i
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI KODE ETIK, TEKANAN WAKTU DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Indiarti Shoviana Dewi NIM 7250407106
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Margunani, MP NIP. 195703161986012001
Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si NIP. 197912082006042002
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP. 196206231989011001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal
:
Penguji Skripsi
Nanik Sri Utaminingsih, SE, M.Si, Akt NIP. 197112052006042001 Pembimbing II
Pembimbing I
Dra. Margunani, MP NIP. 195703161986012001
Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si NIP. 197912082006042002
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M.Si NIP. 1966030819899011001
iii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat temuan atau orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang,
Agustus 2011
Penulis
Indiarti Shoviana Dewi NIM. 7250407106
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:
Ø “Sesungguhnya
dimana
ada
kesulitan
disitu
ada
kelapangan
dan
sesungguhnya disamping kesulitan ada kemudahan, karena itu bila engkau telah selesai dari sesuatu urusan pekerjaan, maka kerjakanlah yang lain dengan tekun” (Q.S. Al Insyirah: 5-7) Ø Keberhasilan profesional tidak hanya menuntut bakat. Keberhasilan itu antara lain menuntut dorongan, inisiatif, komitmen, dan terutama antusiasme. (David H. Maister)
PERSEMBAHAN: v Allah SWT v Kedua Orangtuaku tercinta v Kakak-kakakku, Sri Wahyuni, Fivin Eka Shoviana, Shofwan Shidiq. v Almamaterku Universitas Negeri Semarang v Kekasihku, Mas Apriaman Pulung K v Sahabat-sahabatku, Fitriyani W, Ihda Khoirun Nisak, Bunga Nur J, Hendryan Purnomo v Teman-teman AKT A 2007
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi kode etik, Tekanan waktu, dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”. Besar harapan penulis skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan kalangan akademis khususnya. Skripsi ini selesai dengan baik tidak terlepas dari peranan berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 4. Dra. Margunani, M.P, Dosen Pembimbing I yang dengan arahan dan kebijakan, serta kesabaran telah membantu memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Rediana Setiyani, S.Pd,M,Si, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing serta memberikan motivasi dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga dapat menyusun skripsi ini dengan baik.
vi
6. Nanik Sri Utaminingsih, SE, M.Si, Akt. dosen wali sekaligus penguji skripsi yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang. 7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu dan telah mendidik dengan sepenuh hati. 8. Bapak dan Ibu Akuntan Publik di Semarang yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang disebarkan penulis. 9. Semua pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bentuk bantuan dan motivasi yang diberikan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik. Besar harapan penulis, bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Semarang,
Penulis
vii
Agustus 2011
SARI Dewi, Indiarti Shoviana.2011. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan Akuntasi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dra. Margunani, MP. Pembimbing II. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si. Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, Motivasi, dan Kinerja. Maraknya kasus perbankan yang melibatkan auditor menimbulkan tanda tanya akan kinerja yang dimiliki oleh seorang auditor. Auditor dalam melaksanakan profesinya dituntut untuk memiliki kinerja yang maksimal. Kinerja auditor adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja auditor dapat dipegaruhi oleh faktor psikologis, individu, dan organisasi seperti kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris apakah kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Kota Semarang. Sedangkan dalam pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 responden yang didapat dari 11 Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang. Gambaran kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi dan kinerja dapat diketahui dengan menggunakan analisis deskriptif variabel. Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi terhadap kinerja auditor baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor baik secara parsial maupun bersama-sama. Saran pada penelitian ini, berdasarkan kategori kinerja auditor, tingkat kinerja auditor di kota Semarang masih sedang. Oleh karena itu diharapkan agar auditor diberikan pelatihan agar dapat meningkatkan kinerjanya.
viii
ABSTRACT Dewi, Indiarti Shoviana. 2011. The Influence of Emotional Intelligence, Perception of the Code, Time Pressure, and Motivation to Performance Auditor in Public Accountant Firm in Kota Semarang". Thesis. Accounting majors. Faculty of Economics. State University of Semarang. Supervisor I. Dra. Margunani, MP. Supervisor II. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si. Key Words : Emotional intelligence, Perception of the code, Time pressure, Motivation, and Performance. The rise of banking cases involving auditor performance raises a question mark will be owned by an auditor. Auditors in carrying out their profession are required to have a maximal performance. The performance auditor is an auditor's work produced results in executing the tasks assigned to him based on skill, experience and sincerity as well as time. Performance auditors may be influenced by psychological factors, individuals, and organization such as emotional intelligence, perceptions of ethical codes, time pressure and motivation. The purpose of this study was to obtain empirical evidence of whether emotional intelligence, perception of ethical codes, time pressure and motivation affect the performance of auditors. The population in this study is the auditor who worked on public accounting firm in the Semarang of city. While the sampling using convenience sampling methods. The sample in this study amounted to 54 respondents obtained from 11 public accounting firm in the city of Semarang. Picture of emotional intelligence, perception of ethical codes, time pressure, motivation and performance can be determined by using descriptive analysis of variables. The hypothesis testing is done using multiple regression analysis. The results of hypothesis testing indicate that there is significant influence between emotional intelligence, perceptions of ethical codes, time pressure and motivation on the performance of auditors either simultaneously or partially. The results of this study can be concluded that emotional intelligence, perceptions of ethical codes, time pressure and motivation affect the performance of auditors either partially or jointly. Suggestions on this research, based on the category of auditor performance, the performance level of the auditor in the city of Semarang is still moderate. It is therefore expected that the auditors are given training in order to improve its performance.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN............................................................................... iii PERNYATAAN ...................................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi SARI ..................................................................................................................... viii ABSTRACT ............................................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR TABEL ...................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii BAB IPENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................10 BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................11 2.1 Kinerja Auditor .........................................................................................11 2.2Teori Atribusi ...........................................................................................16 x
2.3 Kecerdasan Emosional............................................................................17 2.4.Persepsi Kode Etik ................................................................................20 2.4.1 Persepsi .........................................................................................20 2.4.2 Kode Etik .................................................................................24 2.5 Tekanan Waktu .........................................................................................34 2.6 Motivasi .............................................................................................................. 37
2.7 Kerangka Berpikir ......................................................................................40 2.8 Hipotesis ...............................................................................................47 BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................................48 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................................48 3.1.1 Populasi Penelitian ...................................................................48 3.1.2 Sampel Penelitian ....................................................................48 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ...............................................49 3.2.1 Variabel Terikat (Y) ..............................................................................49 3.2.1.1 Kinerja Auditor..........................................................49 3.2.2 Variabel Bebas (X) .................................................................50 3.2.2.1 Kecerdasan Emosional ...............................................50 3.2.2.2 Persepsi Kode Etik .....................................................50 3.2.2.3 Tekanan Waktu..........................................................51 3.3.2.4 Motivasi ....................................................................51 3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................52
xi
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................................53 3.4.1 Uji Validitas .....................................................................................54 3.4.2 Uji Reliabilitas .................................................................................55 3.5 Metode Analisis Data .................................................................................56 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ..............................................................56 3.5.1.1 Analisis Deskriptif Responden ..............................................56 3.5.1.2 Analisis Deskriptif Variabel ..................................................56 3.6 Uji Prasyarat ................................................................................................60 3.6.1 Uji Normalitas Data .............................................................................60 3.6.2 Uji Asumsi Klasik ...............................................................................60 3.6.2.1 Uji Heterokedastisitas............................................................62 3.6.2 Uji Multikolinieritas .................................................................62 3.7 Analisis Regresi Berganda ............................................................................63 3.8 Uji Hipotesis ................................................................................................63 3.8.1 Uji F ....................................................................................................63 3.8.2 Uji R2 .................................................................................................64 3.8.3 Uji t .....................................................................................................64 3.8.4 Uji r2 ...................................................................................................65 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................66 4.1 Hasil Penelitian .........................................................................................66
xii
4.2 Analisis Data ...............................................................................................67 4.2.1 Analisis Deskriptif Responden .............................................................67 4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel ................................................................69 4.2.2.1 Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosional ..................................69 4.2.2.2 Deskriptif Variabel Persepsi Kode Etik .........................................70 4.2.2.3 Deskriptif Variabel Tekanan Waktu ..............................................72 4.2.2.4 Deskriptif Variabel Motivasi ........................................................73 4.2.2.5 Deskriptif Variabel Kinerja Auditor ..............................................74 4.2.3 Uji Prasyarat.............................................................................................76 4.2.3.1 Uji Normalitas ..............................................................................76 4.2.3.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................77 4.2.3.2.1 Uji Heterokedastisitas ................................................................78 4.2.3.2.1 Uji Multikolinieritas ..................................................................80 4.2.4 Analisis Regresi Berganda...............................................................................81 4.2.5 Pengujian Hipotesis ........................................................................................82 4.2.5.1 Uji F ......................................................................................................82 4.2.5.2 Uji R2 ...................................................................................................83 4.2.5.3 Uji t .......................................................................................................84 4.2.5.3 Uji r2 .....................................................................................................86 xiii
4.3 Pembahasan ......................................................................................................88 4.3.1 Pengaruh kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi terhadap kinerja auditor ......................................................89 4.3.2 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor .....................91 4.3.3 Pengaruh persepsi kode etik terhadap kinerja auditor ...........................91 4.3.4 Pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor ................................92 4.3.5 Pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor .........................................93 BAB V PENUTUP ..................................................................................................94 5.1 Kesimpulan ...............................................................................................94 5.2 Saran ........................................................................................................95 5.2.1 Saran Praktis .................................................................................95 5.2 2 Keterbatasan Penelitian .................................................................95 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................96 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 103
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Hasil Uji Reabilitas ....................................................................... 55 Tabel 3.2 Kategori Kecerdasan Emosional ................................................... 57 Tabel 3.3 Kategori Persepsi Kode Etik ......................................................... 58 Tabel 3.4 Kategori Tekanan Waktu .............................................................. 58 Tabel 3.5 Kategori Motivasi ......................................................................... 59 Tabel 3.6 Kategori Kinerja Auditor .............................................................. 60 Tabel 4.1 Tingkat Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ......................... 67 Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden ....................................................... 68 Tabel 4.3 Deskriptif Kecerdasan Emosional ................................................. 69 Tabel 4.4 Kualifikasi Kecerdasan Emosional ............................................... 70 Tabel 4.5 Deskriptif Persepsi Kode Etik ....................................................... 71 Tabel 4.6 Kualifikasi Persepsi Kode Etik ..................................................... 71 Tabel 4.7 Deskriptif Tekanan Waktu ............................................................ 72 Tabel 4.8 Kualifikasi Tekanan Waktu .......................................................... 73 Tabel 4.9 Deskriptif Motivasi ....................................................................... 73 Tabel 4.10 Kualifikasi Motivasi ................................................................... 74 Tabel 4.11 Deskriptif Kinerja Auditor .......................................................... 75 Tabel 4.12 Kualifikasi Kinerja Auditor ........................................................ 75 Tabel 4.13 Hasil Output Uji Normalitas ....................................................... 77 Tabel 4.14 Hasil Output Uji Glejser ............................................................. 79 Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................... 80 xv
Tabel 4.16 Hasil Uji F .................................................................................. 82 Tabel 4.17 Hasil Uji R2 ................................................................................ 83 Tabel 4.18 Hasil Uji t ................................................................................... 84 Tabel 4.19 Hasil Uji r2 ................................................................................. 87 Tabel 4.20 Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis ....................................... 87
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keranga Berfikir ........................................................................ 46 Gambar 4.1 P-Plot Uji Normalitas ................................................................ 70 Gambar 4.2 Scatterplot ................................................................................ 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel .......................................................................... 104 Lampiran 2. Kisi-kisi instrument penelitian sebelum uji validitas ................ 106 Lampiran 3. Kisi-kisi setelah uji validitas dan reliabilitas .............................. 110 Lampiran 4. Kuesioner penelitian sebelum uji validitas dan reliabilitas ......... 114 Lampiran 5. Kuesioner penelitian setelah uji validitas dan reliabilitas .......... 125 Lampiran 6. Hasil tabulasi validitas dan reliabilitas ...................................... 135 Lampiran7. Hasil tabulasi variabel ............................................................... 141 Lampiran 8. Hasil analisis deskriptif ............................................................ 155 Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 157 Lampiran 10. Hasil uji normalitas ................................................................ 178 Lampiran 11. Hasil uji asumsi klasik ............................................................ 180 Lampiran 12. Hasil uji Regresi berganda ...................................................... 183 Lampiran 13. Surat ijin penelitian ................................................................ 186 Lampiran 13. Surat keterangan telah melakukan penelitian .......................... 187
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Profesi auditor merupakan salah satu profesi yang memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Informasi keuangan yang disajikan pihak manajemen perusahaan kepada masyarakat, mengandung kemungkinan adanya pengaruh kepentingan pribadi pihak manajemen dalam penyampaian hasil usaha dan posisi keuangan yang menguntungkan bagi pihak manajemen, kecurangan, keteledoran serta ketidakjujuran yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu masyarakat memerlukan jasa profesional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan pihak manajemen, disinilah peran auditor diperlukan. Meningkatnya kebutuhan akan kinerja auditor yang berkualitas pada tingkat individu maupun perusahaan, mengakibatkan profesi auditor di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Meningkatnya kebutuhan jasa audit ini didukung oleh peraturan yang diterbitkan oleh BAPEPAM No Kep-36/PM/2003 yang menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Adanya peraturan tersebut, mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia yang membutuhkan jasa auditor yang berkualitas. Semakin meluasnya kebutuhan jasa yang diberikan auditor sebagai pihak yang independen, auditor dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat
1
2
menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Menurut Mulyadi (2002) akuntan publik (auditor) bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Auditor sebagai pihak yang bertanggung jawab atas opini pada laporan keuangan yang dihasilkan sudah seharusnya merupakan seseorang yang memiliki kinerja yang profesional dan berperilaku etis sehingga hasil pekerjaannya dapat dipercaya. Pengguna laporan keuangan akan meragukan kualitas informasi laporan keuangan yang telah diaudit apabila mereka tidak mempercayai kredibilitas auditor dalam menyajikan laporan keuangan. Kinerja auditor dapat dikatakan baik jika dalam pelaksanaan jasa auditnya sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dalam hal ini adalah standar auditing. Peningkatan kinerja yang dimiliki oleh seorang auditor dalam menghadapi persaingan harus terus dilakukan, dengan kinerja yang baik maka hasil kerja yang dihasilkan akan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik pula. Adanya kasus yang melibatkan auditor dibelakangnya mengakibatkan munculnya keraguan oleh masyarakat atas kinerja yang dimiliki oleh auditor. Menurut siaran pers hasil pemeriksaan kasus laporan keuangan dan perdagangan saham PT Bank Lippo Tbk tanggal 17 Maret 2003, menunjukkan adanya kinerja auditor yang kurang maksimal, hal itu ditunjukkan dengan adanya kelalaian yang dilakukan oleh auditor Drs. Rochjat Kosasih berupa keterlambatan selama tiga puluh
3
lima hari dalam menyampaikan peristiwa penting dan material nilai Agunan Yang Diambil Alih PT. Bank Lippo Tbk kepada BAPEPAM. Adanya kelalaian tersebut, merupakan salah satu cerminan rendahnya kinerja auditor karena auditor yang bersangkutan tidak menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu. Menurut Gibson (1997) terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan perilaku seseorang, yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi, dan faktor psikologis. Begitu juga dengan perilaku dan kinerja seorang auditor dapat juga dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Suasana hati dan suasana tempat kerja yang berubah-ubah, menuntut auditor agar tetap dapat mengontrol diri serta menjaga suasana hati agar saat melaksanakan tugasnya, auditor tetap terfokus dengan pekerjaan yang harus diselesaikan. Suasana hati akibat adanya problem yang ada dalam kehidupan pribadi atau konflik dengan rekan kerja yang lain terkadang dapat juga terbawa hingga mempengaruhi kinerja auditor tersebut yang nantinya dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa seseorang yang tidak dapat mengontrol diri dengan baik biasanya memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Menurut Robbins (2002), orang-orang yang dapat mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Kecerdasan emosional yang dimiliki auditor akan membantu auditor dalam berkomunikasi dengan klien dan mengerti apa yang diinginkan klien selama tidak melanggar kode etik yang berlaku di Indonesia. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kecerdasan emosional memainkan sebuah peran penting dalam kinerja auditor.
4
Penelitian yang dilakukan Alwani (2007) kinerja auditor dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Penelitian tersebut mendukung apa yang dikemukakan oleh McClelland et al (1973) dalam Goleman (1999) yang menunjukkan bahwa faktor dominan yang menetukan keberhasilan karir bukanlah kecerdasan otak, melainkan seperangkat kecerdasan lainnya yang kemudian dipopulerkan oleh Goleman (1999) sebagai kecerdasan emosional. Hal tersebut memperkuat hasil penelitian yang dilakukan Sojka (2003) dan Hananto (2004) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional secara signifikan berpengaruh tehadap kinerja auditor. Penelitian tersebut juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Boyatzis dan Chermiss dalam Prihandini (2005) bahwa hasil yang didapat dalam penelitiannya menunjukkan bahwa auditor yang memiliki skor kecerdasan emosional yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik pula, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan karyawan tersebut terhadap perusahaan. Menurut Martin dalam Trihandini (2005) kinerja seseorang tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai diri dan mengelola diri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Tidak hanya kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi kinerja seorang auditor. Sebagai salah satu profesi yang harus tetap menjunjung tinggi profesionalitas kerja dan kepercayaan terhadap masyarakat, seorang auditor juga terikat dalam suatu aturan yang disebut dengan kode etik profesi. Kode etik profesi auditor diharapkan dapat meningkatkan kinerja auditor dalam profesinya. Etika profesi merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang, sehingga
5
apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan sesorang (Munawir,1995). Hal inilah yang menarik untuk diperhatikan bahwa profesi akuntan publik ibarat pedang bermata dua. Disatu sisi auditor harus memperhatikan kredibilitas dan etika profesi, namun disisi lain auditor juga harus menghadapi tekanan dari klien dalam berbagai pengambilan keputusan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan oleh seorang auditor. Adanya persepsi kode etik profesi yang dimiliki auditor akan membuat kinerja yang dihasilkan auditor menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan dengan adanya pemahaman atau persepsi terhadap kode etik, auditor akan dapat menghindari hal-hal yang dapat menurunkan kinerja seperti adanya dilemma etika. Finn et. al. dan Bazerman et.al. dalam Sasongko (2011) menyatakan bahwa auditor seringkali dihadapkan pada situasi adanya dilema yang menyebabkan dan memungkinkan auditor tidak dapat independen. Auditor diminta untuk tetap independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga auditor seringkali berada dalam situasi yang dilematis. Keadaan yang seperti ini akan berdampak langsung terhadap kualitas kinerja yang dihasilkan oleh auditor. Auditor secara sosial juga bertanggung jawab kepada masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan kepentingan pribadi atau kepentingan ekonomis semata. Situasi seperti ini seringkali dihadapi oleh auditor. Auditor seringkali
6
dihadapkan pada situasi dilema etika dalam pengambilan keputusannya, hal ini tentu saja akan berakibat pada kualitas kinerja yang dihasilkan. (Tsui,1996). Kinerja auditor
yang
profesional dapat
ditunjukan melalui adanya
pemahaman, pengetahuan serta pengintepretasian kode etik akuntan publik pada saat auditor melaksanakan proses audit. Pemahaman kode etik profesi bagi auditor sangat penting dilakukan guna peningkatan kinerja yang dimiliki oleh seorang auditor. Karena dengan adanya pemahaman, kemauan, dan pengetahuan yang lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika yang akan mempengaruhi kinerja auditor, (Ludigdo, 2001). Penelitian yang dilakukan Kusrini (2008) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor, hal ini senada dengan penelitian yanng dilakukan oleh Aryanto (2005) yang membuktikan bahwa pemahaman kode etik berpengaruh terhadap kinerja auditor. Pemahaman terhadap kode etik profesi akuntan publik (auditor) akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam tugas dan kewajibannya untuk berupaya menjaga mutu kinerja auditor, serta citra dan martabat profesi auditor. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor, adalah adanya tekanan waktu. Kondisi tekanan waktu adalah suatu kondisi dimana auditor mendapat tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tekanan waktu yang tidak realistis akan memberikan dampak tekanan bagi auditor yang secara lansung akan mempengaruhi kinerja auditor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2008) tekanan waktu
7
berpengaruh terhadap berbagai perilaku auditor yang dapat menyebabkan turunnya kinerja auditor yang akan berdampak pada turunnya kualitas audit. De Zoort dan Lord (1997) menyebutkan ketika menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu dengan menggunakan waktu sebaikbaiknya dan yang kedua dengan adanya tekanan waktu akan berpotensi menyebabkan perilaku yang menurunkan kinerja auditor. Seorang auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik dalam melaksanakan kinerjanya akan mengalami tekanan waktu atas biaya yang dikeluarkan oleh klien. Kenyataanya seberapa besar biaya audit membuat pembatasan terhadap Kantor Akuntan Publik agar dapat melaksanakan penugasan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Kantor Akuntan Publik akan memerintahkan auditor agar bekerja pada tekanan waktu tersebut. Auditor yang mengalami tekanan waktu tentunya akan berakibat pada kinerja yang dihasilkan. Semakin besar tekanan waktu yang dialami auditor maka kinerja auditor yang dihasilkan menjadi buruk. Penelitian yang dilakukan Almaretta (2010) menunjukkan bahwa tekanan waktu dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor. tekanan waktu yang diberikan dapat dijadikan sebagai motivasi dalam melaksanakan proses audit. Hal itu juga dapat dijadikan auditor sebagai faktor untuk meyakinkan kepada klien bahwa dengan adanya tekanan waktu yang tinggi, auditor tetap dapat menghasilkan kinerja yang profesional.
8
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor menurut penelitian Dwilita (2008) adalah motivasi. Menurut Dwilita (2008) motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor, ketika motivasi kerja auditor meningkat maka kinerja mereka pun juga meningkat. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Bahagia (2004) bahwa motivasi dapat berdampak terhadap kepuasan kerja seorang auditor. Menurut Robbins (2002) jika seseorang tidak memiliki motivasi dalam bekerja, maka penilaian kinerja yang dihasilkan akan kurang memuaskan. Motivasi akan membuat seseorang meraih kepuasan dalam bekerja. Setiawan dan Ghozali (2006) menyatakan, tidak ada tugas yang dapat dilaksanakan dengan baik tanpa didukung oleh kemampuan untuk melaksanakannya. Kemampuan merupakan bakat individu untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan tujuan. Namun, kemampuan tidaklah menjamin untuk tercapainya kinerja terbaik, seseorang harus memiliki motivasi untuk mencapai kinerja yang terbaik. Penelitian kembali mengenai pengaruh kecerdasan emosional, tekanan waktu, persepsi kode etik dan motivasi terhadap kinerja auditor sangat menarik untuk dilakukan. Berdasarkan uraian diatas dan beberapa pendapat dari hasil penelitian terdahulu serta beberapa faktor yang belum pernah dilakukan penelitian dan keinginan untuk mencari faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja auditor. Maka pada kesempatan ini penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan waktu dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”.
9
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi terhadap kinerja auditor ? 2. Apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor ? 3. Apakah terdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor ? 4. Apakah terdapat pengaruh antara tekanan waktu terhadap kinerja auditor? 5. Apakah terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja auditor ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi terhadap kinerja auditor. 2. Untuk memperoleh bukti secara empiris tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor. 3. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh persepsi kode etik terhadap kinerja auditor.
10
4. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor. 5. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi peneliti maupun penggunannya dalam rangka pengembangan penelitian selanjutnya
serta
menambah
pengetahuan
mengenai
faktor
yang
mempengaruhi kinerja auditor. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kebijakan untuk auditor mengenai pengaruh kecerdasan emosional, etika profesi, tekanan waktu, dan motivasi secara parsial terhadap kinerja auditor. b. Bagi peneliti lain Dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis. c. Sebagai media belajar dalam memecahkan masalah secara ilmiah.
