PENGARUH INTERNAL KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK (STUDI PADA KONSUMEN PRODUK MEREK POND’S DI KOTA LHOKSEUMAWE) Sapna Biby Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Abstrac This study aims to determine and analyze the influence of cultural factors, social class, individual characteristics, and psychological factors on product purchasing decisions in cosmetic brand's pond Lhokseumawe City. determination of sample size can not be calculated, so the authors use a non-probability sampling method with accidental sampling technique as a method of determination of the amount of sample with 100 respondents. Testing the hypothesis with multiple regression analysis model formulation is formulated Y = β0 + β1X1 β3X3 + + + β2X2 β4X4 + e with SPSS (Statistical Package for Social Science). The results of this analysis showed that the variables of internal consumers of the cultural variables, social class, individual characteristics, and psychological variables were statistically influence the purchasing decisions of Pond's beauty products brand by consumers in Lhokseumawe City. Keywords: culture, social class, individual characteristics, psychological and purchasing decisions
Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan faktor psikologis terhadap keputusan pembelian produk kosmetik merek pond’s di Kota Lhokseumawe. penentuan ukuran sampel tidak dapat diperhitungkan, sehingga penulis menggunakan metode non probability sampling dengan teknik accidental sampling sebagai metode penetapan sampel dengan besaran 100 orang responden. Pengujian hipotesis dengan regresi berganda dengan formulasi model analisis dirumuskan Y = β0 +
1
2
β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e dengan bantuan SPSS (Statistical Package for Sosial Science). Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel internal konsumen yang terdiri dari variabel budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan variabel psikologis secara statistik mempengaruhi keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s oleh konsumen di Kota Lhokseumawe. Kata Kunci : budaya, kelas sosial, karakteristik individu, psikologis dan keputusan pembelian
LATAR BELAKANG Dewasa ini produk-produk kecantikan mengalami perkembangan yang sangat pesat, para pemerhati kecantikan senantiasa selalu melakukan research untuk menemukan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai alat kesehatan dan kecantikan terutama untuk konsumen wanita. Kecenderungan produk-produk kecantikan digunakan oleh wanita, disebabkan kelompok konsumen wanita lebih memperhatikan perawatan tubuh dibandingkan dengan kelompok konsumen pria. Kebutuhan wanita akan produk-produk kecantikan sangat besar, umumnya wanita sangat khawatir cepat tua dibandingkan dengan pria, oleh karena itu berbagai produk kecantikan dicoba, mulai dari produk-produk alamiah maupun produk-produk kecantikan yang telah dicampur dengan zat-zat kimia tertentu. Banyak yang berhasil dan menemukan produk yang sesuai dengan jenis kulit, tetapi tidak sedikit pula wanita yang mengalami kegagalan dalam mencoba produk kecantikan sehingga produk tersebut ditinggalkan dan diganti dengan produk-produk lain sejenis yang sesuai dengan jenis kulitnya. Sebenarnya produk kecantikan tidak hanya dalam bentuk kebutuhan pada kulit saja, ada juga produk yang dirancang untuk meningkatkan kecantikan dari dalam terutama untuk mengencangkan otot-otot pada wanita, mengencangkan kulit dan menghilangkan kerutan pada wajah. Pada umumnya perawatan tubuh dari dalam ini berupa suplemen tulang, otot dan juga kulit. Peningkatan daya tahan tubuh juga akan dapat memancarkan aura kecantikan pada setiap wanita. Selain produk kecantikan dari dalam, ada juga produk kecantikan dari luar yang
3
dirancang untuk kulit. Beberapa alat kecantikan yang paling sering dibutuhkan oleh wanita diantaranya; lipstik, eyeshadow, bedak, alas bedak, dan pelembab kulit. Penggunaan dari setiap produk yang dikemukakan di atas tersebut mempunyai target agar tetap cantik, awet muda dan selalu segar. Salah satu produk kecantikan yang paling banyak digunakan wanita Indonesia, terutama untuk kalangan menengah ke atas adalah Pond’s Pada tahap pengenalan dan selama pertama kali diluncurkan, hanya produk Pond's sabun wajah. Seiring dengan kemajuan, dalam tahap pertumbuhan sampai tahap jatuh tempo, Pond's telah menciptakan inovasi dalam memproduksi krim malam dan krim menodai remover yang telah berhasil di pasaran, yang disebut: Pond's White sempurna. Pond's Flawless White adalah produk pemutih wajah dan bahan artikel baru kandungan alaminya dalam memutihkan kulit yang dapat 7 hari saja. Visible Lightning Day Cream artikel baru diperkaya dan kompleks VAO-B3 pelindung sinar matahari using ganda, pelembab dalam nama dan kembali krim kulit memucat ekstra dimana membutuhkan pertolongan terhadap kulit tampak hasilnya: lebih putih, net, terasa halus, bersinar dan juga terlindung using sinar matahari.
