PENGARUH KELOMPOK ACUAN DAN PENGETAHUAN TERHADAP MINAT BELI PRODUK PANGAN IPB PADA MAHASISWA PROGRAM SARJANA
EKA ISTIKHOMAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Kelompok Acuan dan Pengetahuan terhadap Minat Beli Produk Pangan IPB pada Mahasiswa Program Sarjana adalah karya saya dengan bimbingan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Eka Istikhomah NIM I24080056
ABSTRACT EKA ISTIKHOMAH. The Effects of Reference Groups and Knowledge toward Intention to Buy IPB’s Food Products on Undergraduate Student. Supervised by RETNANINGSIH. Bogor Agricultural University (IPB) is one of the university that produce many inovation product both in agriculture technology and foods. The purpose of this study was to analyze the influence of reference groups and knowledge toward intention to buy IPB’s food products on undergraduate students. The location of the research was in IPB Dramaga Bogor, West Java, in May 2012. Sampling technique that conducted in this research was simple random sampling and involved 400 students from all faculties in IPB as samples/participant. The data were analyzed using Chi-Square test, Pearson correlation, simple linear regression, and multiple linear regression. The results showed that one of the reference groups that most widely chosen was close friend (33,6%). More than half of the students were in a good enough categorized of knowledge (59,0%) and intention to buy (78,2%) IPB’s food product. Based on Pearson correlation test, reference groups had no correlation with knowledge (p=0,364) and intention to buy (p=0,376). However, knowledge had a positive and significantly correlated with intention to buy IPB’s food product (p=0,043). The result of regression test showed that intention to buy IPB’s food product effected by income (p=0,002) and knowledge (p=0,043). Keywords: intention to buy, IPB’s food products, knowledge, reference groups.
ABSTRAK EKA ISTIKHOMAH. Pengaruh Kelompok Acuan dan Pengetahuan terhadap Minat Beli Produk Pangan IPB pada Mahasiswa Program Sarjana. Dibimbing oleh RETNANINGSIH. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi yang banyak menghasilkan produk inovasi baik di bidang teknologi pertanian maupun pangan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kelompok acuan dan pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana. Lokasi penelitian dilakukan di IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat, pada Mei 2012. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dan melibatkan 400 mahasiswa program sarjana dari seluruh fakultas IPB sebagai sampel/partisipan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-Square, korelasi Pearson, regresi linier sederhana, dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok acuan yang paling banyak dipilih adalah teman dekat (33,6%). Lebih dari separuh mahasiswa berada pada kategori sedang terhadap pengetahuan (59,0%) dan minat beli (78,2%) produk pangan IPB. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa kelompok acuan tidak berhubungan dengan pengetahuan (p=0,364) maupun minat beli (p=0,376). Namun, pengetahuan berhubungan positif signifikan dengan minat beli (p=0,043). Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa minat beli produk pangan IPB dipengaruhi oleh uang saku (p=0,002) dan pengetahuan (p=0,043). Kata kunci: kelompok acuan, minat beli, pengetahuan, produk pangan IPB.
RINGKASAN EKA ISTIKHOMAH. Pengaruh Kelompok Acuan dan Pengetahuan terhadap Minat Beli Produk Pangan IPB pada Mahasiswa Program Sarjana. Dibimbing oleh RETNANINGSIH. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok acuan dan pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi kelompok acuan, pengetahuan, dan minat beli mahasiswa program sarjana terhadap produk pangan IPB, (2) menganalisis hubungan kelompok acuan dengan pengetahuan produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana, (3) menganalisis hubungan kelompok acuan dan pengetahuan dengan minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana, dan (4) menganalisis pengaruh kelompok acuan dan pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana. Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional study dengan lokasi penelitian yang ditentukan secara purposive, yakni di Institut Pertanian Bogor yang berlokasi di Kampus IPB Dramaga. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2012. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program sarjana Institut Pertanian Bogor semester 4, 6, dan 8 yang tercatat masih aktif dari seluruh fakultas di IPB. Penentuan mahasiswa dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling berdasarkan seluruh fakultas di IPB sehingga diperoleh sebanyak 400 mahasiswa pada penelitian ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga, kelompok acuan, pengetahuan, serta minat beli dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang telah dilakukan uji coba dan menghasilkan Cronbach Alpha sebesar 0,807 (kelompok acuan), 0,648 (pengetahuan), dan 0,805 (minat beli). Sementara itu, data sekunder diperoleh dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB berupa jumlah mahasiswa program sarjana yang dijadikan sebagai acuan analisis yang diteliti. Daftar produk-produk pangan IPB diperoleh dari outlet seperti University Farm, ADC Taiwan, Botani Square, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), dan koperasi atau kantin yang terletak di masingmasing fakultas. Pengkategorian pengetahuan menggunakan kategori standar baku Khomsan (2003) dengan kategori kurang (<60,0%), sedang (60,0%-80,0%), dan baik (>80,0%), sedangkan pengkategorian minat beli menggunakan rumus kategori interval kelas oleh Slamet (1993), sehingga diperoleh kategori lemah (20,0%-46,7%), cukup (46,8%-73,4%), dan kuat (>73,4%). Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia yang meliputi uji Chi-Square, uji korelasi Pearson, uji regresi linier sederhana, dan uji regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi terbesar adalah mahasiswa perempuan (67,8%) yang sebagian besar berada pada rentang usia 19 hingga 24 tahun (98,8%). Lama studi mahasiswa paling banyak ditempuh di semester 4 (37,5%) dan sebagian besar mahasiswa berasal dari Pulau Jawa (71,5%). Lebih dari separuh mahasiswa (63,8%) memiliki total uang saku sebesar Rp500.001,00 hingga Rp1.000.001,00 yang sebagian besarnya bersumber dari orang tua (89,0%). Mahasiswa yang terlibat pada penelitian ini mayoritas beragama islam (92,2%). Selain itu, mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi memiliki persentase sebesar 65,5 persen, sedangkan dalam mengikuti kegiatan UKM, sebagian besar mahasiswa banyak yang tidak mengikuti kegiatan UKM (82,0%).
2 Karakteristik keluarga mahasiswa menjelaskan proporsi terbesar mahasiswa (61,2%) memiliki jumlah anggota keluarga antara 5-7 orang, sedangkan proporsi terbesar usia ayah mahasiswa (49,2%) berada pada rentang 51 hingga 65 tahun dan usia ibu (72,8%) berada pada rentang 36 hingga 50 tahun. Pendidikan orang tua menggambarkan bahwa proporsi terbesar ayah (31,2%) dan ibu mahasiswa (39,8%) berada pada lama pendidikan 12 tahun (SMA). Proporsi terbesar dari pekerjaan orang tua berada pada ayah yang bekerja sebagai PNS (26,0%) dan ibu mahasiswa sebagai ibu rumah tangga (57,5%). Proporsi tertinggi pendapatan keluarga berada pada rentang antara Rp1.000.001,00 hingga Rp3.000.000,00 setiap bulannya (37,8%). Jika dilihat dari pendapatan per kapita, sebagian besar keluarga mahasiswa (89,5%) berada pada status ekonomi tidak miskin (≥Rp248.707,00) (BPS 2012). Sebaran mahasiswa yang mengetahui jenis produk pangan IPB paling banyak menyebar pada susu fapet (53,3%), teh rosela (39,5%), dan yoghurt (28,5%). Namun, proporsi terbesar berada pada jenis produk pangan IPB, yaitu susu fapet (53,3%). Kelompok acuan menggambarkan bahwa proporsi terbesar yang dipilih mahasiswa sebagai acuan adalah teman dekat (64,9%). Selain itu, teman merupakan sumber informasi yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa (34,0%). Tingkat pengetahuan menjelaskan bahwa proporsi terbesar mahasiswa (59,0%) berada pada tingkat pengetahuan sedang dan proporsi terbesar minat beli mahasiswa (78,2%) berada pada minat beli yang cukup. Hasil uji Chi-Square dan uji korelasi Pearson menjelaskan terdapat hubungan positif antara jenis kelamin dengan pengetahuan, sedangkan usia dan lama studi berhubungan negatif signifikan dengan pengetahuan yang artinya semakin rendah usia dan lama studi mahasiswa maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki. Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara kelompok acuan baik dengan pengetahuan maupun minat beli produk pangan IPB. Namun, pada variabel pengetahuan terdapat hubungan positif siginifikan dengan minat beli yang artinya semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki maka semakin tinggi minat beli produk pangan IPB. Hasil uji regresi linier sederhana dan berganda menjelaskan pengetahuan, uang saku, dan pengetahuan pemakaian berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli produk pangan IPB. Pihak IPB diharapkan dapat menangani proses produksi dan pemasaran dengan meningkatkan produksi produk pangan IPB, peningkatan sosialisasi dan promosi, serta penambahan outlet yang menjual produk pangan IPB. Sementara itu, dosen merupakan salah satu panutan terdekat bagi mahasiswa dalam menentukan dan memeroleh informasi terkait produk pangan IPB. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian kepada mahasiswa, dosen, staf karyawan IPB, pascasarjana atau bahkan masyarakat umum pada perilaku konsumsi terhadap produk pangan IPB. Kata kunci: kelompok acuan, minat beli, pengetahuan, produk pangan IPB.
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, peneltian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENGARUH KELOMPOK ACUAN DAN PENGETAHUAN TERHADAP MINAT BELI PRODUK PANGAN IPB PADA MAHASISWA PROGRAM SARJANA
EKA ISTIKHOMAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Nama Mahasiswa :
Pengaruh Kelompok Acuan dan Pengetahuan terhadap Minat Beli Produk Pangan IPB pada Mahasiswa Program Sarjana Eka Istikhomah
NIM
I24080056
Judul Penelitian
:
:
Disetujui,
Ir. Retnaningsih, M.Si. Dosen Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Kelompok Acuan dan Pengetahuan terhadap Minat Beli Produk Pangan IPB pada Mahasiswa Program Sarjana”, akhirnya dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa hormat dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Ir. Retnaningsih, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 2. Megawati Simanjuntak, S.P, M.Si. selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian yang telah membantu kelancaran jalannya seminar penulis. 3. Megawati Simanjuntak, S.P, M.Si. dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen penguji, Yayang A dan Annisa S selaku pembahas yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi penulis. 4. Direktorat Administrasi Pendidikan (Dit.AP) yang telah bersedia memberikan data mahasiswa IPB sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 5. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di IPB. 6. Orang tua penulis Bapak Karsono, Mama Emilia Temy Dacosta, dan adikadik penulis Karmila Yaumi Nurjanah dan Gesang Ramadhan atas doa dan dukungan yang sangat besar dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Teman-teman seperjuangan penulis Nabila A.F, Mirna Y, dan Ita M yang senantiasa bersama-sama telah memberikan masukan, saran, pendapat, dan berjuang bersama dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 8. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman dekat penulis, Iin, Yayang, Winda, Novya, Nisrinah, Isma, Nisa’, Anisah, Mia, Uun, Tutuk, dan Ria yang telah memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun demikian besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Januari 2013
Eka Istikhomah
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
Latar Belakang ...................................................................................
1
Perumusan Masalah............................................................................
3
Tujuan Penelitian .................................................................................
6
Kegunaan Penelitian ..........................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
7
Kelompok Acuan .................................................................................
7
Pengetahuan .......................................................................................
10
Minat Beli ............................................................................................
12
Penelitian Terdahulu ...........................................................................
14
KERANGKA PEMIKIRAN ..........................................................................
17
METODE PENELITIAN .............................................................................
21
Desain, Tempat, dan Waktu ................................................................
21
Populasi dan Teknik Penarikan Contoh .............................................
21
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................................................
22
Pengolahan dan Analisis Data ...........................................................
23
Definisi Operasional ...........................................................................
27
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
29
Gambaran Umum Produk Pangan IPB ...............................................
29
Karakteristik Mahasiswa ......................................................................
30
Karakteristik Keluarga Mahasiswa ......................................................
34
Kelompok Acuan .................................................................................
38
Pengetahuan .......................................................................................
40
Sumber Informasi ................................................................................
43
Minat Beli .............................................................................................
44
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Pengetahuan Produk Pangan IPB ..........................
45
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Minat Beli Produk Pangan IPB ................................
47
Hubungan antara Kelompok Acuan dan Pengetahuan dengan Minat Beli Produk Pangan IPB ............................................................
48
6 Faktor yang memengaruhi Minat Beli ..................................................
49
Pembahasan ........................................................................................
50
Keterbatasan Penelitian .......................................................................
61
SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................
63
Simpulan ..............................................................................................
63
Saran ...................................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
65
LAMPIRAN ...............................................................................................
69
DAFTAR TABEL Halaman 1
Jenis-jenis produk pangan IPB ............................................................
1
2
Jenis kelompok acuan menurut Peter dan Olson (1996).....................
8
3
Sebaran contoh berdasarkan fakultas .................................................
22
4
Data, jenis data, dan cara pengumpulan data .....................................
23
5
Variabel dan alat ukur penelitian .........................................................
25
6
Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin .................................
31
7
Sebaran mahasiswa berdasarkan usia................................................
31
8
Sebaran mahasiswa berdasarkan lama studi (semester) ....................
31
9
Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah ...................................
32
10 Sebaran mahasiswa berdasarkan agama ...........................................
32
11 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis organisasi .............................
33
12 Sebaran mahasiswa berdasarkan keikutsertaan UKM ........................
33
13 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber uang saku.........................
33
14 Sebaran mahasiswa berdasarkan total uang saku ..............................
34
15 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku utama dan tambahan ...
34
16 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan besar keluarga................
35
17 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan usia orang tua.................
35
18 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan lama pendidikan orang tua..............................................................................................
36
19 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan ayah ......
36
20 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan ibu .........
37
21 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan pendapatan keluarga......
37
22 Sebaran keluarga mahasiswa pendapatan keluarga per kapita ..........
38
23 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan yang paling berpengaruh ........................................................................................
38
DAFTAR TABEL 24 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan dalam pembelian produk pangan IPB ............................................................
39
25 Sebaran mahasiswa berdasarkan pengetahuan tentang jenis produk pangan IPB ..............................................................................
41
26 Persentase mahasiswa yang menjawab benar tentang produk pangan IPB ..........................................................................................
41
27 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk pangan IPB ..........................................................................................
42
28 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk tentang produk pangan IPB .................................................................
42
29 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pembelian produk pangan IPB ..............................................................................
43
30 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pemakaian produk pangan IPB ..............................................................................
43
31 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber informasi tentang produk pangan IPB ..............................................................................
44
32 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat minat beli produk pangan IPB ..........................................................................................
44
33 Sebaran mahasiswa berdasarkan pernyataan terhadap minat beli produk pangan IPB ..............................................................................
45
34 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB ........................................................
45
35 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB ..............................................................................
46
36 Sebaran mahasiswa berdasarkan lama studi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB ........................................................
46
37 Sebaran mahasiswa berdasarkan organisasi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB ........................................................
46
38 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB ........................................................
47
39 Hubungan antara karakteristik keluarga mahasiswa dengan pengetahuan produk pangan IPB ........................................................
47
40 Hubungan antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan minat beli produk pangan IPB..................................
48
41 Hubungan antara pengetahuan, kelompok acuan, dan minat beli produk pangan IPB ..............................................................................
49
42 Faktor yang memengaruhi minat beli produk pangan IPB ..................
49
43 Pengaruh pengetahuan mahasiswa terhadap minat beli produk pangan IPB ..........................................................................................
50
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Kerangka pemikiran pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik mahasiswa, kelompok acuan, dan minat beli pada mahasiswa program sarjana ..................................................................................
20
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Cronbach alpha kuesioner ..................................................................
71
2
Kelemahan produk pangan IPB berdasarkan jawaban mahasiswa ....
71
4
Kelebihan produk pangan IPB berdasarkan jawaban mahasiswa ......
71
5
Saran terhadap produk pangan IPB berdasarkan jawaban mahasiswa ..........................................................................................
71
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Petani yang sejahtera, kondisi ketahanan pangan yang baik, dan kemandirian teknologi tentu dapat menjadi pilar yang kokoh dalam memajukan perekonomian nasional (Hatta, 29 November 2011, komunikasi pribadi)1. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu. Hal ini sejalan dengan teori Maslow yaitu teori hirarki kebutuhan manusia yang menyatakan kebutuhan akan pangan termasuk jenis kebutuhan fisologis yaitu kebutuhan manusia untuk dapat bertahan hidup (Sumarwan 2011). Berbicara terkait hal pangan, tak lepas dari peranan penting pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan yang aman, bergizi, sehat, dan beragam. Beragamnya jenis pangan yang dihasilkan, dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih mengkonsumsi beraneka ragam jenis pangan sehingga dapat meningkatkan status gizi yang baik. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi yang tercatat paling banyak menghasilkan produk inovasi di bidang pertanian baik teknologi maupun pangan sejak tahun 2011 hingga sekarang. Dalam hal ini, produk yang akan dipaparkan adalah produk pangan hasil buatan civitas IPB. Hasil produk pertanian yang bergerak di bidang ketahanan pangan telah diproduksi oleh IPB dan telah berhasil dipasarkan ke konsumen hingga saat ini, beberapa jenis produk pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis-jenis produk pangan IPB2 Jenis produk Produk segar Produk olahan Sayur bayam organik Bio yoghurt Papaya Calina IPB 09 Pudding susu Papaya Malaysia Susu (kedelai, pasteurisasi) Jambu Kristal (A&B) Teh Rosela Sawi emas organik Kaki naga vegi fish Tomat chery Chicken nugget stick & wings Jambu Taiwan IPB 02 Beras (beras organik ‘Way Apaburu’, beras Telur (telur ayam kampung, telur puyuh, organik Ciherang, beras organik Mentik telur omega) Wangi Kerupuk tulang rawan
Produk-produk pangan pada Tabel 1 saat ini telah dipasarkan oleh University Farm IPB, ADC Taiwan, Botani Square, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), dan koperasi atau unit usaha yang terletak di tiap-tiap fakultas. 1
Hatta GM. 2011. Inovasi pertanian untuk kesejahteraan rakyat. Dalam pertemuan Dies Natalies IPB ke-48.[Komunikasi Pribadi] Bogor [29 November 2011].