11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Auditor Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegaran dalam Kusrini, 2008) Tingkat dan kualitas kinerja auditor ditentukan oleh beberapa faktor baik perseorangan maupun lingkungan. Menurut Gibson (1997) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi, dan faktor psikologis. Faktor individu dapat berupa motivasi, kemampuan pengetahuan dan ketrampilan, pengalaman, dan sikap. Faktor organisasi dapat berupa struktur organisasi, pemimpin, rekan sejawat, beban pekerjaan, rancangan kerja, kondisi kerja. Kinerja merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil, tidak terbatas pada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga pada keseluruhan jajaran personil dalam suatu organsasi (Ilyas, 2002). Penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil karya personil dalam suatu organisasi melalui instrumen kinerja dan pada hakikatnya merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kinerja personil dengan membandingkan dengan standar baku penampilan.
11
12
Tiffin dan Mc Cormick dalam Widiarti (2007) menyatakan bahwa ada dua hal yang mempengaruhi kinerja yaitu : a. Variabel individual, meliputi sikap, karakteristik, kepribadian, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan dan faktor individual lainnya. b. Variabel situasional, meliputi (1) faktor fisik yang meliputi metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, pentaan ruang, dan lingkungan fisik (penyinaran, temperature, fentilasi) dan (2) faktor sosial dan organisasi, meliputi peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis pelatihan dan pengawasan sistem upahndan lingkungan sosial. Menurut Hasibuan (2001) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan, serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi tiga faktor diatas, maka semakin tinggi pula kinerja seorang auditor. Menurut Minner dalam Alwani (2009) dimensi kerja adalah ukuran dan penilaian dari perilaku yang aktual di tempat kerja,dimensi kerja mencakup : a. Quality of output Kinerja individu dinyatakan baik apabila kualiatas output yang dihasilkan lebih baik atau paling tidak sama dengan target yang ditentukan.
13
b. Quantity of output Kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output yang dihasilkan. Seorang individu dinyatakan mempunyai kinerja yang baik apabila jumlah atau kuantitas output yang dicapai dapat melebihi atau paling tidak sama dengan target yang telah di tentukan tanpa mengabaikan kualitas output tersebut. c.
Time work Dimensi waktu juga menjadi pertimbangan didalam mengukur kinerja
seseorang. Dengan tidak mengabaikan kualitas dan kuantitas output yang harus dicapai, seorang individu dinilai mempunyai kinerja yag baik apabila individu tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan penghematan waktu. d. Corporation with other work Kinerja juga dinilai dari kemampuan seorang individu untuk tetap bersifat kooperatif dengan pekerja lain yang juga harus menyelesaikan tugasnya masingmasing. Menurut Wirawan (2009), kinerja mempunyai hubungan kausal dengan kompetensi. Kinerja merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan. Kompetensi melukiskan ketrampilan, perilaku, sikap, dan pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara efektif. Pengetahuan melukiskan apa yang terdapat dalam kepala sesorang, mengetahui kesadaran atau pemahaman mengenai sesuatu, misalnya mengenai pekerjaan. Keterampilan melukiskan kemampuan yang dapat diukur yang telah dikembangkan melalui praktik,
14
melukiskan perasaan senang atau tidak, senang trhadap objek (orang, benda, atau pekerjaan). Menurut Jackson (2002) tedapat beberapa standar kinerja, diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Istimewa Seseorang sangat berhasil pada criteria pekerjaan, sehingga catatan khusus harus dibuat.
b.
Sangat baik Kinerja pada tingkat ini adalah kinerja yang lebih baik dari rata-rata didalam unit, dengan menggunakan standard yang umum dari hasil unit itu.
c.
Memuaskan Kinerja pada tingkat ini adalah pada batas waktu atau sedikit diatas standar minimal. Tingkat kinerja ini adalah yang diharapkan dari seseorang yang sudah sangat berpengalaman dan sangat kompeten.
d.
Rata-rata Kinerja ini dibawah standard minimal dari dimensi pekerjaan.
e.
Tidak memuaskan Kinerja pada tingkat ini adalah dibawah standard yang diterima, dan ada perntanyaan serius apakah orang ini mampu meningkatkan diri untuk memenuhi standar minimal.
15
Indikator yang diguakan dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja auditor adalah kualitias kerja, kuantitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, pendapat atau pernyataan yang disimpulkan, dan perencanaan kerja (Ahmad, 2009). 1. Kualitas kerja Seperangkat hasil atau nilai yang menitik beratkan pada mutu kerja apakah sesuai dengan standar kerja atau tidak. 2. Kuantitas kerja Menitik beratkan kepada hasil seberapa banyak yang dihasilkan seseorang pada kerja pada satuan waktu atau periode tertentu. 3. Pengetahuam tentang pekerjaan Kemampuan seseorang dapat dilihat dengan seberapa besar dia memahami apa yang sedang dikerjakan termasuk tanggung jawab apa yang harus dilaksanakan. 4. Pendapat atau pernyataan yang disimpulkan. Kemampuan seorang karyawan untuk mengambil kesimpulan terhadap ide atau hasil kerja yang diberikan kemudian diterapkan sesuai prosedur kerja. 5. Perencanaan kerja Merupakan suatu rangkaian kerja untuk melakukan persiapan guna menunjang pelaksanaan kerja sampai dengan pada pencapaian hasil kerja. Fungsi dari perencanaan adalah sebagai konsep awal dalam menjalankan alur kerja yang akan dilaksanakan.
16
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan dalam menghadapi tugas yang telah diterima.
2.2 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal. Misalnya karakter, sifat, sikap, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu (Luthans,2005). menintepretasikan
Teori
atribudi
suatu
mempelajari
peristiwa,
proses
mempelajari
bagaimana
seseorang
bagaimana
sseorang
mengintepretasikan alasan atau sebab perilakunya. Menurut Luthans (2005), teori atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses kognitif dimana orang menarik kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi atau masuk akal terhadap perilaku orang lain. Terdapat dua jenis umum atribusi yang ada pada orang, yaitu atribusi disposisional, yang menganggap perilaku seseorang berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, motivasi atau kemampuan, dan atribusi situasional yang menghubungkan perilaku seseorang dengan faktor eksternal seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain. Fritz Heider juga menyatakan bahwa kekuatan internal (atribut personal seperti kemampuan, usaha dan kelelahan) dan kekuatan internal (atribut lingkungan seperti aturan etika dan cuaca) itu bersama-
17
sama menentukan perilaku manusia. Orang akan berbeda perilakunya apabila mereka lebih merasakan atribut internalnya daripada atribut eksternalnya. Menurut Kelly dalam Gibson (1994) penentuan atribusi penyebab apakah seseorang dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1.
Konsensus, adalah perilaku yang ditunjukkan jika semua orang menghadapi situasi yang serupa merespon dengan cara yang sama,
2.
Kekhususan, adalah perilaku yang ditunjukkan individu berlainan dalam situasi yang berlainan.
3.
Konsistensi, adalah perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari waktu ke waktu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori atribusi dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang (auditor). Faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja auditor diantaranya adalah kecerdasan emosional, persepsi kode etik, dan motivasi, sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja auditor adalah tekanan waktu. 2.3 Kecerdasan Emosional Emosional yang ada pada diri seseorang dapat mempengaruhi kinerja seseorang, terkadang apabila tingkat emosional seseorang sedang tidak stabil, akan mempersulit seseorang untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu. Emosional
18
seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar atau karena ada banyak berbagai tuntutan yang harus dihadapi. Menurut John, Robert dan Matteson (2002) kerja emosional dapat memodifikasi dan mengelola organisasi menjadi efektif. Namun, walau kerja emosional dapat efektif secara organisasi, mungkin terdapat efek bagi karyawan secara individual. Beberapa penelitian menemukan bahwa mengelola emosi merupakan hal yang sangat memancing stress dan mungkin menghasilkan kejenuhan. Asumsinya adalah bahwa mengelola emosi memerlukan usaha, waktu, dan energi. Kinerja seseorang tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai diri dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain (Martin, 2000) dalam Trihandini (2005). Chermiss dalam Prihandini (2005) mengungkapkan bahwa walaupun seseorang memiliki kinerja yang baik, tetapi apabila dia memiliki ifat yang tertutup dan tidak dapat berinteraksi dengan orang lain dengan baik, maka kinerjanya tidak akan berkembang. Ada dua cara bagi seseorang untuk mengelola emosional, pertama melalui apa yang disebut surface acting, dimana seseorang mengatur ekspresi emosionalnya, yang kedua melalui deep acting dimana seseorang memodifikasi perasaan untuk mengekspresikan suatu emosi yang diinginkan. (John, Robert, dan Matteson, 2002). Menurut Goleman (2001), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan ini
19
saling melengkapi dan berbeda dengan kemampuan akademik murni, yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan Intelectual Quetient (IQ). Goleman (2001) membagi kecerdasan emosional kedalam 5 komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial. Kelima komponen tersebut dijadikan penulis sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini. a. Kesadaran diri Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. b. Pengaturan diri Pengaturan diri adalah menguasai emosi diri sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. c. Motivasi Motivasi adalah menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseoang menuju sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. d. Empati
20
Empati adalah merasakan yang dirasakan orang lain,mampu memahami prespektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri sendiri dengan berbagai macam orang. e. Keterampilan sosial Keterampilan sosial berarti menangani emosi dengn baik ketika berhubungan dengan orang lain dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perelisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Menurut konsep diatas, kecerdasan emosional pada dasarnya merupakan pengendalian penggunaan emosional pada diri sendiri. Bagaimana seseorang dapat mengelola emosi yang ada agar menjadi lebih bermanfaat, sehingga sesuatu yang dikerjakan akan tetap terkendali. 2.4
Persepsi Kode Etik
2.4.1 Persepsi Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan mengintepretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins, 2002). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) persepsi adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang didapat atau diterima. Sedangkan persepsi sendiri berasal dari bahasa latin perception yang artinya penerimaan, pengertian atau pengetahuan.
21
Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu adanya obyek yang dipersepsikan, alat indera atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus, dan adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi psikologis (Walgito, Bimo, 1997). Gibson (1997) menyebutkan bahwa kinerja seorang pegawai (auditor), dipengaruhi oleh variabel individual dan variabel lingkungan. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang (auditor) adalah: 1. Faktor berasal dari individu itu sendiri, yaitu ketrampilan dan kemampuan, faktor psikologis yang meliputi motivasi, nilai-nilai, persepsi, sikap dan kepribadian. 2. Faktor diluar individu atau lingkungan atau faktor situasional yang meliputi struktur organisasi, kepemimpinan, system imbalan, karakteristik dan desain pekerjaan.
22
Berikut adalah gambaran rerangka perilaku individu :
Individual - K em am puan ketram pilan - L atar belakan g keluarga - K epribadian - P ersepsi - S ikap - C iri-ciri - K apasitas belajar - U m ur - R as - Jenis kelam in L in gkun gan k erja : - D esain pekerjaan - S truktur organisasi - K ebijakan dan aturan - K epem im pinan - P enghargaan dan sanksi - S um ber da ya
P erilaku - P em ecahan m asalah
H asil -
P restasi jangka panjang dan jangka pendek
-
P engem ban gan pribadi
-
H ubungan dengan pihak orang lain
- P roses berfikir - K om unikasi - O bservasi - P ergerakan -
L in gkun gan non kerja - E konom i - K eliarga - K esenan gan dan hobi -
Sumber : Gibson, Ivancevich, and Donnely (1997) Organisasi Perilaku Struktur, Proses, edisi ke-8. Erlangga. Jakarta. Gambar diatas memberikan gambaran atau suatu model yang sederhana tetapi cukup komprehensif dalam memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan tindakan seorang pegawai (auditor) dan hubungannya dengan kinerja yang dihasilkan. Menurut Gibson (1997) ada dua variabel yang mempengaruhi perilaku
23
dan kinerja individu., yaitu variabel individual yang mencakup kemampuan dan ketrampilan, latar belakang keluarga. Faktor psikologis (kepribadian, persepsi, sikap dan nilai-nilai), faktor demografis (pendidikan, umur, suku/ras, jenis kelamin) serta variabel lingkungan seperti desain pekerjaan, struktur organisasi, kebijakan dan peraturan perusahaan, gaya kepemimpinan, system penghargaan dan sanksi, sumber daya atau pendukung lainnya. Salah satu aspek dari psikologis individu yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan kinerja adalah persepsi. Persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsuran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis (Gibson,1997). Setiap orang akan memberikan arti sendiri terhadap rangsangan yang diterimanya. Persepsi setiap individu akan berbeda walaupun melihat hal yang sama. Sementara itu McShane dan Von Glinov dalam Widiarti (2007) membuat sebuah konseptual tetntang kinerja seseorang yang dikenal denan model MARS yang merupakan Motivation, Ability, Role perception, dan Situasional factors. Keempat faktor tersebut secara konsisten dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti nilai, kepribadian, persepsi, emosional dan sikap, dan tekanan yang dipersepsikan. Keempat faktor yang melatarbelakangi kinerja seseorang harus hadir secara bersama-sama untuk suatu tujuan. Kemampuan seseorang tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya persepsi yang jelas akan peranannya dalam situasional yang kondusif.
24
Persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan mengintepretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti atas apa yang dipersepsikannya. Jadi dalam konteks penelitian ini persepsi dapat diartikan sebagai penerimaan atau pandangan auditor melalui proses yang didapat dari pengalaman dan pembelajaran sehingga auditor mampu untuk memutuskan mengenai suatu hal yang dapat mempengaruhi kinerja yang dihasilkan. 2.4.2 Kode Etik Akuntan Kode Etik Akuntan adalah norma yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur tentang perilaku professional (Agus, 2004) dalam Herawaty dan Susanto (2010). Pada kode etik profesi akuntan diatur mengenai berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor. Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Menurut Wikipedia kode etik profesi akuntan publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota akuntan publik Indonesia dan staf profesional yang bekerja pada suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).
25
Maryani dan Ludigdo (2001) menjelaskan bahwa kode etik adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Pada kode etik profesi akuntan diatur mengenai berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor. Kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggung jawab, berintegritas, bertindak secara objektif dan menjaga independensinya terhadap kepentingan berbagai pihak dan hati-hati dalam menjalankan profesi. Seorang auditor harus menaati kode etik profesi akuntan publik untuk menjamin bahwa kinerja yang dimiliki dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kode etik akuntan publik yang berlaku di Indonesia. Adanya persepsi terhadap kode etik akuntan publik, akan mendorong auditor untuk memiliki kinerja yang baik. Finn et.al., (1988) menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada situasi adanya dilemma etika yang menyebabkan dan memungkinkan auditor tidak dapat bersikap independen. Untuk menjaga kualitas kinerjanya, auditor diminta untuk tetap bersikap independen terhadap klien. Namun dalam kondisi yang sama, kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena bonus yang diterimanya, sehingga seringkali auditor berada dalam situasi yang dilema. Hal ini tentu akan
26
mempengaruhi kinerja auditor. Secara sosial auditor juga bertanggungjawab kepada masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan kepentingan pribadi atau kepentingan ekonomis semata. Situasi seperti ini sangat sering dihadapi oleh auditor. Seorang auditor yang memiliki persepsi kode etik yang baik dalam melaksanakan proses audit maka akan memiliki kinerja yang lebih baik. Menurut Cohen et.al (1998) dalam Alfianto (2002) akuntan adalah profesi yang memberi informasi bagi pembuatan keputusan masyarakat dan sebagai seorang profesional, akuntan memiliki kewajiban untuk menyajikan informasi keuangan yang handal. Untuk melaksanakan kewajibanya tersebut secara profesional, perilaku akuntan harus konsisten dengan kode etik. Persepsi yang tinggi terhadap kode etik akan menjadikan auditor untuk bertindak sesuai dengan kode etik dan kualitas kinerja yang dihasilkan pun akan maksimal. Indikator yang digunakan untuk mengukur etika profesi dalam penelitian ini adalah prinsip etika dan aturan etika (Kusrini, 2008). Berdasarkan standar profesi akuntan publik 1 Januari 2009 Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut : a. Prinsip Kesatu : Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
27
b. Prinsip Kedua : Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. c. Prinsip Ketiga : Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. d. Prinsip Keempat : Objektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. e. Prinsip Kelima : Kompetensi dan kehati-hatian profsional Setiap anggota harus menjalankan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legalisasi dan teknik yang paling mutakhir. f. Prinsip Keenam : Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
28
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum untuk mengungkapkannya. g. Prinsip Ketujuh : Perilaku professional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. h. Prinsip Kedelapan : Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesua dengan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit akan meningkat jika profesi akuntan publik dapat menerapkan seluruh standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit yang dilaksanakan anggota profesi tersebut. Prinsip etika profesi akuntan yang telah disebutkan diatas, merupakan ketetapan yang harus dipatuhi oleh seorang akuntan publik. Sedangkan Aturan Etika terdiri dari : 1. Aturan Etika Nomor 100 tentang Independensi, Integritas, dan Objektivitas 101. Independensi Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang diterapkan IAI. Siap independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
29
102. Integritas dan objektivitas Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihakan pertimbangannya pada pihak lain. 2. Aturan nomor 200 tentang standar umum dan prinsip akuntansi 201. Standar Umum Anggota KAP arus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang dikeluarkan oleh badan pengantar standar yang ditetapkan IAI. 1.
Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh memberikan jasa profesional yang secara layak diharapkan data diselesaikan dengan kompetensi profesional.
2.
Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
3.
Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
4.
Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadikan dasar yang layak bagi sipulan atau rekomendasi sehubungan denga pelaksanaan jasa profesionalnya.
202. Kepatuhan terhadap standar Anggota KAP yang melaksanakan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oelh badan pengatur standar yang ditetpakan oleh IAI.
30
203. Prinsip-prinsip akuntansi Anggota KAP tidak diperkenankan : 1.
Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laopran keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum atau.
2.
Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang
berlaku,
apabila
laporan atau
data tersebut
memuat
penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan keunagna atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan penagtur standar yang ditetapkan oleh IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan tersebut diatas. Dalam kondisi tersebut, anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya, serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berterima umum akan menghasikan laporan yang menyesatkan. 3. Aturan etika nomor 300 tentang tanggung jawab kepada klien. 301. informasi klien yang rahasia Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan klien. Ketentuan ini dimaksudkan untuk :
31
(1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etia kepatuhan terhadap standard an prinsip-prinsip akuntansi. (2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundabg-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku. (3) Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan kewenangan IAI. (4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk oleh IAIKAP dalam rangka penegakan disiplin anggota. Anggota yang terlibat dalam penyelidikan dan review diatas, tidak boleh memanfaatkannya untuk kepentingan diri priadi mereka atau mengungkapkan informasi klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan atau penegakan disiplin sebagaimana telah seperti telah diungkapakan dalam butir (4) diatas atau review praktik profesional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) diatas. 302. Fee profesional 1. Besarnya fee Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
32
untuk melaksanakanjasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. 1. Fee Kontijen Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyidikan hokum atau temuan badan pengatur, anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi independensi. 4.
Aturan Etika nomor 400 tentang tanggung jawab kepada rekan seprofesi. 401. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Anggota wajib memelihara citra profesi dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi. 402. Komunikasi antara akuntan publik Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengn akuntan publik terdahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik terdahulu. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
33
403. Perikatan Atestasi Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi dan periode sama dengan periatan yang dilakukan akuntan yang lebih dulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang. 5. Aturan etika nomor 500 tentang tanggung jawab dan praktik lain. 501. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan. Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi. 502. Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi. 503. Komisi dan Fee Reveral. (1)
Komisi Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan atau menerima komisi apabila pemberian/ penerimaan tersebut dapat mengurangi independensi.
(2)
Fee Reveral (Rujukan)
34
Fee reveral (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan atau diterima kepada atau dari sesame penyedia jasa profesional akuntan publik. Free reveral hanya diberikan bagi sesama profesi. (3) Bentuk Organisasi dan KAP Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau tidak menyesatkan dan merendahkan citra profesi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi kode etik adalah pemahaman, pengintepretasian, dan penerapan seorang auditor pada kode etik profesi aukuntan publik (auditor). 2.5
Tekanan waktu Alokasi waktu yang sangat terbatas, akan menyebabkan auditor bekerja secara
tergesa- gesa dan dapat menurukan kinerja auditor. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kinerja auditor, contohnya auditor kurang teliti dalam pendekteksian salah saji dalam laporan keuangan, mereview dokumen tidak secara maksimal, bekerja tidak sesuai prinsip akuntansi yang ditetapkan, kurang fokus dalam menerima penjelasan dari klien, ataupun tidak melakukan prosedur yang seharusnya dilakukan. Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan GAAS memiliki jumlah keterbatasan yang melekat. Salah satunya adalah bahwa auditr bekerja dalam suatu keterbatasan ekonomi yang wajar. Berikut ini adalah dua batasan ekonomi penting yang dimaksud (Boynton, et. al, 2002):
35
1.
Biaya yang memadai, pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya pengujian atau penarikan sampel dari catatan akuntansi atau data pendukung yang dilakukan secara selektif.
2.
Jumlah waktu yang memadai, biasanya laporan auditor akan terbit b3-5 minggu setelah tangggal neraca. Hambatan waktu ini dapat mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca yang berdampak pada laporan keuangan. Oleh karena itu auditor dituntut untuk melakukan efisiensi biaya dan waktu
dalam melaksanakan proses audit. Akhir-akhir ini tuntutan tersebut semakin besar dan menimbulkan time pressure atau tekanan waktu. Tekanan waktu yang diberikan oleh KAP kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya auit. Semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. Keberadaan tekanan waktu ini memaksa auditor untuk menyelesaikan tugasnya secepat mungkin sesuai dengan waktu yang diberikan. Adanya tekanan waktu yang diberikan kepada auditor, secara langsung akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Tekanan waktu merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran yang sangat ketat dan kaku (Raghunatan,1991). Kondisi tekanan waktu (time pressure) adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
36
Kelly et al. dalam Suryanita dkk (2006) membedakan antara time budget pressure dan time deadline dengan meneliti dampak keduanya terhadap perilaku auditor. 1. Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang sangat ketat dan kaku, hal ini dilakukan oleh adanya jumlah waktu yang telah dialokasikan dalam melengkapi audit tertentu. 2. Time deadline pressure adalah usaha pengurangan waktu dalam pekerjaan audit, hal ini timbul oleh adanya kebutuhan untuk melengkapi tugas audit berdasarkan pedoman waktu tertentu. Adanya tekanan waktu menyebabkan seseorang dituntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan segera, dan apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menimbulkan konflik karena waktu yang telah ditentukan untuk suatu pekerjaan audit terlewati sehingga kinerja yang dihasilkan pun kurang maksimal. Pada praktiknya, adanya tekanan waktu digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini menimbulkan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Penetapan waktu yang tidak realistis pada tugas audit khusus akan berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit atau auditor pelaksana cenderung mempercepat pelaksanaan tes. Sebaliknya bila waktu yang diberikan terlalu lama hal ini akan berdampak negatif pada biaya dan efektifitas pelaksanaan audit. Dibawah tekanan waktu yang sangat terbatas, auditor dituntut untuk tetap memiliki kinerja
37
yang profesional dalam melaksanakan proses pengauditan. Kinerja auditor akan berdampak pada laporan hasil auditan. Semakin baik kinerja auditor, maka hasil auditan akan semakin objektif, begitu juga sebaliknya (Ventura, 2001). Menurut Almaretta (2010) pengukuran kinerja melalui tekanan waktu dapat di ukur melalui ketepatan waktu, pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan, kelonggaran waktu audit, dan beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu. Kelima hal tersebut dijadikan penulis sebagai indikator dalam penelitian ini. 2.6 Motivasi Untuk meningkatkan kinerja seseorang, diperlukan motivasi yang kuat agar tujuan dalam bekerja dapat tercapai. Motivasi merupakan dorongan bagi seseorang dalam bekerja. Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan, keinginan, sebab, atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Menurut Manullang (1982), motivasi adalah pemberian kegairahan bekerja kepada karyawan. Dengan pemberian motivasi dimaksudkan pemberian daya perangsang kepada karyawan yang bersangkutan, agar karyawan tersebut bekerja dengan segala upaya. Menurut Robbins (2002) motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak. Menurut Handoko (1999) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna tujuan.
