PENGARUH KOMBINASI PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) DAN N, P, K TERHADAP BIOMASSA, PRODUKSI DAN KUALITAS PASCA PANEN JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) KULTIVAR TALENTA (Skripsi)
Oleh HAIRANI FITRI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
Hairani Fitri
ABSTRAK PENGARUH KOMBINASI PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) DAN N, P, K TERHADAP BIOMASSA, PRODUKSI DAN KUALITAS PASCA PANEN JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) KULTIVAR TALENTA
Oleh HAIRANI FITRI
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk hayati (biofertilizer) dan N, P, K terhadap biomassa, produksi dan kualitas pasca panen jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) kultivar Talenta. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Jalan Harapan Kelurahan Kota Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung pada Desember 2015 sampai dengan Maret 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan, dianalisis dan diuji homogenitas menggunakan uji barlet, uji tukey dan pengujian lanjut BNJ 5 %. Perlakuan yang dilakukan yaitu Kontrol, Urea 300 kg/ha + Sp-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha, Bionutri 5ml/l, Bionutri 5ml/l + Urea 300 kg/ha + Sp-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha, Bionutri 5ml/l + Urea 180 kg/ha + Sp-36 90 kg/ha + KCl 60 kg/ha, Bionutri 5ml/l + Urea 60 kg/ha + Sp-36 30 kg/ha + KCl 20 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pupuk anorganik (N, P, K), Bionutri, dan kombinasinya lebih baik dari pada pengaruh perlakuan kontrol dan tidak ada perbedaan pengaruh
Hairani Fitri
antara perlakuan pupuk N, P, K, pupuk Bionutri, dan kombinasinya. Perlakuan pemberian Bionutri 5 ml/l (H3) dipilih sebagai perlakuan terbaik karena biaya bahan dan aplikasi relatif lebih murah dan ramah lingkungan. Kata kunci : KCl, Pupuk hayati (Bionutri), SP-36, Talenta, Urea
PENGARUH KOMBINASI PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER) DAN N, P, K TERHADAP BIOMASSA, PRODUKSI DAN KUALITAS PASCA PANEN JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) KULTIVAR TALENTA
Oleh HAIRANI FITRI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
Judul
PENGART]H KOMBINASI PT]PI'K HAYATI @IOTERTILIZER) DAtt N, P, K TERHAIIAP BT0MAS,SA9 pRODrlKSr DAN KUALTTAS PASCA PAIYEN JAGIING MAMS (Zea mnys socharda Sturt ) KIJLTMR TALENTA
Namalvlahasiswa
Hairani Fitri
No. PokokMahasiswa
12t412t086
Jrnusan
Agroteknologi
Program- Studi
Hortikultura
Fakultas
Pertanian
MEI\IYETUJUT, 1-
Komisi Pembimbing
C. Ginting,lU.n 9594pj2198,6061001
2" Ketua Jrnusan
Dr.Ir. Darwin H. Pangaribuan, NrP 196302irrqs603100a
Agroteknologi,
Prof. Dr.Ir. Sri Yusnaini, M.Si. NIP 1963050819881 12001
M.Sc.
MENGESAIIKAI\
1. Tim Penguji
: Ir. Yohannes
Ketua
C. Ginting' lU.P.
: I)r.Ir. Darwin II. Pangaribuan,
Bukan Pembimbing
ffi
: Ir. Tri Dewi Andalasari' M.Si.
r---,
r.
h"wan Sukri Banuwa, M'Si. 1i020 198603 i 002
Tanggal Lulus Ujian
Slripsi : 18 Oktober 2016
x
M.Sc.
SURAT PER}IYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah
ini menyatakan bahwa skripsi saya yang
berjudul *PENGARUH KOMBINASI PUPUK HAYATI (BIOFERTILIZER)
DAt[ N, p, K TERTIADAP BTOMASSA, PRODUKSI DAN KUALTTAS PASCA PAI\IEN JAGUNG MAI\ilS (Zea mays saccharota Sturt.)
KULTMR
TALENTA'merupakan hasil karya sendiri, bukan orang lain. Semuayang tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila di kemudian hari skripsi ini terbukti merupakan I l
hasil salinan atau dibuat oleh orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
I
sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
I
Bandar Lampung, Desember 2016
Hairani Fitri NPM 1214121086
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 28 Februari 1994, sebagai anak bungsu dari empat bersaudara dari Bapak Habli AR dan Ibu Nur’aini, S.Pd. Pendidikan penulis di (SD) Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas Al-Azhar 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2012. Sejak SD sampai SMA penulis aktif mengikuti berbagai ekskul kesenian, olahraga, PMR, pramuka dan grafity. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung melalui Jalur SNMPTN. Penulis pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Zoom pada tahun 2012, anggota departemen pengabdian masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian periode 2014-2015 dan menjadi Sekretaris Bidang VI Persatuan Mahasiswa (PERMA) Agroteknologi periode 2015-2016. Pada tahun 2015 penulis sempat melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanah Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Lampung Timur selama 40 hari dari bulan Juli sampai September. Selanjutnya pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Bujung Buring Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji selama 60 hari dari bulan Januari sampai Maret.
Usaha, kesabaran, dan doa penuh harapan Hadiah sederhana ku persembahkan untuk Ayah, Ibu dan Keluargaku tercinta
“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap”
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia disisi Allah kecuali do’a”. (HR. Tirmidzi)
Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun, kurang jujur, sulit diperbaiki. (Mohammad Hatta)
“Tanamlah nilai kebaikan kepada siapapun dan dimanapun, kelak kau akan meraih apa yang telah kau tanam” (Hairani Fitri)
SANWACANA
Alhamdulilah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia, hidaiyah, serta nikmat yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kombinasi Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan N, P, K, Terhadap Biomassa, Produksi dan Kualitas Pasca Panen Jagung Manis (Zea mays sacharata Sturt.) Kultivar Talenta”. Penyusunan skripsi ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing (PHB) tahun anggaran 2015 yang berjudul “Kajian Pupuk Organik yang Diperkaya dan Ekstrak Tanaman Kaya Unsur Nitrogen (N) untuk Produksi Jagung Manis Berkualitas dan Serapan haranya”. Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu, materil, petunjuk, bimbingan, motivasi dan juga saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, pelajaran, ilmu, semangat dan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc., selaku dosen pembimbing II dan ketua Penelitian Hibah Bersaing (PHB) yang melibatkan saya dalam proyek penelitian PHB yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, diskusi, motivasi dan ilmu dalam penyelesaian skripsi. 3. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan waktu, bimbingan, saran dan motivasinya kepada penulis. 4. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku pembimbing akademik 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 6. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku ketua jurusan Agroteknologi 7. Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi khususnya dan Fakultas Pertanian pada umumnya yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama Penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung. 8. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayah Habli AR dan Ibu Nur’aini, S.Pd. yang telah mengenalkan dunia indah ini kepada Penulis dengan segala cinta, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, doa, semangat, dan motivasi di sepanjang hidup Penulis. 9. Kakak-kakakku tercinta Oktaria Supemi Hani, Danial Ramli, Agustina, Rohima dan Binarti Bintang, MIP., yang telah memberikan doa yang tulus, motivasi, semangat, perhatian, kasih sayang, dan berbagi canda tawa kepada Penulis. 10. Saudara terbaik Rizki Rahmawati, S.Farm. yang telah banyak membantu, mendukung, menyemangati tidak pernah lelah kepada penulis.
