Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
PENGARUH FUNDAMENTAL INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ45 Lisa diah adhita
[email protected] Sasi agustin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of current ratio, return on assets, earning per share, debt to equity ratio, inflation, interest rate, and the changing of earning after tax ratios which partially have an influence to the stock price changes to the companies which are listed in the LQ45 sector. The multiple linear regressions analysis is used as the analysis technique in this research which is meant to estimate the regression coefficient in order to describe the influence of current ratio, return on assets, earning per share, debt to equity ratio, inflation, interest rate, and the changing of earning after tax ratios which partially have an influence to the stock price changes in the companies which are listed in the LQ45 sector. The result test of classic assumption indicates that there is a multicolinearity disorder which is in the Indonesia interest rate and Inflation variables in this test the Indonesia interest rates are removed from the research model. The result of partial test indicates that the return on asset and inflation variables have a significant influence to the stock price changes at the companies which are listed in the LQ45 sector. The result of partial test determination coefficient indicates that the inflation variable has the highest value of determination coefficient. This also indicates that this variable has a dominant influence to the stock price changes. Keywords: Fundamental Ratio, Inflation, Interest Rate, Stock Price Changes
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio current ratio, return on assets, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, suku bunga, dan perubahan earning after tax secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar di sektor LQ45. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Hasil pengujian asumsi klasik terdapat gangguan multikolonieritas yaitu pada variabel Suku Bunga Indonesia dan Inflasi sehingga dalam pengujian ini tingkat Suku Bunga Indonesia dikeluarkan dari model penelitian. Hasil parsial uji secara partial menunjukkan variabel return on asset dan inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di sektor LQ45. Hasil pengujian koefisien determinasi parsial menunjukkan variabel inflasi memiliki nilai koefisien determinasi yang tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang dominan terhadap perubahan harga saham. Kata Kunci: Rasio Fundamental, Inflasi, Suku Bunga, Perubahan Harga Saham
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi utama yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha pada jangka waktu tertentu. Laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemilik, laporan neraca, dan laporan arus kas (Weygant, 2004:3). Laporan laba rugi (income statement) menyajikan informasi mengenai kinerja sebuah entitas untuk periode tertentu. Laba yang dilaporkan selanjutnya menjadi informasi yang berharga bagi para investor. Investor merespon informasi tersebut sehingga permintaan atas saham perusahaan meningkat dan harga saham pun meningkat. Reaksi investor yang tercermin dalam harga saham akan semakin cepat dan reaktif apabila kondisi pasar dikatakan efisien. Para pasar
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
2
modal yang efisien, harga-harga sahamnya secara wajar mencerminkan informasi yang relevan yang tersedia di pasar. Salah satu informasi tersebut adalah informasi mengenai laba akuntansi yang diterbitkan melalui laporan keuangan. Jika pengumuman laba dianggap relevan oleh pemodal dalam menentukan harga saham yang baru, dengan kata lain bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh perubahan laba akuntansi (Jati, 1998:34). Kinerja keuangan perusahaan dapat dibaca melalui laporan keuangan, dengan melakukan analisis rasio-rasio keuangan yang di eksploitasi dari laporan keuangan tersebut. Beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kondisi dan kinerja perusahaan, melakukan peramalan dan evaluasi atas kondisi perusahaan, dan juga kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan, antara lain adalah Current Ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share Ratio (EPS) , Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan suku bunga. Pemilihan rasio-rasio keuangan tersebut diatas dikarenakan rasio-rasio tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan para investor atau calon investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi dalam surat berharga. Harga saham didefinisikan sebagai harga pasar (market value). Harga pasar yaitu harga yang berlaku di pasar pada saat itu (Sunariyah,2004:86). Perubahan harga saham ditentukan berdasarkan penilaian investor terhadap perusahaan. Apabila perusahaan dipandang memiliki masa depan yang baik dan diperkirakan akan berkembang pesat, maka investor tersebut memberikan penilaian yang tinggi terhadap saham perusahaan yang sedang dipertukarkan, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, akan dianalisis beberapa variabel dalam satu tulisan berjudul : “Pengaruh Current Ratio, Return on Assets, Earning Per Share, Equity Ratio, Inflasi, Suku Bunga, dan Perubahan Earning After Tax Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ 45”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah current ratio, return on assets, earning per share, debt to equity ratio, Inflasi, Suku Bunga, dan perubahan earning after tax berpengaruh secara parsial terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar di sektor LQ45 selama tahun 2009-2011? 2. Diantara current ratio, return on assets, earning per share, debt to equity ratio, Inflasi, Suku Bunga,dan perubahan earning after tax manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar di sektor LQ45 selama tahun 2009-2011? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah current ratio, return on assets, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, suku bunga, dan perubahan earning after tax berpengaruh secara parsial terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar di sektor LQ45 tahun 2009-2011. 2. Untuk mengetahui manakah diantara current ratio, return on assets, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, suku bunga, dan perubahan earning after tax yang berpengaruh secara dominan terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang terdaftar di sektor LQ45 tahun 2009-2011. TINJAUAN TEORETIS Indeks Liquid 45 Indeks Liquid 45 sering disebut juga dengan indeks LQ 45 yaitu indeks yang mencerminkan beberapa kriteria. Pemilihan saham-saham dengan likuiditas kapitalis pasar yang tinggi memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi dan memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik yaitu terdiri dari 45 perusahaan. LQ 45 menggambarkan sekelompok saham pilihan yang memenuhi kriteria tertentu. Saham yang berhak masuk dalam LQ 45 adalah saham yang memenuhi rangking tinggi pada total transaksi, nilai transaksi dan frekuensi transaksi. Saham LQ 45 adalah saham milik perusahaan yang secara aktif minimal 6 bulan ikut paerdagangan. Keaktifan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
3
perusahaan ini berdasarkan penilaian kontinyu dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan angka 45 menunjukkan 45 besar perusahaan yang dinilai Bursa Efek Indonesia aktif di bursa. Untuk dapat masuk dalam LQ 45 suatu saham harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Masuk dalam rangking 60 terbesar dari total transaksi saham pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir) 2. Rangking bedasarkan kapitulasi pasar (rata-rata kapitulasi pada peserta 12 bulan terakhir) 3. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal 3 bulan 4. Keadaan keuangan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi regular Terdapat pula faktor – faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ45, yaitu : 1. Tingkat suku bunga SBI sebagai dasar portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia. 2. Tingkat toleransi investor terhadap resiko. 3. Saham-saham penggerak indeks yang merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEI. Tujuan dari indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitori pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan. Saham Menurut Sunariya (2004:28) saham adalah penyertaan modal yang pemilikan suatu Perseroan Terbatas atau yang biasa disebut emiten. Hal yang sama juga dikatakan (Darmaji, 2001:5), saham diidentifikasikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas. Wujud dalam saham adalah selembar kertas yang menerbitkan surat berharga. Porsi kepemilikan dalam suatu perusahaan ditentukan oleh sejumlah besar unit atau selembar saham. Dalam satu kelompok saham, setiap lembar saham sama dengan lembar saham lainnya. Setiap kepentingan pemilik perusahaan diwakili oleh jumlah lembar saham yang dimiliki. Kieso et al, (2004:771-772) membedakan saham menjadi saham biasa (common stock), dan saham preferen (preferred stock). 1. Saham biasa (common stock) adalah hak residu perseroan yang menanggung risiko terbatas bila terjadi kerugian dan menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima dividen atau pembagian aktiva bila perusahaan likuidasi. Namun pemegang saham biasa umumnya mengendalikan manajemen perusahaan dan memperoleh laba yang lebih besar jika perusahaan sukses. 2. Saham Preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang ditetapkan sebagai “preferen” (istimewa) karena saham ini memiliki beberapa referensi atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik beikut adalah yang paling sering berkaitan dengan penerbitan saham preferen: a. b. c. d. e.