38
Biasanya orang bertindak karena suatu alasan untuk mencapai tujuan. Menurut Ahmadi dalam Dwilita (2009) motivasi lahir dari adanya suatu tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan kebutuhan individu dan tuntutat atau dorongan yang berasal dari lingkungan kemudian diimplementasikan dalam bentuk perilaku. Hasil dari perilaku yang positif inilah yang nantinya bias disebut prestasi. Kebutuhan dapat dipandang sebagai kekurangan yang menuntut adanya pemenuhan untuk segera mendapat keseimbangan. Situasi kekurangan ini berfungsi sebagai suatu kekuatan atau dorongan alasan yang menyebabkan seseorang bertindak untuk memenuhi kebutuhan. Ada beberapa alasan seseorang mau melakukan atau termotivasi dalam bertindak sesuai keinginan atau standar yang ada. Berdasarkan peneletian yang terdahulu diketahui bahwa alasan seseorang termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan adalah karakter, kebutuhan, dan tujuan individu sehingga hal-hal tersebut merupakan dasar dalam menyusun pola motivasi. Perkembangan penelitian mengenai motivasi telah banyak teori-teori yang mengungkapkan tentang motivasi seseorang. Salah satunya adalah teori kebutuhan Maslow. Inti dari teori ini bahwa kebutuhan dapat disusun dalam bentuk hirarki, dimulai dari kebutuhan fisologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima hal tersebut dijadikan penulis sebagai indikator untuk pengukuran variabel motivasi. 1. Kebuthan fisiologis
39
Merupakan kebutuhan yang sifatnya untuk mempertahankan diri seperti pemenuhan kebutuhan pokok, paling kuat dan paling jelas disbanding kebutuhan yang lainnya. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan pangan, ssndang, papan, tidur dan oksigen. 2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan Merupakan kebutuhan keteraturan, stabilitas, menghindari hal-hal yang sifatnya asing dan yang tidak diharapkan, serta hal-hal yang menyangkut hidup dan mati. Misalnya keselamatan saat berada di tempat kerja, apakah auditor merasa nyaman berada di lingkungan tempat kerja. 3. Kebutuhan sosial Merupakan kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki dan dimiliki. Hal ini dapat diwujudkan saat seseorang berada disekitar rekan kerjanya, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa kasih saying, perhatian, di tengah kelompoknya. 4. Kebutuhan penghargaan Setiap orang memiliki dua kategori penghargaan, yaitu : a. Harga diri, meliputi kebutuhan akan percaya diri, kompetensi, penguasaan kecukupan, prestasi, ketidakketergantungan dan kebebasan. b. Penghargaan dari orang lain, meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, kedudukan, nama baik serta penghargaan atas prestasi yang dimiliki.
40
5.
Kebutuhan akan aktualisasi diri Merupakan suatu hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuanya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Sebagai individu ebutuhan masing-masing auditor berbeda-beda. Jika seorang auditor memiliki motivasi dalam bekerja, dia akan lebih baik dan kecil kemungkinan dia akan melakukan tindakan yang dapat menurunkan kinerja, karena kebutuhan yang menjadi latar belakang perilaku yang dilakukannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan seseorang dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai suatu kebutuhan tertentu. Seorang auditor yang memiliki motivasi terhadap pekerjaannya akan bekerja dengan sungguh-sungguh hingga menghasilkan kinerja yang baik.
2.7 Kerangka Berpikir Proses hidup dan kehidupan pembentukan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pada diri sendiri dan faktor lingkungan. Ada yang berperilaku baik dan ada yang buruk. Begitu juga dalam melakukan pekerjaan, ada yang malas dan ada yang rajin, ada yang produktif dan ada yang tidak produktif bahkan ada yang senang dengan tantangan pekerjaan dan ada yang berusaha menjauhi tantangan pekerjaan serta ada yang berambisi untuk kepentingan pribadi yang kuat dan ada juga yang
41
lemah. Data empiris menunjukan bahwa seseorang dalam bekerja dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan. Profesi auditor merupakan salah satu jenis pekerjaan yang dituntut untuk bersikap professional dan terhindar dari segala bentuk penyimpangan selama proses audit berlangsung agar hasil auditan berkualitas. Kualitas audit yang dihasilkan dipengaruhi oleh kinerja yang dimilki oleh auditor. Kinerja auditor dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari individu auditor itu sendiri maupun dari lingkungan tempatnya bekerja. Adanya tekanan dan suasana lingkungan yang tidak kondusif, akan mengakibatkan kinerja auditor yang rendah, atau bahkan terjadi penyimpangan sehingga akan berdampak pada kualitas hasil auditan yang buruk. Kinerja sendiri merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakannya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Seorang auditor harus mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja yang dimilikinya. Hal ini sangat penting karena dengan semakin tinggi kinerjanya maka hasil audit yang dihasilkan akan semakin berkualitas. Tingkat kinerja yang rendah dapat mengakibatkan potensi kesalahan dan kurangnya kredibiltas. Campbell et.al., (1998) menyatakan bahwa kinerja (performance) sebagai sesuatu yang tampak, dimana individu relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja yang baik merupakan salah satu sasaran organisasi dalam mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Tercapainya kinerja yang baik tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Hal ini dipertegas oleh Hellriegel (2001) bahwa kinerja yang baik dicapai saat tujuan yang diinginkan telah tercapai, moderator (kemampuan,
42
komitmen, dan motivasi) telah tersedia, dan mediator (petunjuk, usaha, ketekunan, dan strategi) telah dijalankan. Suatu model yang melahirkan pemikiran teoritis mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja auditor adalah penelitian yang dilakukan oleh Alwani (2007) mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja auditor. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayogya (2004) yang mengungkapkan bahwa prestasi kinerja auditor yang optimal dapat dicapai jika seorang auditor tersebut memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Kecerdasan emosional menjadi penting karena kecerdasan emosional turut menentukan seberapa baik seseorang menggunakan ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki. Apabila seseorang mampu menggunakan ketrampilan yang dimiliki secara maksimal, maka kinerja yang dihasilkan akan meningkat. Pada berbagai situasi, saat proses pengauditan berlangsung seorang auditor harus tetap terfokus terhadap apa yang sedang dikerjakannya. Walaupun auditor tersebut sedang menghadapi konflik dengan orang lain sekalipun. Menurut Sy (2004) karyawan (auiditor) yang secara emosional cerdas akan dapat memahami bagaimana emosi terjadi, dapat mengatur emosinya, mengurangi emosi tidak produktif yang menjadi penghalang dalam bekerjasama, serta mengambil langkah-langkah produktif untuk mencapai keberhasilan dalam bekerja. Senada dengan hal tersebut Howes dan Herald (1999) berpendapat
bahwa pada intinya
43
kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Karakteristik lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja auditor adalah adanya persepsi kode etik yang dimiliki oleh auditor. Menurut penelitian yang dilakukan Kusrini (2008) persepsi kode etik profesi dapat mempengaruhi kinerja auditor. Pemahaman kode etik akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Sebagai seorang auditor yang professional, auditor harus mematuhi kode etik profesi yang telah digelutinya. Auditor harus bersikap independen, dan taat terhadap kode etik agar kredibilitasnya tetap terjaga. Masyarakat akan menghargai profesi yang menerapkan standar mutu yang tinggi dalam pekerjaannya. Studi yang dilakukan Purba (2009) menunjukan bahwa kode etik berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini mempertegas penelitian Tamin (2004) dengan berkembangnya pemahaman terhadap budaya etika yang tinggi, maka akan terbentuk sikap, perilaku yeng etis, bermoral, profesional, disiplin, hemat, hidup sederhanan, jujur, produktif, menghargai waktu, menjadi panutan dan teladan, serta mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Adanya perspsi kode etik yang baik bagi auditor akan meningkatkan kinerja yang dimiliki oleh auditor. aik. Kode etik profesi merupakan suatu prinsip moral dan pelaksanaan aturanaturan yang member pedoman dalam berhubungan dengn klien, masyarakat, anggota sesame profesi serta pihak yang berkepentingan lainnya. Kode etik berupa aturan
44
umum mengenai tingkah laku yang baik atau aturan-aturan khusus yang tidak boleh dilakukan. Adanya persepsi kode etik profesi bagi auditor diharapkan dapat membantu para akuntan public (auditor) untuk mencapai mutu kinerja saat proses pemeriksaan pada tingkat yang diharapkan. Hal lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor adalah tekanan waktu yang dimiliki oleh auditor. Kebanyakan seseorang akan merasa tertekan saat mengerjakan tugas dengan waktu yang terbatas. Terkadang kualitas kinerja seorang auditor akan menurun dikarenakan tekanan waktu yang tidak realistis. Pada saat proses pengauditan, terkadang akan muncul permasalahan. Masalah ini timbul ketika adanya tekanan waktu yang tinggi (time pressure) yang disediakan untuk melaksanakan penugasan audit. Keterbatasan ini akan memberikan tekanan bagi auditor dalam melaksanakan penugasan audit. Tekanan waktu merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat menimbulkan stress kerja yang secara otomatis akan mempengaruhi kinerja auditor. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2008) menyebutkan bahwa tekanan waktu audit memiliki pengaruh terhadap berbagai perilaku auditor yang dapat menyebabkan turunya kinerja auditor yang akan berdampak pada turunnya kualitas audit. Tekanan yang diberikan oleh manajemen dalam menentukan anggaran waktu diperkirakan merupakan faktor yang signifikan yang dapat mempengaruhi perilaku auditor. De Zoort dan Lord (1997) menyebutkan ketika menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya dan yang kedua dengan adanya tekanan waktu
45
akan berpotensi menyebabkan perilaku yang menurunkan kinerja auditor dan berakibat turunnya kualitas audit. Hasil penelitian Alderman dan Deitrick (1982) menyebutkan bahwa kendala anggaran waktu merupakan faktor utama yang mendorong auditor melakukan perilaku yang menyimpang. Pada setiap individu, motivasi merupakan salah satu faktor yang penting unutk mencapai kinerja yang maksimal. Motivasi dapat memberikan kenyamanan dalam pribadi dan semangat kerja yang lebih baik. Bagi seorang auditor, dengan memiliki motivasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja yang dimilikinya. Adanya harapan akan jabatan atau gaji yang lebih tinggi akan merangsang auditor untuk bekerja lebih agar hasil kerja dapat maksimal. Motivasi pada seorang auditor akan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar yang berlaku dan sesuai dengan yang diharapkan. Kenyamanan dan kesenangan auditor dalam bekerja akan memacu auditor untuk bekerja lebih baik guna menghasilkan kinerja yang optimal. Motivasi yang dimiliki dapat digunakan sebagai alasan mengapa seseorang ingin melakukan suatu pekerjaan. Auditor yang memiliki motivasi tinggi akan dapat melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik dibanding auditor yang tidak memiliki motivasi. Setiap orang mempunyai sesuatu yang dapat memicu baik itu berupa kebutuhan material, emosional, spiritual maupun nilai-nilai keyakinan tertentu. Studi yang dilakukan Prasanti (2008) menyimpulkan bahwa motivasi dapat memperbaiki kinerja lebih tinggi pada auditor yang kurang berpengalaman. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dwilita (2009) bahwa motivasi mepengaruhi
46
kinerja auditor, ketika motivasi para auditor meningkat maka kinerja mereka juga akan meningkat. Pengaruh motivasi ini hanya berasal dari motivasi akan penghargaan sedangkan motivasi akan kebutuhan yang lainnya tidak menjadi prioritas bagi para auditor, sehingga ketika peningkatan motivasi tersebut tidak berkaitan dengan kebutuhan akan penghargaan maka tidak akan mengakibatkan peningkatan terhadap kinerja para auditor. Menurut Lee (2000) orang akan menyukai pekerjaannya jika mereka termotivasi untuk pekerjaan itu dan secara psikologi bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah berarti, ada rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan pengetahuan mereka tentang hasil kerja, sehingga hasil pekerjaan akan meningkatkan motivasi, kepuasan kerja dan kinerja. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka rerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut : Kecerdasan Emosional (X1) Persepsi Kode Etik (X2) Kinerja Auditor (Y) (X2) Tekanan (X3) Tekanan waktu waktu (X3)
Motivasi (X4)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
47
2.8
Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, dan tinjauan teoritis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. H1: Terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi tehadap kinerja auditor. 2. H2:Terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor. 3. H3:Tterdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor. 4. H4: Terdapat pengaruh antara tekanan waktu terhadap kinerja auditor 5. H5: Terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja auditor.
48
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian (Arikunto,1996). Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang terdaftar dan bekerja di KAP yang terdapat di kota Semarang pada tahun 2011. Alasan penentuan KAP di Kota Semarang dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kota Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah sehingga perputaran perekonomian yang terjadi juga sangat tinggi. Kota Semarang memiliki 18 kantor akuntan publik dengan populasi sebanyak 285 auditor. Tabel nama dan alamat Kantor Akuntan Publik di kota Semarang dapat dilihat pada lampiran 1. 3.1.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi, sampel terdiri atas sejumah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling, yaitu pengumpulan informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia memberikannya (Sekaran, 2006). Alasan menggunakan metode ini adalah karena keterbatasan jumlah auditor yang tidak dapat ditemui untuk dijadikan responden yang dikarenakan kesibukan.
48
49
Auditor yang bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 responden yang berasal dari 11 kantor akuntan publik di Kota Semarang. Tabel daftar KAP dan jumlah auditor yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 2. 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bias berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. (Sekaran,2006). Variabel dalam peneitian ini adalah: 3.2.1
Variabel Terikat (Y) Variable terikat atau variabel Y adalah sejumlah faktor atau unsur yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. 3.2.1.1 Kinerja Auditor Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan,2001). Kinerja (job performance) diukur dengan menggunakan indikator penilaian kualitas kerja, kuantitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, pendapat atau parnyataan yang disimpulkan, dan perencanaan kerja. Persepsi responden terhadap indikator tersebut
50
diukur dengan lima point skala likert dari “sangat tidak setuju” sampai “sangat setuju”.
3.2.2 Variabel bebas (X) Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik itu secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas ialah kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi. 3.2.2.1 Kecerdasan Emosional (X1) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. (Goleman, 2001). Kecerdasan emosional diukur dengan indikator kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Persepsi responden terhadap variabel tersebut diukur dengan lima poin skala likert dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”. 3.2.2.2 Persepsi Kode Etik (X2) Persepsi menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991) merupakan tanggapan secara langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Sedangkan kode etik akuntan adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan
51
sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat (Sihwahjoeni dan Gudono,2000). Persepsi kode etik auditor diukur dengan menggunakan indikator prinsip etika dan aturan etika yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Kusrini (2008). Persepsi responden terhadap variabel tersebut diukur dengan lima poin skala likert dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”. 3.2.2.3 Tekanan Waktu (X3) Kondisi tekanan waktu adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan (Maulina et.al.2010). Indikator dalam variabel ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Almaretta (2010) yaitu ketepatan waktu, pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan, kelonggaran waktu audit, dan beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu. Persepsi responden terhadap variabel tersebut diukur dengan lima poin skala likert dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”. 3.2.2.4 Motivasi (X4) Motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada tujuan (Hellriegel, 2001). Indikator dalam variabel ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
52
Persepsi responden terhadap variabel tersebut diukur dengan lima poin skala likert dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”.
3.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir,2005). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode distribusi langsung (direct distribution method) yaitu mendatangi para responden secara langsung untuk menyerahkan maupun mengumpulkan kembali kuesioner. Kuesioner berisi data demografi responden dan pertanyaan-pertanyaan data yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi dan kinerja auditor yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1. Data Diri Responden Data diri responden berisi beberapa pertanyaan tentang identitas responden. Pernyataan tersebut meliputi nama, jenis kelamin, jabatan, pendidikan terakhir, lama pengalaman kerja responden. 2. Pernyataan mengenai kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi dan kinerja auditor. Bagian ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi dan kinerja auditor.
53
Jenis pernyataan bersifat tertutup, responden hanya memberi tanda chek list (√) pada jawaban yang tersedia. Penggunaan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari responden. Adapun cara pengumpulan data adalah dengan membuat daftar pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup yang artinya jawaban alternatif telah tersedia dan mencerminkan skala tertentu (skala interval). Skala interval dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala yang diberikan pada alternativ pilihan jawaban pada angket adalah sebagai berikut : 1. Jawaban“sangat tidak setuju” mendapat skor 1 2. Jawaban “tidak setuju” mendapat skor 2. 3. Jawaban “netral” mendapat skor 3. 4. Jawaban “setuju” mendapat skor 4. 5. Jawaban “sangat setuju” mendapat skor 5. Sedangkan karakteristik pengumpulan data dengan menggunakan angket adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data yang relevan dengan indikator penelitian yang diperoleh melalui daftar pertanyaan yang dibagi pada responden.
54
2. Jawaban yang sudah diperoleh kemudian dilihat skornya kemudian dimasukkan dalam daftar data tabulasi. Data yang tertabulasi inilah yang kemudian dihitung dengan uji statistik yang sesuai. 3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS16. Menurut Sugiyono (2000) kesimpulan penelitian berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian, dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Oleh karena itu kesimpulan tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu : 3.4.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dalam mengkur suatu konstruk, dan apakah dimensi-dimensi yang diukur secara sungguh-sungguh mampu menjadi item-item dalam pengukuran (Ghozali,2005). Suatu instrument yang valid atau sahih berarti memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid atau berarti memiliki validitas rendah (Arikunto,2000). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16. Untuk mengetahui validitas dapat dilihat di lampiran 7 pada tampilan pearson correlation
55
pada kolom total konstruk masing-masing indikator. Pada variabel X1 menunjukan bahwa dari 21 pernyataan, terdapat 6 pernyataan yang dinyatakan tidak valid. Pada uji validitas variabel X2 dapat diketahui bahwa dari 14 pernyataan keseluruhannya dinyatakan valid. Pada uji validitas variabel X3 terdapat 5 pernyataan yang diujikan, dan keseluruhannya dinyatakan valid. Pada uji validitas variabel X4 dapat diketahui dari 10 pernyataan, seluruh pernyataan dinyatakan valid. Pada uji validitas variabel Y sebanyak 18 pernyataan yang diujikan dan keseluruhannya dinyatakan valid. 3.4.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu konstruk yang sama (Sekaran, 2000) dan jika dilakukan pengukuran dari waktu ke waktu oleh orang lain. Uji coba terhadap pertanyaan tersebut dengan bantuan program SPSS 16. Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan menggunakan Cronbach Alpha. Kriteria pengujian uji reliabilitas adalah jika alpha > 0,60 konstruk (variabel) maka memiliki reliabilitas.(Ghozali, 2005). Hasil pengujian reliabilitas masingmasing variabel dengan menggunakan SPSS sebagai berikut: Tabel 3.1. Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach’s alpha
Status
56
Kecerdasan emosional (x1) Persepsi kode etik (x2) Tekanan waktu (x3) Motivasi (x4) Kinerja auditor (y)
0.950 0.956 0.919 0.953 0.962
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data primer diolah, 2011 Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel dengan cronbach’s alpha sebagaimana terlihat pada tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha based on standarlized items variabel >0.60 sehingga dapat dikatakan bahwa semua instrument penelitian ini adalah reliabel dengan kategori baik.
3.5 Metode Analisis Data Analisis data adalah cara-cara yang mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan intepretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan. 3.5.1 Uji Diskriptif Analisis diskriptif digunakan untuk mengolah data demografi responden. Uji deskriptif untuk menganalisis data diperlukan suatu cata atau metode analisis dari penelitian agar dapat diintepretasikan sehingga laporan
57
yang diberikan mudah dipahami. Metode analisis data diskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian ini menggunakan analisis data sebagai berikut : 3.5.1.1 Analisis Diskriptif Responden Analisis diskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan demografi responden. Gambaran tersebut meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jabatan dan lama bekerja. 3.5.1.2 Analisis Diskriptif Variabel Analisis diskriptif variabel digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing indikator dalam setiap variabel agar lebih mudah memahaminya. Variabel pada penelitian ini yang terdiri dari kecerdasan emosional (X1), persepsi kode etik (X2), tekanan waktu (X3), motivasi (X4) serta kinerja auditor (Y) untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel dimana pengumpulannya dengan menggunakan angket, setiap indikator dari data yang dikumpulkan terlebih dahulu diklasifikasikan dan kemudian diberi skor. Cara menentukan kategori diskriptif variabel kecerdasan emosional , dibuat tabel kategori yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut : a.
Menetapkan jumlah maksimal
= 5 x 15
= 75
b.
Menetapkan jumlah minimal
= 1 x 15
= 15
c.
Menetapkan rentang
= 75-15
= 60
58
d.
Menetapkan interval
=60/5
= 12
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.2. Kategori Kecerdasan Emosional No. Interval 1 64-75 2 52-63 3 40-51 4 28-39 5 16-27 Sumber : data yang diolah, 2011
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Untuk menentukan kategori diskriptif variabel persepsi kode etik ,dibuat dengan kategori yang disusun dengan cara sebagai berikut : a. Menetapkan jumlah maksimal
= 5 x 14
= 70
b. Menetapkan jumlah minimal
= 1 x 14
= 14
c. Menetapkan rentang
= 70-14
= 56
d. Menetapkan interval
=56/5
= 11.2 dibulatkan 11
Tabel 3.3. Kategori Persepsi Kode Etik No. Interval 1 60-70 2 49-59 3 38-48 4 27-37 16-26 5 Sumber : data yang diolah, 2011
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
59
Untuk menentukan kategori variabel tekanan waktu menggunakan cara sebagai berikut : a. Menetapkan jumlah maksimal
=5x5
= 25
b. Menetapkan jumlah minimal
=1x5
=5
c. Menetapkan rentang
= 25-5
= 20
d. Menetapkan interval
= 20/5
=4
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel3.4. Kategori Tekanan Waktu No. Interval 1 22-25 2 18-21 3 14-17 10-13 4 5 6-9 Sumber : data yang diolah, 2011
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Untuk menetapkan kategori variabel motivasi menggunakan cara sebagai berikut: e.
Menetapkan jumlah maksimal
= 5 x 10
= 50
f.
Menetapkan jumlah minimal
= 1 x 10
= 10
g.
Menetapkan rentang
= 50-10
= 40
60
h.
Menetapkan interval
=40/5
=8
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.5. Kategori Motivasi No. Interval 1 43-50 35-42 2 3 27-34 4 19-26 5 11-18 Sumber : data yang diolah, 2011
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Untuk menetapkan kategori variabel kinerja auditor menggunakan cara sebagai berikut: a. Menetapkan jumlah maksimal
= 5 x 18
= 90
b. Menetapkan jumlah minimal
= 1 x 18
= 18
c. Menetapkan rentang
= 90-18
= 72
d. Menetapkan interval
= 72/5
=14,4 dibulatkan
14 Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.6. Kategori Kinerja Auditor No. 1 2 3
Interval 77-90 63-76 49-62
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang
61
4 35-48 5 21-34 Sumber : data yang diolah, 2011 3.6
Rendah Sangat rendah
Uji Prasyarat Data yang akan dianalisis dengan menggunakan regresi berganda, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat yang bertujuan untuk mengetahui kualitas data penelitian. Uji prasyarat yang dilakukan yaitu dengan uji normalitas dan uji asumsi klasik. 3.6.1 Uji Normalitas Data Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan tiga cara, yaitu melalui analisis histogram, normal probability plot dan uji kolmogorofsmirnov dengan bantuan SPSS. 3.6.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan model regresi berganda terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi berganda yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini memenuhi
asumsi
klasik
atau
tidak.
heterokedastisitas dan uji multikolinieritas.
Asumsi
klasik
terdiri
dari
uji
62
3.6.2.1 Uji Heteroskesdastsitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap pola scatter plot yang dihasilkan melalui program SPSS. Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara lain prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila pola scatter plot membentuk pola tertentu ( bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka model
regresi
memiliki
gejala
heterokedastisita.