menjawab
kebutuhan
tersebut,
kini
PT
Unilever
Indonesia
memperkenalkan Pond's Flawless White yang mengetahui keinginan perempuan Indonesia untuk memiliki wajah lebih cerah dan sehat. "Pond's Flawless White meyakini dan menghargai keinginan setiap perempuan Indonesia untuk mempercantik diri dengan kulit yang senantiasa sehat dan tampak lebih putih. Bahkan tak hanya penampilan luar saja, produk ini juga dapat membantu untuk menumbuhkan perasaan cantik, bahagia, dan nyaman pada diri setiap perempuan untuk mencintai dan dicintai, termasuk untuk menemukan cinta sejatinya," tutur Senior Brand Manager Pond's, PT Unilever Indonesia, Fiona Anjani Foebe dikutip dari www.okezone.com (diakses tanggal 8 Oktober 2011). Sampai saat ini PT Unilever Indonesia terus meningkatkan aneka produk Pond’s terutama untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kulit wanita, peningkatan dari segi kuantitas produk dan diversifikasi produk juga dengan mengefektifkan
4
pemasaran terutama melalui periklanan media cetak dan elektronik telah membuat Pond’s menjadi produk kecantikan yang sangat diminati oleh banyak kalangan wanita terutama remaja dan wanita karir. Perluasan jaringan pemasaran telah mampu menjangkau kawasankawasan pemasaran tidak hanya di perkotaan saja, tetapi juga telah meluas ke kawasan pedesaan. Di Kota Lhokseumawe sendiri, produk kecantikan merek Pond’s bukan lagi menjadi produk yang langka, disetiap mini market telah tersedia produk ini, bahkan konsumen juga dapat menemukan produk ini pada toko maupun kios retail. Suatu fenomena yang sangat menarik yang dapat diamati seksama adalah menyangkut adanya suatu image bahwa produk Pond’s diperkenalkan sebagai produk eksklusif tetapi pada kenyataannya konsumen yang menggunakan produk kecantikan merek Pond’s tidak semuanya berlatar belakang sebagai kelompok masyarakat kelas menengah ke atas saja, melainkan juga ada yang berasal dari kelas menengah ke bawah. Apa sebenarnya penyebab terjadinya hal semacam ini, tentu perlu dikaji keterkaitan antara berbagai faktor yang dapat menyebabkan prilaku konsumen dalam pembelian produk kecantikan merek Pond’s, Dari uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan faktor psikologis terhadap keputusan pembelian produk kosmetik merek pond’s di Kota Lhokseumawe. TINJAUAN TEORITIS Teori Perilaku Konsumen Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen. Menurut definisinya perilaku konsumen adalah kegiatankegiatan
individu
yang
secara
langsung
terlibat
dalam
mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa (Engel et. all., 1994; Lamb et. all., (2001). Sedangkan Peter dan Olson (2000), menjelaskan bahwa perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara pengaruh pikiran (kognisi), perilaku (behavioral), dan kejadian sekitar, dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
5
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, perilaku konsumen akan berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan yang difikirkan (cognitive), dirasakan (affective), dan yang dilakukan (conative) oleh konsumen. Oleh karena itu dalam pengembangan strategi pemasaran, sifat perilaku konsumen yang dinamis tersebut merupakan isyarat bahwa seorang manajer pemasaran yang hendaknya selalu mengevaluasi keberhasilan kinerja pemasarannya. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Proses Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan pada saat pembelian dilakukan. Pembelian yang rumit dan mahal mungkin melibatkan lebih banyak pertimbangan pembeli dan lebih banyak peserta, dimana pertimbangan-pertimbangan tersebut akan membetuk konsumen kedalam segmen-segmen yang berbeda. Krisis ekonomi di Indonesia telah mengelompokkan konsumen Indonesia kedalam tiga segmen dalam proses pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk atau jasa, yaitu (1) segmen konsumen Dumb. Ini adalah kelompok konsumen yang dalam pengambilan keputusan pembelian hanya memperhatikan harga, dimana produk dengan harga murah menjadi incaran segmen ini, (2) segmen Snop. Segmen ini sangat menngutamakan kualitas produk, dan (3) segmen Smart, yang dikatakannya sebagai segmen yang mengutamakan value (nilai). Value ini diartikan sebagai perbandingan antara manfaat (benefit) dan biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk menikmati manfaat tersebut (Kertajaya dalam Maulana, 1999). Pada dasarnya konsumen mengikuti suatu proses atau tahapan dalam pengambilan keputusannya, dimana proses pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) yang paling kompleks terdiri dari lima tahap (Kotler, 2005; lamb et all., 2001; Mowen dan Minor, 2002), yaitu (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan pembelian, (5) dan perilaku pasca pembelian. Faktor-faktor internal konsumen yang mempengaruhi perilaku pembelian, meliputi: (1) faktor-faktor budaya, (2) Kelas Sosial, (3) Karakteristik Pribadi, dan (4) Faktor Psikologis (Kotler, 2005; Lamb et all.,2001).