Preferensi atas dividen. Preferensi atas aktiva pada saat likuidasi. Dapat dikonverensi menjadi saham biasa. Dapat ditebus pada opsi perseroan. Tidak mempunyai hak suara. Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa terletak pada sifatnya yang lebih tertutup dan negatif disamping preferensinya misalnya, saham preferen tidak memiliki hak suara, tidak komulatif dan non partisipasi.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
4
Pendekatan Penilaian Harga Saham 1. Analisis Fundamental Analisis yang menggunakan fundamental merupakan teknik-teknik analisis saham dengan menggunakan pendekatan data historis, terutama yang terdapat dalam laporan keuangan. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa nilai saham tertentu merupakan nilai sekrang dari yang diharapkan dapat diterima di masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut meliputi kemampuan manajemen perusahaan, prospek perusahaan, prospek pemasaran, perkembangan teknologi, manfaaat terhadap perekonomian nasional, kebijakan pemerintah, dan hak-hak investor. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal berusaha memprediksi tingkat harga saham yang akan datang mengevaluasi atau beberapa bentuk data masa lalu yang diperoleh dari pasar itu sendiri. Harga pasar saham sebagai komoditi perdagangan dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan harga pasar saham dan volume perdagangan saham secara historis yang diwujudkan dalam bentuk grafik dan membuat pola atau model dari grafik tersebut yang digunakan untuk memprediksi harga pasar saham. 3. Analisis Faktor Sosial, Ekonomi, dan Politik Informasi dapat mempengaruhi prospek perusahaan serta perkembangan efek baik secara fundamental maupun secara teknis. Faktor terutama meliputi: tingkat inflasi, kebijakan moneter, faktor musim, neraca pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, dan politik Analisis Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, seorang analisis membutuhkan tolak ukur dan yang paling sering digunakan adalah rasio. Analisis rasio dalam menjelaskan kepada seorang analisis tentang baik buruknya keadaan atau keuangan suatu perusahaan. Seperti yang dikemukakan (Weston dan Coepeland, 1998:233). “Analisis rasio keuangan adalah hubungan-hubungan kuantitas yang dapat digunakan untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dalam kinerja suatu perusahaan. Analisis keuangan harus juga mencakup pertimbangan tentang perkembangan strategi dan ekonomis yang harus diikuti perusahaan demi keberhasilan jangka panjangnya.” Sumber yang berbeda dan analisis yang berbeda menggunakan daftar atau kombinasi rasio keuangan yang berbeda-beda dalam analisis. Untuk beberapa situasi, daftar rasio keuangan yang lebih rinci mungkin akan berguna, dan untuk keputusan-keputusan lain, beberapa rasio saja akan mudah mencukupi. Menurut Harahap (1998:298) menjelaskan beberapa keunggulan yang diperoleh bila menggunakan analisis rasio keuangan, antara lain : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dari model prediksi. 5. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Sedangkan keterbatasan yang harus disadari dan dipakai pada keuangan antara lain: 1. Kesulitan dalam memilih rasio mana yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainnya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
5
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan mengjhitung rasio. 4. Jika data yang tersedia tidak sinkron. Current Ratio (CR) Current Ratio merupakan bagian dari rasio likuiditas. Brigham dan Gapenski (1993:48) memberikan pengertian rasio likuiditas adalah “the ratio that show the relationship of a firm’s cash and other current assets to its current liabilities”. Dengan kata lain, likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya. Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin terjaminnya hutang-hutang jangka pendek perusahaan tersebut dilunasi. Sehingga hal ini, meningkatkan kepercayaan investor perusahaan yang berakibat semakin mudahnya perusahaan dalam mengembangkan dirinya, dikarenakan perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan kredit dari Bank, Supplier, maupun kreditor lain dan semakin mudah pula bagi perusahaan untuk bisa menarik modal sendiri dan pihak luar yang berupa saham atau bentuk lainnya. Hal ini tentunya diharapkan dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan demikian sebaliknya jika tingkat likuiditas (current ratio) perusahaan rendah maka diprediksi akan berakibat pada turunnya harga pasar saham perusahaan. Untuk mengukur rasio tersebut dapat digunakan dengan rumus :
Return on assets (ROA) Return on assets merupakan bagian dari rasio profitabilitas. Bagi investor rasio ini merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mendayagunakan aktivanya secara operasoinal untuk menghasilkan keuntungan. Martin et al (1993:518) mengemukakam bahwa rasio ini bermanfaat untuk mengukur efektivitas operasional manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan kegiatan operasional manajemen dalam menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atas aktiva yang digunakan. Investor dapat menjadikan ROA sebagai indikator keberhasilan manajemen perusahaan yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan harga pasar saham perusahaan di Pasar Modal. Untuk mengukur rasio tersebut digunakan rumus:
Earning per Share (EPS) Earning per share merupakan bagian dari rasio ownership. Rasio earning per share yang merupakan besarnya rasio laba bersih untuk setiap lembar saham yang diinvestasikan, diindikasikan mempunyai pengaruh yang sangat kuat harga pasar saham. Kam (1990:18) mengatakan bahwa, informasi earning dari hasil proses akuntansi akan sangat mempengaruhi perilaku investor terhadap harga saham. “Consistent with the contention that prices behave as if investors perceive that accounting earning convey information value of security”. Sedangkan menurut Fischer dan Jordan (1995:243) mengemukakan suatu bukti yang kuat, bahwa eraning per share mempunyai pengaruh besar dan secara langsung berdampak pada harga per saham. Hal ini dikarenakan earning sebagai bagian dari laporan keuangan akan dipakai sebagai pengukur kinerja perusahaan di massa mendatang, dimana hal ini ditunjukkan pada besarnya eraning per share perusahaan tersebut. Untuk mengukur EPS dapat digunakan rumus:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
6
Debt to equity ratio (DER) Debt to equity ratio mrupakan bagian dari rasio solvabilitas. Menurut Weston dan Brigham (1998:227) Debt to equity ratio adalah mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan dan hal ini mengandung berbagai implikasi. Pertama, para kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan utuk menentukan untuk menentukan besarnya margin pengaman (margin of safety). Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung oleh para kreditor. Kedua, dengan mencari dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas. Ketiga, jika perusahaan memperoleh laba yang lebih besar dari dana yang dipinjam daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasilnya pengembalian kepada para pemilik akan meningkat. Perusahaan dengan leverage ratio yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik, demikian pula sebaliknya. Dalam praktik, ada dua cara pendekatan leverage. Pendekatan yang pertama adalah memeriksa rasio-rasio neraca dan menentukan sejauh mana dana yang dipinjam digunakan untuk membiayai perusahaan. Pendekatan yang lain dengan mengukur risiko-risiko hutang dengan menggunakan rasio perhitungan rugi laba yang dirancang untuk menentukan beberapa kali biaya tetap perusahaan dapat terutup oleh laba operasi perusahaan. Semakin besar hutang yang diambil semakin besar pula leverage pembiayaan dan semakin besar pula biaya tetap keuangan yang harian ditambahkan sebagai biaya tetap operasi. Penambahan biaya tetap akan meningkatkan ketidakpastian hasil pengembalian bersih yang diterima para pemegang saham biaya. Makin besar perubahan ini berarti makin besar pula variasi tingkat pengembalian yang diterima, atau makin tinggi risiko yang dihadapi. Hal tersebut akan mengurangi minat investor untuk menanamkan dananya untuk membeli saham menjadi rumah. Untuk mengukur DER dapat digunakan rumus:
Inflasi Menurut Prathama dan Mandala (2004:155) Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan terjadi inflasi: 1. Kenaikan harga 2. Bersifat umum 3. Berlangsung terus-menerus Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi: 1. Inflasi Ringan (Creeping Inflation) Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun. 2. Inflasi Sedang Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun. 3. Inflasi Berat Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun. 4. Hiper Inflasi Inflasi yang tingkatkeparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
7
Suku Bunga Pengertian suku bunga yaitu kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran yang dimaksud yaitu sasaran operasional kebijakan moneter yang dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendahnya suku bunga maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena intensitas aliran dana yang akan meningkat. Dengan demikian suku bunga dan keuntungan yang diisyaratkan merupakan variabel penting yang sangat berpengaruh terhadap keputusan para investor, dimana berdampak terhadap keinginan investor untuk melalukan investasi portofolio di pasar modal dengan suku bunga yang rendah. Dalam penelitian, suku bunga BI Rate yang digunakan adalah dalam periode bulanan. Earning After Tax (EAT) Earning after tax adalah laba bersih setelah pajak yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Earning after tax merupakan salah satu dari komponen laporan keuangan yang seringkali menjadi perhatian pemegang saham dan calon investor adalah laporan laba rugi akuntansi. Investor dan kreditur memanfaatkan laporan laba rugi untuk mengevaluasi kinerja perusahaan di masa lalu dengan menyajikan berbagai komponen laba seperti: pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian, maka laporan keuangan memberikan hubungan diantara komponen tersebut. Jika pengumuman laba dianggap relevan oleh pemodal dalam menentukan harga saham, informasi baru tersebut akan masuk kedalam dan membentuk harga saham yang baru, dengan kata lain bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh perubahan laba akuntansi. Oleh karena itu, informasi laba akuntansi merupakan salah satu informasi yang layak dipertimbangkan oleh para investor di BEI (Jati, 1998:34). Hingga saat ini, banyak partisipan pasar yang memandang laporan laba rugi akuntansi sebagai informasi terbaik dalam menilai prospek arus kas dimasa depan. Untuk mengukur perubahan laba akuntansi dapat menggunakan rumus:
Hubungan current ratio (CR) terhadap perubahan harga saham Current ratio menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar dan juga menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek. Current yang terlalu tinggi juga menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas rendah daripada aktiva lancar. Jadi dalam melakukan analisis current ratio harus diperhatikan pula faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Current ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan mengukur kemampuan likuiditas perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Fauzi (2000:29) menyebutkan semakin tinggi nilai dari current ratio maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, terutama pada investor sehingga kepercayaan investor kepada perusahaan semakin besar dan hal ini berdampak pada naikknya harga saham perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil nilai dari current ratio suatu perusahaan, maka semakin kecil
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
8
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini membuat berkurangnya kepercayaan investor terhadap kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga harga saham akan turun. Hubungan return on assets (ROA) terhadap perubahan harga saham Prastowo (2002:86) menyatakan return on assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio return on assets (ROA) mengukur tingkat pengembalian (return) investasi dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. ROA memiliki salah satu unsur yaitu laba bersih, jika ROA tinggi berarti laba bersih tinggi dan ini akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham. Sebaliknya, jika ROA rendah berarti laba bersih perusahaan juga rendah dan tentu saja berpengaruh terhadap penurunan harga saham. Semakin besar rasio ROA berarti semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dalam menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan bagi investor. Dampaknya adalah minat investor terhadap harga saham perusahaan semakin meningkat sehingga mendorong harga saham untuk meningkat. Demikian pula sebaliknya, jika rasio ROA rendah maka akan mengurangi minat investor terhadap saham perusahaan, sehingga harga saham perusahaan cenderung turun. Hubungan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham di masa yang akan datang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa (Prastowo, 2002:71). Fauzi (2000:26) berpendapat apabila EPS meningkat, investor menganggap perusahaan mempunyai prospek yang cerah di masa mendatang sehingga nilai perusahaan naik dan tercermin pada harga saham perusahaan yang dihargai lebih tinggi oleh pasar. Demikian juga bila EPS turun, investor akan menganggap bahwa perusahaan telah kehilangan kemampuan menghasilkan keuntungan sehingga menjadi tidak prospek lagi, akibatnya pasar tidak memberi nilai yang tinggi atas perusahaan dan harga sahamnya turun. Hubungan Debt to equity ratio (DER) terhadap perubahan harga saham Secara garis besar terdapat dua jenis sumber pembiayaan yaitu instrumen hutang dan instrumen modal. Masing-masing instrumen memiliki keuntungan dan kerugian (risiko) dalam beberapa sisi. Perbandingan kedua instrumen tersebut tercermin dalam debt to equity ratio (DER). DER yang tinggi menunjukkan bahwa, pihak manajemen lebih mengandalkan instrumen hutang daripada instrumen modal dalam pendanaan perusahaan. Sebaliknya DER yang rendah menunjukkan perusahaan mengandalkan dana pemilik daripada dana pihak kreditur (Brigham dan Houston, 1993:87). Perubahan jumlah hutang dan modal yang signifikan dalam suatu periodde akan berdampak pada perubahan DER. Penelitian di perusahaan Amerika menunjukkan bursa merespon positif (hal ini tercermin harga saham yang meningkat) setelah publikasi keputsan manajemen untuk menaikkan DER. Bila dikaitkan dengan informasi laba seharusnya pasar lebih merespon positif pengumuman laba perusahaan yang menaikkan DER dibandingkan dengan perusahaan yang menurunkan DER. Hubungan Inflasi terhadap Perubahan Harga Saham Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang dan jasa secara menyeluruh dan terus-menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi kecuali bila
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
9