Munculnya
gejala
heterokedastisitas menunjukkan bahwa penaksir dalam model regresi tidak mengandung heterokedastisitas. Karena grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan, maka diperlukan tambahan uji statistic untuk menjamin keakuratan. Uji statistic yang digunakan adalah uji glejser untuk meregres nilai absolute terhadap variabel independen. Jika pobabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan 5%, maka regresi tidak mengandung heterokedastisitas ( Ghozali, 2006). 3.6.2.2 Uji Multikolinieritas
63
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna. Koefisien hasil korelasinya tinggi atau bahkan satu diantara beberapa atau semua variabel bebas yang menjelaskan model regresi (Ghozali, 2005). Syarat model regresi berganda dapat digunakan apabila tidak ada hubungan yang sempurna antara variabel bebasnya. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antara variable bebas atau dapat pula dilihat dari nilai tolerance dan variance inflantion factor (VIF). Kedua ukuran tersebut menunjukan setiap variabel independen (bebas) menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variable bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variable bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable bebas lainnya. Dengan kriteria pengambilan keputusan suatu model regresi bebas multikolinieritas adalah sebagai berikut : a. Mempunyai nilai VIF dibawah 10 b. Mempunyai nilai tolerance diatas 0,10 Jika variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut maka variabel bebas tersebut tidak mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variable bebas lainnya.
64
3.7 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut : Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Keterangan : Y
: Kinerja auditor
X1
: Kecerdasan emosional
X2
: Persepsi kode etik
X3
: Tekanan waktu
X4
: Motivasi
β0
: Konstanta
β1, β2, β3 β4
: Koefisien Regresi
e
: error
3.8 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara simultan (Uji F), uji koefisien determinasi (R2), dan pengujian secara parsial (uji t dan uji r2). 3.8.1 Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat (Ghozali, 2006). Cara
65
melakukan uji F adalah membandingkan hasil besarnya peluang melakukan kesalahan (tingkat signifikansi) yang muncul, dengan tingkat peluang munculnya kejadian (probabilitas) yang ditentukan sebesar 5% atau 0,05 pada output, untuk mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesis nol (Ho): a. Apabila signifikansi > 0,05 maka keputusannya adalah menerima Ho dan menolak Ha. b. Apabila signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha. 3.8.2 Uji Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan seberapa besar persentase variasi variabel bebas (independen) pada model regresi linier berganda dalam menjelaskan variasi variabel terikat (dependen). Dengan kata lain pengujian menggunakan R2 , dapat menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang digunakan dalam model regresi linier berganda adalah variabel-variabel independen yang mampu mewakili keseluruhan dari variabel-variabel
independen
lainnya
dalam
mempengaruhi
variabel
dependen, kemudian besarnya pengaruh ditunjukkan dalam bentuk persentase. 3.8.3 Uji Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
66
dependen (Ghozali, 2006). Cara melakukan uji t adalah membandingkan hasil besarnya peluang melakukan kesalahan (tingkat signifikansi) yang muncul, dengan tingkat peluang munculnya kejadian (probabilitas) yang ditentukan sebesar 5% atau 0,05 pada output, untuk mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesis nol (Ho) : a. Apabila signifikansi > 0.05 maka keputusannya adalah menerima Ho dan menolak Ha b. Apabila signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah menolak Ho dan menerima Ha Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X (kecerdasan emosional, persepsi kode etik auditor, tekanan waktu, dan motivasi) secara parsial terhadap variabel Y (kinerja auditor). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 persen. 3.8.4
Uji Koefisien determinasi parsial (r2) Uji koefien determinasi parsial (r2) digunakan untuk mengetahui hubungan
masing-masing antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam pengumpulan data, dimana penyebarannya dilakukan secara personal survey atau peneliti mendatangi secara langsung tiap-tiap Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Kota Semarang. Pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan bantuan program SPSS. Penyebaran kuesioner ditujukan kepada auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang. Keseluruhan kuesioner yang dikirim kepada responden adalah sebanyak 54 kuesioner berdasarkan jumlah auditor yang dapat berpartisipasi di 11 KAP di Kota Semarang. Sebaran jumlah sampel dapat dilihat pada lampiran 1. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 10 Mei 2011 hingga 30 Mei 2011. Kuesoner yang kembali sebanyak 54 buah, sehingga tingkat pengembalian kuesioner adalah sebesar 100%, sedangkan kuesioner yang tidak kembali adalah 0 buah atau 0%. Kuesioner yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 54 atau 100%, sedangkan total kuesioner yang tidak lengkap adalah 0 atau 0%. tabel 4.1 menunjukkan tingkat pengiriman dan pengembalian dalam penelitian.
67
68
Tabel 4.1 Tingkat Pengiriman Dan Pengembalian Keterangan Total kuesioner yang dibagikan
Jumlah 54
Persentase 100%
Total kuesioner yang tidak kembali
0
0%
Total kuesioner yang kembali Total kuesioner yang tidak lengkap
54 0
100% 0%
54
100%
Total kuesioner yang dapat digunakan Sumber : Data Primer diolah, 2011 4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Deskriptif Responden
Deskriptif responden digunakan untuk mengetahui persentase karakteristik demografi responden. Deskriptif responden terdiri dari jenis kelamin, lama bekerja, jabatan, pendidikan terakhir. Data deskriptif mengenai demografi responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
69
Tabel 4.2. Gambaran Umum Profil Responden Karakteristik Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Jumlah
Persentase
18 36
33.33% 66.67%
Jumlah Lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik : 1. Kurang dari 3 Tahun 2. 3 tahun sampai 5 tahun 3. Lebih dari 5 tahun
54
100 %
25 14 15
46.3% 26% 27.7%
Jumlah
54
100 %
Jabatan dalam Kantor Akuntan Publik 1. Auditor Yunior 2. Auditor senior
20 34
37% 63%
Jumlah
54
100 %
Pendidikan terakhir : 1. D3 2. S1 3. S2
15 30 9
27.8% 55.5% 16.7%
54
100 %
Jumlah Sumber : Data Primer yang Diolah, 2011
Deskripsi lebih lanjut mengenai karakteristik partisipan auditor seperti terlihat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang terlibat terdiri dari 18 orang lakilaki (33.33%) dan 36 orang perempuan (66.67%). Untuk lama bekerja di Kantor Akuntan Publik selama kurang dari 3 tahun berjumlah 25 orang (46.3%), 3 tahun sampai 5 tahun sebanyakn14 orang (26%), lebih dari 5 tahun sebanyak 15 orang (27.7%). Untuk jabatan dalam kantor akuntan publik, sebanyak 34 orang atau 63%
70
sampel yang dimiliki adalah auditor senior, sedangkan 20 orang lainnya atau 37% adalah auditor junior. Untuk jenjang pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan terakhir para auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang adalah D3 akuntansi yang berjumlah 15 orang atau (27.8%), kemudian tingkat pendidikan S1 yang berjumlah 30 orang atau ( 55.5%), dan yang terakhir yaitu tingkat pendidikan S2 berjumlah 9 orang atau (16.7%). 4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan variable-variabel penelitian, yaitu kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi serta kinerja auditor dengan menggunakan program SPSS yang menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, titik tengah, rata-rata, dan standar deviasi. 4.2.2.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivas diri sendiri dan mengelola emosional dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kecerdasan emosional diukur dengan lima indikator yang terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Tabel 4.3 Deskriptif Kecerdasan Emosional Descriptive Statistics N VAR00001 Valid N (listwise)
54 54
Minimum 35.00
Maximum 68.00
Mean 54.3704
Std. Deviation 8.79171
71
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel kecerdasan emosional (X1) sebesar 54.37 dengan standar deviasi 8.79, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan secara umum kecerdasan emosional yang digunakan auditor dalam melaksanakan proses audit adalah tinggi. Berikut ini ditampilkan rangkuman hasil analisis deskriptif untuk variabel kecerdasan emosional. Tabel 4.4 Kualifikasi Variabel Kecerdasan Emosional Interval Frekuensi 64-75 12 52-63 20 40-51 18 28-39 3 16-27 1 Jumlah 54 Sumber : Data Primer diolah 2011 No. 1 2 3 4 5
Prosentase 22.22% 37.03% 33.4% 5.51% 1.84% 100%
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ada 20 responden atau 37.03% auditor yang menggunakan kecerdasan emosional dengan baik, akan tetapi hanya ada 1 atau 1.84% auditor yang menggunakan kecerdasan emosional dengan sangat rendah. 4.2.2.2 Persepsi kode etik Persepsi kode etik merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat. Persepsi kode etik auditor diukur dengan
72
menggunakan indikator prinsip etika dan aturan etika yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Kusrini (2008). Tabel 4.5 Deskriptif Persepsi kode etik Descriptive Statistics N VAR00002 Valid N (listwise)
54 54
Minimum 35.00
Maximum 63.00
Mean 48.5926
Std. Deviation 7.12826
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel persepsi kode etik (X2) sebesar 48,59 dengan standar deviasi 7.128, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Jadi dat disimpulkan bahwa secara umum, persepsi kode auditor dalam melaksanakan proses audit adalah tinggi. Berikut ini adalah rangkuman deskriptif untuk variabel persepsi kode etik. Tabel 4.6 Kualifikasi Variabel Persepsi kode etik Interval Frekuensi 60-70 3 49-59 23 38-48 25 27-37 3 16-26 0 Jumlah 54 Sumber : Data Primer diolah 2011 No. 1 2 3 4 5
prosentase 5.56% 42.59% 46.29% 5.56% 0.00% 100%
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
73
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa ada 3 atau 5.56% auditor yang memiliki persepsi kode etik yang rendah, akan tetapi ada 3 atau 5.56% auditor yang memiliki persepsi kode etik yang sedang. 4.2.2.3 Tekanan waktu Kondisi tekanan waktu (time pressure) adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan . Indikator dalam variabel ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Almaretta (2010) yaitu ketepatan waktu, pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan, kelonggaran waktu, dan beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu. Tabel 4.7 Deskriptif Tekanan waktu Descriptive Statistics N VAR00004 Valid N (listwise)
54 54
Minimum 11.00
Maximum 24.00
Mean 18.1667
Std. Deviation 3.42989
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel tekanan waktu (X3) sebesar 18.166 dengan standar deviasi 3.42, sehingga jika dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori tinggi. Berikut kualifikasi jawaban variabel tekanan waktu.
74
Tabel 4.8 Kualifikasi Variabel Tekanan Waktu Interval Frekuensi 22-25 11 18-21 16 14-17 17 10-13 10 6-9 0 Jumlah 54 Sumber : Data Primer diolah 2011 No. 1 2 3 4 5
Persentase 20.4% 29.62% 31.48% 18.5% 0% 100%
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 10 atau 18.5% auditor yang memeliki tekanan waktu yang rendah dalam melaksanakan proses audit, namun secara umum tekanan waktu yang dialami auditr dalam melaksanakan proses audit termasuk dalam kualifikasi tinggi. 4.2.2.4 Motivasi Motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada tujuan (Hellriegel, 2001). Indikator dalam variabel ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan kenyamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Tabel 4.9 Deskriptif Motivasi Descriptive Statistic N VAR00003 Valid N (listwise)
54 54
Minimum 18.00
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Maximum 47.00
Mean 35.5370
Std. Deviation 6.58389
75
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel tekanan waktu (X3) sebesar 35.53 dengan standar deviasi 6.58, sehingga jika di konsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori tinggi. Tabel 4.10 Kualifikasi Variabel Motivasi Interval Frekuensi 43-50 9 35-42 22 27-34 17 19-26 6 11-18 0 Jumlah 54 Sumber : Data Primer diolah 2011 No. 1 2 3 4 5
Persentase 16.67% 40.74% 31.48% 11.11% 0% 100%
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Dari tabel 4.10 diatas sebanyak 6 atau 11.11% auditor yang memiliki motivasi yang rendah, namun secara keseluruhan sebanyak 22 atau 40.74% auditor memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan proses audit. 4.2.2.5 Kinerja Auditor Kinerja merupakan kesuksesan seorang karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan selama periode tertentu didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan. Pada profesi auditor kinerja berkaitan dengan kualitas audit. Kinerja (job performance) diukur dengan menggunakan indikator penilaian kuantitas pekerjaan, penilaian kualitas hubungan dengan biaya dan pengetahuan tentang pekerjaan.
76
Tabel 4.11 Deskriptif Kinerja Auditor Descriptive Statistics N VAR00005 Valid N (listwise)
54 54
Minimum 38.00
Maximum 78.00
Mean 61.3333
Std. Deviation 7.51602
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel kinerja auditor (Y) sebesar 61.33 dengan standar deviasi 7.51, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori sedang. Berikut kualifikasi jawaban variabel kinerja auditor. Tabel 4.12 Kualifikasi Variabel Kinerja Auditor No. 1 2 3 4 5
Interval Frekuensi 77-90 3 63-76 18 49-62 31 35-48 2 21-34 0 Jumlah 54 Sumber : Data Primer diolah 2011
Persentase 5.56% 33.34% 57,40% 3.70% 0% 100%
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Berdasarkan tabel 4.12 diatas sebanyak 2 responden (74%) memiliki kinerja yang rendah dalam melakukan suatu proses audit. Sedangkan sebanyak 31 responden (57.40%) memiliki kinerja dengan tingkat sedang.
77
4.2.3 Uji Prasyarat Sebelum data dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu dengan uji normalitas dan uji asumsi klasik. 4.2.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regrei, variabel terikat dan variabel bebas berditribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan dua cara yaitu melalui P-P Plot dan uji Kolmogorov-smornov dengan bantuan SPSS. Gambar 4.1 : P-P Polt uji Normalitas
Sumber : Data yang diolah, 2011
78
Dengan melihat tampilan P-P Plot pada gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa sumbu menyebar sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa P-P Plot memberikan pola distribusi yang normal. P-P Plot tersebut menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak dipakai karena asumsi normalitas. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, pengujian ini didukung oleh uji kolmogrov-smirnov. Tabel 4.13 . Hasil Output Uji KS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
54 .0000000 4.38941930 .103 .076 -.103 .757 .616
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data primer diolah, 2011 Dari tabel 4.13 diatas, dapat dilihat bahwa nilai kolmogorov smirnov sebesar 0,757 dan memiliki tingkat signifikansi pada 0.616. Karena tingkat signifikansi diatas 0,05, maka data residual terdistribusi secara normal dan layak digunakan. 4.2.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah data yang akan diregresikan telah memenuhi syarat asumsi klasik, yaitu dilakukan melalui uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.
79
4.2.3.2.1 Hasil Uji Heterokesdastisitas Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians
dari satu
pengamatan ke pengamatan
lain
tetap,
maka disebut
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006). Untuk mengetahui varians masing-masing variabel bebas Kecerdasan emosional (X1), persepsi kode etik (X2), tekanan waktu (X3), dan motivasi (X4) terhadap kinerja auditor (Y), maka digunakan uji heterokedastisitas. Dalam penelitian ini pengujian heterokedastsitas mengggunakan scatterplot dan uji Glejser. Berikut gambar4.2 hasil scatterplot dan tabel 4.14uji glejser : Gambar 4.2 hasil scatterplot uji heterokedastisitas
Sumber : Data Primer yang diolah, 2011
80
Dapat dilihat sebaran data nampak berada di atas dan dibawah garis Y, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan tidak terjadi heterokedastisitas. Tabel. 4.14 Hasil Uji Glejser a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Coefficients Beta
Sig.
t 1.253
.216
-.125
-.817
.418
.068
-.135
-.812
.421
.144
.138
.169
1.041
.303
.035
.070
.080
.507
.614
(Constant)
4.314
3.444
X1
-.041
.051
X2
-.055
X3 X4 a. Dependent Variable: Abs_res
Sumber : Data primer diolah, 2011 Hasil tampilan output SPSS pada tabel 4.14 dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variebel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen dengan nilai masing-masing variabel kecerdasan emosional (X1) 0.418, persepsi kode etik (X2) sebesar 0.421, tekanan waktu (X3) sebesar 0.303, dan motivasi (X4) sebesar 0.614. Hal ini menunjukkan probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5%, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.
81
4.3.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ada tidaknya korelasi antar variabel independen dapat dideteksi dengan mlihat nilai VIF. Apabila nilai VIF <10 maka dinyatakan sempurna antar variable bebas dan sebaliknya (Ghozali, 2006:91). Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance
Model 1
VIF
(Constant) X1
.826
1.210
X2
.702
1.424
X3
.734
1.363
.778
1.285
X4 a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa angka tolerance dari variable bebas kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi mempunyai nilai lebih dari 10% (nilai tolerance berkisar antara 0,702 sampai 0,826) dan nilai VIF tidak lebih dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.
82
4.2.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan variabel bebas kecerdasan emosional (X1), persepsi kode etik (X2), tekanan waktu (X3) dan motivasi (X4) terhadap variabel terikat kinerja auditor (Y). Dari analisis uji regresi dapat dilihat mode regresi penelitian ini yaitu : Y =10.501+ 0.320 X1 + 0.224 X2 + 0.584 X3 + 0.337 X4 + e
Hasil persamaan linier diatas diperoleh dari hasil tabel koefisien regresi pada tabel 4.18. Persamaan regresi linier dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 10.501 menyatakan bahwa jika variabel independen konstan, maka nilai kinerja auditor (KA) sebesar 10.501. b. Koefisien regresi (b1) = + 0.320, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel kecerdasan emosional akan menaikan kinerja auditor sebesar 0.320 dengan asumsi semua variabel tetap. c. Koefisien regresi (b2) = + 0.224, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel persepsi kode etik akan menaikan kinerja auditor sebesar 0.224 dengan asumsi semua variabel tetap. d. Koefisien regresi (b3) = + 0.582, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel tekanan waktu akan menaikan kinerja auditor sebesar 0.582 dengan asumsi semua variabel tetap.
83
e. Koefisien regresi (b4) = + 0.337, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel kecerdasan emosional akan menaikan kinerja auditor sebesar 0.337 dengan asumsi semua variabel tetap. 4.2.5 Pengujian Hipotesis 4.2.5.1 Hasil Uji F Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel independen atau bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut : Tabel 4.16. Hasil Uji F b
ANOVA Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
1972.849
4
493.212
Residual
1021.151
49
20.840
Total
2994.000
54
F 23.667
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b. Dependent Variable: Y
Sumber : data primer diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 23.667 dengan probabilitas 0.000. Oleh karena nilai probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan emosional, persepsi kode etik,
84
tekanan waktu dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja auditor. 4.2.5.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai Adjusted R2. Apabila angka koefisien determinasi semakin kuat berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan nilai koefisien determinasi (adjusted R2 ) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah terbatas (Ghozali, 2006). Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihar pada tabel 4.17 sebagai berikut : Tabel 4.17. Hasil uji koefisien determiansi (R2) Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
.812a .659 1 a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
.631
Std. Error of the Estimate 4.56506
Sumber : data primer diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar 0.631. hal ini menunjukkan 63.1% variabel kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi. Sedangkan sisanya sebsar 36.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi.
85
4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2006). Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut : Tabel 4.18 Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients B
Model 1
(Constant)
Std. Error 10.501
5.335
X1
.320
.078
X2
.224
X3 X4
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.969
.055
.374
4.078
.000
.105
.213
2.137
.038
.582
.213
.266
2.727
.009
.337
.108
.295
3.118
.003
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.18 diatas, maka pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut : a.
Hipotesis 2 terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor. Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa kinerja auditor memiliki t
hitung sebesar 4.078 dengan tingkat sigifikansi sebesar 0,000. Apabila dilihat dari signifikansinya yang kurang dari 0,05, maka variabel kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa koefisien variabel kecerdasan emosional adalah positif. Dengan demikian H2 diterima.
86
b. Hipotesis 3 terdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor. Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui variabel persepsi kode etik memiliki t hitung sebesar 2.137 dengan tingkat signifikansi 0,038. Apabila dilihat dari nilai signifikansinya yang kurang dari 0,05, maka variabel persepsi kode etik berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa koefisien variabel persepsi kode etik adalah positif, hal ini berarti dengan memahami kode etik profesi akan meningkatkan kinerja auditor. Dengan demikian H3 diterima. c. Hipotesis 4, tekanan waktu berpengaruh terhadap kinerja auditor Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui variabel tekanan waktu memiliki t hitung sebesar 2.727 dengan tingkat signifikansinya 0,009. Apabila dilihat dari nilai signifikansinya yang kurang dari 0,05 maka varabel tekanan waktu berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa koefisien variabel tekanan waktu adalah positif. Hal ini berarti semakin tinggi tekanan waktu yang diberikan maka berakibat pada peningkatan kinerja auditor. Dengan demikian dapat disimpulkan H4 diterima. d. Hipotesis 5, terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja auditor. Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui variabel motivasi memiliki t hitung sebesar 3.118 dengan tingkat signifikansinya 0,003. Apabila dilihat dari nilai
87
signifikansinya yang kurang dari 0,05 maka varabel motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa koefisien variabel motivasi adalah positif. Hal ini berarti semakin motivasi yang dimiliki maka berakibat pada peningkatan kinerja auditor. Dengan demikian dapat disimpulkan H5 diterima. Berdasarkan penjelasan, hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian ini dirangkum pada tabel 4.20. Tabel tersebut dapat menjelaskan bahwa keseluruhan hipotesis diterima. 4.2.5.3 Uji Determinasi Parsial (Uji r2) Uji r2 digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen secara masingmasing. Hasil uji determinasi parsial dapat ditunjukkan pada tabel 4.19 dibawah ini : Tabel 4. 19 Hasil Uji Determinasi r2 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Error
B (Constant )
10.501
5.335
X1
.320
.078
X2
.224
X3 X4
Standardize d Coefficients Beta
Correlations T
Sig.
Zeroorder
Partial
Part
1.969
.055
.374
4.078
.000
.585
.503
.340
.105
.213
2.137
.038
.580
.292
.178
.582
.213
.266
2.727
.009
.575
.363
.228
.337
.108
.295
3.118
.003
.556
.407
.260
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data primer diolah, 2011
88
Berdasarkan tabel 4.19 diatas diperoleh nilai r2 sebesar (0.5032) = 0,253 atau 25.3% untuk variabel kecerdasan emosional. Artinya variabel kecerdasan emosional menyumbang 25,3% terhadap variabel kinerja auditor. Pada variabel persepsi kode etik memiliki nilai r2 sebesar (0,292)2= 0.085 atau 8.5% untuk variabel persepsi kode etik. Artinya variabel persepsi kode etik menyumbang 8.5% terhadap variabel kinerja auditor. Pada variabel tekanan waktu memiliki nilai r2 sebesar (0.363)2 = 0.131, artinya variabel tekanan waktu menyumbang 13.1% terhadap variabel kinerja auditor. Pada variabel motivasi memiliki nilai r sebesar (0.407)2 = 0.165, artinya variabel motivasi menyumbang 0.165 atau 16.5% terhadap variabel kinerja auditor. Dari keempat variabel bebas yang digunakan dalam penelitan ini, variabel kecerdasan emosional merupakan variabel yang paling dominan dalam memberikan pengaruhnya terhadap kinerja auditor yaitu dengan nilai 25.3% .