11. Saudara, sahabat seperjuangan Karisma Prihartini, Risqi Kurnia Suci, Lucky Purwa Saputra, dan I Gede Made Adi Rinata yang selalu meberikan bantuan moril dan tenaga, berbagi kekesalan, suka dan duka, dukungan, motivasi, dan semangat kepada penulis. 12. Teman-teman terbaik selamanya Tanti, Opi, Juwita, Isma, Irma, Flo, Fera, Sella , Indah, Chiara, Pudut, Bulu, Rani, Purus, Jeca, Eriza, Destia, Dyra, Ersa, Vina, Babon, Bella, Deska, Kiki, Iin, Nia El, Niken, Endah, Nces, Dewi, Noviansyah, Herlambang, Hafiz, Abas, Handika, Adam, Dehan, Restu, Nadaa, Ardis, Billy, Tari atas segala bantuan, dukungan, serta semangat selama ini kepada Penulis 13. Saudara sehimpun secita di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian dan saudara UKM-Zoom as-15 yang telah berbagi ilmu, semangat motivasi pengalaman dan kebersamaan dengan penulis. 14. Teman-teman jurusan Agroteknologi 2012 15. Almamaterku tercinta Universitas Lampung 16. Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis berharap skripsi ini berguna bagi siapapun yang telah membacanya. Bandar lampung, Desember 2016 Penulis
Hairani Fitri
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ I.
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4
II.
Latar Belakang ........................................................................... Tujuan Penelitian ....................................................................... Kerangka Pemikiran .................................................................. Hipotesis ....................................................................................
1 3 4 7
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung Manis ............................................................................. 2.2 Urea, SP-36, KCl ....................................................................... 2.3 Pupuk Hayati .............................................................................
III.
iii vii
8 9 11
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... Bahan dan Alat .......................................................................... Metode Penelitian ...................................................................... Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 3.4.1 Pengujian Efektifitas Bionutri ........................................ 3.4.2 Persiapan Lahan .............................................................. 3.4.3 Analisis Tanah ................................................................. 3.4.4 Penanaman Benih Jagung Manis ..................................... 3.4.5 Aplikasi Pupuk ............................................................... 3.4.6 Perawatan Tanaman ........................................................ 3.4.7 Panen ............................................................................... 3.5 Variabel Pengamatan ................................................................. 3.5.1 Jumlah Daun (Helai) ....................................................... 3.5.2 Indeks Luas Daun (Tanpa Satuan) .................................. 3.5.3 Bobot Brangkasan Basah (g) .......................................... 3.5.4 Bobot Tongkol Berkelobot (g) ........................................ 3.5.5 Bobot Tongkol Tanpa Kelobot (g) ..................................
13 13 13 14 14 15 15 16 17 17 18 19 19 20 20 21 22 i
3.5.6 3.5.7 3.5.8 3.5.9 3.5.10
Produksi Per petak (g) .................................................... Panjang Tongkol (cm) .................................................... Brix (satuan 0Brix) .......................................................... Penampilan Tongkol ....................................................... Susut Bobot (g) ...............................................................
22 23 23 24 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 4.1.1 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis .............. 4.1.2 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap pertumbuhan generatif tanaman jagung manis ............... 4.1.3 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap pertumbuhan pasca panen tanaman jagung manis .......... 4.2 Pembahasan ............................................................................... 4.2.1 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap variabel vegetatif ........................................................... 4.2.2 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap variabel generatif ........................................................... 4.2.3 Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap variabel pasca panen .......................................................
V.
KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 5.2 Saran ..........................................................................................
25 26 27 29 31 31 32 34
37 37
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Pengamatan dan Hasil Pengujian .......................... Lampiran 2. Data Curah Hujan dan Suhu Selama Percobaan.............. Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Bionutri.......................... Lampiran 4. Perhitungan Biaya Penggunaan Pupuk N, P, K, dan Bionutri ........................................................................... Lampiran 5. Perhitungan Penurunan Susut Bobot H+5 dan H+8 ........ Lampiran 6. Deskripsi Benih Jagung Manis Kultivar Talenta ............ Lampiran 7. Pupuk Bionutri ................................................................ Lampiran 8. Denah Petak Percobaan ...................................................
42 65 69 70 71 72 74 75
ii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Rekapitulasi hasil analisis ragam pada variabel pengamatan ……….
25
2.
Hasil analisis kimia tanah……………………………………………..
26
3.
Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap variabel vegetatif………………………………………………………
27
Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap variabel generatif………………………………………………………
28
Pengaruh pemberian pupuk hayati dan N, P, K terhadap variabel pasca panen………………………………………………..….
29
Pengaruh Kombinasi Pupuk hayati dan N, P, K pada jumlah daun 35 HST…………………………………………………………..
42
Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada jumlah daun 35 HST…………………………………………………..
42
Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel jumlah daun 35 HST…………………………...
43
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada ILD…..………..
43
10. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada ILD …...............
44
11. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel ILD…………………………………………………..….
44
12. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot brangkasan basah……………………………………………………..
45 iii
13. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot brangkasan basah………..………………………………….….
45
14. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot brangkasan basah…………………………….....
46
15. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada total produksi per petak…………………………………………..………..
46
16. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada total produksi per petak……………...…………………….…………...
47
17. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel total produksi per petak…………………….….…….….
47
18. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol berkelobot H …………………………………………………..………
48
19. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol berkelobot H ……………………………….….…..…..
