PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, PENDAPATAN BAGI HASIL DAN TOTAL ASSET TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
LUKMANUL HAKIM AZIZ NIM : 106046101649
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
ABSTRAKSI Lukmanul Hakim Aziz. Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Pendapatan Bagi Hasil dan Total Asset terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di Indonesia, Skripsi Konsentrasi Perbankan Syari’ah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suatu perusahaan harus memiliki FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset yang baik agar masyarakat bersedia menginvestasikan modalnya. FDR menunjukkan tingkat intermediasi suatu bank, pendapatan bagi hasil mengukur kinerja bank dalam mencetak suatu laba, sedangkan total asset menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh bank. Salah satu cara untuk mengukur laba suatu bank adalah dengan Return on Asset (ROA). Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas bank syariah?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia. Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Agar lebih memudahkan dalam pengolahan data maka digunakan program komputer SPSS statistik 15.00, dengan metode pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Variabel bebasnya adalah FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset sedangkan variabel terikatnya adalah profitabilitas (ROA). Hasil yang didapat adalah FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank syariah. Namun, secara parsial FDR dan total asset tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas dan hanya pendapatan bagi hasil yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Saran yang diberikan adalah agar masa yang akan datang industri perbankan syariah dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan, karena dengan jumlah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi hasil. Akan tetapi, dalam pemberian pembiayaan harus diperhatikan adanya pembiayaan yang macet, sehingga industri perbankan syariah dapat lebih selektif dalam menyalurkan dananya. Kata kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR), Pendapatan Bagi Hasil, Total Asset dan Profitabilitas (ROA).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Sang Maha Daya pemberi kekuatan ketika aku merasa lelah dan hampir putus asa. Sang Maha Pengabul atas setiap permohonanku, hanya kepada-Nya tempatku bersimpuh. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada manusia yang paling mulia dengan keluhuran akhlaknya, Nuurun min Nuurin yaitu Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan ummatnya. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri rasanya ketika tugas akhir ini akhirnya selesai juga. Mengingat begitu banyak kendala di dalam proses penyusunannya. Tapi tetap indah rasanya ketika kembali teringat bahwa Allah SWT selalu punya rencana besar untuk setiap hamba-Nya. Oleh karena itu, apalagi yang bisa kulakukan selain usaha, doa dan tawakal. Dengan penuh kesadaran, skripsi ini mungkin tidak luput dari kesalahan dan kekurangan Akan tetapi harapan penulis setidaknya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya, atau mungkin menjadi sebuah inspirasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Amin. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan syukur yang begitu besar kepada Sang Maha Penguasa Allah SWT, karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
i
skripsi ini. Selain itu, skripsi ini dapat terwujud tidak terlepas atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin berterima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta. 2. Ibu DR. Euis Amalia M. Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Azharuddin Lathif, M. Ag selaku Sekretaris Program Studi Muamalat. 3. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA dan Bapak Indoyama Nasaruddin, SE, MAB selaku pembimbing skripsi. Terima kasih untuk bersedia menyisihkan waktu disela-sela pekerjaan yang padat untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. 4. Orang tuaku tercinta Ayahanda H. Endang Muksin, BA dan Ibunda Isah Aisah. Terimakasih tiada tara atas setiap doa yang tak pernah henti dipanjatkan dan kasih sayang yang tak pernah henti diberikan, membantu dan mendukung ananda baik secara moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini adalah persembahan khusus untuk Ayahanda dan Ibunda, walaupun dengan semua ini penulis tidak akan pernah dapat membayar kasih sayang dan tetes keringat yang telah tercurah untuk penulis. Akan tetapi ini adalah salah satu dari sedikit rasa bakti dan kasih sayang penulis kepada kedua orang tua.
ii
5. Kakakku Ir. R. Taufiq Hidayatullah dan Eti Sumiati, serta keponakanku yang lucu-lucu yang telah menjadikan hari-hari penulis lebih berwarna. Semoga kita bisa menjadi anak-anak yang membanggakan dan membahagiakan. 6. Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum beserta jajarannya dan kepala Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang telah membantu penulis melakukan penelitian. 7. Teman-teman Fakultas Syariah dan Hukum angkatan 2004 khususnya PROPESA Ibnu Hazm, teman-teman PMF angkatan 2004, teman-teman jurusan Muammalat khususnya prodi Perbankan Syariah. Sahabat-sahabat terbaikku Solihin, Rida Endut, Ozzi, Fandie, Fadil yang telah mendampingi penulis, yang selalu ada waktu untuk mendengar, memberi saran, dan tidak pernah berhenti untuk peduli dalam waktu suka maupun duka, mensuport dan membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Separuh hidup ini bersama kalian, semoga kita menjadi orang-orang terbaik kawan. Kepada Nurazizah MTs yang sudah bersedia menemani penulis ke Perpustakaan Utama UI. Juga kepada Selly Septiani yang juga sempat membantu penulis untuk mengunjungi Perpustakaan FE UI. 8. Kawan-kawan MEDINA, Fadil dan Yuda yang selalu mengisi waktu luang untuk tetap terus latihan dan latihan, semoga apa yang kita cita-citakan dapat tercapai. Tak lupa juga kepada tim hadroh Nurul Qolbi yang selalu mengingatkan kapan skripsi ini dapat selesai.
iii
9. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah hingga akhir. Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa, semoga Allah SWT memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka. Tanpa dorongan dan dukungan mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikat kontribusi bagi orang banyak. Amin.
