PENGARUH JENIS PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR JANGKRIK (Gryllus miratus)
ARTIKEL
RINI FITRIANI NIM. 10010192
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
PENGARUH JENIS PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR JANGKRIK (Gryllus miratus) Oleh: Rini Fitriani, Jasmi, dan Elza Safitri Program StudiPendidikanBiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Feed is very important to be considered in the cultivation of crickets. Crickets like the fresh feed so that the number of eggs produced will be maximized with good quality. Breeders do not know the good feed to crickets yet. Based on the researchabove has been done with the aim to know the effect of feed of egg crickets production (Gryllus miratus). This research was conducted in Asahanjorong kampung PalakNagariPasir Talang Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten solok selatan, in August 2014. The method used in this research is completely randomized design with 5 treatments and 5 replications namely A: voor 311, B: leaf chicory , C: kale leaves, D: green cabbage leaves, and E: spinach leaves. The materials used in this study were 150 head crickets, where each treatment added with tailed crickets. Data were analyzed variation and shows than will be tasted, byused BNT.Theresult of this research shows that the average number and weight of eggs that highes on chicory treatment. Feed that very effective to produce eggs and weight of eggs is chicory leaves. Keyword: Effect Of Feed, Production, Egg Crickets Pendahuluan Jangkrik termasuk kedalam famili Gryllidae.Jangkrik yang hidup di daerah tropis sekitar seribu spesies. Banyak juga spesies yang hidup di daerah yang beriklim sedang yaitu, dengan suhu 26- 330C dan kelembaban 75-80%. Jangkrik yang terdapat di Indonesia lebih dari 100 jenis. Jenis yang banyak dibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus miratus dan Gryllus testaclus karena jangkrik ini digunakan sebagai pakan ikan dan burung. Kedua jenis jangkrik ini dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya (Kemal, 2000) Jangkrik merupakan serangga yang sangat populer di masyarakat. Manfaat yang didapatkan dari serangga ini cukup banyak, mulai dari pakan burung atau ikan, diolah, dan jangkrik yang paling banyak dibicarakan adalah sebagai bahan makanan karena kandungan proteinnya tinggi. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan jangkrik sangat tergantung dari alam. Lama kelamaan dengan berkurangnya jangkrik ditangkap dari alam, mulailah dicoba untuk membudidayakan jangkrik alam dan diternakan secara intensif (Muhammad, 2011). Budidaya jangkrik banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk
produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2-3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantan kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi telur lebih dari 500 butir telur (Kemal, 2000). Adapun perbedaan jangkrik jantan dan betina dewasa adalah dengan memperhatikan bunyi dan tekstur sayap terluar. Jangkrik betina cenderung memiliki sayap terluar yang lebih halus dibandingkan dengan jangkrik jantan dewasa. Jangkrik jantan mengerik sedangkan jangkrik betina tidak mengerik. Pada bagian ekor betina terdapat runcingan untuk meletakkan telur yang sering disebut ovipositor sedangkan pada jangkrik jantan halini tidak akan ditemukan (Sukarno, 1999). Jenis pakanjangkrik yang digunakan adalah pakan buatan berupa tepung yang terbuat dari campuran tepung jagung, tepung ikan, tepung kedelai dan dedak halus sehingga pakan tersebut mengandung 21 % protein dan sayuran berupa daun pepaya dan daun sawi diberikan setiap dua hari sekali (Widiyaningrum, 2008).
Persiapan pakan jangkrik harus benarbenar diperhatikan karena pakan sangat mempengaruhi produksi telur jangkrik. Jika jenis pakannya kurang bagus maka telur yang dihasilkan hanya sedikit dan pertumbuhan jangkrik tidak baik. Dalam budidaya jangkrik, para peternak belum mengetahui jenis-jenis pakan yang baik untuk jangkrik. Para peternak biasanya memberi pakan jangkrik dengan tongkol jagung, rumput-rumputan, kangkung dan voor 311 mulai jangkrik menetes sampai berumur 2 minggu serta sayuran hanya sebagai tambahan vitamin. Pemberian pakan jangkrik tidak teratur sehingga telur yang dihasilkan hanya 300 butir sehingga para peternak belum begitu memuaskan dengan hasil yang didapatkan.Ada beberapa jenis pakan lain yang bisa dijadikan pakan jangkrik agar produksi telur jangkrik meningkat yaitu daun kangkung, daun bayam, daun sawi putih yang disukai jangkrik karena keadaan fisik dan teksturnya yang lembut serta memiliki kandungan air yang lebih tinggi dan daun sawi hijau. Setelah penelitian ini diharapkan kita dapat mengetahui jenis-jenis pakan yang baik untuk produksi telur jangkrik. Berdasarkanlatarbelakang di atas,makapenulis telah melakukan penelitiantentang “Pengaruh Jenis Pakan Terhadap Produksi Telur Jangkrik (Gryllusmiratus)”. Bahan Dan Metode Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanAgustus 2014 di Asahan Jorong Kampung Palak Nagari Pasir Talang Selatan Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Alat yang digunakan untuk penelitian inia dalah kotak jangkrik. Kotak yang akan digunakan kardus yang berukuran 35 x 24 x 20 cm, lakban, kertas label, mangkok kecil, sendok teh, timbangan dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kangkung, daun bayam,daun sawi hijau, daun sawi putih dan voor 311 serta jangkrik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh jenis makanan terhadap produksi telur pada jangkrik dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan dan masing-masing 5 ulangan.