48
20. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot tongkol berkelobot H ……………….……...…...
49
21. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol tanpa kelobot H ………………………………………….……….…...
49
22. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol tanpa kelobot H ………………………………..………..….…
50
23. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot tongkol tanpa kelobot H..………...…………...….
50
24. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol kelobot H+5…………………………………………….………
51
iv
25. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol kelobot H+5……………..……………………..……..
51
26. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot tongkol kelobot H+5……………………….…...
52
27. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol tanpa kelobot H+5…………………………………………………….
52
28. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol tanpa kelobot H+5……………………………………..
53
29. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot tongkol tanpa kelobot H+5…………………..…..
53
30. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol berkelobot H+8……………………………………………………......
54
31. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot tongkol berkelobot H+8……………………………………………….
54
32. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot tongkol berkelobot H+8……………….………...
55
33. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol tanpa kelobot H+8………………………………………………..…….
55
34. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada bobot tongkol tanpa kelobot H+8…………………………………………..………...
56
35. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel bobot tongkol tanpa kelobot H+8……………….……...
56
36. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada Brix H…..…......
57
37. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada Brix H……...…..
57
v
38. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel Brix H…………………………………………………..
58
39. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada Brix H+5……….
58
40. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada Brix H+5……….
59
41. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel Brix H+5………………………………………………..
59
42. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada Brix H+8………
60
43. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada Brix H+8……….
60
44. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel Brix H+8………………………………………………..
61
45. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada panjang tongkol…………………………………………………………………
61
46. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada panjang tongkol………………………………………………………..
62
47. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel panjang tongkol…………………………………………
62
48. Pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel penampilan tongkol………………………………………………….....
63
49. Uji Bartlet untuk homogenitas ragam data antarperlakuan kombinasi pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada penampilan tongkol…………………………………………………………………
63
50. Analisis ragam data pengaruh kombinasi pupuk hayati dan N, P, K pada variabel penampilan tongkol…………………………………….
64
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Bagan kerangka pemikiran .....................................................................
7
2. Proses uji keaktifan mikroba terhadap pupuk hayati Bionutri ................
14
3. Proses pengukuran dan pembuatan petak percobaan sebelum tanam .....
15
4. Proses penanaman benih jagung manis kultivar Talenta ........................
16
5. Proses penjarangan tanaman jagung manis di lahan percobaan..............
16
6. Proses pengaplikasian pupuk N, P, K dan pupuk Bionutri .....................
17
7. Ulat dan belalang ditemukan pada fase generatif jagung manis .............
18
8. Proses pemanenan dilakukan pada pagi hari ...........................................
19
9. Proses pengamatan jumlah daun yang dilakukan di lahan percobaan ....
19
10. Proses pengukuran panjang dan lebar daun untuk hasil ILD ................
20
11. Proses penimbangan bobot brangkasan basah (g) ................................
21
12. Proses penimbangan bobot tongkol berkelobot dihari panen ..............
21
13. Proses penimbangan bobot tongkol tanpa kelobot dihari panen ..........
22
14. Proses penimbangan produksi per petak dihari panen ..........................
22
15. Proses pengukuran panjang tongkol menggunakan penggaris..............
23
16. Proses pengamatan indeks kemanisan jagung manis (0Brix) ................
23
17. Proses penimbangan susut bobot tongkol jagung manis .......................
24
18. Penampilan sampel tongkol jagung ......................................................
30
19. Hasil pengamatan setelah hari ke lima dan hari ke delapan…………...
30 vii
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) dikenal dengan nama sweet corn banyak dikembangkan di Indonesia. Jagung manis banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis, aroma lebih harum, dan mengandung gula sukrosa serta rendah lemak sehingga baik dikonsumsi bagi penderita diabetes. Jagung manis adalah tanaman yang sangat mudah untuk dipelihara dan mempunyai prospek yang bagus saat dipanen. Selain biji, bagian lain dari tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomis diantaranya batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua setelah panen untuk pupuk hijau/ kompos, batang dan daun kering sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar, berbagai macam olahan makanan, bahan baku industri kuliner, kimia farmasi dan dapat dikembangkan sebagai bahan tanaman atau disiapkan sebagai bibit unggulan untuk menjaga kelestarian berbagai varietas jagung di Indonsesia (Budiman, 2013). Salah satu kultivar jagung manis yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah jagung manis kultivar Talenta. Kultivar Talenta termasuk tanaman kokoh dengan tinggi tanaman mencapai 160-170 cm. Rasanya manis dengan kadar gula 12-14 0Brix. Tahan penyakit bulai, karat, dan hawar daun. Sangat enak untuk dikonsumsi karena tidak menempel di gigi (Syukur dan Rifianto, 2014).
2
Permintaan akan jagung manis terus meningkat seiring dengan banyaknya pasar swalayan yang merupakan mitra bisnis utama petani jagung manis. Produk hortikultura ini dikonsumsi dalam kemasan pertongkol dimana produk pertongkol jagung manis itu sendiri masih tergolong rendah. Hasil jagung manis di Indonesia per hektarnya masih rendah, rata-rata 2,89 ton tongkol basah per hektar, sedangkan hasil jagung manis di lembah Lockyer Australia dapat mencapai 7-10 ton tongkol basah per hektar (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Salah satu penyebab rendahnya hasil tongkol basah per hektar di Indonesia adalah degradasi lahan dimana kurangnya ketersediaan unsur hara dalam tanah terutama N, P, dan K. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan pupuk anorganik secara terusmenerus. Semakin terdegradasi, semakin banyak kandungan bahan organik menjadi tidak tersedia. Menurut Utomo dkk. (2016) bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Penambahan unsur hara dengan cara pemupukan perlu dilakukan untuk menggantikan unsur hara yang hilang akibat degradasi. Roesmarkam & Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang umum dikenal ada dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik adalah yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-sisa hewan (Murbandono, 1990). Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung (Tim
3
Karya Tani Mandiri, 2010). Salah satu jenis pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah adalah pupuk hayati (biofertilizer).
