Agric. Sci. J. – Vol. II (1) : 53-63 (2015)
PENGARUH KADAR AIR AWAL BENIH DAN JENIS KEMASAN TERHADAP POPULASI HAMA CALLOSOBRUCHUS MACULATUS F., VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERR.) SETELAH PENYIMPANAN TIGA BULAN Effects of Initial Seed Moisture Content and Packaging Type on Populations of Callosobruchus maculatus F., Seed Viability and Vigor of Soybean (Glycine max L. Merr.) After Three Months Storage Dwi Hastuti1, Sumadi2 dan Erni Suminar2 1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran ABSTRAK
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi dan sering dijadikan sebagai bahan pangan, namun banyak permasalahan yang terjadi dalam pengadaan benih kedelai tersebut yaitu mutu fisiologis benih kedelai mudah rusak selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kadar air benih saat disimpan tinggi, penggunaan jenis kemasan yang kurang tepat atau serangan hama gudang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh interaksi kadar air awal dan jenis kemasan terhadap populasi hama Callosobruchus maculatus F., viabilitas dan vigor benih kedelai. Percobaan dilakukan dari bulan April 2014 hingga Juli 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan empat ulangan. Faktor pertama adalah kadar air awal yang terdiri dari kadar air awal ≤ 11 % dan > 11 %. Faktor ke dua adalah jenis kemasan yang terdiri dari kemasan alumunium foil, botol kaca, plastik polietilen dan karung terigu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara kadar air awal dan jenis kemasan terhadap kadar air benih 1 bulan setelah penyimpanan (BSP) tetapi tidak terdapat pengaruh interaksi terhadap variabel lain yang diamati. Kadar air awal 10,20 % dan jenis kemasan alumunium foil serta botol kaca memberikan hasil yang baik terhadap peubah daya berkecambah dan indeks vigor benih meskipun terjadi peningkatan populasi hama Callosobruchus maculatus F., kerusakan benih dan kadar air benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.) setelah penyimpanan tiga bulan dibandingkan dengan kadar air awal 12,56 % dan jenis kemasan plastik polietilen serta kain terigu. Kata kunci : Hama Callosobruchus maculatus F., Jenis Kemasan, Kadar Air Awal Kedelai. ABSTRACT Soybean (Glycine max L. Merr.) is one of the crops consumed by many people because of the high nutritional value and often used as a food ingredient, but many problems found in the procurement of the soybean seed such as physiological quality of soybean seed is easily deterioration during storage. This can be caused by several factors such as the current seed moisture content when kept high, utilization of the type of packaging that is not quite right or pests warehouse attack. The objective of the research was to study the interaction of initial seed moisture content and type packaging on populations of Callosobruchus maculatus F., seed viability and vigor of soybean after three months storage. The experiment was conducted Diterima 29 November 2014. Disetujui 20 Januari 2015. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
from April 2014 until July 2014 in the Laboratory of Seed Technology of Agriculture Faculty Universitas Padjadjaran, Jatinangor. The experiment used Factorial Completely Randomized Design of two factors and four replications. The first factor was various levels of initial moisture content consisted of two various : ≤ 11 % and > 11 % and the second one was storage seed packaging consisted of four various : alumunium foil, glass bottle, polyethylene plastic and flour sack. The result showed interaction effect beetween initial seed moisture content and different type packaging on moisture content at 1 month after storage (MAS) but there were no interaction effect on another variabels there were observed. 