2
Sumber: Data sekunder dari Farmer Market (2012).
2 Sebagai produk baru, produk pangan IPB masih belum banyak dikenal, sehingga IPB perlu berupaya mensosialisasikan keberadaan dan manfaat bagi civitas akademika maupun masyarakat luar. Salah satu strategi pemasaran yang baik menurut Sigit (2006) adalah pengembangan produk dan promosi yang sesuai dengan kebutuhan target pasar. IPB mulai mencoba memasarkan produk pangannya melalui distributor-distributor yang bergerak di bidang pemasaran produk pertanian. Selain itu, Sigit (2006) menambahkan bahwa produk yang berhasil dipasarkan adalah produk yang dapat diterima konsumen dengan harga, atribut, dan tampilan yang memenuhi kebutuhan konsumen sehingga produsen perlu mengetahui perilaku konsumen dalam memeroleh informasi untuk mendapatkan produk-produk pemasarannya. Terdapat dua faktor dasar yang dapat memengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Kotler & Armstrong 2008). Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok acuan. Kelompok acuan memiliki peranan penting dalam memberikan informasi serta mengubah perilaku seseorang dalam menentukan minat beli terhadap suatu produk. Kelompok acuan merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada pengetahuan hingga perilaku konsumen. Kelompok acuan mampu memengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, minat beli, gaya hidup, kepribadian, dan belajar. Tanggapan konsumen terhadap produk yang dihasilkan sangat penting termasuk penilaian konsumen terhadap atribut-atribut produk. Dalam proses pembelian, minat beli konsumen ini berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimiliki untuk memakai ataupun membeli produk tertentu. Pengetahuan yang dimiliki berbeda-beda untuk setiap konsumen (Sigit 2006). Konsumen akan memilih produk yang mengandung atribut yang diyakini relevan dengan yang dibutuhkan. Penilaian konsumen terhadap atribut produk tergantung pada pengetahuan akan informasi yang lengkap dari produk yang akan dikonsumsi. Informasi ini bisa berasal dari media promosi maupun berdasarkan referensi dari orang atau kelompok tertentu yang memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang produk pangan IPB. Ketika konsumen sudah cukup baik memiliki pengetahuan terhadap produk pangan IPB, maka akan semakin kuat pula minat beli terhadap produk pangan IPB.
3 Penilaian konsumen ini akan memengaruhi minat konsumen. Minat merupakan satu faktor internal (individual) membentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembelian untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman & Kanuk 2004). Dengan demikian, minat beli konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap informasi suatu produk (Kotler & Armstrong 2008). Sebagai konsumen, mahasiswa memiliki kelompok acuan dan pengetahuan yang berbeda-beda dalam memilih suatu produk, demikian halnya pada produk pangan IPB sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh kelompok acuan dan pengetahuan konsumen terhadap minat beli produk pangan IPB. Perumusan Masalah Pangan merupakan masalah yang sangat sensitif. Komitmen Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan tercantum pada Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No. 68 tentang ketahanan pangan. Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi
terpenuhinya
pangan
bagi
rumah
tangga
yang
tercermin
dari
ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Ariani 2006). Masalah yang timbul adalah pertambahan penduduk yang secara otomatis dapat mengurangi lahan pertanian dan perkebunan.
Sementara
itu,
pertambahan
penduduk
secara
otomatis
membutuhkan tambahan ketersediaan pangan dan juga lahan pertanian. Indonesia merupakan negara agraris yang pada kenyataannya belum memiliki kemandirian dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan bagi rakyat. Hal ini ditunjukkan adanya nilai impor dengan komoditi pangan yang masih cukup tinggi di Indonesia, yaitu sekitar 7,0 persen dari total impor pangan di Indonesia. BPS juga mencatat bahwa Indonesia mengimpor sedikitnya 28 komoditi pangan mulai dari beras, jagung, kedelai, gandum, terigu, gula pasir, gula tebu, daging sapi, daging ayam, mentega, minyak goreng, susu, bawang merah, bawang putih, telur, kelapa, kelapa sawit, lada, teh,kopi, cengkeh, kakao, cabai segar dingin, cabai kering tumbuk, cabai awet, tembakau, bahkan singkong alias ubi kayu juga diimpor (Ruslan 2011). Dalam mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas terhadap produk pertanian yang dapat membantu meningkatkan dan memenuhi kebutuhan pangan warga Indonesia.
4 Institut Pertanian Bogor kini sedang berupaya membantu meningkatkan produktivitas produk pertanian. Sebagai produk baru, produk pangan IPB masih belum banyak diketahui oleh masyarakat sehingga tingkat konsumsi produk pangan IPB masih kurang. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kurangnya publikasi dalam proses pemasaran, outlet yang menjual produk masih terbatas, dan harga yang masih relatif mahal masih menjadi kekurangan dari pemasaran produk pangan IPB (Lampiran 2). Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan sosialisasi dan promosi terhadap pengenalan produk pangan IPB baik pada civitas akademika maupun masyarakat luar. Namun, sebelum sampai pada masyarakat, perlu dilihat terlebih dahulu tingkat pengetahuan dan minat beli dari civitas akademik IPB yang merupakan konsumen terdekat dengan produk pangan IPB. Mahasiswa program sarjana IPB merupakan salah satu konsumen terdekat dengan produk pangan IPB dan merupakan populasi terbanyak di kampus IPB. Kelompok acuan akan dijadikan sebagai salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi perilaku konsumsi terhadap suatu produk. Kelompok acuan memberikan standar (norma) dan nilai yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai cara seseorang berpikir atau berperilaku (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Kelompok acuan diharapkan memilki peranan penting dalam memberikan informasi bahkan memiliki peran dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen. Dosen merupakan panutan atau seorang ahli yang diharapkan dapat memberikan informasi bahkan menjadi acuan dalam perilaku pembelian mahasiswa, melihat bahwa dosen mampu memberikan informasi yang terpercaya bagi mahasiswa IPB. Adanya pengaruh dari kelompok acuan, konsumen mampu memiliki informasi dan tingkat pengetahuan yang lebih terkait dengan minat beli konsumen terhadap produk pangan IPB. Oleh karena itu, kelompok acuan dan pengetahuan mahasiswa program sarjana perlu diteliti untuk melihat sejauh mana minat beli mereka terhadap produk hasil buatan IPB sendiri. Beberapa perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kelompok acuan, tingkat pengetahuan, dan minat beli mahasiswa program sarjana terhadap produk pangan IPB? 2. Bagaimana hubungan kelompok acuan dengan pengetahun pada mahasiswa program sarjana terhadap produk pangan IPB?
5 3. Bagaimana hubungan kelompok acuan dan pengetahuan dengan minat beli pada mahasiswa program sarjana terhadap produk pangan IPB? 4. Bagaimana pengaruh kelompok acuan dan pengetahuan terhadap minat beli?
6
6 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelompok acuan yang dipakai dan pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB baik pada mahasiswa program sarjana. Tujuan Khusus 1.
Mengidentifikasi kelompok acuan, pengetahuan, dan minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana.
2.
Menganalisis hubungan antara kelompok acuan dengan pengetahuan produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana.
3.
Menganalisis hubungan kelompok acuan dan pengetahuan dengan minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana.
4.
Menganalisis pengaruh kelompok acuan dan pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah: 1.
Bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan, dan pemahaman kepada peneliti mengenai kelompok acuan, pengetahuan, minat beli produk pangan IPB, serta pengembangan dan pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
2.
Bagi perguruan tinggi. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi serta masukan dalam pengembangan manajemen pemasaran terutama pada hal publikasi atau promosi sehingga produk pangan IPB dapat dikenal dan diketahui baik di kalangan civitas kampus maupun masyarakat luar.
3.
Bagi masyarakat baik civitas akademik diharapkan dapat menjadi sumber informasi
yang
dapat
memengaruhi
minat
untuk
membeli
bahkan
mengkonsumsi produk pangan IPB.
7
TINJAUAN PUSTAKA Kelompok Acuan Kelompok acuan merupakan kelompok yang dianggap sebagai acuan bagi para individu dalam pengambilan keputusan pembelian atau konsumsi untuk menentukan minat beli konsumen. Pada awalnya kelompok acuan dibatasi secara sempit dan hanya mencakup kelompok atau individu yang berinteraksi secara langsung seperti teman, saudara, orang tua, dan kelompok atau individu lainnya. Namun, konsep ini secara berangsur-angsur telah diperluas sehingga kelompok acuan mulai mencakup pengaruh perorangan atau kelompok baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok acuan tidak langsung terdiri dari orang atau kelompok yang masing-masing tidak mempunyai kontak dan interaksi langsung seperti media (televisi, majalah, koran, internet, dan radio), para artis, pahlawan olahraga, pemimpin politik, ataupun orang yang berpakaian baik kelihatan menarik di sudut jalan (Schiffman & Kanuk 2004). Kelompok acuan menurut Sumarwan (2011) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata memengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan sebagai dasar perbandingan atau sebuah referensi dalam menentukan serta memberikan standar, nilai, respon afektif, kognitif, dan perilaku. Bagi seseorang, kelompok acuan bisa berasal dari kelas sosial yang sama atau berbeda, budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari subbudaya yang berbeda pula. Kelompok acuan dapat memengaruhi perilaku individu dalam proses pembelian, kelompok acuan tersebut harus melakukan hal-hal berikut menurut Rorlen (2007): 1.
Memberitahukan dan mengusahakan agar individu menyadari adanya suatu produk atau merek khusus.
2.
Memberikan kesempatan pada individu untuk membandingkan pemikirannya senidri dengan sikap dan perilaku kelompok.
3.
Memengaruhi individu untuk mengambil sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kelompok.
4.
Membenarkan keputusan untuk memakai produk-produk yang sama dengan kelompok.
8 Terdapat lima jenis kelompok acuan serta karakteristiknya menurut Peter dan Olson (1996): Tabel 2 Jenis kelompok acuan Jenis Kelompok Acuan Formal/informal
Primary/secondary
Membership
Aspirational Dissociative
Perbedaan dan Karakteristik Kelompok acuan formal memiliki struktur yang dirinci dengan jelas (contoh kelompok kerja di kantor); sedangkan kelompok informal tidak (contoh kelompok persahabatan/teman kuliah). Kelompok acuan primer melibatkan seringnya interaksi langsung dan tatap muka (contoh keluarga/sanak saudara); sementara pada kelompok sekunder, interaksi dan tatap muka tidak selalu sering (contoh teman yang tinggal di apartemen yang sama) Seseorang menjadi anggota formal dari suatu kelompok acuan (contoh keanggotaan pada kelompok pecinta alam) Seseorang terinspirasi bergabung atau menandingi kelompok acuan aspirasional Seseorang berupaya menghindari atau menolak kelompok acuan disosiatif
Definisi dari kelompok acuan atau referensi adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum/khusus atau pedoman khusus bagi perilaku. Tiga macam pengaruh kelompok acuan dalam Sumarwan (2011): 1.
Pengaruh Normatif Pengaruh normatif adalah pengaruh dari kelompok acuan terhadap seseorang melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti.
2.
Pengaruh Ekspresi Nilai Kelompok acuan akan memengaruhi seseorang melalui fungsinya sebagai pembawa ekspresi nilai.
3.
Pengaruh Informasi Kelompok acuan akan memengaruhi pilihan produk atau merek dari seseorang konsumen karena kelompok acuan tersebut sangat dipercaya sarannya karena ia memiliki pengetahuan dan informasi yang lebih baik. Sementara itu, menurut Schiffman & Kanuk (2004) jenis-jenis kelompok
acuan dibedakan menjadi lima jenis diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kelompok Persahabatan. Konsumen membutuhkan teman dan sahabat sesamanya. Memiliki teman atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai makhluk sosial. Teman dan sahabat bagi seorang konsumen diyakini akan mampu memenuhi kebutuhannya akan
kebersamaan,
kebutuhan
rasa
aman,
kebutuhan
kebutuhan
akan
9 mendiskusikan berbagai masalah ketika konsumen merasa enggan untuk membicarakan dengan orang tua atau saudara kandung. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2003) yang menyatakan bahwa teman merupakan sumber informasi yang cukup efektif dalam memberikan informasi. 2. Kelompok Belanja. Kelompok belanja adalah dua atau lebih orang konsumen yang berbelanja bersama pada waktu yang sama. Kelompok belanja bisa merupakan kelompok persahabatan atau keluarga, namun bisa juga orang lain yang bertemu di toko untuk membeli produk bersama. Seorang konsumen sering membawa teman atau saudara ketika berbelanja. Tujuan membawa teman atau saudara ketika berbelanja bisa bermacam-macam. Pertama adalah tujuan sosial, yaitu untuk menikmati kebersamaan dengan saudara atau teman. Kedua adalah untuk mengurangi resiko kesalahan dalam membeli produk. Konsumen akan membawa teman atau saudara yang telah mengetahui produk tersebut. 3. Kelompok Kerja. Interaksi yang sering dan intensif memungkinkan temanteman sebagai kelompok kerja memengaruhi perilaku konsumsi dan pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk dan jasa dan pemilihan merek. Kelompok kerja bisa berbentuk kelompok kerja formal maupun. Kedua kelompok kerja tersebut akan memengaruhi konsumen dalam memilih merek dan produk yang akan dibelinya. 4. Kelompok atau Masyarakat Maya. Kelompok yang bertemu dan berkomunikasi pada ruang dan waktu yang telah ditentukan. Konsumen yanag akan menjadi anggota kelompok maya atau internet tentu akan sering mengakses informasi yang dibutuhkannya untuk mengambil keputusan dalam pemilihan dan pembelian produk. Masyarakat internet memberikan pengaruh besar kepada pengambilan keputusan konsumen. 5. Kelompok Pegiat. Konsumen yang kecewa dalam pembelian produk dan jasa, akan melakukan beberapa tindakan: (1) diam dan kesal dalam menyampaikan kekecewaannya kepada teman, (2) berkirim surat ke tempat pembelian atau mendatangi toko untuk mengeluh dan minta ganti rugi, (3) berkirim surat dan mengeluh kepada surat kabar atau majalah, atau
mengadu
ke
lembaga
perlindungan
konsumen.
Konsumen
10 memerlukan kelompok yang bisa membantunya ketika dirugikan oleh produsen. Pengetahuan Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen (Sumarwan 2011). Terdapat dua jenis pencarian informasi yaitu secara internal dan eksternal. Pencarian internal terjadi ketika konsumen menggunakan informasinya yang disimpan ke dalam memori, sedangkan pencarian secara eksternal meliputi pencarian informasi dari lingkungan
informasi
yang
dinginkan
karena
informasi
yang
diperoleh
sebelumnya tidak dapat diingat kembali dari memori (Pillai 2009). Jenis-jenis pengetahuan menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) terbagi dalam 3 (tiga) jenis: 1.
Pengetahuan produk. Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan mengenai produk.
2.
Pengetahuan
pembelian.
Pengetahuan
pembelian
meliputi
berbagai
informasi yang diproses oleh konsumen untuk memeroleh suatu produk. Pengetahuan produk terdiri atas pengetahuan dimana membeli produk dan kapan membeli produk. 3.
Pengetahuan pemakaian. Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen, agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen
mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen (Sumarwan 2011). Sementara itu, Peter dan Olson (1996) membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan
tentang
pengetahuan
tentang
mengklasifikasikan
atribut,
pengetahuan
kepuasan.
pengetahuan
Mowen konsumen
tentang dan
keuntungan,
Minor
menjadi
dua
dan
(1995)
juga
jenis,
yaitu
11 pengetahuan objektif dan pengetahuan subjektif. Pengetahuan objektif adalah informasi yang benar mengenai kelas produk yang disimpan dalam memori jangka panjang. Pengetahuan subjektif adalah persepsi konsumen mengenai apa dan berapa banyak yang dia ketahui mengenai kelas produk. Konsumen juga mungkin mengetahui informasi mengenai pengetahuan berbagai hal lainnya. Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen (Engel, Blackwell, & Miniard 1994). Psikolog kognitif mengemukakan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar. Kedua pengetahuan itu adalah pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui, sementara pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Pengetahuan deklaratif dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan episodik dan pengetahuan semantik. Pengetahuan episodik melibatkan pengetahuan yang dibatasi lintasan waktu. Sebaliknya, pengetahuan semantik mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang. Selain kategorisasi pengetahuan di atas, pemasar akan merasakan manfaat pemeriksaan pengetahuan konsumen dalam tiga bidang umum, yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Konsumen yang berpengetahuan banyak lebih terfokus pada informasi yang paling relevan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu produk (Sumarwan 2011). Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu pancaindra konsumen menerima input dalam bentuk stimulus, bisa berbentuk merek, bentuk produk, kemasan, atau bahkan nama produsen. Hal ini terkait dengan pemindahan informasi ke dalam suatu memori, dan suatu ketika memori tersebut memanggil kembali atau mengingat informasi untuk dipakai sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Namun, masalah utama yang sering dihadapi oleh konsumen adalah tidak bisa mengingat kembali semua informasi yang ada di dalam memorinya, atau yang disebut lupa (forgetting). Sementara itu, Green (1980) dalam Andersen (1995) menambahkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku seseorang. Namun, hal ini akan sesuai dengan pernyataan Hasiholan et al.