Pupuk hayati merupakan komponen yang esensial dalam pertanian organik yang berperan dalam memelihara kesuburan tanah (Mahdi dkk., 2010). Pupuk hayati mengandung banyak unsur hara makro dan mikro, hormon, dan asam amino yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu didalam pupuk hayati terdapat mikroorganisme yang dapat membantu menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Boraste dan Joshi (2009) bahwa mkroorganisme dapat secara sempurna mengurai bahan organik kompleks menjadi bahan organik sederhana. Hal ini didukung oleh pendapat Javaid (2011) bahwa adanya mikroorganisme dapat meningkatkan hasil gabah sebesar 46%. Dewasa ini jenis pupuk hayati semakin berkembang dimana kandungan pupuk hayati yang digunakan semakin beragam, yaitu unsur hara makro, unsur hara mikro, asam amino, mikroba, dan hormon. Salah satu fungsi bahan organik adalah menambah unsuh hara N, P, dan K. Kelengkapan kandungan pupuk hayati dan kombinasinya dengan pupuk N, P, K diharapkan memberikan pengaruh positif bagi tanaman dapat dilihat dari hasil produksi, biomassa, dan kualitas pascapanen jagung manis.
1.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh aplikasi pupuk anorganik, bionutri, dan kombinasinya terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas pasca panen tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) kultivar Talenta.
4
2. Mengetahui apakah pengaruh pupuk hayati dapat memberikan hasil yang sama dengan pupuk anorganik.
Kerangka Pemikiran Jagung manis memerlukan unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang cukup tinggi dibanding unsur hara lainnya. Nitrogen (N) digunakan untuk pertumbuhan jaringan tanaman (Syukur dan Rifianto, 2014). Produksi jagung manis lebih sering dibatasi oleh defisiensi nitrogen dari pada unsur lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya pencucian dan penguapan. Oleh sebab itu untuk mengatasinya perlu dilakukan pemupukan nitrogen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratmini (2009) bahwa pemberian pupuk nitrogen secara tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar dan bobot kering oven tongkol jagung manis. Hal ini didukung oleh pendapat Wei Liu dkk. (2014) bahwa pemupukan nitrogen dapat meningkatkan pertumbuhan pada tanaman sayuran selada. Selain itu dalam hal pemupukan, bahan organik berperan untuk meningkatkan efektivitas pemupukan N, dimana unsur N yang lepas dari pupuk diikat oleh bahan organik, sehingga tidak mudah tercuci tetapi mudah tersedia bagi tanaman.
Jika nitrogen mudah tercuci berbeda dengan fosfor di dalam tanah yang sukar tercuci terutama pada tanah podsolik. Sebagian besar fosfor tidak tersedia bagi tanaman karena terikat kuat dengan partikel tanah, serta ada sebagian senyawa fosfat alumunium, besi, dan kalsium yang relatif tidak larut dalam tanah (Utomo dkk., 2016). Peran bahan organik dalam hal ini sebagai sumber asam organik yang mampu mengontrol kelarutan logam dalam tanah. Asam-asam organik
5
mampu mengikat unsur beracun dalam tanah menjadi tidak berbahaya bagi tanaman dan menurunkan jumlah fosfat yang difiksasi Fe dan Al melalui mekanisme pengikatan sehingga P tersedia bagi tanaman (Hanafiah dkk, 2010).
Kalium merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan selain N dan P. Kalium sering ditemui sebagai faktor pembatas, karena K merupakan unsur hara yang mobile dan sangat peka terhadap pencucian, terutama di daerah tropik dengan curah hujan yang tinggi (Lakitan, 2012). Peningkatan ketersediaan hara kalium tanah, dapat dilakukan dengan pemberian pupuk yang mengandung unsur hara kalium dan pemberian bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation. Muatan negatif ini merupakan potensi humus mengadsorbsi kation seperti Ca, Mg dan K sehingga mudah dipertukarkan atau mengalami proses pertukaran kation, dengan demikian pemberian bahan organik dapat meningkatkan efisiensi pemupukan kalium, karena hara menjadi tidak mudah tercuci, juga dapat meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan K bagi tanaman.
Petani umumnya memupuk tanaman jagung manis dengan pupuk anorganik secara terus-menerus, padahal pemupukan kimia tanpa diimbangi dengan pemupukan organik merupakan tindakan yang kurang bijaksana. Pemupukan anorganik dengan dosis tinggi dalam waktu yang lama berdampak buruk terhadap mikroorganisme (Utomo dkk., 2016). Oleh sebab itu, untuk memulihkan kembali fungsi mikroorganisme di dalam tanah maka perlu pemberian bahan organik seperti pupuk hayati yang terkandung beberapa mikroorganisme seperti rhizobium, azotobacter, azospirillum dan mycoriza. Salah satu mikroorganisme
6
seperti mikoriza dapat meningkatkan bobot tongkol berkelobot/m2 pada jagung manis sebesar 17.9% (Hartanti, 2013). Selain mengandung mikroorganisme, pupuk organik cair juga mengandung asam amino dan hormon yaitu Giberelin, Sitokinin dan IAA. Hormon adalah zat bukan hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil untuk merangsang pertumbuhan (Lakitan, 2012). Terdapat dua jenis hormon yaitu hormon yang diproduksi tanaman secara alami dan hormon sintetis. Contoh hormon tersebut adalah auksin dan giberelin. Auksin berfungsi merangsang pembentukan akar, pemanjangan sel, dan merangsang diferensiasi sel. Giberelin berfungsi merangsang pemanjangan batang, pembelahan sel, dan memecah dormansi biji (Hanafiah, 2010). Selain itu dalam penelitian Mukhlis dan Lestari (2013) menyatakan bahwa penggunaan pupuk hayati ini juga meningkatkan efisiensi pupuk anorganik sebesar 50%.
Bahan organik dengan tujuan pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah potensial perlu diupayakan. Selain memerlukan dosis yang lebih rendah juga dapat meningkatkan konservasi bahan organik tanah dan menekan emisi CO2 (Subowo, 2010). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Obid dkk. (2016) menunjukkan bahwa, tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, berat 100-butir dan jumlah tongkol pada tanaman jagung meningkat karena pupuk hayati. Kelengkapan kandungan pupuk hayati dan kombinasinya dengan pupuk N, P, K diharapkan memberikan pengaruh positif bagi tanaman yang dapat dilihat dari hasil produksi, biomassa, dan kualitas pascapanen jagung manis (Gambar 1). Hal ini didukung oleh penelitian Purwanti dkk. (2014) yang menyatakan bahwa kombinasi konsentrasi pupuk hayati dan
7
dosis pupuk N, P, K berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis kultivar Talenta.
