GAMBARAN MINAT WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KECAMATAN MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA
Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh
Oleh :
FITRIANI SUSILAWATI NIM. 10010128
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
ABSTRAK
GAMBARAN MINAT WUS TERHADAP PENGGUNAN IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KECAMATAN MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 Fitriani Susilawati1, Musafir Hasballah 2
Xi + Bab + 56 lembar + 10 tabel + 11 lampiran Latar Belakang : Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013. Metode Penelitian :Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional, dilakukan di wilayah kerja puskesmas Meureudu tanggal 12 sampai 16 Agustus 2013. Populasi sebanyak 756 jiwa yang menjadi Pengambilan sampel menggunakan tehknik Achidental sampling pada sebanyak 88 responden. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu berupa kuesioner yang di bagikan kepada responden. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9 %). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur >35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (50,0%). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 23 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande Multi Gravida yaitu sebanyak 16 orang (4,44%). Minat WUS terhadap penggunaan implant dari 20 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 15 orang (41,7%). Kesimpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mayoritas WUS kurang berminat dengan alat kontrasepsi Implant. Dalam penelitian ini peneliti menyarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan agar meningkatkan pelayanan Kebidanan khususnya pelayanan KB implant. Kata kunci Daftar bacaan 1 2
: Minat, Wus, Implant, Pengetahuan, Umur, Paritas, Pendidikan : 17 buku, 3 situs internet (2003-2012)
Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKes U’Budiyah Dosen Pembimbing Prodi DIII Kebidanan STIKes U’Budiyah
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Gambaran
Minat WUS Dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013’’ Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III kebidanan. Dalam penulisan Karya Tulis ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dedy Zefrizal, ST, selaku Ketua Yayasan Pendidikan U’Budiyah Indonesia 2. Marniati, SE, M.Kes, selaku ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh 3. Nuzulul Rahmi, SST, selaku ketua program studi D III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 4. Musafir Hasballah, M.Kes, selaku pembimbing
yang telah banyak
membantu dan meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing peneliti dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Dr.Misrawati, selaku Kepala Puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya 6. Para Dosen dan Staf STIKes U’Budiyah Sigli
7. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan semangat dan dukungan serta do’a sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Seluruh sahabat-sahabat ku di STIKes U’Budiyah Sigli Program Studi DIII Kebidanan angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti sangat menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih Banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, dalam kesempatan ini peneliti sangat mengharapkan kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya hanya dengan izin-Nya lah segala sesuatu dapat terwujud. Amin Ya Rabbal A’lamin!!!
Sigli, 2013
Peneliti
September
DAFTAR ISI Halaman LEMBARAN JUDUL............................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................... ii LEMBARAN PERSETUJUAN............................................................... iii KATA PENGANTAR .............................................................................. iv MOTTO....................................................................................................... vi DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix DAFTAR TABEL....................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah ..................................................................... C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 1. Tujuan Umum .................................................................... 2. Tujuan Khusus ................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi .............................................................................. B. Kontrasepsi Implant ................................................................ C. Wanita Usia Subur (Wus) dan KB ........................................... D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat WUS Terhadap Pemilihan Implant …………………………………………… 1. Pengetahuan ....................................................................... 2. Umur ................................................................................... 3. Paritas .................................................................................. 4. Pendidikan ..........................................................................
1 4 5 5 5 5
7 11 19 20 20 23 26 29
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep penelitian ..................................................... B. Definisi Operasional.................................................................. C. Cara Pengukuran Variabel ........................................................
30 32 33
BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ......................................................................... B. Populasi dan sampel .................................................................. C. Tempat dan waktu penelitian .................................................... D. Pengumpulan data ................................................................... E. Instrumen penelitian ................................................................. F. Pengolahan data dan analisa data .............................................
34 34 35 35 36 36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian.................................... B. Hasil Penelitian........................................................................ C. Pembahasan.............................................................................
38 38 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................. B. Saran........................................................................................
53 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................32 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.……………………..….....................................................39 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ..............................… 40 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 …………………….. 40 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Paritas WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 ……...………….…... 41 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.....................................41 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013............................................................................................42 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013...........................................................................................43 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013............................................................................................44 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013............................................................................................45
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (BKKBN, 2012). Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi
dan
sosial bagi
seluruh
masyarakat
melalui
usaha-usaha
perencanaan dan pengendalian penduduk (BKKBN, 2012). Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan.
Berdasarkan
pendapat
di
atas,
diharapkan
setiap
keluarga
memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan berkenaan dengan hal tersebut. Paradigma baru Program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi “Keluarga berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono 2003) Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21% akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02% memilih Pil, 4,93 % memilih Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat memilih metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD). Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diminati (BKKBN, 2012). Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan
keamanan
metode
kontrasepsi
tersebut.
Berbagai
faktor
harus
dipertimbangkan termasuk status kesehatan, efek samping, potensial, konsekwensi kegagalan/kehamilan yang tidak diinginkan. Besar keluarga 3yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya lingkungan integral yang sangat tinggi dalam pelayanan KB. Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di suatu negara. Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ketahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 1998). Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2012 dari 5.192.644 PUS, 9,9% merupakan peserta KB baru dan 78.2% merupakan peserta KB aktif. Dengan proporsi jenis kontrasepsi yang digunakan yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) meliputi IUD 8.3%, MOP 0.1%, MOW 0.7%, implant 12.2%, dan Non MKJP meliputi suntik 51%, pil 25.1%, kondom 2.4% (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Data dari Dinkes provinsi Aceh dari jumlah PUS 514.715 yang merupakan peserta KB aktif hanya 11,4% yang menggunakan kontrasepsi implant (profil Dinkes Aceh,2012).
Menurut data yang diperoleh dari Dinkes Pidie Jaya dari jumlah PUS 20.075 yang merupakan peserta KB aktif hanya 8,4% yang menggunakan kontrasepsi implant (profil Dinkes Pidie Jaya,2012). Menurut data yang di peroleh dari Puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2012, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 2.385 jiwa, sedangkan jumlah WUS 1.252 jiwa yang menjadi peserta KB aktif adalah 756 jiwa. Dengan perincian sebagai berikut : KB Pil 345 jiwa , KB Suntik 361 jiwa, KB Implant 27 jiwa, KB IUD 32 jiwa. Berdasarkan hasil survey awal peneliti di Puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten pidie Jaya, dari 10 responden yang diwawancarai saat
pengambilan data awal, di dapatkan bahwa 3 orang
mengetahui tentang penggunaan implant sedangkan 7 orang tidak mengetahui tentang penggunaan implant, sehingga mereka tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant. Pada umumnya WUS (Wanita Usia Subur) yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan pil dan suntik. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013’’
B. RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah“Bagaimana gambaran
minat WUS dengan
pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013”
C.
Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap minat WUS dengan pemilihan alat kotrasepsi implant. b. Untuk mengetahui umur responden terhadap minat WUS dengan pemilihan alat kotrasepsi implant. c. Untuk mengetahui paritas responden terhadap minat WUS dengan pemilihan alat kotrasepsi implant. d. Untuk mengetahui pendidikan responden terhadap minat WUS dengan pemilihan alat kotrasepsi implant
D.
Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Sebagai penerapan proses berfikir secara alamiah dalam menganalisa masalah. Juga sebagai media untuk menambah pengalaman dan wawasan
dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.
2. Bagi Puskesmas Meureudu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna peningkatan pelayanan kontasepsi implant demi terciptanya metode kontrasepsi efektif dan berjangka panjang. 3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi kepustakaan tentang alat kontrasepsi implant dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya. 4. Bagi Akseptor (Responden) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi masyarakat setempat untuk mengerti dan memahami tentang fungsi, manfaat, serta efektifitas kontrasepsi implant sehingga masyarakat semakin
mengenal
dan
pemakaian
kontrasepsi
implant
semakin
bertambah. 5. Untuk dasar penelitian selanjutnya Bagi peneliti lain dapat dimanfaatkan an di jadikan sebagai bahan referensi dan hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kontrasep si
1. Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha usaha itu dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanent. (Hartanto Hanafi : 2002) Menurut BKKBN Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya dapat didefinisikan sebagai tindakan atau usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan. Pembuahan dapat terjadi bila beberapa syarat berikut terpenuhi yaitu adanya sel telur dan sel sperma yang subur, kemudian cairan sperma harus ada di dalam vagina, sehingga sel sperma yang ada di dalam vagina dapat berenang menuju ke serviks kemudian ke rahim lalu ke saluran oviduk untuk membuahi sel telur. Sel telur yang telah dibuahi harus mampu bergerak dan turun ke rahim yang akan
melakukan nidasi, endometrium atau dinding rahim harus dalam keadaan siap untuk menerima nidasi (BKKBN, 2006). 2. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal Tidak satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun, secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut : a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.
7
b. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan. c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. d. Terjangkau harganya oleh masyarakat. e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya kecuali untuk kontrasepsi mantap. f. Pemilihan Metode Kontrasepsi Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi, individu atau pasangan suami istri, mula-mula harus memutuskan apakah mereka ingin menerapkan program Keluarga Berencana. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan ini menurut (Hartanto Hanafi, 2002) antara lain : 1) Faktor sosial-budaya : tren saat ini tentang jumlah keluarga; dampak jumlah keluarga tempat individu tumbuh dan berkembang terhadap
individu tersebut; pentingnya memiliki anak laki-laki di mata masyarakat karena akan meneruskan nama keluarga. 2) Faktor pekerjaan dan ekonomi : kebutuhan untuk mengalokasi sumbersumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu pekerjaan; kemampuan ekonomi untuk menyediakan calon anakanaknya dengan makanan,pakaian, tempat berlindung 3) Faktor keagamaan : pembenaran terhadap prisip-prinsip pembatasan keluarga dan konsep dasar tentang keluarga berencana oleh semua agama. 4) Faktor hukum : peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluarga berencana sejak diberlakukannya undang-undang negara connectitut tentang pembatasan penggunaan semua alat kontrasepsi yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan tidak sesuai konstitusi oleh majelis tertinggi pada tahun 1965. 5) Faktor fisik : kondisi yang tidak bisa membuat wanita hamil karena alasan kesehatan. 6) Faktor hubungan : stabilitas hubungan, masa krisis dan penyesuaian yang panjang dengan hadirnya anak 7) Faktor psikologis : kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan mencintai orang tuanya, pemikiran bahwa kehamilan dianggap bukti bahwa kita dicintai.
8) Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik : adanya keadaan atau kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat ditularkan kepada bayi (misalnya HIV/AIDS). 3. Metode kontrasepsi Menurut Hartanto Hanafi (2002) metode kontrasepsi terdiri dari : a. Metode sederhana 1)
Kontraseps i tanpa alat a) Kb alamiah yang terdiri dari : pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simpto termal. b) Coitus interrupter.
2)
Kontraseps i dengan alat a) Mekanis (barrier) (1) Kondom pria (2) Inal Barrier intra vaginal yang terdiri dari diafragma, kap serviks, spons, kondom wanita. b)
Kimiawi Spermisid yang terdiri dari : vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, vaginal soluble film.
b. Metode modern 1) Kontrasepsi hormonal
a)
Peroral (1) Pil oral kombinasi (2) Mini pil (3) Morning after pil
b)
Suntikan DMPA, NET-ET, Microspheres, Microcapsule
c)
Implant
2) Intra uterine devices (IUD/AKDR) 3) Kontrasepsi mantap a)
Pada wanita (1) Penyinaran (a) Radiasi sinar X, cobalt (b) Sinar laser
(2) Operatif (MOW) (3) Penyumbatan tuba fallopi secara mekanis (a)
Penjepitan tuba fallopi
(b)
Solid plugs
(4) Penyumbatan tuba fallopi secara kimiawai b)
Pada pria
(1)
Operatif ( MOP) vasektomi
(2)
Penyumbat an vans defferens secara mekanis
(3)
Penyumbat an vans defferens secara mekanis
B. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Implant atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. (Prawiharjo, 2009). Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).
Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009) Norplant
adalah
suatu
alat
kontrasepsi
yang
mengandung
levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silistic-silicone dan disusukkan
di bawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepasklan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB dan pada AKDR yang bioaktif (saifuddin, 2006). 2. Jenis implant Jenis-jenis implant menurut Prawiharo (2009) adalah sebagai berikut : a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang berisi dengan 68 mg ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75
mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Mekanisme kerja Cara kerja implant yang setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel yang dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep mekanisme
kerjanya
menurut
Manuaba
adalah
:
1) Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi. 2) Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa. 3) Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi. (Sarwono Prawirohardjo,2008)
4. Efektifitas Implant Menurut Hartanto Hanafi, (2002) efektifitas implant adalah : a. Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier. b. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3 % akseptor menjadi hamil. c.Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
5. Indikasi Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada : a.
Perempuan yang telah memiliki anak atau pun yang belum.
b.
Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
c.
Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d.
Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e.
Perempuan pasca persalinan.
f.
Perempuan pasca keguguran.
g. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi. h. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
i. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
6. Kontraindikasi Menurut Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa kontra indikasi implant adalah sebagai berikut : a. Perempuan hamil atau diduga hamil. b. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya. c. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi. d. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
e. Perempuan dengan benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
7. Keuntungan Keuntungan dari implant menurut Saifuddin (2006) adalah : a. Keuntungan kontrasepsi yaitu:
1) Daya guna tinggi. 2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun). 3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan. 4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam. 5) Bebas dari pengaruh estrogen. 6) Tidak mengganggu kegiatan senggama. 7) Tidak mengganggu ASI. 8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. 9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. b. Keuntungan non kontrasepsi yaitu : 1) Mengurangi nyeri haid.
2) Mengurangi jumlah darah haid 3) Mengurangi/memperbaiki anemia. 4) Melindungi terjadinya kanker endometrium. 5) Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul. 7) Menurunkan angka kejadian endometriosis. 8. Kerugian implant Hartanto Hanafi, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah: a. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih. b. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant. c. Biaya Lebih mahal. d. Sering timbul perubahan pola haid. e. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri. f.
Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang mengenalnya.
g. Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain. 9. efek samping. Efek samping / Komplikasi dan cara Penanggulangannya Saifuddin (2006) menjelaskan bahwa efek samping / komplikasi dan cara penanggulangannya adalah sebagai berikut :
a. Amenorea 1) Pastikan hamil atau tidak hamil, bila tidak hamil tidak memerlukan penanganan khusus, khusus konseling saja.
2) Bila klien tetap saja tidak menerima, angkat implant dan angjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
3) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilannya, cabut implant dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.
b. Perdarahan, bercak (spotting) ringan 1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama. 2) Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. 3) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
4) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg estinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Ekspulasi 1)
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi.
2)
Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda.
3) Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
d. Infeksi pada daerah insersi 1)
Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.
2)
Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
3)
Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru. Pada sisi lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang lain.
4)
Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari.
e. Berat badan naik / turun 1) Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih. 2) Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari metode lain.
efek samping norplant antara lain : a) Gangguan pola haid seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah(metrorrhagia), amenore. b) Mual-mual
c) Anoreksia, d) Pening e) Sakit kepala f) Perubahan pada libido dan berat badan . Cara pemasangan Menurut Manuaba teknik pemasangan implant adalah sebagai berikut: a) Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat (apabila
terdiri dari 6
kapsul buah seperti kipas terbuka). b) Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan likokain 2%. c) Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk. d) Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya. e) Kapsul dimasukkan ke dalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong sampai terasa ada tahanan. f) Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik ke luar. g) Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah di tempatnya, alat pendorong dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.
h) Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplas (band aid). Teknik ini berlaku untuk semua jenis implant.
C. Wanita usia subur (wus) dan kb 1. Pengertian Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan konsep Departemen kesehatan (2003) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 – 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah.Wanita Usia Subur
(WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. pada wanita usia subur ini berlagsung lebih cepat dari pada pria. puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95 % untuk hamil. pada usia 30 -an presentasenya menurun sehingga 90%. sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Depkes RI, 2009) . 2. Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Wanita Usia Subur (WUS) Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, WUS sangat mudah dalam memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan WUS tersebut normal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi WUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan),
perawatan
kehamilan
dan
persalinan
aman.
Dalam
penyelesaian masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas. ( BKKBN, 2006).
D.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi Minat WUS terhadap Pemilihan Implant 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, raba. Sebagian pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu: a. Awarenes (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap suatu subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap stimulus atau objek tersebut. Bagi dirinya, hal ini sikap responden lebih tertarik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian
dan menghilangkan prasangka sebagai akibat
ketidakpastian (Adi,R. 2004) Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: 1.
Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2.
Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menympulkan, meramalkan, sebagian terhadap objek dipelajari.
3.
Aplikasi (Aplikation)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi aau penggunaan hukum-hukum, runus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4.
Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya. 5.
Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
6.
Evaluasi (Evaluasition) Evaluasi ini derkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara
anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kurang gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). 2.
Umur Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.Umur bekaitan dengan kedewasaan psikologis yaitu semakin mampu menentukan kematangan jiwa, befikir normal dan mengendalikan emosi. Dengan bertambahnya umur seseorang semakin tinggi pula keingintahuan sehingga pengetahuan juga semakin bertambah (Sarwono, 2005). Umur atau usia adalah keadaan yang menunjukkan lamanya hidup seseorang yang biasanya dihitung sejak hari lahirnya yang dinyatakan dalam tahun (departemen pendidikan dan kebudayaan). Umur seorang wanita menjadi indikator penting dalam masa reproduksinya terutama dalam upaya untuk menentukan dan mengatur kapan mereka ingin hamil dan melahirkan. Karena menurut sarwono tahun 2005, umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai proses persalinan. Ini dapat dilihat dari faktor-faktor resiko kehamilan antara umur <20 tahun atau >35 tahun. Dalam kehidupan wanita dapat dikelompokkan atas 3 kelompok berdasarkan masa reproduksi : a. Masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun. b. Masa reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun. c.
Masa reproduksi tua yaitu umur >35 tahun.