kenaikan harga barang tersebut turut menyebabkan kenaikan harga pada barang lain. Kenaikan harga barang dan jasa akan meningkatkan biaya perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. Kenaikan biaya perusahaan ini akan menyebabkan biaya operasional perusahaan menjadi lebih mahal sehingga perusahaan kemudian menaikkan harga jual barang dan jasa di pasar barang dan jasa (output) ini. Apabila peningkatan harga jual barang dan jasa di pasar output ini tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat,maka dikhawatirkan hal ini dapat menurunkan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Ketika inflasi terjadi maka biaya untuk memproduksi output menjadi lebih mahal sehingga dibutuhkan tambahan pendanaan pada sektor riil dalam jumlah yang lebih besar. Maka bagi investor yang memiliki jumlah dana yang tetap yang dialokasikan pada beberapa instrumen investasi seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, saham dan sektor riil akan cenderung mempertimbangkan untuk memilih antara instrumen investasi seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, saham dibandingkan dengan investasi pada sektor riil. Apabila diasumsikan bahwa perkiraan kenaikan harga input yang terjadi akan mendorong pada kenaikan tingkat pengembalian per satuan output terhadap investor maka investor akan cenderung untuk mengurangi dana selain investasi sektor riil di dalam portofolionya untuk kemudian dialokasikan dana tersebut pada sektor riil. Hubungan Suku Bunga terhadap Perubahan Harga Saham Tingkat suku bunga yang mempengaruhi perkembangan pasar saham secara umum adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia atau BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia 2010). BI rate sebagai operasi moneter yang dilakukan oleh BI dengan tujuan untuk mengelola likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Penetapan BI rate ini diharapkan akan diikui pula oleh perkembangan suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan suku bunga apabila inflasi kedepan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Dan sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan akan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Apabila diasumsikan perkiraan inflasi ke depan melampaui sasaran yang ditetapkan maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga BI. Apabila diasumsikan investor memiliki sejumlah dana yang tetap yang dialokasikan padabeberapa instrumen investasi dalam portofolionya seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, sektor riil dan saham maka investor akan cenderung mempertimbangkan untuk mengalihkan dana dalam jumlah tertentu dari salah satu instrumen investasi yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah menuju instrumen investasi yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi di dalam portofolio investor. Dalam hal ini, jika akan dibandingkan suatu pilihan antara investasi dalam bentuk tabungan dan deposito dengan investasi dalam bentuk saham, maka acuan pembanding yang digunakan yakni perubahan tingkat suku bunga BI dan perubahan harga saham dengan asumsi tingkat pengembalian dari sektor riil serta valas US dolar tetap untuk menentukan seberapa besar tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh kedua investasi tersebut.Apabila tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh tabungan dan deposito lebih besar daripada tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh saham maka alokasi dana yang digunakan investor untuk menambah simpanan dananya dalam bentuk tabungan dan deposito akan diambil dari dana yang telah disimpan dalam saham dari portofolio investor tersebut.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
10
Jika diasumsikan, tiap-tiap investor yang memiliki simpanan dana dalam bentuk tabungan dan deposito serta saham di portofolionya mengambil keputusan investasi yang sama yakni mengambil dana dari saham untuk disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito maka hal ini menyebabkan permintaan terhadap saham akan turun. Sehingga pada penawaran saham yang tetap, hal ini akan menggeser kurva permintaan turun. Sementara dari sisi pasar uang, akan terjadi kelebihan penawaran dana yang menandakan bahwa lebih banyak orang menyimpan dana dalam bentuk tabungan dan deposito dibandingkan dengan meminjam dana di Bank dan meyimpan dananya pada saham Hubungan perubahan earning after tax terhadap perubahan harga saham Jati (1998:35) mengatakan bahwa aliran kas yang diterima pemodal terdiri atas pembagian dividen dan capital gain. Dividen adalah keuntungan yang didapat dari kegiatan usaha pada periode tertentu. Hal ini terjadin jika pada suatu periode tertentu perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya. Dividen akan diberikan berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan dan besarnya dividen yang akan dibagikan tergantung pada preferensi kebijakan perusahaan. Capital gain (loss) merupakan keuntungan investor dalam jangka pendek yang timbul karena adanya selisih dari harga investasi sekarang dengan harga investasi pada periode lalu. Capital gain (loss) secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh laba, karena perubahan (kenaikan) harga saham dipengaruhi oleh kinerja dan prospek perusahaan dalam menghasilkan laba. Harga suatu saham pada hakekatnya ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap harga saham yang bersangkutan. Kedua kekuatan itu sendiri merupakan pencerminan dari ekspektasi pemodal terhadap kinerja saham yang akan datang. Sementara itu, kinerja suatu saham sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memberikan aliran kas masuk (cash inflow) kepada pemodal, baik berupa pembayaran dividen maupun capital gain. Artinya, apabila laba perusahaan pada tahun berjalan mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya, maka harga saham perusahaan yang bersangkutan pada tahun ini juga meningkat. Sebaliknya, apabila laba mengalami penurunan maka harga saham selama tahun berjalan juga cenderung terus-menurun (Jati, 1998:35). Hipotesis 1. Diduga variabel Earning after tax, Current ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Suku Bunga secara parsial mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama tahun 2009-20011. 2. Diduga variabel Earning after tax, Current ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Suku Bunga manakah yang berpengaruh dominan terhadap terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ 45 selama tahun 2009-20011. METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dimana variabel yang diamati dan diteliti dapat diidentifikasikan dan hubungan antara satu variabel dengan variabel lain dapat diukur dengan jelas. Dalam pelaksanaan penelitian, penelitian kuantitatif lebih sering mengarahkan masalah menjadi satu hubungan kausalitas, sehingga rumusan masalah dapat dijelaskan dalam bentuk hubungan variabel. Objek penelitian ini adalah 5 perusahaan go public di BEI yang berturut-turut menduduki peringkat 5 teratas berdasarkan total aset di sektor LQ45 selama periode pengamatan tahun 2009 sampai tahun 2011, antara lain Bank Central Asia Tbk, PT.Astra Internasional Tbk, PT. Aneka Tambang Tbk, PT. Astra Agro Lestari Tbk, PT.Adaro Energy.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
11
Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 5 perusahaan yang setiap tahunnya selalu terdaftar di sektor LQ45 antara tahun 2009-2011. Pemilihan sampel dalam penelitian menggunakan purposive sampling, artinya populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sample tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti untuk melakukan penelitian. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah berikut: 1. Perusahaan yang setiap tahunnya selalu terdaftar di sektor LQ 45 selama tahun 20092011. 2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan. Laporan keuangan yang digunakan sebagai sampel adalah laporan keuangan per 31 Desember, dengan alasan laporan tersebut telah diaudit. 3. Perusahaan yang setiap tahunnya melaporkan laba positif selama tahun 2009-2011. 4. Perusahaan yang menduduki ranking 5 teratas di sektor LQ45 berdasarkan Total aset. Tabel 1 Daftar Perusahaan yang Digunakan Sebagai Sampel No 1. 2. 3..