10,20% of initial moisture content with aluminum foil and glass bottle showed the better effect to the germination percentage and index vigor although it was happen increased pest population Callosobruchus maculatus F., seed damaged and moisture content of soybean (Glycine max (L.) Merr.) after three months storage when compared to 12,56 % of initial moisture content with polyethylene plastic and flour sack. Key words : Callosobruchus maculatus F., Initial Moisture Content, Packaging Materials Soybean. PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi (Tatipata dkk., 2004). Luas panen kedelai di Indonesia pada tahun 2013 seluas 554.132 Ha dengan produktivitas 14,57 Ku/Ha dan produksi sebesar 807.568 ton (Badan Pusat Statistik, 2013). Konsumsi kedelai di Indonesia setahun mencapai 2,25 juta ton. Kekurangan pasokan kedelai sekitar 1,4 juta ton, dipenuhi oleh kedelai impor dari Amerika Serikat (Kementerian Perdagangan, 2013 dikutip Nugrayasa, 2013). Guna menekan laju impor, maka perlu meningkatkan produksi kedelai salah satunya dengan menggunakan benih bermutu. Penggunaan benih kurang bermutu memperbesar resiko kegagalan budidaya tanaman kedelai terutama apabila ditanam di lingkungan yang kurang menguntungkan (Tatipata dkk., 2010). Permasalahan yang dihadapi dalam penyiapan atau pengadaan benih kedelai adalah viabilitas benih kedelai yang cepat mengalami penurunan selama penyimpanan. Penyimpanan benih adalah usaha pengawetan benih yang berdaya hidup, sejak pengumpulan hingga di lapangan (Sutopo, 2004). Kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya simpan benih. Kadar air benih yang tinggi
dapat meningkatkan laju kemunduran benih pada tempat penyimpanan. Laju kemunduran benih dapat diperlambat dengan cara menurunkan kadar air benih sampai kadar air benih optimum (Kuswanto, 2003). Kadar air yang tinggi (13–18 %) juga dapat mempermudah serangan hama gudang. Hama gudang Callosobrochus maculatus F. merupakan salah satu hama primer yang menyerang kedelai dalam penyimpanan (Natawigena, 1993). Hama gudang tersebut menyerang dengan cara menggerek dan memakan bagian dalam benih. Rusaknya struktur benih akibat gigitan hama tersebut mengakibatkan benih mengalami penurunan viabilitas. Imago aktif pada siang hari, daur hidupnya sekitar 21 sampai 30 hari pada kondisi suhu dan kelembaban masing-masing 30oC dan 80–85 % (Kalshoven, 1981 dikutip Sumadi dkk. 2008). Faktor kemasan pada saat penyimpanan juga merupakan faktor yang penting. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Kemasan yang kedap relatif lebih mampu menahan perubahan vigor benih pada kondisi ruang yang terbuka (suhu kamar) (Salbiati, 2005). Kemasan yang berbahan porous seperti kertas dan kain blacu berpengaruh paling 54
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
buruk terhadap viabilitas benih karena kemasan berbahan ini tembus udara sehingga mudah terjadi pertukaran kelembaban dengan udara di sekelilingnya. Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh kadar air awal dan jenis kemasan yang paling baik untuk menekan populasi hama Callosobruchus maculatus F. dan mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai (Glycine max L. Merr.) setelah penyimpanan tiga bulan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah kadar air awal (K) dengan 2 taraf, yaitu k1 = kadar air awal ≤ 11 % dan k2 = kadar air awal > 11 %. Faktor ke dua adalah jenis kemasan (J) dengan 4 taraf, yaitu j1 = Alumunium foil, j2 = Botol kaca,
j3 = Plastik polietilen dan j4 = Karung terigu. Setiap perlakuan diulang empat kali. Pengamatan terdiri dari populasi hama Callosobruchus maculatus F. (ekor), persentase kerusakan benih (%), kadar air benih (%), bobot 100 butir benih (g), daya berkecambah benih (%) dan indeks vigor benih. Pengamatan utama diuji dengan uji F pada taraf nyata 5% dan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Benih sebelum Penyimpanan Sebelum dilakukan penyimpanan terhadap benih kedelai dilakukan pengujian benih awal terlebih dahulu yang meliputi kadar air, daya berkecambah, indeks vigor dan bobot 100 butir benih seperti yang tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Kadar Air Awal (%), Daya Berkecambah Awal (%), Indeks Vigor Awal dan Bobot 100 Butir (g) Benih Varietas Argomulyo sebelum Penyimpanan
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ini menggunakan dua macam kadar air awal yaitu 10,20 % dan 12,56 %. Daya berkecambah awal benih kedelai yaitu 98 % dan 97 % dan indeks vigor benih 9,32 dan 9,26 dengan nilai indeks vigor maksimum 10. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas awal benih termasuk benih bermutu baik karena sesuai syarat untuk benih bermutu ialah memiliki daya berkecambah > 80 % dan indeks vigor yang tinggi (Rumiati dkk., 1993). Bobot 100 butir benih awal yaitu 17,86 g dan 18,84 g, sesuai dengan deskripsi varietas Argomulyo yang memiliki bobot 100 butir benih sebesar 16,0 g (Suhartina, 2005) dan benih yang digunakan termasuk ke dalam klasifikasi biji besar karena memiliki ukuran lebih dari 13 g.
Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu selama penyimpanan tiga bulan yaitu 25,45, sedangkan untuk rata-rata kelembaban selama penyimpanan yaitu 72,49. Berdasarkan data suhu dan kelembaban diatas, maka benih kedelai dapat dikatakan baik disimpan dalam ruangan tersebut karena benih kedelai mudah menurun daya kecambahnya setelah penyimpanan apabila disimpan pada ruangan yang suhunya diatas 250C dan kelembaban ruang diatas 80% (Suprapto, 2001). Hama C. maculatus F. berkembang pada kondisi suhu dan kelembaban masingmasing 30oC dan 80–85 % (Kalshoven, 1981 dikutip Sumadi dkk., 2008), sehingga pada suhu dan kelembaban ruang kurang mendukung perkembangan dan aktivitas hama. 55
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
Populasi hama Callosobruchus maculatus F. (ekor) Pengamatan pada 1 BSP tidak terjadi pertambahan populasi hama. Hama C. maculatus F. yang diinfestasikan sebanyak 4 ekor pada akhir penyimpanan 1 bulan tidak mengalami pertambahan populasi namun terdapat telur yang menempel pada kulit benih kedelai. Menurut Osman dkk. (1991) C. maculatus F. memerlukan waktu lebih dari 30 hari
untuk berkembang biak pada kedelai, sehingga pada penyimpanan kedelai 1 bulan tidak terdapat pertambahan populasi. Populasi hama C. maculatus F. terlihat bertambah pada pengamatan 2 dan 3 BSP. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan kadar air awal tidak berpengaruh nyata terhadap populasi hama C. maculatus F., sedangkan perlakuan jenis kemasan berbeda berpengaruh nyata terhadap populasi hama C. maculatus F.
Tabel 2. Pengaruh Mandiri Kadar Air Awal dan Jenis Kemasan terhadap Populasi Hama Callosobruchus maculatus F.