Dalam program KB Nasional untuk menyelamatkan ibu dan anak akan melahirkan pada usia muda dan melahirkan pada usia tua, maka ditempuh kebijaksanaan yang dikategorikan dalam 3 fase yaitu (Hartanto Hanafi : 2004) : a. Fase menunda atau mencegah kahamilan bagi pasangan usia subur dengan istri berumur < 20 tahun, dianjurkan untuk menunda kehamilannya. b. Fase menjarangkan kehamilannya bagi pasangan usia subur dengan istri berumur 20 – 35 tahun yang merupakan masa paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran antara 2 sampai 4 tahun. c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan bagi pasangan usia subur dengan istri berumur >35 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia dapat disimpulkan bahwa usia terbaik dan paling aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah umur 20 – 35 tahun. Wanita yang hamil dan melahirkan pada umur < 20 tahun mempunyai resiko yang tinggi terhadap terjadinya kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi, hal ini disebabkan karena belum sempurnanya perkembangan alat-alat reproduksi sebagai organ vital dalam kehamilan dan persalinan. Untuk itu bagi PUS dengan istri
berumur <20 tahun
dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi untuk menunda atau mencegah kehamilannya. Pada umur 20-35 tahun yang merupakan masa
usia yang terbaik dan yang paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan, karena pada umur tersebut seorang wanita sudah siap baik secara biologis dan psikologis, dimana alat-alat reproduksi sudah berkembang secara sempurna sehingga sangat kecil kemungkinan mengalami kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan bayi. Bagi PUS dengan istri berumur 20-35 tahun, penggunaan kontrasepsi lebih bertujuan agar dapat mengatur dan merencanakan dengan baik kapan harus hamil dan melahirkan serta jumlah keluarga (anak ) yang di inginkan.Sama halnya dengan ibu umur < 20 tahun, pada ibu umur > 35 tahun juga mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi bila hamil dan melahirkan, karena alat-alat reproduksinya sudah mengalami kemunduran dan melahirkan yang telah di alamiya serta problem kesehatan lain yang mungkin diderita. Untuk itu bagi PUS dengan istri berumur > 35 tahun penggunaan kontrasepsi bertujuan agar seorang wanita untuk tidak hamil dan melahirkan lagi setelah mempunyai 2 orang anak, hal ini untuk mencegah terjadinya serta meningkatnya angka kesakitan pada ibu dan bayi (Manuaba, 2008). 3.
Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Klasifikasi Paritas a. Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2007) b. Multipara Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008). Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2007). c. Grandemultipara Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008). Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2007).
Faktor yang Mempengaruhi Paritas 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang. 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. 3) Keadaan Ekonomi Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup. 4) Latar Belakang Budaya Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-
penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah
yang
pembentukan
dapat sikap
memudarkan
dominasi
individual. Latar
kebudayaan
belakang
budaya
dalam yang
mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki. 5) Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Varney, 2007). Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami seorang ibu, paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada peritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB, sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan ( Varney, 2007).
4. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan adalah peroses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses belajar yang di tempuh oleh seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kemajuan intelektual secara formal. Usaha pendidikan dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin banyak pengetahuan mengenai cara hidup sehat yang diperoleh akan canderung diterapkan dalam kehidupan. (Depdiknas, 2005): Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas (Depdiknas, 2005): a. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar berbentuk: 1) Sekolah Dasar (SD) 2) Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat 3) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 4) Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah berbentuk: 1) Sekolah Menengah Atas (SMA), 2) Madrasah Aliyah (MA), 3) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan 4) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi Perguruan tinggi dapat berbentuk: Akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian
kepada
masyarakat.
Perguruan
tinggi
dapat
menyelenggarakan program akademik. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi dengan demikian akan meningkatkan motivasi untuk menunda atau membatasi kelahiran. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita semakin mudah mencerna dan mengerti informasi yang di peroleh khususnya tentang pengertian dan manfaat kontrasepsi sehingga dapat merencanakan kehamilan dan persalinan dengan baik (Depdiknas, 2005).
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep penelitian Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat WUS terhadap penggunaan kontrasepsi implant, yaitu Pengetahuan, Sosial Ekonomi, Fasilitas Kesehatan, (Notoatmodjo, 2003), Umur (Sarwono, 2005), Paritas (Manuaba, 2002), Pendidikan (Depdiknas, 2005). Karena keterbatasan peneliti di segi waktu dan biaya, maka variabel yang peneliti ambil adalah faktor pengetahuan, faktor umur, faktor paritas, dan faktor pendidikan.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan Umur Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant
Paritas umur Pendidikan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
31 Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Dependen Minat PUS terhadap penggunaan implant
Independen Pengetahuan
Umur
Keinginan PUS untuk menggunakan implant.
Penyebaran Kuesioner : Kuesioner a.Tinggi, bila jawaban benar > 50% b.Rendah, bila jawaban benar ≤ 50%
-Tinggi
Segala sesuatu yang diketahui atau dipahami tentang alat kontrasepi implant
Penyebaran Kuesioner : Kuesioner a. Baik, bila jawaban benar 76-100%. b. Cukup,bila jawaban benar 56-75%. c. Kurang, bila jawaban benar <56% Penyebaran Kuesioner : Kuesioner a. Masa reproduksi muda (<20 tahun) b.Masa reproduksi sehat (20-35 tahun) c. Masa Reproduksi tua (>35 tahun) Penyebaran Kuesioner : Kuesioner a.Primipara (1 anak) b. Multi para (2-4 anak) c. c.Grande multi para (>4 anak).
- Baik
Lamanya responden hidup sampai penelitian ini di lakukan.
Paritas
Banyaknya kelahiran yang di miliki oleh seorang ibu
Pendidikan
Jenjang pendidikan terakhir ibu yang memperoleh ijazah
Penyebaran Kuesioner : a. Tinggi (tamat perguruan tinggi /Akademi). b.Menengah (tamat SMA / sederajat) c.Dasar(tamat SD/SLTP/tidak sekolah C. Cara pengukuran menggunakan variabel Pengukuran variabel dilakukan sebagai berikut : 1.
Minat dibagi dua kategori, yaitu:
Ordinal
- Rendah
Ordinal
- Cukup - Kurang
-Masa Reproduksi . Muda Ordinal - Masa reproduksi Sehat -Masa Reproduksi Tua - Primipara
Ordinal
- Multipara
-Grande Multipara Kuesioner - Tinggi - Menengah - Dasar
Ordinal
a.)
Tinggi, bila responden dapat menjawab dengan benar >50%
b.)