Keterangan
Tahun 2009-2011
Perusahaan di sektor LQ45 yang go public 45 (Semua perusahaan di sektor LQ 45) di BEI. Perusahaan yang mempublikasikan 19 Perusahaan di sektor LQ45. laporan keuangan per 31 desember yang lengkap secara berturut-turut. Lima (5) Perusahaan di sektor LQ45 yang PT. Bank Central Asia Tbk, PT. Astra konsisten mempunyai total aset tertinggi. Internasional Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Adaro Energy Tbk.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Perubahan Harga Saham (Y) adalah perubahan harga rata-rata saham. 2. Current ratio (X1) merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang mengidentifikasikan posisi keuangan perusahaan. 3. Return on (X2) merupakan rasio yang mengukur efektifitas kegiatan operasional manajemen dengan mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan yang bersifat operasional untuk menghasilkan keuntungan. 4. Earning per share ratio (X3) merupakan besarnya rasio laba bersih untuk setiap lembar saham yang diinvestasikan. 5. Debt to equity ratio (X4) menggambarkan seluruh kekayaan dan risiko keuangan yang akan menjadi beban perusahaan dan risiko keuangan yang akan menjadi beban perusahaan dimasa yang akan datang 6. Inflasi (X5) merupakan proses kenaikan harga barang dan jasa secara menyeluruh dan terus-menerus. 7. Suku Bunga atau BI rate (X6) adalah suku bunga kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter dan diumumkan kepada publik. 8. Perubahan Earning after tax (X7) merupakan selisih antara laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya. Teknik Analisis Tahap analisis data dilakukan sebagai berikut : 1. Perhitungan Rasio Keuangan a. Current ratio (CR) sebagai variabel bebas (X 1) b. Return on assets (ROA) sebagai variabel bebas (X 2)
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
12
c. Earning Per Share (EPS) sebagai variabel bebas (X 3) d. Debt to equity ratio (DER) sebagai variabel bebas (X4) e. Inflasi sebagai variabel bebas (X5) f. Suku Bunga sebagai variabel bebas (X6) g. Earning after tax sebagai variabel bebas (X7) 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Dasar pengambilan keputusan : - Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan/ tidak mengikuti arah garis diagonal tau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji multikolonieritas Uji multikolonieritas merupakan pengujian pada model regresi yang bertujuan untuk melihat apakah terdapat korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006:57). Multikolonieritas muncul apabila antara masing-masing variabel bebas saling berhubungan secara linier. Jika nilai tolerance value diatas 0,10 atau nilai VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolonieritas. c. Uji autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section) (Ghozali,2006:95). Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l sebelumnya. Petunjuk untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan statistik DW dari Durbin-Watson dengan ketentuan tidak terjadi autokorelasi jika du
3.
Analisis Regresi Linier Berganda Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara lebih dari satu variabel independen dengansatu variabel dependen. Adapun bentuk umum dari regresi linier berganda secara matematis adalah sebagai berikut (Djarwantono, 2001:176) : Y=α+β1X1+β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ε Dimana: Y = Perubahan harga saham α = Konstanta X1 = Current ratio X2 = Return on assets X3 = Earning per share ratio
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
13
X4 = Debt to equity ratio X5 =Inflasi X6 =Suku Bunga = Perubahan Earning after tax X7 β1 β2 β3 β4 β 5 β6 β7 = Koefisien variabel bebas e = Standart Eror 4. Uji Hipotesis a. Analisis koefisien korelasi simultan (Uji F) Uji F ini dilakukan untuk menguji keberartian pengaruh dari variabel bebas (Xi) secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dengan level of significant tertentu. Hipotesis yang digunakan adalah : 1) Merumuskan Hipotesis - H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0 ; Tidak ada pengaruh signifikan dari XI, X2, X3, X4, X5, X6, X7, secara bersama-sama terhadap Y. - H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ b7 ≠ 0 ; Ada pengaruh signifikan dari XI, X2, X3, X4, X5, X6, X7, secara bersama-sama terhadap Y. 2) Menentukan level of significant dengan menggunakan uji satu sisi dengan Ftabel (k,n-k-l), α / alpha = 5% atau 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. b. Koefisien Determinasi Berganda (R2) Uji ini digunakan untuk mengukur tingk besarnya penagaruh antara varaiabel bebas (Xi) secara bersama-sama (simultan) dengan variabel terikat (Y) dan dapat dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS. Apabila R2 berada antara 0 dan 1(0≤ R2≤1), berarti : - Bila R2 = 1 atau mendekati 1 (semakin besar nilai R2)), artinya bahwa kontribusi pengaruh variabel bebas (Xi ) terhadap variabel terikat (Y) adalah 100% diamana model pendekatan yan digunakan adalah tepat. - Bila R2 mendekati 0 (semakin kecil nilai R2), artinya bahwa kontribusipengaruh dari variabel bebas (Xi ) terhadap variabel terikat (Y) hampir dikatakan tidak ada. c. Analisis Koefisien Korelasi Parsial (Uji t) Uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikanterhjadap variabel terikat atau tidak. 1) Merumuskan Hipotesis - H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0 ; Tidak ada pengaruh signifikan dari XI, X2, X3, X4, X5, X6, X7, secara bersama-sama terhadap Y. - H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ b7 ≠ 0 ; Ada pengaruh signifikan dari XI, X2, X3, X4, X5, X6, X7, secara bersama-sama terhadap Y. 2) Menentukan level of significant dengan ttabel (n-k), alpha (α/2) atau 0,05/2 = 0,025 dengan pengujian 2 arah. d. Uji r2 (Pengujian Pengaruh saecara dominan) Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi atau sumbangan antara (XI), (X2), (X3), (X4), (X5), (X6), (X7) secara parsial terhadap (Y) atau unutk mencari pengaruh yang dominan diantara variabel bebas terhadap variabel terikat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik 1. Pengujian Normalitas Data Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik. a. Pendekatan Kolmogorov Smirnov Menurut Santoso, (2001 : 214) dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai beikut : 1) Nilai Probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal 2) Nilai Probabilitas < 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
14
Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil : Tabel. 2 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,697 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. b. Pendekatan Grafik Pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regresion standard, dengan pengujian ini disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0 dan pertemuan sumbu X dan Y. Garfik normalitas disajikan dalam gambar berikut: Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Perubahan Harga Saham 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 1 Grafik Pengujian Normalitas Data Menurut Santoso (2001: 214) jika penyebaran data (titik) di sekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 2. Pengujian Multikolinieritas Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat pada nilai varian inflation faktor dan toleransi dari variabel independen
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
15
dalam penelitian. Dengan pendekatan ini disyaratkan bahwa nilai VIF tidak boleh melebihi 10 dan nilai toleransi harus berkisar mendekati 1. Nilai VIF dan toleransi disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 3 Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance Variabel Tolerance VIF Keterangan Current Ratio 0,287 3,488 Bebas Multikolinieritas Return On Asset 0,224 4,465 Bebas Multikolinieritas Earning Per Share 0,778 1,285 Bebas Multikolinieritas Debt to Equity Ratio 0,209 4,782 Bebas Multikolinieritas Inflasi 0,015 65,893 Terjadi Multikolinieritas Suku Bunga 0,015 68,739 Terjadi Multikolinieritas Perubahan EAT 0,403 2,481 Bebas Multikolinieritas Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua variabel bebas yang terdiri dari : Current Ratio, Return On Asset, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Inflasi, Suku Bunga dan Perubahan EAT, hanya variabel Inflasi dan sukur bunga memiliki nilai VIF yang melebihi 10. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua variabel bebas tersebut memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan model penelitian masih terjadi gangguan multikolinieritas. 3. Pengujian Autokorelasi Asumsi klasik berikutnya yang diuji adalah ada tidaknya auto korelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Uji autokorelasi Durbin Watson dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi didalamnya. Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam tabel berikut: - Jika DW > batas atas (dU) maka tidak ada gangguan otokorelasi - Jika DW < batas bawah (dL), maka terjadi gangguan otokorelasi - Jika dL < DW < dU, tidak dapat diketahui terjadi otokorelasi atau tidak. (Arif Pratisto, 2004:164) Dalam penelitian ini nilai durbin watson sebesar 2,033 dengan jumlah variabel yang di diteliti (k) sebanyak 7 variabel serta jumlah data (n) sebesar 15, maka nilai dL sebesar 0,343 dan dU sebesar 2,727. Mengingat nilai durbin watson sebesar 2,033 berada diantara nilai dL dan dU maka dapat disimpulkan tidak diketahui terjadi otokorelasi atau tidak. 4. Pengujian Heteroskedaktisitas Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Singgih Santoso (2001:210), jika sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut: Scatterplot