89
Tabel 4.20 Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis Keseluruhan Hipotesis H1
Pernyataan Hasil Kecerdasan emosional, persepsi kode etik, Diterima tekanan waktu, dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
H2
Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap Diterima kinerja auditor
H3
Persepsi kode etik berpengaruh terhadap kinerja Diterima auditor
H4
Tekanan waktu berpengaruh terhadap kinerja Diterima auditor
H5
Motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
4.3
Diterima
Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja auditor dapat dipengaruhi
oleh kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing variabel: 4.3.1 Terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi terhadap kinerja auditor Hipotesis 1 menyatakan bahwa tedapat pengaruh antara Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Gibson (1997) bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis yang dalam penelitian ini diwakili oleh variabel kecerdasan emosional dan persepsi kode etik,
90
faktor organisasi yang diwakili oleh variabel tekanan waktu, serta faktor individu yang diwakili oleh variabel motivasi. Ketiga faktor ini tidak dapat berdiri sendiri namun merupakan kesatuan yang saling terkait satu dengan yang lain, sehingga dapat diketahui bahwa kinerja auditor tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi meningkat maka kinerja yang dihasilkan auditor juga akan meningkat. 4.3.2 Terdapat pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor Hipotesi 2 yang menyatakan terdapat pengaruh antara Kecerdasan Emosional terhadap kinerja auditor. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional seorang auditor, akan semakin tinggi pula kinerja auditor yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Goleman (2003) yang menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai kesadaran diri, pengaturan diri, pengendalian diri, motivasi, dan empati yang tinggi akan memiliki dorongan
untuk
berprestasi,
berkomitmen,memiliki
inisiatif,
rasa
optimisme, mudah dalam menerima ide, memiliki perasaan keyakinan dalam diri untuk berbuat tegas dan membuat keputusan yang baik walaupun dalam keadaan tertekan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan memiliki motivasi yang akan memiliki dorongan untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan rasa optimisme yang tinggi. Salovely dan Mayer dalam Alwani (2007) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan diri sendiri dan orang
91
lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memadukan pikiran dan tindakan. Dari definisi diatas nampak bahwa kecerdasan emosional merupakan sebagai alat pengendali untuk bertindak baik bagi diri sendiri dan oraang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi tindakan atau kinerja pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut Goleman (2003) kecerdasan emosional berorientasi pada kecerdasan untuk mengelola emosional manusia yang didalamnya terdapat unsur kemampuan akan kepercayaan pada diri sendiri, ketabahan, ketekunan, dan menjalin hubungan sosial. Auditor yang memiliki kecerdasan rata-rata masih dapat untuk bisa meningkatkan kemampuannya dalam meraih prestasi bila auditor tersebut memiliki keyakinan pada diri sendiri, tekun, tidak tergantung pada orang lain , dan melakukan hubungan sosial dalam bekerja maka akan merubah posisi kerja yang semula memiliki prestasi rata-rata menjadi prestasi kerja yang lebih baik.
Kecerdasan
emosional juga menuntut para pemiliknya untuk belajar mengakui, menghargai perasaan dalam diri dan orang lain, serta menanggapinya dengan tepat. Kecerdasan emosional dan bentuk-bentuk kecerdasan lain saling melengkapi dan saling menyempurnakan (Cooper dan Sawaf,2002). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Ahmad (2009) yang meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja auditor, yang menyebutkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena seorang auditor yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi maka auditor tersebut akan mampu menyelesaikan
92
tingkat kerumitan yang ada dengan baik dan mampu menghasilkan kinerja yang berkualitas. Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ristanto (2009) bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor. Menurut Marpaung (2002) yang merupakan seorang pengamat sumber daya manusia, mengemukakan bahwa ketika auditor memasuki jenjang karir dan kecerdasan emosional menjadi fokus utamanya, maka akan menjadi suatu hal yang menakutkan bagi auditor jika kecerdasan emosionalnya tidak terlalu tinggi. 4.3.3 Terdapat pengaruh antara Persepsi Kode Etik terhadap Kinerja Auditor Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor. Menurut penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa persepsi kode etik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat pemahaman terhadap kode etik yang dimiliki akan semakin tinggi pula kinerja yang dihasilkan auditor. Hal ini menunjukkan bahwa SPAP sebagai suatu pedoman atau peraturan sangat penting kedudukannya bagi para akuntan publik
dalam
melaksanakan tugas profesionalnya. Penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Agoes (2004) bahwa dengan mentaati kode etik IAPI, aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk meningkatkan kinerja auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusrini (2008) yang meneliti tentang pengaruh persepsi kode etik profesi dan kecerdasan
93
emosional terhadap kinerja auditor. Hasilya persepsi kode etik profesi berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto (2011) bahwa pemahaman kode etik profesi berpngaruh terhadap kinerja auditor. Pemahaman auditor terhadap kode etik akuntan publik yang berlaku di Indonesia akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya berupaya untuk menjaga mutu kinerja auditor. 4.3.4 Terdapat pengaruh antara Tekanan waktu terhadap Kinerja Auditor Hipotesis 4 menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara tekanan waktu terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tekanan waktu secara parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marganingsih dan Martani (2007) bahwa tekanan waktu berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Robbins (2002) bahwa seseorang individu dinilai mempunyai kinerja yang baik apabila individu tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan penghematan waktu dalam bekerja. Adanya tekanan waktu yang diberikan oleh klien akan dijadikan pemicu bagi auditor untuk segera menyelesaikan proses audit. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Fitriany (2010) yang menyimpulkan bahwa tekanan waktu tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
94
4.3.5 Terdapat pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Auditor Hipotesis 5 menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor dengan nilai pengaruh positif. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin tinggi pula kinerja yang akan dihasilkan. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwilita (2009), faktor motivasi ternyata mempengaruhi kinerja auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Kota Medan, ketika motivasi para auditor meningkat maka kinerja mereka juga akan meningkat. Motivasi merupakan dorongan dalam pencapaian kerja yang diharapkan. Dengan adanya motivasi kerja yang dimiliki, seorang auditor akan merasa terpacu utuk dapat meningkatkan prestasi dan kualitas kinerja yang dihasilkan. Penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh MC Clelland (1973) bahwa motivasi dapat menjadi penggerak dan memberikan semangat dalam bekerja pada seseorang, mengembangkan diri atas potensi yang dimilikinya, serta adanya semangat untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam berkarir. Dengan demikian, motivasi dapat dijadikan sebagai dorongan bagi seorang auditor untuk menghasilkan
kinerja
yang
maksimal
dalam
melakukan
proses
audit.
95
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Terdapat pengaruh kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi secara simultan dan parsial terhadap kinerja auditor, dengan demikina hipotesis 1 diterima.
2.
Terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor, dengan demikian hipotesis 2 diterima. Jadi seorang auditor yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi ataupun rendah dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor.
3.
Terdapat pengaruh signifkan antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor, dengan demikian hipotesis 3 diterima. Jadi seorang auditor yang memahami, mengintepretasikan serta menerapkan ketaatan terhadap kode etik yang tinggi ataupun rendah dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor.
4.
Terdapat pengaruh signifikan antara tekanan waktu terhadap kinerja auditor, dengan demikian hipotesis 4 diterima. Jadi seorang auditor yang memiliki
95
96
tekanan waktu yang tinggi ataupun rendah dalam bekerja dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor 5.
Terdapat pengaruh signifikan antara motivasi terhadap kinerja auditor, dengan demikian hipotesis 5 diterima. Jadi seorang auditor yang memiliki motivasi yang tinggi ataupun rendah dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor.
5.2 Saran 5.2.1 Saran praktis 1. Dalam penelitian ini kategori kinerja auditor di kota Semarang masih rendah. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan yang harus diberikan kepada auditor. 2. Auditor diharapkan untuk meningkatkan kecerdasan emosional, pemahaman dan menerapkan kode etik, serta motivasi guna mendukung peningkatan kinerja auditor. 3. Adanya tekanan waktu yang dialami auditor dapat dijadikan sebagai motivasi guna peningkatan karirnya dan bukan dijadikan sebagai beban dalam bekerja, sehingga kinerja yang dihasilkan pun akan maksimal. 5.2.2 Keterbatasan Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu variabel persepsi kode etik dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap variabel kinerja auditor. Oleh karena itu, jika persepsi kode etik digunakan dalam penelitian selanjutnya untuk mempengaruhi kinerja auditor, diharuskan menggunakan variabel sensitivitas etika sebagai variabel moderating.
97
DAFTAR PUSTAKA
A, Maslow. 1954. Motivation and Personaliy Ahituv, Niv. Dan Igbaria, Magid. 1998. The Effect of Time Pressure and Completeness of information on Decision Making. Journal Management Insformation System 15.(2): p. 153-172. Ahmad, Kamila. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Auditor pada KAP di Kota Semarang. Skripsi Jurusan Akuntansi UNNES (tidak dipublikasikan). Akers. M.D & Eaton. T.V. 2003. “Underreporting of Chargable Time : The Impact of Gender and Characteristics OF underreporters.” Journal of Managerial Issues 1. Alwani, Ahmad. 2008. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor pada KAP Di Kota Semarang. Skripsi Jurusan Akuntansi UNNES (tidak dipublikasikan). Alderman, C Wayne dan James W. Deitrick. (1982). Auditor’s perceptions of Time Budget Pressures and Premature Sign Offs : A Replication and Extension. Auditing : A Journal of Practice and Theory Alim, Hapsari, Purwanti. 2005. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.Malang. Simposiun Nasional Akuntansi X.
97
98
Almaretta, Intan Ilsa.2010. Pengaruh Tekanan Waktu dan Struktur Program Audit terhadap Kinerja Auditor pada KAP di Kota Semarang.Skripsi. Jurusan Akuntansi. Universitas Negeri Semarang. (tidak dipublikasikan). Ariyanto Dodik dan Jati Ardani M.2011. pengaruh Independensi, dan sensitivitas Etika Profesi terhadap produktivitas Kerja Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi.Universitas Udayana. Aryanto, Bambang. 2005, Pengaruh Komitmen Organisasional dan komitmen Profesional terhadap kepuasan Kerja Akuntan Publik. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Astriana,
Novika
.2010.
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Job
Performance Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang. Skripsi Jurusan Akuntansi UNDIP (Tidak dipublikasikan). Andin Prasita et al. 2006. Pengaruh kompleksitas audit dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Fakultas Eknomi UKSW. September 2007. Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, Cetakan Ketigabelas, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Bahagia, Rahmad. (2004). Pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kepuasan kerja pegawai PDAM Tirtanadi Kantor Pusat Medan. Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Basuki dan Krisna, Y. Mahardani. 2006. “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu
99
terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.” Jurnal Manajemen Akuntansi & Sistem Informasi MAKSI UNDIP (Agustus): vol. 6, No. (2), 177-256. Braun, R.L. 2000. ”The Effect of Time Pressure on Auditor Attention to Qualitative Aspect of Misstatement Indicative of Potential Fraudulent Financial Reporting” Accounting, Organization and Society 25 (3): 243-259 Boyatzis, R.E. Ron. S. 2001. Unleashing the Power of Solf Directed Learnung, Case western Reserve University, Clevon, Ohio, USA. Boynton William W, Johnson Raymont N, and Fell Walter G. 2002. Modern Auditing Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Campbell, C. 1998.Psychological climate: Relevance for Sales Manajer and Impact on Concequent Job Satisfication. Journal of marketing theory and practice, Winter 1998,27-37. Carruso, D.R. 1999. Applying The Ability Model of Emotional Intelligence to The World of Work. http: //cjwolfe.com/ article. 20 Juli 2011. Coper, Robert K dan Ayman Sawaf.2002. Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan Organisasi; Jakarta, Gramedia Pustaka. Dwilita, Handriyani, 2008. Analisis Pengaruh Motivasi, Stres, dan Rekan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan. Tesis Pascasarjana USU.
100
De Zoort, F.T. 1997. Time Pressure Research In Auditing :Implication For Practice. The auditor’s report. Vol. 22. No.1.pp,11-14. Falah, Shaikul. 2006. Pengaruh Budaya Etis Organisasi Dan Orientasi Etika Terhadap Sensitivitas Etika. Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro. Finn, D.W., L.B Chonko, and J.D. Hunt. 1988. Ethical Problem in Public Accounting: The View from The Top”. Journal of Business Ethic, 7, pp. 605615 Furtwengler, Dale. 2000. Penilaian Kinerja. Penerbit Andi, Yogyakarta Forgaty, R.T. 2001. Role Stress, the Tipe A Behaviour Pattern, and External Auditor Jib Satisfaction and Performance. Behaviour Research In Accounting. Vol. 13. 143 Gibson, Ivancevich, and Donnely.1997. Organisasi Perilaku Struktur, Proses, edisi ke-8. Erlangga. Jakarta.. 1997. Organitation. Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional Inteligence. (terjemahan Alex Tri Kantjono W). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gordon, E. 2004. EQ dan Kesuksesan Kerja, Focus-online, http:// www.epsikologi.com. 20 Juli 2011.
101
Hananto S T, dan Surya R. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emotional Quotient Auditor terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik. Prespektif, Vol. 9, No. 1, Juni 2004; hal 33-40. Hasibuan, M.S.P. 2001. Organisasi dan Motivasi, cetakan ke dua. Jakarta : Bumi Aksara. Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta. Ilyas, Y., 2002. Kinerja: Teori, penilaian dan penelitian. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi dan Kesehata FKM UI. J.H. Jackson & R.L Mathis, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto, 2004.Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE, Yogyakarta. John M, Robert K, Matteson M,2002. Perilaku dan Manajemen Organisasi (Alih bahasa Gina Gania). Edisi Tujuh. Jakarta. Erlangga. Kalbers and T. Forgaty. 1995. Profesionalism and its Consequences : A Study Internal Auditors. A journal Practice and Theory (sSpring): 64-85 Kelley, T. And Margheim, L. 1990. The Impact Of Time Budget Pressure. Personality And Leadership Variable On Dysfunctional Behaviour. Auditing: A Journal Of Practice And Theory. Vol 9. No.2.Pp.21-41.
102
Kusrini,Sri. 2008. Pengaruh Persepsi Kode Etik dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang. Skripsi Jurusan Akuntansi UNNES. (tidak dipublikasikan). Liyanarachchi, Gregory A. dan Shaun M. McNamara. 2007. Time Budget Pressure In New Zealand Audits. Bussines Review, Vol 9, No.2:p. 61-68. Luthans, Fred. 2005. Organizational Behaviour, Sevent Edition. McGraq-Hi International, Singapore. Mangkuprawira, Syafri dan Aida Vitalaya Hubeis. 2007. Manajemen Mutu SDM. Ghalia Indonesia. Marganingsih, Arywaty. 2009. Analisis Variabel Anteseden Perilaku Auitor Internal Dan Konsekuensinya Terhadap Kinerja. Jakarta: Simposium Nasional Akuntansi XII. Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Survey Atas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan Perilaku Etis Akuntansi. TEMA. Volume II nomor 1. Maret. P. 4962. Maulina, Anggraini, dan Anwar, 2010. Pengaruh Tekanan Waktu dan Tindakan Supervisi Terhadap Penghentian Premature Atas Prosedur Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Mayangari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6 No. 1. Januari, P. 1-22.
103
Minner,
Haywood,Jhon,
1992.
Organizational
Behavior
Performance
and
Productivity, New York: Random House Bussiness Division. Mulyadi. 2002 : Auditing. Cetakan pertama Maret 2002. Jakarta : Salemba Empat Mcclelland,D.C.1973.
Testing
for
Rather
than
Intelligence.
American
Psychologist,28,1-14. Pramonowati,Irma Dyah. 2006. Perbedaan Kierja Auditor dilihat dari Segi Gender. Prasita, Adi. 2006. Pengaruh Kompleksitas Audit Dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Pemoderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. Salatiga. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol XIII, No.1 : p.54-78. Ristanto, Lilik Henry. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Perilaku Etis Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah Daerah. Tesis Maksi UNDIP Robbins, Stephen P. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga. Sayogya, Nataline. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Kerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan). Setiawan, Ivan Aris dan Imam Ghozali. 2006. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Sekaran,Uma, 2001, Research for Business. Jakarta: Salemba Empat. Sihwahjoeni dan M.Gudono, 2000. Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 2.
104
Simanjuntak, Peter. 2008. Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan terhadap Penurunan Kualitas Audit. Tesis Maksi UNDIP. Sojka. Jane Z and Dawn R Deeter. 2002. Enhancing The Emotional Intellegence Of Salespeople. Journal of Bussiness : Spring 17.1 Sososutikno, Christina, 2003. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi VI (Oktober): 1116-1124. Tim Penyusun kamus Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka. Trihandini, Fabiola Meinayati. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Sipiritual terhadap Kinerja Karyawan pada Hotel Horison Semarang. Tesis. UNDIP. Walgito, Bimo, 1997. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset. Widiarti.2007. Analisis Hubungan Antara Persepsi Pegawai Terhadap System Kompensasi, Karakteristik Pekerjaan, dan Iklim Organisasi Dengan Persepsi Pegawai Trhadap Kinerja. Studi Kasus Pada Divisi Tresuri Bank BNI. Tesis. FISIP UI. Wirawan,2009.Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat
105
Zulkifli, Albar. 2009. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan, Komitmen Organisasi, Sistem Reward, Pengalaman Dan Motivasi Auditor Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Tesis Maksi Universitas Sumatera Utara. http://google.com http://ssrn.com
106
107
Lampiran 1. SAMPEL PENELITIAN
108
Lampiran 1. Daftar Sampel No.
Nama KAP
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
KAP Bayudi Watu & Rekan KAP Darsono & Budi Cahyo Santoso KAP Drs. Hananta Budianto & Rekan (Pusat) KAP I. Soetikno KAP Ruchedi, Mardjito, dan Rushadi KAP Soekamto KAP Dra. Suhartati & Rekan (Cab) KAP Yulianti, SE,BAP. KAP Ngurah Arya & Rekan KAP Supriyanto, Auditor, Tax, and Management Consultan KAP Drs. Tahrir Hidayat Jumlah Responden
11.
Alamat Jl. Dr. Wahidin No. 85 Jl. Mugas Dalam No. 65 Jl. Sisingamangaraja No. 20-22 Jl. Durian Raya No. 20 Kav. 3 Jl. Beruang Raya No. 48 Jl. Durian Selatan No. 16 Jl. Citarum Tengah No. 22 Jl. MT. Haryono, No. 548 Jl. Pamularsih Raya No.16 Jl. Puri Anjasmoro EE-3/12A Puri Arta Plaza Semarang Jl. Pusponjolo Tengah 1-2 A
Jumlah Responden 10 3 3 4 3 5 5 4 6 6 5 54
109
LAMPIRAN 2. KISI-KISI SEBELUM UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
110
Lampiran 2. Kisi – Kisi instrumen sebelum dilakukan uji validitas dan reliabilitas 1. KECERDASAN EMOSIONAL NO MATERI 1.
KECERDASAN EMOSIONAL
DEFINISI INDIKATOR OPERASIONAL a. Kesadaran diri Menjelaskan tentang penggunaan kecerdasan b. Pengendalian diri emosional auditor yang c. Motivasi digunakan saat d. Empati melakukan proses e. Ketrampilan audit. sosial
BUTIR SOAL NOMOR 1,4,5 2,6,8,9 7,11,12,13 3,10,14,15,16,17 18,19,20,21
2. PERSEPSI KODE ETIK NO PERSEPSI KODE ETIK INDIKATOR SUB INDIKATOR 1.
PRINSIP ETIKA
Aturan Etika
Prinsip tanggung jawab profesi
BUTIR SOAL NOMOR 1
Prinsip Kepentingan Publik Prinsip Integritas Prinsip Obyektif Prinsip kompetensi dan kehati-hatian Prinsip Kerahasiaan Prinsip perilaku profesi Prinsip Standar teknis Independensi, Integritas, objektivitas Standar umum, Prinsip Akuntansi Tanggung Jawab Kepada klien Tanggung jawab Kepada rekan Tanggung jawab kepada praktik lain
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13,14
3. TEKANAN WAKTU NO DEFINISI Menjelaskan tentang anggaran waktu audit dan ketepatan waktu pelaksanaan audit
INDIKATOR a. Ketepatan waktu
BUTIR SOAL NOMOR 1
b. Pemenuhan target dengan 2,3 waktu yang ditentukan c. Kelonggaran waktu audit 4 d. Beban yang ditanggung 5
111 dengan waktu
keterbatasam
4. MOTIVASI NO INDIKATOR
PENGERTIAN
1.
Kebutuhan Fisiologis
2. 3.
Kebutuhan keselamatan keamanan Kebutuhan sosial
4.
Kebutuhan penghargaan
5.
Kebutuhan aktualisasi diri
BUTIR SOAL NOMOR Kebutuhan akan sandang, pangan, 1,2 dan papan dan Kebutuhan akan keamanan dan 3 keselamatan diri di tempat kerja. Kebutuhan akan perhatian, cinta 4 kasih, saying sesame rekan kerja Kebutuhan untuk dihargai oleh 5,6,7 orang lain Keinginan untuk menunjukan 8,9,10 kemampuan yang dimiliki diri sendiri kepada orang lain
5. KINERJA AUDITOR NO
INDIKATOR
1.
Kualitas kerja
PENGERTIAN
BUTIR SOAL NOMOR Seperangkat hasil atau nilai 1,2,3,4,5
yang menitik beratkan pada mutu kerja apakah sesuai dengan standar kerja atau tidak. 2.
Kuantitas kerja
Menitik beratkan kepada hasil 6,7 seberapa banyak yang dihasilkan seseorang pada kerja pada satuan waktu atau periode tertentu.
3.
Pengetahuan tentang pekerjaan
Kemampuan seseorang dapat 8,9,10,11 dilihat dengan seberapa besar dia memahami apa yang sedang dikerjakan termasuk tanggung jawab apa yang harus dilaksanakan.
4.
Pendapat atau disimpulkan
pernyataan
yang Kemampuan seorang auditor 12,13,14
untuk mengambil kesimpulan terhadap ide atau hasil kerja
112
yang diberikan kemudian diterapkan sesuai prosedur audit. 5.
Perencanaan kerja
Merupakan suatu rangkaian 15,16,17,18 kerja untuk melakukan persiapan guna menunjang pelaksanaan kerja sampai dengan pada pencapaian hasil kerja.
113
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian setelah uji validitas dan reliabilitas
114 1. KECERDASAN EMOSIONAL NO MATERI 1.
KECERDASAN EMOSIONAL
INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL f. Kesadaran diri Menjelaskan tentang penggunaan kecerdasan g. Pengendalian diri emosional auditor yang h. Motivasi digunakan saat i. Empati melakukan proses audit. j. Ketrampilan sosial
BUTIR SOAL NOMOR 1,2,3 4,5 6,7,8 9,10,11 12,13,14,15
2. PERSEPSI KODE ETIK NO PERSEPSI KODE ETIK INDIKATOR SUB INDIKATOR 1.
PRINSIP ETIKA
Aturan Etika
Prinsip tanggung jawab profesi
BUTIR SOAL NOMOR 1
Prinsip Kepentingan Publik Prinsip Integritas Prinsip Obyektif Prinsip kompetensi dan kehati-hatian Prinsip Kerahasiaan Prinsip perilaku profesi Prinsip Standar teknis Independensi, Integritas, objektivitas Standar umum, Prinsip Akuntansi Tanggung Jawab Kepada klien Tanggung jawab Kepada rekan Tanggung jawab kepada praktik lain
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13,14
3. TEKANAN WAKTU NO DEFINISI Menjelaskan tentang anggaran waktu audit dan ketepatan waktu pelaksanaan audit
INDIKATOR e. Ketepatan waktu
BUTIR SOAL NOMOR 1
Pemenuhan target dengan 2,3 waktu yang ditentukan g. Kelonggaran waktu audit 4 h. Beban yang ditanggung 5 dengan keterbatasam waktu f.
115 4. MOTIVASI NO INDIKATOR 1.
Kebutuhan Fisiologis
2. 3.
Kebutuhan keselamatan keamanan Kebutuhan sosial
4.
Kebutuhan penghargaan
5.
Kebutuhan aktualisasi diri
PENGERTIAN
BUTIR SOAL NOMOR Kebutuhan akan sandang, pangan, 1,2 dan papan dan Kebutuhan akan keamanan dan 3 keselamatan diri di tempat kerja. Kebutuhan akan perhatian, cinta 4 kasih, saying sesame rekan kerja Kebutuhan untuk dihargai oleh 5,6,7 orang lain Keinginan untuk menunjukan 8,9,10 kemampuan yang dimiliki diri sendiri kepada orang lain
5. KINERJA AUDITOR NO
INDIKATOR
1.
Kualitas kerja
PENGERTIAN
BUTIR SOAL NOMOR 1,2,3,4,5 Seperangkat hasil atau nilai
yang menitik beratkan pada mutu kerja apakah sesuai dengan standar kerja atau tidak. 2.
3.
4.
5.
