FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI KLINIK UMUM DAN RUMAH BERSALIN MEDIKA UTAMA DESA WONOKUPANG KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO LIA FITRIANI 1211010064 Subject : Akseptor KB, IUD DESCRIPTION IUD (Intra Uterine Devices) adalah salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan dari masyarakat mengakibatkan banyaknya perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan jenis kontrasepsi dan sering menyebabkan wanita menjadi beralih ke metode lain bahkan mengakibatkan wanita berhenti menggunakan alat kontrasepsi hingga sering terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi IUD pada akseptor KB di Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Desa Wonokupang Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancang bangun survei. Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB pada bulan Mei 2015 di Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama yaitu sejumlah 36 akseptor KB. Teknik pengambilan sampel yaitu non probability sampling, dengan jenis total sampling. Lokasi penelitian dilakukan di Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Desa Wonokupang Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo pada bulan Juni 2015. Pengumpulan data berdasarkan data primer dengan menggunakan kuesioner/angket. Teknik analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian yang didapatkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan IUD menunjukkan bahwa hampir seluruh responden merasa takut terhadap efek samping IUD yaitu sebanyak 31 orang (86,1%). Simpulan dari penelitian ini adalah rendahnya pemakaian metode kontrasepsi IUD di Klinik umum dan Rumah Bersalin Medika Utama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya kebidanan dalam upaya peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (IUD, Implan) dengan memberikan informasi tentang metode KB pada para akseptor KB. ABSTRACT IUD (Intra Uterine Devices) is one of the long-term contraceptives that is highly effective for spacing of children. Lack of education and lack of knowledge of the people resulted in many women have difficulty in determining the types of contraceptives and often causes women to be switched to another method even lead women to stop using contraception until often occur unwanted pregnancies. The purpose of study was to determine the factor that influence the selection of
contraceptive methods in IUD acceptors of family planning in the Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Wonokupang Balongbendo Sidoarjo. This research was a descriptive study with survey design. The population in this study was all contraception acceptors in May 2015 at Klinik Umum dan Rumah Bersalin MedikaUtama as many as 36 acceptors. Sampling technique used non probability sampling, with type of a total sampling. Research conducted at the Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Wonokupang Balongbendo Sidoarjo in June 2015. The collection of data based on primary data using questionnaires. Data analysis techniques used frequency distribution. Results of the study obtained from the factors that influence the selection of the IUD indicate that almost all respondents fear the side effects of IUD as many as 31 people (86.1%). The conclutions of this study is the low use of contraceptive methods of IUD in Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama. Results of this research can be used as an input material for health personnel, especially midwifery in order to increase long-term use of contraceptive methods (IUD, Implants) to provide information on familly planning methods on the acceptors. Keywords: Acceptors, IUD, Fectors affecting Contributor
: 1. Dyah Siwy Hety, S.SiT., S.KM., M.Kes 2. Dhonna Anggreni, S.KM Date : 07 Juli 2015 Type material : Laporan Penelitian Identifier :Right : Open Document Summary :LATAR BELAKANG Masalah kependudukan dewasa ini sangat penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari peminat dan ahli kependudukan (Mochtar, 2005). Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. ada daerahdaerah yang kegiatan keluarga berencananya sudah tinggi, sementara itu daerah lain masih rendah dalam menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Depkes RI, 2004). Rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode tersebut. Ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode kontrasepsi IUD disebabkan informasi yang disampaikan petugas pelayanan KB kurang lengkap (Maryaun, 2009). Pada umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi non MKJP seperti pil KB dan suntik, dan metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD), Implant, Medis Operatif Pria (MOP), dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diminati. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Devices) adalah salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif untuk menjarangkan kelahiran anak (Hartanto,2002). Persentase peserta KB Aktif menurut metode kontrasepsi di Indonesia IUD 11,41%, MOW 3,52%, MOP 0,69%, Implan 9,75%, Kondom 3,22%, Suntik 46,87%, Pil 24,54% (Depkes RI, 2013). Provinsi Jawa Timur melalui profil kesehatan Jawa Timur menunjukkan