Unsur N mudah tercuci dan menguap
Diimbagi penambahan organik (Pupuk Hayati)
Unsur P rendah akibat fiksasi Al dan Fe
Unsur K mobile dan mudah tercuci
Diberikan pupuk anorganik Urea, Sp-36, KCl
Kombinasinya diharapkan menghasilkan produksi tinggi dan berkualitas
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
1.3 Hipotesis
1. Aplikasi pupuk anorganik, bionutri, dan kombinasinya menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman lebih baik dari pada perlakuan kontrol. 2. Perlakuan pupuk hayati (bionutri) diduga dapat memberikan hasil yang sama dengan pupuk anorganik.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung Manis
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan komoditas pertanian yang disukai oleh masyarakat karena rasanya lebih manis dari jagung biasa dan pada umumnya disajikan dalam bentuk jagung rebus/ bakar. Jagung manis termasuk tanaman hortikultura walaupun secara morfologi tidak berbeda dibandingkan dengan jagung pakan (field corn). Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010) setiap 100 gram jagung manis yang dikonsumsi mengandung energi 96 kalori, karbohidrat 22,8 gram, protein 3.5 gram, lemak 1.0 gram, P 111 mg, Fe 0.7 mg, dan air 72.7 gram. Jagung manis kultivar Talenta merupakan salah satu benih unggul jagung manis. Berat tongkol dapat mencapai 310 – 450 g, serta panjang tongkol yang dapat mencapai 22 cm dan diameter tongkol 6 cm. Kadar gula jagung manis kultivar Talenta ini berkisar antara 12-14 0Brix (Talenta, 2015). Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious) artinya benang sari (tassel) dan putik (tongkol) terletak pada bunga yang berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama. Bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh sebagai perbungaan samping yang berkembang pada ketiak daun. Rambut tongkol biasanya muncul 1-3 hari setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap diserbuki
9
(reseptif) ketika keluar dari kelobot. Akar primer awal pada jagung manis setelah perkecambahan menandakan pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Batang tanaman kaku dan tingginya berkisar 1,5 m-2,5 m serta terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut (Budiman, 2013). Lahan yang baik untuk jagung manis adalah lahan kering yang berpengairan cukup, tadah hujan, terasering, gambut yang telah diperbaiki, dan sawah yang telah ditanami padi. Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman jagung manis harus ditanam di lahan terbuka (bebas naungan) yang terkena sinar matahari penuh minimal 8 jam/hari, tanah gembur atau remah dan subur, drainase bagus, pH netral (5,5-7), serta cukup air (Syukur dan Rifianto, 2014). Tanaman jagung manis dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000–1.800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0–600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
2.2 Urea, Sp-36, KCl Tanaman yang kekurangan atau defisiensi nitrogen akan mengalami (klorosis) karena kekurangan klorofil, pada tanaman dewasa adalah daun menguning dari ujung daun kearah tulang daun sehingga pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil (Syukur dan Rifianto, 2014). Selain itu, defisiensi N
10
dapat meningkatkan kadar air biji dan menurunkan produksi dan kualitas. Pada jaringan tumbuhan nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam-asam amino. Setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein, maka nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan anzim. Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan auksin (Lakitan, 2012). Fosfor di dalam tanah sukar tercuci oleh air hujan maupun air pengairan. Hal ini dikarenakan fosfor bereaksi dengan ion lain dan membentuk senyawa yang tingkat kelarutannya berkurang, sehingga menjadi senyawa yang tidak mudah tercuci, bahkan sebagian menjadi ion yang tidak tersedia untuk tanaman atau terfiksasi oleh senyawa lain (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Hal ini ditambahkan oleh pendapat Lakitan (2012) bahwa ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe berakibat pada rendahnya hasil tanaman yang diusahakan terutama pada tanah yang masam. Oleh sebab itu perlu penambahan bahan organik yang dapat melepaskan ikatan P dengan senyawa lain seperti Fe, Al dan Ca. Fosfor dalam tanaman mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer energi, pembelahan dan pembesaran sel, serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji.
Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme tanaman. Kalium dalam tanah sering ditemui sebagai faktor pembatas, karena K merupakan unsur hara yang
11
mobile dan sangat peka terhadap pencucian, terutama di daerah tropik dengan curah hujan yang tinggi (Lakitan, 2012). Pemupukan K akan berpengaruh terhadap dinamika K dalam tanah. Lebih lanjut dikatakannya, hara K bertambah dari pemupukan K dan pelepasan dari K terfiksasi. Pada pengelolaan pertanian komersial, rekomendasi kebutuhan pupuk K didasarkan pada uji tanah K yang disebut Kation K yang dapat dipertukarkan (Utomo dkk., 2016).
2.3 Pupuk Hayati
Salah satu pembentuk tanah adalah bahan organik sehingga sangat penting dilakukan penambahan organik ke dalam tanah melalui pupuk organik. Husna (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bahan organik dapat mengatasi permasalahan di lahan sulfat masam dengan cara memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah lewat proses kehelatisasi. Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung bahan aktif mikroba yang mampu menghasilkan senyawa yang berperan dalam proses penyediaan unsur hara dalam tanah. Kelompok mikroba yang sering digunakan dalam pupuk hayati adalah mikroba-mikroba yang dapat menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan hara P dan K. Hal ini sesuai dengan penelitian Permatasari dkk. (2014) yang menyatakan bahwa inokulan bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikoriza asal Desa Condro, Jawa Timur berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit. Pupuk hayati memberikan respon positif terhadap penambahan unsur hara, salah satunya fosfor. Hal ini ditambahkan oleh hasil penelitian Mohammed (2012) yang menyatakan bahwa fosfor yang terdapat dalam pupuk hayati menunjukkan respon positif terhadap peningkatan berat kering akar pada tanaman jagung hibrida.
12
Salah satu mikroba yang terdapat dalam pupuk hayati adalah Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA). Fungi mikoriza arbuskular berperan dalam perbaikan struktur tanah, meningkatkan kelarutan hara atau ketersediaan hara bagi tanaman (Indriani dkk., 2011). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Antralina (2015) bahwa aplikasi pupuk hayati memberikan efek yang positif terhadap populasi total bakteri yang nyata lebih tinggi dibanding dengan perlakuan tanpa pupuk hayati.
