Pengaruh Kombinasi Media Tanam Kompos dengan Limbah Tepung Udang Terhadap Pertumbuhan Aglaonema ( Aglaonema costatum ) Yennani1, Surti Kurniasih2, Susi Sutjihati3 ABSTRACT In Aglaonema costatum cultivated for optimal plant growth plants need nutrients, both micro and macro. The nutrients obtained from the soil than can be obtained with added compost. Another alternative organic materials that can be used as fertilizer and growing media is flour shrimp waste. This study aimed to determine the effect of a combination of compost to the planting medium shrimp waste powder on Yanga different concentrations on plant growth Aglaonema costatum, and to determine the most optiamal concentrations on plant growth Aglaonema costatum. The method used was a completely randomized design (CRD) with six levels of factors: 0% (without flour shrimp waste), 4%, 8%, 12%, 16%, 20%. Each treatment was repeated four times, so the number of units of observation 24. Variables measured were the number of leaves and plant height, observations were made 3 weeks for 12 weeks. Research data on the homogeneity and normality. After normal and homogeneous criteria, then analysis of variance (ANOVA). Test results (ANOVA) showed that the F count > F table. Thus Ha accepted and Ho rejected. This means that there are differences in plant growth Aglaonema costatum at different concentrastion of starch prawn waste compost with different. Further to compare one treatmen with another Duncens test. Duncens test result showed concentration of shrimp waste mael at on optimum which is 4%, both for the number of leaves and plant height Aglaonema costatum. Key words : Shrimp Waste, Compost, Plants Aglaonema ABSTRAK Dalam pembudidayaan Aglaonema costatum untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yang optimal tanaman membutuhkan unsur hara, baik mikro maupun makro. Unsur hara tersebut selain diperoleh dari dalam tanah dapat diperoleh dengan ditambahkan kompos. Alternatif bahan organik lain yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan media tanam adalah tepung limbah udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi media tanam pupuk kompos dengan limbah tepung udang pada konsentrasi yanga berbeda terhadap pertumbuhan tanaman Aglaonema costatum, dan untuk mengetahui konsentrasi yang paling optiamal pada pertumbuhan tanaman Aglaonema costatum. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam taraf faktor yaitu : 0% (tanpa tepung limbah udang), 4%, 8%, 12%, 16%, 20%. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali, sehingga jumlah satuan pengamatan 24. Peubah yang diamati adalah jumlah daun dan tinggi tanaman, pengamatan dilakukan 3 minggu sekali selama 12 minggu. Data hasil penelitian di uji homogenitas dan normalitas. Setelah memenuhi kriteria homogen dan normal, kemudian dianalisis variansi (ANAVA). Hasil uji (ANAVA) menunjukan bahwa F hitung > dari pada F tabel. Dengan demikian, Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti tedapat perbedaan pertumbuhan tanaman Aglaonema costatum pada berbagai konsentrasi kompos dengan limbah tepung udang yang berbeda. Selanjutnya untuk membandingkan perlakuan yang satu dengan yang lainnya dilakuakan uji Duncans. Hasil uji Duncan menunjukkan konsentrasi limbah tepung udang yang optimal yaitu 4%, baik untuk jumlah daun maupun tinggi tanaman Aglaonema costatum.
