PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DENGAN FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEPEL (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.)
BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN A24080126
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN
BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN. Pengaruh Kombinasi Media Tanam dengan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.) (Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ) Kepel (Stelechocarpus burahol) dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan kosmetik alami. Kepel sebagai kosmetik alami digunakan untuk deodoran alami oleh putri keraton Jawa. Banyak penelitian S. burahol mengenai fitofarmakologi, tetapi penelitian mengenai budidaya belum dilakukan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 hingga April 2012 di Gunung Batu, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi komposisi media tanam dengan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman S. burahol. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan sembilan perlakuan yaitu kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik yang digunakan. Perlakuan yang digunakan yaitu kombinasi media tanam tanah latosol Darmaga dengan fertigasi kotoran ayam; kombinasi media tanam campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi (1:1) v/v dengan fertigasi kotoran sapi; kombinasi media tanam campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi (1:1) v/v dengan fertigasi kotoran ayam; kombinasi media tanam campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi (1:1) v/v dengan fertigasi kotoran
kambing;
kombinasi
media
tanam
campuran
tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran kambing (1:1:1) v/v dengan fertigasi
kotoran
sapi;
kombinasi
media
tanam
campuran
tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran kambing (1:1:1) v/v dengan
fertigasi
kotoran
ayam;
kombinasi
media
tanam
campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v dengan
fertigasi
kotoran
sapi;
kombinasi
media
tanam
campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v dengan
fertigasi
kotoran
ayam;
kombinasi
media
tanam
campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v
dengan fertigasi kotoran kambing. Konsentrasi yang digunakan untuk fertigasi yaitu 4 kg pupuk organik dilarutkan dalam 20 l air dan diaplikasikan setiap dua minggu. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
kombinasi
media
tanam
campuran tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran ayam (1:1:1) v/v dengan fertigasi kotoran ayam menghasilkan penampilan tanaman lebih baik dibandingkan perlakuan lain dengan nilai skoring tertinggi untuk bibit. Analisis
kualitatif
fitokimia
menunjukkan
daun
S.
burahol
positif mengandung steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid dalam jumlah yang sama.
PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DENGAN FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEPEL (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN A24080126
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DENGAN FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KEPEL (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.)
Nama
: BAYUANGGARA CAHYA RAMADHAN
NIM
: A24080126
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. NIP. 19591026 198503 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 23 Maret 1991. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bambang Suhandri, S.P. dan Yuniati, S.Pd., M.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Galis Pamekasan pada tahun 1996, kemudian tahun 2002 penulis lulus dari SDN Ponteh II Pamekasan, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Galis Pamekasan. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pamekasan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI. Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) pada periode 2008-2009 dan 20092010, menjadi pengurus UKM Pramuka IPB pada periode 2009-2010, menjabat Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Madura (GASISMA) pada tahun 2010-2011. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanaman Perkebunan tahun ajaran 2011/2012.
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian Pengaruh Kombinasi Media Tanam dengan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.), dijadikan sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan Program Strata 1 (S1). Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, bimbingan, dan pengarahan selama kegiatan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. dan Dr. Ani Kurniawati, S.P., M.Si. atas saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mohamad. Syukur, S.P., M.Si selaku pembimbing akademik selama berkuliah di IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman (INDIGENOUS 45, GASISMA) dan semua pihak yang memberikan bantuan dalam penelitian ini. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Penulis berharap kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua kalangan dan berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, 5 juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................... Tujuan Percobaan ............................................................................... Hipotesis .............................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Kepel .................................................................................................. Media Tanam ...................................................................................... Pupuk Organik....................................................................................
3 4 5
BAHAN DAN METODE ..............................................................................
7
Tempat dan Waktu ............................................................................. Bahan dan Alat ................................................................................... Metode Percobaan .............................................................................. Pelaksaaana Percobaan .......................................................................
7 7 7 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
12
Hasil ................................................................................................... Pembahasan ........................................................................................
12 28
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
31
Kesimpulan......................................................................................... Saran ...................................................................................................
31 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
32
LAMPIRAN ...................................................................................................
35
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kepel di Pembibitan ..........
11
2. Hasil Analisis Hara Media dan Pupuk ......................................................
14
3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman ....................................
15
4. Tinggi Tanaman .......................................................................................
16
5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Diameter Batang .......................................
17
6. Diameter Batang .......................................................................................
18
7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang ..........................................
19
8. Jumlah cabang ..........................................................................................
20
9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun..............................................
21
10. Jumlah Daun ..........................................................................................
22
11. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Luas Daun per Tanaman ......................
23
12. Luas Daun Per Tanaman .........................................................................
23
13. Matriks Korelasi antar Parameter.............................................................
24
14. Hasil Analisis Hara Daun pada Akhir Penelitian .....................................
24
15. Serapan Hara yang terdapat pada Daun ...................................................
26
16. Hasil Skoring Bibit Tanaman Kepel ........................................................
27
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Larva G. agamemnon ...................................................................................
12
2. Ulat Penggulung Daun .................................................................................
12
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Data Iklim .................................................................................................
36
2. Kapasitas Lapang Komposisi Media .........................................................
36
3. Hasil Analisis Tanah .................................................................................
37
4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah .......................................................
38
5. Keragaan Tanaman Kepel di Akhir Pengamatan ......................................
39
6. Hasil Uji Fitokimia Kandungan Bahan Aktif Daun Kepel........................
41
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut dapat memberikan kontribusi positif pada aspek kehidupan, salah satunya adalah potensi tanaman obat (herbal) untuk kesehatan manusia. Menurut Kusuma (2005) dari 960 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat, 283 jenis merupakan tumbuhan penting bagi industri obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat adalah kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.). Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al., 2005). Buah kepel biasanya digunakan secara tradisional sebagai pencegah bau badan oleh para putri keraton pada zaman dahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warningsih (1995) buah kepel mengandung senyawa alkaloid dan polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al. (2007) daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak dari daun kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol yang dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003) menyatakan kulit dari tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet. Di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan kepel ini banyak ditemukan hanya di sekitar lingkungan keraton. Hal ini disebabkan oleh adanya kepercayaan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menyatakan tumbuhan ini hanya boleh ditanam di sekitar keraton. Di Jawa Barat tumbuhan ini jarang ditanam karena daging buahnya hanya sedikit sehingga dianggap kurang menguntungkan dan tidak menarik untuk dibudidayakan. Oleh karenanya, lambat laun pohon kepel menjadi langka seperti sekarang ini (Alamendah, 2010). Penelitian ke arah budidaya pada tanaman kepel masih belum dilakukan. Saat ini penelitian lebih banyak di bidang farmakologinya saja, sehingga perlu adanya penelitian di bidang teknik budidaya yang dimulai dengan pembibitan.
2
Peranan media tanam menentukan kualitas tanaman. Dengan media perakaran yang baik, dapat diwujudkan bibit tanaman yang juga baik. Purwanto (2006) menambahkan media tanam yang baik yaitu media yang mampu mengikat serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit, dan cukup porous sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Selain media, kualitas tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada media dapat diperoleh dengan pemupukan. Hardjowigeno (2010), menyatakan pemberian pupuk kandang sebagai pupuk organik memiliki keistimewaan
dapat memperbaiki
kesuburan tanah dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti porositas tanah, stuktur tanah, dan daya menahan air. Pemilihan bibit tanaman kepel penting diperhatikan diawal pembudidayaan. Untuk mendapatkan tanaman kepel yang baik, perlu penanganan yang baik dari awal pertanaman. Pertumbuhan bibit yang baik, diharapkan menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan yang lebih baik ketika ditanam di lapangan dan bisa dimanfaatkan dengan optimal dalam penggunaannya.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).
