PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan JurusanPerencanaan Wilayah dan Kota FakultasTeknikUniversitasBrawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
email:
[email protected] ABSTRAK Setiap aktivitas guna lahan dapat mempengaruhi kondisi fisik dan non fisik daerah disekitarnya. Perubahan fisik yang terjadi adalah perubahan terhadap guna lahan disekitarnya. Sedangkan perubahan non fisik terletak pada sosial ekonomi masyarakat yang mendiami guna lahan tersebut. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui besar perubahan yang ditimbulkan dari guna lahan yaitu “Kampung Inggris” yang ada di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem, Kabupaten Kediri. Metode yang digunakan adalah menggunakan cara pengambilan sampel berjumlah 145. Populasinya adalah masyarakat yang berada di wilayah “Kampung Inggris” berjumalh 2015 KK. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif terhadap hasil rekap kuesioner dan evaluatif dengan melakukan uji Wicoxon dan Pearson Moment Product. Hasilnya adalah lembaga kursus di “Kampung Inggris” mempengaruhi guna lahan dan sosial ekonomi masyarakat di “Kampung Inggris”. Besarnya pengaruh yaitu lahan terbangun meningkat 5,4% per tahun setiap tahunnya, 4,8% fungsi lahan yang ada mengalami perubahan fungsi setiap tahunnya, kegiatan organisasi masyarakat menurun, partisipasi masyarakat menurun, 9,3% dari jumlah penduduk mengalami perubahan mata pencaharian terkait keberadaan lembaga kursus tersebut, dan meningkatnya pendapatan penduduk sebesar Rp. 120.587 setiap tahun dengan mengikut sertakan faktor inflasi. Kata kunci: KampungInggris, Pengaruh, Gunalahan, Sosialekonomi, Masyarakat ABSTRACT Each activity on land use will influence physical and non-physical development condition. The physical change are the changes of uses on the surrounding land. While the non physical changes are the socio-economy of the community. This main purpose of the study is to analyze the extent “KampungInggris” has change the land use at TulungRejo and Pelem village, Kediri regency. We interviewed 145 respondents presenting the population in “KampungInggris” that consist 2015 families. We used descriptive analyse from the summary of the questionnaires and evaluative analyse by using wilcoxon signed rank sum test and Pearson Moment product test. The results are the courses on the “KampungInggris” influencing land use and social economy of the community on the “KampungInggris”. The area development increase 5,4% each year, 4,8% existing land use function change every year, social institution activities also decrease, participation community on society activities also decrease, 9,3% employers change their occupation each year, and income increase by Rp. 120.587 each year (inflation counted). Keywords:KampungInggris, Impact, Land use, Socio-economy, Community
PENDAHULUAN Aktivitas guna lahan dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya baik secara fisik maupun non fisik. Pengaruh tersebut antara lain pengaruh terhadap guna lahan disekitarnya dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Salah satu fungsi lahan adalah untuk sarana pendidikan. Aktivitas pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya baik dari segi guna lahan, sosial dan ekonomi masyarakat. Salah satu bentuk pendidikan berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan
informal. Pendidikan tersebut pendidikan diluar pendidikan formal (seperti SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi) yang dilaksanakan secara terstruktur. Salah satu pendidikan informal yang terkenal di Kabupaten Kediri adalah kursus bahasa inggris yang terletak di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem. Lembaga kursus tersebut berjumlah hingga 110 pada tahun 2009-2010 yang pada tahun 2001 membentuk komunitas bernama “Kampung Inggris”. Lokasi “Kampung Inggris’ tersebut terletak di Kecamatan Pare. “Kampung Inggris” tersebut
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011
11
PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI
berada di perbatasan Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem. Lokasi “Kampung Inggris” sangat dekat dengan pusat Kecamatan Pare yang berjarak kurang dari 3 Km ke arah tenggara. Lembaga kursus di “Kampung Inggris” dimulai sejak tahun 1977. Kini jumlahnya sudah mencapai lebih dari 100 lembaga kursus. Dalam 1 tahun lembaga-lembaga tersebut dapat menampung lebih dari 3000 siswa (sumber: pusat informasi “Kampung Inggris” tahun 2010). Aktivitas tersebut membawa pengaruh terhadap guna lahan, sosial, dan ekonomi masyarakat di “Kampung Inggris”. Contohnya peningkatan taraf ekonomi dan sosial masyarakat di kawasan pendidikan Jatinangor, Bandung (Ery Supriyadi R.. 2008) dan kawasan pendidikan Barkeley di Amerika Serikat (Barkeley University. 2006.) Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik lembaga kursus di “Kampung Inggris”, fisik dan sosial ekonomi Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem kecamatan Pare, Kabupaten Kediri? 2. Bagaimana perkembangan lembaga kursus di “Kampung Inggris”, guna lahan dan sosial ekonomi masyarakat Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem kecamatan Pare, Kabupaten Kediri terkait pengaruh keberadaan “Kampung Inggris”? 3. Berapa besar pengaruh dan rekomendasi terkait keberadaan lembaga kursus bahasa inggris di “Kampung Inggris” terhadap guna lahan dan sosial ekonomi masyarakat “Kampung Inggris” di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri? METODE PENELITIAN Penelitian ini mengidentifikasi perubahan yang terjadi akibat aktivitas pendidikan di “Kampung Inggris” tersebut. variabel yang diteliti, yaitu: 1. Kondisi fisik dan non fisik desa Kondisi fisik dan non fisik desa adalah kondisi dasar wilayah studi. Sub variabel tersebut antara lain kodisi fisik alami, kondisi fisik binaan, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Variabel ini perlu ditelaah untuk mengatahui kondisi dasar sehingga diketahui karakteristik makro wilayah studi. 2. Guna lahan Variabel guna lahan yaitu lahan terbangun dan tidak terbangun dan fungsi lahan. Penambahan luas lahan terbangun dan perubahan fungsi lahan terbangun yang terjadi ditelaah untuk mengetahui keterkaitannya dan besar perubahannya
12
terkait keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris”. 3. Sosial Variabel sosial yang digunakan adalah interaksi masyarakat yang mencakup didalamnya adalah organisasi sosial dan kegiatan bersama masyarakat. Variabel ini akan berguna untuk mengatahui perubahan interaksi antar masyarakat dalam komunitas. Perubahan perilaku masyarakat dalam kegiatan bersama dan perubahan perilaku organisasi ditelaah untuk mengetahui keterkaitan perubahan perilaku tersebut terkait keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris” tersebut. 4. Ekonomi Variabel ekonomi yang digunakan adalah mata pencaharian dan pendapatan. Mata pencaharian dan pendapatan merupakan elemen pokok untuk mengatahui ekonomi masyarakat selain pola konsumsi. 5. Lembaga kursus di “Kampung Inggris” Merupakan bagian penting untuk mengatahui perkembagan dan kondisi saat ini sehingga perubahan yang terjadi dapat diketahui dari perkembangan kondisi saat ini lembaga kursus tersebut. sub variabel yang digunakan adalah kondisi fisik lembaga, siswa, dan pengajar Metode yang digunakan antara lain: Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey primer ke masyarakat dan survey sekunder ke instansi pemerintahan. Survey sekunder menggunakan kuesioner sedangkan survey sekunder mengumpulkan dokumen Monografi Desa dan Kecamatan Pare dalam Angka. Metode analisisnya adalah analisis deskriptif dan analisis evaluatif. Analisis deskriptif menganalisis semua variabel dan terhadap terkait besarnya nilai variabel, perubahan nilai variabel, dan menghubungan sebab akibat antar variabel. Semua variabel akan dianalisis dengan metode ini. Analisis evaluatif hanya dilakukan untuk beberapa variabel saja. Variabel yang dianalisis menggunakan metode analisis evaluatif yaitu perubahan luas lahan terbangun, perubahan fungsi, perubahan mata pencaharian, dan perubahan pendapatan. Variabel ini untuk menguji keterkaitan keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris” terhadap guna lahan dan ekonomi masyarakat. Alat analisisnya adalah SPSS dengan uji normalitas KolmogorovSmirnov, uji peringkat Wilcoxon, dan uji
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011
Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan
Pearson moment productdengan derajat kesalahan 5%. Menggunakan sistem random samping menggunakan rumus Arikunto (2006; 136) dengan populasi berjumlah 2015 denganderajat kesalahan 7,2%. Jumlah responden adalah 145 keluarga.
No.