Kata Kunci : Limbah udang, Kompos, Tanaman Aglaonema 1
Mahasiswa Program Pendidikan Biologi FKIP Pakuan Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Pakuan 3 Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Pakuan 2
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
PENDAHULUAN Berbagai jenis tanaman hias telah banyak dibudidayakan, salah satunya yang sangat populer adalah Aglaonema. Aglaonema termasuk dalam suku Araceae, berbagai genus dari Araceae sukses menjadi penguasa pasar tanaman hias di Tanah Air sekitar 10 tahun terakhir, seperti Philodendron, Anthorium, Caladium, Alokasia, Dieffenbanchia, dan tentu saja Aglaonema (Hambali, 2007). Aglaonema merupakan tanaman hias yang relatif mudah dalam perawatannya. Tanaman ini biasa hidup di tempat-tempat dengan pencahayaan terbatas atau tidak ada cahaya matahari langsung seperti di bawah naungan pohonpohon besar. Aglaonema tumbuh optimal pada pencahayaan sekitar 40%. Intensitas sinar matahari lebih dari 50% yang diterimanya bisa mengakibatkan daundaunnya berwarna kusam, bahkan terbakar dan akhirnya mati (Kencana dan Sintia, 2006). Tanaman Aglonema memiliki daya tarik pada daunnya yang elegan dan indah, dapat menyejukkan mata, sehingga dijadikan sebagai tanaman hias favorit di rumah. Tanaman ini dapat memberikan suasana segar dan nuansa hijau sehingga menimbulkan kesan asri, damai, dan tenang. Selain itu, tanaman ini juga efektif menyerap polutan sehingga sangat sesuai diletakkan di dalam ruangan (Lakitan,2004). Tanaman aglaonema mulai meroket sejak tahun 2000, yakni saat muncul jenis silangan baru. Harganya mulai dari puluhan ribu hingga ratusan juta rupiah (Kencana dan Sintia, 2006). Bahan nutrisi untuk pertumbuhan Aglaonema tentunya diperoleh dari tanah dan juga hasil pemupukan. Ditinjau dari bahan bakunya, pupuk dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik (kompos) merupakan pupuk yang berasal dari bahanbahan organik seperti limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar atau kota, kertas, kotoran atau limbah peternakan, pertanian perikanan, agroindustri, pabrik kertas, pabrik gula, pabrik kelapa sawit, dan limbah perikanan. Kompos sampah membantu mengurangi terjadinnya pencemaran lingkungan, terutama sampah. Bagi tanah,
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
kompos dapat memberi atau menambah unsur hara, dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Perbaikan kualitas tanah yang didukung dengan unsur hara yang mencukupi membuat tanaman yang tumbuh memberikan produksi yang optimal. Kompos sangat berperan dalam proses produksi tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yuwono, 2003). Limbah perikanan berpotensi sebagai sumber hara yaitu limbah udang yang merupakan limbah industri pengolahan udang beku. Limbah tepung udang yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari limbah rumah makan, limbah restoran, limbah sisa penjualan udang di pasar dan limbah rumah tangga. Limbah udang mengandung protien 41,9%, khitin 17,0%, dan lemak 4,5% bahan kering. Limbah udang dapat dijadikan pupuk dengan cara diubah menjadi tepung terlebih dahulu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kombinasi Media Tanam Kompos dengan Limbah Tepung Udang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Aglaoenema (Aglaonema costatum) ”. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Raya Dr. Semeru, Semeru Hijau Kavling 7, Desa Lingkungan Menteng Kotamadya Bogor Barat Kabupaten Bogor, yaitu bulan Januari-April 2013. Bahan tanaman yang digunakan dalam Penelitian ini adalah anakan tanaman Aglaonema (Aglaonema costatum) sebanyak 24 buah, kompos sampah organik 30 kg, EM-4 (4 ml), limbah udang 3,5 kg (kulit, ekor dan kepala), tanah latosol 30 kg, gula merah 4 gr, dan air secukupnya. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilakukan dengan 6 perlakuan dan masingmasing perlakuan dilakukan 4 kali pengulangan. Faktor kosentrasi limbah udang yang terdiri atas 6 taraf faktor, yaitu: A (0%), tanah 1000 g + kompos 1000 g + tanpa tepung limbah udang. B (4%), tanah 1000 g + kompos 960 g + 40 g tepung limbah udang. C (8%) , tanah 1000 g + kompos 920 g + 80 g tepung limbah udang. D (12%), tanah 1000 g + kompos 880 g +
120 g tepung limbah udang. E (16%), tanah 1000 g + kompos 840 g + 160 g tepung limbah udang. F (20%), tanah 1000 g + kompos 800 g + 200 g tepumg limbah udang. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga jumlah perlakuan seluruhnya ada 24 perlakuan, dan setiap perlakuan terdiri dari 1 tanaman. Pengamatan dilakukan setiap 3 minggu sekali selama 12 minggu. Variabel respon yang diamati dalam pertumbuhan tanaman Aglaonema yaitu tinggi tanaman, diukur dari dasar media tanam sampai ujung batang (ruas atas) serta jumlah daun, dihitung sampai tanaman tumbuh dengan sempurna. Berikut adalah bagan pembuatan kompos tepung limbah udang.