Rendah, bila responden dapat menjawab dengan benar ≤50%
2. Karakteristik penilaian pengetahuan seseorang dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu : (Arikunto, 2006). a) Baik, bila responden dapat menjawab dengan benar 76-100% b) Cukup, bila responden dapat menjawab dengan benar 56-75 % c) Kurang, bila responden dapat menjawab dengan benar <56% 3. Umur dibagi 3 kategori (Hartanto hanafi, 2002) yaitu: a) Masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun. b)
Masa reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun
c)
Masa reproduksi tua yaitu umur >35 tahun.
4. Menurut Manuaba (2008) paritas di bagi 3 kategori yaitu: a) Primipara (1 anak) b) Multipara (2-4 anak) c) Grande multipara (>4 anak 5. Depdiknas (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan di bagi 3 katagori yaitu : a) Tinggi : Jika tamat perguruan tinggi / Akademi b) Menengah : Jika tamat SMA / sederajat c) Dasar : Jika tamat SD / SLTP / tidak sekolah BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
ini
bersifat
deskriptif
dengan
menggunakan
pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran minat WUS terhadap penggunaan implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah WUS yang menjadi akseptor KB aktif yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant diwilayah kerja puskesmas Meureudu berjumlah 756 jiwa. 2. Sampel Cara pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara accidental sampling didasarkan pada responden yang pada hari itu sesuai pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin yaitu: Rumus : n =
N 1 + N (d 2 ) 77873 1+ 898( 0,1)
n=
2
756 n = 1 + 7,56 898 1+ 8,98
n = 88 orang 34
Keterangan : N : Besar Populasi n
: Besar Sampel
d
: Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah sampel minimal sebanyak 88 orang dengan kriteria sampel.
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Meureudu 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 16 Agustus 2013.
D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui minat WUS tentang alat kontrasepsi implant di tinjau dari pengetahuan, umur, pendidikan, paritas Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Meureudu yang meliputi jumlah WUS, jumlah akseptor KB, dan jumlah WUS yang menggunakan implant dan data jumlah WUS yang menjadi akseptor KB implant di Kabupaten Pidie Jaya. Setelah responden mengerti tentang penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan
untuk diisi dan kemudian data tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data.
E. Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berjumlah 28 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang minat, 20 pertanyaan tentang pengetahuan,dan 1 pertanyaan tentang umur,1 pertanyaan tentang pendidikan dan 1 pertanyaan tentang paritas, yang diberikan pada responden.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data. 1. Pengolahan Data Pengolahan data (Budiarto, 2002) dilakukan dengan tahap sebagai berikut : a. Editing, Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali atau melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk. Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada responden. b. Coding, Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data yakni untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban. c. Transfering, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.
d. Tabulating, Kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode statistik deskriptif,
untuk
masing-masing
variabel
penelitian
dengan
menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan presentase dari masingmasing variabel. Menurut Budiarto (2002), data analisa dengan menggunakan statiska sederhana yaitu rumus persentase, selanjutnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : P=
f x 100% n
Keterangan : P : Persentase f
: Frekuensi teramati
n
: Jumlah sampel
b. Analisa Bivariat Untuk mengukur hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi minat WUS dengan pemilihan alat kontrasepsi implan dilakukan analisis silang dengan menggunakan tabulasi silang.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Puskesmas Meureudu merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di Kecamatan Meureudu arah selatan dari Ibu Kota Kabupaten Pidie dengan jarak tempuh sekitar 16 KM. Luas Wilayah kerja Puskesmas Glumpang Tiga 14 km² yang meliputi 14 desa. Jumlah penduduk Kecamatan Glumpang TigaTahun 2013 adalah 7557 jiwa dengan jumlah laki-laki 3631 jiwa dan jumlah perempuan 3926 jiwa serta mempunyai 2 mukim, yang berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Glumpang Baro b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Tiro Terseb c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Bandar Baro d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Mutiara Timur Fasiltas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Glumpang Tiga diantaranya 1 unit puskesmas induk , 2 polindes, 1 pusling ,14 posyandu. Jumlah total petugas kesehatan puskesmas Glumpang Tiga yaitu 47 orang yang terdiri dari 3 orang dokter umum, 13 orang bidan desa, 3 orang bidan PTT, 1 orang ahli gizi, 13 orang perawat dan petugas kesehatan lainnya.
B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal
sampai
Agustus di Puskesmas Meureudu Tahun 2013 jumlah responden adalah 88
orang. Tehnik pengumpulan sampel menggunakan tehnik Acchidental Sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner untuk di isi oleh responden. Kuesioner terdiri atas 28 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang Minat, 20 pertanyaan tentang pengetahuan, 1 pertanyaan tentang umur,1 pertanyaan tentang pendidikan dan 1 pertanyaan tentang paritas. 1.
Analisa Univariat Hasil pengukuran terhadap variabel dependen – Independen yaitu Minat WUS terhadap penggunaan Implant di wilayah kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut : a.
Minat Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No
Minat WUS
1 2
Frekuensi
Persentase %
Tinggi
36
40,9
Rendah
52
59,1
Jumlah
88
100
Sumber : Data Primer (2013) Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa Minat WUS terhadap penggunaan Implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu mayoritas berada pada katagori rendah sebanyak 52 orang (59,1%) dari 88 responden.
b.
Pengetahuan WUS Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengethun WUS Terhdap Penggunaan Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase %
1
Baik
18
20,5
2
Cukup
29
32,9
3
Kurang
41
46,6
88
100
Jumlah Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa Pengetahuan WUS terhadap penggunaan implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu mayoritas berada pada katagori kurang sebanyak 41 orang ( 46,6%) dari 88 responden. c. Umur WUS Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur WUS Terhadap Penggunaan Implant Di WilayahKerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No
Umur
Frekuensi
Persentase %
1 2
<20 20-35
34 25
38,6 28,3
3
>35
29
32,9
Jumlah
88
100
Sumber : Data Primer (Tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa umur WUS terhadap penggunaan implant di wilayah kerja puskesmas Meureudu
mayoritas berada pada katagori Masa reprouksi muda (<20 tahun) sebanyak 34 orang (38,6%), dari 88 responden.
d. Paritas Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No
Paritas
Frekuensi
Persentase %
1
Primi para
35
39,8
2
Multi Para
30
34,1
3
Grande multi para
23
26,1
Jumlah Sumber : Data Primer (2013)
88
100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa paritas WUS di wilayah kerja Puskesmas Meureudu mayoritas berada pada katagori Primi para sebanyak 35 orang ( 39,8%), dari 88 responden. e.