Menitik beratkan kepada hasil seberapa banyak yang dihasilkan seseorang pada kerja pada satuan waktu atau periode tertentu. Pengetahuan tentang pekerjaan Kemampuan seseorang dapat dilihat dengan seberapa besar dia memahami apa yang sedang dikerjakan termasuk tanggung jawab apa yang harus dilaksanakan. Pendapat atau pernyataan yang Kemampuan seorang auditor disimpulkan untuk mengambil kesimpulan terhadap ide atau hasil kerja yang diberikan kemudian diterapkan sesuai prosedur audit. Perencanaan kerja Merupakan suatu rangkaian kerja untuk melakukan persiapan guna menunjang pelaksanaan kerja sampai dengan pada pencapaian hasil kerja. Kuantitas kerja
6,7
8,9,10,11
12,13,14
15,16,17,18
116
LAMPIRAN 4 KUESIONER SEBELUM UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
117
KUESIONER PENELITIAN
JUDUL
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang
Kepada Yth : Bapak / Ibu Responden Di Tempat
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
118
Semarang, Mei 2011 Lap : Satu (1) Set Kuesioner Hal : Permohonan Menjadi Responden Kepada : Bapak / Ibu Responden Yang Terhormat Di Tempat
Dengan Hormat, Dalam rangka penelitian ilmiah untuk memenuhi tugas akhir pada Program Sarjana (S1) Universitas Negeri Semarang, maka saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama
: Indiarti Shoviana Dewi
Nim
: 7250407106
Alamat
: Jl. Tumpang X/14 Semarang
Membutuhkan beberapa informasi untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Informasi yang saya peroleh dari respon yang Bapak/ Ibu berikan akan sangat membantu saya untuk mendapatkan bukti empiris mengenai penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan waktu Dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang. Informasi ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk penelitian ilmiah. Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung pada partisipasi dan perhatian Bapak/Ibu responden dalam mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh. Atas perhatian, kerjasama, dukungan dan kesediaan Bapak/Ibu saya mengucapkan terima kasih. Hormat Saya,
Indiarti Shoviana Dewi 7250407106
119
I. Identitas Responden Isilah dengan singkat dan jelas sesuai dengan data diri Bapak/ Ibu dengan Jawaban yang paling sesuai. Tanggal Pengisian
:
Nama KAP
:
Nama Responden (boleh tidak diisi) : Jenis kelamin
:
Laki-laki
Usia
:…….Tahun
Pendidikan Terakhir
:
D3
Perempuan
S1
S2
S3
Lainnya …….
Lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik…….tahun…….bulan Jenjang Profesi
II.
:
Auditor Junior
Supervisor
Auditor Senior
Manager
Petunjuk pengisian Jawaban Bapak/Ibu atas pertanyaan yang diajukan sangat berharga bagi saya dan akan memberikan kontribusi penting untuk penelitian ini. Mohon Bapak/Ibu memberikan pendapat atas pertanyaan-pertanyaan berikut, sesuai dengan tingkat persetujuan dengan memberikan tanda CHECK (√) pada tingkat pilihan yang mewakili tingkat persetujuan Bapak/Ibu. Keterangan : 1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS) 3. Netral (N) 4. Setuju (S) 5. Sangan Setuju (SS)
120
Berikan tanda CHECK (√) frekuensi dibawah ini.
sesuai dengan persetujuan yang mewakili Anda pada nilai
KECERDASAN EMOSIONAL (Ahmad, 2009) No
KECERDASAN EMOSIONAL
A
KESADARAN DIRI
1.
Saya merasa mampu menggunakan segenap pengetahuan saya dalam melaksanakan proses pengauditan sesuai dengan SPAP.
2.
Saya sulit menerima gagasan atau ide dari klien saya mengenai proses audit. Saya merasa tidak canggung ketika melakukan audit pada lingkungan yang belum saya kenal. Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan bukti audit yang diperlukan
3. 4. 5.
Saya sering merasa khawatir tidak dapat menyelesaikan pengauditan tepat waktu.
B. 6.
PENGENDALIAN DIRI Selama melakukan audit saya tetap bersikap tenang dalam menghadapi klien yang kurang kooperatif.
7.
Saya sering menggunakan inisiatif saya sendiri untuk menggunakan strategi agar tercapai sasaran audit yang diinginkan. Untuk menyelesaikan audit tepat waktu, saya dapat menunda pemuasan sesaat saya seperti menonton tv, jalan-jalan, dll.
8.
9. 10. C. 11. 12.
Saya akan menarik diri dari penugasan orang yang memandang saya tidak independen terhadap suatu penugasan. Saya akan melaksanakan proses pemeriksaan sesuai dengan kehendak klien meskipun tidak sesuai dengan kenyataan. MOTIVASI Saya berharap mendapatkan kesempatan untuk memperoleh promosi dari perusahaan Saya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang berguna untuk meningkatkan profesional saya.
FREKUENSI 1 STS
2 SS
3 N
4 S
5 SS
121
13.
Saya akan berkemauan untuk mencoba lagi melakukan hal yang sama meskipun dulu pernah mengalami kegagalan.
D. 14.
EMPATI Saya memahami tugas-tugas dan kesibukan klien.
15.
Saya akan melakukan audit sebaik mungkin meskipun klien saya sulit ditemui.
16.
Saya akan terlebih dahulu mengkomunikasikan kepada klien untuk mengetahui sudut pandang yang klien berikan apabila terjadi penyelewengan atas tindakan klien. Saya mampu menciptakan suasana nyaman bagi klien dalam melaksanakan proses audit.
17. E. 18.
KETERAMPILAN SOSIAL Saya mampu mengkomunikasikan laporan hasil audit saya kepada klien.
19. 20.
Saya sering bertukar pengalaman dengan sesama auditor. Saya mampu bekerja sama dengan staf dari entitas yang saya audit. Saya merasa mudah mengembangkan topik pembicaraan mengenai audit dengan klien saya.
21.
PERSEPSI KODE ETIK (Kusrini, 2008) NO
PERSEPSI KODE ETIK
A. 1.
PRISIP ETIKA Akuntan harus mempertahankan nama baik profesi dengan menjunjung tinggi etika profesi serta hukum Negara tempat ia melaksanakan pekerjaan.
2.
Akuntan berkewajiban bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan atas profesionalisme.
3.
Seorang akuntan harus bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa.
4.
Setiap akuntan harus menjaga objektifitasnya dan bebas dari
1 STS
FREKUENSI 2 3 4 TS N S
5 SS
122
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5.
Akuntan tidak boleh menerima/ menawarkn hadiah yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh tertentu terhadap pertimbangan profesionalnya.
6.
Sebagai akuntan, saya dibenarkan untuk memberikan pernyataan pendapat akuntan atas laporan keuangan.
7.
Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang meniskreditkan profesi.
8.
Akuntan harus melakukan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar integritas dan objektivtas
B.
ATURAN ETIKA
9.
Akuntan harus mempertahankan independensi, integritas, dan objektivitas dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Seorang akuntan harus memberikan jasa profesional dan menyelesaikannya dengan kompetensi yang profesional.
10. 11.
Umumnya waktu 6 sampai 9 bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanaan secara seksama pekerjaan audit yang idealnya waktu perikatan audit sudah diterima oleh auditor 6 sampai dengan 9 bulan sebelum berakhir tahun buku klien.
12.
Seorang auditor dapat tidak mengeluarkan pendapat karena tidak memperoleh bukti yang lengkap dan relevan karena adanya pressure dan pembatasan yang ketat oleh klien.
13.
Semua anggota IAI tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
14.
Seorang auditor boleh mengumumkan pembukaan kantor akuntan public dengan memasang iklan di surat kabar.
123
TEKANAN WAKTU (Almaretta,2010) No TEKANAN WAKTU A. KETEPATAN WAKTU 1. B. 2. 3. C. 4. D. 5.
1 STS
FREKUENSI 2 3 4 TS N S
5 SS
1 STS
Frekuensi 2 3 4 TS N S
5 SS
Dalam penegrjaan tugas, anda selalu menyelesaikan sebelum waktu yang telah ditetapkan. PEMENUHAN TARGET DENGAN WAKTU YANG DITENTUKAN Dengan waktu yang telah ditentukan, tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Selama ini anda mampu memenuhi target waktu yang ditentukan. KELONGGARAN WAKTU AUDIT Dengan waktu yang ada, anda mempunyai waktu untuk bersantai sejenak. BEBAN YANG DITANGGUNG DENGAN KETERBATASAN WAKTU Anda merasa beban pekerjaan anda berat ditambah dengan adanya pembatasan waktu yang ada.
MOTIVASI (Dwilita, 2009 dengan modifikasi) No A. 1.
MOTIVASI MOTIVASI AKAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS (kebutuhan pangan,sandang, papan) Gaji yang diberikan kepada saya, sesuai dengan tanggung jawab yang saya emban.
2.
Sebagai seorang auditor penghasilan saya mampu mencukupi kebutuhan pangan, sandang, papan.
B.
KEBUTUHAN AKAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN Tempat saya bekerja merupakan lingkungan yang aman.
3. C. 4.
KEBUTUHAN SOSIAL Rekan-rekan yang ada disini memberikan motivasi saya dalam bekerja.
D. 5.
KEBUTUHAN PENGHARGAAN Pendapat yang anda kemukakan,didengarkan oleh orang
124
lain dengan baik. 6.
Pimpinan menghargai pekerjaan saya.
7.
Saya merasa tidak ada tekanan bekerja dari teman-teman yang ada disini.
E. 8.
KEBUTUHAN AKAN AKTUALISASI DIRI Kompetensi saya dalam bekerja sangat tinggi.
9.
Menurut saya, kemampuan saya sebagai auditor sudah cukup.
10.
Saya bekerja sebagai auditor karena saya yakin saya memiliki kemampuan sebagai seorang auditor.
KINERJA AUDITOR (Ahmad,2009) No
KINERJA AUDITOR
A.
KUALITAS KERJA
1.
Saya sering melakukan pembuktian untuk setiap asersi manajemen dalam melakukan pemeriksaan.
2.
Dalam setiap menyelesaikan pekerjaan, saya selalu berusaha untuk sesuai dengan ketentuan dan standar yang ada.
3.
Saya mampu membuat audit yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena hasil audit bermanfaat bagi orang lain.
4.
Terkadang saya merasa kurang yakin dengan apa yang telah saya kerjakan.
5.
Saya berani bertanggungjawab terhadap hasil audit yang telah saya lakukan.
B. 6.
KUANTITAS KERJA Saya mampu mencapai target kerja yang dibebankan kepada saya.
FREKUENSI 1 STS
2 TS
3 N
4 S
5 SS
125
7.
Saya dapat menyelesaikan tugas audit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
C. 8.
PENGETAHUAN TENTANG PEKERJAAN Saya sering mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus spesifik yang akan digunakan sebagai dasar pengumpulan bukti. Prosedur audit yang saya buat memberikan prosedur yang jelas dan rinci mengenai tindakan, metode, dan teknik yang akan digunakan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten. Saya memahami resiko yang akan saya terima ketika melakukan kesalahan kerja. Saya selalu mengikuti perkembangan informasi yang ada untuk menunjang profesi saya sebagai auditor. PENDAPAT ATAU PERNYATAAN YANG DISIMPULKAN Saya sering member pendapat dalam laporan auditor independen untuk menggambarkan kondisi atau fakta keuangan.
9.
10. 11. D. 12.
13.
Saya sering mempertimbangkan faktor ekonomis dan waktu untuk memperoleh bukti audit yang cukup sebagai dasar merumuskan pendapat.
14.
Saya sering menggabungkan informasi atau bukti audit yang didapat selama pemeriksaan untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai laporan keuangan.
E. 15.
PERENCANAAN KERJA Saya sering menyusun pogram audit terlebih dulu sebelum melakukan pemeriksaan.
16.
Saya sering menyeleksi bukti audit atau informasi yang diperoleh sebelum melakukan pemeriksaan.
17.
Program audit yang saya susun merinci mengenai prosedur audit yang digunakan, ukuran sampel yang dipilih, pelaksana audit serta waktunya.
18.
Saya sering melakukan pengamatan inspeksi permintaan keterangan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten sebelum menyatakan pendapat dalam laporan keuangan auditan.
126
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian Setelah uji validitas dan reliabilitas
127
KUESIONER PENELITIAN
JUDUL
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang
Kepada Yth : Bapak / Ibu Responden Di Tempat
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
128
Semarang, Mei 2011 Lap : Satu (1) Set Kuesioner Hal : Permohonan Menjadi Responden Kepada : Bapak / Ibu Responden Yang Terhormat Di Tempat
Dengan Hormat, Dalam rangka penelitian ilmiah untuk memenuhi tugas akhir pada Program Sarjana (S1) Universitas Negeri Semarang, maka saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama
: Indiarti Shoviana Dewi
Nim
: 7250407106
Alamat
: Jl. Tumpang X/14 Semarang
Membutuhkan beberapa informasi untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Informasi yang saya peroleh dari respon yang Bapak/ Ibu berikan akan sangat membantu saya untuk mendapatkan bukti empiris mengenai penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan waktu Dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang. Informasi ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk penelitian ilmiah. Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung pada partisipasi dan perhatian Bapak/Ibu responden dalam mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh. Atas perhatian, kerjasama, dukungan dan kesediaan Bapak/Ibu saya mengucapkan terima kasih. Hormat Saya,
Indiarti Shoviana Dewi 7250407106
129
III.
Identitas Responden
Isilah dengan singkat dan jelas sesuai dengan data diri Bapak/ Ibu dengan Jawaban yang paling sesuai. Tanggal Pengisian
:
Nama KAP
:
Nama Responden (boleh tidak diisi) : Jenis kelamin
:
Laki-laki
Usia
:…….Tahun
Pendidikan Terakhir
:
D3
Perempuan
S1
S2
S3
Lainnya …….
Lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik…….tahun…….bulan Jenjang Profesi
IV.
:
Auditor Junior
Supervisor
Auditor Senior
Manager
Petunjuk pengisian Jawaban Bapak/Ibu atas pertanyaan yang diajukan sangat berharga bagi saya dan akan memberikan kontribusi penting untuk penelitian ini. Mohon Bapak/Ibu memberikan pendapat atas pertanyaan-pertanyaan berikut, sesuai dengan tingkat persetujuan dengan memberikan tanda CHECK (√) pada tingkat pilihan yang mewakili tingkat persetujuan Bapak/Ibu. Keterangan : 6. Sangat Tidak Setuju (STS) 7. Tidak Setuju (TS) 8. Netral (N) 9. Setuju (S) 10. Sangan Setuju (SS)
130
Berikan tanda CHECK (√) frekuensi dibawah ini.
sesuai dengan persetujuan yang mewakili Anda pada nilai
KECERDASAN EMOSIONAL (Ahmad, 2009) No
KECERDASAN EMOSIONAL
A.
KESADARAN DIRI
1.
Saya merasa mampu menggunakan segenap pengetahuan saya dalam melaksanakan proses pengauditan sesuai dengan SPAP.
2.
Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan bukti audit yang diperlukan
3
Saya sering merasa khawatir tidak dapat menyelesaikan pengauditan tepat waktu.
B. 4.
PENGENDALIAN DIRI Selama melakukan audit saya tetap bersikap tenang dalam menghadapi klien yang kurang kooperatif.
5.
Untuk menyelesaikan audit tepat waktu, saya dapat menunda pemuasan sesaat saya seperti menonton tv, jalan-jalan, dll.
C. 6.
MOTIVASI Saya berharap mendapatkan kesempatan untuk memperoleh promosi dari perusahaan
7.
Saya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang berguna untuk meningkatkan profesional saya.
8.
Saya akan berkemauan untuk mencoba lagi melakukan hal yang sama meskipun dulu pernah mengalami kegagalan.
D. 9
EMPATI Saya memahami tugas-tugas dan kesibukan klien.
10. Saya akan melakukan audit sebaik mungkin meskipun klien saya sulit ditemui. 11. Saya mampu menciptakan suasana nyaman bagi klien dalam melaksanakan proses audit.
FREKUENSI 1 STS
2 SS
3 N
4 S
5 SS
131
E. KETERAMPILAN SOSIAL 12. Saya mampu mengkomunikasikan laporan hasil audit saya kepada klien. 13. Saya sering bertukar pengalaman dengan sesame auditor. 14. Saya mampu bekerja sama dengan staf dari entitas yang saya audit. 15. Saya merasa mudah mengembangkan topik pembicaraan mengenai audit dengan klien saya. PERSEPSI KODE ETIK (Kusrini, 2008) NO
PERSEPSI KODE ETIK
A. 1.
PRISIP ETIKA Akuntan harus mempertahankan nama baik profesi dengan menjunjung tinggi etika profesi serta hukum Negara tempat ia melaksanakan pekerjaan.
2.
Akuntan berkewajiban bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan atas profesionalisme.
3.
Seorang akuntan harus bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa.
4.
Setiap akuntan harus menjaga objektifitasnya dan bebas dari kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5.
Akuntan tidak boleh menerima/ menawarkn hadiah yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh tertentu terhadap pertimbangan profesionalnya.
6.
Sebagai akuntan, saya dibenarkan untuk memberikan pernyataan pendapat akuntan atas laporan keuangan.
7.
Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang meniskreditkan profesi.
8.
Akuntan harus melakukan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar integritas dan objektivtas
1 STS
FREKUENSI 2 3 4 TS N S
5 SS
132
B.
ATURAN ETIKA
9.
Akuntan harus mempertahankan independensi, integritas, dan objektivitas dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Seorang akuntan harus memberikan jasa profesional dan menyelesaikannya dengan kompetensi yang profesional.
10. 11.
Umumnya waktu 6 sampai 9 bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanaan secara seksama pekerjaan audit yang idealnya waktu perikatan audit sudah diterima oleh auditor 6 sampai dengan 9 bulan sebelum berakhir tahun buku klien.
12.
Seorang auditor dapat tidak mengeluarkan pendapat karena tidak memperoleh bukti yang lengkap dan relevan karena adanya pressure dan pembatasan yang ketat oleh klien.
13.
Semua anggota IAI tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
14.
Seorang auditor boleh mengumumkan pembukaan kantor akuntan public dengan memasang iklan di surat kabar.
TEKANAN WAKTU (Almaretta,2010) No TEKANAN WAKTU A. KETEPATAN WAKTU 1. B. 2. 3. C. 4. D. 5.
Dalam penegrjaan tugas, anda selalu menyelesaikan sebelum waktu yang telah ditetapkan. PEMENUHAN TARGET DENGAN WAKTU YANG DITENTUKAN Dengan waktu yang telah ditentukan, tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Selama ini anda mampu memenuhi target waktu yang ditentukan. KELONGGARAN WAKTU AUDIT Dengan waktu yang ada, anda mempunyai waktu untuk bersantai sejenak. BEBAN YANG DITANGGUNG DENGAN KETERBATASAN WAKTU Anda merasa beban pekerjaan anda berat ditambah dengan adanya pembatasan waktu yang ada.
FREKUENSI 1 2 3 4 STS TS N S
5 SS
133
MOTIVASI (Dwilita, 2009 dengan modifikasi) No A. 1.
MOTIVASI MOTIVASI AKAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS (kebutuhan pangan,sandang, papan) Gaji yang diberikan kepada saya, sesuai dengan tanggung jawab yang saya emban.
2.
Sebagai seorang auditor penghasilan saya mampu mencukupi kebutuhan pangan, sandang, papan.
B.
KEBUTUHAN AKAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN Tempat saya bekerja merupakan lingkungan yang aman.
3. C. 4.
KEBUTUHAN SOSIAL Rekan-rekan yang ada disini memberikan motivasi saya dalam bekerja.
D. 5.
KEBUTUHAN PENGHARGAAN Pendapat yang anda kemukakan,didengarkan oleh orang lain dengan baik.
6.
Pimpinan menghargai pekerjaan saya.
7.
Saya merasa tidak ada tekanan bekerja dari teman-teman yang ada disini.
E. 8.
KEBUTUHAN AKAN AKTUALISASI DIRI Kompetensi saya dalam bekerja sangat tinggi.
9.
Menurut saya, kemampuan saya sebagai auditor sudah cukup.
10.
Saya bekerja sebagai auditor karena saya yakin saya memiliki kemampuan sebagai seorang auditor.
1 STS
Frekuensi 2 3 4 TS N S
5 SS
KINERJA AUDITOR (Ahmad,2009) No A.
KINERJA AUDITOR KUALITAS KERJA
FREKUENSI 1 STS
2 TS
3 N
4 S
5 SS
134
1.
Saya sering melakukan pembuktian untuk setiap asersi manajemen dalam melakukan pemeriksaan.
2.
Dalam setiap menyelesaikan pekerjaan, saya selalu berusaha untuk sesuai dengan ketentuan dan standar yang ada.
3.
Saya mampu membuat audit yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena hasil audit bermanfaat bagi orang lain.
4.
Terkadang saya merasa kurang yakin dengan apa yang telah saya kerjakan.
5.
Saya berani bertanggungjawab terhadap hasil audit yang telah saya lakukan.
B. 6.
KUANTITAS KERJA Saya mampu mencapai target kerja yang dibebankan kepada saya.
7.
Saya dapat menyelesaikan tugas audit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
C. 8.
PENGETAHUAN TENTANG PEKERJAAN Saya sering mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus spesifik yang akan digunakan sebagai dasar pengumpulan bukti.
9.
Prosedur audit yang saya buat memberikan prosedur yang jelas dan rinci mengenai tindakan, metode, dan teknik yang akan digunakan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten.
10.
Saya memahami resiko yang akan saya terima ketika melakukan kesalahan kerja.
11.
Saya selalu mengikuti perkembangan informasi yang ada untuk menunjang profesi saya sebagai auditor.
D.
PENDAPAT ATAU PERNYATAAN YANG DISIMPULKAN Saya sering member pendapat dalam laporan auditor independen untuk menggambarkan kondisi atau fakta keuangan.
12.
135
13.
Saya sering mempertimbangkan faktor ekonomis dan waktu untuk memperoleh bukti audit yang cukup sebagai dasar merumuskan pendapat.
14.
Saya sering menggabungkan informasi atau bukti audit yang didapat selama pemeriksaan untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai laporan keuangan.
E. 15.
PERENCANAAN KERJA Saya sering menyusun pogram audit terlebih dulu sebelum melakukan pemeriksaan.
16.
Saya sering menyeleksi bukti audit atau informasi yang diperoleh sebelum melakukan pemeriksaan.
17.
Program audit yang saya susun merinci mengenai prosedur audit yang digunakan, ukuran sampel yang dipilih, pelaksana audit serta waktunya.
18.
Saya sering melakukan pengamatan inspeksi permintaan keterangan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten sebelum menyatakan pendapat dalam laporan keuangan auditan.