Marzuki dan Sutopo (2001) menyatakan bahwa C. chinensis menyerang benih kacang hijau berkadar air tinggi dan kurang mampu berkembang pada benih yang disimpan pada kadar air rendah, namun hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar air awal 12,56 % (k2) dan 10,20 % (k1) tidak berpengaruh nyata terhadap populasi hama C. maculatus F. pada 2 dan 3 BSP. Hal ini disebabkan kedua kadar air tersebut tidak mampu menekan populasi hama, sehingga terjadi pertambahan populasi hama setiap bulannya walaupun pada benih dengan kadar air 10,20 % (k1) memiliki populasi lebih rendah dibandingkan dengan kadar air 12,56 % (k2). Populasi hama C. maculatus F. pada kemasan alumunium foil (j1) dan botol kaca (j2) memiliki populasi hama yang lebih rendah dibandingkan dengan kemasan plastik polietilen (j3) dan karung terigu (j4)
yang memiliki populasi hama lebih tinggi. Hal ini disebabkan kedua jenis kemasan tersebut lebih kedap dan dapat menekan udara yang masuk untuk proses respirasi hama tersebut dibandingkan dengan jenis kemasan karung terigu. Karakter karung terigu yang sangat porous memungkinkan adanya aerasi udara yang lebih baik sehingga hama dapat berespirasi dan kelangsungan hidupnya lebih panjang. Hasil yang sama ditunjukkan pada penyimpanan benih kedelai pada kemasan karung terigu dengan kadar air 12 % memiliki populasi hama C. chinensis yang meningkat (Dinarto, 2010). Kerusakan Benih (%) Tingkat kerusakan bahan pangan yang disimpan mempunyai korelasi positif terhadap populasi serangga yang dijumpai dalam tempat penyimpanan. Semakin tinggi kerusakan bahan pangan maka semakin
56
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
tinggi pula jumlah serangga yang ditemukan (Harahap, 2006). Pengamatan pada kerusakan benih dilakukan pada 2 dan 3 BSP karena pada 1 BSP populasi hama yang diinfestasikan belum terjadi peningkatan sehingga tidak
terjadi kerusakan pada benih yang disimpan selama 1 bulan. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar air awal tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan benih sedangkan jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap kerusakan benih.
Tabel 3. Pengaruh Mandiri Kadar Air Awal dan Jenis Kemasan terhadap Kerusakan Benih Kedelai.
Kerusakan benih lebih besar yaitu kain dan karung goni, ini bisa disebabkan benih yang disimpan dalam kemasan plastik oleh wadah yang porous mendorong polietilen (j3) dan kemasan karung terigu aktivitas hama mengakibatkan persen (j4) (Tabel 3). Kemasan alumunium foil (j1) kerusakan biji yang lebih tinggi. Kerusakan memiliki kerusakan benih yang lebih kecil yang ditimbulkan oleh C. maculatus F. di setiap bulannya diikuti oleh benih yang pada biji kacang-kacangan ditandai dengan disimpan dalam botol kaca (j2), dapat adanya lubang berbentuk lingkaran diduga bahwa kemasan karung terigu yang (Suyono, 1988). porous dan jumlah hama yang tinggi akan Kadar Air Benih (%) meningkatkan kelembaban di tempat Tabel 4 menunjukkan kadar air awal penyimpanan begitu pula dengan kemasan benih dan jenis kemasan berpengaruh nyata plastik polietilen. Gurmit dan Hari (1992) terhadap kadar air akhir benih selama menyatakan bahwa penyimpanan benih penyimpanan 1, 2 dan 3 BSP, namun hanya dalam kemasan kedap dapat menjaga kadar air akhir 1 BSP yang terjadi interaksi kualitas benih yang diinginkan untuk keduanya seperti yang disajikan pada Tabel periode lebih lama dibandingkan kemasan 5. yang dapat tembus uap air seperti wadah Tabel 4. Pengaruh Mandiri Kadar Air Awal dan Jenis Kemasan terhadap Kadar Air Akhir Benih Kedelai.