Pendidikan Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan WUS Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu KecamatanMeureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase %
1
Tinggi
20
22,7
2
Menengah
29
32,9
3
Dasar
39
44,3
88
100
Jumlah Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa pendidikan WUS mayoritas berada pada katagori dasar sebanyak 39 orang ( 44,3 %), dari 88 responden. 2. Tabulasi Silang a. Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Pengetahuan Tabel 5.6 Tabulasi SilangMinat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja PuskesmasMeureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
Minat WUS terhadap No
Pengetahuan
Penggunaan Implan Tinggi
Total
Rendah
f
%
f
%
f
%
1
Baik
14
38,9
4
76,9
18
100
2
Cukup
9
25,0
20
38,4
29
100
3
Kurang
13
36,1
28
51,8
41
100
Jumlah
36
88
100
52
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9%), kemudian dari 41 responden dengan minat rendah terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan kurang terhadap implant yaitu sebanyak 28 orang (51,8 %).
b. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Umur Tabel 5.7 Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
Minat WUS terhadap Penggunaan Implan No
1
Umur
<20 tahun
Tinggi
Rendah
f
%
f
%
f
%
6
16,7
28
53,8
34
100
25,0
25
100
29
100
88
100
2
20-35 tahun
12
33,3
13
3
> 35 Tahun
18
50,0
11
Jumlah
Total
36
52
21,2
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant pada berdasarkan umur dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur>35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (50,0%), kemudian dari 34 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS yang berumur<20 tahun yaitu sebanyak 28 orang (53,8%).
c. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Paritas Tabel 5.8 Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013
Minat WUS terhadap No
Paritas
Penggunaan Implan Tinggi
Total
Rendah
f
%
f
%
f
%
1
Primipara
6
16,7
29
55,8
35
100
2
Multipara
14
38,9
16
30,8
30
100
7
13,5
23
100
88
100
3
Grande Multi para Jumlah
16
4,44
36
52
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant berdasarkan paritas
dari 23 responden
dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande Multipara yaitu sebanyak 16 orang (4,44%), kemudian dari 35 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Primipara yaitu sebanyak 29 orang (55,8%).
d. Minat WUS Terhadap Penggunanan Implant Berdasarkan Pendidikan Tabel 5.9 Tabulasi Silang Minat WUS Terhadap Penggunanan Implan berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 Minat WUS terhadap N o
Penggunaan Implan Pendidikan
Tinggi
Total
Rendah
f
%
f
%
f
%
1
Tinggi
15
41,7
5
9,61
20
100
2
Menengah
10
27,8
19
36,5
29
100
3
Dasar
11
30,6
28
53,8
39
100
Jumlah
36
88
100
52
Sumber : Data Primer (2013)
Berdasarkan tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa minat WUS terhadap penggunaan implant berdasarkan pendiddikan dari 20 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 15 orang (1,7%), kemudian dari 39 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 28 orang (53,8%). C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan di atas maka pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Pengetahuan Berdasarkan
data yang di dapat pada saat penelitian di dapat
bahwa dari 18 responden dengan Minat tinggi terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan baik tentang implant yaitu sebanyak 14 orang (38,9%), kemudian dari 41 responden dengan minat rendah terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan kurang terhadap implant yaitu sebanyak 28 orang (51,8 %). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Meliono (2007),
pengetahuan merupakan yang diperoleh seseorang melalui pengamatan inderawi, pengetahuan ada ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengetahui sesuatu hal yang belum pernah dia alami atau dia rasakan sebelumnya. Penelitian yang di lakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak digunakan pada akseptor yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang implanT sebesar 32 orang (54,6%) dan yang paling sedikit pada tingkat pengetahuan kurang sebesar 23 orang (45,4 %) Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari: umur, motivasi, persepsi dan faktor eksternal yang terdiri dari: pendidikan, pekerjaan, media massa, pengalaman serta lingkungan. Menurut asumsi peneliti Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat di nyatakan bahwa dengan adanya pengetahuan yang tinggi tentang implant maka akan memberikan pengaruh terhadap minat WUS dengan penggunaan implant. Mereka yang mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan pemakaian implant akan menarik minat untuk menggunakan alat kontrasepsi implant. Pengetahuan berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan status sosial dan kedudukan sorang wanita, peningkatan mereka terhadap kehidupan untuk membuat keputusan sendiri serta menyatakan pendapat misalnya kapan seharusnya hamil, melahirkan dan pemilihan jenis kontrasepsi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang maka semakin mudah mencerna semua informasi yang di peroleh segala keputusannya di dasari atas pemikiran yang rasional. 2.
Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Umur Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa dari dari 29 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS yang berumur >35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (50,0%), kemudian dari 34 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS yang berumur <20 tahun yaitu sebanyak 28 orang (53,8%).
Saifuddin AB, (2008) yang menjelaskan bahwa dengan makin bertambahnya usia, maka tingkat perkembangan seseorang akan sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat dan juga dari pengalamannya sendiri. Depdiknas (2004) menyatakan umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak digunakan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 39 orang (70,9%) dan umur >35 tahun sebanyak 16 orang (29,1%). Menurut asumsi peneliti bahwa umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku seseorang. Umur Wus mempengaruhi minat Wus terhadap penggunaan
implant.
Wus
yang
berumur
<20
cenderung
tidak
menginginkan implant karena mereka merasa masih terlalu muda untuk menggunakan implant. Umur juga sangat mempengaruhi terhadap keyakinan dan tindakan seseorang terhadap dalam prilaku namun bila seseorang pengetahuannya mempelajari
baik
hal-hal
kesehatan,
tidak mau menambah wawasan maupun melalui
baru
pendidikan
yang
maupun
menunjang
menerima
pengetahuannya
dan maka
pengalaman saja tidak akan tidak akan cukup membawa pembaharuan
kepada hal-hal yang dapat semakin memperluas pengetahuan dalam upaya mempertahankan kesehatan dirinya. Di samping itu tingginya motivasi akseptor menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan kesadaran terfokus pada indikasi untuk mengatur kehamilannya. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah melalui program KB nasional bahwa sebaiknya bagi PUS dengan istri berymur 20-35 tahun untuk mengatur kehamilannya setelah mempunyai 2 orang anak dengan jarak kehamilan 2-4 tahun. 3.
Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Paritas Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa dari 23 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Grande multipara yaitu sebanyak 16 orang (4,44%), kemudian dari 35 responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Primi para yaitu sebanyak 29 orang (55,8%). Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak 1 kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali, dan grande multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup lebih dari 5 kali (Manuaba, 2005). Penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2005) yang menjelaskan bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant dengan paritas rendah ( 1-2 ) merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 34 orang (62 %) dan yang paling sedikit pada paritas tinggi (≥ 3 kali) sebanyak 21 orang (20 %). Menurut asumsi peneliti paritas sangat mempengaruhi minat WUS terhadap penggunaan implant. WUS grande multipara lebih berminat menggunakan implant di bandingkan WUS
primipara. Karena WUS
Primipara cenderung tidak menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang. WUS primipara masih mengingin kan mempunyai anak dalam jangka waktu yang dekat sehingga mereka tidak berminat dalam menggunakan alat kontrasepsi implant. Sarana dan prasarana kesehatan serta informasi yang tersedia pada saat ini, memberikan kemudahan bagi wanita untuk memperoleh pelayanan dan informasi tentang keluarga berencana sehingga banyak wanita memilih mengatur kehamilannya dengan menggunakan alat kontrasepsi sebagai cara yang terbaik yang tidak memberikan dampak yang negatif terhadap kesehatan reproduksinya. Hal tersebut seiring dengan program pemerintah dalam mensukseskan tujuan KB nasional untuk menunjukkan keluarga yang berkualitas.
4.
Minat Wus Terhadap Penggunaan Implant Berdasarkan Pendidikan. Berdasarkan data yang di dapat pada saat penelitian di dapat bahwa dari 20 responden dengan minat tinggi banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 15 orang (41,7%), kemudian dari 39
responden dengan minat rendah banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 28 orang (53,8%). Hasil penelitian sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Notoatmodjo (2005), dimana pendidikan adalah proses untuk menuju perubahan perilaku masyarakat dan akan memberikan kesempatan pada individu untuk menemukan ide atau nilai baru. Perubahan perilaku kesehatan masyarakat yang dituangkan dalam partisipasi aktif dalam pemahaman, perencanaan, dan pelaksanaan kesehatan akan lebih berhasil dikalangan masyarakat yang berpendidikan menengah keatas, modern, atau bersikap lebih terbuka terhadap hal-hal baru (inovatif). Dengan pendidikan yang tinggi kemungkinan WUS akan mudah menerima informasi yang di sampaikan petugas kesehaan tentang alat kontrasepsi implant. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sakinah di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Parepare Tahun 2012 menunjukkan bahwa akseptor KB implant paling banyak digunakan pada tingkat ≥ SMA sebesar 30 orang (54,6%) dan yang paling sedikit pada tingkat < SMA sebesar 25 orang (45,4 %). Menurut asumsi peneliti pendidikan sangat mempengaruhi seseorang terhadap pengetahuan yang dimilikinya dimana melalui pendidikan maka seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya dan memperoleh pengetahuan maupun ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkannya untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang maka semakin mudah mencerna semua informasi yang di peroleh
segala keputusannya di dasari atas pemikiran yang rasional. Dalam hal ini dapat di katakan bahwa tingkat pendidikan seseorang belum menjamin terhadap tingkat pengetahuan sehingga dapat di simpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi tidak berhubungan langsung dengan tingkat pendidikan
akseptor.
karena pada era globalisasi
ini
masyarakat
memperoleh informasi baik dari media masa, TV dan Radio yang memudahkan para wanita memperoleh informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi sehingga menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang masalah kesehatan. Disamping itu dengan adanya kegiatan penyuluhan kesehatan serta komunikasi antar sesama akseptor akan menambah pengetahuan dan pemahaman mereka tentang manfaat dan tujuan KB. Meskipun pendidikan berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan status sosial dan kedudukan sorang wanita, peningkatan mereka terhadap kehidupan untuk membuat keputusan sendiri serta menyatakan pendapat misalnya kapan seharusnya hamil, melahirkan dan pemilihan jenis kontrasepsi.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Minat WUS Terhadap Penggunaan Implant yang di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya tanggal 12 sampai 16 Agustus Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Minat tinggi WUS terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang mempunyai pengetahuan kurang terhadap implant yaitu sebanyak 28 orang (51,8%). 2. Minat tinggi WUS terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS yang berumur <20 tahun yaitu sebanyak 28 orang (53,8%). 3. Minat tinggi WUS terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS dengan paritas Primipara yaitu sebanyak 29 orang (55,8%). 4. Minat tinggi WUS terhadap penggunaan implant banyak di jumpai pada WUS dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 28 orang (53,8%).
B. Saran 1. Bagi Responden Hendaknya
meningkatkan
pengetahuan
WUS
tentang
alat
kontrasepsi Implant dengan mengikuti penyuluhan yang di sampaikan
oleh tenaga kesehatan, membaca buku, atau masalah-masalah yang memuat artikel-artikel tentang alat kontrasepsi Implant sehingga WUS dapat lebih mengetahui dan memahami tentang alat kontrasepsi Implant dalam upaya kesejahteraan keluarga. 2. Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan Diharapkan kepada bidan khususnya yang ada di Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya agar senantiasa memberikan penyuluhan tentang alat kontrasepsi Implant pada WUS. Bagi bidan yang bertugas di Wilayah Kerja Puskesmas, Posyandu, Bides, dan petugas kesehatan lainnya dalam melakukan komunikasi perlu melibatkan tokoh-tokoh masyarakat agar semua masyarakat mengerti tentang alat kontrasepsi Implant. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Untuk
penelitian
selanjutnya
agar
dapat
mengembangkan
penelitian yang lebih spesifik tentang Alat kontrasepsi Implant.
