PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN MENGENAI POTENSI BAHAYA DERMATITIS KONTAK DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA CLEANING SERVICE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013
SKRIPSI
Oleh Arifah Fitriani 109101000058
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa : 1. Skrips ini hasil karya saya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoeh gelar strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 05 November 2013
Arifah Fitriani
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Oktober 2013 Arifah Fitriani, NIM 109101000058 PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN MENGENAI POTENSI BAHAYA DERMATITIS KONTAK DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA CLEANING SERVICE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013 xv + 83 halaman, 12 tabel, 2 Bagan, 9 lampiran
ABSTRAK Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja cleaning service adalah penggunaan Alat pelindung diri saat bekerja dan mencuci tangan dengan langkah yang baik dan benar. Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak menggunakan alat pelindung diri dan tidak mencuci tangan dengan langkah yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan melihat pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya. Penelitian ini merupakan merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi kuasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 95 pekerja cleaning service yang bekerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervesi terdiri dari 48 responden dan kelompok kontrol terdiri dari 47 orang responden. Pada kelompok intervensi diberikan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya dengan bantuan media leaflet. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan penyuluhan dan tidak diberikan media leaflet. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari kuisioner dan wawancara. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan pada kelompok intervensi lebih besar dari kelompok kontrol. Kemudian dari hasil bivariat dengan kemaknaan 5%, diketahui bahwa media leaflet dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan dengan p value sebesar 0,000. Selain itu, digunakan uji bivariat untuk mengetahui hubungan antara perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannnya dengan p value sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa media leaflet dapat mempengaruhi pengetahuan potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Diharapkan media leaflet dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci
:Media Leaflet, Dermatitis Kontak, Cleaning Service, Perubahan Pengetahuan
Daftar Bacaan : 38 (1995-2013)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MAJOR Thesis, November 2013 Arifah Fitriani, NIM 109101000058 EFFECT OF COUNSELING INTERVENTIONS USING LEAFLET MEDIA TO CHANGES IN KNOWLEDGE ABOUT THE POTENTIAL HAZARD AND PREVENTION OF CONTACT DERMATITIS TO CLEANING SERVICE OF UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 xv + 83 pages, 12 tables, 2 Chart, 9 attachments ABSTRACT One of the factors associated with the incidence of contact dermatitis in workers cleaning service is the use of personal protective equipment while working and wash hands with a good step and completely. While based on a preliminary study of cleaning service workers UIN Syarif Hidayatullah Jakarta did not use personal protective equipment and do not wash your hands with a good step and completely. This study aims to look at the effect of changes in knowledge leaflet against the potential dangers and prevention of contact dermatitis. This research is a quantitative study with a quasi- experimental study design. This research was carried out in the UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The samples in this study were 95 workers cleaning service that works UIN Syarif Hidayatullah Jakarta samples were divided into 2 groups: the intervention group and the control group. Intervention group consisted of 48 respondents and the control group consisted of 47 respondents. In the intervention group was given counseling about the potential dangers and prevention of contact dermatitis with the aid leaflet. Whereas in the control group was not given counseling and was not given leaflet. The data used is primary data obtained from questionnaires and interviews. The survey results revealed that the average knowledge score greater in the intervention group than the control group. Then from the results of the bivariate significance 5 %, it is known that the leaflet can affect change knowledge with p value of 0.000. In addition, bivariate test was used to determine the relationship between changes in knowledge about the potential dangers of contact dermatitis and pencegahannnya with p value of 0.000. It can be concluded that the leaflet can affect knowledge of potential hazards and prevention of contact dermatitis in workers cleaning service Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Expected leaflet can be used as a medium for conveying information about the health and safety of workers in the cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keywords: Media Leaflets, Contact Dermatitis, Cleaning Service, Knowledge Changes References: 38 (1995-2013)
iii
BIODATA PENULIS Nama
: Arifah Fitriani
TTL
: Tangerang, 30 April 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Tinggi Badan
: 160 CM
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
Berat Badan
: 50 Kg
: Jl. Raya Mauk KM 11 Rt 01/01 no 24, Cadas- Sepatan Tangerang
No. telp
: 085694174949-081316621494
Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi
: Kesehatan Masyarakat
Pekerjaaan
: Mahasiswi, Tourism Ambassador, & Master of Ceremony (MC)
Riwayat Pendidikan Jenjang Pendidikan
Tahun Ajaran
TK Islam Sepatan
1995-1996
SD Negeri Lebak Wangi
1996-2002
SLTP Negeri I Sepatan
2002-2005
SMA Daar El Qolam Islamic Boarding School
2005-2009
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009-2013
vi
Riwayat Organisasi No 1. 2. 3 4 5 6
Jabatan Pengurus Ketua Ketua Anggota Anggota Deputy II
Tahun 2007-2009 2008-2009 2007-2009 2008-2009 2007-2010 2008-2009
Tingkat Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal
Wakil Ketua
2008-2009
Lokal
Anggota Anggota Pengurus Anggota Pengurus
2010-2011 2010- Sekarang 2011 2011 2011-sekarang
Lokal Lokal Nasional Lokal Lokal
Anggota Anggota
2011-sekarang 2011-sekarang
Lokal Lokal
15
Nama Organisasi El- Markazi Kelompok Ilmiah Santri (KIS) Komunitas Konsulat Tangerang Programmer Community Pramuka Ikatan Santri Mu’alimin Al-Islamiya (ISMI) Komunitas Angkatan 34 Daar- El Qolam BEMJ Kesehatan Masyarakat Komunitas MC UIN SH Jakarta Ikatan Keluarga Pondok Daar El Qolam Paguyuban Pemuda Tangerang Ikatan Kang & Nong Kabupaten Tangerang Ikatan Kang & Nong Provinsi Banten Ikatan Duta Pariwisata Se-Tangerang Raya Ikatan Duta Pariwisata Nasional
Anggota
2011-sekarang
Nasinal
16
Ikatan Duta Pariwisata Online
Anggota
2011-sekarang
Nasional
No 17
Nama Organisasi Dewan perwakilan Cabang Daerah Kab Tangerang Anggota Termuda dan berbakat Dewan Perwakilan Cabang Daerah Kab Tangerang
Jabatan Pengurus
Tahun 2012
Tingkat Lokal
Dewan Perwakilan Cabang Kab Tangerang Duta Pariwisata Se-Tangerang Raya Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Pengurus
2011
Lokal
2012
Lokal
2012
Lokal
2012
Lokal
Sekretaris
2012-2014
Lokal
7 8 9 10 11 12 13 14
18
19
Anggota Terbaik
20
Grand Finalist Mahasiswa Berprestasi FKIK UIN JKT
21
Dewan perwakilan Cabang Daerah Kab Tangerang Paguyuban Kang & Nong Kab Tangerang
22
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim…. Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat serta karunianya, makalah
ini bisa terselesaikan meskipun banyak halangan dan
rintangan yang menghadang. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw. beserta keluarganya, sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir zaman. Berkat Rahmat Allah SWT dan dorongan keinginan yang kuat, sehingga penulis dapat menyusun laporan penelitian skripsi dengan judul " Pengaruh Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak Dan Pencegahannya Pada Pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ” dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana kesehatan masyarakat (S.KM) Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menilik akan tujuan yang mulia dari staff
pengajar, maka penulis sangat
mendukung karena merupakan sarana pengembangan keahlian mahasiswa untuk mencapai kemajuan dalam mengembangkan hasil penelitian magang maupun argumennya. Semua ini merupakan sumbangan ilmu pengetahuan yang sangat dan dapat memperkaya pengetahuan ilmiah bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta, khususnya mahasiswa Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Negeri Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat. Menilik lebih dalam,laporan ini masih jauh dari sempurna karena “tak ada gading yang tak retak”, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar penulisan penelitiannya dapat direvisi dan disempurnakan kembali. Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan magang ini, diantaranya:
viii
1. Bpk Syahrudin Asip. Ibu Ustzh Nur’aini selaku orang tuaku
yang selalu
mengingatkan, memberikan dukungan, serta kasih sayang yang tiada batas yang mereka berikan kepada saya.. 2. Buat adik-adikku yang tersayang Salvia Rahmawati dan M. Faqih Abdillah yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepadaku, dan yang selalu memberikan senyuman. 3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku Dosen Pembimbing Fakultas kegiatan magang, dan sebagai penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) yang tiada henti selalu sabar dan selalu memberikan arahan,
bimbingan dan masukan yang berarti bagi penulis selama penyusuna laporan ini hingga selesai tepat waktu. 6. Ibu Raihana Nadra Alkaf, SKM, MMA selaku pembimbing II skripsi yang telah membimbing dengan tulus dan ramah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu yang ditetapkan, 7. Ibu Fase Badriah, Ph.D, Bpk. Drs.Farid Hamzein, M.Si, dan Ibu Rostini MKM, Selaku penguji skripsi yang telah menguji dan mengoreksi hasil penieltian ini, juga telah meluangkan waktu untuk revisi penelitian ini. 8. Keluarga Besar Paguyuban Kang & Nong Kab Tangerang. Terimaksih banyak atas support yang kalian berikan. Kalian Memberikan support dan semangat yang tidak bisa saya lupakan. 9. Temen- temen K3 2009, satu perjuangan dalam mengejar ilmu K3 (Diana, Vijeh, Amel, Rifqi, Reza, Desi, Nia, Ubay, Fadil, Denis, Defri, Dio, Henny, Sandi Lina, Fil, Pikih, Novan, Sca) atas semangat juangnya untuk selalu kompak, semoga kita sukses menjadi ahli K3, Audiotr K3 dan Manager HSE. Amien ix
10. Teman-teman Kesmas 2009, peminatan Kesehatan Lingkungan (Maya, Cita, Reni, Ami, Dila, Ersa dan Moris), Peminatan Gizi, dan Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan sukses selalu dimana pun berada. 11. Sahabat-sahabat terbaik saya selama di UIN yang selalu mendoakan saya dimanapun mereka berada Putri Rose, Moetz, Nia, Rei, Ikoh, Fatimah, Ita, Oman dan awesti. Terimakasih atas kebaikan kalian selama saya menuntut ilmu Ciputat tercinta ini. 12. Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga bantuan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis mendapat barakah dari Allah SWT.
Jakarta, November 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI Cover Judul Lembar Pernyataan
i
Abstrak
ii
Lembar Persetujuan
iv
Biodata Penulis
vi
Kata Pengantar
viii
Daftar Isi
xi
Daftar Tabel
xv
Daftar Gambar
xvii
Daftar Lampiran
xviii
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
9
1.3 Pertanyaan Penelitian
11
1.4 Tujuan Penelitian
11
1.4.1 Tujuan Umum
11
1.4.2 Tujuan Khusus
11
1.5 Manfaat Penelitian
12
1.5.1 Bagi Peneliti
12
1.5.2 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
1.5.3 Bagi Pekerja
13
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis Kontak
15
2.1.1.Epidemiologi Dermatitis Kontak
15
2.1.2.Bahan Kimia yang Menyebabkan Dermatitis Kontak
16
2.1.3. Jenis Pekerjaan dan Prilaku yang berisiko Terkena Dermatitis Kontak
18
2. 1.3.1 Mencuci Tangan
19
2.1.3.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri
22
2.2 Konsep Prilaku
23 xi
2.2.1 Teori Lawrence Green
23
2.2.2 Konsep Pengetahuan
24
2.2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
24
2.2.2.2 Pengukuran Pengetahuan
28
2.3 Promosi Kesehatan
29
2.3.1 Definisi Promosi Kesehatan
29
2.3.2 Promosi Kesehatan
30
2.3.3 Pendidikan Kesehatan
31
2.3.3.1 Metode Pendidikan Promosi Kesehatan
31
2.3.3.2 Penyuluhan
34
2.3.3.3 Media Pendidikan Promosi Kesehatan
34
2.3.3.4 Media Leaflet
40
2.4 Kerangka Teori
42
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
43
3.2 Definisi Operasional
47
3.3 Hipotesis Penelitian
48
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Studi
49
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
50
4.3 Populasi & Sampel Penelitian
50
4.4 Instrumen Penelitian
53
4.5 Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian
57
4.5.1
Persiapan Penelitian
57
4.5.2
Kegiatan Pemilihan Sampel pada kedua kelompok
60 xii
4.5.3
Kegiatan Pre-test
61
4.5.4
Kegiatan Penyuluhan
62
4.5.5
Kegiatan Post-Test
62
4.6 Pengumpulan Data Penelitian
63
4.7 Pengolahan Data Penelitian
63
4.8 Teknik Analisis Data Peneltian
64
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Sample
69
5.1.1 Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
5.1.2 Gambaran Umum Pekerja Cleaning Service di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
5.2 Univariat
71
5.2.1 Pengetahuan Sebelum Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
71
5.2.2 Pengetahuan Setelah Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
72
5.2.3 Perubahan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
73
5.3 Bivariat
74
5.3.1 Uji Normalitas
75
5.3.2 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Intervensi
76
5.3.3 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Kontrol
77
5.3.4 Perbedaan Pengetahuan sebelum dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol
79
5.3.5 Perbedaan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol
80
5.3.6 Perbedaan Perubahan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol
80 xiii
5.3.7 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning sevice Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Bahayanya
81
5.3.8 Paparan Sumber Informasi & Hubungan Sosial
82
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian
84
6.2 Gambaran Karakteristik Pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
84
6.3 Pengetahuan Pekerja Cleaning Service pada Kelompok Intervensi
86
6.4 Pengetahuan Pekerja Cleaning Service pada Kelompok Kontrol
88
6.5 Perbedaan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service sebelum dan sesudah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol
91
6.6 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahnnya
93
6.7 Pengaruh Paparan Informasi dan Hubungan Sosial
94
BAB VII KESIMPULAN & SARAN 7.1 Kesimpulan
96
7.2 Saran
96
Daftar Pustaka Lampiran
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kelebihan dan kelemahan media cetak
37
Tabel 2.2
Kelebihan dan kelemahan media elektronik
38
Tabel 2.3
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang
39
Tabel 2.4
Kelebihan dan Kelemahan Media Leaflet
40
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional
46
Tabel 4.1
Materi pada Media Leaflet
55
Tabel 4.2
Pembagian Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
61
Tabel 5.1
Ditribusi Responden Berdasarkan Nama Gedung, Waktu Pelaksanaan Penyuluhan, dan Jumlah Peserta Penyuluhan
Tabel 5.2
Distribusi Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sebelum Penyuluhan pada kelompok Intervensidan Kelompok Kontrol
Tabel 5.3
72
Distribusi Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sesudah dilakukan Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Tabel 5.4
68
73
Distribusi Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Tabel 5.5
74
Hasil Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sebelum Intervensi (Pre-test) dan Setelah Intervensi (Post-test) pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Tabel 5.6
Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Intervensi
Tabel 5.7
77
Perbedaan Pengetahuan sebelum dilakukan Penyuluhan (pre test) antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol
Tabel 5.9
76
Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Kontrol
Tabel 5.8
75
78
Perbedaan Pengetahuan sesudah dilakukan Penyuluhan (post test) antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol
79
xv
Tabel 5.10 Perbedaan perubahan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan (pre test) antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol
80
Tabel 5.11 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahannya
80
Tabel 5.12 Paparan sumber Informasi yang diterima pekerja cleaning service sebelum dilakukan penyuluhan Pot ensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahannya
82
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah Cuci Tangan
21
Gambar 2.2 Kerangka Preced-Proced Lawrence Green
24
Gambar 2.3 Kerangka Teori
42
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuisioner Pre test Penelitian
Lampiran 2
Kuisioner Post test Penelitian
Lamipran 3
Leaflet Dermatitis Kontak sebelum Uji Media
Lampiran 4
Leaflet Dermatitis Kontak Setelah Uji Media
Lampiran 5
Kuisioner Uji Media
Lamipran 6
Rekap hasil Uji Media
Lampiran 7
Kuisioner Uji Validitas
Lampiran 8
Out put Hasil Uji Validitas Kuisioner
Lampiran 9
Out Put Hasil Penelitian
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dermatitis
kontak
iritan
(DKI)
merupakan
reaksi
peradangan
nonimunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff, 2008). Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih dari satu mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon biologis pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibodi spesifik (Hogan, 2009). Badan Pusat Statistik RI pada bulan Agustus 2009 mencatat bahwa sebanyak 104,87 juta jiwa (92,08%) penduduk Indonesia adalah bagian dari angkatan kerja, yang bekerja di sektor formal sebanyak 32,14 juta jiwa (30,6%) dan di sektor informal sebanyak 67,86 juta jiwa (69,3%), sedikitnya terdapat 720.457 kasus penyakit akibat kerja dalam tahun 2009 (Hudoyo, 2009).