Hipotesis Terdapat perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik yang terbaik mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.).
TINJAUAN PUSTAKA Kepel Kepel (Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.) merupakan tumbuhan pohon dengan tinggi sampai 21 m dan diameter batang sampai 40 cm. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Pulau Jawa, terutama di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta tumbuhan ini ditanam di sekitar keraton, sedangkan di Jawa Barat tumbuhan ini tumbuh secara liar (Heyne, 1987). Menurut Balitbangkes (1994), pohon kepel (Stelechocarpus burahol) dikenal juga sebagai kepel (jawa), dan burahol (sunda). Dalam bahasa Inggris tumbuhan langka ini dikenal sebagai Keppel Apple. Dalam klasisfikasi (ilmiah) dikemukakan sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyte
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Magnoliales
Suku
: Annonaceae
Marga
: Stelechocarpus
Jenis
: Stelechocarpus burahol (BL.) Hook. F. & TH.
Daun kepel berupa daun tunggal berbentuk lonjong dengan panjang 8-20 cm dan lebar 4-6 cm, ujung dan pangkal meruncing, halus, pertulangan bawah menonjol, mengkilat, dan berwarna hijau. Bunga tanaman kepel berupa bunga majemuk, bentuk tandan, tersebar di batang dan cabang, tangkai silindris, panjang + 4 cm, benang sari dan putik halus, mahkota lonjong, kuning. Buah kepel seperti buni, bulat, kulit kasar, diameter + 5 cm, coklat dan biji bentuk ginjal, halus, hitam mengkilat. Tanaman kepel banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan kosmetika (Kusmiyati et al., 2005). Buah kepel biasanya digunakan secara tradisional sebagai pencegah bau badan oleh para putri keraton pada zaman dahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warningsih (1995) buah kepel mengandung senyawa alkaloid dan
4 polifenol serta memiliki fungsi sebagai antiimplantasi. Menurut Sunarni et al. (2007) daun tanaman kepel juga mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Hidayat et al. (2011) menambahkan ekstrak dari daun kepel mengandung senyawa flavonoid meliputi auron, flavanon dan flavanol yang dapat digunakan untuk antibakteri. Sunardi et al. (2003) menambahkan kulit dari tanaman kepel memiliki aktivitas antiagregasi platelet.
Media Tanam Media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, penyedia air dan unsur hara, penyedia oksigen bagi berlangsungnya proses fisiologi akar serta kehidupan dan aktifitas mikroba tanah (Mardani, 2005). Purwanto (2006) menambahkan ada 5 persyaratan media tanam yang baik yaitu mampu mengikat serta menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous (memiliki banyak rongga) sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi (pernapasan), dan tahan lama.
Tanah Latosol Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan keras yang melapuk atau dari bahan yang lebih lunak seperti abu vulkan atau bahan endapan baru. Latosol mempunyai kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik (Hardjowigeno, 2010). Latosol merupakan tanah dengan tekstur liat dan berstruktur remah hingga gumpal. Selain itu tanah latosol memiliki kandungan bahan organik yang rendah (Soepraptohardjo, 1961).
Arang Sekam Arang sekam atau sekam bakar dibuat dari sekam padi yang dibakar. Arang sekam padi ini bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa
5 toksik atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta merupakan sumber kalium bagi tanaman (Purwanto, 2006). Arang sekam merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari sekam padi (kulit gabah) dengan warna hitam. Warna hitam pada arang sekam akibat proses pembakaran tersebut menyebabkan daya serap terhadap panas tinggi sehingga menaikkan suhu dan mempercepat perkecambahan. Melati et al. (2008) menyatakan bahwa abu sekam diduga mengandung unsur K yang relatif tinggi. Selain itu abu sekam juga diduga mengandung silikat yang berperan sebagai unsur hara mikro yang meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit melalui pengerasan jaringan.
Pupuk Organik Pemupukan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam teknik budidaya tanaman. Pupuk menambahkan unsur hara untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman memanfaatkan unsur hara untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari semua jenis bahan-bahan organik dari tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas. Dalam jangka panjang pupuk organik meningkatkan produktivitas dan mengurangi degradasi lahan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Pupuk organik juga dikenal lebih ramah lingkungan daripada pupuk anorganik. Aminah (2003) menyatakan bahwa pupuk organik mampu menahan erosi, kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba tanah. Kelemahan dari pupuk organik adalah dibutuhkan dalam jumlah yang besar, kandungan unsur hara yang dikandung rendah, dan membutuhkan banyak tenaga dalam pengaplikasiannya (Sanchez dalam Saleh, 2010).
6 Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan bahan organik dari kotoran ternak. Soepardi (1983) menyatakan pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air kencing, amparan dan sisa makanan, karena itu susunan kimia dari bahan tersebut berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Hardjowigeno (2010) menyatakan bahwa komposisi kimia pupuk kandang bervariasi bergantung pada jenis dan umur hewan, makanan, amparan dan sistem pengelolaan pupuk kandang. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P 2 O 5 dan 5 kg K 2 O serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil. Keuntungan pemberian pupuk kandang antara lain: 1) memudahkan penyerapan air hujan; 2) memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air; 3) mengurangi erosi; 4) memberikan lingkungan tumbuh yang baik untuk perkecambahan biji dan akar; 5) merupakan sumber unsur hara tanaman (Setiawan, 1999). Hasil penelitian Saleh (2010) menunjukkan bahwa pemupukan menggunakan larutan pupuk kandang sebanyak 500 g yang dilarutkan dalam 600 ml air menunjukkan pertumbuhan cabe jawa perdu yang terbaik dibandingkan dengan menggunakan pupuk NPK 10 g/bulan maupun yang 20 g/2 bulan.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Gunung Batu. Analisis tanah dan hara daun dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Produksi, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Pengamatan destruktif dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan kualitatif kandungan bahan bioaktif dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 – April 2012.
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 81 bibit tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol) dengan tinggi 66-112 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah, arang sekam, kotoran ayam, dan kotoran kambing. Pupuk organik yang digunakan adalah larutan kotoran sapi, larutan kotoran ayam dan larutan kotoran kambing. Alat-alat dan bahan-bahan lain yang digunakan adalah polybag ukuran 35 cm x 35 cm, ember, label, penggaris, jangka sorong, dan alat tulis.