Kategori
Muhammadiyah
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis kondisi lembaga kursus, fisik dan non fisik desa Tahun 2009 jumlah lembaga kursus berjumlah 110 unit. Jumlah tersebut tidak bertahan lama hingga tahun 2010. pada tahun 2010 jumlah tersebut menyusut menjadi 61 hingga akhir bulan Mei. Jumlah siswa mencapai 3500 siswa dari berbagai daerah di Indonesia. Ruangan tempat belajar merupakan ruangan permanen berukuran 3x4 m dan ruang non permanen yang berukuran sama. Rata-rata daya tampung masing-masing kelas adalah 15 orang namun beberapa lembaga menyediakan hingga 40 siswa per kelas. Masa studi siswa antara 6 s.d. 12 bulan. Tenaga pengajar berasal dari siswa lembaga tersebut yang memiliki kemahiran mendalami materi. Masa kerja pengajar kurang lebih 1 hingga 3 tahun saja. Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem dekat dengan pusat Kecamatan Pare. Lahan desa masih belum terbangun seluas 662,366 Ha pada tahun 2008. Lahan pertanian luasnya mencapai 586,34 Ha. Fungsi lahan didominasi oleh lahan pertanian. Sedangkan pola guna lahannya cenderung linear sepanjang jalan utama dan memusat pada pusat aktivitas seperti di pusat kecamatan dan sekitar “Kampung Inggris”. Jumlah sarana permukiman terbesar adalah perdagangan 549 unit dan jasa 197 unit. Terdapat 11 organisasi masyarakat yang ada di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem. Setiap organisasi memiliki struktur yang jelas dimana terdapat pembagian wewenang antara pengurus dan anggota. Kegiatan organisasi disesuaikan dengan jenis organisasi tersebut. organisasi tersebut sudah ada sebelum adanya “Kampung Inggris” kecuali perkumpulan pemilik kos. Jumlah anggota dan partisipan terbanyak yaitu organisasi NU dan paling sedikit adalah Kelompok Mina Jaya yaitu perkumpulan pengusaha pembibitan ikan. Tabel 1. Kegiatan Organisasi Sosial Masyarakat Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem Tahun 2010 No. 1
Kategori Keagamaan
Jenis organisasi NU
Jenis kegiatan
Pengajian rutin Peringatan hari besar agama Koperasi simpan pinjam
Jenis organisasi
2
Kepemudaan
3
Pekerjaan
4
Pemerintahan dan sosial
Muslimat NU Wanita Islam Kelompok pengajian Karang Taruna
Kelompok tani Kelompok mina jaya Perkumpulan pemilik kos Forum ketua RT/RW PKK
Jenis kegiatan
Pertemuan anggota Pengajian rutin Peringatan hari besar agama Pertemuan anggota Pengajian rutin Pengajian rutin Pengajian rutin Peringatan hari besar agama dan nasional Pertandingan olah raga dan seni Penyuluhan Penyuluhan Rapat anggota Rapat anggota Rapat ketua RT dan RW Arisan Penyuluhan keluarga Kegiatan ibu rumah tangga
Sedangkan kegiatan bersama masyarakat yang ada di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem yaitu ronda, kerja bakti, rapat RT/RW, tahlilan, upacara adat, arisan, iuran kematian, dan istighosah. Semua masyarakat mengikuti kegiatan tersebut. Namun intensitas kegiatannyapun berbeda antar tingkat RT/RW. Beberapa RT di Desa Tulung Rejo masih terdapat kegiatan ronda. Sedangkan RT yang ada di Desa Pelem sudah tidak ada lagi kegiatan ronda. Tingkat partisipasi masyarkata setiap kegiatan yang diadakan masih tergolong tinggi baik penduduk asli maupun pendatang. Peran serta tersebut menunjukkan bahwa masyarakat masih memegang teguh adat istiada. Sebagian besar penduduknya bekerja dibidang pertanian yang berjumlah 5693 jiwa. Sedangkan masyarakat yang dekat dengan pusat kecamatan, banyak bekerja dibidang non pertanian seperti berdagang, PNS, dan sektor non pertanian lainnya. Pendapatan rata-rata per KK pada tahun 2008 mencapai Rp. 1.500.000 pertahun. Dengan demikian Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem tergolong dalam desa swakarya. Tipologi desa ini adalah mata pencaharian penduduk mulai beralih ke mata pencaharian non pertanian, sistem ekonomi berubah menjadi kapitalis, dan masih memegang teguh adat istiadat. Sehingga pendapat yang disampaikan oleh (Boeke 1952 diterjemahkan oleh Makaliwe 1983) tentang sistem ekonomi desa yang
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011
13
PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI
cenderung tradisional dan prakapitalis tidak dapat dipertahakan seutuhnya.