1
2
Penyakit kulit akibat kerja sebagai salah satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak kedua setelah penyakit muskuloskeletal disorder, berjumlah sekitar 22% dari seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit kulit akibat kerja berlokasi di tangan (Depkes, 2008). Dari hasil penelitian Septiani (2012), dari 99 pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diteliti didapatkan pekerja yang mengalami dermatitis kontak sebanyak 32,3%
dan pekerja yang tidak
mengalami dermatitis kontak sebanyak 67,7%. Penelitian ini juga menunjukan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada cleaning sevice UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ialah lama kontak frekuensi kontak, riwayat penyakit kulit sebelumnya. Faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan atau diintervensi. Dalam populasi peneltian tersebut ditemukan semua pekerja yang tidak menggunakan APD dan tidak mempunyai kebiasaan cuci tangan yang baik. Padahal, kedua variabel tersebut dapat menjadi faktor preventif terhadap timbulnya penyakit dermatitis kontak. Menurut Lestari (2008) faktor yang paling utama mempengaruhi terjadinya dermatitis akibat kerja karena kontak dengan bahan kimia adalah perilaku pemakaian APD berupa sarung tangan. Dari hasil penelitian Erliana (2008) menunjukkan bahwa variabel penggunaan APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis kontak dengan p value 0,001. Penelitian Nuraga (2006) juga menyebutkan bahwa pekerja yang kadang-
3
kadang memakai APD mempunyai risiko mengalami dermatitis kontak 9 kali lebih besar dari pekerja yang selalu menggunakan APD. Nilai kisaran (minimum dan maksimum) Odds Ratio sebesar 2,018-36,279, berarti bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% kelompok responden yang kadang-kadang menggunakan APD mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok responden yang selalu menggunakan APD (Nuraga, 2006). Selain pemakaian alat pelindung diri saat bekerja, personal hygiene atau perilaku mencuci tangan juga dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak. Dari penelitian sebelumnya memperlihatkan hasil bahwa pekerja dengan personal hygiene yang baik dan menderita dermatitis kontak sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 orang yang terkena dermatitis kontak, sedangkan dengan personal hygiene yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 orang pekerja (Lestari, 2007). Perilaku mencuci tangan dapat mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel sesudah bekerja, namun kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis tetap ada. Penyebabnya adalah kesalahan dalam melakukan cuci tangan sehingga masih terdapat bahan kimia yang menempel di kulit pekerja. Kesalahan dalam mencuci tangan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan tentang cara mencuci tangan yang benar dan pentingnya kebiasaan mencuci tangan (OSHA, 1998 dalam Ruhdiat, 2006). Menurut penelitian Nuraga (2007) salah satu hal yang menjadi penilaian personal hygiene adalah masalah mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan
4
ini seharusnya dapat mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit pekerja. Cleaning service adalah salah satu jenis pekerjaan basah (sering kontak dengan air) yang membuat karakteristik cleaning service menjadi berpotensi terkena penyakit kulit akibat kerja, seperti dermatitis kontak akibat kerja. Aktivitas pembersihan biasanya berlangsung di rumah, kantor, sekolah atau pabrik. Pekerjaan yang dilakukan cleaning service berpotensi mengakibatkan kerusakan fisik kulit karena kontak dengan sabun, detergen, beberapa makanan dan produk teknis lainnya. Pekerja pembersih rumah tangga dan industri lebih rentan untuk menderita dermatitis kontak iritan dan dermatitis tangan sebagai akibat dari paparan alergen (Escala, 2010). Produk pembersih telah dikembangkan untuk menghilangkan debu, kotoran, melarutkan kotoran berminyak dan sebagai disinfektan. Namun produk ini mengandung berbagai jenis bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan (OSHA, 2008). Bahan iritan yang umum digunakan dalam produk pembersih yang dapat menyebabkan dermatitis ialah asam dan basa, detergen, surfaktan dan solvent. Bahan tambahan yang sering digunakan seperti pewangi, pewarna, dll merupakan zat sensitizer bagi kulit dan detergen keras biasanya
5
mengandung senyawa ammonium surfaktan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Produk pembersih yang mengandung zat berbahaya tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit. Jika paparan terlalu tinggi dan terlalu lama dapat menimbulkan risiko penyakit kulit. Pekerja Cleaning service terpapar bahan kimia dalam produk pembersih dalam melakukan pekerjaannya sehari hari yaitu seperti mengepel, mencuci piring atau membersihkan toilet. Oleh karena itu cleaning service merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi terhadap kejadian dermatitis kontak (Frosch, 2011). Menurut HL Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Meskipun perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan, namun faktor perilaku berperan dalam ketiga faktor lainnya. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan derajat kesehatan, intervensi terhadap faktor perilaku sangat strategis. Terbentuknya perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dimana seseorang tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan pada akhirnya akan terbentuk perilaku baru (Bloom, 1956). Oleh sebab itu, intervensi terhadap faktor perilaku seperti penggunaan APD dan perilaku mencuci tangan dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dari 30 orang cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan hasil bahwa 100 % pekerja menggunakan bahan atau zat kimia tanpa menggunakan
6
alat
pelindung
diri
dalam
mengerjakan
pekerjaan
mengepel
lantai,
membersihkan toilet dan beberapa diantaranya membersihkan ruangan laboratorium. Sebanyak 3 orang mengetahui bahaya dari bahan kimia yang digunakan untuk mengepel dan membersihkan toilet tersebut, tersebut pekerja ketahui dari TV,
pengetahuan
koran, kemasan produk, dan mendengar
informasi dari orang lain, sisanya sebanyak 27 orang tidak mengetahui mengenai bahaya dari bahan kimia tersebut. Pekerja yang mencuci tangan setelah bekerja sebanyak 6 orang, sisanya sebanyak 24 orang tidak mencuci tangan setelah bekerja. Hasil pendahuluan menunjukkan pekerja cleaning service yang menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sarung tangan saat bekerja hanya 2 orang, sisanya tidak memakai APD dengan alasan responden tidak memiliki APD karena pihak UIN SH Jakarta tidak menyediakan APD tersebut. Pekerja akan menggunakan sarung tangan hanya disaat melakukan pekerjaan tertentu seperti pekerjaan yang dianggap kotor seperti
membersihkan taman dan
memotong rumput atau tanaman hias yang berada taman kampus. Sekitar 28 orang dari pekerja tidak mengetahui bahaya tidak menggunakan APD saat bekerja, karena belum pernah ada penyuluhan yang diberikan oleh pihak UIN mengenai kesehatan dan keselamatan kerja yang berhubungan dengan potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahan. Dari hasil studi pendahuluan juga didapatkan hasil bahwa personal hygiene pekerja yang mencuci tangan dengan sabun pencuci tangan hanya terdapat 5 orang dan sisanya sekitar 25 orang
7
mencuci tangan menggunakan air yang mengalir tanpa menggunakan sabun pencuci tanagn. Dari keterangan pekerja, alasan pekerja mencuci tangan tanpa menggunakan sabun pencuci tangan adalah karena pekerja berpendapat bahwa dengan menggunakan air mengalir saja sudah cukup untuk membersihkan kotoran yang menempel ditangan pekerja dan pekerja tidak mengetahui manfaat mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun pencuci tangan. Berdasarkan data penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septiani (2012) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak pada pekerja cleaning service dan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, melalui kuisioner dan wawancara pada pekerja cleaning service yang menunjukan bahwa pekerja
cleaning service tidak
memiliki pengetahuan mengenai bahaya zat kimia yang digunakan saat bekerja dan tidak memiliki rasa peduli untuk mencuci tangan setelah bekerja. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Menurut Notoatmodjo (2003) untuk meningkatkan pengetahuan pekerja cleaning service, maka perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada pekerja. Penyuluhan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
8
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media. Metode yang digunakan tergantung pada sasaran. Apabila kelompok sasarannya besar maka metode yang digunakan adalah ceramah. Ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Sedangkan media yang digunakan dapat berupa media cetak (brosur dan poster), elektronik (televisi, radio, video, slide, dan film), dan media papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003). Salah satu media yang dapat digunakan secara efektif untuk memberikan informasi kesehatan adalah leaflet. Media leaflet mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih tahan lama, dapat dibawa kemana-mana dengan mudah, mencakup banyak orang, biaya murah, dan dapat mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Suraya (2011) menunjukkan bahwa penyuluhan menggunakan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengnai pola pemberian ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2010) menunjukan bahwa ada perubahan pengetahuan ibu balita gizi buruk antara sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan media leaflet. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melihat pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahnnya pada pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
9
1.2. Rumusan Masalah Penyakit Dermatitis Kontak berisiko menyerang pada pekerja yang menggunakan bahan kimia dalam melakukan pekerjaannya, salah satunya adalah pekerja cleaning service yang melakukan pekerjaan mengepel lantai, membersihkan kaca, membersihkan toilet secara rutin dan membersihkan sisa praktikum di laboratorium. Dermatitis kontak yang terjadi pada pekerja cleaning service disebabkan oleh paparan bahan kimia yang digunakan dalam melakukan pekerjaan mengepel lantai, membersihkan kaca, membersihkan toilet atau membersihkan ruangan laboratorium. Kejadian dermatitis kontak tersebut dapat dihindari atau dapat dicegah dengan penggunaan alat pelindung diri APD berupa sarung tangan saat bekerja dan melakukan langkah cuci tangan yang baik dan benar sebelum dan sesudah bekerja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 30 orang pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat 27 orang tidak mengetahui bahaya dari bahan kimia yang digunakan responden saat melakukan pekerjaan seperti mengepel, membersihkan toilet, membersihkan kaca dan membersihkan laboratorium. Selain itu, seluruh pekerja cleaning service tersebut tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dalam mengerjakan tugas hariannya karena tidak disediakan oleh pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pekerja cleaning service bekerja menggunakan sarung tangan jika pekerja melakukan pekerjaan yang dianggap kotor seperti membersihkan taman dan memotong rumput atau tanaman hias yang berada taman kampus.
10
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pula diketahui bahwa dari 19 orang dari 30 pekerja cleaning service mencuci tangan dengan sabun pencuci tangan setelah bekerja, sisanya sebanyak 11 orang tidak mencuci tangan setelah bekerja hanya sebelum bekerja, pekerja beranggapan bahwa tangan pekerja tidak terkena kotoran apapun dan masih terlihat bersih sehingga pekerja akan mencuci tangan jika tangan pekerja ada kotoran yang terlihat. Oleh sebab itu, pekerja hanya mencuci tangan sebelum atau sesudah bekerja dan terkadang hanya menggunakan air saja tanpa menggunakan sabun pencuci tangan. Hal tersebut terjadi disebabkan karena pekerja cleaning service tidak memiliki pengetahuan mengenai potensi bahaya penyakit dermatitis kontak dan juga tidak mengetahui langkah cuci tangan yang baik dan benar sebagai pencegahan dari penyakit
dermatitis kontak tersebut. Berdasarkan
studi
pendahuluan diketahui bahwa pekerja cleaning service tidak pernah mengikuti penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahnnya. Oleh sebab itu, pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perlu berikan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya agar pekerja terhindar dari penyakit dermatitis kontak yang dapat menghambat produktivitas pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
11
1.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media leaflet pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013? 2. Apakah ada hubungan antara penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan
pengetahuan
mengenai
potensi
dermatitis
kontak
dan
pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013?
1.4.
Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media leaflet dengan perubahan
pengetahuan mengenai potensi bahaya
dermatitis kontak antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diketahuinya perbedaan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya sebelum dan sesudah dilakukan
12
penyuluhan dengan menggunakan media leaflet pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. 2. Diketahuinya ada hubungan antara penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Manfaat penelitian bagi peneliti adalah yaitu peneliti menambah pengetahuan mengenai pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan mengenai dermatitis kontak dan pencegahannya. Selain itu, peneliti juga mendapatkan pengalaman dalam melakukan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja yang berisiko terkena penyakit dermatitis kontak.
1.5.2 Bagi UIN Syarif Hidayatatullah Jakarta Manfaat penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu dapat memberikan pertimbangan untuk menggunakan media leaflet sebagai metode untuk meningkatkan pengetahuan pekerja Cleaning service mengenai informasi- informasi kesehatan dan keselamatan kerja. Selain itu,
13
hasil peneltian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya atau masukan dalam membuat sebuah kebijakan.
1.5.3 Bagi Pekerja Manfaat bagi pekerja yaitu sebagai bahan informasi dan masukan untuk memperhatikan kesehatan kerja pekerja cleaning service dalam upaya pencegahan dermatitis kontak yang merupakan penyakit kulit akibat kerja. Para pekerja cleaning service diharapkan dapat mengurangi kontak secara langsung dengan bahan kimia berbahaya yang berada dalam produk pembersih, yaitu dengan memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan, sehingga dapat melindungi kulit pekerja dan mengurangi paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi kulit.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan dilakukan oleh mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk melihat pengaruh intervensi penyuluhan dengan media intervensi menggunakan media leaflet terhadap tingkat pengetahuan pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Peneltian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 hingga Oktober 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi yang digunakan adalah Quasi-Experimental Design dalam bentuk
14
Non-equivalent Control Group Design dengan bantuan instrumen penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi penelitian diketahui dari penelitian sebelumnya terdapat pekerja cleaning service yang masih aktif bekerja yaitu 99 orang. Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 orang pekerja cleaning service di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan hasil studi pendahuluan Sekitar 75 % dari pekerja tidak
mengetahui bahaya tidak menggunakan APD saat bekerja, karena belum pernah ada penyuluhan yang diberikan oleh pihak UIN mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis kontak dan bahaya dermatitis kontak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Kontak 2.1.1 Epidemiologi Dermatitis Kontak Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan (Sularsito, 2008). Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit akupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational. Juga berdasarkan survey tahunan dari institusi yang sama, bahwa incident rate untuk penyakit okupasional atau penyakit akibat kerja pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan (Wolf, 2008). Menurut Gould (2003), Sebuah kusioner penelitian diantara 20.000 orang yang dipilih secara acak di Sweden melaporkan bahwa 25% memiliki perkembangan gejala selama tahun sebelumnya. Orang yang bekerja pada industri berat, mereka yang bekerja bersentuhan dengan bahan kimia keras
15
16
yang memiliki potensial merusak kulit dan mereka yang diterima untuk mengerjakan pekerjaan basah secara rutin memiliki faktor resiko. laki-laki yang dipekerjakan sebagai pekerja metal, pekerja karet, terapis kecantikan, dan tukang roti, pembantu rumah tangg dan cleaning service.
2.1.2 Bahan Kimia yang Menyebabkan Dermatitis Kontak Paparan bahan kimia ditentukan oleh banyak faktor termasuk lama kontak (durasi), frekuensi kontak, konsentrasi bahan dan lain-lain (Agius R, 2006). Sehingga terjadinya resiko kontak bahan kimia perlu dikendalikan dan dikontrol seperti membatasi jumlah kontak yang terjadi. Oleh karena itu bahan kimia merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak (Djuanda, 2007). Bahan kimia cair asam berbeda cara kerjanya dengan basa. Asam menimbulkan luka bakar luas dengan efek panas dengan proses perusakan jaringan lunak. Cairan korosif memerlukan pH yang rendah atau sangat tinggi untuk menyebabkan korosi, namun pada paparan awal tidak timbul rasa sakit (Linins I, 2006). Beberapa bahan kimia yang memiliki potensi iritasi dan sensitisasi pada kulit menurut National Safety Council Itasca, Illnois dalam buletin SHARP tahun 2001 dalam Nuraga (2006) sebagai berikut :
17
Tabel 2.1 Bahaya Kimia di Tempat Kerja Cleaning Service Kontak Alergi Kandungan Bahan Kimia Pada Produk Pembersih
Asam ( sulfur, asam asetat, asam sitrat, hydrochloric)
Alkali (amonium hidroksida, sodium hidroksida, silika, karbon) Hipoklorit, aldehid, senyawa amonium Solvent (toluene, alkohol, glikol eter seperti 2butoxyethanol) Fatty acid salts, organic sulphonates Formaldehid Bahan pencampur (EDTA, Nitrilotriacetc acid (NTA)) Film formers, semir (wax, acryl polymers, polyethylene)
Produk yang Mengandung Bahan Kimia
Kemungkinan Pengaruh Terhadap Kesehatan Manusia
Produk pembersih lemak
Bersifat korosif ; Kulit terbakar-dermatitis; jika kontak dengan mata dapat mengurangi penglihatan atau kebutaan misalnya karena asam hydrochloric Iritasi kulit, mata dan selaput lendir, masalah pernafasan, adanya kemungkinan asma Iritasi kulit, mata dan selaput lendir; keracunan
Disinfektan
Sensitisasi, iritasi selaput lendir
Produk pembersih lantai, produk pembersih lemak, disinfektan, deterjen, wax Deterjen, sabun
Iritasi kulit, sistem pernafasan; racun bagi saraf atau reproduksi
Bahan pengawet atau disinfekan pada pembersih lantai, wax, deterjen, dll Pelarut pembersih
Terutama menyebabkan alergi dan sensitisasi
Produk perawatan permukaan
Sensitisasi
Produk pembersih kimia, terutama produk pembersih toilet
Iritasi kulit, mata dan selaput lendir
Iritasi kulit, mata dan selaput lendir
Anti korosif: Sensitisasi kulit; iritasi jalur surfaktan biasa pernafasan dan paru-paru; digunakan pada berhubungan dengan asma akibat produk perawatan kerja Ethanolamine lantai, pemakaian umum, kaca dan pembersih kamar mandi Sumber: Emmanuelle Brun. 2009. The Occupational Safety and Health of Cleaning Workers (EU-OSHA)
18
2.1.3
Jenis Pekerjaan dan Prilaku yang berisiko Terkena Dermatitis Kontak Tabel 2.2 Pekerja yang Berisiko Terpapar Dermatitis kontak
Sumber : Johansen et al., 2011, p. 320-321
19
2.1.3.1 Mencuci Tangan Kebiasaan pekerja yang kurang baik untuk tidak segera mencuci setelah terkena kontak dengan agen bahan kimia merupakan prilaku yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. Kebersihan pribadi seperti mencuci tangan setelah menyelesaikan setiap pekerjaan merupakan preventif yang baik, namun tergantung fasilitas mencuci tangan, yaitu dengan air kran yang mengalir, kualitas saat mencuci tangan, pengetahuan tentang pentingnya kebiasaan mencuci tangan (OSHA 1998 dalam Ruhdiat 2006). Pekerja yang kurang bersih, misalnya tidak membersihkan badan sehabis bekerja, tidak memakai alat pelindung diri atau memakai pakaian yang telah terkontaminasi akan lebih mudah terkena dermatosis akibat kerja (Ganong 2006 dalam Ernasari 2012). Higiene perseorangan merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak. Analisis hubungan antara personal hygiene dengan dermatitis kontak memperlihatkan hasil bahwa pekerja dengan personal hygiene yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 orang pekerja terkena dermatitis kontak. Sedangkan dengan personal hygiene yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 orang pekerja. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan ini seharusnya dapat mengurangi potensi
20
penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit pekerja. Sebaiknya memilih sabun cuci tangan yang dapat menghilangkan bahan kimia tangan namun tidak merusak lapisan pelindung tangan. Jika jenis sabun ini sulit ditemukan dapat menggunakan pelembab tangan setelah mencuci tangan. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab. Mencuci pakaian juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak. Sebaiknya pakaian kerja yang telah terkontaminasi bahan kimia tidak digunakan kembali sebelum dicuci. Akan lebih baik lagi jika pencucian baju kerja dilakukan setiap hari setelah digunakan. Selain itu cara pencucian perlu diperhatikan. Jangan mencampur/merendam baju kerja dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari. Usahakan mencuci pakaian kerja dengan menggunakan mesin cuci, namun cara manual tidak menjadi masalah asalkan setelah mencuci, tangan dibersihkan kembali dengan baik (WHO, 2005). Menurut penelitian Ruhdiat (2006) menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden yang selalu menjaga kebersihan diri dengan
21
selalu mencuci tangan (24,46%) dan sebanyak 46 responden (75,41%) yang
kadang-kadang
mencuci
tangan.