Gambar 1 Bagan Pembuatan Kompos Tepung Limbah Udang. Data yang diperoleh dari pengamatan selanjutnya diuji dengan uji homogenitas dan normalitas sebagai uji prasyarat. Data yang memenuhi kriteria homogen dan normal dilanjutkan uji hipotesis menggunakan ANAVA. Selanjutnya dilanjutkan uji duncans untuk membandingkan perbedaan perlakuan yang satu dengan yang lainnya. HASIL PENELITIAN Jumlah Daun Tanaman Hias Aglaonema costatum Pengamatan dilakukan setiap 3 minggu selama 12 minggu, sehingga total pengamatan empat kali. Rata-rata jumlah
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
daun pada minggu ke-3 pada masing-masing perlakuan meningkat sampai pada minggu ke-12. Berdasarkan hasil pengamatan ratarata jumlah daun yang paling tinggi yaitu pada penggunaan limbah tepung udang dengan konsentrasi 4% dan rata-rata jumlah daun terendah pada konsentrasi 20%. Selama pengamatan berlangsung jumlah daun tanaman Aglaonema costatum terus bertambah. Pada minggu ke-3 rata-rata jumlah daun yang paling banyak dihasilkan pada penggunaan kompos dengan limbah tepung udang dengan konsentrasi 4% yaitu 3 helai daun. Konsentrasi 8% rata-rata 2,75 helai daun. Konsentrasi 12% rata-rata 2,5 helai daun. Konsentrasi 16% rata-rata 2,25 helai daun. Rata-rata jumlah daun yang rendah pada konsentrasi 20% yaitu 2 helai daun. Pada konsentrasi 0% rata-rata 2,25 helai daun. Pengamatan minggu ke-6 jumlah daun yang yang banyak dihasilkan pada penggunaan kompos dengan limbah tepung udang dengan konsentrasi 4%. Rata-rata 4 helai daun. Konsentrasi 8% rata-rata 3,5 helai daun. Konsentrasi 12% rata-rata 3,25 helai daun. Konsentrasi 16% rata-rata 3,25 helai daun. Konsentrasi 20% rata-rata memiliki jumlah daun yang rendah yaitu 2 helai daun. Konsentrasi 0% rata-rata 2,75 helai daun. Pengamatan minggu ke-9 ratarata jumlah daun yang banyak dihasilkan pada penggunaan kompos dengan limbah tepung udang dengan konsentrasi 4%. Ratarata 5,25 helai daun. Konsentrasi 8% ratarata 4,5 helai daun. Konsentrasi 12% ratarata 4 helai daun. Konsentrasi 16% rata-rata 3,75 helai daun. Konsentrasi 0% rata-rata 3,25 helai daun. Rata-rata jumlah daun yang rendah pada konsentrasi 20% yaitu 2,5 helai daun. Pengamatan minggu ke-12 jumlah daun yang banyak dihasilkan pada konsentrasi 4%. Rata rata 6,25 helai daun. Konsentrasi 8% rata-rata 5,25 helai daun. Konsentrasi 12% rata-rata 4,75 helai daun. Konsentrasi 16% rata-rata 4,5 helai daun Konsentrasi 0% rata-rata 4,25 helai daun. Konsentrasi 20% menghasilkan rata-rata yang sedikit yaitu 2,75 helai daun. Pertumbuhan rata-rata jumlah daun dapat dilihat pada gambar 2.
Tabel 1 Hasil Uji Anava Jumlah Daun Tanaman Aglaonema costatum. Perlakuan
F tabel
Pengamatan minggu ke-
F Hitung
3 6 9 12
3,01 12,38 13,88 20,65
4%
5%
1%
Keterangan
2,27 2,27 2,27 2,27
4,25 4,25 4,25 4,25
Berbeda nyata Berbeda sangat nyata Berbeda sangat nyata Berbeda sangat nyata
Gambar 2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Aglaonema costatum. Pada penggunaan tepung limbah udang. ♦ konsentrasi 0%. ■ konsentrasi 4%. ▲ konsentrasi 8%. × konsentrasi 12%. Җ konsentrasi 16%. ● konsentrasi 20%.