Jakarta, 26 Mei 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR` ........................................................................................
i
DAFTAR ISI ........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
10
D. Kajian Terdahulu......................................................................
11
E. Kerangka Teori dan Pemikiran ................................................
15
F. Metode Penelitian ....................................................................
20
G. Hipotesis...................................................................................
24
H. Sistematika Penulisan ..............................................................
24
TINJAUAN TEORITIS A. Pembiayaan ..............................................................................
26
1. Pengertian Pembiayaan ......................................................
26
2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan .........................................
39
3. Jenis-Jenis Pembiayan........................................................
32
4. FDR
................................................................................
41
B. Pendapatan Bagi Hasil .............................................................
44
v
BAB III
BAB IV
C. Ukuran Perusahaan (Total Asset).............................................
48
D. Rasio Profitabilitas ...................................................................
50
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
53
B. Teknik Analisis Data ................................................................
54
1. Uji Asumsi Klasik ..............................................................
54
a. Uji Normalitas ..............................................................
54
b. Uji Multikoliniearitas ...................................................
55
c. Uji Autokorelasi ...........................................................
55
d. Uji Heteroskedastisitas .................................................
56
2. Uji Hipotesis Statisistik ......................................................
57
a. Persamaan Regresi Berganda .......................................
57
b. Uji F ..........................................................................
58
c. Uji t
..........................................................................
58
d. Koefisien Korelasi........................................................
59
e. Uji Koefisien Determinasi............................................
60
C. Definisi Operasional Variabel ..................................................
61
ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Bank Indonesia ...........................................
65
1. Sejarah singkat Bank Indonesia .........................................
65
2. Visi dan Misi Bank Indonesia ............................................
66
3. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia .....................................
66
vi
BAB V
B. Deskripsi Data ..........................................................................
67
C. Pengujian Asumsi Klasik .........................................................
76
D. Pengujian Hipotesis..................................................................
82
PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
90
B. Saran ......................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
93
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Nilai Koefisien Korelasi ................................................................
60
Tabel 4.1
Tingkat FDR Periode Januari 2006 hingga Desember 2008..........
68
Tabel 4.2
Deskripsi Data Tingkat FDR..........................................................
69
Tabel 4.3
Tingkat Bagi Hasil Periode Januari 2006 hingga Desember 2008
70
Tabel 4.4
Deskripsi Data Tingkat Bagi Hasil ................................................
71
Tabel 4.5
Tingkat Total Asset Periode Januari 2006 hingga Desember 2008
72
Tabel 4.6
Deskripsi Data Tingkat Total Asset ...............................................
73
Tabel 4.7
Tingkat ROA Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 .........
74
Tabel 4.8
Deskripsi Data Tingkat ROA .........................................................
75
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................
79
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikoliniearitas ...........................................................
80
Tabel 4.11
Hasil Uji secara Simultan ...............................................................
82
Tabel 4.12
HasilUji secara Parsial ...................................................................
83
Tabel 4.13
Model Regresi Linier Berganda .....................................................
84
Tabel 4.14
Hasil Uji Korelasi...........................................................................
86
Tabel 4.15
Nilai Koefisien Determinasi...........................................................
87
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran .......................................................................
19
Gambar 3.1
Bagan Langkah-Langkah Penelitian ..............................................
64
Gambar 4.1
Grafik Rata-Rata FDR Tahun 2006-2008 ......................................
69
Gambar 4.2
Grafik Rata-Rata Tingkat Bagi Hasil Tahun 2006-2008 ...............
71
Gambar 4.3
Grafik Rata-Rata Total Asset Tahun 2006-2008 ...........................
73
Gambar 4.3
Grafik Rata-Rata ROA Tahun 2006-2008 .....................................
75
Gambar 4.5
Grafik Scatterplot ...........................................................................
78
Gambar 4.6
Hasil Uji Normalitas ......................................................................