Apabila
ditinjau
dari
frekuensinya terlihat bahwa responden yang selalu mencuci tangan mempunyai perjalanan dermatitis kontak yang lebih sedikit. Namun persentase yang tidak pernah mengalami terjadinya dermatitis kontak pada kelompok responden yang kadang-kadang mencuci tangan ternyata lebih besar, yaitu 7 orang (87,5%) dibandingkan kelompok responden yang selalu mencuci tangan hanya 1 orang (12,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan tidak berpengaruh pada terjadinya dermatitis kontak (p value=0,407).
aGambar 2.1 Langkah Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
22
2.1.3.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri Selain
prilaku
kebiasaan
mencuci
tangan,
prilaku
menggunakan alat pelindung diri merupakan salah satu prilaku yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak. Hasil penelitian Cahyawati (2011) menunjukkan bahwa pemakaian alat pelindung diri ternyata menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada nelayan. Responden yang cenderung memakai APD secara baik lebih rendah berisiko terkena dermatitis p = 0,001 yang berarti bahwa pemakaian APD berhubungan secara signifikan dengan kejadian dermatitis. Selain itu hubungan antara kebiasaan menggunakan APD dengan dermatitis kontak juga diperoleh dari penelitian Erliana (2008) bahwa proporsi pekerja yang tidak menggunakan APD diketahui 87,5% menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APD hanya 19%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa variabel penggunaan APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis kontak (p=0,001). Untuk mencegah terjangkitnya penyakit kulit akibat kerja maka pemakaian alat pelindung diri (APD) untuk perlindungan kulit sangat pentingm, karena dengan pemakaian APD yang tidak sesuai atau tidak tepat dapat menyebabkan suatu gangguan dari aktivitas pekerja yaitu bila pekerja tersebut kontak dengan bahan berbahaya maka penyakit kulit seperti dermatitis dapat terjadi. Perlindungan kulit ini tidak hanya melibatkan pekerja tapi juga pemberi kerja, namun hal
23
yang juga penting ialah keterlibatan peraturan atau perundangundangan (Nuraga, 2006).
2.2 Konsep Prilaku 2.2.1 Teori Lawrence Green Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan tergadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan demikian kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan. Menurut Lawrence Green perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : a. Faktor Pendorong (Predisposing Factors) Faktor yang mempermudah atau memprodisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilainilai, tradisi dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling factors) Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Misalnya : Puskesmas, Rumah Sakit, tempat pembangunan dan lain-lain. c. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor penguat merupakan faktor pendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Terkadang seseorang ang mengetahui dan mampu untuk berperilaku sehat, namun tidak dapat melakukannya. Contoh : Seorang ibu hamil, tahu manfaat periksa hamil dan di dekat rumahnya ada
24
puskesmas, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau melakukan periksa hamil namun anaknya tetap sehat.
aGambar 2.2 Kerangka Preceed-Proceed Menurut Lawrence Green
2.2.2 Konsep Pengetahuan 2.2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Pengalaman Notoatmodjo (2003) mengatakan pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio. Sulaeman
25
(1995) juga mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya.
2. Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang didapat seseorang akan membantu pembentukan individu dalam masa perkembangannya (Sarwono, 2006). Survei Demografi di 40 negara (Engendering Development, Bank Dunia, 2001) memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin rendah angka kematian bayi. Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun akan menurunkan angka kematian bayi secara signifikan dibandingkan dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi ini bahkan semakin rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan menengah tingkat pertama. Beberapa penelitian
membuktikan
adanya
hubungan
antara
tingkat
pendidikandengan pengetahuan. Hasil penelitian Hariyanto (1997) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dan sikap terhadap penderita AIDS, membuktikan bahwa ternyata ada hubungan bermakna antara tingkatan pendidikan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dengan Pvalue = 0,0071. Wirni (1997) dalam penelitiannya yang berjudul pendidikan formal ibu balita dengan pengetahuan, sikap, praktek tentang penyakit Infeksi Cacing Usus (ICU) di RW 03, Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur tahun 1997, menunjukkan
26
ada hubungan bermakna antara pendidikan formal dengan pengetahuan tentang ICU dengan Pvalue= 0,0003. 3. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian
terlebih
dahulu.
Keyakinan
ini
bisa
mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. 4. Fasilitas Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. 5. Sumber Informasi Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat, baik teman bergaul maupun tenaga kesahatan. Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan (Notoatmodjo, 2003). a. Keluarga Keluarga merupakan orang-orang yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman, 1998). Orangtua merupakan “guru” yang
utama,
karena
orangtua
menginterpretasikan
dunia
dan
27
masyarakat bagi anak-anak mereka. Keluarga memegang peranan penting dalam unsur pendidikan dan pembina bagi para remaja, karena keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama dalam pendidikan (Fatah, 2004). Keluarga telah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri (Friedman, 1998). b. Teman bergaul Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan pengetahuannya di masa pubertas yang dapat berlanjut kepada proses pembentukan kepribadian seorang remaja. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu: perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil; kesenjangan antara genarasi tua dan generasi muda; ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda; dan panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa (Yusuf, 2004).
c. Media Massa Peran media massa hampir setiap saat mensosialisasikan sebuah gaya hidup remaja, baik berupa tayangan sinetron, iklan yang ada di televisi maupun sajian yang tersedia dalam majalah. Media begitu gencarnya memberi hanya satu pilihan ideal yang tidak mungkin dapat dicapai semua remaja, akibatnya remaja ragu atas pendiriannya dan tidak ada jalan lain selain mengikuti arus tren (Bambang dalam Elandis, 2005).
28
d. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain salinng berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Kontjaraningrat dalam Effendy, 1998). Karena keluarga dan sekolah berada di dalam masyarakat, lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat tersebut sehingga akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh proses perkembangannya. Kenyataan menunjukkan
bahwa tidak sedikit kecenderungan ke arah
penyimpangan perilaku, sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri yang tidak baik, berasal dari pengaruh lingkungan masyarakat (Ali, 2004).
2.2.2.2 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur. Guna mengukur suatu pengetahuan dapat digunakan suatu pertanyaan. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini
29
melibatkan factor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan
disebut
pertanyaan
objektif
karena
pertanyaan-
pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan
pilihan
ganda
lebih
disukai
dalam
pengukuran
pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat. Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan ada dua kategori yaitu: menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), pertanyaan betul salah dan pertanyaan menjodohkan. 2.3 Promosi Kesehatan 2.3.1 Definisi Promosi Kesehatan WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 19, mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO
30
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).
2.3.2 Tujuan Promosi Kesehatan Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu: a. Tujuan Program Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun. b. Tujuan Pendidikan Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun. c. Tujuan Perilaku Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang
31
tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan 2.3.3 Pendidikan Kesehatan 2.3.3.1 Metode Pendidikan Promosi Kesehatan Menurut WHO (1992), yang dimaksud dengan
media
pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan untuk
menyampaikan
pesan
kesehatan
sehingga
mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa metode promosiatau pendidikan individual, kelompok dan massa/publik, : 1. Metode Pendidikan Individual (perorangan) Bentuk pendekatan ini antara lain : a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling) Dengan cara ini kontak anatar klien dengan petugas lebih sensitif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelsaiannya. b. Wawancara (interview) Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah prilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
32
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Aapbila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. 2. Metode Promosi Kelompok Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok yang kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. 1. Kelompok Besar Kelompok besar disisni adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar. a. Ceramah : Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. b. Seminar : Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat. 2. Kelompok Kecil Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya disebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Diskusi kelompok
33
b. Curah pendapat (Brain Storming) c. Bola Salju (Snow Bolling) d. Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group) e. Role Play (memainkan peranan) f. Permainan Simulasi 3. Metode Promosi Kesehatan Massa Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masayarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa ini, antara lain : a. Ceramah Umum (Public Speaking) b. Penyuluhan massa c. Pidato-pidato d. Simulasi e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa. f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya.
34
2.3.3.2 Penyuluhan Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang (WHO, 1992). Penyuluhan merupakan proses perubahan prilaku melalui upaya pendekatan edukatif yang dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok untuk memmecahkan masalaha dengan memepertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat. Dalam pelaksanaannya, penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku selalu saja ada berbagai kendala. Titik berat proses penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku adalah adanya penyuluhan yang berkesinambungan, sehingga dituntut agar sasaran berubah tidak sematamata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga ada perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mental yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan. Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya (Maulana, 2009)
2.3.3.3 Media Pendidikan Promosi Kesehatan Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media
35
bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra (Depkes RI, 2008). Semakin banyak panca indra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75%-87%), sedangkan 13%-25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Depkes, 2008). Berdasarkan
fusngsinya
sebagai
penyaluran
pesan-pesan
kesehatan (media), media ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu 1. Media Cetak Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain : c. Booklet Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. d. Leaflet Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi. Leaflet
merupakan
lembaran
kertas
berukuran
kecil
mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
36
e. Flyer (Selebaran) Flyer merupakan leaflet tetati tidak dalam bentuk lipatan. f. Flip Chart (Lembar Balik) Flip Chart merupakan media penyampaian pesan atau informasiinformasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dslam bentuk baku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut. g. Rubrik Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. h. Poster Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan informasi kesehatan yang biasanya ditempel di dinding atau di tempat umum maupun di kendaraan umum. i. Foto yang mengungkapkan Informasi-Informasi Kesehatan
37
Kelebihan dan kelemahan media cetak dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.1 Kelebihan dan kelemahan media cetak Kelebihan
kelemahan
-
Tahan Lama
-
-
Mencakup banyak orang
menstimulir efek suara
-
Biaya tidak tinggi
dan efek gerak
-
Tidak perlu listrik
-
Dapat dibawa kemana-kemana
-
Dapat mengungkit rasa
-
Media ini tidak
Mudah rusak
keindahan -
Mempermudah pemahaman
-
Meningkatkan semangat belajar
2. Media Elektronik Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda antara lain : A. Televisi Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dsalam bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, Sport, quiz atau cerdas cermat dan sebagainya. B. Radio Penyampaian informasi atau pesan kesehatn memalui radio juga dapat berbentuk macam-macam seperti :obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio sport, dan sebagainya.
38
C. Video Penyampaian informasi atau pesan kesehatan dapat melalui pemutaran video-video yang bertemakan kesehatan. D. Slide Silde dapat digunakan untuk menyampaikan infoermasi atau pesan kesehatan yang berisisan point-point keseharan. Kelebihan dan kelemahan media elektronik dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.2 Kelebihan dan kelemahan media elektronik Kelebihan
kelemahan
- Sudah dikenal masyarakat
- Biaya Lebih tinggi
- Mengikutsertakan semua
- Sedikit rumit
panca indra - Lebih mudah dipahami - Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak - Penyajian dapat dikendalikan - Jangkauan relatif besar - Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang
- Perli listrik - Perlu alat canggih untuk memproduksinya - Perlu persiapan matang - Peralatan selalu berkembang dan berubah - Perlu keterampilan penyimpanan - Perlu terampil dalam pengoperasiannya
3. Media Luar ruang Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, contohnya adalah sbegai berikut :
39
a. Papan Reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum diperjalanan. b. Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang disuatu tempat strategi agar dapat dilihat oleh semua orang. c. Pameran d. Banner e. TV Layar Lebar
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.3 Kelebihan dan kelemahan media luar ruang Kelebihan - Sebagai informasi umum dan hiburan - Mengikutsertakan semua panca indra - Lebih mudah dipahami - Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak - Bertatap muka - Penyajian dapat dikendalikan - Jangkauan relatif besar - Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail
kelemahan -
Biaya lebih tinggi Sedikit rumit Ada yang memerlukan listrik Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya Perlu persiapan matang Peralatan selalu berkembang dan berubah Perlu keterampilan penyimpanan Perlu keterampilan dalam pengoperasian
40
2.3.3.4 Media Leaflet Leaflet
merupakan
lembaran
kertas
berukuran
kecil
mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Tujuan penggunaan Leaflet 1. Untuk
mengingat
kembali
tentang
hal-hal
yang
telah
diajarkanatau dikomunikasikan 2. Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan 3. Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak
Kelebihan dan kelemahan media leaflet dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.4 Kelebihan dan kelemahan media Leaflet Kelebihan kelemahan -
-
-
Leaflet dipilih karena dianggap memiliki nilai praktis. Dalam leaflet, hanya di informasikan secara garis besar media leaflet dianggap lebih praktis
-
-
-
Bila cetakannya tidak menarik orang enggan untuk menyimpannya. Pada umumnya orang tidak mau membaca karena hurufnya terlalu kecil. Tidak bisa digunakan oleh sasaran yang buta huruf
Leaflet yang baik adalah leaflet yang memiliki kriteria dibawah ini : 1. Menggunakan bahasan sederhana dan mudah dimengerti oleh pembacanya 2. Judul yang digunakan harus menarik untuk dibaca
41
3. Jangan banyak tulisan, sebaiknya dikombinasikan antara tulisan dan gambar 4. Materi harus sesuai dengan target sasaran yang dituju.
42
2.4 Kerangka Teori Kerangka teori ini merupakan modifikasi dari teori Lawrence Green, promosi kesehatan ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu : Faktor Predisposisi, Faktor Penguat dan Faktor Kemungkinan. Salah satu Faktor Predisposisi adalah pengetahuan,
dan
pengetahuan
sendiri
terdapat
faktor
faktor
yang
mempengaruhinya, antara lain : pengalaman, pendidikan, keyakinan, fasilitas, sumber informasi dan hubungan sosial (Maulana, 2009).
Pendidikan Kesehatan Metode - Penyuluhan - Seminar - Diskusi Kelompok - Role Play
Faktor Predisposisi: (predisposing Factors) -
Media: - Leaflet - Poster - Bill board - Spanduk - Video/Film - Flipchart
Pengetahuan Sikap Keyakinan Kepercayaan Nilai-Nilai Tradisi
(Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan) -
Pengalaman Pendidikan Keyakinan Fasilitas Sumber Informasi Hubungan Sosial aGambar 2.3 Kerangka Teori
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ini bertujuan untuk menegatahui efektivitas media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Sesuai dengan tujuan tersebut, penelitian akan lebih difokuskan pada beberapa faktor sesuai dengan kerangka konsep di berikut ini :
Pengetahuan Pekerja cleaning service Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahannya
Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet
Sumber Informasi Hubungan Sosial
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
43
44
Berdasarkan kerangka konsep diatas, yang menjadi variable dependen adalah pengetahuan pekerja cleaning service (selisih skor menjawab kuisioner
sebelum
dan
sesudah
intervensi
penyuluhan).
Variabel
independennya adalah intervensi penyuluhan dengan media leaflet dan variabel faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti sumber informasi dan hubungan sosial, diduga sebagai variabel pengganggunya. Pengetahuan pekerja cleaning service sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan berdasarkan selisih hasil skor pre-test dan post-test. Kelompok penyuluhan adalah kelompok pekerja yang mendapatkan perlakuan berupa penyuluhan menggunakan media leaflet. Sedangkan kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan penyuluhan. Pada masing-masing kelompok akan dilihat selisih skor pengetahuan antara sebelum dan setelah dilakukan intervensi penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok tersebut. Selain itu, akan dilihat berapa persentase pekerja cleaning service yang pengetahuannya meningkat setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet. Variabel faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, tingkat pendidikan, dan status ekonomi akan dikendalikan oleh peneliti dengan membatasi sampel penelitian. Sampel penelitian yang diambil adalah yang berumur 18 sampai 40 tahun, dengan tingkat pendidikan SMP
45
dan SMA. Sedangkan variabel status ekonomi bersifat homogen. Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan lainnya yaitu sumber informasi dan hubungan sosial tidak dapat dikendalikan oleh peneliti sehingga menjadi variabel pengganggu (confounding).
46
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional No
Variabel
Definisi Opersional
Cara Ukur Alat Ukur
1
Intervensi Penyuluhan
Perlakuan yang diberikan sebagai upaya Wawancara Kuisioner 0. Penyuluhan (Media pendidikan kesehatan mengenai potensi Leflet) bahaya dermatitis kontak dan 1. Non penyuluhan pencegahannya dengan menggunakan alat bantu berupa media leaflet
Ordinal
2
Pengetahuan sebelum Intervensi penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya
Tahu atau tidaknya responden mengenai Kuisioner potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan pada kuisioner pre-test sebelum diberikan intervensi penyuluhan.
Soal pre-test
0. Baik (total skor pre-test ≥ nilai mean/median) 1. Kurang (total skor pretest < nilai mean/median)
Ordinal
3
Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahannya
Tahu atau tidaknya responden mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan pada kuisioner post-test, setelah diberikan intervensi penyuluhan
Soal Post-test
0. Baik (total skor pre-test ≥ nilai mean/median) 1. Kurang (total skor pretest < nilai mean/median)
Ordinal
Kuisioner
Hasil Ukur
Skala Ukur
47
No
Variabel
Definisi Opersional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
4
Perubahan pengetahuan tentang potensi bahaya dan penanggulangan dermatitis Paparan informasi
Selisih skor pengetahuan tentang potensi bahaya dan penanggulangan dermatitis sebelum dan sesudah penyuluhan.
Selisih dari hasil nilai pre-test dan post-test
Hasil pretest dan post-test
Ordinal
Pernah memperoleh pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis selain dari intervensi yang dilakukan peneliti Hubungan antara responden dengan keluarga/teman/tetangga/internet sehingga terjadi pertukaran informasi tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis
Kuesioner
Lembar Kuesioner
0. Meningkat (selisih skor bernilai posotif) 1. Menurun (selisih skor bernilai negatif) 0. Pernah 1. Tidak pernah
Kuesioner
Lembar kuesioner
0. Ya 1. Tidak
Ordinal
5
6
Hubungan sosial
Skala Ukur
Ordinal
48
3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media leaflet pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013? 2. Ada hubungan antara penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013?