Menurut Saraswati (2008) penggunaan pupuk organik hayati sebagai salah satu komponen teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan komplementer terhadap komponen teknologi lain, sehingga sangat tepat untuk digunakan dalam peningkatan produktivitas pertanian. Wachjar dkk. (2006) dalam penelitiannya manyatakan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap peubah-peubah pertumbuhan tanaman teh belum menghasilkan. Pupuk hayati hanya bersifat membantu penyediaan hara yang teratur dan seimbang sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman sehingga mampu mengurangi dosis pemupukan anorganik. Penggunaan pupuk hayati juga sangat menguntungkan bagi lingkungan, karena dapat mengurangi pencemaran yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik.
13
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Pertanian Jalan Harapan Kelurahan Kota Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Secara geografis, lokasi ini berada pada koordinat 1050 15’ 23” s.d. 1050 15’ 82” BT dan 50 21’ 86” s.d 50 22’ 28” LS. Percobaan dilaksanakan pada Desember 2015 samapai dengan Maret 2016. Sebelum percobaan dilaksanakan, sampel tanah dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung untuk diketahui sifat kimianya.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis kultivar Talenta (Lampiran 6), pupuk hayati Bionutri (Lampiran 7), pupuk Urea, SP36, KCl, air, label, dan patok. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, cangkul, koret, mistar, jangka sorong, handrefraktometer, timbangan, ember, gembor, oven, pisau, selang, tali plastik, karung, sprayer dan kamera.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Dari data yang diperoleh, dianalisis dan diuji homogenitas dengan
14
menggunakan Uji Barlet dan Uji Tukey, apabila hasil analisis menunjukkan nyata dilakukan pengujian lanjutan menggunakan Uji BNJ 5%.
Adapun perlakuan yang diuji adalah H1 : Kontrol H2 : Urea 300 kg/ha, Sp-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha (Syukur dan Rifianto, 2014). H3 : Bionutri 5ml/l H4 : Bionutri 5ml/l + Urea 300 kg/ha, Sp-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha H5 : Bionutri 5ml/l + Urea 180 kg/ha, Sp-36 90 kg/ha, KCl 60 kg/ha H6 : Bionutri 5ml/l + Urea 60 kg/ha, Sp-36 30 kg/ha, KCl 20 kg/ha
3.4 Pelaksanaan 3.4.1
Pengujian efektifitas Bionutri
Pengujian Bionutri (24 Desember 2015) dilakukan untuk mengetahui keaktifan mikroba didalam pupuk. Pengujian dilakukan dengan cara melarutkan 20-25 ml Bionutri dengan 1 sendok makan gula pasir, ½ sendok makan tepung beras, dan 250 ml air. Larutan didiamkan 3-5 hari dan indikasi mikroba masih aktif adalah terdapat busa putih diatas larutan (Gambar 2).
Busa Putih
Gambar 2. Proses uji keaktifan mikroba terhadap pupuk hayati Bionutri
15
3.4.2
Persiapan lahan
Persiapan lahan (3 Desember 20015) diawali dengan mengukur luas lahan yaitu 135 m2 kemudian melakukan pembersihan lahan dari gulma-gulma yang tumbuh. Setelah itu dibuat petak perlakuan sebanyak 6 petak dan diulang sebanyak tiga kali dengan jumlah 18 petak percobaan. Lahan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 15-20 cm, kemudian petak dibuat dengan ukuran 3 x 2,5 m2 dengan jarak petakan 20-30 cm (Gambar 3).
Gambar 3. Proses pengukuran dan pembuatan petak percobaan sebelum tanam
3.4.3 Analisis Tanah Analisis tanah dilakukan sebelum penanaman benih. Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan unsur hara yang tersedia dalam tanah dan diambil titik sampel secara acak. Parameter yang dianalisis meliputi pH tanah, N-total, (metode Kjedhal (%), P-tersedia (metode Bray (ppm), K-total (ppm), K-dd (me/100 g), dan C-organik (%) (metode Walkey & Black).
16
3.4.4
Penanaman benih jagung manis
Penanaman benih jagung manis (28 Desember 2015) dilakukan dengan menanam dua benih jagung dengan cara ditugal pada setiap lubang tanam dengan menggunakan jarak tanam 70 x 20 cm (70 cm antar barisan dan 20 cm dalam barisan) sehingga didapatkan 64 lubang tanam (Gambar 4).
Gambar 4. Proses penanaman benih jagung manis kultivar Talenta
Setelah ditanam pada saat tanaman berumur 2 MST dilakukan penjarangan. Penjarangan (11 Januari 2016) dilakukan agar tersisa satu tanaman sehat. Penjarangan dilakukan dengan cara memotong bagian batang bawah tanaman tepat berada di permukaan tanah dengan menggunakan gunting (Gambar 5).
Gambar 5. Proses penjarangan tanaman jagung manis di lahan percobaan
17
3.4.5
Aplikasi pupuk
Sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk kompos (20 Desember 2015) dengan dosis 5 ton/ha dan apabila dikonversikan dalam petak menjadi 1,5 kg/petak sebagai pupuk dasar. Pengaplikasian pupuk hayati Bionutri dilakukan dengan cara melarutkan pupuk dalam air lalu diaplikasikan dengan disemprot pada daun dengan menggunakan konsentrasi 5ml/l. Aplikasi pupuk hayati dilakukan setiap dua minggu sekali dilakukan pada 7 HST (4 Januari 2016), 21 HST (18 Januari 2016), 35 HST (1 Februari 2016) dan 49 HST (15 Februari 2016). Pupuk N, P, K dengan dosis rekomendasi diaplikasikan dengan cara dilarik di sekitar perakaran tanaman kemudian ditutup dengan tanah dan pengaplikasian dilakukan satu minggu setelah tanam (4 Januari 2016) (Gambar 6).
Gambar 6. Proses pengaplikasian pupuk N, P, K dan pupuk Bionutri
3.4.6 a.
Perawatan tanaman Penyiangan gulma Penyiangan gulma (4 Januari 2016) rutin dilakukan saat tanaman berumur 1-4 minggu. Setelah tanaman berusia lebih dari empat minggu penyiangan dilakukan bila gulma menutupi lahan 30% dengan cara mencabutnya.
18
b.
Pembumbunan Pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 4 MST (25 Januari 2016) dengan cara menimbun akar tanaman jagung yang naik keatas permukaan dengan menggunakan tanah. Tujuannya agar tanaman tidak mudah rebah.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Pengendalian hama dan penyakit tanaman (8 Februari 2016) dilakukan dengan cara manual atau membuangnya. Namun hama dan penyakit tanaman tidak banyak ditemui dilahan percobaan. Hal ini terjadi karena lahan percobaan terisolasi dari lingkungan luar, sehingga tempat percobaan sesuai untuk pertanian organik. Terdapat beberapa hama yang ditemukan seperti ulat grayak dan belalang (Gambar 7).