DAFTAR PUSTAKA
Adi,R.(2004). Metodelogi Penelitian Sosial Dan Hukum.Granit. Jakarta Arikunto. S. (2006). .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta.Jakatra BKKBN, (2006). Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant/Susuk KB). BKKBN, (2012). profil kesehatan Indonesia Budiarto,E.(2002). .Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. EGC.Jakarta Depdiknas, (2005). Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Indonesia. Hartanto, Hanafi. (2002). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Makalah Perkumpulan www. bkkbn.go.id
Keluarga
Berencana
Indonesia.
Manuaba, Gde, Bagus Ide. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta Manuaba, (2008). KapitaSelektaPelaksanaanRutin Obstetric GenokologidanKB, ECG. Jakarta. Notoadmodjo.S, (2005). Metodelogi penelitian kesehatan.Jakarta, Rineka cipta. ----------------- (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta, Rineka cipta Profil Dinkes Aceh 2012 Profil Dinkes Pidie Jaya 2012
.
Prawirohardjo,S. (2005). IlmuKebidanan. EGC, Jakarta Rustam muktar,(2005). Sinopsis obstetri fisiologi jilid2 jakarta EGC Sarwono, (2007). Ilmu Kebidanan. EGC, Jakarta
Saifudin Abdul Bari. (2006). Buku acuan Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sarwono, P. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Suparyanto, (2011). Asuhan Persalinan Normal jakarta EGC Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 1. jakarta : EGC. Wiknjosastro, Hanifa, (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH BANDA ACEH AKADEMI KEBIDANAN
KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN MINAT PUS TERHADAP PEMAKAIAN IMPLANT DI PUSKESMAS MEUREUDU KECAMATAN MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013
N0 responden : Petunjuk: Berilah tanda ceklis (√) pada huruf B jika benar dan S jika salah 1.
Minat WUS terhadap penggunaan implant
No
Pertanyaan
1.
Apakah anda pernah berencana untuk menggunakan implant
2
Apakah rencana untuk menggunakan implan atas keinginan anda sendiri
3.
Setelah anda mengetahui tentang manfaat implan, apakah anda ingin menggantikan kontrasepsi yang anda pakai sekarang dengan penggunaan implant
4.
Implant dapat di gunakan jangka panjang, Apakah anda ingin beralih dengan metode KB jangka panjang
5
Jika ada penyuluhan tentang implan, apakah anda ingin mengikutinya.
Ya
Tidak
2. Pengetahuan
No
PERNYATAAN
1
Implant adalah suatu alat KB yang dipasang dibawah kulit dilengan atas. Implant dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia
2
Ya
reproduksi 3
Implant efektif selama 3 atau 5 tahun
4
Implant aman di pakai pada ibu menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI Norplant, implanon, jadena dan indoplan adalah jenis-jenis
5
implant 6
Pengembalian tingkat kesuburan sangat cepat setelah pencabutan implant
7
Implant dapat di gunakan pada perempuan pasca keguguran
8
Pencabutan implant tidak dapat dilakukan oleh ibu sendiri, harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
9
Nyeri kepala, pusing, nyeri payudara, peningkatan dan penurunan berat badan merupakan efek samping dari penggunaan implant
10
Implant tidak dapat digunakan pada wanita hamil
11
Implan dapat di gunakan pada Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, tapi menolak sterilisasi
12
implant dapat di gunakan pada Perempuan yang tidak boleh
menggunakan
kontrasepsi
hormonal
yang
mengandung estrogen. 13 14 15
Pemasangan implant tidak memerlukan pemeriksaan dalam pemakaian implant dapat mengurangi nyeri haid Pemasangan dan pencabutan implant harus dilakukan oleh
Tidak
tenaga kesehatan terlatih 16
Penggunaan implant sering menimbulkan perubahan pola haid
17
Penggunaan implant dapat mengurangi resiko terjadinya anemia
18
Perempuan dengan perdarahan pervaginam tidak bisa meggunakan implant
19
Perempuan yang belum memiliki anak atau telah memiliki anak dapat menggunakan implant
20
Implant tidak dapat di pasang didalam rahim
3. Berapa umur anda sekarang ? a. <20 tahun b. 20-35 tahun c. >35 tahun 4. Apa pendidikan terakhir yang anda tempuh? a. SD / SLTP / Sederajat b. SMA / MAN / Sederajat c. D III / S1 / Sederajat 5. Berapa jumlah anak anda sekarang ? a. 1 orang b. 2-4 orang c. ≥ 5 orang
KUNCI JAWABAN
SKOR PENGETAHUAN
NO
PENGETAHUAN IBU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
BENAR
SALAH
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KET Baik = (76 – 100%) Cukup=(56 – 75%) Kurang = (< 55%)
SKOR MINAT
NO
MINAT WUS dengn IMPLANT
1 2 3 4 5
BENAR
SALAH
1 1 1 1 1
0 0 0 0 0
C. Umur dibagi 3 kategori yaitu: d) Masa reproduksi muda yaitu umur < 20 tahun. e) Masa reproduksi sehat yaitu umur 20 - 35 tahun f) Masa reproduksi tua yaitu umur > 35 tahun. . D. Tingkat pendidikan di bagi 3 katagori yaitu : d)
Tinggi : Jika tamat perguruan tinggi / Akademi
e)
Menengah : Jika tamat SLTA / sederajat
f)
Dasar : Jika tamat SD / SLTP / tidak sekolah
F. Menurut paritas di bagi 3 kategori yaitu: d)
Primi gravida (1 orang anak)
e)
Multi gravida (2-4 orang anak)
f)
Grande multi gravida (>4 orang anak)
KET Baik >50% Kurang ≤50%
BIODATA PENELITI A. Identitas Nama
: Fitriani Susilawati
Tempat /Tgl.Lahir
: Tualang Cut, 19 November 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Kedudukan Dalam Keluarga : Anak 3 Dari 6 Bersaudara Nama Ayah
: Afridarlis
Pekerjaan
: TNI
Nama Ibu
: Sukmawati
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Asrama Koramil 19 Meureudu
B. Pendidikan
a. SD Kota Meureudu
: Lulus 2004
b. SLTP Negeri 1 Meureudu : Lulus 2007 c. SMA Negeri 1 Meureudu : Lulus 2010 d. Akbid U’budiyah
: Lulus 2013