81
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya berfungsi sebagai lembaga intermediary yaitu badan yang mempunyai tugas utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bank memiliki tugas menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) ke pihak yang kekurangan dana (defisit). 1 Disamping itu, bank syariah juga menawarkan jasa dalam bidang keuangan lainnya dengan maksud membantu kelancaran lalu lintas pembayaran dan kegiatan bisnisnya. Dengan demikian, kegiatan usaha bank syariah secara mendasar adalah menjalankan fungsi penghimpunan dana, penyaluran dana, dan jasa keuangan. Dalam hal menyalurkan dana, bank syariah juga memberikan pembiayaan dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun dari masyarakat. Hasil dari penyaluran pembiayaan tersebut, diharapkan bank dapat
1
meneruskan dan
Ade Artesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (T.tp, PT. Indeks, 2006), h. 5.
1
2
mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya. 2 Pada prinsipnya, bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional. Secara teknis, riba adalah tambahan pada jumlah pokok pinjaman sesuai dengan jangka waktu peminjaman dan jumlah pinjamannya. Meskipun sebelumnya terjadi perdebatan mengenai apakah riba ada kaitannya dengan bunga (interest) atau tidak, namun sekarang nampaknya ada konsensus di kalangan ulama bahwa istilah riba meliputi segala bentuk bunga. 3 Dalam UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diubah menjadi UU No.10 tahun 1998 ini, memperjelas bahwa landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, memberi arahan kepada bank-bank konvensional untuk membuka cabang-cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.4/1/PBI/2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan 2
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Cet.II, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h.
197. 3
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah. Penerjemah Burhan Wirasubrata, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005), h. 11.
3
prinsip syariah dan pembukaan kantor bank umum berdasarkan prinsip syariah diberlakukan dalam rangka menyempurnakan ketentuan yang mengatur kelembagaan perbankan syariah khususnya tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah serta yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Selain tujuan tersebut, PBI juga memperluas pengembangan jaringan kantor pelayanan perbankan syariah yang memungkinkan bank konvensional yang telah memiliki unit usaha syariah (UUS) untuk membuka jaringan kantor bank syariah di kantor bank konvensionalnya. Kantor bank syariah yang berada di kantor bank konvensional tersebut selanjutnya dinamakan unit syariah. Dengan adanya UU dan PBI, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. 4 Tahun 2008 perkembangan industri perbankan syariah menunjukkan pertumbuhan aset yang positif ditengah kondisi makroekonomi yang mengalami tekanan akibat kenaikan harga minyak dunia dan gejolak krisis keuangan global. Pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% menunjukkan sebuah kondisi yang kondusif bagi aktifitas perekonomian pada tahun ini. Meskipun ada kecenderungan peningkatan suku bunga di pasar konvensional sepanjang tahun, namun untuk mendorong perekonomian domestik pada akhir tahun secara 4
Abdurrahman Ramli, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, NPF dan BOPO terhadap Rentabilitas Bank Umum Syariah periode 2005-2007”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 2.
4
bertahap Bank Indonesia melakukan penurunan BI rate. Kondisi pada semester kedua tahun 2008 lebih didominasi oleh isu krisis keuangan global yang mengancam banyak negara termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, baik Bank Indonesia maupun pemerintah secara cermat menetapkan kebijakan ekonomi dalam rangka mengantisipasi kondisi krisis tersebut. 5 Tahun 2008 industri perbankan syariah nasional mengalami dua kondisi perkembangan yang menonjol. Pertama, pada semester pertama tahun 2008 pertumbuhan perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dengan angka yang cenderung meningkat. Kedua, perkembangan industri mengalami perlambatan pada semester kedua. Perlambatan tersebut erat kaitannya dengan kondisi perekonomian nasional yang mulai terimbas oleh situasi krisis keuangan global. Pada akhir tahun 2008, pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 35,6%. 6 DPP Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Bambang Sutrisno menjelaskan, hingga November 2009, aset perbankan syariah Indonesia mencapai Rp61,36 triliun. Selama lima tahun terakhir, aset bank syariah tumbuh rata-rata
5
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2008 ”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id 6
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2008 ”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
5
31,04 % pertahun. Jumlah kantor bank sebanyak 1.211 kantor yang memberikan layanan syariah di hampir seluruh wilayah Indonesia. 7 Meskipun perbankan syariah nasional masih mengalami pertumbuhan, perkembangannya
menurun
khususnya
dipengaruhi
oleh
pelambatan