Gambar 7. Ulat dan belalang ditemukan pada fase generatif jagung manis
3.4.7
Panen Pemanenan dilakukan pada 70 hari setelah tanam (11 Maret 2016). Jagung manis yang siap panen ditandai oleh rambutnya yang telah berwarna coklat kehitaman, kering dan tidak dapat diurai, ujung tongkol sudah terisi penuh, dan warna biji kuning mengkilat (Gambar 8).
19
Gambar 8. Proses pemanenan dilakukan pada pagi hari
3.5
Variabel Pengamatan
3.5.1
Jumlah daun (Helai) Pengamatan jumlah daun dilakukan saat tanaman berumur 21 HST (18 Januari 2016) pada sampel dari daun pertama hingga daun terakhir sampai vegetatif maksimum saat tanaman berumur 49 HST (15 Februari 2016). Daun yang dihitung yaitu daun yang telah membuka penuh sedangkan daun pucuk belum dihitung. Pada variabel pengamatan, diambil pengamatan jumlah daun saat berumur 35 HST (1 Februari 2016) (Gambar 9).
Gambar 9. Proses pengamatan jumlah daun yang dilakukan di lahan percobaan
20
3.5.2
Indeks Luas Daun (Tanpa Satuan) Indeks luas daun diamati pada saat tanaman berumur 10 MST (10 Maret 2016) saat vegetatif maksimum. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan mengukur panjang dan lebar daun maksimum terlebih dahulu (Gambar 10), kemudian dilakukan penghitungan dengan rumus dibawah ini : ILD = Panjang x lebar daun maksimum x jumlah daun/ tanaman Jarak tanam
Gambar 10. Proses pengukuran panjang dan lebar daun untuk hasil ILD
3.5.3
Bobot brangkasan basah (g) Penimbangan bobot segar brangkasan tanaman dilakukan pada hari panen (11 Maret 2016) dan diperoleh dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman di atas tanah, kecuali biji dan akar tanaman (Gambar 11).
21
Gambar 11. Proses penimbangan bobot brangkasan basah (g)
3.5.4
Bobot tongkol berkelobot (g) Penimbangan bobot tongkol berkelobot dilakukan pada hari panen (11 Maret 2016) dan diperoleh dengan cara menimbang satu tongkol jagung manis berkelobot dengan menggunakan timbangan manual (Gambar 12).
Gambar 12. Proses penimbangan bobot tongkol berkelobot dihari panen
22
3.5.5
Bobot tongkol tanpa kelobot (g) Penimbangan bobot tongkol tanpa kelobot dilakukan pada hari panen (11 Maret 2016) dan diperoleh dengan cara menimbang satu tongkol jagung manis tanpa kelobot dengan menggunakan timbangan manual (Gambar 13).
Gambar 13. Proses penimbangan bobot tongkol tanpa kelobot dihari panen
3.5.6 Produksi per petak (g) Penimbangan bobot produksi per petak dilakukan pada hari panen (11 Maret 2016) dan diperoleh dengan cara menimbang produksi pada tiap petak dengan menggunakan timbangan manual (Gambar 14)
Gambar 14. Proses penimbangan produksi per petak dihari panen
23
3.5.7 Panjang tongkol (cm) Pengukuran panjang tongkol dilakukan pada hari panen (11 Maret 2016). Diukur panjang tongkol dengan menggunakan penggaris dan pengukuran dimulai dari pangkal muncul biji sampai ujung tongkol (Gambar 15).
Gambar 15. Proses pengukurtan panjang tongkol menggunakan penggaris
3.5.8
Brix (satuan 0Brix) Pengukuran Brix dilakukan dengan menggunakan handrefractometer untuk mengetahui kadar kemanisan jagung manis pada hari panen (11 Maret 2016), hari ke 5 (16 Maret 2016) dan hari ke 8 setelah panen (19 Maret 2016) (Gambar 16).
Gambar 16. Proses pengamatan indeks kemanisan jagung manis (0Brix)
24
3.5.9
Penampilan tongkol Kualitas berdasarkan penampilan tongkol diukur langsung menggunakan mata telanjang mencakup semua atribut produk yang terlihat berdasarkan kriteria penilaian. Data penampilan tongkol tidak dilakukan analisis ragam karena pengambilan data merupakan data diskrit. Penampilan internal dengan skala 1 (sangat buruk) 2 (buruk) s.d. 4 (menarik) 5 (sangat menarik), adapun kriteria penilaiannya adalah (a) kelurusan biji, (b) kecerahan biji, (c) ukuran biji, dan (d) penampilan secara umum.
3.5.10 Susut bobot (g) Pengamatan pascapanen susut bobot tanaman jagung manis dilakukan pada hari ke 5 (16 Maret 2016) dan hari ke 8 (19 Maret 2016). Pengamatan dilakukan pada suhu ruang dengan menggunakan timbangan elektrik (Gambar 17).