A = voor 311, B = daun sawi putih, C = daun kangkung, D = daun sawi hijau, dan E = daun bayam. Melakukan observasi bibit ketempat budidaya jangkrik.Sebelum melakukan penelitian maka peneliti harus melakukan observasi kelapangan untuk mengetahui jenis-jenis jangkrik yang bisa dijadikan indukan. Jangkrik yang digunakan sebagai indukan harus dipilih dari jangkrik yang baik agar dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak, dan telur yang berkualitas tinggi. Kotak jangkrik berukuran 35 x 24 x 20 cm yang sudah dibuat sebanyak 25 kotak. Kotak tersebut sudah dilapisi dengan lakban pada bagian bibir atas bagian dalam secara melingkar. Hal ini bertujuan agar jangkrik tidak dapat keluar dari dalam kotak. Permukaannya yang licin membuat jangkrik akan kembali jatuh bila naik sampai keatas lakban pada kotak. Didalam kotak diberi alas dengan sarang telur dan pada bagian pintu kotak diberi kain kasa untuk ventilasi agar udara dapat masuk kedalam kotak serta pada kotak diberi kaki dan botol kecil yan berisi air agar hewan lain tidak dapat masuk kedalam kotak jangkrik. Jangkrik yang akan digunakan adalah jangkrik jantan dan jangkrik betina yang di peroleh dari lokasi budidaya jangkrik. Kriteria jangkrik jantan yang sudah siap kawin adalah jangkrik yang sayapnya sudah lengkap, bersuara keras dan gerakannya gesit atau lincah. Sedangkan jangkrik betina yang siap kawin adalah jangkrik yang sudah keluar sayap terbangnya secara lengkap dan gerakannya gesit dan lincah. Jumlah jangkrik yang digunakan sebanyak 150 ekor yang berumur 60 hari dan di sortir 2 hari sebelum penelitian dilaksanakan. Jangkrik yang sudah disortir dimasukkan kedalam kotak sesuai dengan beratnya seperti jangkrik yang beratnya 1-2 gram sebanyak 50 ekor, 2-3 gram 50 ekor dan 3-4 gram 50 ekor. Pakan jangkrik yang harus disiapkan yaitu daun kangkung, daun bayam, daun sawi hijau, daun sawi putih dan voor 311. Pakan jangkrik ini dimasukkan kedalam masing-masing kotak yang telah disediakan. Sebelum pakan tersebut dimasukkan kedalam kotak, sebaiknya pakan yang telah disediakan harus dibersihkan terlebih dahulu dan kemudian di timbang. Berat makanan
yang dimasukkan kesetiap kotak yaitu 10 gram perhari. Jangkrik yang di masukkan kedalam kotak harus yang sehat, tidak sakit, dan tidak cacat. Calon induk jangkrik yang digunakan adalah jangkrik jantan dan jangkrik betina yang diperoleh dari peternakan budidaya jangkrik sebanyak 150 ekor kedalam kotak yang telah disediakan dengan perbandingan 1:5. Banyak jangkrik yang dimasukkan kedalam masing-masing kotak berjumlah 6 ekor dan ukuran jangkrik yang akan dimasukan yaitu 1 gram – 4 gram. Misalnya dalam satu kotak terdapat 6 ekor jangkrik, jadi ukuran jangkrik yang dimasukkan 2 ekor diambil dari ukuran yang berkisar dari 1-2 gram, 2 ekor lagi diambil dari ukuran jangkrik yang berkisar dari 2-3 gram dan 2 ekor lagi diambil dari ukuran jangkrik yang berkisar dari 3-4 gram. Jadi setiap kotak terdapat 6 ekor jangkrik yang ukuran sama. Jenis pakan yang diberikan pada jangkrik yaitu voor 311, daun kangkung, daun bayam, daun sawi hijau, dan daun sawi putih sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Jumlah pakan yang diberikan pada setiap perlakuan sebanyak 10 gram. Waktu pemberian pakan atau makanan yaitu pada sore hari karena jangkrik makan pada malam. Jangkrik perlu disedikan minuman secara khusus dalam wadah tertentu. Kebutuhan air untuk minum jangkrik sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan produksi telur jangkrik.Media yang digunakan untuk tempat bertelur jangkrik adalah media pasir sungai. Hasil Dan Pembahasan 1. Jumlah Telur Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa perlakuan A berbeda nyata, perlakuan B, C, D dan E tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah telur jangkrik periode 1 yang tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 55,36. Ratarata jumlah telur jangkrik periode 1 yang terendah terdapat pada perlakuan E yaitu sebesar 12,58, ini terlihat pada Tabel 1 dan Lampiran 2 (data dan analisis ragam jumlah telur jangkrik periode 1).