6
Sedangkan menurut Engel et. all., (1995), internal konsumen terdiri dari: (1) budaya, (2) kelas sosial, (3) pribadi, (4) keluarga, dan (5) situasi. (a) Budaya Konsumen Budaya merupakan karakter sosial konsumen yang membedakannya dengan kelompok kultur lain disekitarnya. Budaya merupakan sesuatu yang harus dipelajari, konsumen tidak dilahirkan secara spontan untuk memahami serangkaian nilai pokok, persepsi, preferensi dan perilaku melainkan melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga inti lainnya. Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggotaanggotanya. Kotler (2005), mengidentifikasikan sub budaya terdiri atas: (1) kelompok kebangsaan, (2) kelompok agama, (3) kelompok rasial (4) kelompok kedaerahan (geografis). Sub budaya tersebut akan membentuk suatu segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. (b) Kelas Sosial Kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu komonitas masyarakat, yang tersusun secara hierarkis dan keanggotaanya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa (Setiadi, 2005). Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain, seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal. Di Amerika Serikat karakteristik utama kelas sosial dibagi atas tujuh kelompok, yaitu: (1) kelas atas atas, (2) kelas atas bawah, (3) kelas menengah atas, (4) kelas menengah, (5) kelas pekerja, (6) kelas atas bawah, (7) bawah bawah (Kotler, 2002). (c) Karakteristik Individu Selanjutnya perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi konsumen. Karakteristik-karakteristik tersebut misalnya: umur konsumen, tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Peranan usia dan siklus hidup mempunyai pengaruh penting terhadap pembentukan perilaku konsumen, tinggi rendahnya
7
usia seseorang biasanya akan mempengaruhi minat terhadap suatu produk, seperti selera pada makanan, pakaian, mobil, dan rekreasi. Tahapan siklus hidup keluarga konsumen (family life cycle) merupakan urutan yang teratur mengalami perubahan dalam mengkonsumsi suatu produk, dimana proses ini berkembang melalui kedewasaan, pengamanan, perubahan pendapatan serta status pekerjaan dan pernikahan (keluarga). Menejer pemasaran sering mendefinisikan sasaran pasarnya dengan siklus hidup keluarga, seperti: menikah atau belum menikah, punya anak maupun tidak punya anak. Konsep diri merupakan bagaimana konsumen mempersepsikan diri mereka sendiri, dimana konsepsi diri ini dapat meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Meskipun konsepsi diri bisa berubah, maka perubahan tersebut biasanya bertahap (Lamb. Et. all., 2001). Keberadaan konsepsi atau persepsi konsumen terhadap suatu produk dan mempengaruhi motivasi konsumen untuk belajar tentang bagaimana berbelanja, dan membeli suatu produk dan merek yang tepat. Pada tahapan selanjutnya kepribadian dan konsepsi diri konsumen dapat mencerminkan gaya hidup (life style) seseorang. Gaya hidup merupakan pola hidup yang diekspresikan oleh minat, kegiatan dan pendapat seseorang terhadap keputusan membeli suatu produk. Gaya hidup menggambarkan seseorang, tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungannya. (d) Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, seperti motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian (Kotler, 2005). Motivasi konsumen merupakan suatu pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan, termasuk keputusan pembelian. Kebutuhan muncul dari tekanan biologis, seperti rasa lapar, haus, kenyamanan, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat psikogenis. Kebutuhan ini muncul dari tekanan psikologis, seperti: kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan. Mnurut Setiadi (2005), motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak
yang
menciptakan
kegairahan
seseorang
agar
mereka
mau
bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk
8
mencapai kepuasan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan pribadi, tujuan dan persepsi individu atau kelompok yang bersangkutan, bagaimana tujuan-tujuan terealisasi agar kebutuhan-kebutuhan terpenuhi. Maka secara psikologis masyarakat menilai penggunaan kosmetik bagi wanita menjadi mutlak diperlukan. (1) Kebutuhan Fisik (Phsiological Needs) Kebutuhan yang paling mendasar dalam diri seseorang adalah kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup, dimana kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan akan makanan, minuman, perumahan, seks, dan kebutuhan akan istirahat. (2) Kebutuhan Keamanan (safety Needs) Kebutuhan akan keamanan merupakan kebutuhan yang kedua setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan akan memberi perlindungan dan rasa aman dari setiap gangguan terhadap fisik manusia, seperti aksi kriminalitas pada saat dirumah, dikantor dan pada saat berpergian. (3) Kebutuhan Sosial (Social Needs) Pada tahap ketiga manusia membutuhkan interaksi dengan lingkungannya. Dalam kebutuhan sosial manusia membutuhkan rasa cinta dan dicintai, persahabatan, perasaan memiliki terhadap sesuatu produk atau benda dan perasaan diterima oleh kelompok dimana mereka bernaung, kekeluargaan dan asosiasi. (4) Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan tingkat ke empat, yaitu kebutuhan akan pengakuan terhadap status atau kedudukan seorang manusia, kepercayaan diri, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri. Manusia mempunyai kemauan yang keras dalam prestasi kerja dan karir yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun bagi orang lain disekelilingnya. (5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs) Kebutuhan tertinggi dalam diri manusia adalah keinginan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang terbaik menonjolkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri juga mencerminkan keinginan individu untuk mengetahui, memahami, dan membentuk suatu sistem nilai,
9
sehingga ia dapat mempengaruhi orang lain disekitarnya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan dan keinginan untuk dapat menyampaikan ide, gagasan, dan sistem nilai yang diyakininya kepada oraang lain.