12 (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang cukup baik dimiliki konsumen akan banyak memeroleh kecenderungan pembelian suatu produk. Rogers (2003) menyatakan bahwa ciri utama konsumen yang inovatif adalah terbuka terhadap produk baru dan senantiasa mencari informasi terkait produk tersebut secara aktif. Selain itu, jenis pengetahuan pemakaian dalam teori pembagian jenis pengetahuan Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) pada hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh
positif
antara
pengetahuan pemakaian terhadap minat beli. Dalam memahami pengetahuan konsumen penting bagi mahasiswa mengetahui apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan yang akan bergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut (Sumarwan 2011). Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki pengetahuan konsumen ketika konsumen sudah memiliki pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Melalui perilaku tersebut, maka terbentuklah pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk berupa kesukaan produk, pemahaman tujuan produk, dan perencanaan konsumsi produk (Naomi 2011). Minat Beli Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) terdapat dua kategori niat pembelian konsumen, yaitu: (1) produk dan merek dan (2) kelas produk. Kategori pertama dirujuk sebagai pembelian yang terencana sepenuhnya karena pada kategori ini konsumen lebih bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli. Beberapa
pembelian
berdasarkan
impuls
tidak
didasarkan
pada
pemecahan masalah konsumen dan paling baik dipandang dari perspektif hedonik atau pengalaman. Menurut penelitian Rook dalam Engel, Blackwell, & Miniard (1995), pembelian berdasar impuls mungkin memiliki satu atau lebih karakteristik berikut: 1.
Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan.
2.
Kekuatan,
kompulsi,
dan
intensitas.
Mungkin
ada
motivasi
mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.
untuk
13 3.
Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, “menggetarkan” atau “liar.
4.
Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan. Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael 1992). Purchasing intention menurut Assael (1992) merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek, atau juga merupakan minat pembelian yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Disamping itu, Assael menyatakan bahwa minat membeli adalah tahap akhir dari suatu proses kebutuhan pembelian yang kompleks. Proses ini dimulai dari munculnya kebutuhan akan suatu produk atau merek (need arcusal) dilanjutkan dengan pemrosesan informasi oleh konsumen (customer information processing). Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk atau merek tersebut. Hasil evaluasi ini yang akhirnya memunculkan minat atau intensi untuk membeli sebelum akhirnya konsumen benar-benar melakukan pembelian. Keinginan untuk membeli (purchasing intention) menurut Howard (1989) diartikan sebagai sikap/keadaan mental yang merefleksikan rencana pembelian untuk membeli beberapa jumlah dari suatu produk yang sudah dikenal dalam jangka waktu tertentu. Hal tersebut sangat berguna bagi pemasar untuk mengerti keinginan pembeli. Pengaruh dari keinginan untuk membeli yaitu akan membuat pembeli untuk mengambil keputusan didalam membeli suatu barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu. Schiffman dan Kanuk (2004) menjelaskan bahwa pengaruh eksternal, kesadaran akan kebutuhan, pengenalan produk dan evaluasi alternatif adalah hal yang dapat menimbulkan minat beli konsumen. Pengaruh eksternal ini terdiri dari usaha pemasaran dan faktor sosial budaya. Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari objek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut
14 berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak. Ferdinand (2006) menjelaskan minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut: a.
Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b.
Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c.
Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
d.
Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminati dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari suatu produk. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian
sebelumnya
yang
terkait
dengan
penelitian
kelompok acuan, pengetahuan, dan minat beli telah banyak dilakukan diantaranya sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2003) dengan judul “Pengaruh Kelompok Acuan, Media Informasi, dan Faktor Lainnya terhadap Perilaku Konsumsi Pakaian Remaja di DKI Jakarta”. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa teman merupakan kelompok acuan yang cukup efektif memberi pengaruh pada remaja. Teman merupakan kelompok acuan yang banyak membantu memilih model pakaian dengan alasan teman merupakan orang yang mudah diajak diskusi, lebih dipercaya, lebih mengerti tentang mode, selera relatif sama, serta memiliki informasi yang cukup banyak tentang mode. Orang tua memberi pengaruh pada remaja lebih kepada aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar dalam pemilihan pakaian serta orang tua merupakan sumber pemberi dana dalam pembelian pakaian. Penelitian yang dilakukan oleh Muqtasidah (2011) dengan judul “Analisis Faktor Kualitas Pelayanan Jasa dan Kelompok Acuan terhadap Keputusan Bersekolah (Study Kasus Pada Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Lamongan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktorfaktor kualitas pelayanan jasa dan kelompok acuan yang dalam hal ini adalah bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan kelompok acuan terhadap keputusan bersekolah di lembaga pendidikan Madrasah Aliyah Negeri
15 (MAN) Lamongan baik secara parsial maupun simultan, variabel yang dominan terhadap keputusan bersekolah, serta faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh siswa dalam melakukan keputusan bersekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok acuan yang paling berpengaruh adalah teman. Teman merupakan kelompok acuan yang mudah untuk diajak berkomunikasi sehingga telah membuat siswa melakukan promosi terhadap temannya sendiri karena pengaruh teman sebaya lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh keluarga. Penelitian selanjutnya oleh Hidayat (2010) dengan judul “Pengaruh Kelompok Acuan terhadap Perilaku Pembelian Konsumen Kawasaki Edge pada Main
Dealer
Kawasaki
Citra
Karya
Pranata
Soekarno-Hatta
Bandung”
menunjukkan bahwa kelompok acuan mempunyai hubungan yang kuat dan positif terhadap perilaku pembelian, semakin tinggi kelompok acuan maka perilaku pembelian akan semakin tinggi pula.
17
KERANGKA PEMIKIRAN Insititut Pertanian Bogor kini memiliki peran dalam mengembangkan dan menciptakan
produktivitas
produk
pertanian
sebagai
upaya
pemenuhan
kebutuhan pangan di Indonesia. Berbagai jenis produk pertanian yang sudah banyak dihasilkan oleh IPB diantaranya jenis produk pertanian segar, produk olahan, mesin pertanian, hingga obat-obatan juga sudah banyak dihasilkan. Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti diantaranya adalah kelompok acuan, pengetahuan, dan minat beli mahasiswa program sarjana IPB terhadap produk pangan IPB. Mahasiswa merupakan salah satu konsumen yang terdekat dengan produk pangan IPB serta mahasiswa terbanyak yang ada di IPB sehingga perlu dilihat minat beli mahasiswa program sarjana terhadap produk pangan IPB. Pengaruh karakteristik
karakteristik
lingkungan
mahasiswa,
merupakan
hal
karakteristik
mendasar
yang
keluarga, diduga
dan dapat
memengaruhi tingkat pengetahuan serta minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Karakteristik mahasiswa yang digunakan terdiri dari jenis kelamin, usia, lama studi, dan uang saku, dan organisasi. Karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, usia orang tua, dan besar keluarga, sedangkan karakteristik lingkungan pada penelitian ini adalah kelompok acuan. Jenis kelamin diduga berkaitan dengan pengetahuan seseorang. Perempuan diduga lebih memiliki pengetahuan terhadap produk pangan IPB lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki karena diduga perempuan lebih sering atau lebih memiliki keingintahuan lebih besar dibandingkan dengan lakilaki terkait perilaku pembelian. Oleh karena itu, perempuan lebih berupaya dalam pencarian informasi untuk meningkatkan pengetahuannya terkait produk pangan IPB sehingga pengetahuan yang dimiliki akan menentukan minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Namun, perempuan memiliki minat beli yang lebih rendah dibandingkan dengan minat beli laki-laki. Perempuan lebih mempunyai minat beli yang cenderung lebih baik untuk menuju kepada proses pembelian, namun terkadang bisa mempertimbangkan kembali minat belinya setelah memeroleh informasi baru (Prihatiningsih 2008). Usia dan lama studi diduga memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Semakin tinggi usia mahasiswa maka semakin lama studi yang ditempuh sehingga dapat dikatakan pengetahuan
18 yang dimiliki mahasiswa semakin meningkat pula. Hal ini terkait dengan lama waktu yang dimiliki untuk mencari informasi produk lebih mendalam. Usia dan lama studi mahasiswa diduga juga menentukan minat beli produk pangan IPB. Mahasiswa yang memiliki usia lebih tua diduga mampu melakukan perencanaan pembelian dengan baik dibandingkan dengan mahasiswa yang berada pada usia muda. Selain itu, lama studi diduga mampu menentukan minat beli seseorang. Semakin lama mahasiswa menempuh studinya, pengetahuan yang dimiliki dirasa cukup untuk menentukan minat beli produk pangan IPB. Keluarga pembelian
memiliki
seseorang.
peranan
penting
Pengetahuan
dalam
seseorang
menentukan
erat
kaitannya
perilaku dengan
pendidikan. Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi dapat menghasilkan pengetahuan dan informasi yang baik terhadap penerimaan produk baru. Tingkat pendidikan orang tua diduga tekait dengan pengetahuan seorang anak yang dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Tingginya pendidikan yang dimiliki orang tua diduga lebih memiliki peran dalam pemberian informasi tentang produk baru. Jenis pekerjaan orang tua yang beragam bisa menghasilkan pendapatan yang berbeda antar keluarga. Pendapatan orang tua diduga berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki anak. Pendapatan merupakan upah orang tua yang diperoleh melalui aktivitas yang dilakukan. Pendapatan keluarga secara tidak langsung diduga berkaitan dengan pengetahuan mahasiswa. Pendapatan mampu menentukan uang saku yang akan dimiliki mahasiswa sehingga dengan uang saku yang dimiliki akan menentukan kemampuan seseorang dalam memeroleh informasi yang diinginkan dan akan diteruskan hingga perilaku pembeliannya. Pengaruh
lingkungan
sangat
memengaruhi
seseorang
dalam
menentukan kelompok acuan yang digunakan serta dalam memeroleh pengetahuan terkait dengan produk pangan IPB sehingga dapat dilihat minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Kelompok acuan menjadi variabel yang diduga akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan minat seseorang terhadap produk pangan IPB. Kelompok acuan diperoleh dari orang atau kelompok yang berinteraksi langsung dalam memengaruhi konsumen seperti teman, saudara, dosen, atau individu lainnya. Sumarwan (2011) mendefinisikan bahwa kelompok acuan adalah individu atau sekelompok orang yang dapat memengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan
perilaku
konsumen.
Kelompok
acuan
diasumsikan
mampu
19 memberikan pengaruh terhadap perolehan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Selain itu, kelompok acuan juga menjadi hal yang penting dalam memengaruhi dan mengarahkan mahasiswa terhadap minat beli suatu produk pangan IPB. Sebelum
melakukan
konsumsi
terlebih
dahulu,
mahasiswa
perlu
mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap suatu produk. Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki mahasiswa mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan produk atau jasa. Pengetahuan konsumen memiliki tiga jenis pengetahuan menurut teori Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Pengetahuan konsumen diduga akan memengaruhi minat beli seseorang. Konsumen yang memiliki pengetahuan yang lebih baik mampu menunjukkan minat beli seseorang dalam mengkonsumsi atau membeli suatu produk atau jasa, bahkan sebaliknya seseorang atau individu bisa jadi tidak memiliki minat beli terhadap suatu produk atau jasa ketika seseorang mempunyai pengetahuan terhadap produk atau jasa. Sikap mahasiswa yang sering digunakan dalam suatu studi atau penelitian terkait konsumen terdiri dari tiga komponen diantaranya adalah komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Pada penelitian ini, komponen sikap yang akan digunakan adalah komponen konatif atau yang menggambarkan minat beli (intention to buy) mahasiswa. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa minat beli (intention to buy) dapat menggambarkan komponen
konatif
yang
menunjukkan
kecenderungan
seseorang
untuk
melakukan suatu tindakan atau perilaku yang berkaitan dengan suatu objek. Minat beli seseorang ditentukan oleh sejauh mana konsumen mampu menyimpan informasi baik dalam memori jangka pendek maupun memori jangka panjang yang akan dijadikan sebagai pengetahuan seseorang untuk mempunyai minat beli terhadap produk atau jasa. Oleh karena itu, kelompok acuan, pengetahuan, serta pengaruhnya terhadap minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana IPB sangat penting untuk diketahui lebih jauh.
20 20
Karakteristik Keluarga • • • • •
Lama pendidikan ayah/ibu Pendapatan ayah/ibu Besar keluarga Pekerjaan ayah/ibu Usia ayah/ibu Komponen Sikap Karakteristik Mahasiswa • • • • •
Jenis Kelamin Usia Lama studi Uang saku Organisasi
Pengetahuan
Kognitif Afektif
a. Pengetahuan produk b. Pengetahuan pembelian c. Pengetahuan pemakaian
Konatif/Minat Beli
Faktor Lingkungan • Kelompok Acuan • Budaya • Karakteristik situasi ekonomi • Situasi konsumen
Perilaku Pembelian
: Variabel yang diteliti
: diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: tidak diteliti
Gambar 1 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik mahasiswa, kelompok acuan, dan pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana IPB.
21
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu atau periode tertentu. Lokasi penelitian dilakukan di kampus IPB Darmaga di Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dan mahasiswa dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa kampus IPB Darmaga merupakan daerah yang banyak ditemui mahasiswa aktif program sarjana. Waktu penelitian terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan, analisis data hingga penulisan laporan yang dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Januari 2013. Populasi dan Teknik Penarikan Contoh Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa program sarjana IPB yang masih aktif di semester 4, 6, dan 8 berdasarkan informasi yang diperoleh pada bulan april 2012. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 9.611 mahasiswa. Mahasiswa program sarjana dipilih sebagai contoh dengan pertimbangan bahwa mahasiswa merupakan populasi terbanyak di kalangan civitas akademika IPB. Teknik penarikan contoh menggunakan teknik probability sampling yakni simple random sampling dari kesembilan fakultas diantaranya Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Penentuan jumlah contoh ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar 2005), yaitu
Keterangan : n = jumlah mahasiswa yang diambil N = jumlah populasi mahasiswa program sarjana e = batas kesalahan pengambilan contoh
Dari rumus slovin diperoleh jumlah contoh sebanyak 400 mahasiswa. Kemudian penentuan jumlah contoh untuk setiap fakultas dilakukan secara proportional (Tabel 3).
22
22 Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan fakultas
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Fakultas
Jumlah Mahasiswa (Ni)
Persentase (%)
Jumlah Contoh (n)
Pertanian Kedokteran Hewan Perikanan dan Ilmu Kelautan Peternakan Kehutanan Teknologi Pertanian Matematika dan IPA Ekonomi dan Manajemen Ekologi Manusia
1.163 512 981 620 1.046 1.188 1.857 1.382 862
12 5 10 6 11 12 19 14 9
48 21 41 26 44 49 77 58 36
Total
9.611
100
400
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh mahasiswa. Data primer meliputi data karakteristik mahasiswa (jenis kelamin, usia, lama studi, uang saku, dan organisasi), karakteristik keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, besar keluarga, pekerjaan orang tua, dan usia orang tua), kelompok acuan, pengetahuan, serta minat beli. Kuesioner yang dibuat telah dilakukan uji realibilitas (uji cronbach alpha) dengan standar nilai cronbach alpha diatas 0,60 yakni 0,807 untuk kelompok acuan, 0,648 untuk pengetahuan, dan 0,805 untuk minat beli. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah: 1.
Kelompok acuan. Instrumen kelompok acuan merupakan instrumen hasil pengembangan dari Saufika (2012) dan Hasanah (2003) yang dimodifikasi oleh peneliti. Instrumen dibuat dalam 14 item pertanyaan tertutup dengan lima pilihan kelompok acuan (teman dekat, teman organisasi, dosen, dan lainnya). Mahasiswa dapat memilih lebih dari satu kelompok acuan dengan cara meranking kelompok acuan yang menurut mahasiswa berpengaruh dan mahasiswa diperbolehkan untuk memilih kelompok acuan lebih dari satu.
2.
Pengetahuan. Instrumen pengetahuan merupakan instrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari delapan item penyataan yang menggambarkan pengetahuan tentang produk, pembelian, dan pengetahuan pemakaian (Engel, Blackwell, & Miniard 1994). Opsi jawaban yang diberikan adalah “ya” dan “tidak”.
23 3.