Metode Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan sembilan perlakuan yaitu kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik yang digunakan. Perlakuan yang digunakan, seperti berikut : 1. K1= tanah + fertigasi kotoran ayam 2. K2=1 tanah : 1 arang sekam (v/v) + fertigasi kotoran sapi 3. K3=1 tanah : 1 arang sekam (v/v) + fertigasi kotoran ayam 4. K4=1 tanah : 1 arang sekam (v/v) + fertigasi kotoran kambing
8 5. K5=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran sapi 6. K6=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran kambing (v/v) + fertigasi kotoran ayam 7. K7=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran sapi 8. K8=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran ayam 9. K9=1 tanah : 1 arang sekam : 1 kotoran ayam (v/v) + fertigasi kotoran kambing Setiap perIakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan, dimana setiap satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman, sehingga jumlah tanaman seluruhnya adalah 81 tanaman. Model statistika untuk rancangan yang diajukan adalah: Yij= µ + βi + Mj + ∑ij Yij
= Pertumbuhan tanaman dari komposisi media tanam dengan fertigasi pupuk organik ke-j
µ
= Nilai rataan umum hasil pengamatan
βi
= Pengaruh aditif dari ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)
Mj
= Pengaruh media tanam dengan fertigasi pupuk organik pada faktor pertumbuhan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
∑ij
= Galat percobaan Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data yang didapatkan kemudian
dianalisis dengan sidik ragam (uji F). Jika hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT taraf kesalahan 5%.
Pelaksanaan Percobaan Penanaman Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah, arang sekam dan kotoran ternak (kambing dan ayam). Bibit dari persemaian polybag sebelumnya dipindahkan ke polybag berukuran 35 cm x 35 cm dengan satu bibit per polybag yang telah diisi media sesuai dengan perlakuan masing-masing. Setelah itu, seluruh polybag berisi tanaman diletakkan di bawah naungan tegakan pohon dengan ratarata tingkat naungan 12.5 %. Tujuannya untuk melindungi tanaman yang masih rentan terhadap sinar matahari langsung.
9 Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual. Aplikasi pemberian larutan pupuk organik dilakukan dengan fertigasi setiap dua minggu sekali dengan dosis menyesuaikan kondisi kapasitas lapang terbesar diantara perlakuan media tanam yang digunakan. Konsentrasi larutan fertigasi adalah 4 kg kotoran hewan dilarutkan dalam 20 l air (Lestari, 2011). Larutan pupuk kandang diaduk hingga tercampur rata dan langsung diaplikasikan pada tanaman.
Pengamatan Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian adalah tinggi tanaman, diameter batang tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan luas daun per tanaman. Pengamatan juga dilakukan pada analisis hara media tanam, analisis hara daun, kapasitas lapang media, kandungan bahan bioaktif daun, bobot daun, dan skoring bibit kepel yang berkualitas baik. Pengamatan dimulai pada 1 minggu setelah pindah tanam. Parameter yang diamati antara lain: 1. Analisis hara media tanam. Analisis hara media tanam dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui kandungan hara dalam media tanam. 2. Analisis hara daun. Analisis hara daun dilakukan pada akhir pengamatan penelitian untuk mengetahui kandungan hara yang terserap dalam daun pada masing-masing perlakuan. 3. Tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh setiap 2 minggu. 4. Diameter batang. Pengukuran dilakukan sekitar 5 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong setiap 2 minggu. 5. Jumlah daun. Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna setiap 2 minggu. 6. Jumlah cabang. Cabang dihitung berdasarkan jumlah cabang total termasuk cabang utama yang terdapat pada tanaman setiap 2 minggu. 7. Luas daun setiap tanaman. Pengukuran jumlah total luas daun tiap tanaman dilakukan dari 9 sampai 13 MST, diukur dengan metode gravimetrik.
10 8. Analisis kandungan bioaktif daun. Analisis kandungan bioaktif dilakukan secara kualitatif untuk menganalisis kandungan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid, dan tanin pada simplisia basah. Analisis menggunakan metode dari Pusat Studi Biofarmaka IPB (2012). -
Persiapan bahan: daun basah dicuci terlebih dahulu kemudian dicincang halus. Selanjutnya, daun dibagi dalam tiga tabung reaksi.
-
Pengujian alkaloid: daun dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes 2 M H 2 SO 4 dan kloroform 10 ml kemudian dikocok dan disaring. Setelah di saring, larutan dikocok kembali sampai terbentuk lapisan keruh dan bening. Lapisan bening diambil dan dibagi menjadi tiga bagian pada spot plate. Ekstrak pada spot plate ditetesi reagen Dragendorff, Mayer, dan Wagner. Uji alkaloid positif bila salah satu spot menunjukkan adanya endapan warna jingga dengan reagen Dragendorf, warna putih kekuningan dengan reagen Mayer, dan cokelat pada reagen Wagner.
-
Pengujian triterpenoid: daun pada tabung reaksi dilarutkan dengan etanol 96% hingga larut kemudian disaring. Ekstrak kemudian dipanaskan hingga kering dan diletakkan pada cawan. Setelah kering, ditambahkan dietil eter, 1 tetes H 2 SO 4 , dan 3 tetes asam asetat glasial lalu diaduk cepat. Uji steroid positif jika pada pinggir cawan timbul warna hijau sedangkan triterpenoid ditandai dengan adanya warna merah atau ungu .
-
Pengujian saponin, flavonoid dan tanin: daun pada tabung reaksi ditambah dengan aquades secukupnya, kemudian dikocok kuat dan dibagi menjadi dua tabung. 1. Tabung pertama dikocok secara vertikal, dan bila timbul busa yang stabil selama 10 menit menandakan uji saponin positif. 2. Tabung berisi filtrat bekas uji saponin, ditambah dengan logam Mg, beberapa HCl pekat, etanol, dan larutan amil alkohol, kemudian dikocok. Uji flavonoid positif ditunjukkan dengan timbulnya warna jingga hingga kemerahan. 3. Tabung ketiga ditambah dengan FeCl 3 1% bila menghasilkan warna biru, hitam, atau cokelat menandakan uji tanin positif.
11 9. Bobot daun. Bobot daun diukur pada akhir pengamatan penelitian diambil masing-masing 1 sampel tiap tanaman. 10. Kapasitas lapang media. Pengamatan kapasitas lapang media dilakukan sebelum aplikasi pemupukan. Tujuannya untuk mengetahui volume pemberian larutan pupuk organik untuk mengantisipasi terjadinya pemupukan yang berlebihan. 11. Skoring bibit kepel. Penilaian dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan selang nilai tengah pengamatan 1-13 MST. Pengambilan nilai skoring berdasarkan nilai rata-rata masing-masing peubah dari setiap perlakuan. Skor terendah bernilai 1 dan skor tertinggi bernilai 5 (Tabel 1).
Tabel 1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kepel di Pembibitan Tinggi
Diameter
Jumlah
Jumlah
Luas Daun
(cm)
Cabang
Daun
(cm2)
< 1.15
< 11.18
< 50.52
< 3895.1
2
(cm) < 96.71 atau > 103.15 96.71 - 98.32
1.15 - 1.20
11.18 - 11.95
50.52 - 53.72
3895.1 - 4142.7
3
98.33 - 99.93
1.21 - 1.25
11.96 - 12.72
53.73 - 56.92
4142.8 - 4390.2
4
99.94 - 101.54
1.26 - 1.30
12.73 - 13.49
56.93 - 60.12
4390.3 - 4637.9
5
101.55 - 103.15
> 1.30
>13.49
> 60.12
> 4637.9
Skoring 1
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Pengamatan di lapangan berlangsung dari bulan Desember 2011 sampai bulan Maret 2012. Selama pengamatan lapang rata-rata curah hujan sebesar 344.6 mm/bulan dengan temperatur 25.8 0C, kelembaban 84.3%, lama penyinaran 46%, dan intensitas penyinaran matahari sebesar 299.2 cal/cm2 (Lampiran 1). Volume pemberian larutan pupuk organik disesuaikan dengan kapasitas lapang pada kondisi media sebelum pemupukan akan diberikan (Lampiran 2). Pengukuran kapasitas lapang ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pemupukan yang berlebihan. Zulkarnain (2010) menyatakan bahwa tanaman yang ditanam pada kadar air mendekati kapasitas lapang akan mampu tumbuh dengan cepat bila unsur hara dan faktor lingkungan lainnya berada dalam kondisi optimal. Selama waktu penelitian, terdapat tanaman kepel yang terserang hama dan penyakit. Hama yang menyerang adalah Graphium agamemnon (Gambar 1), dan Ulat penggulung daun (Gambar 2). Graphium agamemnon merupakan hama utama family Annonaceae (Chattopadhyay, 2011). Ulat penggulung daun dapat menyebabkan tinggi tanaman berkurang dengan menggulung daun muda pada pucuk tanaman menyebabkan daun kering sehingga pucuk juga mengering.