peserta KB aktif adalah IUD 18,45%, Implan 7,62%, MOW 2,18%, MOP 0,36%, Pil 19,43%, Suntik 48,32%, Kondom 3,66% (Profil Jatim 2013). Data dari profil kesehatan kabupaten Mojokerto menunjukkan peserta KB Aktif tahun 2013 yang paling banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) jenis IUD sebesar 7,45%, dan KB Non MKJP yang paling banyak dipilih adalah jenis suntik sebesar 64,27% (Profil Dinkes Kab. Mojokerto, 2013). Setelah dilakukan studi pendahuluan di desa Pandan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto pada tanggal 24 Maret 2015 dilakukan wawancara pada 10 akseptor KB, didapatkan 5 ibu (50%) menggunakan KB suntik, 3 ibu (30%) menggunakan KB pil, 1 ibu (10%) menggunakan KB implan dan 1 ibu (10%) menggunakan KB IUD. Menurut Erfand (2008) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam memilih metode kontrasepsi IUD, diantaranya ada : Faktor internal: takut terhadap efek samping, pengetahuan, pendidikan PUS yang rendah, malas dan risih, persepsi tentang IUD, dari faktor eksternal: prosedur pemasangan IUD yang rumit, pengalaman akseptor IUD lainnya, dan pekerjaan. Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan KB merupakan salah satu aspek penting kearah pemahaman tentang berbagai alat/cara kontrasepsi dan berlanjutnya pengaruh terhadap pemakaian alat/cara KB yang tepat dan efektif. Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan dari masyarakat mengakibatkan banyaknya perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan jenis kontrasepsi dan sering menyebabkan wanita menjadi beralih ke metode lain bahkan mengakibatkan wanita berhenti menggunakan alat kontrasepsi hingga sering terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (Manuaba, 2005). Untuk menghadapi permasalahan diatas maka perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang metode kontrasepsi IUD dengan cara petugas kesehatan harus pro aktif dan dalam mensosialisasikan program KB dengan memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi IUD atau memberikan informasi tentang manfaat pemakaian IUD. METODOLOGI Jenis penelitian deskriptif, rancang bangun survey. Variabelnya faktorfaktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi IUD pada akseptor KB. Populasi 36 responden. Sampel semua akseptor KB di Klinik Umum dan Rumah Bersalin Medika Utama Desa Wonokupang Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. Teknik sampling non probability sampling, tipe total sampling. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dengan skala likert. Teknik pengolahan data dengan tahapan editing, coding, scoring, tabulating, dianalisa menggunakan skor T. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh dari responden mengalami rasa takut terhadap efek samping IUD yaitu sebanyak 31 responden (86,1%). Ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.
Contoh rasa takut terhadap efek samping yang dialami responden yaitu akan keluarnya (ekspulsi) material IUD dari rahim/jalan lahir, biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan karena ukuran IUD yang terlalu kecil. Contoh lain rasa takut terhadap efek samping IUD seperti akan mengalami perdarahan bercak (spotting), atau perdarahan yang lama, nyeri hebat pada waktu haid, dan mengganggu hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian dari segi akseptor yang menggunakan atau tidak menggunakan IUD, para responden lebih banyak yang tidak menggunakan IUD yaitu sebanyak 31 responden (86,1%). Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS), pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran (Wawan, 2009). Keengganan para akseptor KB untuk menggunakan IUD salah satu penyebabnya karena takut terhadap efek samping, karena dari beberapa efek samping yang ditimbulkan dari IUD seperti: perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan bercak (spotting), saat haid lebih sakit, ekspulsi IUD, dan mengganggu hubungan seksual dapat mempengaruhi minat ibu untuk memilih atau menggunakan IUD. Penyebab lain keengganan dari para akseptor untuk memilih atau menggunakan IUD adalah karna memang mereka menginginkan metode kontrasepsi yang praktis. Berdasarkan hasil penelitian yaitu tentang tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 23 responden (63,9%). Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang. Pengetahuan juga merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu (Notoadmodjo, 2003). Kurangnya pengetahuan yang didapatkan para responden tentang IUD disebabkan karena kurangnya informasi tentang IUD yang mereka dapatkan, para responden hanya mengetahui sekilas tentang IUD yaitu seperti IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan di dalam rahim, IUD efektif sampai jangka panjang, dan hanya mengetahui sedikit tentang keuntungan dan cara kerja dari IUD. Jika hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian tentang rasa malas atau risih menunjukkan bahwa hampir seluruh responden malas atau risih yaitu sebanyak 31 orang (86,1%). Menurut (Edy Zaques, 2008) rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, dan mengalihkan diri dari kewajiban. Pendapat lain menyebutkan bahwa malas juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang merugikan.