Dependent Variable: Perubahan Harga Saham
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2 -1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 2 Heterokedaktisitas
2
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
16
Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Hasil pengujian klasik setelah merubah model analisis menunjukkan bahwa secara eksplisit asumsi yang paling serius terlanggar adalah adanya gejala multikolinieritas pada variabel inflasi dan suku bunga serta gejala otokorelasi. Untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias dalam model penelitian dan menghindari penafsiran yang keliru terhadap hasil penelitian, maka asumsi yang terlanggar harus dilakukan penanggulangan, salah satu cara yaitu dengan mengeluarkan variabel suku bunga, mengingat variabel ini mempunyai nilai VIF yang paling besar yaitu sebesar 68,739. Uji Asumsi Klasik Tanpa Suku Bunga 1. Pengujian Normalitas Data Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik. a. Pendekatan Kolmogorov Smirnov Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil : Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Tanpa SBI
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,834 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. b. Pendekatan Grafik Pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regresion standard, dengan pengujian ini disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0 dan pertemuan sumbu X dan Y. Garfik normalitas disajikan dalam gambar berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
17
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Perubahan Harga Saham 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 3 Grafik Pengujian Normalitas Data Tanpa SBI Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik model regresi tanpa SBI telah memenuhi asumsi normalitas. 2. Pengujian Multikolinieritas Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat pada nilai varian inflation faktor dan toleransi dari variabel independen dalam penelitian. Dengan pendekatan ini disyaratkan bahwa nilai VIF tidak boleh melebihi 10 dan nilai toleransi harus berkisar mendekati 1. Nilai VIF dan toleransi disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 5 Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance Tanpa SBI Variabel Tolerance VIF Keterangan Current Ratio 0,289 3,455 Bebas Multikolinieritas Return On Asset 0,425 2,353 Bebas Multikolinieritas Earning Per Share 0,789 1,268 Bebas Multikolinieritas Debt to Equity Ratio 0,228 4,389 Bebas Multikolinieritas Inflasi 0,875 1,143 Bebas Multikolinieritas Perubahan EAT 0,608 1,644 Bebas Multikolinieritas Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua variabel bebas yang terdiri dari : Current Ratio, Return On Asset, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Inflasi, dan Perubahan EAT, semua variabel tersebut memiliki nilai VIF dibawah 10. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel bebas tersebut tidak memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan model penelitian bebas dari gangguan multikolinieritas. 3. Pengujian Autokorelasi
Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi didalamnya. Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam tabel berikut: -
Jika DW > batas atas (dU) maka tidak ada gangguan otokorelasi Jika DW < batas bawah (dL), maka terjadi gangguan otokorelasi
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
18
Jika dL < DW < dU, tidak dapat diketahui terjadi otokorelasi atau tidak. (Arif Pratisto, 2004:164) Dalam penelitian ini nilai durbin watson sebesar 2,667 dengan jumlah variabel yang di diteliti (k) sebanyak 6 variabel serta jumlah data (n) sebesar 15, maka nilai dL sebesar 0,447 dan dU sebesar 2,471. Dari sini dapat dilihat nilai durbin watson sebesar 2,667 lebih besar dari nilai dU = 2,471 maka dapat disimpulkan model analisis tidak mengalami gangguan otokorelasi. 4. Pengujian Heteroskedaktisitas Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Singgih Santoso (2001:210), jika sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut: -
Scatterplot
Dependent Variable: Perubahan Harga Saham
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4 Heterokedaktisitas Tanpa SBI Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Hasil pengujian klasik setelah mengeluarkan variabel suku bunga dari model analisis menunjukkan baik normalitas, multikolinieritas, autokorelasi maupun heteroskedaktisitas yang terlanggar pada 6 variabel bebas yang dijadikan model penelitian. Sehingga analisa regresi linier berganda dapat diteruskan. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu mengenai variabel Current Ratio, Return On Asset, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Inflasi, dan Perubahan EAT terhadap perubahan harga saham pada perusahaan LQ 45 di Brusa Efek Indonesia secara linier. Setelah mengeluarkan variabel suku bunga dari model analisis, dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS 12.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
19 Tabel 6
Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah: ΔHS = 12,902 + 0,055CR + 0,787ROA + 0,036EPS + 0,260DER - 2,969Ifl -0,026ΔEAT Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Konstanta (α) Konstanta (α) adalah intersep Y jika X = 0, menunjukkan bahwa jika variabel independen yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (α) adalah 12,902 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT, = 0, maka variabel perubahan harga saham sebesar 12,902. 2. Koefisien Regresi Current Ratio Besarnya nilai 1 adalah 0,055 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara current ratio dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel current ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat current ratio naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan juga naik sebesar 1 yaitu 0,055 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 3. Koefisien Regresi Return On Asset Besarnya nilai 2 adalah 0,787 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara return on asset dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel return on asset meningkat akan diikuti dengan peningkatan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat return on asset naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan juga naik sebesar 2 yaitu 0,787 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 4. Koefisien Regresi Earning Per Share Besarnya nilai 3 adalah 0,036 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara earning per share dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel earning per share meningkat akan diikuti dengan peningkatan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat earning per share naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan juga naik sebesar 3 yaitu 0,036 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 5. Koefisien Regresi Debt to Equity Ratio Besarnya nilai 4 adalah 0,260 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara debt to equity ratio dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel debt to equity ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat debt to equity naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan juga naik sebesar 4 yaitu 0,260 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 6. Koefisien Regresi Inflasi Besarnya nilai 5 adalah -2,969 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara inflasi dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel inflasi meningkat akan diikuti dengan penurunan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat inflasi naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan turun sebesar 5 yaitu 2,969 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
20
7. Koefisien Regresi Perubahan EAT Besarnya nilai 6 adalah -0,026 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara perubahan EAT dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel perubahan EAT meningkat akan diikuti dengan penurunan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat perubahan EAT naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan turun sebesar 6 yaitu 0,026 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Pengujian Secara Simultan 1. Koefisien Korelasi dan Determinasi Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS 12.0 diperoleh output untuk koefisien determinasi berganda sebagai berikut : Tabel 7
Melihat hasil output SPSS 12.0 tersebut di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,758 atau 75,8% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham adalah besar. Sedangkan sisanya (100 % - 75,8 % = 24,2 %) dikontribusi oleh faktor lainnya. Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengukur keeratan hubungan secara simultan antara variabel bebas yang terdiri atas current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham. Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan (R) sebesar 0,871 atau 87,1 % yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas yang terdiri atas current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham memiliki hubungan yang kuat. 2.