136
Lampiran 6. Hasil tabulasi data Validitas dan Reliabilitas
137
Tabulasi data Instrumen Penelitian
Res x1.1 1 5
x1.2 2
x1.3 3
x1.4 4
x1.5 3
x1.6 3
x1.7 x1.8 3 4
x1.9 x1.10 x1.11 x1.12 x1.13 x1.14 x1.15 x1.16 x1.17 x1.18 x1.19 x1.20 x1.21 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
1
3
3
3
2
3
2
3
2
3
3
1
1
3
1
2
2
2
2
4
3
1
2
3
2
2
4
2
2
1
1
3
4
3
2
4
5
5
3
2
5
3
4
4
4
4
4
3
3
5
3
4
3
4
5
2
2
3
1
2
2
2
2
1
4
1
1
3
1
2
4
2
2
1
1
2
6
4
4
4
5
5
3
5
5
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
3
4
4
7
4
3
3
4
4
3
5
4
5
3
4
4
4
5
4
4
4
2
3
3
3
8
3
5
3
4
5
3
5
4
2
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
5
4
9
2
3
3
2
2
2
5
4
2
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
3
2
10
3
2
2
2
2
3
5
4
5
3
2
2
3
4
4
2
2
2
4
2
2
138
res X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 1
5
3
2
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
2
1
2
3
3
3
3
2
2
1
3
3
3
2
4
3
2
3
1
2
2
1
2
1
2
3
2
2
1
2
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
3
5
2
2
2
3
3
1
2
1
1
3
1
2
1
2
6
5
5
5
4
5
7
4
4
4
4
8
4
2
3
9
4
3
10
2
2
Tabulasi data Instrumen Penelitian 4
5
5
5
4
5
4
4
5
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
2
3
2
3
3
3
4
3
3
3
2
3
3
2
2
2
2
1
3
3
3
5
4
2
2
1
3
3
2
2
3
4
4
1
2
139
Tabulasi data Instrumen Penelitian Res X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 4 3 5 4 3 1 2
3
3
3
3
3
3
1
3
2
1
3
4
3
5
5
3
5
5
1
2
1
1
2
6
5
4
5
4
5
7
4
3
4
3
4
8
3
3
3
2
3
9
3
3
3
5
3
10
1
2
2
1
2
140
Tabulasi data Instrumen Penelitian Res x4.1 1 2 2 3 3 1 4 4 5 2 6 5 7 4 8 3 9 3 10 2
x4.2 3 2 2 4 2 5 4 3 2 3
x4.3 3 3 2 4 1 5 5 3 3 4
x4.4 4 3 2 3 2 4 4 3 3 4
x4.5 4 3 1 4 1 4 3 3 5 1
x4.6 3 4 2 3 2 5 4 2 4 2
x4.7 1 3 2 4 3 5 5 3 2 1
x4.8 4 2 1 4 1 5 4 3 2 2
x4.9 x4.10 4 4 1 3 2 3 4 4 1 3 5 4 4 4 3 4 1 3 2 3
141
Tabulasi data Instrumen Penelitian Res 1
Y.1 3
Y.2 4
Y.3 4
Y.4 4
Y.5 2
Y.6 3
Y.7 4
Y.8 3
Y.9 4
2
3
3
4
2
2
2
3
3
4
2
2
2
4
2
1
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
1
1
2
4
3
4
2
1
2
3
2
2
4
5
3
5
3
3
4
3
4
5
3
5
4
5
4
4
4
4
3
5
2
3
2
1
2
3
1
2
1
1
2
3
1
1
1
3
1
2
6
4
4
5
3
3
4
3
5
3
5
5
5
4
5
5
4
5
4
7
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
8
4
3
5
3
5
4
4
3
5
4
5
5
3
3
5
4
3
5
9
3
3
4
2
2
2
3
3
2
2
3
4
2
2
1
3
3
3
10
1
2
2
1
1
3
1
3
2
2
1
3
1
2
2
3
4
4
Y.10 Y.11 Y.12 Y.13 Y.14 Y.15 Y.16 Y.17 Y.18 4 2 4 4 4 4 4 3 4
142
Lampiran 7. Hasil Tabulasi Variabel
143
res X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
X1.5
X1.6
X1.7
X1.8
X1.9
X1.10
X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15
jumlah
1
5
3
1
2
4
3
1
4
5
4
5
4
5
5
5
56
2
3
4
3
5
5
3
2
4
4
4
3
2
3
1
3
49
3
5
1
2
4
2
5
4
2
3
4
2
4
3
5
1
47
4
2
3
2
4
2
2
3
2
5
5
4
5
3
5
1
48
5
2
4
2
3
1
3
4
2
5
2
3
2
3
4
3
43
6
3
3
5
3
5
3
3
5
4
3
4
4
3
5
1
54
7
4
4
3
5
5
2
2
2
4
5
3
3
3
5
1
51
8
4
2
4
2
2
2
2
4
3
3
4
5
3
4
1
45
9
4
5
5
3
3
2
3
5
2
5
5
4
3
5
3
57
10
3
5
5
5
5
5
5
3
5
5
4
4
5
4
4
67
11
5
3
5
2
4
5
2
5
5
5
5
5
5
5
4
65
12
3
2
2
5
1
3
2
2
4
4
4
3
4
4
5
48
13
5
2
4
5
3
5
4
4
5
5
5
5
4
4
5
65
14
5
2
5
2
4
4
2
3
4
3
5
5
5
4
4
57
15
4
5
3
5
5
3
5
5
5
4
5
5
4
4
4
66
16
5
5
5
4
5
4
3
5
5
5
3
5
4
5
4
67
17
5
5
5
4
4
4
5
4
5
5
5
2
4
5
3
65
18
2
3
3
5
4
2
5
5
2
5
2
3
3
2
3
49
19
2
3
2
5
3
3
3
5
2
1
3
4
4
4
4
48
144
20
5
5
2
5
4
5
4
4
2
5
5
4
5
5
3
63
21
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
2
5
67
22
5
5
4
3
5
3
3
3
4
3
5
3
4
5
3
58
23
1
3
2
2
4
2
2
4
4
5
1
3
4
4
4
45
24
2
2
2
3
2
2
1
2
5
1
3
2
4
5
5
41
25
5
5
4
5
3
2
4
5
2
3
3
4
5
5
5
60
26
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
4
3
4
68
27
3
4
2
2
4
3
4
2
2
3
5
2
4
3
4
47
28
2
3
2
2
5
2
2
3
3
2
4
2
4
4
5
45
29
2
4
5
4
3
5
5
4
5
4
5
3
5
4
5
63
30
4
3
4
2
5
4
3
5
5
5
4
2
4
4
4
58
31
2
2
2
3
2
2
1
3
4
3
3
3
2
2
1
35
32
4
5
5
5
4
3
5
5
3
4
4
2
5
5
5
64
33
4
2
4
4
5
4
4
5
5
5
2
3
5
5
4
61
34
4
2
5
1
5
4
2
4
5
4
4
4
5
5
5
59
35
4
3
5
4
5
4
5
5
2
5
3
3
4
4
4
60
36
2
4
3
2
2
2
1
2
1
3
4
2
5
3
4
40
37
4
4
3
2
5
3
5
4
4
5
5
3
4
3
5
59
38
2
2
2
2
5
5
2
2
3
2
2
4
5
5
5
48
39
4
4
4
3
3
5
5
5
4
4
5
2
5
5
5
63
145
40
3
2
2
1
3
3
2
3
3
2
4
3
5
2
2
40
41
5
4
5
2
5
2
4
5
3
4
4
5
5
4
3
60
42
2
3
2
3
5
1
3
5
2
5
2
4
5
5
5
52
43
2
2
2
2
3
2
2
5
2
4
3
2
4
5
4
44
44
3
3
2
2
4
3
1
2
3
5
5
3
4
3
4
47
45
4
4
4
5
1
4
3
4
3
5
2
2
4
5
3
53
46
4
5
4
2
5
3
4
3
5
5
4
2
4
2
5
57
47
4
3
5
5
3
4
1
2
2
5
5
2
4
3
4
52
48
4
4
4
5
3
2
4
4
4
4
2
3
5
3
4
55
49
2
4
5
4
2
3
5
2
5
4
4
4
5
5
4
58
50
4
2
2
3
4
3
2
3
4
2
3
3
2
2
3
42
51
3
5
3
1
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
64
52
4
2
4
1
2
2
2
5
2
5
1
4
5
5
5
49
53
2
4
2
2
1
2
3
5
4
3
4
3
3
2
5
45
54
5
5
3
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
2
5
67
146
res
x2.1
x2.2
1
4
5
5
3
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
63
2
2
2
3
5
2
1
5
3
2
2
4
4
2
3
40
3
2
2
3
5
5
2
4
1
5
3
4
4
4
2
46
4
5
2
2
5
5
4
5
4
4
4
3
2
5
1
51
5
3
4
3
3
2
2
2
3
3
3
2
5
3
3
41
6
5
4
3
2
2
4
3
1
4
2
4
3
2
2
41
7
1
3
3
3
3
3
4
3
2
2
2
3
2
1
35
8
3
5
3
4
3
5
4
3
4
4
4
2
3
4
51
9
4
5
3
5
3
1
1
3
2
4
3
4
5
2
45
10
4
5
5
4
3
4
5
3
4
4
4
5
3
3
56
11
3
4
3
3
3
4
1
1
1
5
5
2
4
3
42
1
4
3
2
2
1
5
1
2
3
2
2
3
4
35
4
5
4
5
4
1
1
2
2
4
4
5
4
5
50
1
3
2
4
5
4
1
5
5
2
5
5
5
5
52
1
1
5
4
4
4
3
5
5
5
5
5
5
5
57
5
4
5
4
5
5
5
2
2
4
5
4
5
4
59
5
5
3
4
4
4
4
3
5
2
3
5
4
5
56
1
5
2
2
5
1
1
5
1
3
1
5
5
3
40
12 13 14 15 16 17 18
x2.3 x2.4 x2.5 x2.6
x2.7 x2.8
x2.9 x2.10 x2.11 x2.12 x2.13 x2.14 jumlah
147
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1
1
3
4
4
4
4
4
5
4
4
1
1
1
41
4
4
3
4
4
1
1
4
4
2
3
5
4
4
47
2
5
3
4
4
5
5
4
5
5
2
5
4
5
58
3
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
5
1
5
56
2
3
4
2
2
1
1
4
3
5
5
5
4
4
45
2
3
1
2
3
2
4
4
4
4
4
5
3
5
46
4
5
3
1
4
4
5
4
5
5
5
5
2
5
57
4
4
5
4
5
5
4
4
4
5
2
5
5
3
59
4
4
4
4
4
1
1
4
4
3
4
5
2
4
48
4
3
3
2
1
4
4
3
4
2
3
2
5
4
44
5
5
3
1
1
1
1
5
5
4
5
3
2
5
46
5
3
3
4
1
4
4
4
5
3
4
5
3
2
50
4
2
2
2
2
1
1
2
5
2
2
3
4
3
35
5
4
5
5
4
4
5
4
2
5
4
5
3
2
57
5
5
2
1
2
5
1
4
4
5
3
4
4
2
47
4
2
3
4
4
1
3
4
2
5
3
2
4
2
43
3
2
4
2
4
5
5
1
5
2
5
3
5
4
50
2
3
3
2
3
3
1
5
2
4
5
5
3
4
45
2
5
1
4
1
4
4
1
4
2
2
4
3
3
40
148
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
2
5
5
2
5
5
5
5
5
3
2
5
5
3
57
5
2
5
5
4
4
5
1
5
2
2
5
2
2
49
5
5
2
5
5
2
5
5
5
3
5
4
5
4
60
5
3
3
5
4
5
1
5
4
4
2
1
3
2
47
2
2
2
1
5
4
2
5
1
3
3
3
3
3
39
5
2
4
1
2
2
5
4
4
2
3
2
5
2
43
2
3
2
3
4
4
5
5
1
5
2
5
3
3
47
2
4
2
2
4
3
5
5
1
3
4
5
5
2
47
5
4
5
3
3
5
4
4
1
2
4
1
1
3
45
2
2
4
4
3
5
4
5
1
4
2
5
3
3
47
5
4
4
4
4
4
5
4
1
2
1
4
1
1
44
4
3
5
5
3
3
5
1
4
3
2
5
3
3
49
4
3
3
5
4
5
4
3
1
4
3
4
4
3
50
5
5
5
4
5
4
5
1
5
5
4
3
3
4
58
5
4
3
4
4
5
4
1
4
2
3
4
4
5
52
3
5
3
5
3
5
5
5
5
4
5
3
5
5
61
5
3
5
2
4
4
2
5
5
3
5
3
5
4
55
149
res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
x3.1 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 2 5 4 2
x3.2 5 4 5 2 4 3 4 4 4 3 5 2 4 3 5 5 4 2 3 4 5 4 4 4 3 3 5
x3.3 2 3 5 2 5 2 2 5 3 5 4 2 4 4 5 4 4 3 5 5 4 5 3 2 5 3 2
x3.4 2 4 5 4 3 5 5 5 5 4 5 3 5 4 5 5 5 3 1 5 5 3 5 2 5 5 4
x3.5 4 3 4 2 5 4 3 4 4 5 4 2 4 4 4 5 3 3 4 2 4 4 4 4 3 3 2
jumlah 17 19 24 15 21 19 19 23 21 22 23 13 21 19 23 23 20 15 17 21 22 21 20 14 21 18 15
150
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
2 3 4 2 5 3 2 2 2 2 5 2 2 2 2 3 4 3 4 1 4 5 3 4 2 4 3
3 3 3 2 5 2 3 4 4 3 5 2 5 2 5 4 5 3 3 5 5 5 2 5 3 4 5
4 4 4 3 5 3 4 3 3 2 3 2 5 3 2 3 3 5 3 5 5 3 5 4 5 4 5
2 2 2 4 4 2 3 5 3 2 5 3 5 2 3 3 2 5 5 3 5 3 3 4 2 4 3
3 2 4 4 4 4 4 1 2 4 5 4 5 2 3 4 3 1 5 1 3 2 4 4 2 3 3
14 14 17 15 23 14 16 15 14 13 23 13 22 11 15 17 17 17 20 15 22 18 17 21 14 19 19
151
res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
x4.1 2 2 4 3 5 2 4 5 4 3 5 3 3 5 4 3 5 2 5 4 5 1 2 2 5 5 4 2 2
x4.2 2 4 2 4 4 3 2 5 3 2 4 2 5 5 5 4 5 3 4 4 4 5 2 2 4 5 2 2 2
x4.3 4 2 4 4 2 5 4 5 4 5 2 3 5 5 4 3 5 2 5 2 5 1 2 2 5 2 3 5 5
x4.4 5 2 5 5 2 2 2 4 5 4 4 4 5 5 5 5 2 3 4 4 5 3 4 2 3 5 4 3 4
x4.5 4 3 5 4 5 2 5 5 2 5 4 3 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 1 5 5 5 2 3 4
x4.6 4 4 5 4 2 2 1 5 5 3 4 2 5 3 4 4 3 3 4 5 3 1 2 2 5 3 1 5 2
x4.7 4 4 3 2 5 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 3 4 4 1 2 4 3 5 5 5
x4.8 4 2 2 2 5 5 2 3 3 2 2 4 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 2 3 3 5 4 2 3
x4.9 4 4 4 3 3 5 5 4 4 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 1 5 2 5 2 3 4
x4.10 3 2 2 1 3 3 2 3 3 2 4 3 5 2 2 3 3 2 2 1 4 2 1 5 2 5 4 2 1
Jumlah 36 29 36 32 36 32 32 43 37 35 39 31 46 44 43 39 42 34 40 37 44 32 18 30 38 43 31 32 32
152
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
3 5 5 2 3 2 2 1 5 2 5 5 5 3 3 1 2 2 3 5 3 4 4 5 5
3 5 4 5 4 2 4 3 5 2 5 3 5 3 3 1 1 3 5 3 3 2 4 4 4
2 4 3 3 4 3 4 1 5 1 5 3 5 2 1 3 1 3 5 3 2 5 4 5 3
2 5 5 4 2 3 5 2 5 2 5 3 5 2 5 1 1 1 5 3 5 4 3 4 5
2 5 5 4 5 5 4 3 3 2 2 2 5 2 1 2 4 4 5 3 3 3 2 4 4
2 5 5 2 5 4 5 4 5 4 3 4 3 2 5 5 1 3 3 5 2 4 4 3 5
2 5 5 4 3 3 4 3 5 2 5 5 5 5 1 1 5 3 5 3 2 4 5 5 4
4 2 4 4 4 4 3 5 3 3 3 3 4 1 5 1 5 3 3 3 4 5 2 5 3
3 4 3 2 5 5 4 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 3 5 3 5 5
3 2 2 3 1 2 5 2 3 2 3 2 5 1 5 1 5 2 2 5 4 5 4 5 2
26 42 41 33 36 33 40 27 44 23 41 35 47 26 34 21 30 26 41 38 31 41 35 45 40
153
RES Y1 Y2
Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18
JUMLAH
1
3
4
5
1
2
3
4
5
3
4
4
5
4
2
4
3
5
2
63
2
4
3
4
3
2
3
4
2
3
4
3
4
4
4
2
2
4
4
59
3
4
2
5
2
4
4
4
2
5
1
3
5
4
2
2
3
5
2
59
4
4
5
2
3
2
2
5
4
1
2
3
5
5
2
3
1
5
2
56
5
1
1
5
5
5
4
1
2
5
4
2
3
3
2
4
4
3
2
56
6
4
1
2
1
2
3
4
2
3
5
4
4
2
3
3
4
4
5
56
7
4
3
4
3
2
5
3
2
3
3
3
1
4
3
2
4
3
3
55
8
5
2
5
3
5
4
4
3
5
4
4
2
4
3
3
5
5
3
69
9
5
4
3
2
2
5
3
1
5
4
2
2
4
2
4
2
5
5
60
10
3
5
4
4
4
5
3
2
4
5
4
5
4
4
2
3
5
5
71
11
2
5
4
2
4
5
2
4
3
4
4
5
2
4
3
4
5
5
67
12
4
3
5
4
2
3
2
4
2
3
3
2
3
4
3
2
5
3
57
13
5
2
5
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
5
2
5
5
3
77
14
5
2
4
5
5
3
5
5
3
5
3
3
3
5
2
5
5
3
71
15
5
2
3
5
4
4
3
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
75
16
4
2
5
2
5
4
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
2
3
71
17
4
2
3
2
4
3
4
4
3
5
5
4
4
3
3
5
5
5
68
18
4
3
3
2
4
3
2
5
3
5
4
4
4
2
3
1
4
3
59
154
19
4
2
3
1
4
3
2
4
4
2
5
4
4
2
5
4
5
3
61
20
4
1
4
2
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
3
5
3
65
21
4
5
5
4
5
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
5
5
5
75
22
4
5
1
2
1
5
1
5
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
65
23
5
1
5
4
4
5
5
1
1
3
5
5
4
1
3
1
2
1
56
24
4
1
4
1
4
1
1
2
4
5
2
1
1
4
1
5
5
5
51
25
3
5
4
3
2
5
3
2
4
3
3
4
2
3
4
5
3
4
62
26
2
5
5
5
5
3
3
4
5
5
4
3
1
3
2
4
4
3
66
27
3
5
4
2
4
2
4
2
4
4
5
3
1
3
3
1
5
2
57
28
2
5
2
2
2
1
5
2
5
4
5
2
1
2
4
2
4
4
54
29
2
5
1
1
5
2
2
4
3
5
4
3
3
3
3
3
4
4
57
30
4
4
2
4
3
2
4
4
5
5
5
2
2
2
3
2
4
4
61
31
3
5
2
4
3
3
2
1
3
5
4
2
3
2
3
4
5
4
58
32
4
4
3
3
5
2
2
2
4
3
3
4
4
4
4
4
5
4
64
33
4
5
4
2
3
2
5
2
4
4
4
2
3
2
2
4
4
4
60
34
2
5
3
1
5
2
5
1
4
2
5
2
4
2
3
4
4
4
58
35
4
4
5
2
4
1
3
3
5
2
5
4
2
3
3
4
4
2
60
36
4
4
4
3
4
2
3
3
4
3
4
4
1
3
3
2
4
1
56
37
4
5
3
2
4
2
3
2
4
2
3
5
2
4
3
3
4
4
59
155
38
2
3
5
2
5
1
3
2
5
5
3
3
3
4
4
5
5
4
64
39
2
2
3
3
3
1
3
2
5
5
3
4
2
5
3
4
4
3
57
40
1
5
5
5
5
3
5
3
5
3
4
3
2
4
4
4
4
4
69
41
2
5
2
2
3
2
3
2
5
5
4
2
2
4
4
4
3
4
58
42
5
4
3
5
5
1
1
1
1
1
4
2
4
1
4
5
5
1
53
43
1
1
3
1
1
1
3
1
5
3
3
3
1
1
1
4
2
3
38
44
2
4
5
1
1
2
5
1
5
1
4
2
2
2
1
3
2
4
47
45
2
1
3
5
4
1
5
2
5
5
4
4
2
3
4
3
4
4
61
46
5
3
5
3
5
4
5
2
5
4
3
2
3
4
4
4
4
3
68
47
1
4
4
3
3
5
4
1
5
3
4
2
1
2
5
2
4
1
54
48
3
3
5
3
4
5
5
2
5
3
3
2
2
3
4
2
4
3
61
49
2
3
5
4
5
4
4
1
5
4
4
2
2
2
4
3
5
4
63
50
3
4
4
3
2
2
4
3
2
2
5
3
4
3
3
2
3
3
55
51
4
4
4
4
4
4
4
5
1
2
1
5
5
5
5
5
2
4
68
52
3
4
3
2
4
3
2
4
3
4
3
5
2
4
3
2
3
2
56
53
2
5
4
4
4
5
3
2
4
5
3
2
4
5
3
4
5
4
68
54
4
2
3
5
4
5
3
5
5
3
5
5
4
5
5
5
5
5
78
156
Lampiran 8. Hasil Analisis Diskriptif
157 Descriptive Statistics N
Range
VAR00001
54
Valid N (listwise)
54
33.00
Minimum
Maximum
35.00
68.00
Mean 54.3704
Std. Deviation 8.79171
Descriptive Statistics N
Range
VAR00002
54
Valid N (listwise)
54
28.00
Minimum
Maximum
35.00
63.00
Mean 48.5926
Std. Deviation 7.12826
Descriptive Statistics N
Range
VAR00003
54
Valid N (listwise)
54
13.00
Minimum
Maximum
11.00
24.00
Mean 18.1667
Std. Deviation 3.42989
Descriptive Statistics N
Range
VAR00004
54
Valid N (listwise)
54
29.00
Minimum
Maximum
18.00
47.00
Mean 35.5370
Std. Deviation 6.58389
Descriptive Statistics N
Range
VAR00005
54
Valid N (listwise)
54
40.00
Minimum 38.00
Maximum 78.00
Mean 61.3333
Std. Deviation 7.51602
158
Lampiran 9. Uji Validitas dan Reliabilitas
159
VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL X1 Correlations X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.1 Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N X1.2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1.3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1.4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.170 .758*
.504 .797**
.339 .636*
.355
.640 .011
.138
.006
.338
10
10
10
10
.328
1
.355
10
10
10
.428 .826** .708* .730*
.615 .854**
.091
.548
.544
.636*
.658*
.354
.767**
.218 .003
.058
.002
.803
.101
.104
.048
.039
.316
.010
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.022 .016 10
.518 -.111 -.112 .487
.367 .539
.393
.336
.375
.524
.535
.250 .805**
.464
.620
.516 .122
.041
.317
.019
.125 .761
.296 .108
.261
.342
.285
.120
.111
.486
.005
.177
.056
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.170 .233
1
.640 .516 10
10
10
*
.522
.629
.011 .122
.051
10
.048 .432
X1.17 X1.18 X1.19 X1.20 X1.21 TOTAL X1
.353 .721*
10
10
10
.281
X1.16
.233 .522 .651*
10
.758
X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15
.328
10
10
X1.6
10
10
10
10
.758 .153 10
10
10
.629 .688*
.122 -.235
.425 -.157
.493 .588
.563 .557
.266
-.050
.499
.764*
.692*
.055
.327
.719*
.513
.051
.028
.738
.514
.221 .665
.148 .074
.090 .094
.458
.892
.142
.010
.027
.879
.356
.019
.129
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.740
*
.629
.255 .937
.014
.052
.478
.000
.009
.022
.007
.005
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
**
1 .910
10
**
.800
10
10
**
.208
.272 .847
.000
.005
.446
10
10
10
.002 .565 10
10
10
10 **
.400 .949
.252 .000 10
10
10
10
**
**
.844 .899
.002 .000 10
10
**
**
.773
*
.709
**
.786
**
.804
**
.948
160 X1.5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1.6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1.7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1.8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1.9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.504 .651* .688* .910** .138 .041 10
10
.797**
.353
.006 .317 10
10
.671*
.228 .698*
.034
.526
10
10
10
.122 .800** .671*
1
1
.028 .000 10
10
.738 .005
.025 .777
.382 .808** .773** .867**
.604
.358
.478 .973**
.764*
.541
.732*
.916**
.879**
.277 .005
.064
.310
.162
.000
.010
.106
.016
.000
.001
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.341 .673*
.386
.307 .724*
.631 .655*
.717*
.758*
-.022
.674*
.488 .890**
.594
.563
.789**
.033 .270
.389 .018
.050 .040
.020
.011
.953
.033
.153
.001
.070
.090
.007
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.525 .360 -.476 .359
.215 .223
.620
.656*
-.007
.166
.166
.377
.559
.000
.472
.119 .307
.551 .536
.056
.040
.984
.647
.646
.283
.093 1.000
.168
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.830**
.745*
-.010
.734*
.667*
.802**
.749*
.514
.866**
.003
.013
.978
.016
.035
.005
.013
.129
.001
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.335 10
.339 .721* -.235 .272
.228
.341
1
.338 .019
.526
.335
10
10
10
10
10
.425 .847** .698*
.673*
.525
1
.329
.140 .855** .709* .697*
.221 .002
.025
.033
.119
.353
.700 .002
10
10
10
10
10
.281 -.111 -.157 .208
.103
.386
.360
.329
1 -.036 .359
.505 .231
.693*
.596
.130
.185
.057
.406
.012
.099
.399
.432 .761
.777
.270
.307
.353
.921 .308
.137 .521
.026
.069
.720
.609
.875
.245
.973
.785
.254
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.636*
.518
.048 .125 10
10
10
10
10
10
10
.665 .565 10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.514 .446
10
10
.009 .001
10
10
10
.034
.103
.164 .309 10
10
10
10
10
10
10
10
.022 .025 10
10
10
161 X1.1 Pearson 0 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 1 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 2 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 3 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 4 Correlation Sig. (2-tailed) N
.428 -.112
.493 .400
.382
.307 -.476
.140 -.036
.218 .758
.148 .252
.277
.389
.164
.700 .921
10
10
10
.588 .949** .808** .074 .000
10
10
.826**
.487
.003 .153 10
10
.708*
.367
.022 .296 10
10
.730*
.539
10
.455
.582
.140
.075
.403
.350
.222
.107 .172
.971
.819
.159
.186
.078
.700
.837
.248
.322
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.787**
.630
.760*
.681*
.965**
.359
.424
1 .925** .905**
.800**
.745*
.345 .866**
.005
.018
.309
.002 .308
.222
.000 .000
.005
.013
.329
.001
.007
.051
.011
.030
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.563 .844** .773**
.789**
.498
.644*
.728*
.910**
.090 .002
.631
.215 .709*
.505
.540 .925**
1 .917**
.707*
.622
.554 .823**
.009
.050
.551
.022 .137
.107 .000
.000
.022
.055
.096
.003
.007
.143
.045
.017
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.557 .899** .867**
.469 .905** .917**
1
.590
.535
.498 .857**
.745*
.498 .801**
.775**
.904**
.094 .000
.073
.111
.143
.002
.013
.143
.005
.009
.000
.001
.040
.536
10
10
10
10
.615 .393
.266 .740*
.604
.717*
.058 .261
.458 .014
.064 10
10
10
10
.025 .521 10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.231
10
.482
.359 .855**
.223 .697*
10
.083
.724*
.655*
10
.013
10
10
10
.540 .469
10
10
.016 .108
.424
10
10
10
1
10
.172 .000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.620 .830** .693*
.013 .800** .707*
.590
1
.833**
.092
.679*
.439
.746*
.512
.435
.832**
.020
.056
.971 .005
.003
.800
.031
.204
.013
.130
.209
.003
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.000 10
.003 .026
10
10
10
.022 .073 10
10
10
162 X1.1 Pearson 5 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 6 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 7 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 8 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.1 Pearson 9 Correlation Sig. (2-tailed) N