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Studi Rancangan penelitian ini adalah suatu studi Non-equivalent Control Group Design. Nonequivalent Control Group Design adalah salah satu bentuk Quasi-Experimental Design dengan 2 kelompok yang tidak dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2008). Kemudian setelah penyuluhan kedua kelompok tersebut diberi post-test. Berdasarkan Sugiyono (2008), rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut :
O1______________________(x)
02
O3______________________(-)
04
Keterangan : O1 = Pre-test pada kelompok 1
O2 = Post-test pada kelompok 1
O3 = Pre-test pada kelompok 2
O4 = Post-test pada kelompok 2
Pada rancangan diatas, O1 dan O3 merupakan pengukuran pengetahuan awal (pre-test) yang dilakukan sebelum intervensi kepada kedua kelompok. Setelah itu diberikan intervensi berupa penyuluhan. (X) adalah kelompok yang diberikan intervensi berupa penyuluhan dengan media leaflet, sedangkan (-) adalah kelompok
49
50
yang tidak dilakukan penyuluhan. Kemudian dilakukan pengukuran pengetahuan akhir dengan memberikan post-test yang dilakukan setelah adanya intervensi.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juni-Oktober tahun 2013. Universitas ini dipilih karena peneliti meneruskan dari penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak. 4.3 Populasi & Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah pekerja cleaning service yang bekerja di Fakultas UIN SH Jakarta yang berjumlah 99 orang. Besar sampel pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk dua rata-rata populasi (Lameshow,1997) dengan rumus : n = 2σ2 [Z1- α/2 + Z1- β]2 (μ1- μ2) 2
n = Jumlah Sampel
σ2 = Varians / standar deviasi dari beda rata-rata Z = Nilai baku distribusi normal pada α atau β tertentu 1-α = Derajat kepercayaan (5%) 1-β = Nilai uji kekuatan (95%)
51
μ1 = Rata-rata populasi 1 (rata-rata peningkatan skor pengetahuan pada kelompok
eksperimen pada penelitian Isnaini) = 14 μ2 = Rata-rata populasi 2 rata-rata peningkatan skor pengetahuan pada kelompok
kontrol pada penelitian Isnaini) = 11
Varians adalah parameter populasi yang tidak diketahui, yang dapat diduga dari sampel atau dari pendahuluan dengan merata-rata kedua variansi sampel S21 dan S22 yang membentuk variansi rata-rata S2 P dimana (Lameshow, 1997) :
S2P = (n1 – 1) S21 + (n2 - 1) S22
(n1 – 1) + (n2 - 1)
S²P = Varians gabungan/ standar deviasi dari beda rata-rata n1 = Jumlah sampel kelompok 1 (jumlah sampel pada kelompok kelompok eksperimen pada penelitian Isnaini) = 30 n2 = Jumlah sampel kelompok 2 (jumlah sampel pada kelompok kontrol pada penelitian Isnaini) = 30 S²1 = Standar deviasi kelompok 1 (standar deviasi pada kelompok eksperimen pada penelitian Isnaini) = 1,612 S²2 = Standar deviasi kelompok 2 (standar deviasi pada kelompok kontrol pada penelitian Isnaini) = 1,470
52
Dengan menggunakan batas kepercayaan (α ) sebesar 95% dan tingkat kekuatan (1-β) sebesar 80% serta arah pengujian dua arah (two tailed test) maka jumlah sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok adalah: S²p = (30 – 1) 1,612² + (30 – 1) 1,470² (30 – 1) + (30 – 1) = 75,4 + 62,64 58 = 2,38
n = 2.2,38 [1.96 + 1,64]² (14 – 11)² = 61,69 9 = 6,85 = 7
Berdasarkan perhitungan sampel di atas, jumlah sampel minimum yang diperoleh adalah sebanyak 7 orang untuk masing-masing kelompok (total sampel = 14 orang). Pada pelaksanaan penyuluhan, peneliti mengambil sampel sebesar 95 orang. Sebanyak 48 sampel masuk ke dalam kelompok intervensi penyuluhan dan sebanyak 47 orang masuk ke dalam kelompok kontrol.
53
4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan dalam pengumpulan data untuk mendapatkan data primer langsung dari sampel yang diteliti. a) Kuesioner Salah satu instrumen penelitian yang digunakan ialah kuesioner. Kuesioner yang digunakan berupa kuesioner tertutup dan terbuka dengan metode pengisian yang didampingi oleh peneliti. Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang telah disediakan pilihan jawabannya sehingga memudahkan responden dalam memilih jawaban pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda silang (X). Peneliti menggunakan kuesioner tertutup agar responden dapat menjawab pertanyaan yang diajukan secara lebih sistematis dan mudah karena adanya keterbatasan biaya dan waktu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuesioner pre-test dan post-test yang mencakup tentang penyakit dermatitis, bahan kimia yang digunakan untuk mengepel lantai dan membersihkan toilet yang dapat menyebabkan dermatitis, sarung tangan yang digunakan dalam bekerja, pentingnya menggunakan sarung tangan, pengertian cuci tangan yang baik dan benar, langkah cuci tangan yang baik dan benar, manfaat mencuci tangan, dan waktu cuci tangan. Kuesioner pre-test dibagikan kepada responden. Kuesioner pre-test dan post-test berisi 20 soal dan responden diberi waktu mengerjakan soal selama 15 menit. Jawaban benar akan diberi nilai 1 dan jawaban salah akan diberi nilai 0.
Hasil dari pre-test dan post-test akan
54
dikategorikan menjadi pengetahuan baik (total skor ≥ mean/median), pengetahuan kurang baik (total skor ≤ mean/median). Selain itu, selisih skor pengetahuan antara pre-test dan post-test juga akan dihitung untuk melihat perubahan pengetahuan yang terjadi, apakah mengalami peningkatan (selisih skor antara pre-test & pos-test yang bernilai positif) atau mengalami penurunan (selisih skor antara pre-test & pos-test yang bernilai negatif). b) Media Leaflet Selain kuesioner, media leaflet juga merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Media ini berisi mengenai gejala penyakit dermatitis, bahan kimia yang digunakan dalam melakukan pekerjaan mengepel lantai dan membersihkan toilet yang dapat menyebabkan dermatitis, definisi cuci tangan yang baik dan benar dan langkahnya, manfaat mencuci tangan, dan waktu yang tepat mencuci tangan. Pertama peneliti memberikan pre-test kepada peserta penyuluhan, setelah peserta selesai menjawab, peneliti membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan. Peserta diberi waktu 15 menit untuk membaca leaflet tersebut. Setelah itu, peneliti akan membacakan dan menjelaskan isi yang terdapat pada leaflet tersebut, kepada peserta penyuluhan. Setelah itu, leaflet dikumpulkan kembali oleh peneliti dari peserta penyuluhan. Hal ini dilakukan agar peserta penyuluhan tidak dapat melihat jawaban dari rekan kerjanya atau kerja sama dalam mengisi jawaban pada saat mengerjakan soal post-tes.
No. 1.
Materi
Tabel 4.1 Materi pada Media Leaflet Keterangan
Isi Materi
Dermatitis 1. Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit yang biasanya terdapat di tangan, lengan bawah, dan wajah
2. Penyebab
Penyebab dermatitis di Cleaning Service UIN adalah cairan zat pembersih lantai atau cairan pembersih toilet yang digunakan setiap hari.
2.
Cuci
1. Pengertian
Cuci tangan yang baik dan benar adalah aktivitas membersihkan bagian telapak tangan,
tangan
punggung tangan dan jari dengan sabun dan air mengalir
yang baik 2. Jenis sabun
Jenis sabun yang digunakan dapat menggunakan semua jenis sabun
dan benar
Air yang digunakan adalah air mengalir yang bersih yaitu air yang tidak berasa, tidak
3. Air
berbau, dan tidak berwarna. 4. Manfaat cuci tangan
- Membersihkan bahan pembersih lantai/toilet yang menempel di permukaan kulit -
- Larutan pembersih lantai/toilet akan menempel pada sabun - Air akan membersihkan sabun yang sudah menempel dengan larutan pembersih lantai/toilet tersebut.
5. Langkah-langkah
1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir dan gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah, ratakan dengan kedua telapak tangan. 2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kanan dan tangan kiri.
55
56
No.
Materi
Isi Materi
Keterangan 3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan. 4. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci. 5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. 6. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya. 7. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air bersih dan mengalir. Lalu keringkan
Cuci tangan yang baik dan benar
dengan lap tangan atau tisu. 8. Jangan menutup kran dengan tangan, tetapi gunakan siku atau tisu dan hindari menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan agar kuman yang terdapat di benda-benda tersebut tidak menempel di tangan. 6. Waktu cuci tangan yang tepat
-
Sebelum dan sesudah menyantap makanan
-
Sebelum & sesudah menyiapkan makanan
-
Sebelum & sesudah mengiris sesuatu
-
Setelah Buang air besar/kecil
-
Sebelum dan setelah bekerja
-
Setelah bersentuhan dengan bahan kimia atau zat pembersih lantai
-
Saat pindah proses kerja
57
4.5 Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian 4.5.1. Persiapan Penelitian Proses persiapan penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam persiapan penelitian yaitu: a. Pembuatan Rancangan Penelitian Tahap ini terdiri dari penyusunan rencana penelitian baik studi pendahuluan, kepustakaan, kerangka teori dan kerangkakonsep, definisi operasional dan metode penelitian. b. Pemilihan Media Penyuluhan dan Perancangan Media Media penyuluhan yang diguakan adalah media leaflet. Alasan pemilihan media ini adalah karena media ini memiliki kelebihannya yaitu : mudah dibawa kemana-mana, mencakup banyak orang, biaya lebih murah, dan dapat mempermudah pemahaman, sehingga media ini cocok untuk penyuluhan pada pekerja cleaning service. Dalam tahap perancangan, peneliti merancang media leaflet yang isinya berdasarkan pada table 4.1, kemudian peneliti merancang design leaflet. c. Pembuatan Materi dan Tekhnik penyuluhan Materi penyuluhan yang diberikan adalah materi mengenai definisi dermatitis kontak, gejala dermatitis kontak, penyebab & pencegahan melalui langkah cuci tangan yang baik dan benar, tujuan mencuci tangan serta waktu yang tepat untuk mencuci tangan. Dengan materi-materi tersebut diharapakan dapat meningkatkan kesadaran para pekerja cleaning service untuk mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah bekerja untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak.
58
Teknik penyuluhan yang digunakan adalah penyuluhan dengan metode ceramah dengan alat bantu berupa media penyuluhan. Teknik penyuluhan pada media leaflet yaitu dengan melihat gambar dan membacakan isi yang tertulis pada leaflet tersebut. Penyuluhan ini dilakukan setelah responden selesai mengisi kuisioner pre-test. Penyuluhan tersebut berlangsung selama 20 menit dilakukan oleh peneliti sendiri yang telah berlatih komunikasi dengan baik dan memahami pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya. d. Permohonan Izin Tahap
permohonan izin penelitian dimulai dengan pengajuan surat
permohonan izin penelitian kepada Biro kepegawaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah tahap perizinan telah terpenuhi, maka tahap selanjutnya yaitu melakukan koordinasi dengan para koordinator cleaning service masing-masing Fakultas di UIN yarif Hidayatullah Jakarta. e. Uji media Leaflet & Uji Validitas Kuisioner a. Uji Media Leaflet - Media Leaflet diuji coba kepada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan (promkes) UIN Jakarta angkatan 2010 dengan 2 tahap. Tahap pertama yaitu wawancara, sedangkan tahap kedua yaitu memberikan kuisioner yang memiliki 12 soal mengenai design warna, design huruf, design gambar dan kesesuaiam pesan/isi leaflet dengan judul leaflet. - Pada tahap pertama, peneliti mewawancarai dan berdiskusi dengan mahasiswa Promkes mengenai design leaflet yang telah dirancang. Dari 10 orang mahasiswa
59
yang diwawancarai, mereka mengemukakan pendapat bahwa design leaflet untuk pekerja sebaiknya tidak menggunakan gambar animasi, tidak terlalu banyak tulisan, lebih baik di perbanyak gambar yang menarik dan jelas. Pada tahap ini design leaflet dapat dilihat pada lampiran 6. - Setelah memperbaiki design leaflet berdasarkan saran mahasiswa promkes, peneliti melakukakan tahap kedua, yaitu memberikan kuisioner yang berjumlah 12 pertanyaan pada seluruh mahasiswa promkes angkatan 2010 yang berjumlah kurang lebih 15 orang. Kuisioner tersebut berjumlah 12 pertanyaan mengenai design warna, design huruf, design gambar dan kesesuaian pesan/isi leaflet dengan judul leaflet. Pada tahap ini design leaflet dapat dilihat pada lampiran 6. - Dari keseluruhan mahasiswa promkes, hanya 50 % yang mengisi kuisioner tersebut, yaitu sebanyak 10 orang. Dari 10 orang mahasiswa promkes, 5 orang diantaranya menyarankan untuk menyebutkan nama lain dari dermatitis kontak yang lebih dikenal oleh masyarakat. Selain itu mahasiswa promkes juga menyarankan untuk memberikan no urut pada gambar langkah cuci tangan, sehingga memudahkan responden untuk mengingat urutan langkah cuci tangan. - Setelah leaflet tersebut di perbaiki berdasarkan saran dari mahasiswa promosi kesehatan, kemudian leaflet & kuisioner
tersebut di uji coba pada pekerja
cleaning service yang memiliki karakteristik sama dengan cleaning service UIN SH Jakarta. Pada tahap ini design leaflet dapat dilihat pada lampiran 6. - Setelah saran mengenai uji media leaflet telah dilakukan, peneliti merevisi setiap tahap uji media, dan hasil terakhir dalam uji media leaflet dapat dilihat pada lampiran 6.
60
b. Uji Validitas Kuisioner -
Langkah Uji coba leaflet & kuisioner dilakukan
dengan cara memberikan
kuisioner pre-test dahulu kepada 40 orang pekerja cleaning service yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel, di salah satu universitas swasta di Tangerang. Peneliti membagikan leaflet dan memberikan penyuluhan kepada pekerja cleaning service mengenai dermatitis kontak. Setelah diberikan penyuluhan, responden tersebut diberikan waktu 15 menit untuk membaca leaflet dilanjutkan dengan kuisioner. Setelah itu, peneliti memberikan kuisioner.Hasil Uji validitas kuisioner penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 6.
4.5.2. Kegiatan Pemilihan Sampel pada kedua kelompok Sampel ditentukan berdasarkan random sampling, yaitu dengan langkah sebagai berikut : 1. Peneliti membuat gelas undian yang bertuliskan A dan B. Gelas A beirisi kertas undian yang digulung kecil. Gelas A berisi 13 gulung kertas kecil yang bertuliskan nama-nama fakultas dan gedung di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 10 fakultas. Sedangkan gelas B berisi 13 gulung kertas, yang bertuliskan “intervensi penyuluhan dan sisanya bertuliskan “non-penyuluhan”. Pembagian kelompok penyukuhan dan kelompok kontrol berdasarkan jumlah sampel pada tiap fakultas/gedung, agar jumlah pembagiannya seimbang. 2. Gulungan kertas tersebut dimasukan kedalam gelas kemudian gelas tersebut ditutup rapat dengan kertas dan diberi lubang kecil.
61
3. Peneliti mengocok gelas A terlebih dahulu dan mengeluarkan kertas gulungan yang berada didalamnya kemudian membaca tulisan di dalam kertas tersebut dan mencatatnya. 4. Selanjutnya peneliti dan mengeluarkan kertas gulungan yang berada didalamnya kemudian membaca tulisan di dalam kertas tersebut dan mencatatnya. 5. Selanjutnya peneliti kembali mengocok gelas A dilanjutkan mengocok gelas B dan begitu seterusnya hingga semua gulungan kertas di dalam gelas tidak ada yang tersisa. Berikut ini hasil kocokan gelas undian : Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Penyuluhan
Kelompok Kontrol
- Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan
-Fakultas Adab dan Humaniora
- Fakultas Ushuludin
- Fakultas Ekonomi dan Bisnis
- Fakultas Sains dan Teknologi
- Fakultas Psikologi
- Fakultas Dakwah dan Komunikasi
- Gedung Akademik Pusat
-Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
- Gedung Laboratorium Terpadu
- Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik
- Gedung Student Centre - Gedung Rektorat
4.5.3. Kegiatan Pre-test Setelah randomisasi, peserta kelompok intervensi penyuluhan dan kelompok non penyuluhan masing-masing memasuki sebuah ruangan yang ditentukan peneliti. Masing-masing diberi soal pre-test yang berisi 12 pertanyaan pilihan ganda mengenai dermatitis kontak dan 8 pertanyaan menjodohkan gambar langkah mencuci tangan. Peserta diberi waktu kurang lebih 15 menit untuk mengisi data karakteristik peserta dan menjawab soal pre-test tersebut. Setelah selesai menjawab, peneliti akan mengumpulkan kembali lembar soal pre-test dari responden.
62
4.5.4. Kegiatan Penyuluhan a. Kelompok Intervensi penyuluhan Kegiatan penyuluhan dilakukan 10 kali di tempat yang berbeda, yaitu dilakukan di masing masing fakultas dan gedung UIN yang termasuk kelompok intervensi penyuluhan. Pemberian materi penyuluhan berlangsung selama 20 menit. Materi Penyuluhan ini menjelaskan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya dengan menggunakan alat bantu leaflet. Penyuluhan ini menggunakan metode ceramah yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri yang medalami alur kegiatan penyuluhan dan mendalami pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service. b. Kelompok kontrol Pada kelompok kontrol tidak diberikan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak & pencegahannya melainkan hanya diberikan penyuluhan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yaitu penyuluhan mengenai sistem tanggap darurat di gedung bertingkat, materi ini tidak berhubungan dengan dermatitis kontak dan tidak menggunakan alat bantu media leaflet. Penyuluhan ini berlangsung selama 15 menit.
4.5.5. Kegiatan Post-test Setelah kegiatan penyuluhan selesai, peneliti mengumpulkan kembali leaflet dari kelompok intervensi penyuluhan, dilanjutkan dengan pemberian soal post test. Pada kelompok intervensi penyuluhan, soal post test diberikan setelah peserta penyuluhan selesai diberi penyuluahan mengenai potensi bahaya dermatitis dan pencegahannya.
63
Sedangkan pada kelompok non penyuluhan soal post test diberikan setelah peserta diberikan penyuluhan mengenai sistem tanggap darurat digedung bertingkat.
4.6 Pengumpulan Data Penelitian Data yang dikumpulkan berupa data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pekerja cleaning service Universitas Islama Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Data yang dikumpulkan adalah data karakteristik responden (nama, umur, alamat,no telepon, dan pendidikan terakhir) serta data hasil pre-test dan post-test.