Gambar 1. Larva G. agamemnon
Gambar 2. Ulat penggulung daun Keterangan : (A) pupa ulat penggulung, (B) Imago ulat daun, (C) gejala serangan
13 Kombinasi media tanam campuran tanah dan arang sekam dengan fertigasi kotoran sapi merupakan perlakuan dengan intensitas serangan hama paling tinggi dari awal penelitian sampai 9 MST sehingga diakhir pengamatan menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter jumlah daun, jumlah cabang, dan luas daun pertanaman. Hal ini diduga sama dengan efek pemangkasan bahwa setelah terjadinya serangan hama terjadi peningkatan jumlah daun dan jumlah cabang. Efek pemangkasan ini berpotensi menghambat dominansi apikal sehingga merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral yang akhirnya membentuk cabang sekunder tanaman. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan penambahan jumlah cabang dapat terjadi karena hilangnya dominasi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk, yang menyebabkan tunas-tunas lateral tumbuh dan berkembang. Hal ini juga mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah cabang menyebabkan jumlah daun meningkat. Gulma yang ditemui yaitu gulma dari golongan daun lebar. Spesies gulma yang dijumpai yaitu Ageratum conycoides dan Impatiens balsamina. Selama penelitian berlangsung gulma dikendalikan secara manual.
Hasil analisis tanah Hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB (lampiran 3) dan kriteria penilaian sifat kimia tanah yang dilakukan berdasarkan ketetapan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi Bogor (Lampiran 4), dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil pengamatan bobot jenis media di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, menunjukkan bahwa bobot jenis media tanam tanah saja sebesar 1.01 g/cm3; media tanam campuran tanah dan arang sekam sebesar 0.63 g/cm3; media tanam campuran tanah, arang sekam, dan kotoran kambing sebesar 0.66 g/cm3; media tanam campuran tanah, arang sekam, dan kotoran ayam sebesar 0.79 g/cm3.
14 Tabel 2. Hasil Analisis Hara Media dan Pupuk Bahan
Tanah Tanah + arang sekam Tanah + arang sekam + kotoran kambing Tanah + arang sekam + kotoran ayam
Kotoran sapi Kotoran ayam Kotoran kambing
pH 5.6 agak masam 6.4 agak masam 6.9
C % 2.15
N C/N % Media 0.22 9.77
P ppm 28.3
0.78
19.49
sedang
sedang
46.2
2.18
18.71
tinggi
tinggi
sedang
sedang sedang rendah sedang 2.15
0.25
8.6
sedang sedang rendah
K KTK me/100g me/100g
5.79
0.56
10.34
132
3.43
21.82
netral
sangat tinggi
tinggi
rendah
sangat tinggi
sangat tinggi
sedang
6.8
5.5
0.49
11.22
232.5
4.86
29.07
netral
sangat tinggi
sedang sedang
sangat tinggi
sangat tinggi
sedang
100.4 sangat tinggi 238.9 sangat tinggi 133.6 sangat tinggi
28.04 sangat tinggi 8.17 sangat tinggi 17.59 sangat tinggi
8.4 agak alkalis 6.2 agak masam 8.2 agak alkalis
16.56 sangat tinggi 8.22 sangat tinggi 13.17 sangat tinggi
Pupuk 1 16.56 sangat tinggi tinggi 1.37 6 sangat rendah tinggi 0.68 19.37 tinggi
tinggi
Tinggi Tanaman Hasil sidik ragam pada pengamatan tinggi tanaman dan pertambahan tinggi tanaman menunjukkan hampir dari awal sampai akhir pengamatan tidak berpengaruh nyata. Hasil yang menunjukkan pengaruh nyata hanya pada pertambahan tinggi tanaman pada 5 MST (Tabel 3).
15 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman Karakter Tinggi 1 MST Tinggi 3 MST Tinggi 5 MST Tinggi 7 MST Tinggi 9 MST Tinggi 11 MST Tinggi 13 MST Pertambahan Tinggi 1-3 MST Pertambahan Tinggi 1-5 MST Pertambahan Tinggi 1-7 MST Pertambahan Tinggi 1-9 MST Pertambahan Tinggi 1-11 MST Pertambahan Tinggi 1-13 MST Keterangan: (1) hasil transformasi
Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn * tn tn tn tn ; (3) hasil transformasi
Koefisien Keragaman (%) 5.51 5.57 5.72 5.63 5.61 6.22 6.50 19.86 7 26.19 4 38.91 3 31.29 1 26.40 1 23.26 1 ; (4) hasil transformasi
; ; (7) hasil transformasi ; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata
Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa secara umum semua perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kepel kecuali pada pertambahan tinggi tanaman 1-5 MST. Pada akhir pengamatan tinggi tanaman berkisar antara 98.45 - 107.50 cm. Pertambahan tinggi tanaman pada akhir pengamatan, perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing menunjukkan pertambahan paling tinggi sebesar 9.44 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain (Tabel 4).
16 Tabel 4. Tinggi Tanaman Tinggi (MST)
Perlakuan
Pertambahan Tinggi (MST) 1-5 1-13
1
13
Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam
92.56
101.50
2.06abc
8.94
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi
97.39
106.11
1.00bc
8.72
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam
95.61
100.67
1.56abc
5.06
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
92.89
99.83
0.00c
6.94
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
90.72
98.45
3.67ab
7.72
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
92.83
99.61
1.50abc
6.78
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
93.28
101.67
1.22bc
8.39
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
97.89
104.95
2.06abc
7.06
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran 98.06 107.50 4.78a 9.44 kambing Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT taraf kesalahan 5%
Diameter Batang Tabel 5 menunjukkan perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik memberikan pengaruh terhadap parameter diameter batang tanaman. Semua perlakuan memberikan berpengaruh sangat nyata pada diameter batang tanaman dari awal sampai akhir pengamatan. Perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik juga memberikan pengaruh yang nyata untuk parameter pertambahan diameter batang tanaman dari 9-13 MST
17 Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Diameter Batang Karakter Diameter 1 MST Diameter 3 MST Diameter 5 MST Diameter 7 MST Diameter 9 MST Diameter 11 MST Diameter 13 MST Pertambahan Diameter 1-3 MST Pertambahan Diameter 1-5 MST Pertambahan Diameter 1-7 MST Pertambahan Diameter 1-9 MST Pertambahan Diameter 1-11 MST Pertambahan Diameter 1-13 MST Keterangan: (2) hasil transformasi (**) berpengaruh sangat nyata
Uji F ** ** ** ** ** ** ** tn tn tn * * *
Koefisien Keragaman (%) 5.91 6.28 5.94 5.51 4.90 4.79 4.62 22.33 2 34.85 32.13 26.03 22.00 19.22
; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata;
Perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap diameter batang tanaman dari awal sampai akhir pengamatan. Pada akhir pengamatan, perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam menunjukkan diameter batang terbesar sebesar 1.402 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam dan perlakuan kombinasi media campuran tanah dengan fertigasi kotoran ayam (Tabel 6). Pada akhir pengamatan, parameter pertambahan diameter batang tanaman paling besar ditunjukkan oleh perlakuan kombinasi media tanam campuran dari tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi dengan nilai 0.173 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam, dan pelakuan kombinasi media tanam tanah dengan fertigasi kotoran ayam.