Minat beli. Instrumen minat beli merupakan instrumen yang dikembangkan sendiri oleh peneliti yang terdiri dari lima item pernyataan tertutup. Opsi jawaban yang diberikan adalah Sangat Tidak Setuju (STS), Cukup Setuju (CS), Sangat Setuju (SS), Tidak Setuju (TS), dan Setuju (S). Data sekunder diperoleh dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB
berupa jumlah mahasiswa program sarjana. Selain itu, daftar jenis-jenis produk pangan IPB diperoleh dari outlet-outlet seperti University Farm, Botani Square, ADC Taiwan, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) dan kantin atau koperasikoperasi yang ada di masing-masing fakultas. Berikut sebaran data, jenis data, dan cara pengumpulan data (Tabel 4). Tabel 4 Data, jenis data, dan cara pengumpulan data No 1.
Data Karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga Kelompok acuan Pengetahuan Minat beli Data mahasiswa program sarjana IPB
Jenis data Primer
Cara Pengumpulan Pengisian kuesioner
Primer Primer Primer Sekunder
6.
Profil institusi
Sekunder
7.
Produk pangan IPB
Sekunder
Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner permohonan biodata mahasiswa program sarjana IPB Permohonan data kampus program sarjana IPB Permohonan data produkproduk pangan IPB
2. 3. 4. 5.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS for Windows versi 16. Pengolahan data meliputi coding, scoring, entrying, cleaning, dan analyzing. Analisis data dilakukan secara statistik melalui uji deskriptif dan uji inferesia. Uji deskriptif meliputi rata-rata, standar deviasi, nilai minimal, dan nilai maksimal. Uji inferesia meliputi uji Chi-Square, uji korelasi Pearson, uji regresi linier sederhana, dan uji regresi linier berganda. Analisis deskriptif yang meliputi frekuensi, tabulasi silang, maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik mahasiswa yang meliputi jenis kelamin, usia, lama studi, uang saku, sumber uang saku, asal daerah, agama, keikutsertaan UKM dan organisasi, tingkat pengetahuan dan minat beli. Selain itu, analisis deskriptif juga dilakukan pada tiga jenis pengetahuan yaitu, pengetahuan produk, pembelian, dan pemakaian.
24 Pengolahan instrumen pengetahuan diproleh dari jumlah total skor delapan item pernyataannya yang dikonversi menjadi skor persentase, kemudian skor persentase tersebut dikelompokkan kedalam tiga kategori menurut Khomsan (2003) yaitu kategori kurang (<60,0%), sedang (60,0%-80,0%), dan baik (>80,0%). Sementara itu, instrumen minat beli diproleh dari jumlah total skor lima item pernyataan yang dikonversi menjadi skor persentase dengan menggunakan rumus kategori interval menurut Slamet (1993) sebagai berikut.
Pengelompokkan kategori adalah: Lemah
: skor minimum ≤ x ≤ skor minimum + IK
Cukup
: skor minimum + IK < x ≤ skor minimum + 2IK
Kuat
: x > skor minimum (NR) + 2IK Hasil perhitungan interval kelas didapatkan nilai interval sebesar 26,7%.
Kemudian total skor persentase minat beli yang diperoleh, dikelompokkan kedalam tiga kategori diantaranya kategori lemah (20,0%-46,7%), cukup (46,8%73,4%), dan kuat (>73,4%). Analisis inferensia yang terdiri dari uji Chi-Square, uji korelasi Pearson, uji regresi linier sederhana, dan uji regresi linier berganda. Uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik mahasiswa (jenis kelamin dan keikutsertaan organisasi), karakteristik keluarga (pekerjaan orang tua) baik dengan variabel pengetahuan maupun minat beli. Uji korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik mahasiswa (usia, lama studi, dan uang saku), karakteristik keluarga (besar keluarga, lama pendidikan orang tua, usia orang tua, pendapatan keluarga, dan pendapatan per kapita) baik dengan variabel pengetahuan maupun minat beli. Selain itu, uji korelasi Pearson juga digunakan
untuk
melihat
hubungan
antar
variabel
kelompok
acuan,
pengetahuan, dan minat beli. Uji regresi linier dibagi menjadi dua jenis yaitu, uji regresi linier sederhana dan uji regresi linier berganda. Uji regresi linier sederhana digunakan untuk melihat pengaruh variabel pengetahuan terhadap minat beli. Sementara itu, Uji regresi linier berganda adalah digunakan untuk melihat pengaruh usia, uang saku, pendapatan per kapita, pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, pengetahuan pemakaian, jenis kelamin, dan kelompok acuan. Persamaan linier yang digunakan untuk uji regresi adalah sebagai berikut.
25 Y= α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + D1 + D2 + € Keterangan: Y : Minat beli (skor) α : Konstanta regresi β : Koefisien regresi X1 : Usia (th) X2 : Uang saku (Rp/bln) X3 : Pendapatan per kapita (Rp/bln) X4 : Pengetahuan produk (skor)
X5 : Pengetahuan pembelian (skor) X6 : Pengetahuan pemakaian (skor) D1 : Jenis kelamin (1=laki=laki; 2=perempuan) D2 : Kelompok acuan (1=teman; 2=lainnya) € : error
Adapun variabel, skala data, dan kategori penelitian ini secara keseluruhan dijelaskan pada Tabel 5. Tabel 5 Variabel dan alat ukur penelitian Variabel Kelompok acuan
Skala Data Nominal
Pengetahuan
Nominal
Minat beli
Ordinal
Jenis kelamin
Nominal
Usia contoh
Rasio
uang saku
Rasio
Asal daerah
Nominal
Organisasi
Nominal
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kategori Skala Data Sahabat/teman dekat Teman organisasi Dosen Lainnya Kurang (<60,0%) Sedang (60,0%-80,0%) Baik (>80,0%) Lemah (20,0%-46,7%) Cukup (46,8%-73,4%) Kuat (>73,4%) Laki-laki Perempuan Remaja lanjut (16-18 th) Dewasa awal (19-24 th) ≤ 500.000,00 500.001,00-1.000.000,00 >1.000.00,00 Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali, Nusa Tenggara, dan Lombok Papua Lainnya BEM /DPM KM BEM/ DPM Fakultas HIMPRO Organisasi keagamaan Organisasi Kedaerahan Tidak mengikuti organisasi
Keterangan -
Khomsan (2003) Slamet (1993) Sumarwan (2011) -
-
26
26 Tabel 5 (lanjutan)
Variabel Agama
Skala Data Nominal
Sumber uang saku
Nominal
Besar keluarga
Rasio
Lama pendidikan orang tua (ayah & ibu)
Rasio
Jenis ayah
Pekerjaan
Nominal
Jenis ibu
Pekerjaan
Nominal
Usia orang (ayah & Ibu)
tua
Pendapatan total
Rasio
Rasio
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Skala Data Islam Kristen Protestan Katolik Hindu Budha Orang tua Beasiswa Wali/saudara Wirausaha/ bekerja Kecil (≤4 org) Sedang (5-7 org) Besar (≥8 org) SD (6 tahun) SMP (9 tahun) SMA (12 tahun) Diploma (13-15 tahun) Sarjana (16 tahun) Pascasarjana (18-21 tahun) PNS Guru/dosen/peneliti Pegawai (Swasta/BUMN) Wiraswasta Polri/TNI (AD,AL)/ABRI Pensiunan Petani IRT PNS Guru Pegawai (Swasta, BUMN, BUMD) Wiraswasta Pensiunan Dewasa lanjut (25-35 th) Separuh baya (36-50 th) Tua (51-65 th) Lanjut usia (>65 th) 1.000.000,00 1.000.001,00-3.000.000,00 3.000.001,00-5.000.000,00 5.000.00,00-8.000.000,00 >8.000.000,00
Keterangan -
-
-
-
-
Sumarwan (2011)
-
27 Definisi Operasional Contoh adalah mahasiswa aktif program sarjana IPB tahun ajaran 2011/2012 yang berada pada semester 4, 6, dan 8. Produk pangan IPB adalah produk pangan yang telah dipasarkan atau di distribusikan oleh pihak IPB. Karakteristik mahasiswa adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh individu meliputi usia, jenis kelamin, uang saku, organisasi, dan lama studi, asal daerah, agama, sumber uang saku, keikutsertaan UKM dan organisasi. •
Usia adalah lama kehidupan yang dicapai seseorang yang dinyatakan dalam satuan tahun.
•
Uang saku adalah jumlah pendapatan yang dimiliki mahasiswa setiap bulan terdiri dari uang saku utama dan uang saku tambahan. Uang saku ini dapat berasal dari orang tua, saudara, beasiswa, bekerja, dan sumber yang lainnya.
•
Sumber uang saku adalah sumber yang memberikan pendapatan untuk mahasiswa, baik uang saku utama maupun uang saku tambahan.
•
Organisasi adalah kegiatan ekstra kampus yang melibatkan kelompok ataupun
individu
dalam
berbagai
departemen,
fakultas,
bahkan
universitas. •
Lama studi adalah lama belajar mahasiswa dalam menempuh studi di IPB dengan satuan semester.
•
Asal daerah adalah daerah asal yang ditinggali.
•
Agama adalah kepercayaan yang dianut mahasiswa yang terdiri dari Islam, Kristen, Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha.
Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri keluarga mahasiswa yang meliputi pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, besar keluarga, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan pendapatan per kapita. •
Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh orang tua dari hasil dari pekerjaan maupun pemberian dari saudara atau wali.
•
Tingkat pendidikan orang tua adalah lama pendidikan yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa.
•
Pekerjaan orang tua adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua yang kemudian akan dibayarkan dengan upah atau penghasilan.
•
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih tinggal dalam satu rumah.
28 •
Pendapatan per kapita adalah jumlah uang yang diperoleh orang tua dari hasil dari pekerjaan maupun pemberian dari saudara atau wali, dibagi dengan jumlah anggota keluarga.
Kelompok acuan adalah kelompok atau individu yang mampu memengaruhi atau memberi informasi terkait dengan minat beli produk pangan IPB. •
Teman dekat adalah teman yang melakukan studi di IPB baik berbeda fakultas dan jurusan maupun berada dalam satu fakultas dan jurusan yang sama serta memiliki hubungan yang erat dan interaksi yang lebih.
•
Teman organisasi adalah teman yang memiliki hubungan tidak terlalu erat serta intensitas pertemuannya dan interaksinya di dalam organisasi.
•
Dosen adalah seorang ahli di bidang pengajaran di perguruan tinggi yang melakukan proses pengajaran.
Pengetahuan adalah segala informasi yang dimiliki dari seseorang terhadap produk pangan IPB. Minat beli adalah kecenderungan adanya niat untuk membeli suatu produk pangan IPB yang memungkinkan timbul suatu perilaku pembelian pada mahasiswa.
29
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Produk Pangan IPB Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi negeri berbasis pertanian terbaik di Indonesia. Indonesia merupakan negara agraris yang terkenal yang kaya akan sumberdaya alamnya sehingga IPB kini sedang turut serta mengupayakan dan meningkatkan kembali pendidikan berbasis pertanian agar para penerus bangsa dapat mengelola sumberdaya alam di Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini juga sesuai dengan visi IPB yang tercantum dalam IPB (2008) yakni “Menjadi perguruan tinggi riset terkemuka dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan kehormatan”. Pertanian tropika menjadi kompetensi utama IPB dalam mencetak mahasiswa yang ahli di bidangnya serta memiliki karakter kewirausahaan agar Indonesia lebih maju dan dapat memperluas lapangan pekerjaan. IPB memiliki mandat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sumberdaya manusia, menghasilkan varietas unggul di bidang agribisnis dan agroindustri buah-buahan dan sayuran unggul, produk pangan olahan yang kreatif dan inovatif. Salah satu bentuk kepedulian IPB dalam pemenuhan kebutuhan pangan yakni mulai banyaknya riset dan penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika IPB. Para mahasiswa dan dosen merupakan civitas akademika yang banyak mengembangkan produk-produk inovasi dan kreatif, khususnya produk pangan sehingga IPB juga memberikan fasilitas atau wadah bagi mahasiswa ataupun civitas akademika untuk mengembangkan penelitianpenelitian sekaligus di bidang wirausaha. Beberapa fasilitas terkait yaitu pusatpusat pengembangan penelitian diantaranya adalah pusat pengembangan ilmu dan tekonologi pertanian dan pangan asia tenggara (SEAFAST), ADC Taiwan, pusat kajian penerapan ilmu teknik untuk pertanian tropika, pusat penelitian dan pengembangan kewirausahaan, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKBT), dan University Farm. Produk pangan IPB yang telah dipasarkan antara lain sayuran University Farm IPB (bayam hijau dan merah organik, cabe lombok, cabe merah besar, cabe keriting, cabe rawit hijau, kentang, wortel, caisin, pakcoy, kalian, terong ungu panjang, tomat ceri, jagung manis, oyong, kanikir, tomat besar, tomat bondol, bawang putih, pepaya Calina IPB 09, pepaya Malaysia, jambu Kristal, kunyit, jahe, bawang daun, salam dan sereh), sayuran ADC Taiwan (bayam
30 hijau dan merah organik, asparagus, baby buncis, kalian, caisin organik, terong bulat, jambu kristal A, jambu kristal B, sawi emas organik, tomat chery, jambu Taiwan IPB 02, sawi sendok organik, selada keriting organik, oyong Taiwan, pakcoy organik, kucai, okra merah, kacang merah panjang), produk minuman (bio yogurt, puding susu, susu pasteurisasi, teh rosela, yoghurt ice, susu ), telur (telur ayam kampung, telur puyuh, telur asin), ikan, daging dan olahannya (kaki naga vegi fish, sosis sapi, sosis ayam, chicken nugget stick, chicken wings, dendeng ikan nila), beras (beras organik ‘Way Apaburu’, beras organik Ciherang, beras organik Mentik Wangi), serta produk kering (bajigur, bandrex, keripik buah, manisan mangga, manisan ‘papaya’, mulberry tea, teh rosela, green tea, kerupuk tulang rawan). Produk-produk tersebut yang saat ini telah dipasarkan oleh University Farm IPB dan ADC Taiwan. Karakteristik Mahasiswa Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa karakteristik demografis adalah kelompok yang didasarkan pada usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, tahapan dalam keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, ras, agama, generasi dan kewarganegaraan. Beberapa karakteristik mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah jenis kelamin, usia, lama studi (semester), asal daerah, agama, organisasi yang diikuti, sumber uang saku, dan besar uang saku mahasiswa. Hasil dari karakteristik mahasiswa program sarjana IPB akan dijelaskan pada tabel-tabel berikut. Jenis kelamin. Jumlah mahasiswa pada penelitian ini sebanyak 400 mahasiswa dengan sembilan fakultas yang terdiri dari Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Hasil penelitian menggambarkan bahwa proporsi terbesar mahasiswa (67,8%) berjenis kelamin perempuan sedangkan proporsi terkecil (32,2%) berada pada mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa populasi mahasiswa perempuan di IPB pada tahun ajaran 2011/2012 lebih besar dibandingkan mahasiswa laki-laki (Tabel 6).
31 Tabel 6 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persen (%)
Laki-laki
129
32,2
Perempuan
271
67,8
Total
400
100,0
Usia mahasiswa. Usia merupakan lama kehidupan seseorang yang diukur berdasarkan tahun. Perbedaan usia seseorang dapat menyebabkan perbedaan kesukaan terhadap selera dan merek terhadap suatu produk (Sumarwan 2011). Usia mahasiswa berada pada kisaran 17-24 tahun dengan rata-rata 20,4 tahun. Tabel 7 menunjukkan sebagian besar mahasiswa (98,8%) berada pada usia dewasa awal (19-24 tahun) dan hanya 1,2 persen mahasiswa yang berada pada usia remaja (16-18 tahun). Tabel 7 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia Usia Remaja lanjut (16-18 th) Dewasa awal (19-24 th) Total Min-Maks (th) Rataan ± Sd (th)
Jumlah (n) 5 395 400
Persen (%) 1,2 98,8 100,0 17-24 20,4 ± 1,1
Lama studi. Lama kuliah yang ditempuh oleh mahasiswa dinyatakan dalam satuan semester. Tabel 8 menggambarkan bahwa proporsi mahasiswa cenderung menyebar pada masing-masing tingkat semester yaitu semester 4, 6, dan 8. Namun, proporsi terbesar pada mahasiswa yang berada di semester 4 (37,5%), kemudian mahasiswa yang berada pada semester 8 (32,5%), dan mahasiswa yang berada pada semester 6 (30,0%). Tabel 8 Sebaran mahasiswa berdasarkan lama studi (semester) Lama studi (Semester) 4 6 8 Total
Jumlah (n) 150 120 130 400
Persen (%) 37,5 30,0 32,5 100,0
Asal daerah. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa asal daerah merupakan lokasi geografik tempat seorang konsumen tinggal yang kemudian akan memengaruhi pola konsumsinya. Proporsi terbesar mahasiswa (71,5%) berasal dari daerah jawa, 22,0 persen berasal dari daerah Sumatera, dan
32 selebihnya tersebar di berbagai daerah diantaranya adalah Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Lombok, Papua, Maluku, dan Malaysia. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa IPB memiliki latar belakang daerah asal yang beragam budayanya (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran mahasiswa berdasarkan asal daerah Asal Daerah
Jumlah (n)
Persen (%)
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali, Nusa Tenggara, dan Lombok Papua Lainnya (Maluku, Malaysia)
88 286 5 9 6 2 4
22,0 71,5 1,2 2,3 1,5 0,5 1,0
Total
400
100,0
Agama. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa salah satu karakteristik demografik yang sangat penting adalah agama. Semua ajaran agama sangat memengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku konsumen dari para penganutnya. Tabel 10 menunjukkan hampir seluruh mahasiswa (92,2%) menganut agama Islam, sedangkan mahasiswa lainnya beragama Kristen Protestan (5,3%), Katolik (2,0%), Hindu (0,5%), dan tidak ada mahasiswa IPB yang menganut agama Budha. Tabel 10 Sebaran mahasiswa berdasarkan agama Agama Islam Kristen Protestan Katolik Hindu Budha Total
Jumlah (n)
Persen (%)
369 21 8 2 0 400
92,2 5,3 2,0 0,5 0,0 100,0
Organisasi. Organisasi adalah kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan kampus untuk melatih mahasiswa dalam berorganisasi serta kemampuan softskills. Berbagai macam organisasi yang ada seperti BEM, HIMPRO, dan organisasi lainnya. Tabel 11 menunjukkan bahwa HIMPRO merupakan jenis organisasi yang paling banyak diminati oleh mahasiswa (36,0%). Namun, proporsi terbesar berada pada mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi baik di dalam kampus maupun di luar kampus (40,0%).