Berdasarkan hasil uji Anava untuk membandingkan antar perlakuan yang satu dengan yang lainnya dilakukan uji lanjut Duncans. Hasil uji Duncans menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman Aglanema costatum yang dihasilkan pada penggunaan konsentrasi limbah tepung udang 4% berbeda nyata dengan perlakuan yang lain tabel 2.
Gambar di atas menunjukkan pertumbuhan jumlah daun tanaman Aglaonema costatum tertinggi yaitu pada pemberian kombinasi kompos dan tepung limbah udang dengan konsentrasi 4%. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan. Data jumlah daun tanaman Aglaonema costatum yang diperoleh dari pengamatan minggu ke-3 sampai dengan pengamatan minggu ke-12, sebelumnya di uji dengan uji homogenitas sehingga diperoleh hasil nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel pada taraf 5% dengan db = 3, maka data hasil penelitian dinyatakan homogen. Data yang telah dinyatakan homogen, kemudian dilanjutkan uji normalitas. Pada uji normalitas diperoleh hasil bahwa pada pengamatan minggu ke-3 sampai pengamatan minggu ke-12 diperoleh persentase data – 1 SD dan + 1 SD lebih besar 68,26% sehingga data penelitian dinyatakan normal. Data hasil analisis variansi untuk pengamatan minggu ke-3 sampai dengan pengamatan minggu ke-12 diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel, sehingga hipotesis analisis (Ha) diterima. Artinya terdapat perbedaan jumlah daun tanaman Aglaonema costatum dengan penggunaan limbah tepung udang pada konsentrasi yang berbeda tabel 1.
Tabel 2 Hasil Uji Duncans Pengaruh Konsentrasi Limbah Tepung Udang terhadap Jumlah daun Tanaman Aglaonema costatum
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
Rata-Rata Jumlah Daun Perlakuan Minggu ke-3
Minggu ke-6
Minggu ke-9
Minggu ke-12
0%
2,25d
3,25b
3,25c
4,25d
4%
3a
4a
5,25a
6,25a
8%
2,75b
3,5b
4,5b
5,25b
12%
2,5c
3,25b
4b
4,75c
16%
2,25d
2,75c
3,75c
4,5c
20%
2e
2d
2,5d
2,75e
Ket : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikan 95% Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji Duncans terhadap jumlah daun tanaman Aglaonema costatum. Perlakuan 4%, 8%, 12%, dan 16% menghasilkan rata-rata jumlah daun yang lebih baik daripada konsentrasi yang lain (0% dan 20%). Tinggi Tanaman costatum
Hias
Aglaonema
Selama pengamatan berlangsung tinggi tanaman Aglaonema costatum terus bertambah dari minggu ke-3 sampai minggu ke-12, rata-rata paling tinggi dihasilkan pada konsentrasi 4% rata-rata 18,88 cm, rata-rata
tinggi tanaman paling rendah dihasilkan pada konsentrasi 20% da 16% dengan ratarata 18 cm (Gambar 3).
Tabel 3 Hasil Uji Anava Tinggi Tanaman Aglaonema costatum. Perlakuan
F Hitung
3 6 9 12
2,85 4,59 6,78 4,94
4%
Gambar
3 Rata-rata Tinggi Tanaman Aglaonema costatum dengan penggunaan tepung limbah udang ♦ konsentrasi 0%. ■ konsentrasi 4%. ▲ konsentrasi 8%. × konsentrasi 12%. Җ konsentrasi 16%. ● konsentrasi 20%.
Data yang diperoleh, selanjutnya di uji dengan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas pada pengamatan minggu ke-3 sampai pengamatan minggu ke-12 diperoleh hasil x2 hitung lebih kecil dari x2 pada taraf 5% dengan db = 3, maka tinggi tanaman Aglaonema costatum hasil penelitian dinyatakan homogen. Data yang telah dinyatakan homogen, kemudian dilanjutkan uji normalitas. Pada uji normalitas diperoleh hasil bahwa pada pengamatan minggu ke-3 sampai pengamatan minggu ke-12 diperoleh hasil bahwa persentase data – 1 SD dan + 1 SD lebih besar 68,26% sehingga data penelitian dinyatakan normal. Hasil uji prasyarat analisis menunjukkan data normal dan homogen. Data hasil perhitungan analisis variansi untuk pengamatan minggu ke-3 sampai dengan pengamatan minggu ke-12. Diperoleh F hitung lebih besar dari pada F tabel, sehingga hipotesis analisis (Ha) diterima. Berarti terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman Aglaonema costatum dengan penggunaan limbah tepung udang pada konsentrasi yang berbeda (Tabel 3).