Keputusan Pembelian Konsumen Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal konsumen, seperti budaya konsumen, kelas sosial, karakteristik individu, dan faktor-faktor psikologis. Oleh karena itu dalam proses keputusan pembelian konsumen, para pemasar harus jeli dalam melihat setiap proses yang dilalui oleh konsumen, terutama dalam proses pada saat pembelian dan pascapembelian dalam kaitannya dengan kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. Menurut Kotler (2002), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan pelanggan merupakan kunci untuk membuat hubungan jangka panjang dengan pelanggan, yakni untuk mempertahankan dan menumbuhkan konsumen serta untuk memetik hasil yang berupa nilai seumur hidup pelanggan (Kotler dan Armstrong, 2003). Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kepuasan pelanggan merupakan hasil evaluasi pasca pembelian dan alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melebihi harapan pelanggan. Artinya jika harapan konsumen melebihi dari kenyataan (actual) maka akan terjadi kepuasan. Dimana kepuasan yang dirasakan oleh konsumen akan menjadikan konsumen tersebut loyal. Loyalitas konsumen akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan yang akan diperoleh oleh perusahaan, karena perusahaan dapat mengefisienkan sumber daya yang dikeluarkan, seperti: (a) mengurangi biaya pemasaran, (b) mengurangi biaya transaksi, (c) mengurangi biaya penggantian konsumen, (d) meningkatkan penjualan masa lalu, (e) informasi dari mulut ke mulut yang lebih positif, dan mengurangi biaya kegagalan.
10
Konsumen yang mempunyai loyal memiliki karakteristik sebgai berikut: (a) melakukan pembelian secara teratur, (b) membeli diluar lini produk atau jasa, (c) menolak produk lain, (d) menunjukan kekebalan dari ajakan persaingan (tidak mudah terpengaruhi oleh ajakan persaingan produk sejenis lainnya) (Grifin dalam Adam, 2006). Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan Eduardo (2006) menganalisis pengaruh faktor internal konsumen dalam membeli produk kosmetik di Sleman. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 185 responden, penarikan sampel dengan metode Proportionate stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara serempak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis terhadap pembelian produk kosmetik, (2) secara parsial hanya faktor pribadi, dan faktor sosial yang signifikan mempengaruhi pembelian produk kosmetik. Wilson (2007), melakukan penelitian dengan judul Prilaku pembelian konsumen; Kasus pembelian produk kecantikan. Jumlah sampel yang dilibatkan sebanyak 320 responden.
Teknik analisis yang digunakan adalah Mapping
Consumer’s Behavior Test. Hasil penelitiannya menunjukkan suatu pemetaan prilaku konsumen dalam membeli produk masih didominasi oleh faktor pribadi dengan persentase mencapai 42,5%, selebihnya terbagi dalam beberapa faktor seperti keluarga, lingkungan, dan sebagainya. Dalam pemetaan ini beberapa kasus pembelian melibatkan pihak lain, dengan melibatkan keinginan yang sama kuat dari konsumen itu sendiri. Kerangka Berpikir Kebutuhan dan keinginan konsumen akan terus berubah, sehingga mengharuskan seorang manejer pemasaran harus mempunyai pengetahuan yang seksama tentang perilaku konsumen produk kecantikan agar dapat memberikan definisi pasar yang baik untuk mengikuti perubahan tersebut.
11
Proses pengambilan keputusan konsumen tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Menurut lamb, et al.,(2001) dan Kotler (2005), bahwa faktor-faktor tersebut adalah: (1) budaya konsumen, (2) sosial, (3) karakteristik individu, dan (4) faktor psikologi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Lhokseumawe dengan objek penelitian adalah konsumen wanita yang menggunakan produk kecantikan merek Pond’s. Penelitian ini hanya memfokuskan pada bidang kajian tentang variabelvariabel internal konsumen dan keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Dalam penelitian ini, populasi adalah seluruh konsumen wanita pengguna produk kecantikan merek Pond’s yang berdomisili di wilayah penelitian Kota Lhokseumawe yang terdiri dari empat kecamatan; Banda Sakti, Muara Dua, Muara Satu, dan Blang Mangat. Adapun jumlah populasi secara pasti tidak diperoleh data yang akurat. Oleh karena itu penentuan ukuran sampel tidak dapat diperhitungkan, sehingga penulis menggunakan metode non probability sampling dengan teknik accidental sampling sebagai metode penetapan sampel dengan besaran 100 orang responden.
Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel
Definisi
Budaya
Kebiasaan
yang
-
Kebiasaan
(X1)
diciptakan oleh manusia
-
Frekuensi
dari generasi ke generasi
-
Waktu penggunaan
sebagai
Indikator
penentu
dan
pengatur
perilaku
manusia
dalam
masyarakat.
Skala Pengukuran Skala Likert
12
Kelas
Pembagian
masyarakat
-
Pendidikan
Sosial (X2)
yang relatif homogen dan
-
Pekerjaan
permanen, tersusun secara
-
Pendapatan
hirarkis.
-
Tempat tinggal
Individu
Karakteristik
individu
-
Umur
(X3)
yang dapat mempengaruhi
-
Keluarga
perilaku
-
Gaya hidup
dorongan
-
Persepsi
konsumen
-
Keyakinan
dalam
pengambilan
Skala Likert
Skala Likert
keputusan
pembelian.
Psikologis
Suatu
(X4)
psikologis
yang melibatkan perasaan (afeksi)
dan
(kognisi)
pemikiran
dalam
proses
pengambilan keputusan
Skala Likert dan
sikap -
Motivasi
-
Kenikmatan
-
Manfaat kesehatan
-
Kebaikan
dalam
mengatasi rasa haus
Keputusan
Upaya
atau
tindakan
-
Jumlah pembelian
Pembelian
konsumen
dalam
-
Jenis yang disukai
(Y)
mengambil
keputusan
-
Pertimbangan
untuk mendapatkan dan
-
loyalitas
menggunakan
Skala Likert
produk
yang diinginkan.