33 Tabel 11 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis organisasi Organisasi yang diikuti
Jumlah (n)
BEM/DPM KM BEM/DPM Fakultas HIMPRO Organisasi keagamaan Organisasi kedaerahan Tidak mengikuti organisasi Total
9 59 144 13 15 160 400
Persen (%) 2,2 14,8 36,0 3,2 3,8 40,0 100,0
Unit Kegiatan Mahasiswa. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan kampus dengan beragam spesialisasi bidang masing-masing seperti kesenian, bahasa, olahraga dan lain sebagainya. UKM merupakan wadah bagi mahasiswa yang memiliki bakat dan keahlian di bidangnya masing-masing serta dapat mengasahnya menjadi sesuatu yang berguna baik bagi diri sendiri maupun universitas. Hasil penelitian menjelaskan sebagian besar mahasiswa (82,0%) banyak yang tidak mengikuti kegiatan UKM di kampus (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran mahasiswa berdasarkan keikutsertaan UKM Keikutsertaan UKM Mengikuti Tidak Mengikuti Total
Jumlah (n) 72 328 400
Persen (%) 18,0 82,0 100,0
Sumber uang saku. Sumber uang saku memberikan pendapatan untuk mahasiswa. Mahasiswa dalam penelitian ini mendapatkan uang saku dari sumber yang beragam. Sumber uang saku dibagi menjadi dua tipe yaitu sumber uang saku utama dan sumber uang saku tambahan. Sebagian besar mahasiswa (89,0%) memiliki sumber uang saku utama yang berasal dari orang tua, sedangkan pada sumber uang saku tambahan sebesar 68,5 persen mahasiswa tidak memiliki sumber uang saku tambahan (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber uang saku Sumber uang saku Orang tua Beasiswa Wali/Saudara Wirausaha, bekerja Tidak ada Total
Uang saku utama n % 356 89,0 38 9,4 3 0,8 0 0,0 3 0,8 400 100,0
Uang saku tambahan n % 18 4,5 70 17,5 12 3,0 26 6,5 274 68,5 400 100,0
34 Uang
saku.
uang
saku
merupakan
sumber
pendapatan
utama
mahasiswa. Uang saku mahasiswa berkisar antara Rp200.000,00 hingga Rp3.000.000,00 dengan rata-rata uang saku sebesar Rp943.850,00. Tabel 14 menjelaskan proporsi terbesar mahasiswa (63,8%) memiliki uang saku dengan kisaran antara Rp500.001,00 sampai dengan Rp1.000.000,00 setiap bulannya. Tabel 14 Sebaran mahasiswa berdasarkan total uang saku Uang saku (Rp/bulan)
Total n % 42 10,4 255 63,8 103 25,8 400 100,0 200.000,00-3.000.000,00 943.850,00 ± 416.948,19
≤500.000,00 500.001,00-1.000.000,00 >1.000.000,00 Total Min-Maks (Rp/bln) Rataan ± Sd
Uang saku dibagi menjadi dua macam yaitu uang saku utama dan uang saku tambahan. Uang saku utama mahasiswa berkisar Rp200.000,00 hingga Rp3.000.000,00
dengan
rata-rata
Rp834.600,00.
Sebesar
65,8
persen
mahasiswa memiliki uang saku utama berkisar antara Rp500.001,00 sampai dengan Rp1.000.000,00 setiap bulannya. Uang saku tambahan berfungsi menambah uang saku utama mahasiswa. Uang saku tambahan berkisar Rp0,00 hingga Rp1.230.000,00 dengan rata-rata Rp109.250,00 setiap bulannya dan hampir seluruh mahasiswa (97,2%) memiliki uang saku tambahan kurang dari Rp500.000,00 setiap bulannya (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku utama dan tambahan Uang saku (Rp/bulan) ≤500.000,00 500.001,00-1.000.000,00 >1.000.000,00 Total Min-Maks (Rp/bln) Rataan ± Sd
Utama n % 83 20,8 263 65,8 54 13,4 400 100,0 200.000,00-3.000.000,00 834.600,00 ± 416.661,54
Tambahan n 389 9 2 400
% 97,2 2,3 0,5 100,0 0-1.230.000,00 109.250,00 ± 192.808
Karakteristik Keluarga Mahasiswa Keluarga adalah lingkungan dimana sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi. Beberapa karakateristik keluarga yang digunakan pada penelitian ini diantaranya besar keluarga, usia orang tua, lama pendidikan orang
35 tua, jenis pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua. Hasil penelitian karakteristik keluarga dijelaskan pada tabel-tabel berikut. Besar keluarga. Jumlah anggota keluarga dapat menentukan jumlah dan pola konsumsi seseorang. Sumarwan (2011) menyatakan semakin banyak anggota keluarga semakin banyak pula jumlah pembelian dan konsumsi yang dilakukan, dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dengan jumlah yang sedikit. Kategori besar keluarga dibagi menjadi tiga yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Tabel 16 menjelaskan besar keluarga mahasiswa berada pada kisaran antara 2-14 anggota keluarga dengan rata-rata 5 orang. Proporsi
terbesar mahasiswa
(61,2%) berdasarkan besar keluarga berada pada kategori keluarga sedang, kemudian sebanyak 20 mahasiswa (5,0%) besar keluarga berada pada kategori keluarga besar. Tabel 16 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan besar keluarga Besar keluarga Kecil (≤4 org) Sedang (5-7 org) Besar (≥8 org) Total Min-Maks (org) Rataan ± Sd (org)
Jumlah (n) 135 245 20 400
Persen (%) 33,8 61,2 5,0 100,0 2-14 5±2
Usia orang tua. Tabel 17 menjelaskan bahwa proporsi terbesar usia ayah menyebar rata pada rentang usia antara 36 hingga 50 tahun dan antara 51 hingga 65 tahun. Namun, proporsi terbesar usia ayah yakni antara 51 hingga 65 tahun (48,2%). Rata-rata usia ayah 52 tahun yang berada di kisaran antara 33 hingga 85 tahun. Pada usia ibu proporsi terbesar berada pada rentang 36 hingga 50 tahun (72,8%). Rata-rata usia ibu 47 tahun pada kisaran 27 hingga 67 tahun. Tabel 17 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan usia orang tua Usia
Ayah n
Dewasa lanjut (25-35 th) Separuh baya (36-50 th) Tua (51-65 th) Lanjut usia (>65 th) Total* Min-Maks (th) Rataan ± Sd
1 172 197 6 376
Ibu % 0,3 47,0 48,2 4,5 100,0
33-85 52,0 ± 5,5
*) Terdapat 24 (ayah) dan 9 (ibu) mahasiswa telah meninggal.
n 3 291 96 1 391
% 1,8 72,8 25,0 0,4 100,0 27-67 47± 5,1
36 Lama pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua yakni lama pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orang tua mahasiswa. Hasil penelitian menjelaskan tingkat pendidikan ayah banyak berada pada tingkat pendidikan SMA (31,2%) dan tingkat pendidikan sarjana (30,2%). Namun, proporsi terbesar tingkat pendidikan ayah berada pada tingkat pendidikan SMA. Lain halnya dengan tingkat pendidikan ibu, proporsi terbesar ibu mahasiswa (39,8%) berada pada tingkat pendidikan SMA (Tabel 18). Tabel 18 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan lama pendidikan orang tua Tingkat Pendidikan
Ayah n
SD SMP SMA Diploma Sarjana Pasca Sarjana Total
Ibu %
21 19 125 38 121 76 400
5,2 4,9 31,2 9,5 30,2 19,0 100,0
n 44 34 159 43 90 30 400
% 11,0 8,5 39,8 10,7 22,5 7,5 100,0
Jenis pekerjaan ayah. Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang tentunya akan berpengaruh pada pekerjaan yang akan diperoleh. Pekerjaan yaitu segala sesuatu yang dikerjakan seseorang yang kemudian akan dibayarkan berupa upah atau pendapatan. Pekerjaan yang dilakukan orang tua mahasiswa merupakan kegiatan yang menjadi sumber pendapatan orang tua mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jenis pekerjaan ayah menjelaskan proporsi terbesar mahasiswa
(26,0%) memiliki ayah yang
bekerja sebagai PNS, sedangkan proporsi terendah sebanyak 19 mahasiswa (4,6%) memiliki ayah yang bekerja sebagai petani (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan ayah Jenis pekerjaan PNS Guru/dosen/peneliti Pegawai (Swasta/BUMN) Wiraswasta Polri/TNI (AD,AL)/ABRI Pensiunan Petani Total
Jumlah (n) 104 32 73 92 24 56 19 400
Persen (%) 26,0 7,8 18,2 23,5 6,5 13,4 4,6 100,0
37 Jenis pekerjaan ibu. Lama pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang tentunya akan berpengaruh pada pekerjaan yang akan diperoleh. Pekerjaan yaitu segala sesuatu yang dikerjakan seseorang yang kemudian akan dibayarkan berupa upah atau pendapatan. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa pendidikan dan pendapatan akan memengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Hasil penelitian menggambarkan proporsi terbesar ibu mahasiswa (57,5%) sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan ibu mahasiswa lainnya, yakni sebesar 19 persen memilih untuk menjadi PNS, guru sebesar 7,8 persen, pegawai sebesar 4,2 persen, wiraswasta sebesar 11,0 persen, dan pensiunan sebesar 0,5 persen (Tabel 20). Tabel 20 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan jenis pekerjaan ibu Jenis pekerjaan IRT PNS Guru Pegawai (Swasta, BUMN, BUMD) Wiraswasta Pensiunan Total
Jumlah (n) 230 76 31 17 44 2 400
Persen (%) 57,5 19,0 7,8 4,2 11,0 0,5 100,0
Pendapatan keluarga. Pendapatan adalah imbalan yang diterima oleh keluarga dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah (Sumarwan 2011).
Proporsi
pendapatan
keluarga
banyak
berada
pada
rentang
Rp1.000.001,00 hingga Rp3.000.000,00 dan pada rentang Rp3.000.001,00 hingga Rp6.000.000,00 setiap bulannya. Namun, proporsi tertinggi (37,8%) berada pada rentang Rp1.000.001,00 hingga Rp3.000.000,00 setiap bulannya, sedangkan proporsi terendah (6,8%) berada pada pendapatan keluarga diatas Rp9.000.000,00. Rentang pendapatan keluarga berkisar Rp1.800.000,00 hingga Rp50.000.000,00 dengan rata-rata Rp4.162.982,00 setiap bulannya (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran keluarga mahasiswa berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan keluarga (Rp/bln) ≤1.000.000,00 1.000.001,00-3.000.000,00 3.000.001,00-6.000.000,00 6.000.001,00-9.000.000,00 >9.000.000,00 Total Min-Maks (Rp/bln) Rataan ± Sd (Rp/bln)
Jumlah (n) Persen (%) 39 9,8 151 37,8 146 36,5 37 9,1 27 6,8 400 100,0 1.800.000,00-50.000.000,00 4.162.982,00 ± 3.821.117,59
38 Pendapatan keluarga per kapita. Besar pendapatan keluarga akan menentukan status ekonomi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar keluarga mahasiswa (89,5%) berada pada status ekonomi tidak miskin (≥Rp248.707,00) dan proporsi terendah keluarga mahasiswa (10,5%) berada pada status ekonomi miskin (
Jumlah (n) Persen (%) 42 10,5 358 89,5 400 100,0 450.000,00-12.500.000,00 867.429,00 ± 850.875,00
*) Sumber: BPS (2012)
Kelompok Acuan Kelompok acuan menurut Sumarwan (2011) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata memengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan sebagai dasar perbandingan atau sebuah referensi dalam menentukan serta memberikan standar, nilai, respon afektif, kognitif, dan perilaku. Bagi seseorang, kelompok acuan bisa berasal dari kelas sosial yang sama atau berbeda, budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari subbudaya yang berbeda pula. Hasil penelitian menunjukkan kelompok acuan yang dipilih oleh mahasiswa menggambarkan bahwa sahabat/teman dekat dan dosen merupakan kelompok acuan yang banyak dipilih oleh mahasiswa. Namun, proporsi yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa sebagai acuan adalah sahabat/teman dekat (Tabel 23). Tabel 23 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan yang paling berpengaruh Kelompok Acuan Teman dekat Teman organisasi Dosen Lainnya* Total
Jumlah (n) 260 35 99 7 400
*) Kakak kelas, saudara kandung, pedagang, dan orang tua
Persen (%) 64,9 8,9 24,7 1,5 100,0
39 Pengaruh dari kelompok acuan. Kelompok acuan memberikan berbagai pengaruh dalam berbagai hal. Tabel 24 menunjukkan pemberi pengaruh terhadap minat beli produk pangan IPB terbanyak berada pada pernyataan bahwa teman dekat adalah kelompok acuan yang paling berpengaruh dalam pemilihan produk pangan IPB (77,8%) dan orang yang memberi pendapat dalam pemilihan produk pangan IPB (77,3%). Sementara itu, dosen juga merupakan orang yang paling dipercaya untuk memberi pendapat (46,8%) dan menentukan jenis produk pangan IPB (54,3%). Tabel 24 Sebaran mahasiswa berdasarkan kelompok acuan dalam pembelian produk pangan IPB No. 1.
2.
3. 4.
5.
6. 7.
8.
9.
Pernyataan Orang yang menjadi acuan dalam pemilihan produk pangan IPB Orang yang dipercaya untuk menentukan jenis produk pangan IPB Informasi tentang jenis-jenis produk pangan IPB Informasi tentang tempat/lokasi pemasaran produk pangan IPB Orang yang memengaruhi untuk mengkonsumsi produk pangan IPB Pendapat yang paling dipercaya Orang yang paling sering memberikan informasi terkait produk pangan IPB Orang membuat tertarik untuk mengkonsumsi produk pangan IPB Orang yang membantu dalam pengambilan keputusan produk pangan IPB yang akan dibeli
Teman dekat
Kelompok Acuan Teman satu klub/ Dosen organisasi n % n % 44 11,0 37 9,3
n 311
% 77,8
159
39,8
19
4,8
217
248
62
60
15
281
70,3
43
278
69,5
186
Lainnya* n 8
% 2,0
54,3
5
1,3
86
21,5
6
1,5
10,8
67
16,8
9
2,3
38
9,5
80
20,0
4
1,0
46,5
23
5,8
187
46,8
4
1,0
233
58,3
52
13
110
27,5
5
1,3
255
63,8
33
8,3
107
26,8
5
1,3
284
71,0
33
8,3
77
19,3
6
1,5
40
40
Tabel 24 (lanjutan) No.
Pernyataan
10.
Informasi terbaru terkait produk pangan IPB Orang yang membantu memilih produk pangan IPB Orang yang memberi pendapat dalam pemilihan suatu produk pangan IPB Orang yang paling sering memberi pengaruh dalam memilih suatu produk pangan IPB Orang yang ditiru dalam membeli produk pangan IPB
11. 12.
13.
14.
Teman dekat
Kelompok Acuan Teman satu klub/ Dosen organisasi n % n % 47 11,8 103 25,8
n 240
% 60
316
79
24
6,0
53
309
77,3
26
6,5
286
71,5
24
249
62,3
29
Lainnya* n 10
% 2,5
13,3
7
1,8
59
14,8
6
1,5
6,0
82
20,5
8
2,0
7,3
114
28,5
8
2,0
*) Saudara, orang tua, kakak kelas, pedagang
Pengetahuan Pengetahuan terhadap jenis produk pangan IPB. Produk pangan IPB merupakan produk-produk pangan yang telah dipasarkan dan didistribusikan oleh IPB. Sebagai produk baru, perlu dilihat berbagai jenis produk pangan yang telah diketahui oleh mahasiswa program sarjana. Tabel 25 menggambarkan bahwa susu fapet, rosela, dan yoghurt merupakan jenis produk pangan IPB yang banyak diketahui oleh mahasiswa. Namun, proporsi terbesar berada pada susu fapet (53,3%), sedangkan proporsi terendah untuk jenis produk pangan IPB yang paling sedikit diketahui oleh mahasiswa adalah sosis (0,5%).