pertumbuhan DPK. Meskipun melambat, pertumbuhan DPK masih berada pada angka pertumbuhan yang relatif tinggi yaitu sebesar 31,6%. Perlambatan pertumbuhan DPK ini dominan dipengaruhi oleh jenis DPK yang berasal dari nasabah korporasi, dimana jenis nasabah ini cukup sensitif dengan kondisi perekonomian secara umum. 8 Pertumbuhan DPK industri Perbankan Syariah hingga triwulan keempat tahun 2008 menunjukkan penurunan, terutama sejak Triwulan ke II tahun 2008. Meskipun begitu, pertumbuhan DPK perbankan syariah sepanjang tahun 2008 masih menunjukkan angka pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 31,56%. 9 Perlambatan pertumbuhan DPK pada Triwulan ketiga, pertumbuhan jumlah rekening DPK juga mengalami hal serupa. Kondisi ini ditunjukkan oleh kecenderungan menurunnya pertumbuhan jumlah rekening DPK dari 42,83% di
7
Harian Analisa, “Perkembangan Bank Syariah Menggembirakan”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.analisadaily.com/index.php?option=com 8
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id 9
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 april 2010 dari http://www.bi.go.id
6
triwulan keempat tahun 2007 menjadi 32.34% pada triwulan keempat tahun 2008. 10 Keberhasilan
edukasi
publik
mampu
mengimbangi
perlambatan
pertumbuhan DPK korporasi dengan mendorong peningkatan DPK individual, sehingga pertumbuhan DPK yang relatif tinggi secara keseluruhan masih bisa dipertahankan. Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2008 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 17,6% dari triwulan keempat tahun 2007 atau menjadi 42,05% pada triwulan keempat tahun 2008, meskipun kondisi di tahun 2008 tersebut mengalami perlambatan sejak posisi pada Triwulan ke II sebesar 51%. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp38,19 triliun. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak didukung dengan pertumbuhan DPK secara signifikan menyebabkan financing to deposit ratio (FDR) mencapai level diatas 104% pada tahun pelaporan. Struktur pembiayaan masih didominasi oleh akad murabahah, pertumbuhan penyaluran dana dengan akad murabahah cenderung konstan dalam kisaran 58% pada tahun 2008 dengan posisi triwulan keempat sebesar 58,87% dari total pembiayaan. 11
10
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id 11
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”, Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
7
Pertumbuhan tersebut diikuti dengan tingkat kesehatan pembiayaan yang masih dapat dipelihara dengan baik. Dengan begitu fungsi intermediasi perbankan syariah dalam mendukung aktifitas perekonomian dapat dilakukan secara optimal. Kinerja pembiayaan yang relatif tidak terpengaruh oleh krisis keuangan global diperkirakan disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pembiayaan perbankan syariah yang konsisten difokuskan pada pembiayaan sektor riil (ekonomi produktif); dan kedua, pembiayaan perbankan syariah yang terkonsentrasi pada usaha ekonomi domestik dimana didominasi oleh pembiayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Di triwulan ke empat tahun 2008, kondisi ROA industri perbankan syariah menjadi sebesar 1.42% dan ROE sebesar 37.94% menurun dibandingkan triwulan ke empat tahun 2007 dimana ROA mencapai 2.07% dan ROE sebesar 53.91%. Kondisi ini lebih disebabkan oleh penurunan net margin akibat penurunan pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah pada tahun 2008, pengeluaran terhadap biaya operasional yang meningkat cukup signifikan pada Triwulan keempat terkait dengan pengadaan sistem aplikasi baru empat Bank Umum Syariah dan ekspansi jaringan kantor yang memerlukan investasi cukup besar.
12
Dalam kondisi seperti itu, setiap bank yang ada dituntut untuk
meningkatkan pengelolaan banknya semaksimal mungkin.
12
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
8
Salah satu sarana pengelolaan yang dapat digunakan adalah analisis laporan keuangan. Untuk mengadakan interprestasi dan analisis terhadap laporan keuangan, suatu bank memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan untuk analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut. 13 Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan analisis adalah rasio profitabilitas atau lebih spesifiknya adalah Return on Asset. Diketahui
rasio
rentabilitas/profitabilitas
merupakan
rasio
yang
menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba. Untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan), rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi.
14
Sedangkan Return on Asset (ROA) yaitu rasio yang
menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. 15 Secara teoritis adanya pertumbuhan FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga 13
Dedi Sutomo, “Analisis Pengaruh Pembiayaan, Tabungan, Giro, Deposito dan Ekuitas terhadap Financing to Deposit Ratio”. Artikel di akses pada tanggal 19 Januari 2009 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/3146/1/B200040378.pdf 14
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 51. 15
Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek) Buku 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 557.