Model Analisis Data Model analisis data yang digunakan untuk menganalisis hipotesis adalah model regresi linier berganda. Analisis regresi linear berganda dapat digunakan untuk mengukur atau mengetahui, apakah faktor budaya, kelas sosial,
13
karakteristik individu dan faktor psikologis yang merupakan variabel bebas yang mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian produk kosmetik merek Pond’s oleh konsumen di Kota Lhokseumawe sebagai varibel terikat. Dengan demikian formulasi model analisis dalam penelitian dirumuskan (Koutsoyiannis, 1981) sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Dimana: Y = Keputusan pembelian X1 = Budaya konsumen X2 = Kelas sosial X3 = Karakteristik individu X4 = Faktor psikologis β0 = Intersep atau Konstanta e = Variabel yang tidak terungkap (error term) β1, β2, β3, β4 adalah koefisien regresi Data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis dan dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Analisa dan uji hipotesis dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistic Package for Social Science). Setelah persamaan regresi diperoleh perlu diadakan interprestasi/analisis arti dari setiap koefisien, yaitu: a.
Konstanta (β0) menggambarkan besarnya nilai dari variabel Y pada saat variabel X bernilai nol.
b.
Koefisien β mengukur perubahan di dalam Y karena adanya perubahan satu unit variabel X dengan anggapan nilai dari variabel X lain adalah konstan.
14
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisa regresi dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menentukan besarnya koefisien korelasi dari persamaan regresi yang telah dikemukakan (2) Mencari besarnya nilai determinasi atau R2 yang merupakan koefisien yang menunjukkan besarnya persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (3) Untuk menguji ada tidaknya pengaruh tersebut baik secara individu maupun secara bersama dilakukan dengan melakukan serangkaian pengujian, yaitu uji t atau “t test” dan uji F atau “F test”. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat. Jika Fhitung < Ftabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Jika Fhitung > Ftabel berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas (X) secara parsial terhadap variabel terikat (Y). Jika thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Jika thitung > ttabel berarti H1diterima dan H0 ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Pengujian validitas data dilakukan dengan korelasi antar item pada setiap pertanyaan yang diajukan dari masing-masing variabel yang diobservasi. Hasil perhitungan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Uji Validitas Data Variabel Budaya Scale Mean if Deleted
Item
Scale Variance if Item
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha Item
if
15
Deleted
Deleted
Seberapa sering anda menggunakan
Pond's
14,7200
4,668
0,540
0,766
sekitar anda umumnya 14,4800
3,585
0,763
0,682
3,683
0,767
0,684
15,0300
4,494
0,615
0,748
15,2900
3,945
0,353
0,661
karena
kebiasaan
(budaya)? Lingkungan wanita di
menggunakan Pond's? Pond's
di
rasakan
cocok
dengan
wanita
asia,
kulit dan 14,4400
khususnya wanita di Indonesia? Di lingkungan anda banyak
dijumpai
produk-produk kecantikan
merek
Pond's? Wanita disekitar anda menggunakan sebagai
Pond's
kebiasaan
(budaya)? Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Hasil pengujian validitas data variabel budaya Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 5 pertanyaan yang diajukan semuanya mempunyai koefisien korelasi di atas 0.50. Koefisien korelasi yang paling tinggi dijumpai pada pertanyaan mengenai Pond's di rasakan cocok dengan kulit wanita asia, dan khususnya wanita
16
di Indonesia? yang mempunyai koefisien sebesar 0.767, sedangkan koefisien korelasi yang paling rendah dijumpai pada pertanyaan Wanita disekitar anda menggunakan Pond's sebagai kebiasaan (budaya)? yang mempunyai koefisien sebesar 0.353. Berdasarkan hasil pengujian ini menunjukkan data-data pada variabel budaya semuanya valid secara statistik. Tabel 3 Hasil Uji Validitas Data Variabel Kelas Sosial Scale
Keluarga
anda
termasuk
yang
mempunyai pengaruh
dalam
Cronbach's
Scale Mean Variance if Corrected
Alpha
if
Item
Item Item
Item-Total
Deleted
Deleted
Correlation Deleted
14,7300
5,027
0,496
0,792
15,0300
4,676
0,743
0,717
14,5400
4,332
0,504
0,814
14,0100
5,061
0,630
0,753
menggunakan produk kecantikan? Pendapatan anda dan keluarga
juga
menentukan pilihan merek Pond's? Pendidikan anda dan keluarga
juga
menentukan pilihan Pond's? Jenis pekerjaan yang anda dan keluarga
if
17
tekuni
turut
menentukan memilih Pond's? Lokasi tinggal
tempat anda
keluarga
dan turut 13,8900
5,291
0,699
0,746
menentukan memilih merek Pond's? Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Hasil pengujian validitas data variabel kelas sosial Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 5 pertanyaan yang diajukan semuanya mempunyai koefisien korelasi di atas 0.50. Koefisien korelasi yang paling tinggi dijumpai pada pertanyaan Pendapatan anda dan keluarga juga menentukan pilihan merek Pond's? yang mempunyai koefisien sebesar 0.743, sedangkan koefisien korelasi yang paling rendah dijumpai pada pertanyaan Keluarga anda termasuk yang mempunyai pengaruh dalam menggunakan produk kecantikan? yang mempunyai koefisien sebesar 0.496. Berdasarkan hasil pengujian ini menunjukkan data-data pada variabel kelas sosial semuanya valid secara statistik. Tabel 3 Hasil Uji Validitas Data Variabel Karakteristik Individu Scale Scale Mean Variance if Corrected
Alpha
if
Item
Deleted Umur
Item Item
Item-Total
Deleted
Correlation Deleted
2,046
0,145
anda
menentukan
dalam 14,1842 memilih jenis produk kecantikan
Cronbach's
yang
0,188
if
18
digunakan?