41 Tabel 25 Sebaran mahasiswa berdasarkan pengetahuan tentang jenis produk pangan IPB No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Produk Pangan IPB Susu fapet Rosela Yoghurt Jambu kristal Puding susu Pepaya Callina Beras organik Kerupuk tulang rawan Chicken nugget stick Cabe Lombok Biskuit lele Kaki naga vegi fish Keripik buah Permen Cajuput Sosis
Jumlah (n) 213 158 114 64 50 49 33 21 14 9 6 5 3 3 2
% 53,3 39,5 28,5 16,0 12,5 12,3 8,3 5,3 3,5 2,3 1,5 1,3 0,8 0,8 0,5
Pengetahuan. Hasil tabel 26 menunjukkan hampir seluruh mahasiswa dapat menjawab pernyataan bahwa produk pangan IPB dapat diperoleh di University Farm/Agri Mart (91,0%) dan penyataan terkait informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari pameran/bazar produk pangan IPB (96,0%). Namun, proporsi tertinggi berada pada pernyataan bahwa informasi terkait produk pangan IPB dapat diperoleh dari pameran/bazar produk pangan IPB. Tabel 26 Persentase mahasiswa yang menjawab benar tentang produk pangan IPB No 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
Pernyataan Semua produk olahan IPB tidak menggunakan bahan pengawet Semua produk pangan IPB telah memiliki merek dagang Produk pangan IPB telah memiliki hak paten sehingga apabila membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkannya produk pangan IPB yang diberi Paten, maka akan dikenakan sanksi Informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari media cetak, internet, danpameran atau bazar Mengkonsumsi produk pangan olahan IPB lebih cepat dan praktis Produk pangan IPB dapat diperoleh di University Farm/ Agri Mart Informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari internet, TV,dan radio informasi mengenai produk pangan IPB dapat diperoleh dari pameran/bazar produk pangan IPB
Jawaban yang benar n % 158 39,5 249 310
62,2 77,5
328
82,0
195
48,8
364
91,0
192
48,0
387
96,8
42 Tingkat
pengetahuan.
Hasil
penelitian
tingkat
pengetahuan
menggambarkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan sedang (59,0%). Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, sebanyak 86 mahasiswa berada pada kategori pengetahuan kurang sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang berada pada kategori kurang (Tabel 27). Tabel 27 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 86 236 78 400
Persen (%) 21,5 59,0 19,5 100,0 25-100 68,2±15,2
Pengetahuan produk. Pengetahuan produk merupakan kumpulan berbagai macam infromasi terkait produk seperti merek, atribut, fitur, dan harga produk (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian menjelaskan bahwa hampir separuh mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan sedang dan pada tingkat pengetahuan kurang. Namun, proporsi tertinggi berada pada tingkat pengetahuan sedang (43,5%). Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, sebesar 40,0 persen pengetahuan produk mahasiswa berada pada kategori kurang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan produk mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang (Tabel 28). Tabel 28 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan produk tentang produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 160 174 66 400
Persen (%) 40,0 43.5 16,5 100,0 0-100 65,3±24,0
43 Pengetahuan
pembelian.
Pengetahuan
pembelian
merupakan
pengetahuan tentang dimana membeli produk dan kapan membeli produk (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian menggambarkan proporsi terbesar mahasiswa (54,2%) berada pada tingkat pengetahuan sedang. Bila ditinjau berdasarkan kategori pengetahuan, lebih dari separuh mahasiswa (43,5%) memiliki pengetahuan yang kurang sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pembelian mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa yang memiliki pengetahuan pembelian kurang (Tabel 29). Tabel 29 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pembelian produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Pengetahuan
Jumlah (n) 116 217 67 400
Persen (%) 29,0 54,2 16,8 100,0 25-100 71,13±18,24
pemakaian.
Pengetahuan
pemakaian
merupakan
pengetahuan terkait manfaat yang diberikan oleh suatu produk sehingga konsumen menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk dengan benar (Engel, Blackwell, & Miniard 1995). Hasil penelitian tingkat pengetahuan pemakaian menggambarkan bahwa proporsi terbesar mahasiswa berada pada tingkat pengetahuan kurang dengan persentase sebesar 51,2 persen (Tabel 30). Tabel 30 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat pengetahuan pemakaian produk pangan IPB Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 205 0 195 400
Persen (%) 51,2 0,0 48,8 100,0 0-100 48,75±50,05
Sumber Informasi Sumber informasi. Pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu panca indra konsumen menerima stimulus (Sumarwan 2011). Tabel 31 menggambarkan bahwa teman merupakan sumber informasi yang paling banyak dimiliki oleh mahasiswa (34,0%), sedangkan proporsi terendah
44 sumber informasi yang paling sedikit dimiliki mahasiswa adalah lainnya, seperti mata pelajaran yang didapat serta radio merupakan sumber informasi yang dimiliki mahasiswa (0,5%). Tabel 31 Sebaran mahasiswa berdasarkan sumber informasi tentang produk pangan IPB Sumber informasi Internet (web IPB, facebook) Outlet (kantin fakultas, techno park, agrimart, koperasi fakultas, seafast center, university farm, taiwan, botani square) Selebaran, majalah, koran, pamflet, brosur Bazar, pameran, seminar Dosen Teman Staf pegawai IPB Orang tua Lainnya*
Jumlah (n) 57 80
Persen (%) 14,3 20,0
57 74 57 136 3 6 2
14,3 18,5 14,3 34,0 0,8 1,5 0,5
*) Mata pelajaran & radio
Minat Beli Minat beli. Hasil penelitian minat beli menggambarkan bahwa hampir seluruh mahasiswa memiliki minat beli yang cukup (78,2%). Bila ditinjau dari kategori minat beli, sebanyak 45 mahasiswa berada pada kategori lemah (11,2%) sehingga dapat disimpulkan bahwa minat beli mahasiswa dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki minat beli yang lemah (Tabel 32). Tabel 32 Sebaran mahasiswa berdasarkan tingkat minat beli produk pangan IPB Minat beli Lemah (20,0%-46,7%) Cukup (46,8%-73,4%) Kuat (>73,4%) Total Min-Maks (persen) Rataan ± Sd
Jumlah (n) 45 313 42 400
Persen (%) 11,2 78,2 10,6 100,0 20-100 58,97±11,96
Tabel 33 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa IPB (89,0%) akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB dan sebesar 79,0 persen mahasiswa IPB akan mencoba mengkonsumsi produk pangan IPB dalam waktu 1 bulan yang akan datang. Namun, 42,5 persen mahasiswa IPB tidak memiliki minat untuk bersedia mengganti produk yang biasa dikonsumsi dengan produk pangan IPB.
45 Tabel 33 Sebaran mahasiswa berdasarkan pernyataan terhadap minat beli produk pangan IPB No
Pernyataan
1.
Dalam waktu 1 bulan yang akan datang, saya akan membeli produk pangan IPB Saya akan mencoba mengkonsumsi produk pangan IPB dalam waktu 1 bulan yang akan datang Saya bersedia mengganti produk yang biasa saya konsumsi dengan produk pangan IPB Meskipun harga produk pangan IPB lebih mahal, saya akan tetap membelinya dengan alasan mutu dan kandungan gizi yang dikandung Saya akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB
2. 3. 4. 5.
Persen (%) Berminat Tidak Berminat 68,8 31,3 79,0
21,0
57,5
42,5
68,5
31,5
89,0
11,0
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Pengetahuan Produk Pangan IPB Tabel 34 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi baik mahasiswa berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan cenderung berada pada kategori sedang dengan masing-masing persentase (54,3%) pada mahasiswa laki-laki dan (61,3%)
pada
mahasiswa
perempuan.
Sementara
itu,
uji
Chi-Square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan (p=0,036; p<0,05) dan terlihat bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi (69,37) dibandingkan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki (65,79). Tabel 34 Sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Jenis kelamin Laki-laki Perempuan (p-value)*
Kurang n % 38 29,5 48 17,7
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 21 16,2 70 54,3 57 21,0 166 61,3 0,036*
Total n % 129 100,0 271 100,0
Rata-rata persen skor* 65,79 69,37
*) Uji independent t-test; signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang berada pada usia dewasa awal (19-24 tahun) cenderung berada pada kategori sedang (59,0%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara usia mahasiswa dengan tingkat pengetahuan terhadap produk pangan IPB dengan nilai koefisien korelasi -0,100 (p=0,045; p<0,05), artinya semakin tinggi usia mahasiswa semakin rendah pengetahuan terhadap produk pangan IPB (Tabel 35).
46 Tabel 35 Sebaran mahasiswa berdasarkan usia dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Usia Remaja lanjut (16-18 tahun) Dewasa awal (19-24 tahun) (p-value) Koefisien korelasi
Kurang n % 0 0,0 86
21,8
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 3 60,0 2 40,0 233
59,0
76
19,2
Total n 5
% 100,0
395
100,0
0,045* -0,100
Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Tabel 36 menunjukkan bahwa mahasiswa yang berada di semester 4, 6, dan 8 cenderung berada pada kategori pengetahuan sedang. Namun, proporsi tertinggi berada pada mahasiswa semester 4 (62,7%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara semester/lama studi dan pengetahuan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,123 (p=0,014; p<0,05), artinya semakin tinggi lama studi mahasiswa maka semakin rendah pengetahuan yang dimiliki. Tabel 36 Sebaran mahasiswa berdasarkan lama studi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Lama studi (Semester) 4 6 8 (p-value) Koefisien korelasi
Kurang n % 21 14,0 33 27,5 32 24,6
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 35 23,3 94 62,7 67 55,8 20 16,7 75 57,7 23 17,7 0,014* -0,123
Total n 150 120 130
% 100,0 100,0 100,0
Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Tabel 37 menunjukkan bahwa baik mahasiswa yang mengikuti organisasi maupun yang tidak mengikuti organisasi cenderung berada pada kategori sedang (63,0%). Sementara itu, hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keikutsertaan berorganisasi dengan pengetahuan terhadap produk pangan IPB (p=0,451; p>0,05). Tabel 37 Sebaran mahasiswa berdasarkan organisasi dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Organisasi Mengikuti organisasi Tidak mengikuti (p-value)
Kurang n % 28 20,3 58 22,1
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 87 63,0 23 16,7 55 21,0 149 56,9 0,451
Total n 138 262
% 100,0 100,0
47 Hasil tabel 38 menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki uang saku antara Rp500.001,00 hingga Rp1.000.000,00 cenderung memiliki pengetahuan yang berada pada kategori sedang (62,4%). Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan pengetahuan. Tabel 38 Sebaran mahasiswa berdasarkan uang saku dan tingkat pengetahuan produk pangan IPB Total uang saku ≤Rp500.000,00 Rp-500.001,00Rp1.000.00,00 >Rp1.000.00,00 (p-value) Koefisien korelasi
Kurang n % 12 28,6 51 20,0 23
22,3
Pengetahuan Sedang Baik n % n % 19 45,2 11 26,2 45 17,6 159 62,4 58
56,3 22 0,344 0,047
Hasil uji Chi-Square dan uji korelasi Pearson
21,4
Total n 42 255
% 100,0 100,0
103
100,0
antara karakteristik
keluarga dengan pengetahuan mahasiswa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan pendapatan) dengan pengetahuan (Tabel 39). Tabel 39 Hubungan antara karakteristik keluarga mahasiswa dengan pengetahuan produk pangan IPB Karakteristik keluarga Besar keluarga (org)2 pendidikan ayah (th)2 pendidikan ibu (th)2 Pekerjaan ayah (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Pekerjaan ibu (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Usia ayah (th)2 Usia ibu (th)2 Pendapatan (Rp/bln)2 Pendapatan per kapita (Rp/bln)2 1)
2)
Pengetahuan Koefisien korelasi 0,008 -0,043 0,002 -0,080 -0,075 -0,097 -0,091 0,070 -0,025
Uji Chi-Square (p-value) Uji korelasi Pearson
Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dan Karakteristik Keluarga dengan Minat Beli Produk Pangan IPB Hasil uji Chi-Square dan korelasi Pearson antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan minat beli menjelaskan bahwa uang saku memiliki hubungan positif signifikan dengan minat beli dengan koefisien korelasi sebesar 0,159 (p<0,05). Sementara itu, hasil uji hubungan antara karakteristik
48 keluarga dengan minat beli mahasiswa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia orang tua, dan pendapatan) dengan minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Tabel 40 Hubungan antara karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga dengan minat beli produk pangan IPB Karakteristik Mahasiswa Usia (th)2 Total uang saku (Rp/bln)2 Jenis kelamin1 Lama kuliah (semester)2 Keluarga Besar keluarga (org)2 Lama pendidikan ayah (th)2 Lama pendidikan ibu (th)2 Pekerjaan ayah (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Pekerjaan ibu (1=bekerja; 0=tidak bekerja)1 Usia ayah (th)2 Usia ibu (th)2 Pendapatan per kapita (Rp/bln)2
Minat beli Koefisien korelasi 0,031 0,159* 0,009 0,000 0,005 -0,007 -0,005 0,967 0,082 -0,053 -0,073 0,033
Signifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01 Uji Chi-Square (p-value) 2) Uji korelasi Pearson 1)
Hubungan antara Kelompok Acuan dan Pengetahuan dengan Minat Beli Produk Pangan IPB Hasil uji korelasi Pearson menjelaskan terdapat hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan dengan minat beli dengan koefisien korelasi sebesar 0,101 (p<0,05) yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki maka semakin tinggi pula minat beli produk pangan IPB. Pengetahuan sendiri, dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Hasil penelitian juga menunjukkan pengetahuan pemakaian dengan minat beli produk pangan IPB dengan koefisien korelasi 0,206 (p<0,01), yang berarti bahwa semakin tinggi pengetahuan pemakaian maka semakin tinggi pula minat beli terhadap produk pangan IPB. Adapun variabel kelompok acuan, pengetahuan produk, dan pengetahuan pembelian tidak berhubungan dengan minat beli produk pangan IPB (Tabel 41).
49 Tabel 41 Hubungan antara kelompok acuan, pengetahuan, dan minat beli produk pangan IPB Variabel Kelompok acuan Pengetahuan P.produk P.beli P.pakai Minat beli
Kelompok Acuan Koef 1,00 0,045 0,23 0,046 0,033 0,044
Pengetahuan Koef
Pengetahuan Produk Koef
1,00 0,801** 0,615** 0,488** 0,101*
1,00 0,021 0,170** 0,062
Pengetahuan pembelian Koef
Pengetahuan Pemakaian Koef
1,00 0,592** 0,087
1,00 0,206**
Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Faktor yang Memengaruhi Minat Beli Hasil uji regresi linier sederhana menjelaskan bahwa pengetahuan berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli (β=0,079; p=0,043). Hal ini berarti setiap satu kesatuan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dapat menaikkan minat beli sebesar 0,079 poin. Nilai Adjusted R-square yang diperoleh sebesar 0,8 persen pengetahuan terhadap minat beli produk pangan IPB, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 42). Tabel 42 Pengaruh pengetahuan mahasiswa terhadap minat beli produk pangan IPB Variabel Konstanta Pengetahuan (skor) F Adjusted R2 Sig
Koefisien tidak terstandarisasi β 53,557 0,079
Koefisien terstandarisasi β 0,101
Sig 0,000 0,043*
4,116 0,008 0,043
Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
Hasil uji regresi linier berganda menjelaskan uang saku dan pengetahuan pemakaian berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli dengan masingmasing nilai koefisien (β=4,798E-6; p=0,002) dan (β=0,055; p=0,000). Setiap satu kesatuan uang saku yang dimiliki mahasiswa dapat menaikkan minat beli sebesar 4,798E-6 poin dan setiap satu kesatuan pengetahuan pemakaian dapat menaikkan minat beli sebesar 0,055 poin. Nilai Adjusted R-square yang diperoleh sebesar 15,5 persen pengaruh uang saku, pengetahuan pemakaian, dan pengetahuan total terhadap minat beli produk pangan IPB, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 43).
50 Tabel 43 Faktor yang memengaruhi minat beli produk pangan IPB No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Variabel Konstanta Jenis kelamin (1=laki-laki; 0=perempuan) Usia (th) Uang saku (Rp/bln) Pendapatan per kapita (Rp/bln) Kelompok acuan(1=teman; 0=lainnya) Pengetahuan produk (skor) Pengetahuan pembelian (skor) Pengetahuan pemakaian (skor) F Adjusted R2 Sig
Koefisien tidak terstandarisasi β 48,140 0,626
Koefisien terstandarisasi β
Sig
0,025
0,000 0,621
0,204 4,798E-6 -3,559E-7
0,018 0,167 -0,025
0,715 0,002** 0,628
0,122
0,040
0,413
0,016
0,032
0,517
-0,029
-0,044
0,467
0,155
0,231
0,000**
3,893 0,155 0,000
Siginifikan* p<0,05; signifikan** p<0,01
PEMBAHASAN Pangan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Sesuai dengan teori Maslow atau Hierarki Kebutuhan Manusia dalam Sumarwan (2011) dijelaskan bahwa kebutuhan akan makanan termasuk dalam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan manusia untuk dapat bertahan hidup sehingga manusia dapat melakukan segala hal agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Produk pangan IPB merupakan produk inovasi terbaru yang kini sedang dikembangkan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas pangan serta meningkatkan status gizi di masyarakat. Sebagai produk yang baru, produsen produk pangan IPB perlu lebih mensosialisasikan keberadaan dan manfaat ke masyarakat baik civitas akademika maupun masyarakat luar IPB. Namun, sebelum sampai dikonsumsi oleh masyarakat luar IPB perlu dilihat terlebih dahulu sejauh mana sosialisasi dan perilaku pembelian pada civitas akademik IPB salah satunya adalah mahasiswa program sarjana IPB.