4.7 Pengolahan Data Penelitian 4.7.1 Editing Tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terkumpul dengan cara memeriksa kelengkapan data dan kesalahan pengisian kuesioner. 4.7.2 Coding Kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi kode terhadap setiap variabel sebelum diolah dengan komputer dengan tujuan untuk memudahkan dalam melakukan analisa data. Data yang dicoding antara lain: a. Pengetahuan sebelum dan intervensi mengenai cuci tangan yang baik dan benar, dicoding menjadi: 0. Baik (total skor ≥ mean / median) 1. Kurang baik (total skor ≤ mean / median)
64
b. Intervensi Penyuluhan, dicoding menjadi : 0. Kelompok intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet 1. Kelompok kontrol c. Perubahan pengetahuan mengenai cuci tangan yang baik dan benar, dicoding menjadi: 0. Meningkat (selisih skor antara pre-test & post-test yang bernilai positif) 1. Menurun (selisih skor antara pre-test & post-test yang bernilai negatif) 4.7.3 Entry Data Merupakan proses pemasukan data dari kuesioner ke dalam komputer untuk kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak, yaitu SPSS. 4.7.4 Cleaning Merupakan proses pembersihan data setelah data di entri. Cara yang sering dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui missing data, mengetahui variasi data, dan mengetahui konsistensi data.
4.8 Teknik Analisis Data Peneltian Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. 4.8.1 Analisis Univariat Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Analisis univariat bertujuan untuk mendapat gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen dan independen.
Pada
penelitian ini variabel yang akan dianalisis menggunakan analisis univariat adalah
65
pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok intervensi
dan kelompok
kontrol. 4.8.2 Analisis Bivariat Untuk mengetahui jenis uji yang digunakan dalam analisis bivariat terhadap data efektivitas keterpaparan media penyuluhan, pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahnnya sebelum penyuluhan (pre-test), dan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahnnya setelah penyuluhan (post-test) terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Setelah itu, uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji T. Uji T yang digunakan dalam analisis bivariat pada penelitian ini adalah uji beda mean independen dan uji beda mean dependen. Uji beda mean independen (Uji T Independen) digunakan untuk mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen. Sedangkan uji beda mean dependen (Uji T dependen) digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang dependen. Kedua sampel disebut dependen jika kedua sampel yang dibandingkan mempunyai sampel yang sama. Uji T Independen digunakan untuk menilai apakah ada perbedaan pengaruh intervensi penyuluhan antara penyuluhan menggunakan media leaflet dengan tidak dilakukan penyuluhan pada pekerja cleaning service, menilai apakah ada perbedaan pengetahuan cuci tangan yang baik dan benar antara kedua kelompok sebelum dilaksanakan intervensi penyuluhan, dan menilai apakah ada perbedaan antara kedua kelompok setelah dilaksanakannya intervensi penyuluhan. Sedangkan Uji T Dependen
66
digunakan untuk menilai perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan pada masing-masing kelompok. Bila Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan atau ada hubungan. Sebaliknya bila Pvalue > 0,05 maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara keduanya.
BAB V HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di 13 Gedung yang berada di Universitas Islam Negeri Jakarta, yaitu di gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Usuludin, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Sains dan Tekhnologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Gedung Rektorat UIN Jakarta, Gedung Akademik Pusat UIN SH Jakarta, Gedung Student Centre¸ Gedung Laboratorium Terpadu. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 September – 12 September. Pada waktu pelaksanaan penelitian, jumlah total populasi yang menghadiri kegiatan penelitian sebanyak 99 orang. Terdapat 4 responden yang tidak termasuk penelitian, 2 orang diantaranya hanya mengisi lembar pre-test saja dan 2 orang hanya mengisi post-test saja. Sehingga sample penelitian sebanyak 95 orang. Berikut merupakan distribusi responden penelitian berdasarkan lokasi dan waktu penyuluhan. Jadwal kegiatan pelaksanaan penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
67
68
Tabel 5.1 Ditribusi Responden Berdasarkan Nama Gedung, Waktu Pelaksanaan Penyuluhan, dan Jumlah Peserta Penyuluhan No
Waktu Pelaksanaan Hari/ Tanggal
Jumlah Keterangan Tempat peserta Kerja Peserta Pukul penyuluhan Kelompok Intervensi 11.00-12.00 Gedung Tarbiyah 11 orang 7 orang Tarbiyah UIN SH Jakarta 4 orang Ushuludin Tempat Penyuluhan
1
Selasa, 2 Sept 2013
2
Kamis, 4 Sept 2013 Jum’at, 5 Sept 2013 Senin, 8 Sept 2013
13.00-14.00
Selasa, 9 Sept 2013 Selasa, 10 Sept 2013 Rabu, 10 Sept 2013
10.00-11.00
9
Kamis, 11 Sept 2013
13.00-14.00
10
Jum’at, 12 Sept 2013
13.30-14.30
3 4
5 7 8
17.00-18.00 10.00-11.00
17.00-18.00 11.00-14.00
Berdasarkan
Gedung Saintek UIN SH Jakarta Gedung FKIK UIN SH Jakarta Gedung FISIP UIN SH Jakarta KelompokKontrol Gedung FEB UIN SH Jakarta Gedung Psikologi UIN SH Jakarta Gedung Aula Madya UIN SH Jakarta Gedung Aula Madya UIN SH Jakarta Gedung Student Centre
tabel
5.1
diatas,
11 orang
7 orang Saintekh 6 orang Dakwah 11 orang Kedokteran
13 orang
13 orang Fisip
11 orang
7 orang Ekonomi 4 orang Adab 7 orang Psikologi
13 orang
7 orang 8 orang
8 orang Akademik Pusat
10 orang
10 orang Rektorat
11 orang
4 orangLab Terpadu 4 orang Perputakaan Umum 3 orang student centre
waktu
pelaksanaan
penyuluhan
dilaksanakan siang hari di jam kerja. Rata-rata setiap kegiatan yang dimuali dengan pengisian pre-test hingga pengisian post-test berlangsung selama 60 menit. Penyuluhan biasanya dilakukan
sebelum jam makan siang yaitu puku 10.00-
11.WIB atau setelah jam makan siang yaitu pukul 13.00-14.00 WIB dan ada pula
69
yang dilakukan setelah jam kerja yaitu pukul 17.00-18.00 WIB. Alasan peneliti melakukan pada jam tersebut karena pekerja cleaning service memiliki waktu luang yang cukup santai untuk mengikuti penyuluhan. Setiap kali penyuluhan, rata-rata peserta yang hadir lebih dari 6 orang. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Sample 5.1.1 Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki sebelas Fakultas yaitu di gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Syariah, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Usuludin, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Sains dan Tekhnologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga memiliki Gedung Rektorat UIN Jakarta, Gedung Akademik Pusat Jakarta, Gedung Student Centre¸ Gedung Laboratorium Terpadu. Setiap Gedung di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta rata-rata lebih dari 5 lantai dan memiliki pekerja cleaning service minimal 1 orang di setiap lantai gedung UIN SH Jakarta.
70
5.1.2 Gambaran Umum Pekerja Cleaning Service di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cleaning Service di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam proses kerjanya menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan antara lain, pembersih lantai, toilet dan kaca. Jenis bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja cleaning service bervariasi. Bahan-bahan tersebut berpotensi menimbulkan gangguan pada kulit pekerja. Jumlah pekerja cleaning service berdasarkan hasil pengamatan terdapat sebanyak 95 orang. Ruang lingkup pekerjaan cleaning service di tempat penelitian antara lain, membersihkan ruangan kelas, ruangan kantor, perpustakaan, toilet, musholla, laboratorium, koridor dan ruangan serbaguna lainnya. Tidak ada sistem shift kerja di tempat penelitian ini, pada umumnya waktu kerja pekerja cleaning service mulai hari senin hingga jum’at pukul 06.30-17.00 WIB tetapi apabila ada pekerjaan tambahan maka jam kerja mereka menjadi tidak tentu setiap harinya. Pekerja cleaning service lebih banyak melakukan aktivitas pada jam 06.00-08.00 WIB dan pukul 15.00-16.00 WIB. Setiap pekerja memiliki luas area kerja yang berbeda tergantung kebijakan dari pihak fakultas yang membawahi para pekerja tersebut. Dalam melakukan pekerjaan tersebut pekerja tidak dilengkapi dengan standar opersional prosedur dan tidak diberikan alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker. Terkadang pekerja cleaning service melakukan pekerjaan menggunakan sarung tangan plastik tipis yg didapatkan dari pembelian bahan pembersih lantai/toilet. Pihak fakultas/universitas memberikan sarung tangan jika
71
pekerja cleaning service
melakukan pekerjaan yang dianggap kotor seperti
mencangkul tanah di taman atau menanam tanaman di taman kampus yang biasa dilakukan sekali dalam sebulan . Pekerja cleaning service disediakan sabun pencuci tangan (handsoap), namun pekerja biasa mencuci tangan hanya setelah bekerja dan sesudah makan. Mereka terbiasa mencuci tangan jika tangannya terlihat kotor oleh kasat mata. Jika sabun pencuci tangan yang disediakan oleh fakutas telah habis, pekerja mencuci tangan hanya menggunakan air tanpa menggunakan sabun antibakteri lainnya. Bahan kimia yang digunakan pekerja adalah bahan yang mengandung desinfektan, klorin, amoniak dan bahan pembersih lainnya. Bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit dalam jangka pemakaian yang cukup lama.
5.2 Univariat 5.2.1 Pengetahuan Sebelum Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Pengetahuan pekerja cleaning service
mengenai potensi bahaya
dermatitis kontak dan bahayanya sebelum di lakukan penyuluhan pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada pada tabel dibawah ini.
72
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sebelum Penyuluhan pada kelompok Intervensidan Kelompok Kontrol Pengetahuan No 1 2
Kelompok Intervensi Kontrol
Baik N 17 17
Kurang % 35.4 % 36.2 %
N 31 30
% 64.6 % 63.8 %
Total 100 % 100 %
B erdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pada kelompok intervensi, pekerja cleaning service memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 17 orang (35.4%) dan pekerja cleaning service yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 31 orang (64.6%).
Pada kelompok kontrol, pekerja yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 17 orang (36.2%)
dan pekerja yang memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 30 orang (63.8%). Pada kedua kelompok, pekerja yang memiliki pengetahuan “kurang” lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki pengetahuan baik.
5.2.2 Pengetahuan Setelah Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pengetahuan pekerja cleaning service
mengenai potensi bahaya
dermatitis kontak dan bahayanya setelah di lakukan penyuluhan pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada pada tabel dibawah ini.
73
Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sesudah dilakukan Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol No 1 2
Kelompok Intervensi Kontrol
Pengetahuan Baik Kurang N % N % 29 60.4 % 19 39.6% 17 36.2 % 30 63.8 %
Total N 48 48
% 100 % 100 %
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat pekerja cleaning service pada kelompok intervensi memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 29 orang (60.4%) dan pekerja yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (39.6%). Pada kelompk kontrol, pekerja yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 orang (36.2%) dan pekerja yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 30 orang 63.8%). Pada kelompok intervensi, pekerja yang memiliki pengetahuan “baik” lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang pengetahuannya “kurang”. Sedangkan Pada kelompok kontrol, pekerja yang memiliki pengetahuan “kurang” lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang pengetahuannya “kurang”.
5.2.3 Perubahan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Perubahan pengetahuan pekerja cleaning service mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan bahayanya setelah di lakukan penyuluhan pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada pada tabel dibawah ini.
74
Tabel 5.4 Distribusi Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol No
Kelompok
1 2
Intervensi Kontrol
Meningkat N % 48 100 % 16 34 %
Tetap N % 0 0% 18 38.3 %
Menurun N % 0 0% 13 27.7 %
Total 100 % 100 %
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat perubahan pengetahuan pekerja cleaning service sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi, pengetahuannya “meningkat” 100% yaitu sebanyak 48 orang. Pada kelompok kontrol, pekerja cleaning service yang pengetahuannya “meningkat” terdapat 16 orang (34%), pekerja yang pengetahuannya “tetap”/tidak ada perubahan terdapat 18 orang (38.3%), sedangkan pekerja yang pengetahuannya “menurun” terdapat 13 orang (27.7%). Jadi, pada kelompok intervensi pengetahuan pekerja cleaning service mengenai bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya meningkat semua (100%).
5.3 Bivariat Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam pengujian hipotesis penelitian dengan data (rasio) harus memenuhi syarat uji normalitas distribusi data sehingga dapat dianalisis dengan uji parametrik. Uji normalitas distribusi data pada
75
penelitian ini dilakukan pada skor pengetahuan baik sebelum penyuluhan maupun sesudah dilakukan penyuluhan. Selanjutnya variabel skor pengetahuan dianalisis dengan uji parametrik yaitu uji t-dependent. Berikut merupakan hasil uji bivariat terhadap variabel dependent dan independent pada penelitian ini : 5.3.1 Uji Normalitas Peneliti melakukan uji normalitas dahulu sebelum melakukan uji tdependent dengan menggunakan kolmogorof-smirnof. Hasil uji normalitas tersebut, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sebelum Intervensi (Pre-test) dan Setelah Intervensi (Post-test) pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Uji Normalitas Kelompok
Skor Pengetahuan
Kolmogorof-
Ket.
Smirnof (P-value) Intervensi
Kontrol
Skor Pre-Test
0,188
Normal
Skor Post-Test
0,134
Normal
Skor Pre-Test
0,372
Normal
Skor Post-Test
0,079
Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 5.5 diketahui
pada
kelompok intervensi nilai probabilitas skor pre-tes pekerja cleaning service adalah 0.1888 dan nilai probabilitas skor-post tes pekerja cleaning service adalah 0.134. Pada kelompok kontrol nilai probabilitas skor pre-test pekerja cleaning service adalah 0.372 dan nilai probabilitas skor post-test
pekerja cleaning
76
service adalah 0.079. Dari data diatas, nilai probabilitas skor pre-test maupun skor post-test pada kedua kelompok lebih besar dari 0.05 (Pvalue > α), artinya data tersebut berdistribusi normal.
5.3.2 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Intervensi
Tabel 5.6 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Intervensi Kelompok Intervensi
Pengetahuan
Mean
SD
Pre test
8.06
2.254
Post test
14.56
2.736
PValue
N
0.00
48
Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan pada kelompok intervensi sebelum penyuluhan adalah 8.06 dengan standar deviasi 2.254. Sedangkan rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 14.56 dengan standar deviasi 2.736. Dari hasil uji statistik diperolah nilai probabilitas (P-Value) sebesar 0.00 artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan signifikan rata-rata skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.
77
5.3.3 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Kontrol Tabel 5.7 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Kontrol Pengetahuan Mean SD PValue Kelompok Pre test 6.87 2.060 Kontrol 0.286 Post Test 7.09 1.886
N 47
Berdasarkan tabel hasil diatas, diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan pada kelompok intervensi sebelum penyuluhan adalah 6.87 dengan standar deviasi 2.060. Sedangkan rata-rata skor pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 7.09 dengan standar deviasi 1.886. Dari uji statsitik diperolah nilai probabilitas (P-Value) sebesar 0.286 artinya hasil pada alpha 5 % tidak ada perbedaan signifikan rata-rata skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.
5.3.4 Perbedaan Pengetahuan sebelum dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol Perbedaan Pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
78
Tabel 5.8 Perbedaan Pengetahuan sebelum dilakukan Penyuluhan (pre test) antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol Kelompok
Mean
SD
Intervensi
8.06
2.254
Kontrol
6.87
1.886
PValue 0.009
N 48 47
Berdasarkan output uji T-independent yang terdapat pada lampiran 9 , diketahui varian masing-masing kelompok sama. Hal ini terlihat pada kolom levene’s Quality of Variance nilai probabilitas uji F nya menunjukan nilai 0.905, artinya pada alpha 5 % disimpulkan tidak ada beda varian pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan pada pekerja cleaning service yang dikelompokkan dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Interpretasi dari uji T-independen ini adalah diketahui rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service pada kelompok intervensi sebelum dilakukan penyuluhan adalah 8.06. pekerja cleaning service pada kelompok kontrol sebelum dilakukan penyuluhan rata-rata skor pengetahuannya adalah 6.87. Dari uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.009, artinya pada alpha 5 % tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service sebelum dilakukan penyuluhan antara kelompok intervensi dengan pekerja cleaning service pada kelompok kontrol.
79
5.3.5 Perbedaan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol Perbedaan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.9 Perbedaan Pengetahuan sesudah dilakukan Penyuluhan (post test) antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol Kelompok
Mean
SD
Intervensi
14.56
2.739
Kontrol
7.09
1.886
Berdasarkan
PValue 0.00
N 48 47
output uji T-independent yang terdapat pada
lampiran 9, diketahui varian masing-masing kelompok sama. Hal ini terlihat pada kolom levene’s Quality of Variance nilai probabilitas uji F nya menunjukan nilai 0.038, artinya pada alpha 5 % disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan sesudah
dilakukan
penyuluhan
pada
pekerja
cleaning
service
yang
dikelompokkan dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Interpretasi dari uji T-independen ini adalah diketahui rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service pada kelompok intervensi sesudah dilakukan penyuluhan adalah 14.56. pekerja cleaning service pada kelompok kontrol sesudah dilakukan penyuluhan rata-rata skor pengetahuannya adalah 7.09. Dari uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000, artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning
80
service sesudah dilakukan penyuluhan antara pekerja cleaning service pada kelompok intervensi dengan pekerja cleaning service pada kelompok kontrol.
5.3.6 Perbedaan Perubahan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol Perbedaan perubahan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.10 Perbedaan perubahan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan (Post test) antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol Kelompok
Mean
SD
Intervensi
6.50
2.975
Kontrol
0.21
1.301
Berdasarkan
PValue 0.00
N 48 47
output uji T-independent yang terdapat pada
lampiran 9, diketahui varian masing-masing kelompok sama. Hal ini terlihat pada kolom levene’s Quality of Variance nilai probabilitas uji F nya menunjukan nilai 0.000, artinya pada alpha 5 % disimpulkan ada beda varian perubahan pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan pada pekerja cleaning service yang dikelompokkan dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Interpretasi dari uji T-independen ini adalah diketahui rata-rata skor perubahan pengetahuan pekerja cleaning service pada kelompok intervensi
81
sesudah dilakukan penyuluhan adalah 6.50. Pekerja cleaning service pada kelompok kontrol sesudah dilakukan penyuluhan rata-rata skor perubahan pengetahuannya adalah 0.21. Dari uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000, artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan rata-rata skor perubahan pengetahuan pekerja cleaning service sesudah dilakukan penyuluhan antara kelompok intervensi dengan pekerja cleaning service pada kelompok kontrol.