18 Tabel 6. Diameter Batang Perlakuan
Diameter (MST)
Pertambahan diameter (MST)
1
13
1-9
1-11
1-13
Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam
1.242a
1.376ab
0.112abc
0.126abc
0.133abc
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi
1.102b
1.227cd
0.102abcd
0.117abc
0.124bc
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam
1.164ab
1.274bcd
0.090abcd
0.102bc
0.110c
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
1.078b
1.177d
0.079bcd
0.092c
0.099c
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
1.093b
1.212d
0.065d
0.096c
0.119c
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
1.231a
1.329abc
0.063d
0.081c
0.098c
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
1.059b
1.232cd
0.132a
0.154a
0.173a
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
1.235a
1.402a
0.119ab
0.142ab
0.168ab
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan 0.069cd 0.088c 0.115c 1.050b 1.165d fertigasi kotoran kambing Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT taraf kesalahan 5%
Jumlah Cabang Hasil Sidik ragam menunjukkan perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang. Pada umur 7 dan 9 minggu setelah pindah tanam perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang. Pengaruh yang nyata juga terlihat pada pertambahan jumlah cabang pada akhir pengamatan.
19 Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang Karakter Jumlah Cabang 1 MST Jumlah Cabang 3 MST Jumlah Cabang 5 MST Jumlah Cabang 7 MST Jumlah Cabang 9 MST Jumlah Cabang 11 MST Jumlah Cabang 13 MST Pertambahan Jumlah Cabang 1-3 MST Pertambahan Jumlah Cabang 1-5 MST Pertambahan Jumlah Cabang 1-7 MST Pertambahan Jumlah Cabang 1-9 MST Pertambahan Jumlah Cabang 1-11 MST Pertambahan Jumlah Cabang 1-13 MST Keterangan: (1) hasil transformasi
Uji F tn tn tn * * tn tn tn tn tn tn tn *
; (3) hasil transformasi
Koefisien Keragaman (%) 11.48 11.42 10.72 9.71 10.21 9.60 9.08 14.22 3 21.22 4 20.30 4 20.71 5 29.56 3 33.85 1 ; (4) hasil transformasi
; (5) hasil transformasi ; (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat nyata.
Semua perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik pada parameter jumlah cabang pada akhir pengamatan menunjukkan nilai tidak berbeda nyata. Jumlah cabang diakhir pengamatan berkisar antara 11.67-14.67 cabang. Perlakuan kombinasi media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi menunjukkan parameter pertambahan jumlah cabang paling banyak sebesar 2.89 cabang dan berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam yang menunjukkan pertambahan hanya sebanyak 0.22 cabang, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 8).
20 Tabel 8. Jumlah Cabang Pertambahan Jumlah Cabang (MST)
Jumlah Cabang (MST)
Perlakuan 1
7
9
13
1-13
11.67
12.22abc
12.56ab
13.33
1.67a
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi
12.00
12.22abc
12.22abc
14.67
2.67a
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam
12.22
12.33abc
12.33abc
12.44
0.22b
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
10.22
10.56bc
10.44bc
11.67
1.44a
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
11.00
12.67ab
12.67ab
13.11
2.11a
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
10.89
11.56abc
11.78abc
13.33
2.44a
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
9.67
10.11c
10.11c
12.56
2.89a
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
13.11
13.56a
13.11a
14.11
1.00ab
Media tanah kotoran ayam
dengan
fertigasi
Media campuran tanah, arang 14.56 sekam, kotoran ayam dengan 12.33 13.33a 2.22a 13.67a fertigasi kotoran kambing Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT
Jumlah Daun Tabel 9 menampilkan rekapitulasi sidik ragam jumlah daun tanaman kepel. Perlakuan kombinasi media tanam dan fertigasi kotoran hewan tidak menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun dan pertambahan jumlah daun dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan.
21 Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun Karakter Jumlah Daun 1 MST Jumlah Daun 3 MST Jumlah Daun 5 MST Jumlah Daun 7 MST Jumlah Daun 9 MST Jumlah Daun 11 MST Jumlah Daun 13 MST Pertambahan Jumlah Daun 1-3 MST Pertambahan Jumlah Daun 1-5 MST Pertambahan Jumlah Daun 1-7 MST Pertambahan Jumlah Daun 1-9 MST Pertambahan Jumlah Daun 1-11 MST Pertambahan Jumlah Daun 1-13 MST Keterangan:
(1) hasil transformasi ( ) hasil transformasi nyata
Koefisien Keragaman (%) 17.61 18.16 19.55 19.24 18.36 19.59 20.98 32.48 4 35.51 7 37.47 5 23.88 8 36.57 6 32.17 1
; (4) hasil transformasi
; (6) hasil transformasi 8
Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
; (5) hasil transformasi
; (7) hasil transformasi
;
; (tn) tidak berpengaruh nyata; (**) berpengaruh sangat
Perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik tidak memberikan pengaruh terhadap nilai tengah parameter jumlah daun dari awal sampai akhir pengamatan. Jumlah daun diakhir pengamatan berkisar pada nilai tengah antara 51.56-73.89 daun. Untuk parameter pertambahan jumlah cabang, perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik juga tidak memberikan pengaruh yang nyata dari awal sampai akhir pengamatan. Nilai tengah pertambahan jumlah daun diakhir pengamatan berkisar antara 5.56-16.22 daun (Tabel 10).
22 Tabel 10. Jumlah Daun
1
13
Perubahan Jumlah Daun (MST) 1-13
Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam
49.44
57.56
8.11
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi
57.89
73.89
16.00
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam
56.11
62.78
6.67
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
46.00
51.56
5.56
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
42.89
53.11
10.22
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
43.44
59.67
16.22
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
44.44
58.67
14.22
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
56.11
63.22
7.11
Perlakuan
Jumlah Daun (MST)
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran 48.22 63.67 15.45 kambing Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT
Luas Daun per Tanaman Perlakuan kombinasi media tanam dan fertigasi pupuk organik tidak menunjukkan berpengaruh nyata terhadap luas daun setiap tanaman pada minggu 9 sampai 13 setelah pindah tanam. (Tabel 11). Luas daun per tanaman pada akhir pengamatan berkisar pada nilai tengah antara 4320.0 cm2 dan 6143.0 cm2 (Tabel 12).