110
120
Jumlah lembaga
100
299,7
250 200 150
117,2
119,04
120,114
125,3
terbangun tidak terbangun
100
0 2006
2007
2008
2010
Tahun
Gambar 4. Perubahan Lahan Terbangun Desa Tulung Rejo Tahun 2006 – 2010 Tabel 2. Pembangunan Besar Rentang Tahun 2006 – 2010 Tahun 2006
72
80 58 60
46
40
2007 2008
20
s.d. tahun 2000
2001-2002
2003-2004
2005-2006
2007-2008
2009-2010
Tahun
Gambar 1. Jumlah Lembaga Kursus Mulai Tahun 2001 4000 3500 3000 Jumlah siswa
304,886
50
0
2500 2000 1500 1000 500 0 s.d. tahun 2000
2001-2002
2003-2004
2005-2006
2007-2008
2009-2010
Tahun
Gambar 2. Jumlah Siswa Lembaga Kursus Mulai Tahun 2001 – 2010
Semakin tahun lahan terbangun di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem bertambah. Berikut pertambahan lahan terbangun di kedua desa tersebut. 400 350
Luas lahan (ha)
305,96
Keterangan
88
20
361,59
359,57
357,48
300 250
230,41
232,43
234,52
354,79
237,21
terbangun tidak terbangun
200 150 100 50 0 2006
2007
2008
2010
Tahun
Gambar 3. Perubahan Lahan Terbangun Desa Tulung Rejo Tahun 2006 – 2010
14
307,8
300
Luas lahan (ha)
2. Analisis perkembangan lembaga kursus, guna lahan dan sosial ekonomi masyarakat Lembaga kursus dirintis sejak tahun 1977 yang hanya terdapat satu lembaga kursus saja bernama BEC. Hingga saat ini lembaga tersebut bertambah hingga 110. Sejak tahun 2001 dibentuk “Kampung Inggris” yang mencitrakan keberdaan banyaknya lembaga kursus beserta tradisinya. Sejak adanya lembaga kursus, jumlah lembaga kursus meningkat pesat.
350
2010
Pembangunan permukiman dibeberapa tempat termasuk di “Kampung Inggris” sekitar kampung inggris Pembangunan perumahan Bumi permata Pembangunan ruko Jalan Kusuma Bangsa dan Akademi Kesehatan. Pembangunan rumah , ruko dan pelebaran rumah dibeberapa tempat. Di sepanjang jalan utama dan permukiman
Menurut Jayadinata (1992), perkampungan pedesaan cenderung mengelompok dan berdekatan satu sama yang lain. Di Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem, pola penggunaan lahan terbangun di perkampungannya mengikuti linear pada jalan utama jalan dan terpusat pada pusat aktivitas masyarakat contohnya di “Kampung Inggris”. Fungsi lahan juga mengalami perkembangan. Perkembangan yang terjadi adalah lahan pertanian dan lahan kosong berubah menjadi permukiman dan fungsi lainnya, dan perubahan yang kedua adalah permukiman berubah menjadi sarana permukiman. Perubahan lahan tak terbangun menjadi fungsi permukiman dan yang lainnya contohnya pembangunan perumahan dan ruko di sepanjang jalan Papar-Pare dan Jalan Kusuma Bangsa. Sedangkan perubahan permukiman menjadi sarana permukiman banyak terjadi di “Kampung Inggris” dan wilayah desa yang berada di jalan utama. Penambahan sarana permukiman yang terbanyak adalah sarana perdagangan dan jasa. Sarana perdagangan meningkat 328% dari tahun 2002. Sarana jasa tahun 2010 berjumlah 197 unit. Sedangkan sarana yang lain meningkat 0% s.d. 80%. Jumlah sarana makam tetap baik dari segi luas maupun jumlah. Perkembangan sosial yang terjadi jika ditinjau dari segi struktur organisasi sosial tidak banyak mengalami perubahan. Jumlah lembaga tetap namun jumlah kegiatan menurun. Penurunan tersebut dikarenakan anggota
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011
Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan
2.500.000 2.000.000
Rupiah
organisasi enggan melanjutkan kegiatan. meskipun demikian jika terdapat kegiatan organisasi, antusias anggota tinggi. Kegiatan bersama masyarakat tidak banyak mengalami perubahan. Antusias warga untuk mengikuti tetap tinggi meskipun yang mengalami beberapa penurunan keikutsertaan masyarakat. Semua kegiatan bersama masih berjalan namun kegiatan ronda tidak berjalan sama sekali di Desa Pelem. Ronda tidak berjalan karena masyarakat menganggap wilayah desa telah aman dan ditunjang keberadaan kantor polisi yang dekat dengan desa. Kegiatan bersama dalam masyarakat yang mengalami penurunan partisipasi yaitu ronda malam. kegiatan yang mengalami peningkatan partisipasi adalah kegiatan keagamaan, kerja bakti, dan iuran kematian. Kegiatan bersama tersebut intensitasnya relatif tetap kecuali ronda malam dan kerja bakti yang semakin menurun. Alasannya adalah adanya sugesti negatif karena lokasi desa yang dekat dengan kantor polisi dan pengambil alihan tanggung jawab kebersihan atas jalan utama yang ada di desa. Dari segi ekonomi, mata pencaharian masyarakat sudah tidak lagi dibidang pertanian. Terjadi pergeseran mata pencaharian dari pertanian menuju non pertanian. Perubahan mata pencaharian tersebut salah satunya dipengaruhi keberadaan pusat kecamatan yang relatif dekat sehingga peluang bekerja di bidang non pertanian meningkat. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian dibidang pertanian menurun 7% dari tahun 2005 hingga 2008. Peningkatan jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tertinggi yaitu PNS,TNI,POLRI dan bidang jasa hingga 25,5% pada periode yang sama. Peningkatan yang kedua yaitu perdagangan yang mencapai 14,9%. Pendapatan perkapita penduduk desa meningkat. Peningkatan tersebut seiring meningkatnya harga kebutuhan pokok. Meskipun desa cenderung mampu memenuhi kebutuhan dan jenis kebutuhan relatif sederhana, pendapatan meningkat tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan baik jenis dan jumlah sudah bervariasi maka ciri desa untuk Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem sudah bergeser menjadi desa swakarya. Sistem ekonomi bergeser dari pra kapitalis menjadi kapitalis karena tuntunan mencukupi kebutuhan.