Tabel 1. Rata-rata jumlah telur periode 1 dan periode 2 pada berbagai pakan jangkrik. Perlakuan B(SawiPutih) C(Kangkung) A (Voor 311) D(SawiHijau) E (Bayam)
Rata-Rata JumlahTelur Periode 1 Periode 2 55,36 a 552 a 30,55 b 506,67 a 30,01 b 300 b 27,63 b 276 b 12,58 b 206,67 b
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut BNT pada taraf α 5%.
Sawi memiliki tekstur daun yang mengandung air dan tidak berserat. Jangkrik lebih menyukai daun-daunan dan bagian tanaman yang banyak mengandung air karena satwa ini tidak minum air seperti kebanyakan hewan. Dengan demikian, meskipun di dalam penelitian ini air tetap disediakan, tampaknya jangkrik lebih memilih mengkonsumsi air yang ada dalam sayuran (Paimin. 1999). Daun sawi putih ini sudah cocok dijadikan sebagai pakan jangkrik karena pakan sawi putih ini merupakan pakan kesukaan jangkrik memiliki kandungan air yang banyak dan meliliki tekstur daun yang lembut. Sedangkan daun bayam tidak disukai oleh jangkrik karena daun bayam cepat layu dan tidak memiliki kandungan air yang banyak. Jumlah telur jangkrik sangat dipengaruhi oleh pakan, faktor lingkungan dan media untuk meletakan telur jangkrik juga berpengaruh terhadap jumlah telur jangkrik, serta kelembaban pasir sungai yang digunakan untuk media tempat letak telur jangkrik harus di perhatikan kelembabannya agar jumlah telur jangkrik lebih banyak jika pasir sungai tidak dijaga kelembabannya maka telurnya sedikit. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa perlakuan A dan B berbeda nyata, perlakuan C, D, dan E tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah telur jangkrik periode 2 yang tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 552. Ratarata jumlah telur jangkrik periode 2 yang terendah terdapat pada perlakuan E yaitu sebesar 206,67, ini terlihat pada Tabel 1 dan Lampiran 3 (data dan analisis ragam jumlah telur jangkrik periode 2). Sawi putih sangat disukai oleh jangkrik sehingga jangkrik lebih menyukai sawi disbanding daun pepaya. Selain zat nutrisi
yang terkandung di dalamnya, morfologi pakan seperti tekstur, kandungan air dan bentuk atau warna merupakan dasar preferensi pakan bagi serangga.Pakan yang mengandung sedikit air akan mengurangi nafsu makan dan sebaliknya kecukupan air akan merangsang nafsu makan (Widiyaningrum. 2000). Faktor makanan merupakan peranan penting dalam berbagai peristiwa yang terjadi dalam proses reproduksi. Hal tersebut membuktikan bahwa produksi telur dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi karena berkaitan dengan kandungan gizi yang terdapat pada pakan yang dikonsumsi maka semakin banyak telur yang diproduksi (Anggorodi. 1985). Rata-rata jumlah telur pada peiode 1 dan 2 melihatkan perbedaan yang sangat nyata. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada semua perlakuan yang diberikan beberapa jenis daun tumbuhan menunjukan bahwa daun sawi putih sangat berbeda nyata pada jumlah telur jangkrik pada periode 1. Sedangkan pada periode 2 daun sawi putih dan daun kangkung sangat berbeda nyata karena sawi pitih ini memiliki kandungan air yang banyak dan memiliki tekstur yang lembut.
berat telur jangkrik terlihat bahwa perlakuan A berbeda nyata, perlakuan B, C, D, dan E tidak berbeda nyata. Rata-rata berat basah telur jangkrik periode 1 yang tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan B sebesar 11,41. Rata-rata berat basah telur jangkrik yang terendah terdapat pada perlakuan E sebesar 0,38, ini terlihat pada Tabel 2 Lampiran 4 (data dan analisis berat basah telur jangkrik periode 1). Rata-rata berat kering telur jangkrik periode 1 yang tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan B sebesar 8,14. Rata-rata berat kering telur jangkrik yang terendah terdapat pada perlakuan E sebesar 0,19, ini terlihat pada Tabel 2 dan Lampiran 5 (data dan analisis ragam berat kering telur jangkrik periode 1). Rata-rata berat basah telur jangkrik periode 2 yang tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan B sebesar 2,41. Rata-rata berat basah telur jangkrik periode 2 yang terendah terdapat pada perlakuan E sebesar 0,37, ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 6 (data dan analisis ragam berat basah telur jangkrik periode 2). Rata-rata berat kering telur jangkrik periode 2 yang tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan B sebesar 1,28. Rata-rata berat kering telur jangkrik yang terendah terdapat pada perlakuan E sebesar 0,22, ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 7 ( data dan analisis ragam berat kering telur jangkrik periode 2).