Gambar 17. Proses penimbangan susut bobot tongkol jagung manis
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan yaitu : 1. Pengaruh perlakuan pupuk N, P, K, pupuk Bionutri, dan kombinasinya lebih baik dari pada pengaruh perlakuan kontrol. 2. Tidak ada perbedaan pengaruh antara perlakuan pupuk N, P, K, pupuk Bionutri, dan kombinasinya. 3. Perlakuan Bionutri 5 ml/l (H3) dipilih sebagai perlakuan terbaik karena biaya bahan dan aplikasi relatif lebih murah dan ramah lingkungan. 5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan pupuk anoganik, Bionutri dan kombinasinya memberikan hasil yang baik. Namun perlu dilakukan penelitian lanjutan pada aplikasi pemberian pupuk Bionutri yaitu dengan pemberian melalui tanah (kocor) sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap peningkatan produksi dan kualitas tanaman jagung manis.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, U. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan Sayuran. Graha Ilmu. Yogyakarta. Aminuddin. 2010. Kajian Pola Respirasi dan Mutu Brokoli (Brassica oleraceae L. var italic) Selama Penyimpanan Dengan Beberapa Tingkatan Suhu. Jurnal Penyuluhan Pertanian STPP Manokwari 44-59 Antralina, M., D. Kania., J. Santoso. 2015. Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Kalimpahan Bakteri Penambat Nitrogen dan Pertumbuhan Tanaman Kina (Cinchona ledgeriana Moens) klon Cib. 5. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 18 (2) : 177-185 Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung Organik Varizetas Baru yang Kian Diburu. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Boraste A., Vamsi K.K., Jhadav A., Khairnar Y., Gupta N., Trivedi S., Patil P., Gupta G., Gupta M., Mujapara A.K., Joshi B. 2009. Biofertilizers: A novel tool for agriculture. International Journal of Microbiology Research (1) 2 : 23-31 Devanesan, J.N., A. Karuppiah, and C. V. K. Abirami. 2011. Effect Of Storage Temperature, O2 Concentrations and Variety On Respiration Of Mangoes. Journal of Agrobiology 28 (2) : 119-128. Erwiyono, Rudy., A. A. Sucahyo., Suyono dan S. Winarso. 2006. Keefektifan Pemupukan Kalium Lewat Daun Terhadap Pembungaan dan Pembuahan Tanaman Kakao. Pelita Perkebunan 22 (1) : 13-24 FAO. 2013. Food wastage footprint: Impacts on natural resources. Firmansyah, I. U., S. Saenong, B. Abidin, Suarni, dan Y. Sinuseng. 2006. Proses Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Produk Biji Jagung Berskala Industri dan Ekspor. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 1-15. Gardjito, M., W. Handayani, R. Salfarino. 2016. Penanganan Segar Hortikultura Untuk Penyimpanan & Pemasaran. Kencana. Jakarta. Hanafiah, K.A., A.Napoleon., N. Ghofar. 2010. Biologi Tanah Ekologi & Mikrobiologi Tanah. Rajawali Pers, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Hardjowigono, S. 1987. Ilmu Tanah. Madyatama Saran Perkasa. Jakarta.
Hartanti, Ima. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza Dan Rock Phosphate Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Husna, Nurul. 2014. Pengelolaan Bahan Organik Di Tanah Sulfat Masam. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 152 : 1-7 Indriani, M. P., Mansyur., I. Susilawati., R. Z. Islami. 2011. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan Melalui Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA). Pastura. 1 (1) : 27-30 Javaid, Arshad. 2011. Effects of Biofertilizers Combined With Different Soil Amendments on Potted Rice Plants. Chilean Journal of Agricultural Research 71 (1) : 157-163 Kartosapoetro, A. G. 2003. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta. Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Mahdi, S. S., G.I. Hassan, S. A. Samoon, H.A. Rather, S. A. Dar and B. Zehra. 2010. Bio-Fertilizers In Organic Agriculture. Journal of Phytology 2 (10) : 42-54. Mihov M. dan I. Tringovska. 2010. Energy Efficiency Improvement of Greenhouse Tomato Production by Applying New Biofertilizers. Bulgarian Journal of Agricultural Science 16 (4) : 454-458 Mohammed A. A. 2012. Effect of Bio-Fertilizer on Physiology of Growth and Development of Maize ( Zea mays L.) in Sulaimani Region. Journal Mesopotamia of Agricultural 40 (1) Mukhlis and Y. Lestari. 2013. Effects Of Biofertilizer “M-Star” On Land Productivity And Growth Of Sweet Corn In Acid Sulphate Soil Of Swampland. Agrivita. 35 (3) : 242-248 Murbandono, H. S. L. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. Murdiati, A., Sutrisno. 2010. Memperpanjang Umur Simpan Jagung Manis (Zea mays Saccharata) dengan Penyimpanan Dalam Udara Termodifikasi dan Suhu Rendah. Prosiding Seminar Nasional APTA Jurusan Teknologi Pertanian FTP UGM. Yogyakarta. Mutari, A. and R. Debbie. 2011. The Effects of Post Harvest Handling and Storage Temperature on The Quality and Shelf of Tomato. African Journal of Food Science 5 (7) : 446-452 Obid, S. A., A. E. Idris., B. E. A. M. Ahmed. 2016. Effect of Bio-Fertilizer on Growth and Yield of Two Maize (Zea mays L.) Cultivars at Shambat, Sudan. Scholars Journal of Agriculture and Veterinary Sciences 3 (4) : 313-317 Permatasari, A. D. dan T. Nurhidayati. 2014. Pengaruh Inokulan Bakteri Penambat Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat dan Mikoriza Asal Desa Condro,
Lumajang, Jawa Timur terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit. Jurnal Sains dan Seni Pomits 3 (2) : 44-48 Purwanti, Lutfi., W. Sutari., Kusumiyati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Hayati Dan Dosis Pupuk N, P, K Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Kultivar Talenta. Agricultural Science Journal 1 (4) : 177-188 Ramana, V., M. Ramakrishna, K. Purushotham and K. B. Reddy. 2011. Effect of Bio-fertilizers on Growth, Yield and Quality of French Bean (Phaseolus vulgaris L.) Vegetable Science 38 (1) : 35-38 Rashid, S., R. Kurt, A.Bern, and Carl. 2013. Effects of Deterioration Parameters on Storage of Maize: A Review. Journal of Natural Sciences Research 3 (9) Roesmarkam, A dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta Salunke, D. K. dan B. B. Desai. 1984. Postharvest Biotechnology of Fruits. 2 CRC Press Inc., Boca Rotan, Florida. Saraswati, R. dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan 3 (1) : 47-58 Subowo, G. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik Untuk Kesuburan dan Produktivitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumberdaya Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan 4 (1). Suratmini, Putu. 2009. Kombinasi Pemupukan Urea dan Pupuk Organik pada Tanaman Jagung Manis di Lahan Kering. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 28 (2). Syukur, M. dan A. Rifianto. 2014. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. Talenta. http://www.benih pertiwi.co.id (diakses pada tanggal 20 September 2015). Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia. Bandung. Utomo, M., T. Sabrina., Sudarsono., J. Lumbanraja., B. Rusman., Wawan. 2016. Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengelolaan. Kencana Prenada Media Group Wachjar, A., Supijatno, dan D. Rubiana. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dua Klon Tanaman The (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) Belum Menghasilkan. Bulletin Agronomi 34 (3) : 160-164 Wei Liu, Cheng., Y. Sung, B. C. Chen., H. Y. Lai. 2014. Effects of Nitrogen Fertilizers on the Growth and Nitrate Content of Lettuce (Lactuca sativa L.). International Journal of Environmental Research and Public Health (11) : 4427-4440 Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Mbrio Press. Bogor.
LAMPIRAN