Pengujian Hipotesis Uji F / Model F Uji hipotesis yang pertama adalah uji F, yaitu digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham dengan taraf signifikan 5% (df = 8; k = 6). Adapun prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut : a. Jika signifikansi F > 5% , maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. b. Jika signifikansi F < 5% , maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
21 Tabel 8
Dari hasil output didapat tingkat signifikansi F sebesar 0,033 (3,3%) masih dibawah 5% menunjukkan pengaruh variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham adalah signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya perubahan harga saham pada perusahaan LQ 45 tergantung oleh naik turunnya tingkat current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Pengujian Secara Partial 1. Analisis Pengujian Hipotesis Uji t Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas tingkat current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu perubahan harga saham. Adapun prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut : a. Jika signifikansi t > 5%, maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. b. Jika signifikansi t < 5% , maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Tabel 9 Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan Variabel
t hitung
Sig
Keterangan
Current Ratio
0,164
0,874
Tidak Signifikan
Return On Asset
2,507
0,039
Signifikan
Earning Per Share
0,199
0,847
Tidak Signifikan
Debt to Equity Ratio
1,177
0,273
Tidak Signifikan
Inflasi
-4,465
0,002
Signifikan
Perubahan EAT
-0,537
0,606
Tidak Signifikan
a. Uji Parsial Pengaruh Variabel Current Ratio Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikasi = 5% dapat dilihat hasil perhitungan program SPSS 12.0 diperoleh signifikansi current ratio sebesar 0,306 (30,6%) lebih besar dari =0,050 menunjukkan pengaruh current ratio terhadap perubahan harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka Hasil pengujian menunjukkan current ratio tidak mempunyai pengaruh yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
b.
c.
d.
e.
22
signifikan terhadap perubahan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa dengan tingginya tingkat current ratio yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya juga tinggi. Namun perusahaan dengan likuiditas yang tinggi belum tentu akan menarik investor untuk berinvestasi, karena Current Ratio yang tinggi juga menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Karena pada umumnya investor lebih menyukai laba (gain) serta menghindari risiko. Uji Parsial Pengaruh Variabel Return On Asset Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikasi = 5% dapat dilihat hasil perhitungan program SPSS 12.0 diperoleh signifikansi return on asset sebesar 0,039 (3,9%) lebih kecil dari =0,050 menunjukkan pengaruh return on asset terhadap perubahan harga saham secara parsial adalah signifikan. Hasil analisis memperlihatkan pengaruh yang ditunjukkan return on asset terhadap harga saham adalah positif dan signifikan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan kegiatan operasional manajemen dalam menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atas aktiva yang digunakan, dan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut semakin baik karena tingkat kembalian yang semakin besar. Dengan tingginya laba yang diperoleh perusahaan maka kemungkinan besar investor mendapat dividen juga semakin besar. Jika perusahaan memutuskan untuk menyisihkan pendapatan dari laba untuk pembagian dividen maka akan berakibat tingginya return. Uji Parsial Pengaruh Variabel Earning Per Share Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikasi = 5% dapat dilihat hasil perhitungan program SPSS 12.0 diperoleh signifikansi earning per share sebesar 0,847 (84,7%) lebih besar dari =0,050 menunjukkan pengaruh earning per share terhadap perubahan harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. Hasil ini tidak sejalan dengan pendapat Fauzi (2000:26) menyatakan apabila EPS meningkat, investor menganggap perusahaan mempunyai prospek yang cerah di masa mendatang sehingga nilai perusahaan naik dan tercermin pada harga saham perusahaan yang dihargai lebih tinggi oleh pasar. Demikian juga bila EPS turun, investor akan menganggap bahwa perusahaan telah kehilangan kemampuan menghasilkan keuntungan sehingga menjadi tidak prospek lagi, akibatnya pasar tidak memberi nilai yang tinggi atas perusahaan dan harga sahamnya turun. Uji Parsial Pengaruh Variabel Debt to Equity Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikasi = 5% dapat dilihat hasil perhitungan program SPSS 12.0 diperoleh signifikansi debt to equity sebesar 0,273 (27,3%) lebih besar dari =0,050 menunjukkan pengaruh debt to equity terhadap perubahan harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. Dalam penelitian debt to equity ratio tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Debt to Equity Ratio mempunyai dampak buruk bagi perusahaan yang lebih banyak menggunakan hutang dalam kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi hutang perusahaan akan mengurangi return yang diperoleh. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memberi dividen yang kecil dibanding perusahaan dengan leverage yang rendah, karena mereka memiliki kewajiban untuk menggunakan pendapatan mereka untuk membayar tagihan hutang. Uji Parsial Pengaruh Variabel Inflasi Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikasi = 5% dapat dilihat hasil perhitungan program SPSS 12.0 diperoleh signifikansi inflasi sebesar 0,002 (0,2%) lebih kecil dari =0,050 menunjukkan pengaruh inflasi terhadap perubahan harga saham secara parsial adalah signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
23
Hasil pengujian menunjukkan inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan harga saham. Kondisi ini mencerminkan semakin tinggi tingkat inflasi akan mengakibatkan perubahan harga saham semakin turun. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan biaya operasional perusahaan menjadi lebih mahal sehingga perusahaan kemudian menaikkan harga jual barang dan jasa di pasar barang dan jasa (output) ini. Apabila peningkatan harga jual barang dan jasa di pasar output ini tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat, maka dikhawatirkan hal ini dapat menurunkan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Hal ini tentu tidak disukai oleh investor karena tidak akan memberikan keuntungan (capital gain) sehingga mereka melepas saham yang dimiliki untuk menghindari resiko mengalami kerugian (capital loss). f. Uji Parsial Pengaruh Variabel Perubahan EAT Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikasi = 5% dapat dilihat hasil perhitungan program SPSS 12.0 diperoleh signifikansi perubahan EAT sebesar 0,606 (60,6%) lebih besar dari =0,050 menunjukkan pengaruh perubahan EAT terhadap perubahan harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. Hasil ini tidak sejalan dengan pendapat (Jati, 1998:35) yang menyatakan kinerja suatu saham sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memberikan aliran kas masuk (cash inflow) kepada pemodal, baik berupa pembayaran dividen maupun capital gain. Artinya, apabila laba perusahaan pada tahun berjalan mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya, maka harga saham perusahaan yang bersangkutan pada tahun ini juga meningkat. Sebaliknya, apabila laba mengalami penurunan maka harga saham selama tahun berjalan juga cenderung terus menurun. 2. Koefisien Determinasi Partial Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh dari variabel bebas yang terdiri atas current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT terhadap perubahan harga saham. Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 10 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial Variabel Current Ratio Return On Asset Earning Per Share Debt to Equity Ratio Inflasi Perubahan EAT