9
perusahaan tersebut dapat meningkatkan profitabilitasnya. Artinya, diprediksikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset di atas terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi profitabilitas suatu bank syariah, sehingga peneliti memberi judul skripsi ini dengan judul : “PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, PENDAPATAN BAGI HASIL DAN TOTAL ASSET TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dari beberapa persoalan dan uraian pada masalah diatas, maka dalam hal ini penulis perlu membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu : a. Variabel yang akan digunakan untuk meneliti adalah FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset terhadap profitabilitas. b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia yang dimulai dari Januari 2006 – Desember 2008. 2. Perumusan Masalah Untuk memudahkan pembahasan dalam kaitannya dengan skripsi ini, maka ada beberapa permasalahan yang harus ditelaah lebih dalam, diantaranya :
10
a. Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ? b. Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ? c. Faktor apakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari permasalahan diatas, namun secara khusus dikemukakan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah b. Untuk mengetahui pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah. c. Untuk mengetahui faktor apa yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah. 2. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perbankan syariah, pembaca, maupun pribadi. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Akademisi
11
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis profitabilitas yang berasal dari data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. b. Praktisi Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan peningkatan dan perkembangan bank syariah. c. Masyarakat Memberikan kontribusi positif dalam rangka menyediakan informasi tentang kondisi perbankan syariah di Indonesia dan mensosialisasikannya kepada masyarakat. D. Kajian Terdahulu Adapun kajian terdahulu yang digunakan dalam skripsi ini adalah : 1. “Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia” oleh Margo Mulyono dalam Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003. Penelitian ini menganalisis pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital asset Ratio terhadap profitabilitas. Hasilnya menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara cash ratio, dan loan to deposit ratio (LDR). Kemudian rasio yang digunakan adalah ROA dengan menggunakan alat analisis yaitu regresi berganda. 16
16
Margo Mulyono, “Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia”, Jurnal manajemen, vol.I, no.1 April 2003.
12
2. “Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia)” oleh Yulina Ananda dalam Makalah Seminar MES Goes to Campuz, Jakarta, 2010. Penelitian ini menganalisis dampak krisis keuangan global terhadap profitabilitas Bank Muamalat. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan total pendapatan yang dibagihasilkan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas Bank Muamalat yang di ukur dengan ROE. 17 3. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over pra Merger di Indonesia” oleh Hesti Werdaningtiyas dalam Jurnal Manajemen Indonesia vol.I no.2 2002. Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah pangsa asset, pangsa dana, pangsa kredit, CAR dan LDR. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah profitabilitas yang di ukur dengan ROA. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Adapun
hasilnya
adalah
variabel
independen
secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 18 4. “Analisis Pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta )” oleh Hartini Ningsih, konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis 17
Yulina Ananda, Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia). Jakarta: MES Goes to Campuz. 2010. 18
Hesti Werdaningtyas, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over pra Merger di Indonesia”. Jurnal manajemen Indonesia, vol.I, no.2, 2002.
13
pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap profitabilitas bank syariah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Asset Turn Over memiliki hubungan positif dengan tingkat profitabilitas bank syariah, sedangkan BOPO memiliki hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas bank syariah. 19 5. “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk” oleh Iim Fatimah, konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap profitabilitas Bank Muamalat Indonesia. Disamping itu, dijelaskan juga bahwa variabel BOPO menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas Bank Muamalat Indonesia. 20 6. “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Industri Perbankan” oleh Dewi Mayasari, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian kredit, pendapatan bunga dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dari hasil penelitian 19
Hartini Ningsih, “Analisis Pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. 20
Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
14
menunjukkan bahwa hanya terdapat dua variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu ukuran perusahaan dan pendapatan bunga. Disamping itu, variabel dominan yang mempengaruhi profitabilitas industri perbankan adalah pendapatan bunga. 21 Pada jurnal pertama yang diteliti oleh Margo Mulyono, variabel yang digunakan terhadap profitabilitas suatu bank adalah Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset. Jurnal kedua yang diteliti oleh Herdiningtyas, faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah pangsa asset, pangsa dana, pangsa kredit, CAR dan LDR. Dalam makalah seminar Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah, lebih menekankan tentang analisis dampak krisis keuangan global terhadap profitabilitas Bank Muamalat yang diukur dengan tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan total pendapatan yang dibagihasilkan. Kemudian skripsi yang diteliti oleh Hartini Ningsih variabel yang digunakan
untuk
mengukur
profitabilitas
bank
syariah
adalah
dengan
menggunakan Total Asset Turn Over dan BOPO. Skripsi yang diteliti oleh Iim Fatimah lebih membahas tentang analisis laporan keuangan dalam mengukur profitabilitas bank syariah diantaranya CAR, FDR, BOPO dan NPF. Dan pada skripsi yang diteliti oleh Dewi Mayasari variabel yang digunakan adalah pemberian kredit, pendapatan bunga serta ukuran perusahaan.
21
Dewi Mayasari, “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Industri Perbankan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
15
Dari beberapa uraian kajian terdahulu diatas, dapat dilihat bahwa semua penelitian mengukur tingkat profitabilitas suatu bank. Dasar inilah yang dijadikan penulis untuk menjadikan penelitian tersebut sebagai kajian terdahulu. Akan tetapi dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini variabel yang digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas adalah dengan menggunakan FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset pada industri perbankan syariah di Indonesia. E. Kerangka Teori dan Pemikiran 1. Kerangka Teori Bank merupakan badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Tujuan utama dari usaha bank adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, adapun keuntugan bank syariah diperoleh dari adanya pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari pembiayaan yang disalurkan. Dalam hal menyalurkan dana, bank syariah memberikan pembiayaanpembiayaan dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. 22 Menurut Zainul Arifin, pembiayaan atau financing merupakan bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari
22
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik ,Cet-I, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 160.