1.500.000 1.000.000 500.000 0 2000-2002
2003-2004
2005-2006
2007-2008
2009-2010
Tahun
Gambar 5. Pertambahan Pendapatan Rata-Rata Perkapita Masyarakat Desa Tulung Rejo Dan Desa Pelem Tahun 2001 – 2010
3. Analisis pengaruh lembaga kursus di “Kampung Inggris” terhadap guna lahan, sosial dan ekonomi masyarakat desa Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi yaitu uji normalitas dengan menggunakan metode uji KolmogorovSmirnov. Hasilnya adalah perubahan luas lahan terbangun dan perubahan pendapatan diuji menggunakan uji peringkat Wilcoxon karena sebaran data tidak normal. Sedangkan perubahan mata pencaharian dan perubahan fungsi bangunan diuji menggunkan uji korelasi Pearson karena sebaran data normal. Berdasarkan hasil uji Peringkat Wilcoxon, perubahan luas lahan terbangun menunjukkan adanya keterkaitan hubungan antara keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris”. Uji Peringkat Wilcoxon menunjukkan bahwa keberadaan lembaga kursus mempengaruhi perkembangan luas lahan terbangun. Selama 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan luas lahan terbangun. Berikut peningkatan luas lahan terbangun 10 tahun terakhir. Tabel 3. Penambahan Luas Lahan Terbangun Tahun Sebelum 2000 2001-2002 2003-2004 2005-2006 2007-2008 2009-2010
Pernambahan luas (%) 14 13 12 9 6
Jika dirata-rata, maka terjadi peningkatan luas lahan terbangun sebesar 5,4% setiap tahunnya. Sedangkan penambahan luas tersebut termasuk penambahan bangunan baru dan perluasan bangunan yang sudah ada. Hasilnya adalah terdapat 30,56% bangunan baru pada 10 tahun terakhir dan 71% bangunan yang ada mengalami penambahan luas bangunan pada 10 tahun terakhir. Perkembangan lahan terbangun jika tidak terkontrol dapat menimbulkan permasalahan contohnya berubahnya lahan pertanian disekitar “Kampung Inggris” menjadi permukiman.