Nilai r
r2
0,058 0,579 0,070 0,384 -0,845 -0,187
0,0033 0,3348 0,0049 0,1476 0,7136 0,0348
Dari korelasi parsial diatas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial dan pengertiannya sebagai berikut: a. Koefisien determinasi parsial variabel current ratio = 0,0033 hal ini berarti sekitar 0,33 % yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel current ratio terhadap perubahan harga saham. b. Koefisien determinasi parsial variabel return on asset = 0,3348 hal ini berarti sekitar 33,48 % yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel return on asset terhadap perubahan harga saham.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
24
c.
Koefisien determinasi parsial variabel earning per share = 0,30049 hal ini berarti sekitar 0,49 % yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel earning per share terhadap perubahan harga saham. d. Koefisien determinasi parsial variabel debt to equity ratio = 0,1476 hal ini berarti sekitar 14,76 % yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel debt to equity terhadap perubahan harga saham. e. Koefisien determinasi parsial variabel inflasi = 0,7136 hal ini berarti sekitar 71,36 % yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel inflasi terhadap perubahan harga saham. f. Koefisien determinasi parsial variabel perubahan EAT = 0,0348 hal ini berarti sekitar 3,48 % yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel perubahan EAT terhadap perubahan harga saham. Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap perubahan harga saham adalah inflasi karena mempunyai koefisien determinasi partialnya paling besar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Hasil pengujian simultan pengaruh variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan Δ EAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham adalah signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya perubahan harga saham pada perusahaan LQ 45 tergantung oleh naik turunnya tingkat current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. 2. Tingkat koefisien determinasi berganda menunjukkan kontribusi dari variabel bebas terdiri atas current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham adalah besar. 3. Hasil pengujian parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan dari 6 variabel yang digunakan model penelitian yaitu current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan ΔEAT yang menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham adalah variabel return on asset dan inflasi. 4. Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah inflasi karena mempunyai koefisien determinasi partialnya paling besar. Saran Dari hasil analisis tersebut di atas dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Bagi investor atau calon investor hendaknya mempertimbangkan informasi keuangan yang lain seperti return on asset, inflasi karena rasio tersebut merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham atau calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih serta keadaan perekonomian dalam wilayah tersebut dikaitkan dengan pembayaran dividen. 2. Bagi perusahaan hendaknya dipertimbangkan untuk memanfaatkan dan mengolah segala sumber daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya untuk meningkatkan pertumbuhan usahanya, sehingga para investor lebih percaya lagi untuk menanamkan investasinya kedalam perusahaan, serta perusahaan juga memperhatikan tingkat leverage perusahaan, yaitu dengan lebih mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh dari hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk operasi perusahaan sehingga beban yang ditanggung perusahaan tidak terlalu berat.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)
3.
25
Bagi peneliti berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta pengamatan untuk lebih diperpanjang, serta memperhitungkan kondisi ekonomi makro, internal non finansial, situasi politik dan kondisi umum regional serta internasional.
DAFTAR PUSTAKA Bapepam. 1991. Penutun Pelaku Pasar Modal. Penerbit yayasan Mitra dana Bapepam. Jakarta. Bringham, E. F dan L. Gapenski. 1993 Intermediete Financial Management. Fourth Edition. Fort worth The Driden Press. Harcourt Brace Collage Publisher. Copeland. T.E. dan J.F Wetson. 1998. Manjemen keuangan. Edisi Kesembilan. Jilid Pertama. Terjemahan. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta. Darmaji, Tj. dan H.M Fachruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta. Fauzi, G. 2000. Analisa Pengaruh Beberapa Variabel Fundamental Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufakturyang Tergolong Blue Chip di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Surabaya. Fhiscer, D. E and R.J. Jordan. 1995. Security and Portofolio Management. 6th ed. New jersey. Engewood Ciffs. Prentice Hall. Inc. Hakim, L. 2003. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Industri Semen yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Surabaya. Harapan, S.F. 1998. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hartono, Y. 2003. Teori Portofolio dan Investasi. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta. Jati, B.P. 1998. Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi Terhadap Perubahan Harga Saham. Jurnal. Vol. 1, No. 1. 33-50. JSX. 2003. Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan. 2003. Jakarta Stock Exchange. Kam, V. 1990. Accounting Theory. 2th ed. Singapore. Jhon Wiley and Sons Inc. Kamarudin, A. 1996. Dasar-dasar Manajemen Investasi. Penerbit PT Rinaka Cipta. Jakarta. Kiesso, D and J.J Weigandt. 2004. Intermediete Accounting. Eleventh Edition. New York John Wiley and Sons Inc. Martin, J.P, A.J. Keown, W.J. Patty dan D.F. Scot , 1993. Dasar-dasar Manjemen Keuangan. Terjemahan. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. Prastowo, D. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Penerbit AMP YKPN. Yogyakarta. Sudjana, R.S dan I. Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Penerbit PT Intan Sejati. Klaten. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Usman, M. 1990. ABC Pasar Modal Indonesia. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Jakarta.