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
F tabel
Pengamatan minggu ke-
5%
1%
Keterangan
2,27 2,27 2,27 2,27
4,25 4,25 4,25 4,25
Berbeda nyata Berbeda sangat nyata Berbeda sangat nyata Berbeda sangat nyata
Dalam membandingkan perlakuan yang satu dengan yang lainnya dilakukan uji Duncans. Hasil uji Duncans menunjukan bahwa tinggi tanaman Aglaonema costatum yang dihasilkan pada penggunaan konsentrasi limbah tepung udang 4% berbeda nyata dengan perlakuan yang lain tabel 4. Tabel 4 Hasil uji Duncans Pengaruh Konsentrasi Limbah Tepung Udang terhadap Tinggi Tanaman Aglaonema costatum.
Rata-rata Tinggi Tanaman
Perlakuan Minggu ke-3
Minggu ke-6 Minggu ke- 9 Minggu ke12 16,25a 17b 18,25d
0%
15,38b
4%
15,5a
16,88a
18,75a
21,5a
8%
15,5a
16b
18,5a
20b
12%
14,75c
15,75c
17b
19,75c
16%
14,63d
15,25d
16,75c
18,75d
20%
14,63d
15,25d
16,25c
18e
Ket : huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf signifikan 95% Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji Duncans terhadap tinggi tanaman hias Aglaonema costatum. Ternyata perlakuan 4%, 8%, 12%, dan 16% menghasilkan ratarata tinggi tanaman yang lebih baik dari pada konsentrasi yang lain (0% dan 20%). PEMBAHASAN Hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa terdapat perbedaan jumlah daun dan tinggi tanaman Aglaonema costatum pada berbagai kombinasi media tanam kompos dengan tepung limbah udang yang digunakan. Pada pengamatan minggu
ke-3 sampai dengan minggu ke-12 kombinasi media tanam kompos dengan limbah tepung udang memberikan pengaruh pada jumlah daun dan tinggi tanaman yang meningkat. Pemberian limbah tepung udang pada konsentrasi 4% menghasilkan rata-rata jumlah daun yang tinggi yaitu 6,25 helai daun dan tinggi tanaman 21,5 cm. Hal ini disebabkan karena kompos dengan limbah tepung udang pada konsentrasi 4% mempunyai keseimbangan unsur hara yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman Aglaonema costatum, sedangkan pada konsentrasi 20% menghasilkan rata-rata yang rendah yaitu 2,75 helai daun dan tinggi tanaman 18 cm, sedangkan pada konsentrasi 0% hanya menghasilkan 4,25 helai daun dan tinggi 18,25 cm, karena dalam media tanam tidak menggunakan tepung limbah udang sehingga unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak mencukupi unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Perbedaan konsentrasi pemberian kombinasi media tanam kompos dan tepung limbah udang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman Aglaonema costatum. Pada penggunaan konsentrasi tepung limbah udang 4%, 8%, 12%, 16%, tanaman Aglaonema costatum tumbuh dengan baik dan cepat dibandingkan dengan konsentrasi yang lain (0%, dan 20%). Hal ini ditandai dengan jumlah daun yang terus meningkat dan tinggi tanaman yang terus bertambah pada pengamatan minggu ke-3 sampai pengamatan minggu ke-12. Pada pengamatan jumlah daun minggu ke-12. Jumlah daun yang banyak pada konsentrasi 4% rata-rata 6,25 helai daun. Jumlah daun yang rendah pada konsentrasi 20% rata-rata 2,75 helai daun. Konsentrasi 0% rata-rata 4,25 helai daun. Pengamatan tinggi tanaman minggu ke-12. Tinggi tanaman yang tinggi pada konsentrasi 4% rata-rata 21,5 cm. Tinggi tanaman yang rendah pada konsentrasi 20% dan 0% ratarata 18 cm. Menurut Agus (2001), limbah kulit udang mengandung konstituen utama yang terdiri dari protein, kalisium karbonat, khitin, pigmen, abu, dan lain-lain yang berfungsi dalam pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil uji Laboratorium, tepung limbah udang mengandung unsur hara yang cukup esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