57
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pada kadar air awal 12,56 % (k2) memiliki rataan lebih tinggi di setiap bulannya dibandingkan dengan benih yang memiliki kadar air awal 10,20 % (k1). Hasil penelitian Alencar dkk. (2007) menunjukkan bahwa kadar air awal 11,2 % pada suhu 20 dan 30oC dan 12,8 % pada suhu 20 oC memiliki kadar air akhir cenderung konstan, sedangkan benih yang disimpan dengan kadar air 14,8 % pada suhu 30°C (RH 83 %), serta 12,8 % dan 14,8 % pada suhu 40ºC (RH masing-masing 80 dan 86 %) mengalami peningkatan. Kadar air yang lebih tinggi mengakibatkan transpirasi benih yang tinggi pula. Baco dkk. (2000) menyatakan bahwa kadar air benih yang sama pada awal
penyimpanan dapat bervariasi selama penyimpanan, bergantung pada kelembaban ruang simpan dan kekedapan bahan kemasan yang digunakan dalam penyimpanan. Perlakuan jenis kemasan simpan benih dengan penyimpanan 1 dan 2 BSP berpengaruh nyata terhadap kadar air benih. Pada 3 BSP menunjukkan bahwa jenis kemasan alumunium foil memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis kemasan lain namun tidak berbeda nyata dengan jenis kemasan botol kaca. Hal ini diduga karena kemasan simpan aluminium foil dan botol kaca lebih kedap udara sehingga kelembaban benih selama penyimpanan tetap terjaga dan mampu melindungi benih dari pengaruh kelembaban udara sekitarnya
Tabel 5. Pengaruh Interaksi Kadar Air Awal dan Jenis Kemasan terhadap Kadar Air Akhir 1 BSP
Tabel 5 menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara kadar air awal dan jenis kemasan terhadap kadar air akhir pada 1 BSP. Terlihat pada benih dengan kadar air awal 10,20 % dan 12,56 % yang disimpan dalam kemasan karung terigu memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang disimpan dalam kemasan lainnya. Diduga karena benih mengalami respirasi akibat kemasan simpan karung terigu yang porous dan menyerap kelembaban sehingga kadar air benih lebih cepat meningkat selama penyimpanan.
Sesuai dengan pernyataan Robi’in (2007) kelemahan kemasan porous adalah sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Bobot 100 Butir Benih (g) Hasil analisis ragam pada parameter pengamatan bobot 100 butir benih setelah penyimpanan terlihat bahwa perlakuan kadar air awal benih dan jenis kemasan simpan berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir benih.
58
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
Tabel 6. Pengaruh Mandiri Kadar Air Awal dan Jenis Kemasan terhadap Bobot 100 Butir Benih Kedelai.
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot 100 butir benih pada kadar air 12,56 % (k2) memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan bobot benih dengan kadar air 10,20 % (k1), dikarenakan bobot awal benih sebelum penyimpanan pada kadar air 12,56 % (k2) lebih tinggi, namun keduanya mengalami penurunan setelah penyimpanan. Penurunan bobot benih ini terjadi karena perkembangan C. maculatus F. yang memakan kotiledon maupun embrio dari benih kedelai. Semakin besar nilai kerusakan benih maka bobot benih akan semakin menurun. Benih yang disimpan dalam kemasan plastik polietilen (j3) dan karung terigu (j4) memiliki bobot lebih rendah dibandingkan dengan benih yang disimpan dalam kemasan alumunium foil (j1) dan botol kaca (j2). Diduga kemasan yang porous memiliki aerasi udara yang baik
sehingga akan meningkatkan kelembaban ruang simpan serta melancarkan kelangsungan hidup hama C. maculatus F., sejalan dengan hasil penelitian Kamara dkk. (2014) bahwa biji kacang tunggak yang disimpan dalam wadah plastik memiliki rata-rata bobot 100 biji tertinggi setelah 6 bulan penyimpanan, diikuti oleh benih yang disimpan dalam botol kaca sedangkan bobot 100 biji terendah tercatat pada benih yang disimpan dalam kemasan kain dan kertas. Daya Berkecambah Benih (%) Berdasarkan Tabel 7 kadar air awal benih dan jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih selama penyimpanan 1 BSP maupun 2 BSP namun pada 3 BSP hanya jenis kemasan saja yang berpengaruh nyata sedangkan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih.
Tabel 7. Pengaruh Mandiri Kadar Air Awal dan Jenis Kemasan terhadap Daya Berkecambah (DB) Benih Kedelai.