16
usaha perbankan. Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli merupakan instrumen pembiayaan perbankan syariah merupakan pendapatan yang dominan. 23 Tingginya tingkat bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak terlepas dari besarnya tingkat pembiayaan syariah (earning assets). Dalam hal ini dapat dilihat dari tingkat FDR bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga disalurkan untuk pembiayaan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan likuiditas bank tersebut, sehingga semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan dengan bank yang mempunyai rasio dana pihak ketiga yang kecil.24 Apabila bank mengalami tingkat FDR yang melebihi batas ketentuan BI dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 mei 1993 yaitu maksimal 110% dari DPK, maka bank akan berusaha untuk meningkatkan perolehan dananya. Untuk menarik deposan, bank akan menawarkan return bagi hasil yang kompetitif. 25 Menurut Nadratuzaman Hosen besarnya nisbah bagi hasil yang diterima nasabah ditentukan dengan tarif nisbah yang berlaku dan berdasarkan 23
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet-IV, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), 208. 24
Muhammad, Manajemen Pembiayaan bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 55. 25
Ibid, h. 60.
17
akad, serta besarnya ditentukan berdasarkan fluktuasi keuntungan yang diperoleh bank secara keseluruhan. 26 Dengan demikian, bagi hasil yang dibagikan diharapkan dapat mempengaruhi meningkatnya pendapatan pada bank syariah. Untuk meningkatkan pendapatannya, bank harus memaksimalkan pembiayaan kepada masyarakat berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku. Bank tidak begitu saja memberikan pembiayaan kepada nasabah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya risiko kredit macet. Oleh sebab itu, bank harus menganalisis kelebihan atau kelemahan yang dihadapi dengan menggunakan analisis rasio keuangan. (financial ratio analisys). Secara umum rasio dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio rentabilitas/profitabilitas, dan rasio coverage. Selanjutnya, rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio rentabilitas/profitabilitas. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut analisis ini misalnya analisis income statement, analisis rentabilitas, analisis kegiatan usaha dan sebagainya. Kegunaan analisis ini untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dalam menghasilkan profit. 27
26
M. Nadratuzaman Hosen, Tuntunan Praktis Menggunakan Jasa Perbankan Syariah, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007), h. 26. 27
Margo Mulyono, Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia, Jurnal Manajemen, vol.I, no.1, (April 2003): h. 93.
18
Menurut Nasrudin tingkat profitabilitas yang tinggi menujukkan tingkat eisiensi perusahaan. Profit atau keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, akan tetapi digunakan juga untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa yang akan datang. Kemudian yang lebih penting lagi apabila suatu badan usaha terusmenerus memperoleh keuntungan maka ini berari kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan terjamin. Sebagai suatu sistem yang berorientasi pada profitabilitas, hal ini menjadi faktor pendorong bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan revenue yang diperoleh dari selisih antara harga pokok produksi dengan nilai jual produk/jasanya. 28 Ada berbagai cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank, namun dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah dengan menggunakan ROA (Return on Asset). Menurut Syamsudin ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan. 29 Selain itu, rasio ini berfungsi
28
Nasrudin, “Pembiayaan Efektif untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank”, artikel diakses pada 24 februari 2010 dari http://www.wikipedia.com 29
Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 63.
19
untuk mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut. 30 Dengan demikian, variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank dalam penelitian ini adalah dengan FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset. Dan berikut adalah kerangka pemikiran skripsi yang menggambarkan permasalahan penelitian pada perbankan syariah dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji statistik regresi linear berganda.
FDR (X1)
Pendapatan Bagi Hasil (X2)
Profitabilitas (Y)
Total Asset (X3)
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
30
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 71.
20
F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 31 Penelitian dengan analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (pada saat penelitian berlangsung) dan menyajikannya dengan apa adanya. 32 Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data-data variabel FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset serta data-data variabel profitabilitas bank syariah yang bersumber dari Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia menjadi data yang dapat disimpulkan. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan data tersebut dapat menghasilkan sebuah informasi. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabelvariabel penelitian dalam angka-angka, dan melakukan analisis data dengan
31
Moh. Nazir, Metode Penelitian,cet.V, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 54.
32
Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: 2005), h. 26.