.854**
.358
.758* .656* .745*
.310
.011
.040
10
10
10
10
.091 .375
.499 .255
.478
.803 .285
.142 .478
.162
.953
.984
10
10
10
.548 .524 .764* .937** .973** .101 .120
.336 -.050 .629
.002 .342 10
10
10
10
10
.622 .535
.833**
.013 .069
.819 .013
.055 .111
.003
10
10
-.022 -.007 -.010 .130 .978 .720 10
.674*
.166 .734*
.185
.000
.033
.647
10
10
10
.544 .535 .692* .773** .764* .104 .111
10
10
.083 .745*
10
10
10
.892 .052
.596
.010 .000 10
10
.027 .009
10
10
.636*
.250
.055 .709*
.048 .486
.879 .022
10
10
10
10
10
10
.016 .609 10
10
.488
.166 .667*
.057
.010
.153
.646
10
10
10
.035 .875
10
.413
.398
.745*
.578
.173
.738*
.827
.236
.254
.013
.080
.634
.015
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.482 .345
.554 .498
.092
-.080
1
.461
.519
-.307
.207
.514
.381
.159 .329
.096 .143
.800
.827
.180
.124
.388
.566
.129
.277
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.455 .866** .823** .857**
.679*
.413
.461
1
.767**
.563
.645*
.886**
.894**
.186 .001
.031
.236
.180
.010
.090
.044
.001
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.582 .787** .789** .745*
.439
.398
.519 .767**
1
.371
.716*
.770**
.797**
.078 .007
.204
.254
.124
.010
.291
.020
.009
.006
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1
.510
.385
.689*
.132
.271
.028
10
10
10
10
10
.003 .002 10
.007 .013
10
.541 .890**
.377 .802**
.406
.140 .630
.498 .498
.746*
.745*
-.307
.563
.371
.106
.001
.283
.005 .245
.700 .051
.143 .143
.013
.013
.388
.090
.291
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-.080
10
10
10
1
10
10
10
10
10
163 X1.2 Pearson 0 Correlation Sig. (2-tailed) N X1.2 Pearson 1 Correlation Sig. (2-tailed) N VAR Pearson 000 Correlation 22 Sig. (2-tailed) N
.658* .805**
.327 .786** .732*
.594
.559 .749*
.039 .005
.356 .007
.016
.070
.093
10
10
10
.354 .464 .719* .804** .916**
.563
.000
.316 .177
.090 1.000
10
10
10
10
.767**
.620
.010 .056 10
10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
10
10
.019 .005 10
10
10
.578
.207
.645*
.716*
.510
.837 .011
.130
.080
.566
.044
.020
.132
10
10
10
10
10
10
10
.514 .099
.403 .681* .728* .775**
.435
.173
.514 .886**
.770**
.129 .785
.248 .030
.209
.634
.129
.001
10
10
10
10
.350 .965** .910** .904**
.832**
.013 .973 10
10
10
.513 .948** .879** .789**
.472 .866**
.399
.129 .000 10
10
.512
10
10
10
.000
.075 .760* .644* .801**
.012
.001
.007
.168
10
10
10
.001 .254 10
10
10
10
10
10
.322 .000 10
10
.045 .005 10
.017 .009 10
.000 .000 10
10
.620
.811**
.056
.004
10
10
10
.385
.620
1
.748*
.009
.271
.056
10
10
10
10
10
10
.738*
.381 .894**
.797**
.689*
.811**
.748*
1
.003
.015
.277
.000
.006
.028
.004
.013
10
10
10
10
10
10
10
10
1
.013
10
164 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .950
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .956
N of Items 21
165 VALIDITAS DAN RELIABILITAS X2
Correlations
X2.1 X2.1 Pearson Correlation
X2.2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14
TOTAL X2
1 .669*
.543 .576
.501
.534
.669*
.818** .781**
.818**
.507
.536 .838**
.406
.816**
.034
.105 .082
.140
.112
.034
.004 .008
.004
.135
.110 .002
.245
.004
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.704* .645*
.612
.545 .800**
.754* .776**
.600 .674*
.401 .623
.670*
.836**
.023 .044
.060
.103
.005
.012 .008
.067
.033
.251 .055
.034
.003
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.783**
.602
.616 .764*
.494 .664*
.767**
.844**
.058
.010
.147 .036
.010
.002
10
10
10
Sig. (2-tailed) N
X2.2
10
10
.669*
1
.034 10
10
10
10
10
10
.543 .704*
1
.568
.701*
.616 .792**
.087
.024
.058
.006
10
10
10
.105
.023
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.576 .645*
.568
1
.659*
.704*
.516
.681*
.546
.516
.435
.518 .625
.742*
.754*
.082
.044
.087
.038
.023
.126
.030 .102
.126
.209
.125 .053
.014
.012
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.007 .065
10
10
10
10
10
10
166 X2.5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.501
.612
.701* .659*
.140
.060
.024 .038
10
10
.534
.408
.612
.662*
.605
.612
.309
.191 .409
.606
.682*
.242
.060
.037 .064
.060
.384
.597 .240
.063
.030
10
10
10
10
10
10
.636* .834**
.923**
.547
.636*
.838**
.000 .102
.048
.002
10
10
10
10
.545
.616 .704*
.408
1
.727*
.850** .712*
.112
.103
.058 .023
.242
.017
.002 .021
10
10
10
10
10
10
10
.669* .800**
.792**
.516
.612
.727*
1
.006 .126
.060
.017
10
10
10
10
.818** .754*
.783** .681*
.662*
.850**
.905**
1 .925**
.004
.012
.007 .030
.037
.002
.000
.000
.000
.005
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.602 .546
.605
.712*
.917**
.925**
1
.065 .102
.064
.021
.000
.000
10
10
10
10
.034
.005
10
10
.781** .776** .008
.008
10
10
10
1
10
10
10
10
10
10
10
10
.905** .917** .000 .000 10
10
10
.048
.003
10
10
10
10
10
10
.800** .842**
.668*
.484
.479
.892**
.035 .156
.161
.001
10
10
10
.745* .720*
.592
.975**
.013 .019
.071
.000
10
10
10
.622 .522
.358
.873**
.055 .122
.310
.001
10
10
.005
.002
10
10
.905** .800**
.917** .707* .000
.022
10
10
10
10
10
10
167 X2.10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.818**
.600
.616 .516
.612
.636*
.800**
.905** .917**
.004
.067
.058 .126
.060
.048
.005
.000 .000
10
10
10
10
10
10
10
.507 .674*
.764*
.435
.309 .834**
.135
.033
.010 .209
10
10
.536
.401
.110
.251
10
10
10
.838**
.623
.664*
.002
.055
10
10
.406 .670* .245
.034
10
10
10
.073
.111 .055
.421
.003
10
10
10
.842**
.800** .707*
.590
1
.833**
.542
.621
.829**
.005 .022
.073
.003 .106
.055
.003
10
10
10
10
.494 .518
.191 .923**
.668*
.745*
.622
.147 .125
.597
.000
.035
.013 .055
10
10
10
10
10
.625
.409
.547
.484
.720*
.036 .053
.240
.102
.156
10
10
10
10
.767** .742*
.606
.636*
.010 .014
.063 10
10
.827**
10
10
10
.287
10
.002
10
.535 .623
10
.003
10
.590
10
.384
10
1
10
10
10
10
10
10
.535 .833**
1
.481
.486
.733*
.160
.154
.016
.111
.003
10
10
10
10
10
10
10
.522
.623
.542
.481
1
.669*
.781**
.019 .122
.055
.106
.160
.034
.008
10
10
10
10
10
10
10
.479
.592 .358
.287
.621
.486 .669*
1
.729*
.048
.161
.071 .310
.421
.055
.154 .034
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.017 10
10
168 VAR0 Pearson 0015 Correlation
.816** .836**
Sig. (2-tailed) N
.004
.003
10
10
.844** .754*
.682*
.838**
.892**
.975** .873**
.002 .012
.030
.002
.001
.000 .001
10
10
10
10
10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .956
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .961
N of Items 14
10
10
.827** .829** .003
.003
10
10
.733* .781**
.729*
.016 .008
.017
10
10
10
1
10
169
VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL X3
Correlations X3.1 X3.1
X3.2
TOTAL X3
.807**
.720*
.924**
.090
.001
.005
.019
.000
10
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.563
1
.778**
.474
.922**
.810**
Sig. (2-tailed)
.090
.008
.166
.000
.005
10
10
10
10
10
**
1
.713
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X3.4
X3.5
.874**
N
X3.3
X3.4
.563
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
X3.2
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
10 **
.874
.778
.001
.008
10
10
.807**
*
**
.821
**
.954
.021
.004
.000
10
10
10
10
.474
.713*
1
.510
.828**
.005
.166
.021
.132
.003
10
10
10
10
10
10
170 X3.5
Pearson Correlation
.720*
.922**
.821**
.510
Sig. (2-tailed)
.019
.000
.004
.132
10
10
10
10
10
10
.924**
.810**
.954**
.828**
.873**
1
.000
.005
.000
.003
.001
10
10
10
10
10
N VAR00006
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .919
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .927
N of Items 5
1
.873** .001
10
171 VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL X4
Correlations X4.1 X4.1
Pearson Correlation
X4.2
X4.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.3
X4.6
X4.7
X4.8
X4.9
X4.10
TOTAL X4
.494
.695*
.731*
.485
.783**
.602
.616
.821**
.006
.010
.147
.026
.016
.156
.007
.065
.058
.004
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.792**
1
.842**
.668*
.600
.602
.803**
.905**
.917**
.800**
.930**
.002
.035
.067
.066
.005
.000
.000
.005
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
**
1
.707
*
.590
.006 10 .764
Sig. (2-tailed)
.010
.002
10
10
Pearson Correlation
.494
.668
Sig. (2-tailed)
.147
.035
.003
10
10
10
N
X4.5
.764*
Pearson Correlation
N X4.4
X4.4
.792**
1
Sig. (2-tailed) N
X4.3
*
.842
*
**
*
*
*
**
.639
.734
.003
.012
.047
.016
.005
.022
.073
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
**
1
.756
*
.515
.745
*
.622
.535
.011
.128
.003
.013
.055
.111
.005
10
10
10
10
10
10
10
10
**
.828
.800
**
.751
.833
.833
.898
**
.809
172 X4.5
Pearson Correlation
.695*
.600
.751*
.756*
Sig. (2-tailed)
.026
.067
.012
.011
10
10
10
10
Pearson Correlation
.731*
.602
.639*
Sig. (2-tailed)
.016
.066
10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.537
.531
.801**
.581
.686*
.811**
.110
.114
.005
.078
.029
.004
10
10
10
10
10
10
10
.515
.537
1
.525
.708*
.569
.602
.741*
.047
.128
.110
.119
.022
.086
.066
.014
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.485
.803**
.734*
.828**
.531
.525
1
.830**
.841**
.688*
.840**
.156
.005
.016
.003
.114
.119
.003
.002
.028
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.783**
.905**
.800**
.745*
.801**
.708*
.830**
1
.925**
.905**
.979**
.007
.000
.005
.013
.005
.022
.003
.000
.000
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Pearson Correlation
.602
.917**
.707*
.622
.581
.569
.841**
.925**
1
.917**
.895**
Sig. (2-tailed)
.065
.000
.022
.055
.078
.086
.002
.000
.000
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
N X4.6
N X4.7
N X4.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.9
N
1
10
173 X4.10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR0 Pearson 0011 Correlation Sig. (2-tailed) N
.616
.800**
.590
.535
.686*
.602
.688*
.905**
.917**
.058
.005
.073
.111
.029
.066
.028
.000
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.821**
.930**
.898**
.809**
.811**
.741*
.840**
.979**
.895**
.850**
1
.004
.000
.000
.005
.004
.014
.002
.000
.000
.002
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .953
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .960
N of Items 10
1
.850** .002
10
174 VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL Y
Correlations Y1.1 Y1.1 Pearson Correlation
Y1.2
1
Sig. (2-tailed) N Y1.2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y1.3 Y1.4 Y1.5
.616 .912** .058
.730 *
.000 .016
10
10
10
10
.616
1
.638*
.767
.047 .010
.058 10 **
.912
**
10
10
*
1
.638
.000
.047
10
10
*
**
.016
.010
.025
10
10
10
.730 .767
10 .699 *
.025 10
10
*
1
.699
Y1.6 Y1.7 Y1.8
.743*
.569 .743*
.014 .086 10
10
.616
.014 .058
.783**
.498 .868**
.007 .143
Y1.16
Y1.17
Y1.18
TOTAL Y
.525
.853**
.743*
.675*
.792**
.497
.346
.880**
.001 .119
.002
.014
.032
.006
.144
.328
.001
10
10
10
10
10
10
10
10
.436 .469 .693*
.571
.409 .456
.388 .361
.639*
.775**
.552
.714*
.445
.405
.702*
.026 .084
.240 .185
.268 .306
.047
.008
.098
.020
.197
.245
.024
10
10
10
10
10
10
10
10 *
.666
10
**
.598 .892
.036 .068 10
10
10
10
*
.758
.001 .011
10 **
.800
10
.005 .138
10
**
.390
.736 .760
.007 .265 10
10
10
10
10
*
.522
.504 .758
10
.613 .362 .789
10
10
10
Y1.15
10
.208 .171
10
Y1.14
10
.059 .304 10
Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y1.13
.011 .122
10
10
*
*
.558 .560
.015 .011
.094 .092
10
10
10
10
10
10
**
.816
**
.787
.678
*
.758
*
.560
.570
**
.904
.004
.007
.031
.011
.092
.086
.000
10
10
10
10
10
10
10
**
.534
.532
**
.800
**
.809
**
.773
.878
**
.854
.005
.005
.009
.001
.112
.113
.002
10
10
10
10
10
10
10
175 Y1.5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.743*
.436
.666* .613
.014
.208
.036 .059
10
10
.569
.533
.597 .269
.663*
.113
.069 .452
.037 .104
10
10
10
.469
.598 .362
.533
1
.086
.171
.068 .304
.113
10
10
10
10
.743* .693*
.892**
.789
.014
.026
10
10
.616
.571
.058
.084
10
10
.783**
10
1
.318
.549
.754*
.172
.153
.020
.019
.371
.100
.012
10
10
10
10
10
10
10
10
.004 .047 10
.438 .742*
.495 .269
.545 .462
.395
.703*
.732*
.742*
.473
.625
.696*
.206 .014
.145 .452
.103 .179
.259
.023
.016
.014
.167
.054
.025
10
10
10
10
10
10
10
10
10
**
.597 .438
1
.539
.799**
.471
.500 .433
.736*
.690*
.603
.718*
.393
.647*
.810**
.001 .007
.069 .206
.006 .170
.141 .212
.015
.027
.065
.019
.261
.043
.005
10
10
10
10
10
10
10
10
.452 .328
.500 .344
.596
.829**
.570
.600
.758*
.546
.721*
.189 .355
.141 .330
.069
.003
.085
.067
.011
.103
.019
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.108
10
10
10
.758* .390
.269 .742*
.539
1
.011 .265
.452 .014
.108
.409 .800**
.736
.663*
10
.718*
10
10
10
10
.717*
10
10
.240
10
.487
10
10
.007
10
.469
10
10
10
10
.544 .821** .639*
*
.005 .015 10
10
10
10
10
10
10
10
10
.495 .799**
.452
1
.482
.571 .294
.843**
.648*
.678*
.754*
.470
.592
.811**
.159
.085 .410
.002
.043
.031
.012
.171
.071
.004
10
10
10
10
10
10
10
.037 .145 10
10
10
10
.006 .189 10
10
10
10
10
10
10
176 Y1.10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.760
.498
.456
.504
*
.544 .269
.471 .328
.482
1 .632* .771**
.550
.692*
.836**
.737*
.531
.501
.741*
.143
.185
.138 .011
.104 .452
.170 .355
.159
.050 .009
.100
.027
.003
.015
.114
.141
.014
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.868**
10
10
10
10
.388
.758* .558
.821**
.545
.500 .500
.571 .632*
1 .770**
.586
.614
.733*
.714*
.445
.327
.800**
.001
.268
.011 .094
.004 .103
.141 .141
.085 .050
.009
.075
.059
.016
.020
.197
.356
.005
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.525
1
.256
.571
.785**
.688*
.348
.476
.679*
.474
.085
.007
.028
.325
.165
.031
10
10
10
10
10
10
10
10
1
.787**
.614
.745*
.565
.325
.818**
.007
.059
.013
.089
.359
.004
10
10
.361
.522 .560
.639*
.462
.433 .344
.294 .771** .770**
.119
.306
.122 .092
.047 .179
.212 .330
.410 .009
10
10
10
10
.853** .639*
.816**
.800
.002
.047
10
10
10
10
.743* .775**
.787**
.809
.014
.008
10
10
.004 .005
**
.007 .005 10
10
10
10
10
**
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.009
10
10
10
10
.469 .395 .736*
.596
.843**
.550
.586 .256
.002 .100
.075 .474
.172 .259 10
10
.015 .069 10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
1
.850**
.905**
.800**
.642*
.924**
.002
.000
.005
.046
.000
10
10
10
10
10
.487 .703* .690* .829**
.648* .692*
.614 .571
.787**
.153 .023
.043 .027
.059 .085
.007
10
10
.027 .003 10
10
10
10
10
10
10
10
177 Y1.15 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.16 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.17 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Y1.18 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR0 Pearson 0019 Correlation Sig. (2-tailed) N
.675*
.552
.678*
.773 **
.717* .732*
.603 .570
.678* .836** .733* .785**
.614
.850**
.032
.098
.031 .009
.020 .016
.065 .085
.031 .003
.059
.002
10
10
10
10
10
10
10
.792** .714*
.758*
.878
.754* .737* .714* .688*
.745*
.012 .015
**
10
10
10
.718* .742* .718*
.600
.909**
.000
.065
.019
.000
10
10
10
10
10
.905**
.951**
1
.590
.655*
.947**
.013
.000
.000
.073
.040
.000
10
10
10
10
10
10
10
10
1
.625
.697*
.053
.025
.016 .007 10
10
10
.497
.445
.560 .534
.318 .473
.393 .758*
.470 .531
.445 .348
.565
.800**
.603
.590
.144
.197
.092 .112
.371 .167
.261 .011
.171 .114
.197 .325
.089
.005
.065
.073
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.346
.405
1
.693*
.328
.245
10
10
10
10
.880** .702*
.904**
.854
.024
10
10
10
10
10
10
10
10
.549 .625 .647*
.546
.592 .501
.327 .476
.325
.642*
.719*
.655*
.625
.086 .113
.100 .054
.043 .103
.071 .141
.356 .165
.359
.046
.019
.040
.053
10
10
10
10
10
10
10
10
.811** .741* .800** .679*
.818**
.924**
.909**
.947**
.697*
.693*
1
.004
.000
.000
.000
.025
.026
10
10
10
10
10
10
.000 .002 10
10
10
10
.754* .696* .810** .721* .012 .025 10
10
.005 .019 10
10
10
10
10
.570 .532
10
10
10
10
10
10
10
.020 .028
10
**
10
10
.019 .067
10
.719*
.020
10
.019 .014
10
.603
.006
.001
.011 .001
10
.951**
1
10
.004 .014 10
10
10
10
.005 .031 10
10
.026
10
178 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .962
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .966
N of Items 18
179
Lampiran 10. Uji normalita
180
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
54 .0000000 4.38941930 .103 .076 -.103 .757 .616
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
180
181
Lampiran 11. Uji Asumsi Klasik Uji Heterokedastisitas dan Uji Multikolinieritas
182
Uji Heterokedastisitas
Uji Glejser a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
4.314
3.444
X1
-.041
.051
X2
-.055
X3 X4 a. Dependent Variable: Abs_res
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.253
.216
-.125
-.817
.418
.068
-.135
-.812
.421
.144
.138
.169
1.041
.303
.035
.070
.080
.507
.614
183
Uji Multikolinieritas a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 10.501
5.335
X1
.320
.078
X2
.224
X3 X4
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
1.969
.055
.374
4.078
.000
.826
1.210
.105
.213
2.137
.038
.702
1.424
.582
.213
.266
2.727
.009
.734
1.363
.337
.108
.295
3.118
.003
.778
1.285
a. Dependent Variable: Y
183
184
Lampiran 12. Uji Regresi
184
185
Analisis Regresi Berganda Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1972.849
4
493.212
Residual
1021.151
49
20.840
Total
2994.000
53
F
Sig.
23.667
.000a
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b. Dependent Variable: Y
Uji R2 Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
.812a .659 1 a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
Std. Error of the Estimate
.631
4.56506
Uji t a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 10.501
5.335
X1
.320
.078
X2
.224
X3 X4 a. Dependent Variable: Y
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.969
.055
.374
4.078
.000
.105
.213
2.137
.038
.582
.213
.266
2.727
.009
.337
.108
.295
3.118
.003
186
Uji r 2 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant )
Std. Error
10.501
5.335
X1
.320
.078
X2
.224
X3
Standardize d Coefficients Beta
Correlations t
Sig.
Zeroorder
Partial
Part
1.969
.055
.374
4.078
.000
.585
.503
.340
.105
.213
2.137
.038
.580
.292
.178
.582
.213
.266
2.727
.009
.575
.363
.228
.337 X4 a. Dependent Variable: Y
.108
.295
3.118
.003
.556
.407
.260
187
Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian
188
189
Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
190