5.3.7 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Bahayanya Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian media leaflet Potensi bahaya Dermatitis kontak dan pencegahnnya terhadap perubahan skor pengetahuannya. Perbedaan perubahan skor pengetahuan pekerja cleaning service sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini.
Tabel 5.11 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahannya Kelompok
Mean
SD
Intervensi
6.50
2.975
Kontrol
0.21
1.301
PValue 0.00
N 48 47
Berdasarkan tabel diatas, diketahui rata-rata skor perubahan pengetahuan pekerja cleaning service pada kelompok intervensi sesudah dilakukan penyuluhan adalah 6.50 dengan standar deviasi 2.975. Pekerja
82
cleaning service pada kelompok kontrol sesudah dilakukan penyuluhan ratarata skor perubahan pengetahuannya adalah 0.21 dengan standar deviasi 1.301. Dari uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000, artinya pada alpha 5 % artinya terdapat pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya. 5.3.8 Paparan Sumber Informasi dan Hubungan Sosial Sumber informasi yang didapatkan pekerja cleaning service mengenai sudah pernah atau belum mendapatkan informasi mengenai penyakit dermatitis kontak dan pencegahannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.12 Paparan sumber Informasi yang diterima pekerja cleaning service sebelum dilakukan penyuluhan Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahannya Kelompok Informasi
Pernah
Dermatitis kontak
2 orang
Tidak Pernah 46 orang
Penggunaan sarung tangan saat bekerja Langkah Cuci tangan yang baik dan benar
12 orang
36 orang
13 orang
35 orang
Intervensi
Keterangan Mendapatkan informasi mengenai penyakit dermartitis kontak dari keluarga atau kerabat dekat. Berdiskusi dengan teman
Mendapatkan informasi dari penyuluhan kesehatan
83
Kelompok Informasi
Kontrol
Dermatitis kontak Penggunaan sarung tangan saat bekerja Langkah Cuci tangan yang baik dan benar
Pernah
Keterangan
0
Tidak Pernah 47 orang
0 orang
47 orang
-
5 orang
42 orang
-
Mendapatkan informasi dari iklan televisi sabun kesehatan
Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok intervensi pekerja yang sudah pernah mendapatkan informasi mengenai penyakit dermatitis kontak sebanyak 2 orang dan mendapatkan informasi tersebut dari keluarga dan kerabat dekat yang pernah mengalami penyakit tersebut. Pekerja yang mengetahui informasi mengenai penggunaan sarung tangan saat bekerja sebanyak 12 orang mendapatkan informasi tersebut dari teman kerja. Sedangkan pekerja yang mengetahui langkah cuci tangan yang baik dan benar pada kelompok kontrol sebanyak 13 orang, mendapatkan informasi tersebut dari pengalaman penyuluhan yang sebelumnya pernah diikuti mengenai kesehatan kerja. Pada kelompok kontrol, pekerja cleaning service hanya ada 5 orang yang mengetahui langkah cuci tangan yang baik dan benar. Mereka mendapatkan informasi tersebut melalui iklan televisi mengenai sabun kesehatan. Informasi yang mereka dapatkan hanya sekilas dan berdurasi beberapa detik saja, sehingga mereka tidak pernah menerapkan dalam kegiatan sehari-hari.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan data primer yang diperoleh melalui instrumen kuesioner. Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan manusia baik sebagai subyek maupun sebagai obyek penelitian yang tidak dapat dihindari. Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu : tempat kegiatan dilakukan di dalam ruangan meeting sehingga peneliti kesulitan untuk mempraktekan secara langsung mengenai langkah cuci tangan yang baik dan benar menngunakan air yang mengalir, sabun cair, dan lap kering. Sehingga pekerja cleaning service hanya mengikuti gerakan dan langkah cuci tangan yang diperagakan peneliti tanpa menggunakan air yang mengalir, sabun, dan lap kering.
6.2 Gambaran Karakteristik Pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 95 pekerja cleaning service yang bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sample dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 48 orang kelompok intervensi dan 47 orang menjadi kelompok kontrol. Pada penelitian ini, karakteristik pekerja cleaning service dilihat dari jenis
84
85
kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Karakteristik tersebut diduga menjadi variabel counfounding, namun peneliti sudah mengendalikan variabel-variabel tersebut diawal penelitian dengan menentukan jenis kelamin yaitu laki-laki, usia yang ditentukan ialah usia produktif antara 20-50 tahun, dan tingkat pendidikan yang ditentukan ialah pendidikan menengah atas (SMA/SMK/SMEA/MA). Pekerja cleaning service menggunakan bahan kimia dalam setiap pekerjaannya seperti mengepel lantai, membersihkan toilet, membersihkan kaca dan membersihkan ruang laboratorium. Dalam setiap melakukan pekerjaannya pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Pekerja cleaning service berisiko terkena penyakit dermatitis kontak dari paparan bahan kimia yang diterimanya setiap hari. Selain itu, peluang berisiko terkena penyakit dermatitis kontak semakin besar ditambah dengan pola kebiasaan mencuci tangan yang tidak menggunakan sabun pencuci tangan hanya menggunakan air saja. Pekerja cleaning service
pun sebagain besar diantaranya hanya melakukan cuci tangan setelah
bekerja saja tidak melakukan cuci tangan sebelum bekerja maupun dalam pindah proses pekerjaan. Pengetahuan pekerja cleaning
service meningkat setelah diberikan
penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya, karena sebeumnya pekerja cleaning
service
belum pernah mengikuti penyuluhan
mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya. Sebelum dilakukan intervensi pun pekerja cleaning service tidak mengetahui langkah cuci tangan yang baik dan benar karena sebelumnya tidak ada pelatihan dan tidak ada penyuluhan
86
mengenai langkah cuci tangan yang baik dan benar, sehingga dalam kesehariannya pekerja hanya cuci tangan jika telapak tangan pekerja nampak kotor yang terlihat oleh kasat mata. Pekerja cleaning service tidak menggunakan alat pelindung diri karena tidak disediakan oleh pihak universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selain itu pekerja merasa terganggu dalam melakukan pekerjaannya jika menggunakan sarung tangan. Pekerja cleaning service menggunakan sarung tangan dalam bekerja jika melakukan pekerjaan yang kotor seperti merapihkan taman kampus yang bersentuhan langsunng dengan tanah.
6.3 Pengetahuan Pekerja Cleaning Service pada Kelompok Intervensi Berdasarkan hasil diperoleh bahwa rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada kelompok intervensi sebelum dilakukan penyuluhan adalah 8.06 kemudian sesudah penyuluhan
terjadi
peningkatan rata-rata
skor
pengetahuan yaitu menjadi 14.56. Hasil uji T dependen menunjukkan Pvalue = 0.000 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara skor pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service yang mendapatkan penyuluhan (kelompok intervensi). Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Saefullah (1997) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara nilai rata-rata pengetahuan pre-test (sebelum penyuluhan) dengan nilai rata-
87
rata pengetahuan post-test (setelah penyuluhan) (Pvalue = 0.000). Penelitian Notoatmodjo (1988) membuktikan bahwa jumlah ibu yang mempunyai pengetahuan baik pada kelompok permainan dan kelompok ceramah meningkat secara bermakna setelah penyuluhan. Penelitian Agustin (2003), menunjukkan terdapat perbedaan ratarata nilai pre-test dan post-test (Pvalue = 0.000), dimana terdapat peningkatan sebesar 4,61 poin. Selain itu, dalam penyuluhan juga terdapat diskusi kelompok secara sederhana antara para responden mengenai langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar. Setelah seluruh responden pada kelompok intervensi mempraktekkan urutan langkah cuci tangan yang baik dan benar, fasilitator (penyuluh) memberikan penjelasan dan memperbaiki urutan langkah cuci tangan tersebut jika terdapat kekeliruan pada responden tanpa menyatakan para responden tersebut salah. Dengan demikian dapat dikatakan diskusi sederhana ini cukup efektif. Sebelum dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi, rata-rata pekerja cleaning service benar menjawab soal-soal mengenai definisi dermatitis kontak, bahan sarung tangan yang digunakan untuk bekerja, sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan, dan mengenai ciri-ciri air bersih. Soal yang paling banyak salah sebelum dilakukan penyuluhan adalah soal mengenai gejala dermatitis kontak, penyebab dermatitis kontak soal mengenai definisi mencuci tangan yang baik dan benar serta soal menjodohkan gambar mengenai langkah-langkah mencuci tangan. Sedangkan setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi, rata-rata soal pilihan ganda yang paling banyak dijawab dengan benar adalah soal
mengenai
definisi dermatitis kontak, gejala dermatitis kontak, penyebab dermatitis kontak,
88
bahan sarung tangan yang cocok untuk bekerja, jenis sabun yang digunakan cuci tangan, dan soal mengeai ciri-ciri air bersih. Pada soal menjodohkan gambar soal hanya 1 dari 48 peserta penyuluhan yang menjawab dengan benar langkah urutan mencuci tangan yang baik dan benar. Pekerja cleaning service banyak yang tepat menjawab soal pilihan ganda no 4,5,6,7,dan 8. Sedangkan soal no 1,2,3 dan 4 lebih banyak yang menjawab salah. Hal ini diduga karena gambar yang ditampilkan pada gambar pilihan sekilas terlihat sama, sehingga dapat membuat pekerja salah memilih jawaban yang tepat. Gambar soal mengenai menjodohkan gambar dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Pada kelompok intervensi, skor pengetahuan responden meningkat sekuruhnya (100%), tidak ada yang menurun satu pun. Menurut UNICEF (2002), orang
akan
lebih
mudah
percaya
terhadap
sebuah
informasi
dan
mau
mempraktekannya apabila mereka dianjurkan untuk berdiskusi membahas isi informasi yanng disampaikan, dan bilamana perlu mengajukan pertanyaan untuk memperoleh kejelasan tentang pemahaman mereka sendiri tentang apa yang perlu dilakukan, kapan pelaksanaan yang tepat dan alasan mengapa perlu dilakukan hal tersebut.
6.4 Pengetahuan Pekerja Cleaning Service pada Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil diperoleh bahwa rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada kelompok kontrol sebelum dilakukan penyuluhan adalah 6.87 kemudian sesudah penyuluhan terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan yaitu menjadi
89
7.09. Hasil uji T-dependen menunjukkan Pvalue = 0.286 yang artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara skor pengetahuan pekerja cleaning service yang mendapatkan tidak penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada (kelompok kontrol). Menurut Notoadmodjo (2007), seseorang yang terpapar informasi mengenai suatu topik tertentu akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak daripada yang tidak terpapar informasi. Pemberian media leaflet merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan dengan melalui tulisan-tulisan dan gambar mengenai suatu materi. Pada kelompok kontrol diberikan penyuluhan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di gedung bertingkat. Karena tidak ada diberikan informasi mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya jadi pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan atau tidak ada perubahan pengetahuan antara sebelum dan sedudah penyuluhan. Sebelum dilakukan penyuluhan pada kelompok kontrol, rata-rata pekerja cleaning service benar menjawab soal mengenai definisi dermatitis kontak, bahan sarung tangan yang digunakan untuk bekerja, jenis sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan, mengenai ciri-ciri air bersih. Soal yang paling banyak salah sebelum dilakukan penyuluhan pada kelompok kontrol adalah soal mengenai gejala dermatitis kontak, penyebab dermatitis kontak, soal mengenai definisi mencuci tangan yang baik dan benar serta soal menjodohkan gambar mengenai langkah-langkah mencuci tangan. Pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi, sehingga pekerja cleaning service cenderung menjawab pertanyaan post test sama dengan jawaban pada soal pre test.
90
Berdasarkan hasil diperoleh rata-rata skor perubahan pengetahuan pekerja cleaning service pada kelompok intervensi sesudah dilakukan penyuluhan adalah 6.50. Pekerja cleaning service pada kelompok kontrol sesudah dilakukan penyuluhan rata-rata skor perubahan pengetahuannya adalah 0.21. Dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan rata-rata skor perubahan pengetahuan pekerja cleaning service sesudah dilakukan penyuluhan antara kelompok intervensi dengan pekerja cleaning service pada kelompok kontrol. Kelompok Intervensi memiliki rata-rata skor pengetahuan lebih besar dari rata-rata skor pengetahauan kelompok kontrol. Menurut Tana (2004), berbagai faktor yang mungkin berpengaruh pada penyuluhan adalah faktor penyuluh, materi yang diberikan, media penyuluhan, serta sasaran yang disuluh. Faktor penyuluh yang dapat mempengaruhi penurunan pengetahuan pada penelitian ini yaitu cara berbicara, bahasa, dan beberapa kata yang digunakan penyuluh yang dapat tidak dimengerti ataupun tidak diketahui oleh beberapa responden. Hal ini dapat dikarenakan oleh perbedaan cara bicara, bahasa, kalimat, dan kata yang digunakan oleh penyuluh dengan bahasa keseharian para responden. Banyaknya materi yang diberikan dan waktu penyuluhan yang singkat bagi para responden dapat mempengaruhi daya ingat dan minat para responden terhadap materi dan media penyuluhan, sehingga pada saat pelaksanaan penelitian ada beberapa ibu yang kurang memperhatikan penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh.
91
6.5 Perbedaan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service sebelum dan sesudah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol Nilai rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service
sebelum
dilakukan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada kelompok intervensi adalah 8.06 dan pada kelompok kontrol rata-rata skornya adalah 6.87. Berdasarkan hasil uji T independen dengan nilai probabbilitas 0.009 menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya sebelum dilakukan penyuluhan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Tidak adanya perbedaan skor pengetahuan yang bermakna mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat diakibatkan oleh homogenitas dari kedua kelompok pekerja cleaning service. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Afrianthee (2008), hasil peneltian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara rata-rata nilai pretest pada kedua kelompok penelitiannya (Pvalue = 0.881). Pada kedua kelompok, anatara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sama-sama belum diberikan penyuluhan saat pekerja mengisi soal pretest, sehingga pekerja belum terpapar pengetahuan mengenai potensi bahaya
92
dermatitis kontak dan pencegahannya. Salah satu faktor yang mempengarhui pengetahuan menurut Notoadtmodjo yaitu pengalaman dan sumber informasi yang didapatkan. Sebelum dilakukan penyuluhan, pekerja cleaning service pada kedua kelompok sama-sama belum mendapatkan pengalaman diberikan penyuluhan sehingga belum mendapat informasi yang ada dalam penyuluhan tersebut. Nilai rata-rata skor pengetahuan pekerja cleaning service sesudah dilakukan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada kelompok intervensi adalah 14.57 dan pada kelompok kontrol rata-rata skornya adalah 7.09. Berdasarkan hasil uji T independen diperoleh Pvalue 0.000 yang berarti terdapat perbedaan pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan pada pekerja cleaning service yang dikelompokkan dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena kelompok intervensi diberikan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan penyuluhan tersebut. Hasil penelitian ini telah sesuai dengan beberapa penelitian lainnya yang membuktikan bahwa penyuluhan menggunakan media dapat meningkatkan pengetahuan responden. Penelitian Susilowati (1990) membuktikan bahwa pengetahuan para ibu yang mendapatkan media penyuluhan berupa leaflet lebih baik dari para ibu yang menjadi kelompok pembanding yang tidak mendapat leaflet. Penelitian Supardi (2002) membuktikan bahwa pengaruh metode
93
ceramah dan media leaflet terhadap peningkatan skor pengetahuan tentang pengobatan sendiri pada responden perlakuan lebih tinggi secara bermakna dari pada peningkatan pengetahuan pada responden kontrol (hanya ceramah saja).
6.6 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahnnya Berdasarkan hasil statistik, diperoleh bahwa adanya pengaruh dari media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahnnya. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Munawaroh, dkk. (2010). Berdasarkan penelitian tersebut, media leaflet efektif dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan. Dalam Notoadmodjo (2007), media dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, dengan peningkatan pengetahuan diharapkan adanya perubahan perilaku pekerja cleaning service untuk mencegah timbulnya penyakit dermatitis kontak. Media merupakan alat bantu dalam proses pendidikan. Media memiliki manfaat untuk merangsang minat sasaran pendidikan, mengatasi keterbatasan waktu, tempat, bahasa dan daya indera dari sasaran pendidikan, mengatasi sikap pasif sasaran pendidikan dan dapat memberikan rangsangan, pengalaman serta menimbulkan persepsi yang sama, mendorong keinginan sasaran untuk mengetahui, mendalami, dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik serta merangsang sasaran untuk meneruskan pesan-pesan kepada orang lain (Subargus, 2011).
94
Media leaflet dapat diperoleh dengan mudah serta efektif digunakan sebagai media informasi. Sebagai media informasi, gambar atau foto haruslah dipilih atau digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya gambar atau foto dapat membangkitkan motivasi dan minat untuk membantu menafsirkan serta mengingat pesan yang berkenaan dengan gambar atau foto-foto tersebut. Penggunaan media leaflet tersebut dapat dibawa dengan mudah oleh pekerja cleaning service dan dapat dibaca kapan saja jika dalam keadaan santai ketika pekeerja tersebut sedang istirahat dari pekerjaannya. Pekerja cleaning service pada penelitiani ni adalah lulusan SMA sehingga tidak ada pekerja yang buta huruf dan memudahkan pekerja untuk membaca dan memahami isi atau pesan yang disampaikan dalam media leaflet tersebut. Kualitas gambar dan kualitas kertas media leaflet mendukung untuk meningkatkan pengetahuan, sehingga pekerja yang membaca leaflet tersebut dapat memahami dengan mudah.