Umur
suami
juga
menentukan
anda
dalam memilih jenis
13,3026
2,587
0,159
0,201
2,339
0,105
0,229
2,487
0,140
0,204
2,002
0,087
0,268
merek kecantikan Jumlah
anggota
keluarga
wanita
menentukan
jumlah 14,6447
pembelian
Pond's
dalam setiap bulannya Sejauh mana tingkat keinginan anda untuk mencoba kecantikan
produk 13,5789 merek
lain? Apakah
dalam
mengambil keputusan pembelian
merek
kecantikan
anda
berdiskusi
dengan
14,6053
suami/keluarga Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Hasil pengujian validitas data variabel individu Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 5 pertanyaan. Koefisien korelasi yang paling tinggi dijumpai pada pertanyaan Umur suami juga menentukan anda dalam memilih jenis merek kecantikan yang mempunyai koefisien sebesar 0.807, sedangkan koefisien korelasi yang paling rendah dijumpai pada pertanyaan Apakah dalam mengambil
19
keputusan pembelian merek kecantikan anda berdiskusi dengan suami/keluarga yang mempunyai koefisien sebesar 0.087. Berdasarkan hasil pengujian ini menunjukkan data-data pada variabel individu semuanya valid secara statistik. Tabel 4 Hasil Uji Validitas Data Variabel Psikologis Scale Scale Mean Variance if Corrected
Alpha
if
Item
Deleted Bagaimana
Cronbach's
Item Item
Item-Total
Deleted
Correlation Deleted
1,503
0,136
0,295
1,912
0,137
0,271
14,2100
1,865
0,231
0,197
13,7100
1,966
0,235
0,207
persepsi
anda terhadap manfaat 14,8200 produk Pond's? Seberapa yakin anda bahwa Pond's
tidak
memberi
dampak 13,8700
buruk
terhadap
kesehatan? Apakah menurut anda dengan menggunakan Pond's
dapat
meningkatkan motivasi anda dalam beraktivitas? Dengan menggunakan Pond's anda menjadi lebih
percaya
dalam bergaul?
diri
if
20
Anda
merasa
cantik
lebih dengan
menggunakan produk 13,9900 kecantikan
2,111
0,046
0,341
merek
Pond's? Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Hasil pengujian validitas data variabel psikologis Tabel 4 koefisien korelasi yang paling tinggi dijumpai pada pertanyaan Dengan menggunakan Pond's anda menjadi lebih percaya diri dalam bergaul? yang mempunyai koefisien sebesar 0.235, sedangkan koefisien korelasi yang paling rendah dijumpai pada pertanyaan Anda merasa lebih cantik dengan menggunakan produk kecantikan merek Pond's? yang mempunyai koefisien sebesar 0.046. Berdasarkan hasil pengujian ini menunjukkan data-data pada variabel psikologis semuanya valid secara statistik. Tabel 5 Hasil Uji Validitas Data Variabel Keputusan Pembelian Scale
Cronbach's
Scale Mean Variance if Corrected
Alpha
if
Item
Item Item
Item-Total
Deleted
Deleted
Correlation Deleted
9,8700
1,730
0,172
Dalam pengambilan keputusan
untuk
membeli
Pond's
seberapa
sering
anda mempertimbangka n situasional?
0,591
if
21
Dalam pengambilan keputusan seberapa sering
anda
mempertimbangka
10,6000
1,293
0,621
0,216
10,9300
1,864
0,166
0,580
10,9600
1,211
0,411
0,385
n faktor pajangan produk
yang
menarik? Dalam pengambilan keputusan pembelian terhadap
ulang produk
Pond's,
anda
mempertimbangka n tingkat kepuasan? Sejauhmana tingkat loyalitas
anda
menggunakan produk Pond's?
Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Hasil pengujian validitas data variabel keputusan pembelian Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 4 pertanyaan yang diajukan 1 pertanyaan mempunyai koefisien korelasi di atas dan di bawah 0,50. Koefisien korelasi yang paling tinggi dijumpai pada pertanyaan Dalam pengambilan keputusan seberapa sering anda mempertimbangkan faktor pajangan produk yang menarik? yang mempunyai koefisien sebesar 0,621, sedangkan koefisien korelasi yang paling rendah dijumpai pada pertanyaan Dalam pengambilan keputusan pembelian ulang terhadap produk Pond's, anda mempertimbangkan tingkat kepuasan? yang
22
mempunyai
koefisien
sebesar
0,166.
Berdasarkan
hasil
pengujian
ini
menunjukkan data-data pada variabel keputusan pembelian semuanya valid secara statistik.