21
prosedur statistika dan permodalan matematis. 33 Dari pengertian tersebut, peneliti akan melakukan analisis data untuk menguji suatu hipotesis dengan menggunakan metode regresi linier berganda agar dapat diketahui pengaruh yang terjadi antara variabel FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap variabel profitabilitas yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS 15. 2. Metode Pengumpulan Data a. Library Research Peneliti melakukan penelitian dengan mempelajari buku-buku kepustakaan seperti Manajemen Pembiayaan Bank Syariah karangan Muhammad, Analisis Kredit untuk Account Officer karangan Jopie Jusuf, dan Bank Syariah dari Teori ke Praktik karangan Muhammad Syafi’i Antonio, artikel berupa Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003 oleh Margo Mulyono, Makalah Seminar MES Goes to Campuz Jakarta 2010 oleh Yulina Ananda, serta majalah dan bahan-bahan kuliah yang berkaitan erat dengan skripsi ini. b. Field Research Peneliti melakukan penelitian langsung pada obyek penelitian yaitu Bank Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti melihat dokumen serta
33
Efferia Sujoko, dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu Pendekatan Praktis ,(Jawa Timur: Bayu Media Publishing, 2004), h.18.
22
arsip yang dijadikan obyek penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian dengan meliputi semua pengumpulan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen. 34 Dokumen yang diteliti dapat berupa arsip perusahaan, laporan kerja, laporan keuangan, data statistik, catatan khusus, notulen rapat dan lain-lain. Untuk memperoleh data bulanan Statistik Perbankan Syariah, peneliti mengumpulkan dokumen atau arsip dari Perpustakaan Bank Indonesia secara langsung guna memperoleh data yang diperlukan sebagai data sekunder. Data-data yang dikumpulkan merupakan data time series. Data time series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan. 35 Data time series ini berasal dari data laporan Statistik Perbankan Syariah yang dipubilkasikan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan data bulanan selama tiga tahun.
34
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, Penerjemah Aliwudin Tuwu, (Jakarta: UI-Press, 1993), h.85. 35
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, cet-VI, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 42.
23
3. Sumber Data a. Data Primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung berasal dari sumbernya. 36 Sumber data pada penelitian ini berupa data yang bersumber dari Statistik Perbankan Syariah yang ada di Bank Indonesia. Data penelitian yang digunakan adalah data bulanan dengan rentang waktu yang dijadikan analisis adalah dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2008. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur kepustakaan, buku-buku dan lain-lain.
37
Seperti buku Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah karangan Muhammad, Analisis Kredit untuk Account Officer karangan Jopie Jusuf, Bank Syariah dari Teori ke Praktik karangan Muhammad Syafi’i Antonio, Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003 oleh Margo Mulyono, dan Makalah Seminar MES Goes to Campuz Jakarta 2010 oleh Yulina Ananda. 4. Teknik Penulisan Teknik Penulisan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2008.
36
Hermawan Warsito, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 69. 37
Ibid, h. 69.
24
G. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut : Hipotesis 1 H0 : b1 = 0
:
Tidak terdapat pengaruh signifikan FDR, pendapatan bagi hasil, total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.
Ha : b1 ≠ 0
:
Terdapat pengaruh signifikan FDR, pendapatan bagi hasil, total asset secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.
Hipotesis 2 H0 : b1,b2,b3 = 0 :
Tidak
terdapat
pengaruh
signifikan
pada
FDR,
pendapatan bagi hasil, total asset secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah. Ha : b1,b2,b3 ≠ 0 :
Terdapat pengaruh signifikan pada FDR, pendapatan bagi
hasil,
total
asset
secara
parsial
terhadap
profitabilitas industri perbankan syariah. G. Sistematika Penulisan Adapun penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dimana dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub tema yang memuat pokok-pokok pembahasan. Bab I sebagaimana diuraikan diatas, bab ini berisi pembahasan formal penulisan skripsi ini, yang terdiri dari latar belakang yang menjelaskan perlu dan
25
pentingnya penulisan ini, sehingga penulisan ini menemukan relevansi dan signifikansinya. Kemudian dikemukakan juga batasan dan rumusan masalah sehingga penulisan akan lebih terfokus dan jelas. Selain itu dikemukakan juga kerangka teori dan pemikiran, metode penelitian, hipotesis serta sistematika penulisan atau pembahasan. Bab II merupakan uraian secara teoritis mengenai teori-teori yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian skripsi ini berdasarkan buku teks yang ada, yang di bagi menjadi empat bagian yaitu pembiayaan, pendapatan bagi hasil, total asset dan rasio profitabilitas. Bab III penulisan sudah memasuki pembahasan tentang metode penelitian. Disini dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, teori analisis regresi serta teknik analisis yang dilakukan tahap demi tahap. Bab IV akan menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data. Disamping itu, akan memuat perkembangan masing-masing variabel dari tahun ke tahun, yang disertai dengan uji asumsi klasik dan uji statistik. Bab V merupakan penutup berupa kesimpulan dan saran yang merupakan akhir dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan di atas dan juga merupakan sebuah pemaparan singkat tentang pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Menurut Muhammad pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah dikeluarkan. 1 Dalam kegiatan penyaluran dana, bank syariah melakukan kegiatan berupa investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang digunakan adalah penanaman dana atau penyertaan, dan keuntungan yang akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi obyek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan sebelumnya. Disebut pembiayaan karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya. 2
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonesia, 2004), h. 1.