Unsur hara tersebut diantaranya adalah Nitrogen, Fosfor, Kalium, dan Magnesium. Tepung limbah udang memiliki kandungan unsur hara makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman Aglaonema costatum seperti Nitrogen (2,08%), Fosfor (1208,52 Mg/100g), Kalium (0,311%), dan Magnesium (287,45 Mg/100g). Oleh karena itu, limbah udang dapat dibuat sebagai bahan baku pupuk kompos. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, akar dan berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna untuk proses fotosintesis, membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik, serta meningkatkan mutu tanaman penghasil daun, meningkatkan perkembangbiakan mokroorganisme dalam tanah (Lakitan, 2004). Tepung limbah udang pada konsentrasi 4% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman Aglaonema costatum yang optimal. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi tersebut telah tercapai penyerapan unsur nitrogen yang sesuai. Sehingga jumlah daun dan tinggi tanaman menjadi optimal. Tepung limbah udang pada konsentrasi 0% menghasilkan jumlah daun yang rendah. Hal ini disebabkan karena kekurangan unsur hara seperti nitrogen yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil sehingga pertumbuhan tanamannya lambat. Menurut Topan (2007), nitrogen dibutuhkan dalam jumlah besar, terutama saat fase pertumbuhan (Vegetatif) seperti daun, batang, akar, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun. Pada konsentrasi 20% menghasil jumlah daun yang rendah dan menguning. Hal ini disebabkan karena kelebihan unsur hara seperti nitrogen dapat memperpanjang fase vegetatif pada tanaman sehingga memperlambat pematangan tanaman, mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Kelebihan unsur P dapat menyebabka kekurangan unsur Zn, Fe,dan Cu yang berfungsi untuk pematangan biji, pembentukan hormon pertumbuhan, pembentukan klorofil dan penyusunan enzim (Rosmarkam dkk, 2002). Unsur Fe berperan dalam proses pernafasan tanaman dan pembentukan daun hijau. Kekurangan Fe dapat menyebabkan daun menjadi kuning dan kering akhirnya
daun berguguran dan tanaman mati mulai dari pucuk (Lingga dan Marsono, 2000). Pada tepung limbah udang terdapat unsur kalium yaitu unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Cadangan unsur kalium dalam tanah cukup banyak. Kalium dapat membantu sistem perakaran pada pertumbuhan tanaman bila konsentrasinya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Apabila kekurangan kalium. Dapat mempengaruhi sistem perakaran dan pertunasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi tepung limbah udang 4% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman Aglaonema costatum yang optimal. Karena kandungan unsur kalium yang ada sesuia dengan konsentrasi yang dibutuhkan tanaman (Rosmarkam dkk, 2004). Konsentrasi 20% dan 0% menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman yang rendah karena unsur kalium yang diberikan melebihi ataupun kekurangan unsur kalium sehingga pertumbuhan lambat. Dalam tepung limbah udang terdapat magnesium yang dapat membantu mempercepat pertumbuhan bila konsentrasinya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Menurut Rosmarkam dkk (2002), magnesium mempunyai peranan penting terhadap metabolisme nitrogen, semakin banyak tanaman menyerap magnesium maka semakin tinggi juga kadar protein dalam akar ataupun pada bagian atas tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada konsentrasi tepung limbah udang 4% menghasilkan jumlah daun tanaman Aglaonema costatum yang paling optimal, karena unsur magnesium pada konsentrasi yang yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Fosfor pada tepung limbah udang dapat membantu mempercepat pertumbuhan bila konsentrasinya sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena jika kekurangan fosfor warna daun yang sudah tua menjadi keunguan, tepi daun coklat, dan tulang daun muda berwarna hijau gelap (Topan,2007). Hasil penelitian menunjukan bahwa limbah udang dengan konsentrasi 4% menghasilkan jumlah daun tanaman Aglaonema costatum optimal, karena unsur fosfor pada konsentrasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada konsentrasi 20% menghasilkan jumlah daun dan tinggi
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