23 Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Luas Daun Setiap Tanaman Karakter
Uji F
Koefisien Keragaman (%)
Luas Daun per Tanaman 9 MST
tn
20.4
Luas Daun per Tanaman 11 MST Luas Daun per Tanaman 13 MST
tn tn
24.3 24.5
Keterangan: (tn) tidak berpengaruh nyata
Tabel 12. Luas Daun Per Tanaman Luas daun (cm2)/tanaman (MST)
Perlakuan
9
11
13
Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam
2984.6
4300.9
4320.0
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi
3141.5
4606.6
6143.0
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam
2886.8
4808.1
4749.0
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
2542.9
4221.6
4606.0
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
3336.8
4249.8
4829.0
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
2621.2
3367.3
4954.0
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
3000.0
4302.1
4980.0
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
3992.1
4686.8
5235.0
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran 5598.0 3079.1 4614.7 ayam dengan fertigasi kotoran kambing Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan memberikan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT
Korelasi Uji korelasi menunjukkan seberapa dekat hubungan antara satu peubah dengan peubah yang lain. Hasil uji korelasi menunjukkan semua peubah mempunyai hubungan korelasi yang berpengaruh sangat nyata.
Nilai korelasi
paling besar ditunjukkan oleh korelasi peubah jumlah daun dan luas daun per tanaman dengan nilai r sebesar 0.911 (Tabel 13).
24 Tabel 13. Matriks Korelasi antar Parameter
Tinggi Tanaman Diameter Batang Luas Daun/Tanaman
Diameter Batang 0.715 ** 1
Luas Daun /Tanaman 0.827 ** 0.531 ** 1
Jumlah Daun Jumlah Cabang
Jumlah Daun 0.791 ** 0.580 ** 0.911 **
Jumlah Cabang 0.845 ** 0.628 ** 0.833 **
1
0.833 ** 1
Keterangan: (**) berpengaruh sangat nyata
Analisis hara daun Analisis hara daun dapat menjadi alat bantu pemantau pasokan atau serapan hara pada tanaman. Jumlah kandungan suatu unsur dalam tanaman merupakan indikator pasokan unsur hara tersebut dan berhubungan langsung dengan jumlah unsur tersebut didalam media tanam.
Tabel 14. Hasil Analisis Hara Daun pada Akhir Penelitian Perlakuan
Kandungan N
P
K
……………..………..%.................................... Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam
1.46
0.27
1.24
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi
1.57
0.27
1.54
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam
1.5
0.28
1.24
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
1.64
0.3
1.67
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
1.57
0.28
1.54
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
1.6
0.27
1.42
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
1.74
0.31
1.54
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
1.88
0.3
1.79
1.85
0.31
1.98
1.65
0.29
1.55
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing Rata-rata
25 Analisis hara daun dilakukan untuk melihat seberapa efisien tanaman menyerap hara sesuai dengan perlakuan kombinasi media tanam dengan fertigasi pupuk organik yang diberikan. Hasil analisis hara daun menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya untuk kandungan unsur hara N sebesar 1.88% dan unsur hara K sebesar 1.98%. Selanjutnya, nilai paling tinggi untuk kandungan unsur hara P ditunjukkan pada perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi dan perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam sebesar 0.31%. (Tabel 14). Banyaknya serapan hara yang terdapat pada daun, berhubungan dengan jumlah daun dan bobot biomassa daun. Bobot rata-rata satu daun tanaman kepel sebesar 2.31 g. Pada percobaan ini, perlakuan kombinasi media campuran tanah, arang sekam dan kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam meunjukkan serapan tertinggi pada kandungan hara N sebesar 2.75 g. Perlakuan media tanam campuran tanah, arang sekam dengan fertigasi kotoran sapi dan perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing menunjukkan kandungan P tertinggi pada daun yaitu sebesar 0.46 g. Untuk serapan unsur hara K paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing sebesar 2.91 g (Tabel 15).
26 Tabel 15. Serapan Hara yang terdapat pada Daun Serapan
Perlakuan
N
P
K
…….…..………..g/tanaman............................ Media tanah dengan fertigasi kotoran ayam
1.94
0.36
1.65
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi
2.68
0.46
2.63
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam
2.18
0.41
1.80
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
1.95
0.36
1.99
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
1.93
0.34
1.89
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
2.21
0.37
1.96
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
2.36
0.42
2.09
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
2.75
0.44
2.61
2.72
0.46
2.91
2.30
0.40
2.17
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing Rata-rata
Skoring Bibit Kepel Pemilihan bibit yang berkualitas diharapkan akan menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan yang lebih baik ketika ditanam di lapang. Penilaian skoring berdasarkan kenampakan tanaman kepel dari semua perlakuan (Lampiran 5). Bibit yang mempunyai skor tertinggi merupakan bibit yang terbaik. Pada penelitian ini, perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam menunjukkan total nilai paling tinggi terhadap penilaian kualitatif dengan nilai 23 (Tabel 16).
27 Tabel 16. Hasil Skoring Bibit Tanaman Kepel Perlakuan Media tanah kotoran ayam
dengan
Tinggi
Diameter
Jumlah
Jumlah
Luas
Daun
Cabang
Daun
Total
fertigasi 1
5
2
3
1
12
4
2
5
3
4
18
2
3
4
3
3
15
1
1
1
1
1
5
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran sapi
1
1
1
3
2
8
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam
1
4
1
2
1
9
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi
1
1
1
1
2
6
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam
4
5
4
5
5
23
Media campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing
1
1
3
4
4
13
Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran sapi Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran ayam Media campuran tanah, arang sekam, dengan fertigasi kotoran kambing
Uji Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan bioaktif pada daun tanaman kepel. Hasil uji fitokimia daun kepel secara kualitatif menunjukkan positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, steroid, triterpenoid dan saponin dalam nilai yang sama (Lampiran 6).