51 Mahasiswa merupakan salah satu konsumen terdekat di kampus IPB. Oleh karena itu, mahasiswa merupakan salah satu variabel yang mampu menunjukkan suatu keadaan atau kondisi populasi. Sebanyak 400 sampel dari seluruh fakultas dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Indian dalam Sim (2009) menjelaskan terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam perilaku berbelanja mereka. Perbedaan itu antara lain perbedaan dalam memilih aktivitas rekreasional, perbedaan dalam mengatur keuangan, serta perbedaan dalam pengaruh sosial, dan lingkungan sebelum membeli barang dan jasa tertentu. Segmentasi pasar berdasarkan jenis kelamin membuktikan perbedaan antara keduanya dalam merespon pesan pemasaran. Selain itu, menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa faktor jenis kelamin juga memengaruhi dari segi berbelanja terhadap suatu produk. Usia juga memiliki peranan penting dalam menentukan produk atau jasa yang akan dikonsumsi, perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan, selera, dan kesukaan terhadap suatu produk atau jasa (Sumarwan 2011).
Sumarwan
(2011)
menjelaskan
bahwa
tahapan
perkembangan
mahasiswa berada pada dua tahapan yaitu masa remaja dimulai pada usia 1618 tahun dan masa dewasa awal dimulai pada usia 19-24 tahun. Rentang usia mahasiswa terbanyak berada pada dewasa awal (18-40 tahun) dengan kisaran antara 18 sampai 25 tahun (Hurlock 1980). Pada tahapan usia dewasa awal ini, orang lebih tertarik berbelanja serta mampu merespon lebih kuat terhadap barang atau jasa. Hurlock (1980) menambahkan bahwa pada usia dewasa awal (18-40 tahun) sekali seseorang menemukan pola hidup yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya, ia akan cenderung menjadikan kekhasan selama hidupnya. Konsumen yang berada pada usia dewasa awal cenderung lebih menunjukkan kesetiaannya terhadap suatu produk, ataupun sebaliknya ketika produk tersebut dirasa tidak cocok, maka konsumen cenderung mencari informasi dan mencoba-coba produk lain hingga ia menemukan kecocokannya. Segala hal yang disenangi dan tidak disenangi sangat memengaruhi minat seseorang
dan
akan
menjadi
kuat
dengan
bertambahnya
usia
yang
menyebabkan minat yang mantap setelah ia dewasa (Hurlock 1980). Sebagian besar waktu yang dimiliki mahasiswa lebih banyak dihabiskan di kampus dengan kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi. Kampus merupakan tempat mahasiswa memeroleh informasi
52 dan pengetahuan produk pangan IPB. Lama studi menunjukkan tingkatan seseorang dalam memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi. Oleh karena itu, lama studi seseorang juga akan menentukan nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi mengenai suatu produk atau jasa (Sumarwan 2011). Sementara itu, lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara konsumen dengan orang di sekelilingnya atau banyak orang (Sumarwan 2011). Kegiatan kemahasiswaan dan organisasi merupakan tempat mahasiswa berinteraksi dengan berbagai angkatan, berbagai jurusan, fakultas, bahkan berbagai universitas dan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk lebih memperluas wawasan, pergaulan, sekaligus melatih untuk meningkatkan softskill. Kegiatan kemahasiswaan yang diikuti dapat melatih kemampuan mahasiswa juga dalam hal manajemen waktu dan berinteraksi (Nurhayati 2011). Keikutsertaan suatu organisasi dapat menentukan sejauh mana informasi yang diperoleh terkait produk pangan IPB, sehingga dapat menentukan tingkat pengetahuan dan minat beli terhadap produk pangan IPB. Uang saku merupakan sumber material yang penting bagi mahasiswa. Uang saku dapat menunjukkan kemampuan daya beli seseorang dalam membeli produk pangan IPB. Uang saku diasumsikan sebagai besar pendapatan mahasiswa
dalam
setiap
bulannya
(Supriatna
2011).
Hasil
penelitian
menunjukkan sebagian besar uang saku yang dimiliki oleh mahasiswa sebesar Rp500.001,00 sampai dengan Rp1.000.000,00. Uang saku memiliki kaitan yang erat dengan pendapatan sehingga dapat dikatakan sebagai modal utama dalam menentukan daya beli seseorang terhadap produk pangan IPB. Selain itu, menurut Hurlock (1980), seseorang yang memasuki tahap perkembangan usia dewasa awal masih menggantungkan keuangannya kepada orang tua. Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu (Ruspriana 2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa uang saku yang dimiliki mahasiswa berbanding lurus dengan pendapatan yang dimiliki keluarga mahasiswa. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah (Sumarwan 2011). Sumarwan (2011) menambahkan bahwa jumlah pendapatan yang dimiliki akan menentukan daya beli seseorang terhadap suatu barang atau jasa. Pendapatan
53 yang diukur tidak hanya pendapatan yang diterima oleh individu saja, tetapi pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga. Peran keluarga merupakan hal yang penting dan berpengaruh dalam perilaku pembelian bagi mahasiswa. Santrock (2007) menyatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan mikro yang paling dekat dengan konsumen. Sebagian besar keluarga mahasiswa memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 sampai 7 orang. Pada usia orang tua, proporsi terbesar usia ayah berada pada rentang usia antara 51 hingga 65 tahun, sedangkan usia ibu berada pada rentang antara 36 hingga 50 tahun. Pada umumnya, pendidikan menentukan jenis pekerjaan seseorang dan dapat juga menentukan pendapatan yang diperoleh. Proporsi terbesar pendidikan orang tua berada pada lama pendidikan 12 tahun baik pada ayah maupun lama pendidikan ibu. Sebagian besar jenis pekerjaan ayah sebagai PNS dan sebagian besar ibu sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan yang dimiliki banyak berada pada rentang Rp1.000.000 hingga Rp3.000.000. Jika dilihat dari pendapatan per kapita, sebagian besar mahasiswa memiliki pendapatan diatas Rp248.707 per kapita, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar keluarga mahasiswa berada pada status ekonomi keatas (BPS 2012). Sementara
itu,
tidak
hanya
pada
karakteristik
mahasiswa
dan
karakteristik keluarga mahasiswa saja, sebuah kelompok acuan mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi terhadap produk pangan IPB. Kelompok acuan merupakan kelompok yang dianggap sebagai acuan bagi para individu dalam pengambilan keputusan pembelian atau konsumsi untuk menentukan minat beli konsumen. Kelompok acuan mencakup kelompokkelompok atau individu yang berinteraksi secara langsung seperti teman, saudara, orang tua, dan kelompok atau individu lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman dekat merupakan kelompok acuan yang memiliki peranan penting dalam memeroleh perilaku pembelian produk pangan IPB pada mahasiswa program sarjana. Konsumen membutuhkan teman sesamanya untuk menentukan suatu pembelian (Sumarwan 2011). Memiliki teman dekat atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai makhluk sosial. Teman bagi seorang
konsumen
diyakini
akan
mampu
memenuhi
kebutuhan
akan
kebersamaan, rasa aman, dan kebutuhan akan mendiskusikan berbagai masalah ketika konsumen merasa enggan untuk membicarakan dengan orang tua atau saudara kandung. Sementara itu, menurut Peter & Olson (1996)
54 menyatakan bahwa jenis kelompok acuan terdiri dari formal vs informal, primer vs sekunder, membership, aspirational, dan disosiatif. Jika ditinjau keterlibatan seringnya berinteraksi, teman tergolong dalam jenis kelompok acuan primer, yaitu kelompok acuan yang melibatkan interaksi secara langsung dan tatap muka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman dekat memberikan pengaruh dalam pemilihan produk pangan IPB dan orang yang memberi pendapat dalam pemilihan produk pangan IPB. Sementara itu, dosen juga merupakan orang yang paling dipercaya untuk memberi informasi dan menentukan jenis produk pangan IPB. Seiring dengan peran kelompok acuan dalam menentukan minat beli mahasiswa, sumber informasi juga menentukan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa. Terdapat dua jenis pencarian informasi yaitu secara internal dan eksternal. Pencarian internal terjadi ketika konsumen menggunakan informasinya yang disimpan ke dalam memori, sedangkan pencarian secara eksternal meliputi pencarian informasi dari lingkungan informasi yang dinginkan karena informasi yang diperoleh sebelumnya tidak dapat diingat kembali dari memori (Pillai 2009). Teman merupakan sumber pencarian informasi secara eksternal yang diperoleh oleh mahasiswa terkait dengan produk pangan IPB. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2003) yang menyatakan bahwa teman merupakan sumber informasi yang cukup efektif dalam memberikan informasi. Sumber informasi dan kelompok acuan merupakan komponen yang penting dalam membentuk perubahan dan peningkatan pengetahuan mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen (Sumarwan 2011). Jenisjenis pengetahuan menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) terbagi dalam 3 (tiga) jenis diantaranya adalah pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian. Selain itu, Peter dan Olson (1996) membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan tentang atribut, pengetahuan tentang keuntungan, dan pengetahuan tentang kepuasan. Mowen dan Minor (1995) juga mengklasifikasikan pengetahuan konsumen menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan objektif dan pengetahuan subjektif. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
mahasiswa
memiliki
pengetahuan yang cukup terkait dengan produk pangan IPB. Konsumen yang
55 berpengetahuan banyak lebih terfokus pada informasi yang paling relevan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu produk (Sumarwan 2011). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahasiswa perlu lebih menggali lagi serta mengolah informasi produk pangan IPB menjadi suatu pengetahuan agar mampu membentuk pengetahuan yang lebih baik terkait produk pangan IPB. Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan mengenai produk. Pengetahuan pembelian merupakan pengetahuan yang meliputi berbagai informasi yang diproses oleh konsumen untuk memeroleh suatu produk. Pengetahuan pembelian terdiri atas pengetahuan dimana membeli produk dan kapan membeli produk (Sumarwan 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan produk dan pengetahuan pembelian sudah tergolong cukup, walaupun beberapa diantara mahasiswa masih cukup banyak yang tergolong kurang. Lain halnya dengan pengetahuan pemakaian, suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan mahasiswa masih berada pada kategori kurang untuk pengetahuan pemakaian produk pangan IPB. Sikap merupakan ungkapan perasaan tentang kesukaan terhadap suatu objek akibat dari perolehan pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya, dan manfaatnya (Sumarwan 2011). Sikap terdiri dari tiga komponen diantaranya adalah komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Pada penelitian ini komponen sikap yang akan digunakan adalah komponen konatif atau yang menggambarkan minat beli (intention to buy) mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa minat beli (intention to buy) dapat menggambarkan komponen konatif yang menunjukkan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku yang berkaitan dengan suatu objek. Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh
56 mahasiswa memiliki minat beli yang cukup, walaupun masih ada beberapa yang memiliki minat beli yang lemah. Selain itu, Assael (1992) juga menyatakan bahwa minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek, atau juga merupakan minat pembelian yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Beberapa pernyataan yang telah diajukan untuk mahasiswa program sarjana IPB, sebagian besar mahasiswa menyatakan akan mengajak orang lain untuk membeli produk pangan IPB. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki minat untuk membeli produk pangan IPB bahkan akan dilanjutkan dengan mengajak orang lain untuk membeli produk pagan tersebut. Namun, minat beli yang lemah juga terlihat dari pernyataan yang banyak dipilih mahasiswa bahwa mereka tidak bersedia mengganti produk yang biasa dikonsumsi dengan produk pangan IPB. Hal ini diduga terkait dengan kesetiaan atau loyalitas mahasiswa terhadap suatu produk lain yang biasa dikonsumsi, sehingga terdapat pertimbangan yang lain terhadap minat beli produk pangan IPB. Tiap individu memiliki pertimbangan-pertimbangan sendiri untuk memiliki minat atau tidak berminat untuk membeli produk pangan IPB. Pertimbangan tersebut terlihat dari pernyataan mahasiswa tentang kelemahan dan kelebihan produk pangan IPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelebihan dari produk pangan IPB adalah produk pangan yang inovatif, kreatif, berkualitas, aman, sehat, dan bergizi (Lampiran 3), sehingga pertimbangan ini memungkinkan terjadi perilaku pembelian. Namun, hal ini tidak terlepas adanya kelemahan dari produk pangan IPB. Kelemahan dari produk pangan IPB adalah kurangnya publikasi, sosialisasi, dan promosi terkait produk pangan IPB (Lampiran 2). Selain itu, terbatasnya outlet yang tersedia dan harga produk pangan IPB yang masih relatif mahal menjadi pertimbangan dalam melakukan perilaku pembelian (Lampiran 2). Oleh karena itu, mahasiswa mencoba memberikan masukan atau saran terkait dengan pengembangan produk dan pemasarannya. Beberapa saran atau masukan yang diberikan berupa peningkatan publikasi, promosi, serta ketersediaan outlet, sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah bahkan produk pangan IPB dapat dijangkau dengan mudah (Lampiran 4). Penelitian Prihatiningsih (2008) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk antara laki-laki dan perempuan.
Hasil
penelitian
juga
menunjukkan
bahwa
jenis
kelamin
57 berhubungan dengan pengetahuan. Terlihat mahasiswa perempuan lebih mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingan dengan laki-laki terkait dengan produk pangan IPB. Prihatiningsih (2008) menambahkan bahwa perempuan memulai proses pembelian produk dengan cara mencari informasi dari teman-teman atau lingkungan mengenai suatu produk untuk mendapatkan jawaban yang paling sempurna dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, perempuan selalu mencari informasi tambahan dan menginvestigasi pilihanpilihan yang ada mengenai produk yang tersedia. Tak lepas kaitannya dengan karakteristik mahasiswa, jenis kelamin berpengaruh terhadap pengetahuan produk pangan IPB. Perempuan lebih mudah terpengaruh media massa dibandingkan laki-laki sehingga kemungkinan wawasan dan keterbukaan perempuan mengenai suatu inovasi lebih besar daripada laki-laki (Santrock 2007). Melalui keterbukaan tersebut, mahasiswa perempuan akan menambah wawasannya mengenai produk pangan IPB dan tidak segan menerima informasi terkait produk pangan IPB. Apabila informasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan dan manfaat yang diharapkan, maka mahasiswa perempuan akan mengkonsumsi produk pangan IPB secara rutin. Akan tetapi, hasil menunjukkan bahwa usia berhubungan negatif dengan pengetahuan produk pangan IPB. Semakin rendah usia maka semakin meningkat pengetahuan tentang produk pangan IPB. Akses dalam pencarian informasi berbeda-beda pada tiap-tiap mahasiswa sehingga menurut Peter dan Olson (1996) menyatakan bahwa setiap pengetahuan konsumen yang diperoleh berbeda-beda pula. Selain itu, hal ini sejalan dengan penelitian Gounaris dan Stathakopoulos (2004), menyatakan bahwa semakin tinggi usia maka kesetiaan terhadap suatu produk semakin meningkat. Hal ini diduga mahasiswa dengan usia lebih tua tidak berupaya mencari produk-produk lain dan cenderung memiliki kesetiaan terhadap produk yang dipercayai dan biasa digunakan, sedangkan mahasiswa dengan usia muda cenderung lebih banyak lagi mencari informasi terkait produk-produk pangan IPB yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, usia memiliki hubungan yang positif dengan lama studi, artinya semakin tinggi usia maka semakin tinggi pula lama studi. Oleh karena itu, dua karakteristik tersebut dapat dikatakan saling berhubungan. Lama studi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan banyaknya informasi yang diperoleh, karena semakin lama keberadaan mahasiswa di IPB, maka semakin banyak kesempatan untuk mencari informasi terkait produk
58 pangan IPB. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa pada umumnya seseorang dengan
tingkat
pendidikan
tinggi
cenderung
memiliki
wawasan
serta
pengetahuan yang lebih baik karena lebih mampu menyerap serta mengolah berbagai informasi yang diterimanya, serta menyebabkan menjadi lebih respon terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini seiring dengan lama studi mahasiswa, yang berarti semakin lama studi seseorang, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh terkait dengan produk pangan IPB. Namun, hasil penelitian menunjukkan sebaliknya bahwa semakin lama studi mahasiswa maka semakin rendah pengetahuannya terhadap produk pangan IPB. Pengolahan informasi merupakan bagian dari proses terbentuknya suatu pengetahuan. Sumarwan (2011) menambahkan bahwa pengolahan informasi pada diri konsumen terjadi ketika salah satu pancaindra konsumen menerima input dalam bentuk stimulus, bisa berbentuk merek, bentuk produk, kemasan, atau bahkan nama produsen. Hal ini terkait dengan pemindahan informasi ke dalam suatu memori, dan suatu ketika memori tersebut memanggil kembali atau mengingat informasi untuk dipakai sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Terkait dengan penelitian ini, diduga masalah yang dihadapi oleh mahasiswa usia atau lama studi/semester atas adalah tidak bisa mengingat kembali segala informasi terkait produk pangan IPB. Hal ini didukung oleh pernyataan Sumarwan (2011) bahwa masalah utama yang sering dihadapi oleh konsumen adalah tidak bisa mengingat kembali semua informasi yang ada di dalam memorinya, atau yang disebut lupa (forgetting). Sementara itu, Green (1980) dalam Andersen (1995) juga menyatakan peningkatan pengetahuan
tidak
selalu
menyebabkan
perubahan
perilaku
seseorang.