6.7 Pengaruh Paparan Informasi dan Hubungan Sosial Paparan informasi dan hubungan sosial pekerja cleaning service diduga pula sebagai variabel counfounding. Dari hasil wawancara, sumber informasi dan hubungan sosial pekerja cleaning service diperoleh hasil yang homogen, yaitu seluruh pekerja tidak pernah mendapatkan informasi dari penyuluhan, dan dari media massa maupun media elektronik mengenai potensi bahaya dermatitis kontak
95
dan pencegahannya. Pekerja cleaning service sebanyak 50% dari seluruh responden,
menyatakan bahwa informasi mengenai langkah cuci tangan yang
dilihat melalui iklan di televisi, menurut pekerja langkah cuci tangannya tidak lengkap dan tayangan iklan hanya beberapa detik, sehingga pekerja tidak bisa menangkap informasi tersebut dengan baik. Selain itu dari 98 pekerja cleaning service hanya 5 orang yang mendapatkan informasi mengenai penyakit dermatitis kontak yang mereka kenal sebagai “eksim” dari kerabat atau keluarga yang pernah terkena penyakit ini. Menurut Yusuf (2000), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah keluarga dan lingkungan masyarakat. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturanaturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat tersebut sehingga akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh proses perkembangannya. Hubungan sosial mengenai interaksi komunikasi satu sama lain dapat meberikan informasi yang saling menguntungkan.
BAB VII KESIMPULAN & SARAN
7.1 Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan pengetahuan pekerja cleaning service syarif Hidayatullah Jakarta mengenai mencuci tangan yang baik antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada kelompok intervensi. 2. Terdapat hubungan antara intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan pengetahuan penyuluhan menggunakan media leaflet mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 7.2 Saran 1. Pemberian penyuluhan pada pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memberikan informasi-informasi pencegahan mengenai dermatitis kontak sebaiknya sering dilakukan untuk menambah wawasan/pengetahuan pekerja tersebut. Media leaflet dapat diberikan pada pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memberikan informasi-informasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Leaflet dapat diberikan saat pekerja tengah beristirahat dari pekerjaannya. Pemberian informasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah
96
97
Jakarta dapat diberikan dengan bentuk media lainnya seperti poster, brosur atau spanduk, agar pekerja lebih menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri. 2. Untuk mendukung program pencegahan penyakit dermatitis kontak, sebaiknya pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan masker untuk pekerja cleaning service dalam menyelesaikan pekerjaannya dan menyediakan pula sabun antiseptic untuk mencuci tangan dan Pekerja Cleaning Service Sebaiknya menggunakan sarung tangan saat melakukan rutinitas pekerjaan dan melakukan cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah melakukan pekrjaan. 3. Untuk penelitian selanjutnya jika menggunakan soal menjodohkan gambar, sebaiknya gambar dicetak dengan jelas dan diambil gambar yang paling jelas perbedaannnya, sehingga dapat menghindari kekeliruan dalam memilihnya. Uji media leaflet, sebaiknnya diuji pada pihak-pihak yang mengerrti design dan memahai promosi kesehatan di tempat kerja. 4. Untuk mengembangkan penelitian kesehatan maupun penelitian lainnya, sebaiknya seluruh pihak fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama satu sama lain, sehingga tidak mempersulit peneliti berikutnya nanti, untuk mengadakan penelitian di fakultas tersebut terkait dengan masalah administrasi dan masalah perizinan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M dan Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Asnita. 2001. Hubungan Faktor Sosiodemografi Dengan Pengetahuan Dan Sikap tenaga Kerja Indonesia Tentang HIV/AIDS. Depok : FKM UI. Skripsi Budimulja, Unandar. Dermatofitosis. In: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.p.92-3 Buxton, Paul K. ABC Of Dermatology 4th ed. London: BMJ Books; 2003.p.19-21 Depkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta : Depkes RI. Depkes. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Elandis, Melati H. (2005). Hentikan Pembodohan Remaja Putri di Media. Dibuka pada tanggal 16 September, 2006 dari rakyat.com/cetak/2005/0205/26/1104.htm Escala, Martinez, et.al. 2010. Occupational Contact Dermatitis in Cleaning Workers Our First Approach. Department of Dermatology Hospital del Mar. Universitas Autonoma Fatah, M Zainal. (2004). Self Curiosity Remaja terhadap Perubahan Perilaku Reproduksi (Perilaku Seksual) Siswa SMU Negeri I Kamal Madura. Dibuka pada tanggal 26 Oktober, 2006 dari http://www.healthcenteronline.com,2006 Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga: teori dan praktik. Jakarta: EGC Gould Dinah. Occupational Irritan Dermatitis in Healthcare Workers – Meeting the Challenge of Prevention.[Online] 2012 [cited 2013 April 9]:[5 screens]. Available from : URL:http://ssl-international.com Grand SS. Allergic Contact Dermatitis Versus Irritant Contact Dermatitis. [Online]. 2013. [cited 2013 Maret 9] : [30 screens]. Available from: URL:http://wsiat.on.ca/english/mlo/allergic.htm
Guzewich J, Ross MP. 1999. Interventions Prevent Associated with bare-hand contact with ready to eat foods. Http ;//vm.Crsan. Fda. Gov/ear/rtensk.html. (20 April 2013) Herman, Susilowati. 1997. Penggunaan Lefleat dalam Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, 39-46. Hogan D J. Contact Dermatitis, Irritant. [Online] 2013 [cited 2013 Mei 8]:[4 screens]. Available from: URL: http://emedicine.medscape/ article/1049352-overview.htm http://www.pdat.co.id/hg/newbookspdat/2005/02/01/nwb,20050201-02,id.html. Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors. Treatment Of Irritant Contact Dermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-5 McSwanne D, rue N, Linton R. 2000. Essential Food Safty and Sanitation. Second Edition. Prentice : New Jersey. Munawaroh,Siti dan Sulistyorini, Anik.2010. Efektifitas Metode Ceramah Dan Leaflet Dalam Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Di SMA Negeri Ngrayun. Diunduh melalui http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/4/jkptumpo-gdl-sitimunawa-174-1-efektifis.pdf . Pada tanggal 7 Juli 2013 Pukul 10.00 WIB Notoatmodjo, Soekidjo. (Ed. Rev). 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT ASDI Mahasatya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehata & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. OSHA. 2008. Cleaners and Dangerous Substances. Eropa: European Agency for Safety and Health at Work Resti, K. (2005). Artikel fungsi ibu sulit diganti; fungsi istri dapat diganti. Dibuka pada tanggal 18 Agustus, 2006, dari Sagoyo et al. 1996. Pengetahuan dan Perilaku tentang Pemberian makanan Pada Bayi. Jakarta : Majalah Kedokteran Indonesia Sarwono, S. W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2002-2003 : Analisis lanjut SDKI 20022003. 2004. Pengetahuan dan Persepsi tentang HIV AIDS dan PMS lainnya serta Faktor-faktor yang berpengaruh. Jakarta : BKKBN Septiani, Sofia. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja cleaning service di kampus uin syarif hidayatullah jakarta Tahun 2012. Skripsi : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN SH Jakarta. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC 147-148 Subargus,Amin. 2011. Promosi Kesehatan Melalui Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Gosyen Publishing Sulaeman, D. (1995). Psikologi Remaja Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.p.130-33. Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto Supardi, Sudibyo. 2002. Pengaruh Metode Ceramah dan Media Leaflet terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri yang Sesuai dengan aturan untuk keluhan Demam, Sakit Kepala, Batuk,dan Pilek. Depok : FKM UI. Disertasi. Wilkinson SM, and Beck MH. Rook’s Textbook Of Dermatology 7th ed. Australia: Blackwell Publishing. 2004.chapter 19. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw – Hill; 2008.p.396401. World Health Organization (WHO). 2005. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care (Advance Draft): A Summary. Switzerland: WHO Pres. Yusuf, Syamsu LN. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1 Kuisioner Pre test Penelitian KUESIONER PRE-TEST PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA DAN PENANGGULANGAN DERMATITIS
Nama Umur Pendidikan Terakhir No.Telp/HP
: : : :
A. Berilah tanda silang (x) pada pilihan A, B, C, atau D yang menurut Anda tepat
1.
Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit biasanya terjadi di ..... a. Wajah, lengan bawah, dan tangan b. Lengan bawah, tangan, dan kaki c. Kaki, wajah, dan lengan bawah d. Tangan, wajah, dan kaki
2.
Gejala dermatitis atau eksim yaitu ..... a. Pembengkakan, panas di kulit, demam, dan bernanah b. Terasa gatal, pusing, dan telihat bercak putih pada tangan c. Kulit merah, terasa gatal, panas di kulit, dan pembengkakan d. Pusing, bernanah, terlihat bercak putih pada tangan
3.
Penyebab dermatitis pada pekerja cleaning service adalah ..... a. Larutan bahan pembersih lantai & Toilet b. Bahan kimia sisa praktikum Laboratorium c. A dan B benar d. A dan B Salah
4.
Berikut ini merupakan dampak dermatitis yaitu, kecuali ..... a. Rasa Terbakar dan sakit b. Meningkatnya hari tidak masuk kerja c. Meningkatnya rasa semangat bekerja d. A dan B salah
5.
Dermatitis dapat dicegah dengan menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan dengan ..... a. Air di ember dan sabun colek b. Air kobokan dan sabun mandi c. Air selang dan sabun mandi d. Air selang dan sabun colek
6.
Bahan sarung tangan yang cocok digunakan untuk pekerja cleaning service atau office boy yaitu yang terbuat dari bahan .....
a. b. c. d.
Kulit Karet Plastik Asbes
7.
Cuci tangan yang baik dan benar adalah aktivitas membersihkan bagian ..... a. Telapak tangan, punggung tangan, dan jari b. Telapak tangan, punggung tangan, dan jari c. Telapak tangan, punggung tangan, dan jari d. Telapak tangan, punggung tangan, dan jari
8.
Sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan adalah sabun ... a. Mandi cair b. Pembersih wajah c. Colek d. Sabun detergen
9.
Hal-hal diperlukan untuk cuci tangan yang baik dan benar yaitu ..... a. Sabun detergen, air kobokan, dan lap b. Sabun detergen, air selang, dan lap c. Sabun mandi, air selang, dan lap d. Sabun mandi, air kobokan dan lap
10. Air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air mengalir yang bersih. Ciri-ciri air bersih yaitu ..... a. Berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau b. Tidak berwarna, tidak berasa, berbau kaporit c. Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau d. Berwarna putih, tidak berasa, berbau kaporit 11. Berikut ini tujuan cuci tangan bagi penyakit dermatitis kontak yaitu….. a. Membersihkan larutan pembersih lantai yang menempel di kulit b. Memboroskan sabun dan air yang digunakan pada saat mencuci tangan c. Mencegah penularan penyakit d. Mencegah penyebaran bakteri dan kuman 12. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah, a. Setelah bersentuhan dengan bahan/ larutan/ zat b. Saat berpindah proses kerja c. A dan B Benar d. A dan B Salah
B. Jodohkan langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar dengan gambar yang sesuai di sebelah kanan
1. Langkah 1 [.....]
2. Langkah 2 [.....]
3. Langkah 3 [.....]
a.
b.
c.
4. Langkah 4 [.....]
d.
5. Langkah 5 [.....]
e.
6. Langkah 6 [.....]
f.
7. Langkah 7 [.....]
g.
8. Langkah 8 [.....]
h.
Lampiran 3 Leaflet Sebelum Uji Media Tahap I Bagian Depan
Bagian Belakang
Tahap II Bagian Depan
Bagian Belakang
Lampiran 4 Leaflet Setelah Uji Media Tahap I Bagian Depan
Bagian Belakang
Tahap II Bagian Depan
Bagian Belakang
Tahap III Bagian Depan
Bagian Belakang
Lampiran 5 Kuisioner Uji Media
Angket Penilaian Media PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN ANTARA MEDIA LEMBARBALIK DENGAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA DAN PENANGGULANGAN DERMATITIS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum Wr. Wb Saya Arifah Fitriani, mahasiswi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3 Universitas Islam Negeri Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penilaian media pembelajaran yang akan digunakan dalam tugas akhir (skripsi). Atas perhatian dan kerjasama saudara saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
ANGKET PENILAIAN MEDIA “LEAFLET” Nama
:
No.HP
:
Email
:
No.
Pertanyaan
Keterangan Ya
1.
Apakah anda mengerti informasi yang ada dalam media?
2.
Apakah informasi dalam media memberikan pengetahuan bagi anda?
3.
Apakah pesan yang tertuang dalam media memberikan kesinambungan informasi?
4.
Apakah ada kata-kata yang tidak dipahami?
5.
Apakah bahasa yang digunakan di dalam media leaflet cukup jelas?
6.
Apakah anda mengalami kesulitan dalam membaca informasi di media leaflet?
7.
Apakah hurufnya terlalu kecil bagi anda?
8.
Apakah gambar pada media leaflet ini mudah terlihat?
9.
Apakah gambar-gambar yang ditampilkan menarik perhatian Anda?
10.
Apakah gambar yang ditampilkan terlalu banyak?
11.
Apakah warna-warna dalam media leaflet menarik bagi anda?
12.
Apakah penempatan teks dan gambar sudah sesuai?
Tidak
Lampiran 6 Rekap Penilaian Uji Media Leaflet
1. Yang di tulisan apa itu dermatitis kan ada tulisan yang merah kan yang kulit merah Nah itu di comment kalo fontnya gak serasi, trus jarak spasinya gede2 kayak gak rata gitu 2. Gambarnya kotak2 kayak terkesan kaku gitu 3. Nah trus yang di tulisa tujuan cuci tangan yang di judulnya ki, itu kenepa gak di tulis kayak gini “ apa sih tujuan mencuci tangan” kayak yang depan, kan tertulis apa itu dermatitis. 4. Trus yang di judul waktu cuci tangan, kenapa gak di tambahin ada gambar jamnya gitu 5. Trus yang judul Dermatitis kontak ( eksim ) yang ada gambar tangan merah2 itu Itu kenapa gak diperjelas buat siapa. Kalo gw kan pekerja tahu nohhh. Masa di depannya tulisan dermatitis, eh kesononya malah tiba2 ngomongin penyebabnya dari larutan cleaning service. Jadi kalo bisa yang di depan judulnya ntu ada gamabar pekerja kayunya kiii biar jelas sasarannya buat siapa gituuuu 6. Terus tulisan sama warna backgroundnya tolong diperhatiin. Biar jelas gitu ki kebacanya, biar gak samar. Nah kalo bisa ada beberapa ytang harus di BOLD-in ( ctrl + b ) 7. Trus yang di gamabar langkah2 kan ada kotak buat nomer kan kayak
nah ntu
warna kotaknya jangan hitam kiii, kan soalnya warna dindingnya item jadi kayak nabrak gitu
1
8. Trus kalo bisa yang judl ntu lebih eye cathing, biar orang pada penasaran buat liat halaman2 berikutnya, soalnya kan depannya dah menarik gituuuu
9. Nah yang buat tujuan ntu ka nada tahap2nya noh yang ada gambar tangan trus ada sabun ada apa lgi nohhh, kata kak ida ntu kayak gak nyambung tujuannya. Kalo bisa biar nyambung tulisannya gini tujuan cuci tangan ntu “ Agar kotoran atao bahan ( finishing kayu yang melamic celar, thinner, ato spirtus ntu ) yang menempel pada tangan hilang 10. Nah kan di dampak dermatitis ada gambar duit yah kii, nah kalo bisa tolong dig anti gambar yang tiba2 orang jatuh miskin gituuuu. Kalo gw ketemu gw kirimin, kalo gak ketemu tolong cariin yah 11. Nah pas gambar orang sakit yang di rawat di RS kalo bisa diganti kegambar tangan yang udah terkena dermatitis 12. Nah di gambar kalender kan gak jelas noh gambar silang silang gitu kalo bisa dibawahnya tertulis sering tidak masuk kerja gituy 13. Kalo bisa lebih banyak visualnya alias gambarnya ki, soalnya kalo tu;lisan orang jadi pada gak seneng. Soalnya juga kan ki, sasaran kita kan pekerja yang pendiikannnya dari yang gak sekolah ampe SMP doing, jadi takutnya dari beberapa pekerja males baca 14. Trus kalo bisa di masing2 judul ntu gak bisa apa tulisannya di miring2-in gituuu, ato di gelombang2-in gituuuu, jangan data raja, jadi orang pada males bacanya.