tanaman yang rendah, karena unsur fosfor yang diberikan berlebihan, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan warna daun pun menguning. Menurut Topan (2007), apabila tanaman kelebihan fosfor maka berpengaruh terhadap fase pertumbuhan tanaman melambat dan tanaman tumbuh kerdil. Selain itu, warna daun berubah menjadi coklat, pertumbuhan daun mengecil, dan akhirnya rontok. Berdasarkan hasil penelitian, pada konsentrasi tepung limbah udang 20% pertumbuhan untuk jumlah daun dan tinggi tanaman rata-rata yang rendah yaitu 2,75 helai daun dan tinggi tanaman 18 cm, karena konsentrasi tepung limbah udang yang diberikan melampaui ambang batas toleransi dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman maka akan merusak pertumbuhan tanaman. Menurut Rosmarkam dkk (2002), apabila kadar unsur hara melampaui ambang batas toleransi dan tidak sesuai dengan kabutuhan tanaman akan menunjukan gejala penyimpangan pertumbuhan. Penyimpangan pertumbuhan ini umumnya berupa keracunan, yang gejalanya berbeda antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Pemberian nitrogen yang berlebihan juga menyebabkan tanaman mudah rebah, serta perakaran akan menjadi lebih sempit. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur hara yang diberikan harus sesuai kebutuhan. Pemberian unsur hara yang melebihi batas, tanaman mengalami keracunan yang bisa berlanjut pada kematian. Besar kecilnya konsentrasi tepung limbah udang yang diberikan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada penelitian ini penggunaan kompos dengan tepung limbah udang yang paling optimal untuk pertumbuhan tanaman Aglaonema costatum konsentrasi 4%. Ditandai dengan warna daun hijau dan bercak-bercak putih bersih, jumlah daun dan tinggi tanaman yang tinggi, Pertumbuhan tanaman yang rendah ditunjukan pada perlakuan konsentrasi 20%. Ditandai dengan kerusakan pada warna daun yang menguning, jumlah daun dan tinggi tanaman yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa, pemberian unsur hara yang terlalu banyak akan mengakibatkan keracunan pada tumbuhan. Pengamatan pertumbuhan berupa jumlah daun dan tinggi tanaman.
Berdasarkan uji analisis varian terlihat bahwa dari pengamatan minggu ke-3 sampai pengamatan minggu ke-12 pemberian kompos dengan tepung limbah udang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman Aglaonema costatum. Pada konsentrasi 20% terdapat tanaman yang layu dan menguning serta terdapat pertumbuhan yang kerdil. Adapun hama yang ditemukan pada pengamatan yaitu terdapat kutu putih/kutu kebul. Kutu ini menghisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun serta beberapa semut. Hama tersebut dapat dibasmi dengan membersihkan menggunakan kapas yang telah dicelupkan insektisida encer. Oleh karena itu, pemberian kompos tepung limbah udang harus sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman Aglaonema costatum agar pertumbuhannya optimal. Penelitian ini juga dapat dijadikan refensi untuk membuka peluang usaha. KESIMPULAN Terdapat pengaruh pemberian kombinasi media tanam kompos dengan tepung limbah udang terhadap pertumbuhan tanaman hias Aglaonema costatum. Pertumbuhan tanaman hias Aglaonema costatum yang optimal ditunjukan pada konsentrasi 4% tepung limbah udang dengan rata-rata jumlah daun 6,25 helai dan tinggi 21,5 cm. DAFTAR PUSTAKA Agus Murtinjo, Bambang. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta Hambali, Greg. 2007. Aglaonema Silangan Greg Hambali Kiblat Aglaomania Dunia. Flona Serial: Jakarta. Kencana, Ira Puspa dan Sintia, Mono. 2006. Serial Rumah: Kiat Usaha Aglaonema di Rumah. Jakarta: PT Prima Infosarana Media. Lakitan, Benyamin. 2004. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan tanaman. Jakarta: Raja Grafindo Utama.
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan. Mei 2013
Lingga, Pinus dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Topan.2007.Cara Tepat Memupuk Tanaman Hias.Jakarta:Agromedia Pustaka Rosmarkam dkk. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta. Yuwono, Dipo. 2009. Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya. BIODATA PENULIS Yennani, dilahirkan di Air Haji (Padang), 1 Juli 1985. Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Pakuan, 2013.