28 Pembahasan Pada dasarnya pemupukan secara nyata meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi fotosintesis permukaan daun (Gardner et al., 1991). Aplikasi pemupukan sangat penting untuk pertumbuhan tanaman bergantung pada nutrisi yang diberikan dan karakteristik tanaman itu sendiri. Penyerapan unsur hara dari dalam tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah, dan kemampuan tanaman untuk menyerap hara dari tanah. Perlakuan kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam pada akhir pengamatan menunjukkan diameter batang tanaman yang relatif lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain. Menurut Nakasone dan Paull (1999), kecepatan pertumbuhan diameter batang tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara N, P, pengairan, dan temperatur. Media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam memiliki kandungan unsur P paling tinggi dibandingkan media tanam lain sebesar 232.5 ppm. Larutan kotoran ayam yang diberikan mengandung unsur N (1.37%) dan P (238.9 ppm) paling tinggi diantara larutan kotoran hewan yang lain. Hal ini diduga karena komposisi media tanam dan larutan pupuk organik yang diberikan dapat menyediakan hara bagi tanaman sehingga pertumbuhan diameter tanaman meningkat. Pertambahan jumlah cabang diakhir pengamatan pada perlakuan media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran sapi menunjukkan pertambahan yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lain sebesar 2.89 cabang. Komposisi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam memiliki kandungan unsur P paling tinggi dibandingkan media tanam yang lain sebesar 232.5 ppm. Larutan kotoran sapi yang diberikan mengandung unsur K sebesar 28.04 me/100g dan merupakan kandungan unsur K paling tinggi diantara larutan kotoran hewan yang lain. Lakitan (2010) menyatakan, kalium berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian
akan
berperan dalam mengatur tekanan turgor sel yang berperan penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Munawar (2011) menambahkan, kalium juga terlibat dalam dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis dari daun menuju organ reproduktif dan penyimpanan. Hal ini diduga karena kombinasi media tanam
29 campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing menyediakan hara bagi tanaman sehingga pertumbuhan jumlah cabang meningkat. Dari hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa KTK media tanam dengan komposisi tanah, arang sekam, dan kotoran ayam paling tinggi yakni sebesar 29.07 me/100 g. Munawar (2011) menyatakan media dengan KTK tinggi dapat menjamin serapan ion positif seperti kalium lebih efektif dibandingkan dengan media dengan KTK rendah. Dari pernyataan tersebut, diduga dengan KTK pada media tinggi dapat meningkatkan ketersedian hara yang dapat diserap oleh tanaman. Bagian tanaman kepel yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat adalah buahnya. Pemanfaatan terhadap buah tidak selalu tersedia karena tanaman kepel tidak berbuah sepanjang tahun. Pemanfaatan terhadap daun bisa dijadikan alternatif pengganti buah karena daun tersedia dalam jumlah banyak. Hasil uji kandungan bioaktif daun kepel secara kualitatif positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, steroid, triterpenoid, dan saponin dalam nilai yang sama. Serapan unsur hara dapat mempengaruhi kandungan bioaktif pada daun tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1995), alkaloid merupakan senyawa aromatik bergugus N. Sulistyowati (2010) menambahkan N dan Mg berperan dalam meningkatkan kandungan alkaloid. Mg dalam jumlah tinggi pada pupuk yang mengandung N akan menyebabkan tanaman giat melakukan metabolisme primer sehingga menurunkan kandungan alkaloid. Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh dunia tumbuhan (Harborne, 1987). Mualim et al. (2009) menduga K diperlukan sebagai aktivator enzim dalam proses metabolisme pembentukan flavonoid. Musyarofah et al. (2007) melaporkan pada tanaman pegagan, pembentukan steroid dipengaruhi oleh keberadaan Mg
2+
, ATP, dan NADPH. Unsur P berperan dalam
pembentukan ATP dan NADPH pada proses fotosintesis. Bibit kepel yang berkualitas baik memiliki tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek. Selain itu, bibit berkualitas baik memiliki jumlah daun dan jumlah cabang yang banyak, luas daun per tanaman yang luas serta memiliki diameter batang yang besar. Hasil skoring menunjukkan bahwa perlakuan media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam memiliki performa bibit tanaman kepel yang paling baik.
30 Hasil yang sama pada penelitian Syahadat (2012), menunjukkan media tanah latosol dan kandang
Darmaga
+
arang
aplikasi ayam
menghasilkan
sekam
+
fertigasi penampilan
kotoran
ayam
(1:1:1)
dengan tanaman
v/v pupuk
kemuning
lebih
baik dibandingkan dengan metode lain untuk jumlah daun, jumlah anak daun jumlah cabang, dan jumlah bunga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kombinasi media tanam campuran tanah, arang sekam, kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam merupakan perlakuan yang menghasilkan bibit tanaman kepel berkualitas paling baik menurut hasil skoring. Tanaman kepel termasuk suku Annonaceae dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hasil uji kandungan bioaktif daun kepel secara kualitatif positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, steroid, triterpenoid, dan saponin dalam nilai yang sama.
Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lapang. Perlu juga dilakukan penelitian mengenai pemberian pupuk tanpa harus dilarutkan pada tanaman kepel.
DAFTAR PUSTAKA Alamendah. 2010. Buah kepel (Stelechocarpus burahol) kegemaran putri keraton. http://alamendah.wordpress.com. [4 Mei 2011] Aminah, S., G.B. Soedarsono, dan Y. Sastro. 2003. Teknologi Pengomposan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta. 20 hal. Balitbangkes. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. Chattopadhyay, J. 2011. The structure and defensive efficacy of glandular secretion of the larval osmeterium in Graphium agamemnon Linnaeus, 1758 (Lepidoptera: Papilionidae). Turk J Zool. 35(2): 245-254. Gardner, F.P., R.B. Pearce., dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. (diterjemahkan dari : Physiology of Crop Plants, penerjemah : H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 428 hal. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia (diterjemahkan dari : Phytochemical Methods, penerjemah: K. Padmawinata dan I Soediro). Penerbit ITB. Bandung. 354 hal. Harjadi, S.S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hal. Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal. Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia II. Diterjemahkan oleh Badan Penelitian dan Pembangunan Kehutanan. Jakarta. 765 Hal. Hidayat, A., L. K. Darusman, dan I. Batubara. 2011. Fractination of The Active Compound from Kepel (Stelechocarpus burahol) Leaf Extract as Antibacterial. The 2nd International Symposium on Temulawak. Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. Bogor. 112-113. Kusuma, F.R. dan M.B. Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Agromedia Pustaka. Jakarta. 289 Hal. Kusmiyati, E., P. Hastoeti, dan Gusmailina. 2005. Potensi burahol sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu yang terancam punah. Info Hasil Hutan. 11(1) : 9-16. Lakitan, B. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. 206 Hal. Lestari, S. A. D. 2011. Pengaruh Bahan Organik dan Jenis Dekomposer terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glicine max (L.) Merrill). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 59 Hal.
33 Mardani, D.Y. 2005. Pengaruh Jumlah Ruas dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Stek Nilam. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Yogyakarta. Yogyakarta. Melati, M., A. Aisyah, dan D. Rianawati. 2008. Aplikasi pupuk organik dan residunya untuk produksi kedelai panen muda. Bul. Agron. 36 (3):204- 213. Mualim, L., S.A. Aziz, dan M. Melati. 2009. Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam pada produksi antosianin daun kolesom. J. Agron Indonesia. 37 (1):55-61. Munawar, M. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor. 240 hal. Musyarofah, N., S. Susanto, S.A. Aziz, dan S. Kartosoewarno. 2007. Respon Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) Terhadap Pemberian Pupuk Alami di Bawah Naungan. Bul. Agron 35: 217 – 224. Muzayyinatin. 2006. Pengaruh Komposisi Media dan Jumlah Benih dalam Wadah Persemaian terhadap Pertumbuhan Manggis (Gracinia mangostana L.). Skripsi. Program Studi Pemuliaan dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal. Nakasone, H.Y. and R.E Paull. 1999. Crop Production Science in Horticulture. CAB International. Wallingford. Purwanto, A.W. 2006. Aglaonema Pesona kecantikan Sang Ratu Daun. Yogyakarta. Kanisius. 80 hal. Saleh, I. 2010. Pengaruh Metode Pemupukan dan Kombinasi Komposisi Media Tanam dengan Pengapuran Terhadap Pertumbuhan Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 Hal. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 (diterjemahkan dari : Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung. 343 hal. Setiawan. A.I. 1999. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 82 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Soepraptohardjo. 1961. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia. Badan Pengendali Bimas dan Lembaga Penelitian Tanah. Sulistyowati, D. 2010. Pengaruh Intensitas Naungan terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bioaktif Daun Dua Aksesi Tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.). Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 53 hal.