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011
15
PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI
Keberadaan lembaga pemerintahan tingkat desa dan organisasi masyarakat dapat dimanfaatkan untuk menekan perkembangan negatif tersebut. Kontrol sosial dapat dijalankan karena ciri khas masyarkat desa yang cenderung patuh pada perturan sosial dan sugesti dari tokoh masyarakat. Selama 10 tahun terakhir, terdapat 96,55% fungsi lahan mengalami perubahan, 37,14% diantaranya adalah bangunan baru. Perubahan fungsi tersebut hanya teridentifikasi perubahan lahan tak terbangun menjadi terbangun dan permukiman menjadi sarana perdagangan dan jasa yaitu warung, kios, dan kos. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa perubahan fungsi tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris”.Keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris” telah mempengaruhi perubahan fungsi lahan sebesar 9,6% setiap tahunnya. Perubahan fungsi yang tidak terkendali dapat memberikan dampak negatif terhadap aktivitas yang lain. Dampak yang mungkin muncul adalah tergangunya aktivitas lalu lintas disepanjan Jalan Veteran, Jalan Wahidin, dan Jalan Brawijaya yang merupakan rute angkutan umum Kediri-Surabaya melewati Kecamatan Pare. Fungsi organisasi sosial dapat dimanfaatkan untuk menghindari permasalahan tersebut. keberadaan organisasi sosial, contohnya perkumpulan usaha sejenis, dapat memberikan sugesti positif sehingga masyarakat dapat mengidentifikasi ulang perubahan fungsi terhadap aktivitas lalu lintas tersebut. Perubahan bidang sosial tidak terlalu banyak terjadi. Jumlah organisasi sosial masih tetap berjumlah 11. organisasi tersebut yaitu NU, Muhammadiyah, Muslimat, NU, Wanita Islam, Kelompok pengajian, Karang Taruna, Kelompok tani, Kelompok mina jaya, Perkumpulan pemilik kos, Forum ketua RT/RW, dan PKK. Perubahan yang terjadi justru pada kegiatan organisasi sosial tersebut. Kegiatan organisasi sosial mulai berkurang contohnya kegiatan perkumpulan pemilik kos. Namun Karang Taruna di Dusun Singgahan mulai digerakkan kembali sehingga kegiatan organisasi meningkat lagi. Kini karang taruna tersebut giat mengadakan perintisan wirausaha mandiri untuk membentuk usaha baru bagi pemuda terkait perkembangan “Kampung Inggris”. Kegiatan bersama dalam masyarakat juga mengalami perubahan. Kegiatan bersama yaitu : terdapat kegiatan yang sudah tidak lagi diadakan oleh masyarakat khusus di Dusun Singgahan yaitu ronda malam. Hampir keseluruhan kegiatan tersebut mengalami penurunan intensitas
16
kegiatan. Namun partisipasi masyarakat sangat tinggi jika kegiatan tersebut diadakan. Kurangnya inspirasi dari masyarakat menjadikan itensitas kegiatan berkurang. Keberadaan pemuda pun hanya sebatas partisipan dan tidak menjadi inspirator. Dikhawatirkan jika tokoh penggerak kegiatan yang biasanya dari kaum tua sudah tidak sanggup lagi maka kegiatan tersebut akan hilang. Perkembangan negatif tersebut dikarenakan faktor interaksi yaitu identifikasi, simpati, sugesti dan imitasi (Soekanto, 1989) berkembang kearah yang negatif. Terjadinya imitasi negatif perilaku siswa dan masyarakat pendatang namun sugesti dari tokoh masyarakat mampu mengurangi imitasi tersebut. Contohnya masyarakat masih ikut serta dalam kegiatan keagamaan dan adat istiadat. Keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris” juga mempengaruhi perubahan mata pencaharian. Berdasarkan uji korelasi pearson, perubahan mata pencaharian masyasarakat “Kampung Inggris” berubah karena keberadaan lembaga kursus. Berdasarkan uji korelasi Pearson, diketahui terdapat perubahan pekerjaan dengan peningkatan jumlah lembaga kursus di “Kampung Inggris”. Berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa 93% masyarakat “Kampung Inggris” mengalami perubahan pekerjaan selama 10 tahun terakhir. 17% diantaranya adalah pengangguran yang memiliki pekerjaan dari keberadaan “Kampung Inggris” tersebut. Perkembangan mata pencaharian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mampu menangkap peluang usaha yang ditimbulkan oleh lembaga kursus di “Kampung Inggris”. Keberadaan organisasi dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat untuk menangkap peluang ekonomi keberadaan lembaga kursus meskipun sebagai mata pencaharian sampingan. Terutama pemuda di “Kampung Inggris” diberdayakan melalui Karang taruna sehingga memiliki usaha. Contohnya Karang taruna Dusun Singgahan yang merintis pemberdayaan pemuda dibidang usaha warung, kios, dan pengajar lembaga kursus. Pekerjaan terkait keberadaan “Kampung Inggris” yang paling banyak diminati adalah sewa kamar. Umumnya masyarakat menambah mata pencaharian terkait keberadaan “Kampung Inggris”. Masyarakat enggan melepas pekerjaan aslinya. Keberadaan “Kampung Inggris” tersebut telah mempengaruhi 9,3% jumlah penduduk merubah mata pencahariannya. Perubahan mata pencaharian tersebut memberikan dampak positif terhadap pendapat masyarakat. Pendapatan rata-rata perkeluarga
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011
Ar Rohman Taufiq Hidayat, Surjono, Eddi Basuki Kurniawan
naik setiap tahunnya. Berdasarkan uji peringkat Wilcoxon, perubahan pendapatan penduduk terpengaruh dari keberadaan “Kampung Inggris”. Namun pada tahun 2005-2006 pendapatan turun karena nilai inflasi mencapai 23,71%.