Walaupun semakin tinggi lama studi mahasiswa, belum tentu dapat menentukan tingkat pengetahuan terhadap produk pangan IPB. Besarnya keterlibatan mahasiswa dalam berorganisasi menunjukkan semakin meningkatnya wawasan seseorang. Namun, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan berorganisasi tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini diduga mahasiswa tidak tertarik untuk mencari informasi lebih terkait produk pangan IPB dalam suatu kelompok organisasi karena informasi melalui sahabat atau teman dekat sudah cukup memberikan pengetahuan produk pangan IPB. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan pengetahuan mahasiswa. Uang saku mempunyai
59 peran penting dalam meningkatkan kemampuan mengakses informasi terhadap produk pangan IPB. Namun, hal tersebut tidak menjamin timbulnya perilaku pencarian informasi lebih lanjut terkait produk pangan IPB. Pendapatan yang tinggi akan menentukan banyaknya uang saku, sehingga memungkinkan adanya minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara uang saku dengan minat beli produk pangan IPB, sehingga memungkinan mahasiswa mempunyai ketertarikan untuk melakukan perilaku pembelian produk pangan IPB. Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan uang saku yang semakin besar membuat seseorang lebih leluasa dalam memilih dan mengkonsumsi produk yang beragam. Karakteristik keluarga pada penelitian ini adalah lama pendidikan, pendapatan, pekerjaan, usia orang tua, dan besar keluarga merupakan faktor yang akan menentukan pengetahuan dan minat beli pada penelitian ini. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan dan minat beli produk pangan IPB. Hal ini disebabkan kondisi demografi yang sama, lingkungan yang sama, dan lebih banyak mahasiswa berasal dari daerah yang jauh dari lingkungan kampus yang menyebabkan peran keluarga tidak terlalu berperan penting dalam pengambilan keputusan ataupun perilaku pembelian. Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
hubungan antara kelompok acuan dengan pengetahuan maupun dengan minat beli, hal ini menunjukkan bahwa kelompok acuan tidak selalu menjadi acuan untuk melakukan perilaku pembelian. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Sumarwan (2011) bahwa kelompok acuan akan memeroleh perilaku seseorang dan jika informasi dapat diterima baik oleh mahasiswa maka kelompok acuan dapat memberi pengaruh dalam perilaku pembelian. Namun, hal ini sejalan dengan pendapat Bandura dalam Santrock (2007) yang menyatakan bahwa lingkungan dapat memeroleh perilaku seseorang namun ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan salah satunya faktor pribadi seperti keterampilan berpikir logis dan mengetahui keinginannya sendiri. Hal ini diduga terkait dengan penerimaan mahasiswa terhadap produk pangan IPB masih kurang sehingga mahasiswa cenderung kurang tertarik dalam mencari informasi lebih pada teman dekat. Disamping itu, teman dekat bukan pihak pengambil keputusan utama dalam menentukan minat pembelian. Lain halnya dengan pengetahuan, pengetahuan berhubungan dengan minat beli, semakin tinggi pengetahuan maka
60 semakin kuat minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hasiholan et al. (2012) yang
menyatakan bahwa
pengetahuan yang cukup baik dimiliki konsumen akan banyak memeroleh kecenderungan pembelian suatu produk. Sementara itu, uang saku berpengaruh positif terhadap minat beli produk pangan IPB. Oleh karena itu, meskipun mahasiswa tertarik dengan produk pangan IPB bisa jadi seorang mahasiswa tidak dapat mengkonsumsi secara rutin dikarenakan daya beli mahasiswa lebih dialokasikan kepada pemenuhan kebutuhan yang lain. Akan tetapi, berbeda halnya bagi mahasiswa yang cenderung berminat mengkonsumsi, akhirnya akan menuju pada perilaku pembelian produk pangan IPB. Hasil tersebut sejalan dengan Rogers (2003), yang menyatakan bahwa ciri utama konsumen yang inovatif adalah terbuka terhadap produk baru dan senantiasa mencari informasi terkait produk tersebut secara aktif. Selain itu, jenis pengetahuan pemakaian dalam teori pembagian jenis pengetahuan Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) pada hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pengetahuan pemakaian terhadap minat beli. Pengetahuan konsumen penting bagi mahasiswa untuk mengetahui apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli dan akan bergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut (Sumarwan 2011). Pengetahuan produk dan pengetahuan pembelian tidak berpengaruh dengan minat beli, hal ini diduga hanya dengan memiliki pengetahuan produk dan pembelian dirasa belum cukup untuk menimbulkan rasa minat belinya. Selain itu, mahasiswa akan mulai mempunyai minat beli ketika seseorang sudah mencapai pada pengetahuan pemakaian. Engel, Blacwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki pengetahuan konsumen ketika konsumen sudah memiliki pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan
pemakaian.
Melalui
perilaku
tersebut,
maka
terbentuklah
pengetahuan dan sikap konsumen terhadap produk berupa kesukaan produk, pemahaman tujuan produk, dan perencanaan konsumsi produk (Naomi 2011).
61 Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Pengkategorian produk pangan IPB masih terlalu luas, sehingga belum terlihat atau belum spesifik pada salah satu produk IPB tertentu. 2. Keterbatasan penelitian ini berada pada sedikitnya variabel penelitian sehingga tidak dapat melihat dari berbagai aspek variabel lainnya. 3. Penelitian ini hanya sampai melihat pada minat beli seseorang saja, tidak sampai pada perilaku pembeliannya. 4. Contoh yang digunakan hanya pada mahasiswa saja sehingga belum terlalu terlihat dari keseluruhan civitas akademika IPB.
63 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kelompok acuan yang paling banyak dijadikan sebagai acuan dalam memberikan informasi dan pengaruh adalah teman dekat. Pengetahuan dan minat beli mahasiswa program sarjana IPB sebagian besar sudah dapat dikatakan cukup baik. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelompok acuan baik dengan pengetahuan maupun dengan minat beli. Namun, pengetahuan mahasiswa terhadap produk pangan IPB memiliki hubungan yang positif signifikan dengan minat beli. Jenis kelamin menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan dengan pengetahuan dan lama studi/semester menunjukkan hubungan yang negatif signifikan dengan pengetahuan produk pangan IPB. Kemudian hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara uang saku dengan minat beli produk pangan IPB. Uang saku dan pengetahuan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap minat beli produk pangan IPB. Apabila kelompok acuan menjadi acuan atau orang yang berpengaruh dan pengetahuan berpengaruh positif maka akan memeroleh minat beli mahasiswa bahkan akan mencapai perilaku pembelian terhadap produk pangan IPB. Saran Minat beli IPB belum tergolong kuat, begitupun dengan pengetahuan mahasiswa IPB juga masih tergolong sedang. Pihak IPB diharapkan dapat menangani proses produksi dan pemasaran dengan meningkatkan produksi produk pangan IPB sehingga dapat menekan biaya produksi dan harga yang dipasarkan lebih terjangkau untuk meningkatkan minat beli mahasiswa terhadap produk pangan IPB. Promosi yang kurang juga menjadi kelemahan yang paling utama dirasakan oleh mahasiswa. Perlu adanya peningkatan sosialisasi dan promosi produk pangan IPB baik yang berada dalam civitas akademika IPB maupun masyarakat luar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tidak hanya pada mahasiswa saja, namun pada civitas akademika bahkan masyarakat umum juga. Outlet yang terbatas juga menjadi salah satu faktor lemahnya minat beli mahasiswa. Hal tersebut tidak kalah penting untuk diperhatikan karena salah satu penyebaran produk adalah dengan tersedianya produk tersebut di banyak tempat. Oleh karena itu, perlu penambahan outlet yang menjual produk pangan
64 IPB sehingga dapat dijangkau dengan mudah oleh konsumen. Sementara itu, dosen merupakan salah satu panutan terdekat bagi mahasiswa dalam menentukan dan memeroleh informasi terkait produk pangan IPB, sehingga pengetahuan yang diperoleh dari panutan dapat mengarah pada minat beli mahasiswa, bahkan teman dekat akan menjadi kelompok acuan yang paling kuat dan berpengaruh terhadap minat beli produk pangan IPB. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar lebih menambah variabel penelitian agar lebih beragam dalam melakukan pembahasan. Penentuan produk pangan IPB diharapkan lebih spesifik pada produk pangan tertentu. Penentuan produk disesuaikan pada produk yang cocok serta dapat dibeli di kalangan mahasiswa. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan kepada mahasiswa, dosen, staf karyawan IPB, pascasarjana atau bahkan masyarakat umum pada perilaku konsumsinya terhadap produk pangan IPB.
65 DAFTAR PUSTAKA Andersen RM. 1995. Revisting the behavioral model access to medical care: does it matter? Journal of Health and Social Behavior [internet]. [diunduh 5 Mei 2012]; 36 (1), 1-2. Tersedia pada: http://globalhealth.stanford.edu/resources/Revisting Behavioral Model and Access.pdf. Ariani M. 2006. Penguatan ketahanan pangan daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Jurnal pusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. Bogor. Assael H. 1992. Consumer Behaviour and Marketing Action. second edition. Boston: Kent Publishing Company. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2012 [internet]. [diunduh 13 Juli 2012]. Diambil dari http://www.bps.go.id.pdf. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku konsumen Jilid 1 (6th ed.). FX Budianto, penerjemah. Jakarta: Binapura Aksara. Terjemahan dari: Consumer Behaviour 6th ed. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1995. Perilaku konsumen jilid 2 (6th ed.). FX Budianto, penerjemah. Jakarta: Binapura Aksara. Terjemahan dari: Consumer Behaviour 6th ed. Ferdinand A. 2006. Metode penelitian manajemen, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gounaris S, Stathakopoulus V. 2004. Antecedent and consequences of brand loyalitiy: an empirical study. Journal of Brand Management [internet]. [diunduh 13 Juli 2012]; 11(4), (pp. 24, pp. 283). www.proquest.com. Hasanah U. 2003. Pengaruh kelompok acuan, media informasi, dan faktor lainnya terhadap perilaku konsumsi pakaian remaja di DKI Jakarta. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hasiholan M, Setianti Y, Fatma D. 2012. Hubungan pencarian informasi di petersaysdenim.com dengan pemenuhan kebutuhan informasi produk oleh anggota member petersaysdenim. e-Jurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran [internet].[diunduh 5 Oktober 2012]; 2(1). journals.unpad.ac.id/ejournal/article/download/2188/pdf_92 Hidayat TA. 2010. Pengaruh kelompok acuan terhadap perilaku pembelian konsumen Kawasaki Edge pada Main Dealer Kawasaki Citra Karya Pranata Soekarno-Hatta Bandung. [skripsi]. Bandung: Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia. Howard J. 1989. Consumer Behaviour in Marketing Strategy. (pp.35-36) New Jersey: Prentice Hall int. Hurlock EB. 1980. Psikologi perkembangan anak: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah; Silabat RM, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Developmental Psycology: A Life Span approach. [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2008. Panduan Program Sarjana Edisi Tahun 2008. Bogor (ID): IPB Press.
66 Khomsan A. 2003. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kotler P, Amstrong G. 2008. Prinsip-prinsip pemasaran, Edisi ke-12. Jakarta: Erlangga. Muqtasidah ID. 2011. Analisis faktor kualitas pelayanan jasa dan kelompok acuan terhadap keputusan bersekolah (Studi Kasus pada Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (Man) Lamongan). [skripsi]. Malang: Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Mowen JC, Minor M. 1998. Consumer Behavior. 5th Ed. New Jersey: Prentice Hall. Naomi N. 2011. Analisis perilaku konsumsi produk ramah lingkungan pada remaja: aplikasi model aida (Attention, Interest, Desire, and Action). [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Nurhayati S. 2011. Analisis kecerdasan emosional, kematangan sosial, selfesteem, dan prestasi akademik pada mahasiswa penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) IPB. [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Peter J, Olson JC. 1996. Consumer Behaviour and Marketing Strategy. 4th Edition. The Irwin: United States of America. Pillai KG. 2009. Accuracy, confidence, and calibration of consumer knowledge: roles of product type, product involvement, and general self-efficacy. UMI Disertation publishing. The florida state university [internet]. [diunduh 8 Juni 2012]; 11-12. Tersedia pada: http://www.proquest.com Prihatiningsih. 2008. Pola Perilaku Keputusan Pembelian pada Segmen Pasar Ibu. Jurnal Pengembangan Humaniora. 8 (1). Ruslan K. 2011. 15 Agustus 2011. Indonesia negara agraris pengimpor pangan. Koran Kompas. Diambil dari http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/08/15/Indonesianegara-agraris-pengimpor-pangan/. Ruspriana D. 2008. Konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik pada remaja putri (Studi kasus di SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3 kota Bogor). [skripsi]. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rorlen. 2007. Peran kelompok acuan dan keluarga terhadap proses keputusan untuk membeli. Jurnal Business & Management Bunda Mulia [internet]. [diunduh 29 januari 2012]; 3 (2). Tersedia pada: http://www.ubm.ac.id Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. 5th ed. New York: Free Press. Santrock JW. 2007. Perkembangan anak jilid 2. Jakarta: Erlangga. Saufika, A. 2012. Pengaruh gaya hidup terhadap kebiasaan makan mahasiswa. [skripsi]. Bogor: Deapartemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
67 Schiffman LG, Kanuk LL. 2004. Consumer Behaviour. Eight edition. New Jersey: Pearson Pretince Hall. Sigit M. 2006. Pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat beli mahasiswa sebagai konsumen potensial produk pasta gigi close up. Dalam Jurnal Siasat Bisnis [internet]. [29 Januari 2012]. 11, 81-91. Tersedia pada: http://www.journal.uii.ac.id.pdf Sim T.C. (2009). Creating and managing shopping experience. Journal Pshycology and Marketing [internet]. [diunduh 18 Februari 2012]. 3, 6566. Tersedia pada: http://www.proquest.com. Slamet Y. 1993. Analisis kuantitatif untuk data sosial. Solo: Dabara Publisher. Sumarwan U. 2011. Perilaku konsumen. Edisi kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. Supriatna MD. 2011. Analisis model sikap: hubungan persepsi, afektif, dan preferensi terhadap minat beli pakaian batik. [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2005. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
69
LAMPIRAN
71 Lampiran 1 Cronbach alpha kuesioner No 1. 2. 3.
Variabel Kelompok acuan Pengetahuan Minat beli
Jumlah pertanyaan 14 8 5
Cronbach alpha 0,807 0,648 0,805
Lampiran 2 Kelemahan produk pangan IPB berdasarkan jawaban mahasiswa Kelemahan produk pangan IPB Harga relatif mahal Outlet terbatas Kurang publikasi/promosi Kemasan kurang menarik Rasa kurang enak Produksi relatif tidak banyak Lainnya*
Jumlah (n) 97 140 179 38 8 17 3
Persen (%) 24,3 35,0 44,8 9,5 2,0 4,3 1,0
*) tidak tahan lama, dan kebiasaan makan masyarakat
Lampiran 3 Kelebihan produk pangan IPB berdasarkan jawaban mahasiswa Kelebihan produk pangan IPB Berkualitas (aman, sehat, dan bergizi) Inovatif & kreatif Rasa enak Bervariasi Produk buatan universitas sendiri Terbuat dari bahan organik Lainnya*
Jumlah (n) 284 23 9 9 9 10 6
Persen (%) 71,0 5,8 2,3 2,3 2,3 2,5 1,5
*) murah, dapat dijangkau, merek dagang yang menarik, sebagian besar memakai bahan organik
Lampiran 4 Saran terhadap produk pangan IPB berdasarkan jawaban mahasiswa Saran Harga lebih murah Outlet lebih ditingkatkan Publikasi dan promosi lebih ditingkatkan Kemasan lebih menarik Produksi diperbanyak, lebih variatif, dan inovatif Lainnya*
Jumlah (n) 44 126 203 25 39 11
Persen (%) 11,0 32,0 51,0 6,3 10,0 2,8
*) mempekerjakan mahasiswa untuk membangun wirausaha produk pangan IPB menambahkan standar ISO, dan disertakan label yg berisi izin BPOM dan label halal MUI
73 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Demak, Jawa Tengah pada tanggal 28 Juli 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Karsono dan Ibu Emilia Temy Dacosta. Pada tahun 2008, penulis menamatkan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah (MA) Unggulan Amanatul Ummah. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan
pendidikan
strata
satu
ke
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Kementerian Agama (BUD Kemenag). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif berorganisasi pada lingkup kemahasiswaan yaitu, Biro Administrasi dan Keuangan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia periode 2009/2010, bendahara umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia periode 2010/2011, dan staf Divisi Sosial dan Lingkungan CSS MoRA IPB 2010/2011. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan yaitu, panitia khusus Dana DIPA IPB 2010/2011, Sc Pemilihan Raya (Pemira) FEMA, staf Divisi Acara UpGrading, staf Divisi Hubungan Masyarakat dan Dana Usaha Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia, staf Divisi Hubungan Masyarakat dan Dana Usaha Masa Perkenalan Departemen IKK, sekretaris umum Bakti Sosial CSS MoRA IPB 2010, sekretaris umum Bakti Sosial CSS MoRA IPB 2011, serta kegiatan kepanitiaan lainnya yang pernah diikuti.