Uji Reliabilitas Adapun hasil pengujian reliabilitas dari masing-masing variabel penelitian ditampilkan pada Tabel 4.12. Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian Cronbach
Variabel
Item
Budaya (X1)
5
0.790
Relialibel
Kelas
5
0.801
Relialibel
Individu (X3)
5
0.657
Relialibel
Psikologis (X4)
5
0.780
Relialibel
Keputusan
4
0.639
Relialibel
Sosial
Alpha
Keterangan
(X2)
Pembelian (Y) Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Dari hasil pengujian dijumpai nilai Cronbach Alpha masing-masing variabel adalah; variabel budaya 0.790, variabel kelas sosial 0.801, variabel individu 0.657, variabel psikologis 0.780, dan variabel keputusan pembelian dijumpai nilai Cronbach Alpha sebesar 0.639. Dengan demikian bila mengacu dari kriteria (Nunnaly dalam Ghozali, 2007) semua variabel yang diuji realibel secara statistik.
23
Hasil Estimasi Model Penelitian Estimasi untuk mengetahui pengaruh internal konsumen terhadap keputusan pembelian dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda. Secara spesifik internal konsumen terdiri dari variabel budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan variabel psikologis dimasukkan sebagai variabel estimator yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s di Kota Lhokseumawe. Hasil estimasi model penelitian diperoleh sebagai berikut. Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial Standardize
Model Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
Std.
1
t
Sig.
0,326
0,745
B
Error
(Constant)
0,151
0,462
Budaya
0,362
0,085
0,450
4,266
0,000
Kelas Sosial
0,318
0,084
0,264
3,785
0,000
0,247
0,118
0,241
2,094
0,037
0,652
0,120
0,512
5,457
0,000
Karakteristik Individu Psikologis
Beta
Sumber: Data Primer (diolah dengan SPSS), 2011 Dengan mensubsitusi parameter estimasi ke dalam model penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Y = 0,151 + 0,362(X1) + 0,318(X2) + 0,247(X3) + 0,652(X4)
24
Berdasarkan hasil estimasi dapat diinterpretasikan bahwa kontanta mempunyai koefisien sebesar 0,151 bermakna bahwa tanpa tambahan dari variabel budaya, kelas sosial, karakteristik individu dan variabel psikologis, maka keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s hanya sebesar 15,1%. Variabel budaya mempunyai koefisien sebesar 0,362 bermakna bahwa dengan meningkatnya variabel budaya 1 dalam skala, maka akan meningkatkan keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s sebesar 0,362 dalam skala (36,2%) dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Variabel kelas sosial mempunyai koefisien sebesar 0,318 bermakna bahwa dengan meningkatnya variabel kelas sosial 1 dalam skala, maka akan meningkatkan keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s sebesar 0,318 dalam skala (31,8%) dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Variabel karakteristik individu mempunyai koefisien sebesar 0,247 bermakna bahwa dengan meningkatnya variabel karakteristik individu 1 dalam skala, maka akan meningkatkan keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s sebesar 0,247 dalam skala (24,7%) dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Selanjutnya variabel psikologis mempunyai koefisien sebesar 0,652 bermakna bahwa dengan meningkatnya variabel psikologis 1 dalam skala, maka akan meningkatkan keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s sebesar 0,652 dalam skala (65,2%) dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Koefisien Korelasi dan Determinasi Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan uji t dan uji F, terlebih dahulu akan diuji kesesuaian model yang digunakan dengan uji korelasi dan determinasi. Koefisien determinasi berguna untuk mengukur sejauhmana kontribusi yang dapat diberikan oleh seluruh variabel bebas secara Simultan terhadap peningkatan atau penurunan variabel terikat. Hasil analisis korelasi dan determinasi disajikan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi
25
Adjusted R Std. Error of the Model
R
R Square
Square
Estimate
1
0,699
0,489
0,460
0,29230
Sumber: Data Primer (diolah dengan SPSS), 2011 Hasil uji korelasi (R) dijumpai koefisien sebesar 0,699 bermakna bahwa hubungan variabel bebas; budaya, kelas sosial, karakteristik individu dan variabel psikologis dengan keputusan pembelian sebesar 69,9%, sisanya sebesar 30,1% keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s berhubungan dengan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,489 bermakna bahwa variansi kemampuan variabel bebas (budaya, kelas sosial, karakteristik individu dan variabel psikologis) dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat (keputusan pembelian) produk kecantikan merek Pond’s sebesar 49,9%, sisanya sebesar 50,1% keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Menurut Young (Djarwanto, 1996:169): jika koefisien korelasi bernilai 0,70 sampai mendekati 1,00 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang tinggi, koefisien korelasi lebih besar dari 0,40 sampai di bawah 0,70 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang sedang, apabila koefisien korelasinya di atas 0,20 sampai 0,40 (plus atau minus) maka menunjukkan derajat hubungan yang rendah atau lemah. Berdasarkan kriteria dari Young di atas, maka korelasi dan determinasi variabel bebas terhadap keputusan pembelian dapat dikatagorikan sedang. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Pengujian simultan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara bersama-sama mempengaruhi keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Pengujian simultan ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Dengan kriteria
26
pengambilan keputusan adalah; jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H1 diterima dan menolak H0. Hasil pengujian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini. Tabel 7 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Mod
Sum of
el
Squares
Df
Square
F
Sig.