200.000
232.206
224.763
250.000 177.978
Rupiah
150.000 100.000 33.399
50.000
0 -50.000 2001-2002 2003-2004 2005-2006 2007-2008 2009-2010 -100.000
-65.412 tahun
Peningkatan pendapatan
Gambar 6. Peningkatan Pendapatan
Pada uji peringkat Wilcoxon terhadap perubahan pendapatan menujukkan bahwa perubahan pendapatan tersebut erat hubungannya dengan keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris”. Besarnya perubahan adalah meningkat RP. 120.587 setiap tahunnya. Nilai pendapatan tersebut sudah memperhitungan nilai inflasi. Untuk meningkatkan pendapatan dan interakasi masyarkat, perlu dibentuknya organisasi usaha sejenis. Tujuannya sebagai wadah untuk berinteraksi sehingga kepentingan masing-masing masyakat terkait usahanya dapat terpenuhi. Contohnya perkumpulan pemilik kos. Selain itu untuk membantu masyarakat yang lain untuk membuka usaha yang sama sehingga pemdapatan masyarakat dapat berkembang bersama. Selain itu keberadaan kegiatan organisasi juga diarakan pada kegiatan ekonomi sehingga interkasi masyarkat dapat bermafaat secara sosial dan ekonomi. Contohnya kegiatian koperasi organisasi NU. Meskipun masih bergerak dibidang simpan pinjam saja, dharapkan dikemudian hari dapan mendorong masyarakat untuk membuka usaha terkait keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris”. 4. Rekomendasi a. Guna lahan Rekomendasi untuk guna lahan tersebut, yaitu: 1. Perlu adanya peran serta aparat desa untuk menghimbau setiap pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat agar tidak menggangu aktivitas lalu lintas contohnya perluasan usaha dengan menyediakan tempat parkir; 2. Keberadaan organisasi sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana kontrol terhadap penggunaan lahan. Namun organisasi sosial
tersebut tidak dapat memaksa karena tidak memiliki kewenangan. Sehinga organisasi sosial hanya dimaksudkan untuk memberikan anjuran melalui pendekatan sosial; dan 3. Kontrol sosial untuk membantu mengurangi perluasan lahan terbangun. yaitu pengaturan dapat dilakukan oleh organisasi sosial melalui perkumpulan usaha sejenis. Contohnya perkumpulan pengusah warung “Kampung Inggris”. Dengan adanya perkumpulan tersebut dapat dibentuk peraturan mengenai pengembangan warung sehingga permasalahan lahan parkir terkait keberadaan jalan arteri sekunder dapat dihilangkan. b. Sosial Rekomendasi untuk bidang sosial, yaitu: 1. Mendukung dan mengembangkan kegiatan yang mampu mendorong pemanfaatan peluang usaha terkait keberadaan lembaga kursus di “Kampung Inggris” contohnya koperasi yang di rintis oleh organisasi NU dan wirausaha mandiri oleh Karang Taruna Dusun Singgahan; dan 2. Mengadakan kembali kegiatan bersama yaitu ronda malam dan kerja bakti untuk Desa Pelem. c. Ekonomi Rekomendasi untuk bidang ekonomi, yaitu: 1. Membentuk kelompok usaha seperti kelompok pemilik kos yang sudah ada untuk memberikan bantuan pengetahuan dalam membuka dan mengembangkan usaha; dan 2. Memberdayakan pemuda desa untuk membuka usaha mandiri sehingga mampu bersaing di tanah kelahiran sendiri. KESIMPULAN 1. Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem terletak berdekatan dengan pusat Kecamatan Pare. Guna laha didominasi oleh pertanian dan mata pencaharian utama dibidang pertanian. Keberadaan “Kampung Inggris” merupakan salah satu pusat aktivitas. Merupakan salah satu pusat perkembangan guna lahan dan sosial ekonomi; 2. Lembaga kursus telah ada sejak tahun 1977 dan hingga kini mencapai 110 lembaga kursusterus bertambah setiap tahunnya. Mulai terbentuk “Kampung Inggris” tahun 20001 sebagai nama wilayah dalam Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem yang terdapat lembaga kursus bahasa inggris. Pertambahan lembaga kursus tersebut seiring dengan pertambahan jumlah siswa. Jumlah siswa
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011
17
PENGARUH KEBERADAAN KAMPUNG INGGRIS TERHADAP GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKT DI DESA TULUNG REJO DAN DESA PELEM, KABUPATEN KEDIRI