Perasaan malas atau risih yang dialami para responden adalah karna para responden harus memeriksa benang IUD dariwaktu ke waktu, dan untuk melakukan hal ini para responden harus memasukkan jarinya kedalam vagina, hampir dari seluruh responden tidak mau atau enggan untuk melakukan hal ini. Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi pada IUD, menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi yang negatif tentang IUD yaitu sebanyak 22 orang (61,1%). Menurut persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009). Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (Kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 2009). Belum terbiasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi IUD bisa terjadi akibat salah persepsi atau pandangan-pandangan subyektif seperti IUD dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hubungan seksual. Sikap dan pandangan negatif masyarakat juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak mitos tentang IUD seperti mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan, dan lain sebagainya. Jika dilihat pendapat-pendapat dari para responden masih terdapat responden yang beranggapan bahwa IUD adalah alat kontrasepsi yang masih asing bagi ibu, banyak yang tidak setuju dengan adanya anggapan seperti: IUD adalah alat kontrasepsi yang aman dan efektif, tidak ada rasa sakit saat pemasangan IUD, saat IUD dicabut kesuburan akan kembali dengan cepat, dan dari ketidaksetujuan para responden tentang anggapan-anggapan tersebut menyebabkan banyak responden yang masih mempunyai persepsi negatif tentang IUD, dan menjadikan mereka semakin enggan untuk memilih atau menggunakan IUD sebagai metode kontrasepsinya. Persepsi lain adalah tentang IUD yang harganya terjangkau oleh akseptor KB, para responden banyak yang tidak setuju dengan anggapan tersebut, sehingga menjadikan para responden tidak berminat atau tidak tertarik dalam pemilihan atau penggunaan metode kontrasepsi IUD. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengarui pemilihan metode kontrasepsi IUD pada akseptor KB menunjukkan bahwa: Hampir seluruh responden takut terhadap efek samping IUD yaitu sebanyak 31 responden (86,1%). Faktor tingkat pengetahuan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 23 responden (63,9%). Faktor pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan dasar (SD, SMP) yaitu sebanyak 20 responden (55,6%). Faktor rasa malas/risih diketahui bahwa hampir seluruh responden malas atau risih yaitu sebanyak 31 orang (86,1%). Faktor persepsi tentang IUD diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi yang negatif tentang IUD yaitu sebanyak 22 orang (61,1%).
REKOMENDASI Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya melakukan penyuluhan tentang alat kontrasepsi khususnya IUD terhadap kelompok sasaran PUS agar mereka lebih paham tentang IUD sehingga mereka termotivasi untuk menggunakan IUD. Disarankan bagi responden sebaiknya dapat meningkatkan lagi pengetahuan dan pemahaman tentang KB, khususnya tentang metode kontrasepsi IUD pada Pasangan Usia Subur. ALAMAT CORRESPONDENSI Email :
[email protected] No. Hp : 081217043056 Alamat : Ds. Kaliputih Dsn. Kembiritan RT 03/RW 06 Kec. Genteng Kab. Banyuwangi