2. Berat Telur Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pakan terhadap Tabel 2. Rata-rata berat basah dan berat keringtelurpada berbagai pakan jangkrik Perlakuan
B (Sawi Putih) C (Kangkung) A (Voor 311) D (Sawi Hijau) E (Bayam)
Rata-Rata BeratTelur Periode 1 Periode 2 BeratBasah Berat BeratBasah Berat Kering Kering 11,41 a 8,14 a 2,41 a 1,28 a 3,82 b 1,59 b 1,85 b 0,92 b 3,19 b 1,48 b 0,71 b 0,40 b 2,41 b 1,47 b 0,58 b 0,36 b 0,38 b 0,19 b 0,37 b 0,22 b
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut BNT pada taraf α 5%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada semua perlakuan yang diberikan beberapa jenis daun tumbuhan menunjukan bahwa daun sawi putih berbeda nyata terhadap berat basah telur jangkrik dan berat telur setelah lima hari karena daun sawi putih ini sangant disukai oleh jangkrik sehingga jumlah dan berat telur yang dihasilkan meningkat.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dan data yang didapatkan setelah dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa: Pakan yang paling efektif untuk menghasilkan jumlah dan berat telur jangkrik adalah daun sawi putih.
Saran Penelitian ini masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui potensi daun secara luas dengan memanfaatkan daun yang tersedia dialam dan dapat mengetahui fungsi senyawa yang terkandung pada masing-masing daun. DaftarPustaka Adihendro. 1999. Rahasia Berternak Jangkrik. Penerbit Ardy Agency. Jakarta. Anonimus. 2014. Gambar Jangkrik Jantan dan Jangkrik Betina. Diakses pada hari Selasa tanggal 16 April 2014. Borror, Tripletonand Johnson.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisikeenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Corey. 2000. Biologi Jangkrik (Orthoptera: Gryllidae) Budidaya dan Peranannya. Jurnal MZI (Masyarakat Zoologi Indonesia). Halm. 11. Erniwati. 2012. Biologi Jangkrik (Orthoptera: Gryllidae) dan Peranannya. Jurnal MZI (Masyarakat Zoologi Indonesia). Halm. 10-14. Kemal. 2000. Budidaya Ternak Jangkrik. Jurnal TTG Budidaya Peternakan. Halm. 1-6. Kumala. 1999. Biologi Jangkrik (Orthoptera:Gryllidae) Budidaya dan Peranannya. Jurnal MZI (Masyarakat Zoologi Indonesia). Halm. 11 A.S, Muhammad. 2011. Cerdas Budidaya Jangkrik. Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Paimin. 1999. Biologi Jangkrik (Orthoptera: Gryllidae) Budidaya dan Peranannya. Jurnal MZI (Masyarakat Zoologi Indonesia). Halm. 10 Paimin. 1999. Pengaruh padat penerbangan dan jenis pakan terhadap peoduktivitas tiga spesies jangkrik lokal. Tesis. Program Studi Ilmu Ternak. IPB. Rosyadi. 2001. Pengaruh Nisbah Kelamin dan Jenis Pakan Terhadap Reproduksi dan Konsumsi Jangkrik. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. IPB. Sridadi dan Rahmanto. 1999. Teknik Beternak jangkrik. Penerbit kanisius. Jakarta. Sukarno, H. 1999. Budidaya jangkrik. Penerbit kanisius. Jakarta. Sastrodihardjo. 1984. Pengaruh padat penerbangan dan jenis pakan terhadap peoduktivitas tiga spesies jangkrik lokal. Tesis. Program Studi Ilmu Ternak. IPB. Widiyaningrum, priyantini. 2009. Pertumbuhan Tiga Spesies Jangkrik Lokal yang dibudidayakan pada Padat Penebaran dan Jenis Pakan Berbeda. Jurnal MIPA Universitas Negeri Semarang (UNNES). Hlm. 14: 173. Widiyaningrum, priyantini. 2008. Pengaruh padat penerbangan dan jenis pakan terhadap peoduktivitas tiga spesies jangkrik lokal. Tesis. Program Studi Ilmu Ternak. IPB.