59
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
Daya berkecambah benih dengan kadar air awal 10,20 % (k1) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air awal 12,56 % (k2) mulai dari 1 BSP hingga 3 BSP. Perbedaan daya berkecambah tersebut disebabkan oleh perbedaan kadar air awal benih, benih yang disimpan dengan kadar air awal yang lebih rendah memiliki viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang disimpan dengan kadar air awal yang lebih tinggi (Setiawati dkk., 1988 dikutip Wahyuni dkk., 1993). Nugraha (1981) menyatakan bahwa laju respirasi benih kedelai meningkat dengan meningkatnya kadar air benih. Peningkatan laju respirasi dalam benih mengakibatkan perombakan cadangan makanan di dalam benih secara cepat, sehingga akan mempengaruhi proses perkecambahan. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan viabilitas dari benih yang disimpan dengan kadar air awal 12,56 % (k2) lebih cepat dibanding yang berkadar air awal 10,20 % (k1). Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis kemasan berpengaruh terhadap daya berkecambah benih pada penyimpanan 1
BSP. Pada 2 dan 3 BSP jenis kemasan alumunium foil (j1) memberikan pengaruh terhadap daya berkecambah yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan botol kaca. Diduga kemasan alumunium foil yang kedap lebih efektif untuk menekan kenaikan kadar air benih, sehingga dapat mempertahankan mutu benih walaupun disimpan dalam jangka waktu yang lama begitu pula dengan kemasan botol kaca (j2), sedangkan untuk kemasan karung terigu memiliki sifat porous sehingga tidak efektif untuk menekan kenaikan kadar air benih yang menyebabkan penurunan mutu benih selama penyimpanan. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa benih gandum yang disimpan dalam kemasan aluminium foil dan polietilen memiliki daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan plastik dan kain (Naguib dkk., 2011). Indeks Vigor Benih Berdasarkan Tabel 8 indeks vigor benih menunjukkan adanya perbedaan nyata pada perlakuan jenis kemasan sedangkan untuk perlakuan kadar air awal tidak berbeda.
Tabel 8. Pengaruh Mandiri Kadar Air Awal dan Jenis Kemasan terhadap Indeks Vigor (IV) Benih Kedelai.
Kaidah Harrington (1973) menyatakan bahwa jika terjadi penurunan 1 % pada kadar air benih dan tiap penurunan suhu 5oC selama penyimpanan, maka umur benih akan bertahan sampai dua kali lipat. Terbukti bahwa benih yang disimpan pada kadar air awal 10,20 % (k1) lebih mampu mempertahankan indeks vigor benih
dibandingkan dengan benih yang disimpan pada kadar air awal 12,56 % (k2) walaupun indeks vigor keduanya menurun pada setiap bulannya, namun nilai indeks vigor benih pada penyimpanan 1 dan 2 bulan masih termasuk kedalam indeks vigor yang baik, kecuali pada 3 BSP indeks vigor benih rendah. Semakin rendah kadar air benih, 60
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
laju respirasi akan semakin rendah pula sehingga benih dapat disimpan lebih lama karena laju deteriorasinya lambat, sedangkan kadar air yang tinggi akan meningkatkan laju respirasi benih dalam penyimpanan yang menyebabkan indeks vigor selama penyimpanan mengalami penurunan (Dinarto, 2010). Jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap indeks vigor benih pada penyimpanan 1 BSP. Indeks vigor benih pada kemasan alumunium foil (j1) dan botol kaca (j2) lebih tinggi, sedangkan pada kemasan kain terigu (j4) memiliki indeks vigor rendah, diduga kemasan alumunium foil memiliki sifat lebih kedap uap air dibandingkan dengan kemasan kain terigu. Kemasan yang kedap lebih mampu melindungi benih dari kelembaban. Salbiati (2005) menyatakan bahwa kemasan yang kedap relatif lebih mampu menahan perubahan vigor benih pada kondisi ruang yang terbuka (suhu kamar), sejalan dengan yang diungkapkan oleh Rahayu dan Widajati (2007) bahwa kemasan yang kedap lebih mampu mempertahankan vigor dan viabilitas benih selama penyimpanan. Kemasan kain terigu memiliki sifat yang porous, sehingga hanya mampu menampung dan menghindari tercampurnya benih secara fisik, tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap uap air. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN • Terdapat pengaruh interaksi antara kadar air awal benih dengan jenis kemasan terhadap kadar air benih setelah penyimpanan 1 BSP, tetapi tidak terdapat pengaruh interaksi terhadap variabel lain yang diamati. • Kadar air awal 10,20 % dan jenis kemasan alumunium foil serta botol kaca memberikan hasil yang lebih baik terhadap peubah daya berkecambah dan indeks vigor benih meskipun terjadi peningkatan populasi hama Callosobruchus maculatus F., kerusakan benih dan kadar air benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.) setelah
penyimpanan tiga bulan dibandingkan dengan kadar air awal 12,56 % dan jenis kemasan plastik polietilen serta kain terigu. SARAN Berdasarkan hasil penelitian disarankan sebelum melakukan infestasi hama perlu dilakukan adaptasi hama sehingga hama yang akan di infestasikan tidak stress, selain itu pada parameter pengamatan dapat ditambahkan pengamatan terhadap jumlah telur hama. UCAPAN TERIMAKASIH Allhamdulillaahirabbill’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Jenis Kemasan terhadap Populasi Hama Callosobruchus maculatus F., Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai ( Glycine max L. Merr. ) setelah Penyimpanan Tiga Bulan”. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: • Dr. Ir. Sumadi, MS. sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan masukan, saran dan arahan serta bimbingan, selama proses penelitian dan penyusunan skripsi; • Erni Suminar, SP,. M.Si. sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan masukan, saran, dan bimbingan baik selama proses penelitian maupun dalam proses penyusunan skripsi; • Dr. Ir. Hj. Yayat Rochayat Suradinata, MP. sebagai Dosen Wali dan Dosen Penelaah atas bimbingan akademik dan perhatian yang telah diberikan sejak awal perkuliahan; • Dr. Ir. Hj. Anne Nuraini, MP. sebagai Dosen Penelaah yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini; 61
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
•
Dr. Ir. Toto Sunarto, MP. sebagai Dosen Penelaah atas arahan dan masukan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini; • Teman-teman terbaik Siti, Shinta, Wanda, Efrida, Fathir, Susanti, Fathi, Marifa, Bu Mainah, Kang Budi atas bantuan dan dorongan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan baik; • Rekan-rekan mahasiswa Agroteknologi angkatan 2010, khususnya kelas Agroteknologi D dan minat Teknologi Benih angkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Ibu Parti dan Bapak Wagiyono serta suami tercinta Ardi Rachman Fadilah yang telah dengan sabar memberikan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang dan do’a yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kakak Tri Sulastri S.Si dan Adik – adik (Tri Karnoto dan Sunia Visioni) tersayang yang telah memberikan bantuan dorongan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Terima kasih. DAFTAR PUSTAKA Alencar, E.R., Faroni, L.R.D’A., Filho, A.F.L., Ferreira, L.G. and Meneghitti, M.R. 2007. Influence of Different Storage Conditions on Soybean Grain Quality. Brazil. Baco, D., Yasin, M., Tandiabang, J., Saenong, S. dan Lando, T. 2000. Penanggulangan Kerusakan Benih Jagung oleh Hama Gudang Sitophilus zeamais dengan berbagai alat dan cara penyimpanan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 19(1) : 1 - 5.