Lampiran 7 Kuisioner Uji Validitas KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian efektivitas media Leaflet terhadap penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan poencegahnnya pekerja cleaning service di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Wassallamu’alaikum Wr. Wb,
Ciputat, Juli 2013
Peneliti
(
Arifah Fitriani
Responden
)
(
)
Identitas Responden Nama Umur Pendidikan Terakhir
*SD/ SMP/ SMA/ SMK
No HP Alamat Lama Bekerja
…………..Tahun
1. Dermatitis kontak Iritan disebabkan oleh faktor a. Faktor Ekonomi dan politik b. Faktor Eksogen dan Endogen c. Faktor sosial dan budaya 2. Dibawah ini yang termasuk faktor Eksogen adalah a. Kimia b. Genetik c. Riwayat penyakit kulit 3. Kapan Dermatitis muncul? a. Segera setelah terpajan b. 5 Hari kemudian c. 1 Bulan kemudian 4. Bahan kimia atau larutan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan adalah… a. Deterjen b. Kopi c. Alkohol 5. Penyebab lain dermatitis kontak iritan adalah… a. Bakteri dan jamur b. Pakaian bersih c. Makanan yang di konsumsi 6. Faktor lain yang menjadi penyebab Dermatitis kontak adalah a. Buah yang dikonsumsi b. Kekeringan atau kondisi kulit c. Sarung tangan yang bersih 7. Salah satu pencegahan Dermatitis kontak adalah : a. Cuci tangan b. Minum obat c. Menggunakan krim kulit
8. Hal utama yang diperlukan dalam mencuci tangan yang baik adalah adalah… a. handsanitizer b. Sabun dan air yang mengalir c. Handuk dan tissu 9. Sabun yang digunakan untuk cuci tangan, sebaiknya mengandung… a. Mikroorganisme b. Antibacterial c. Busa yang banyak 10. air yang digunakam untuk cuci tangan, sebaiknya air yang,,, a. berwarna dan mengalir b. Jernih dan mengalir c. Tergenang dan jernih 11. Manfaat cuci tangan bagi kesehatan ialah … a. Menghabiskan air dan sabun b. Mengharumkan kulit tangan c. Membiasakan hidup bersih dan sehat 12. Berikut ini waktu yang tepat mencuci tangan, kecuali a. Sebelum dan sesudah makan b. Sebelm dan sesuduah bekerja c. Sebelum dan sesudah membaca buku 13. Ada berapakah langkah mencuci tangan yang baik dan benar a. 6 b. 5 c. 7 14. Langkah ke-dua dalam mencuci tangan adalah a. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci b. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman c. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kanan & kiri 15. Langkah ke-tiga dalam mencuci tangan adalah a. Basuh tangan dengan air mengalir b. Bilas kedua tangan dengan air c. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan 16. Gambar ini merupakan langkah kea. 3 b. 5 c. 6
17. Gambar ini merupakan langkah kea. 2 b. 4 c. 6 18. Gambar ini merupakan langkah kea. 3 b. 7 c. 1 19. Menutup keran setelah mencuci tangan sebaiknya menggunakan anggota badan bagian, a. Siku b. Bahu c. Wajah 20. Untuk mengeringkan tangan yang basah sebaiknya menggunakan a. Tissue b. Sarung tangan c. Pakaian yang dipakai
Lampiran 8 Out put Hasil Uji Validitas Kuisioner Tahap I Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 10
100.0
0
.0
10
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1_Dermatitis
2.50
1.080
10
P2_Gejala
3.10
1.287
10
P3_Penyebab
2.30
.949
10
P4_Dampak
3.70
.675
10
P5_pencegahan
3.10
.876
10
P6_sarung_tangan
2.00
.000
10
P7_cuci_tangan
3.50
.850
10
P8_sabun
2.00
1.054
10
P9_air
4.00
.000
10
P10_pengering
2.20
.632
10
P11_langakah1
3.90
2.079
10
P12_Langkah2
2.50
1.269
10
P13_Langkah3
2.70
1.494
10
P14_Langkah4
3.70
1.889
10
P15_Langkah5
3.70
1.767
10
P16_Langkah6
4.50
1.179
10
P17_Langkah7
7.70
.483
10
P18_Langkah8
7.30
.483
10
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
a
N of Items
-5.195
18
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted a
P1_Dermatitis
61.90
4.544
-.362
-4.250
P2_Gejala
61.30
4.678
-.411
-3.988
P3_Penyebab
62.10
2.544
.198
-8.537
P4_Dampak
60.70
3.567
.009
-5.918
P5_pencegahan
61.30
4.678
-.370
-4.189
P6_sarung_tangan
62.40
4.044
.000
-5.213
P7_cuci_tangan
60.90
2.100
.496
-10.659
P8_sabun
62.40
5.156
-.464
-3.632
P9_air
60.40
4.044
.000
-5.213
P10_pengering
62.20
4.178
-.206
-4.911
P11_langakah1
60.50
4.278
-.530
-3.797
P12_Langkah2
61.90
3.433
-.213
-5.832
P13_Langkah3
61.70
6.456
-.612
-2.502
P14_Langkah4
60.70
8.011
-.705
-1.633
P15_Langkah5
60.70
11.344
-.876
-.882
P16_Langkah6
59.90
6.989
-.695
-2.358
P17_Langkah7
56.70
4.011
-.103
-5.204
P18_Langkah8
57.10
4.544
-.356
-4.468
a a a a a a a a a a a a a a a a a
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted a
P1_Dermatitis
61.90
4.544
-.362
-4.250
P2_Gejala
61.30
4.678
-.411
-3.988
P3_Penyebab
62.10
2.544
.198
-8.537
P4_Dampak
60.70
3.567
.009
-5.918
P5_pencegahan
61.30
4.678
-.370
-4.189
P6_sarung_tangan
62.40
4.044
.000
-5.213
P7_cuci_tangan
60.90
2.100
.496
-10.659
P8_sabun
62.40
5.156
-.464
-3.632
P9_air
60.40
4.044
.000
-5.213
P10_pengering
62.20
4.178
-.206
-4.911
P11_langakah1
60.50
4.278
-.530
-3.797
P12_Langkah2
61.90
3.433
-.213
-5.832
P13_Langkah3
61.70
6.456
-.612
-2.502
P14_Langkah4
60.70
8.011
-.705
-1.633
P15_Langkah5
60.70
11.344
-.876
-.882
P16_Langkah6
59.90
6.989
-.695
-2.358
P17_Langkah7
56.70
4.011
-.103
-5.204
P18_Langkah8
57.10
4.544
-.356
-4.468
a a a a a
a a a a a a a
Df-2 = 18-2= 16 , lihat tabel r = 0.6319 Nilai Corrected Item Total Correlation > nilai r = valid
a a a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
a
a
Tahap II Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 10
100.0
0
.0
10
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1_Dermatitis
2.50
1.080
10
P2_Gejala
3.10
1.287
10
P3_Penyebab
2.30
.949
10
P4_Dampak
3.70
.675
10
P5_pencegahan
3.10
.876
10
P6_sarung_tangan
2.00
.000
10
P7_cuci_tangan
3.50
.850
10
P8_sabun
2.00
1.054
10
P9_air
4.00
.000
10
P10_pengering
2.20
.632
10
P11_langakah1
3.90
2.079
10
P12_Langkah2
2.50
1.269
10
P13_Langkah3
2.70
1.494
10
P14_Langkah4
3.70
1.889
10
P15_Langkah5
3.70
1.767
10
P16_Langkah6
4.50
1.179
10
P17_Langkah7
7.70
.483
10
P18_Langkah8
7.30
.483
10
reliability Statistics Cronbach's Alpha
a
N of Items
-5.195
18
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings. Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted a
P1_Dermatitis
61.90
4.544
-.362
-4.250
P2_Gejala
61.30
4.678
-.411
-3.988
P3_Penyebab
62.10
2.544
.198
-8.537
P4_Dampak
60.70
3.567
.009
-5.918
P5_pencegahan
61.30
4.678
-.370
-4.189
P6_sarung_tangan
62.40
4.044
.000
-5.213
P7_cuci_tangan
60.90
2.100
.496
-10.659
P8_sabun
62.40
5.156
-.464
-3.632
P9_air
60.40
4.044
.000
-5.213
P10_pengering
62.20
4.178
-.206
-4.911
P11_langakah1
60.50
4.278
-.530
-3.797
P12_Langkah2
61.90
3.433
-.213
-5.832
P13_Langkah3
61.70
6.456
-.612
-2.502
P14_Langkah4
60.70
8.011
-.705
-1.633
P15_Langkah5
60.70
11.344
-.876
-.882
P16_Langkah6
59.90
6.989
-.695
-2.358
P17_Langkah7
56.70
4.011
-.103
-5.204
P18_Langkah8
57.10
4.544
-.356
-4.468
a a a a a
a a a a a a a a a a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
a
a
Df-2 = 18-2= 16 , lihat tabel r = 0.6319 Nilai Corrected Item Total Correlation > nilai r = valid
Lampiran 9 Out Put Hasil Penelitian
KELOMPOK INTERVENSI
KELOMPOK CONTROL
Statistics statistics SkorPre_Test
SkorPost_Test SkorPre_Test
N
Valid
48
48
0
0
Mean
8.06
14.56
Median
8.00
15.00
N Missing
Valid
SkorPost_Test
47
47
0
0
Mean
6.87
7.09
Median
7.00
7.00
Missing
PERUBAHAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA KELOMPOK INTERVENSI DAN KELOMPOK KONTROL KELOMPOK INTERVENSI Statistics KATEGORIPENGETAHUAN N
Valid Missing
48 0
KATEGORIPENGETAHUAN Cumulative
KELOMPOK CONTROL
Frequency Valid
Statistics KATEGORIPENGETAHUAN N
Valid Missing
47 0
Percent Meningkat
Valid Percent
Percent 48
100.0
100.0
100.0
Lampiran 6 Rekap Penilaian Uji Media Leaflet Apakah anda mengerti informasi yang ada dalam media?
Apakah informasi dalam media memberikan pengetahuan bagi anda? Apakah pesan yang tertuang dalam media memberikan kesinambungan informasi?
Mahasiswa 1 Ya
Mahasiswa 2 Ya
Ya
Ya
Ya
Mahasiswa 4 lebih Sebaiknya lebih diperjelas Ya keterkaitan antara tujuan disederhanakan dengan penelitian dan maksud leaflet. menggunakan bahasa sehari – pembuatan Informasi yang terkandung hari. didalam leaflet harus lebih diperkaya lagi, karena leaflet tidak memerlukan gambar yang banyak. (menurut saya bentuk leaflet bukan seperti ini, leaflet biasanya hanya berisi 1 atau 2 gambar saja, ini lebih cendurung seperti brosur, terlalu banyak gambar yang digunakan) Ya Masih kurang banyak Ya pengetahuan yang harusnya diberikan. bahasa
Mahasiswa 3 dermatitis
Setiap gambar Kalau tujuan materinya hanya yang ada di memberikan informasi sekilas perjelas dengan tentang penyakit dan kata-kata biar tidak terjadi ambiguitas
Jika ingin memberikan pengetahuan kepada pekerja di pabrik tahu sebaiknya isi yang terkandung di dalam media diberikan keterkaitan dengan keadaan yang ada di dalam pabrik tahu itu
Laboran
Di judul tambahin gambar pekerja proses finishing kayu supaya jelas sasarannya siapa
sendiri sehingga ada kesinambungan informasi. Apakah ada kata- Lebih Mungkin Bahasa dermatitis lebih Bahasa dermatitis lebih Tidak kata yang tidak menggunakan dermatitisnya disederhanakan dengan disederhanakan dengan dipahami? bahasa yang ada penjelasan menggunakan bahasa sehari – awam yg dapat secara definisi hari. Dan untuk penyebab dan menggunakan bahasa sehari di ketahui oleh masyarakat dampak, seharusnya ada – hari. Dan untuk penyebab semua lapisan awam sedikit penjelasan setidaknya 1 masyarakat kalimat. Contoh pendapatan dan dampak, sebaiknya seperti kata berkurang, apa hubungannya ditambahkan penjelasan dermatitis, dengan dermatitis. mungkin ada lagi setidaknya 1 kalimat. bahasa yang Contoh pendapatan masyarakat awam lebih berkurang, apa mengenal hubungannya dengan penyakit ini dengan nama dermatitis. lain Apakah bahasa yang Ya Ya Ya Ya digunakan di dalam media leaflet cukup jelas? Apakah anda Tidak Terkait Untuk sasaran dengan bahasa yang digunakan juga Tidak mengalami kesulitan penjelasan pendidikan di bawah SMP harus disesuaikan dengan dalam membaca gambar sepertinya kurang sampai. tingkat pendidikan para informasi di media mungkin di beri pekerja. Ambil pendidikan leaflet? tanda gambar yang terendah agar dapat 1.1 jadi ketika lebih mudah dimengerti menjelaskan oleh sasaran. bisa tidak pusing gambar
Ya
Apakah hurufnya ukuran huruf terlalu kecil bagi pada bagian anda? penyejalasan lebih diperbesar Pada sub judul lebih di tebalkan.
mana yang di maksud Huruf monoton, font d buat menarik dan ukuran di sesuaikan dengan gambar ( hampir sama besarnya atau setengah dari gambar)
Ya
Gunakan font yang agak besar, sebaiknya huruf kapital semua, dan di bold agar lebih jelas.
Apakah gambar pada media leaflet ini mudah terlihat?
Ya
Ya
Ya
Apakah gambargambar yang ditampilkan menarik perhatian Anda?
Ya
Ya (ada baiknya ada gambar orisinal dan coba di perhalus border gambarnya
Ya
Fontnya tidak serasi, spasinya tidak sama Subjudul tujuan cuci tangan kenapa tidak di tulis kayak gini “ apa sih tujuan mencuci tangan?” kayak yang tulisan “apa itu dermatitis?” Ada beberapa tulisan yang di Bold
Kurangi jumlah gambar Ya yang ada di dalam media. Semakin banyak gambar semakin sedikit informasi yang bisa dimasukkan. Ya Untuk judul lebih eye catching biar menarik Gambarnya kotakkotak terkesan kaku Nomor gambar langkah- langkah, warna kotaknya
Apakah gambar yang Tidak (sudah ditampilkan terlalu sesuai dengan banyak? penjelasan)
Apakah warna-warna dalam media leaflet menarik bagi anda?
Ya
Apakah penempatan Seharusnya teks dan gambar pada bagian sudah sesuai? muka, tidak hanya tercantumlogo uin saja tetapi judul dari leaflet tersebut juga di cantumkan pada bagian muka leaflet ini.
Tidak (Sebenarnya cukup cuman lebih di perjelas maksud dari gambarnya) Warna masih kurang, terlihat monoton dan standar leaflet biasa yang ada Terkait penjelasan gambar mungkin di beri tanda gambar 1.1 jadi ketika menjelaskan bisa tidak pusing gambar mana yang di maksud
Sudah ideal jumlah gambar
Ya
yang ditampilkan
Hurufnya warnanya
terlalu
Ya
datar Warna untuk huruf lebih diperkaya lagi, misalnya dengan warna ungu, pink, dll.
jangan hitam Subjudul waktu cuci tangan, kenapa tidak di tambahin ada gambar jamnya
Tulisan dan warna backgroundnya diperhatikan, biar jelas kebacanya, gak samar Cukup kurangi jumlah Banyakin lagi gambar yang digunakan. gambarnya
Lampiran 8 Output Hasil Penelitian
Kelompok Intervensi
Kelompok Control
Statistics statistics SkorPre_Test
SkorPost_Test SkorPre_Test
N
Valid
48
48
0
0
Mean
8.06
14.56
Median
8.00
15.00
N Missing
Valid
SkorPost_Test
47
47
0
0
Mean
6.87
7.09
Median
7.00
7.00
Missing
Perubahan pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Kelompok intervensi Statistics
KATEGORIPENGETAHUAN
KATEGORIPENGETAHUAN N
Valid Missing
Cumulative 48 0
Frequency Valid
Meningkat
48
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Percent 100.0
Kelompok Kontrol KATEGORIPENGETAHUAN Statistics
Cumulative Frequency
KATEGORIPENGETAHUAN N
Valid
Valid
47
Missing
0
Percent
Valid Percent
Meningkat
16
34.0
34.0
34.0
Tetap
18
38.3
38.3
72.3
Menurun
13
27.7
27.7
100.0
Total
47
100.0
100.0
Uji Normalitas Kelompok Intervensi
Uji Normalitas Kelompok kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SkorPre_Te st N Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Percent
SkorPre_ SkorPost_T
SkorPost_Test
Test
48
48
8.06
14.56
2.254
2.736
N
47
47
6.87
7.09
2.060
1.886
Absolute
.133
.186
Positive
.111
.186
Negative
-.133
-.122
Kolmogorov-Smirnov Z
.915
1.272
Asymp. Sig. (2-tailed)
.372
.079
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Absolute
.157
.168
Positive
.157
.103
Negative
-.072
-.168
1.087
1.162
.188
.134
est
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Uji T Dependent Kelompok Intervensi Paired Samples Statistics Paired Samples Correlations Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean N
Pair 1
SkorPre_Test
8.06
48
2.254
.325
SkorPost_Test
14.56
48
2.736
.395
Pair 1
SkorPre_Test &
Correlation 48
SkorPost_Test
.301
aired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
SkorPre_Test - SkorPost_Test
-6.500
Std. Deviation 2.975
Std. Error Mean .429
Lower -7.364
Upper -5.636
t -15.137
df
Sig. (2-tailed) 47
.000
Sig. .037
Uji T Dependent Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Paired Samples Correlations
Std. Deviation
Std. Error Mean
SkorPre_Test
6.87
47
2.060
.301
SkorPost_Test
7.09
47
1.886
.275
N Pair 1
SkorPre_Test &
Correlation 47
SkorPost_Test
Sig.
.786
.000
paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
SkorPre_Test - SkorPost_Test
Std. Deviation
-.213
Std. Error Mean
1.301
.190
Frekuensi pengetahuan sebelum penyuluhan kelompok intervensi Statistics kategori_pretest NValid
48
Missing
0 kategori_pretest Cumulative Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
17
35.4
35.4
35.4
Kurang Baik
31
64.6
64.6
100.0
Total
48
100.0
100.0
Lower
Upper -.595
t .169
-1.121
df
Sig. (2-tailed) 46
.268
Frekuensi Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kelompok Kontrol
Statistics KATERGORI_POSTTEST N
Valid
47
Missing
0
KATERGORI_POSTTEST Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
17
36.2
36.2
36.2
Kurang
30
63.8
63.8
100.0
Total
47
100.0
100.0
Frekuensi Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Pada Kelompok Intervensi Statistics
KATEGORI_POSTEST
KATEGORI_POSTEST N
Cumulative Valid Missing
Frequency
48 0
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
29
60.4
60.4
60.4
Kurang Baik
19
39.6
39.6
100.0
Total
48
100.0
100.0
Frekuensi Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Pada Kelompok Kontrol Statistics KATERGORI_POSTTEST N
Valid
47
Missing
0
Uji T Independent Skor Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Antara Dua Kelompok
Group Statistics Perlakuan SkorPre_Test
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Intervensi
48
8.06
2.254
.325
Kontrol
47
6.87
2.060
.301
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F SkorPre_Test
Sig.
t
df
tailed)
Difference
Std. Error Mean Difference
Difference
Lower
Upper
Equal variances
.014
.905
2.685
93
.009
1.190
.443
.310
2.071
2.687
92.565
.009
1.190
.443
.311
2.070
assumed Equal variances not assumed
Uji T Independent Skor Pengetahuan Setelah Penyuluhan Antara Dua Kelompok
Group Statistics Perlakuan SkorPost_Test
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Intervensi
48
14.56
2.736
.395
Kontrol
47
7.09
1.886
.275
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means Mean
F SkorPost_Test
Equal variances assumed Equal variances not assumed
4.412
Sig.
t .038
df
Sig. (2-tailed)
Difference
Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference Difference
Lower
Upper
15.477
93
.000
7.477
.483
6.518
8.437
15.536
83.581
.000
7.477
.481
6.520
8.435
Perbedaan Perubahan Pengetahuan Setelah Dilakukan Penyuluhan Antara Kelompok Intervensi Dengan Kelompok Kontrol
GROUP STATISTICS Perlakuan Selisih_Skor
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Intervensi
48
6.50
2.975
.429
Kontrol
47
.21
1.301
.190
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Std. Error
F Selisih_Skor
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed) Mean Difference
Difference
Difference Lower
Upper
Equal variances
23.619
.000
13.295
93
.000
6.287
.473
5.348
7.226
13.392
64.635
.000
6.287
.469
5.350
7.225
assumed Equal variances not assumed