34 Sunardi, C.S.A., K. Padmawinata, L.B.S. Kardono, dan A.S. Gana. 2003. Isolasi dan Identifikasi Kulit Batang Burahol, Stelechocarpus burahol (Blume) Hook f. & Thomson terhadap Sel Leukemia L1210 [disertasi]. Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Bandung. http://bahan-alam.fa.itb.ac.id [15 maret 2011]. Sunarni, T., S. Pramono, dan R. Asmah. 2007. Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun Kepel (Stelechocarpus burahol). Majalah farmasi Indonesia 18(3) : 111-116. Suriadikarta, D.A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pendahuluan, p.1-10. Dalam R.D.M. Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Syahadat, R. M. 2012. Pengaruh Komposisi Media dan Fertigasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) di Pembibitan. Skipsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 Hal. Warningsih. 1995. Uji fitokimia dan efek antiimplantasi ekstrak etanol bunga Hibiscus rosa-sinensis Linn., buah Piper nigrum Linn., dan buah Stelechocarpus burahol Hook.f.& TH., hal 192. Dalam D. Sundari, L. Widowati, B. Wahjoedi, dan M.W. Winarno (Eds.). Penelitian Tanaman Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Peneilitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Rl. Jakarta. Zulkarnain. 2010. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. 336 hal.
LAMPIRAN
36 Lampiran 1. Data Iklim Bulan
Desember Januari Februari Maret Rata-rata
(%)
Lama Penyinaran (%)
Intensitas Matahari (Cal/Cm2)
84.0 86.0 87.0 80.0 84.3
44.0 28.0 57.0 55.0 46.0
344.6 224.0 318.3 310.0 299.2
Curah Hujan
Temperatur
RH
(mm)
(0C)
344.6 272.0 548.9 136.0 325.4
26.1 25.1 25.6 26.2 25.8
Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor
Lampiran 2. Kapasitas Lapang Komposisi Media Media Tanam Tanah Tanah+arang sekam Tanah+arang sekam+kambing Tanah+arang sekam+ayam
3 MST 720 710
5 MST 380 370
Volume (ml) 7 9 MST MST 370 480 400 480
700
340
360
450
530
360
760
400
470
500
550
410
11 MST 490 480
13 MST 320 360
37 Lampiran 3. Hasil Analisis Tanah Sifat Tanah
Tanah
Tanah + Arang Sekam
Tanah + Arang Sekam + Kotoran Ayam 6.8
Kotoran Kambing
Kotoran Ayam
kotoran sapi
6.4
Tanah + Arang Sekam + Kotoran Kambing 6.9
pH H20
5.6
8.2
6.2
8.4
pH KCl
4.9
5.7
6
6
7.2
5.3
7.4
C-org (%)
2.15
2.15
5.79
5.5
13.17
8.22
16.56
N-total (%)
0.22
0.25
0.56
0.49
0.68
1.37
1
Rasio C/N
9.77
8.6
10.34
11.22
19.37
6
16.56
Bray l (ppm)
28.3
46.2
132
232.5
133.6
238.9
100.4
HCl (ppm)
268.7
311
1134
2025
1053
2106
729
Ca (me/100g) Mg (me/100g) K (me/100g) Na (me/100g) KTK (me/100g) KB (%)
5.91
6.43
16.61
18.86
23.49
21.77
26.38
1.86
2.22
7.48
10.15
17.2
17.42
17.18
0.78
2.18
3.43
4.86
17.59
8.17
28.04
0.36
0.68
1.01
1.27
7.51
3.7
10.87
19.49
18.71
21.82
29.07
28.59
24.79
32.57
45.72
61.52
100
100
100
100
100
Al (me/100g)
tr
tr
tr
tr
tr
tr
tr
H (me/100g)
0.12
0.12
0.08
0.08
0.04
0.12
0.04
Fe (ppm)
10.88
3.72
0.1
0.13
0.58
0.87
0.55
Cu (ppm)
3.07
1.93
0.14
0.08
0.39
0.37
0.23
Zn (ppm)
6.2
10.18
0.06
1.2
0.08
0.38
0.08
Mn (ppm)
16.79
16.31
0.93
14.94
tr
0.12
tr
Pasir (%)
7.86
11.29
15.48
20.64
15.77
41.63
28.79
Debu (%)
24.15
28.74
35.48
22.61
49.6
34.81
55
Liat (%)
67.99
59.97
49.04
56.75
34.63
23.56
16.21
Keterangan: (tr) tidak terukur
38 Lampiran 4. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Sifat Tanah
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
pH H 2 O
<1
1.00-2.00
2.01-3.00
3.01-5.00
>5
C (%)
<1
1-2
2.01-3
3.01-5
>5
N (%)
<0.1
0.1-0.2
0.21-0.5
0.51-0.75
>0.75
C/N
<10
5-10
11-15
16-25
>25
<10
10-20
21-40
41-60
>60
<10
10-15
16-25
26-35
>35
<10
10-20
21-40
41-60
>60
<5
5-16
17-24
25-40
>40
P 2 O 5 HCL 25% (mg/100 g) P 2 O 5 Bray I (ppm) K 2 O HCl 25% (mg/100 g) KTK (me/100 g)
Basa-Basa Dapat Ditukar K (me/100 g)
<0.1
0.1-0.2
0.3-0.5
0.6-1
>1
Na (me/100 g)
<0.1
0.1-0.3
0.4-0.7
0.8-1
>1
Mg (me/100 g)
<0.4
0.4-1
1.1-2
2.1-8
>8
Ca (me/100 g)
<2
2-5
6-10
11-20
>20
KB (%)
<20
20-35
36-50
51-70
>70
Kejenuhan Al (%)
<10
10-20
21-30
31-60
>60
Reaksi Tanah
Sangat Masam
Masam
Agak Masam
Netral
<4.5
4.5-5.5
5.6-6.5
6.6-7.5
Agak Alkalis 7.6-8.5
Sumber: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi Bogor.
Alkalis >8.5
39 Lampiran 5. Keragaan Tanaman Kepel di Akhir Pengamatan
K1
K3
K5
K2
K4
K6
40
K7
K8
K9
Keterangan : K1 = tanah+ fertigasi kotoran ayam K2 = tanah : arang sekam (1:1) + fertigasi kotoran sapi K3 = tanah : arang sekam (1:1) + fertigasi kotoran ayam K4 = tanah : arang sekam (1:1) + fertigasi kotoran kambing K5 = tanah : arang sekam : kotoran kambing (1:1:1) + fertigasi kotoran sapi K6 = tanah : arang sekam : kotoran kambing (1:1:1) + fertigasi kotoran ayam K7 = tanah : arang sekam : kotoran ayam (1:1:1) + fertigasi kotoran sapi K8 = tanah : arang sekam : kotoran ayam (1:1:1) + fertigasi kotoran ayam K9 = tanah : arang sekam : kotoran ayam (1:1:1) + fertigasi kotoran kambing
41 Lampiran 6. Hasil Uji Fitokimia Kandungan Bahan Aktif Daun Kepel
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Keterangan : (a) Uji Saponin, ditunjukkan dengan timbulnya busa (b) Uji Flavonoid, ditunjukkan dengan timbulnya warna jingga hingga kemerahan (c) Uji Steroid, steroid ditunjukkan pada pinggir cawan timbul warna hijau (d) Uji Alkaloid, ditunjukkan adanya endapan dengan warna jingga dan coklat (e) Uji Tanin, ditunjukkan dengan warna coklat