Badan Pusat Statistika. 2013. Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 07 Februari 2014. Dinarto, W. 2010. Pengaruh Kadar Air dan Wadah Simpan Terhadap Viabilitas Benih Kacang Hijau dan Populasi Hama Kumbang Bubuk Kacang Hijau Callosobruchus chinensis L. Jurnal Agrisains. Vol 1(8) : 68-77. Yogyakarta. Gurmit, S. and Hari, S. 1992. Maintenance of Germinability of Soybean (Glycine max L.) seeds. Seed Res. Vol 20 : 49 – 50. Harahap, I.S. 2006. Penuntun Praktikum Ilmu Hama Gudang. Jurusan Hama Penyakit Tanaman. IPB. Bogor. (Tidak dipublikasikan) Kamara, E. G., Massaquoi, F. B., James, M. S. and George, A. 2014. Effect of Packaging Material and Seed Treatment on Weevil (Callosobruchus maculatus F. Coleoptera: Bruchidae) infestation and quality of cowpea seeds. Afr. J. Agric. Res. Vol 9(45) : 3313 – 3318. Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius: Yogyakarta. Marzuki, R. dan Sutopo. 2001. Budidaya Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. Naguib, Adly, N., Mohamed, E.A.I. and ElAidy, N.A. 2011. Effect of Storage Period and Packaging Material on Wheat (Triticum aestivum L.) Seed Viability and Quality. Egypt. J. Agric. Res. Vol 89(4) : 1481 – 1497. Natawigena, H. 1993. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya. Bandung. Nugraha, U.S. 1981. Pengaruh Kondisi Simpan dengan Pemberian Kapur dan Karbondioksida terhadap Viabilitas Benih Jagung untuk Penelaahan antara Parameter Laboratorium dengan Parameter di Lapangan. IPB, Bogor. Disertasi. Nugrayasa, O. 2013. Problematika Harga Kedelai di Indonesia. 62
Dwi H., Sumadi Dan Erni S. - Pengaruh Air Awal Benih Dan Jenis Kemasan Terhadap Populasi Hama Vigor Benih
http://www.setkab.go.id. Diakses pada tanggal 19 Januari 2014. Osman, N., Ibrahim, R. and Johari, A.B.A. 1991. Damage assessment on stored mungbean (Vigna radiate (L) Wilczed) and soybean (Glycine max L. Merr.) infested with the common bean weevil Callosobruchus maculatus F. (Coleoptera: Bruchidae). Pertanika. Vol 14(1) : 27-30 Rahayu, E. dan Widajati, E. 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan priode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica chinensis L.). Buletin Agron. Vol 35(3) : 191-196. Robi’in. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka. www.pustakadeptan.go.id/publikasi/bt121073.pdf. Diakses pada tanggal 20 Januari 2014. Rumiati, S., Soemardi, Sukarman, dan Muhadjir, M.F. 1993. Teknologi Pengemasan Benih Kedelai dengan Sistem Kedap Udara. Dalam Kinerja penelitian tanaman pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor : 1472-1481. Salbiati. 2005. Pengaruh Kondisi Simpan dan Kombinasi Jenis Kemasan– Perlakuan Metalaksil terhadap Viabilitas Benih Dua Kultivar Jagung Manis. Bogor. Suhartina. 2005. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian, Malang. Sumadi, Nuraini, A. dan Patmawati, S. 2008. Pengaruh Kadar Air dan Dosis Minyak Cengkeh terhadap Vigor Kedelai. Balai Penelitan Kacangkacangan dan Umbi-Umbian. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknlogi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi. Suprapto, 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suyono. 1988. Interaksi Callosobruchus analis F. pada Biji Kedelai dari Berbagai Varietas. Penelitian Pertanian. Vol 8(2) : 51 – 52. Tatipata, A., Yudoyono, P., Purwantoro, A. dan Mangoendidjojo, W. 2004. Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai dalam Penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol 11(2) : 76 – 87. Tatipata, A., Yudoyono, P., Purwantoro, A. dan Mangoendidjojo, W. 2010. Perubahan Asam Lemak selama Penyimpanan Benih Kedelai (Glycine mac l. merr) dan Hubungannya dengan Viabilitas Benih. Jurnal Agronomi Indonesia. Vol 38(1) : 30 – 35. Wahyuni, S. dan Nugraha, U.S. 1993. Penelitian Pengeringan dan Penyimpanan Benih Kedelai. Kompilasi Hasil Penelitian tahun 1992/1993. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
63