5,796
4
1,449
16,959
0,000
Residual
6,066
71
0,085
Total
11,862
75
1
Regressio n
Mean
Sumber: Data Primer (diolah dengan SPSS), 2011 Hasil pengujian secara simultan menjumpai nilai F hitung sebesar 16.959 sedangkan F tabel pada v1 = k – 1 (5 – 1 = 4) dan v2 = n – k (100 – 5 = 95) diperoleh sebesar 2.460. Dengan membandingkan F hitung > F tabel dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel internal konsumen; budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan variabel psikologis secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya uji statistik secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dengan kriteria; apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel, maka variabel yang diobservasi signifikan mempengaruhi keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s, sebaliknya apabila nilai t hitung variabel observasi lebih kecil dari nilai t tabel, maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Adapun nilai t tabel pada
27
df = n – k (100 – 5 = 95) sebesar 1.960. Selain uji t kriteria untuk signifikansi juga dapat dilihat pada nilai sig. pada α = 0.05. Hasil pengujian secara parsial hipotesis sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.14. Hasil estimasi menemukan nilai t hitung variabel budaya sebesar 4,266 dengan nilai sig. 0,000 jauh lebih besar dari nilai t tabel 1,960 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel budaya berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Nilai t hitung variabel kelas sosial sebesar 3,785 dengan nilai sig. 0,000 lebih kecil dari nilai t tabel 1,960 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kelas sosial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Elizabeth (2006) yang menemukan variabel sosial berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen. Nilai t hitung variabel karakteristik individu sebesar 2,094 dengan nilai sig. 0,037 lebih besar dari nilai t tabel 1,960 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel karakteristik individu berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Syarif (2007) yang menemukan variabel individu berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen. Juga konsisten dengan penelitian Muslichah, dkk (2006) dan penelitian Elizabeth (2006). Nilai t hitung variabel psikologis sebesar 5,457 dengan nilai sig. 0,000 lebih besar dari nilai t tabel 1,960 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel psikologis berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Syarif (2007) yang menemukan variabel psikologis berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen. Kesimpulan
28
Variabel-variabel internal konsumen yang terdiri dari variabel budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan variabel psikologis secara statistik mempengaruhi keputusan pembelian produk kecantikan merek Pond’s oleh konsumen di Kota Lhokseumawe. Pengujian secara parsial semua variabel bebas yang diuji mempunyai pengaruh yang signifikan. Pengujian secara simultan variabel-variabel bebas yaitu faktor budaya, kelas sosial, faktor karakteristik individu, dan faktor psikologis signifikan secara statistik mempengaruhi keputusan pembelian produk Pond’s. Spesifikasi model regresi linier berganda yang digunakan sudah tepat Selain itu juga ditemukan nilai R2 yang mencapai 0.489 atau dapat dikatagorikan sedang, dan nilai R mencapai 0.699 yang tergolong sedang. Saran Kepada konsumen pengguna produk kecantikan hendaknya juga perlu berhati-hati dan jeli dalam memilih produk kecantikan karena sekarang banyak beredar produk-produk kecantikan palsu. KEPUSTAKAAN Eduardo. 2006. Pengaruh Faktor Internal Konsumen Dalam Membeli Produk Kosmetik Di Sleman. www.indoskripsi.com diakses tanggal 8 Oktober 2010 Engel, F. James, Roger D. Blackwell and Paul. W. Miniard, 1995, Perilaku Konsumen, Alih Bahasa: Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta. Fiona Anjani Foebe dikutip dari www.okezone.com (diakses tanggal 8 Oktober 2010) Geriyana, Gita, 2003, Pertimbangan Pembelian Pakaian Jadi di Kalangan Mahasiswa: Studi Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi Strata-1 di Kota Malang, Seminar Hasil Penelitian, Program Pasca Sarjana Unibraw, Malang. Ghozali, H, Imam, 2007, Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang. Koutsoyiannis, A, 1981, Theory Of Econometrics, Second edition, The Macmillan Press, London.
29
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, Alih Bahasa: Benyamin Molan, Indeks, Jakarta. Kotler, Philip, Gary Armstrong, 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Alih Bahasa: Alexander Sindoro, Indeks, Jakarta. Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Alih Bahasa: Hendra Teguh, Prenhallindo, Jakarta. Lamb, Charles W., Joseph F. Hair,., and Daniel McCarl, 2001, Marketing, Alih Bahasa: David Octarevia, Salemba Empat, Jakarta. Maulana, Agus, 1999, Perilaku Konsumen Dimasa Krisis; Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran, Jurnal Usahawan No.1 Tahun XXVIII, Jakarta. Mowen, C. Mowen, Michael Minor, 2002, Perilaku Konsumen, Alih Bahasa: Dwi Kartini Yahya, Erlanngga, Jakarta. Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Santoso, Singgih, 2002, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Setiadi, J. Nugroho, 2005, Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Kencana, Jakarta., Singarimbun, Masri dan Effendi Sofyan, 1995, Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Wilson, R. Jarod. 2007. Prilaku Pembelian Konsumen; Kasus Pembelian Produk Kecantikan. http://www.consumer’s/behavior/artikel/ diakses Tanggal 8 Oktober 2010.