4.2 Saran Dari kesimpulan yang diambil, maka disarankan hal – hal sebagai berikut : 1. Manajer mengkoordinir seluruh kegiatan kepala-kepala usaha dan karyawan 2. Memimpin dan melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha koperasi sesuai dengan ketentuanketentuan dalam anggaran rumah tangga, rencana kerja, rencana anggaran belanja dan pendapatan dari koperasi itu sendiri. 3. Mengelola usaha produksi dan jasa, fasilitasfasilitas dan pemasaran yang ada dalam perjanjian kontrak kerja. 4. Mengelola keuangan/permodalan untuk usaha yang disepakati bersama. 5. Menggunakan dan memelihara sarana-sarana dan peralatan-peralatan. 6. Memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat. 7. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan terhadap manajer, agar karakteristik kewirausahaan manajer meningkat. 8. Menjalin kerjasama dengan pemasok dan lembaga keuangan agar kebutuhan dapat terpenuhi, sehingga pelayanan terhadap anggota dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Alfred Hanel. (1989). Pokok-pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Universitas Padjadjaran. Bandung. Alma, Buchari (1999) Kewirausahaan, Alfabeta Bandung. Brata, Gunadi A. (2003) Distribusi Spasial UKM Di masa Krisis Ekonomi, Jurnal Ekonomi Rakyat No. 8 Edisi November. Handoko, T. Hanni (1984) Dasar-Dasar Manajmen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta. Hasibuan (1997) Profil Usaha Kecil Indonesia, PT. Karya Nusantara, Bandung. Jones, Mark (1985) Falsafah dan Konsep Menjual, PT. Karya Nusantara Bandung. Meredith, Geoffrey (1994) Kewirausahaan Teori dan Praktek, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Mohammad Nazar (1988) Metode Penelitian, PT. Ghalia Indonesia, Bandung.
Dadun Hilmi, Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Manajer ...
Rahmat Jalaludin (1997) Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. _______(2002), Manfaat Harga Koperasi Landasan Teoritis Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, Laboratorium Manajemen Koperasi IKOPIN, Bandung. _______(2011) Manfaat Ekonomi Koperasi (Koperasi Dalam Pasar Persaingan dan Dampaknya Terhadap Anggota, Diktat Kuliah MM IKOPIN, tidak diterbitkan. Republik Indonesia (1992) Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, UPT IKOPIN, Jatinangor Ridwan (2002) Skala Pengukuran VariabelVariabel Penelitian, Alfabeta, Bandung. Rusidi (1997). Pedoman Penelitian Dan Penelitian Ilmiah. Penerbit UPT Ikopin, Jatinangor.
15
Sudjana (1992) Metode Statistik, Tarsito, Bandung. Sugiyono (2001) Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung .(1999) Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung. Sukirno Sadono (2002) Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suryana (1999) Kewirausahaan, PT. Gramedia, Jakarta Suwandi (1997) Bunga Rampai: Dinamika Membina Usaha Kecil, LPPM IKOPIN, Bandung. Wirasasmita (1994) Buku Pegangan Kewirausahaan, UPT IKOPIN Bandung.