tahun 2009 ditafsir mencapai 3500 siswa dan meningkat sebesar Rp.120.587 setiap terus bertambah pada tahun 2010. Tenaga tahunnya (nilai inflasi diperhitungkan) lebih pengajar dan siswa sebagian besar berasal tinggi daripada pendapatan masyarakat desa dari luar Desa Tulung Rejo dan Desa Pelem. Rp. 69.714 per tahun. Rekomendasi terkait Perkembangan lembaga kursus inilah yang pengaruh terhadap sosial masyarakat adalah mempengaruhi perkembangan guna lahan memberdayakan organisasi sosial masyarakat dan sosial ekonomi masyarakat “Kampung menjadi pendorong untuk membantu Inggris”. Berkurangnya lahan tidak masyarakat di “Kampung Inggris” guna terbangun akibat dari banyaknya menangkap peluang ekonomi yang pembangunan. Pesatnya pembangunan di ditimbulkan oleh keberadaan lembaga kursus karenakan desa Tulung Rejo dan Desa Pelem dekat dengan pusat kecamatan sebagai pusat SARAN pelayanan dan pusat kegiatan. Kegiatan 1. Perlu adanya konfirmasi silang terhadap bersama dan organisasi masyarakat masih pendapat aparat pemerintahan terhadap berjalan meskipun mengalami penurunan pendapat masyarakat sehingga diketahui intensitas kegiatan dan peran aktif kevalidan data dan informasi; masyarakat. Sedangkan pertanian masih 2. Penelitian terkait guna lahan perlu mengikut menjadi mata pencaharian terbanyak sertakan intensitas bangunan sehingga terutama masyarakat yang tinggalnya dekat diketahui penggunaan lahan masing-masing dengan lahan pertanian. Mata pencaharian petak lahan sehingga mempermudah non pertanian terutama bidang komersil melakukan perencanaan guna lahan pada banyak terdapat di wilayah desa yang dekat wilayah studi; dengan pusat Kecamatan Pare; dan 3. Perlunya penelitian mendalam mengenai 3. Berdasarkan uji korelasi Pearson momen pemanfaat “Kampung Inggris” untuk obyek produk dan uji Wilcoxon, keberadaan wisata yang terintegrasi dengan obyek wisata “Kampung Inggris” mempengaharuhi lain yang ada di Kediri; dan perkembangan guna lahan dan ekonomi. Dari 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hasil telaah tersebut, dapat dirumuskan penataan lokasi lembaga kursus sehingga reomendasi terkait keberadaan lembaga “Kampung Inggris” dapat dijadikan obyek kursus di “Kampung Inggris”. Penambahan wisata. luas lahan terbangun sebesar 5,4% per tahun lebih besar dari perkembangan lahan DAFTAR PUSTAKA terbangun desa yang mencapai 1,07% per Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. tahun dan 4,8% fungsi lahan berubah setiap Jakarta: Rineka Cipta. tahunnya. Rekomendasi guna lahan adalah Peran serta perangkat desa, tokoh masyarakat Barkeley University. 2006. The Economic Impact & Social Benefits of the University of dan organisasi sosial masyarakat sebagai alat California, kontrol sosial sehingga perkembangan guna Berkeley.http://berkeley.edu/econimpact/20 lahan dapat tertata dengan baik. Berdampak 05-2006-econimpact-report.pdf (diakses negatif dengan mengurangi jumlah intensitas pada 10 november 2009 pukul 05.12.WIB). kegiatan organisasi namun jumlah organisasi tetap dan berdampak negatif mengurangi Ery Supriyadi R.. 2008. Peran Universitas dalam jumlah keikutsertaan anggota dalam kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal: Kasus organisasi, berdampak negatif menurunkan Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor. peran serta masyarakat dalam kegiatan Bandung: Institut Tekonologi Bandung. bersama. Rekomendasi terkait pengaruh terhadap sosial masyarakat adalah Jayadinata, T. Johara. 1991. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, meningkatkan peran serta masyakat dalam dan Wilayah. Bandung: ITB. kegiatan sosial kemasyarakatan antara lain menambah variasi kegiatan dan mengadakan Makaliwe, Williem H. 1983. Teori Umum kembali kegiatan yang sudah ada sehingga Mengenai Kesempatan Kerja, Bunga, dan interaksi sosial antar masyarakat dapat terus Uang. Yogyakarta:Gajah Mada Press. terjaga. 9,3% dari jumlah penduduk mengalami perubahan mata pencaharian Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Radja Grafindo. lebih besar dibanding perubahan mata pencaharian masyarakat desa yaitu 0,7% per Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang tahunnya dan pendapatan pendudukan Sistem Pendidikan Nasional. 18
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011