2
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,cet.III, (Jakarta: Alvabet, 2003),
h. 215.
26
27
Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat (12) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyaluran atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 3 Kemudian menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat (25) yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 4 a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b. Transaksi sewa-menyewa dalam bnetuk ijarah atau sewa-beli dalam bentuk ijarah muntahiya bi tamlik. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan isthisna. d. Transaksi pinjam-meminjam dalam benutk qardh. e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah atau transaksi multijasa. Pada bank konvensional kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dikenal dengan istilah kredit. Pengertian kredit menurut UU Perbankan No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat 3
Bank Indonesia, “Undang-Undang Bank Indonesia”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id 4
Bank Indonesia, “Undang-Undang Bank Indonesia”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
28
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga. 5 Menurut Kashmir yang menjadi dasar antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh yaitu melalui bunga, sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan atau bagi hasil. Perbedaan lainnya adalah dari segi analisis pemberian pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya. 6 Untuk menghindari penerimaan dan pembayaran yang berasal dari bunga maka bank syariah menempuh cara dengan memberikan pembiayaan (financing) berdasarkan prinsip jual-beli (al-ba’i), prinsip sewa-beli (ijarah muntahia bitamlik), atau berdasarkan prinsip kemitraan (partnership) yaitu dengan penyertaan (musyarakah) dan bagi hasil (mudharabah). 7
5
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dn Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.19. 6
7
Kashmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 72.
Zainal Abidin, “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan dan BOPO terhadap laba pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 20-21.
29
2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Tujuan dari pembiayaan adalah untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah, serta mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas aman. 8 Secara umum tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Menurut Muhammad dalam tingkat makro pembiayaan bertujuan untuk: 9 a. Meningkatkan ekonomi umat, artinya dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi yang dapat memberikan pendapatan bagi mereka. Sehingga pembiayaan tersebut dapat meningkatkan taraf ekonomi yang lebih baik. b. Tersedianya dana bagi yang meningkatkan usaha, artinya untuk mengembangkan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas pembiayaan. Dengan adanya dana tambahan ini, pihak yang kelebihan dana dapat menyalurkan dananya kepada pihak yang kekurangan dana, sehingga dana dapat bermanfaat.
8
9
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 52.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 17-18.
30
c. Meningkatkan produktivitas, artinya upaya produksi tidak akan berjalan tanpa adanya dana. Dengan demikian pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan daya produksinya dan produksi akan terus tetap berjalan.. d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui dana pembiayaan yang diberikan, maka sektor usaha tersebut akan membutuhkan tenaga kerja. Dengan demikian, dengan disalurkannya pembiayaan dapat menambah dan membuka lapangan kerja baru. e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka pendapatan akan terdistribusi dengan baik. Adapun menurut Muhammad pembiayaan dalam tingkat mikro, diberikan dalam rangka untuk: 10 a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dimiliki mempunyai tujuan yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha ingin mendapatkan laba yang maksimal, untuk dapat mengahasilkan laba yang maksimal maka para pengusaha perlu dukungan dana yang cukup.
10
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 18-19.
31
Dengan adanya dana yang cukup yang bersumber dari pembiayaan diharapkan laba yang dihasilkan bertambah. b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba yang maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan. c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan penyesuaian antara sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusia tersedia akan tetapi sumber daya modal tidak teredia, maka dapat dipastikan perlu adanya pembiayaan. Karena tanpa adanya sumber daya modal, kegiatan usaha tidak akan berjalan dikarenakan sumber daya modal adalah salah satu faktor utama. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi. d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ada pihak yang memiliki kelebihan dana sementara ada pula pihak yang kekurangan dana. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan penyeimbang dalam hal penyaluran dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana.
32
Selanjutnya fungsi dari pembiayaan menurut Muchdarsyah Sinungan diantaranya adalah meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, meningkatkan stabilitas ekonomi, sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, serta sebagai penghubung ekonomi internasional. 11 3. Jenis-Jenis Pembiayaan Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki berbagai macam jenis pembiayaan. Menurut Muhammad jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa aspek, diantaranya: a. Pembiayaan menurut tujuannya, dibedakan menjadi: 12 1. Pembiayaan modal kerja yaitu
pembiayaan
untuk
mendapatkan
modal
dalam
rangka
pengembangan usaha seperti peningkatan produksi baik secara jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitas. 2. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang-
11
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, edisi-II,(Jakarta: Bumi Aksara,1992),
12
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 22.
h. 211.
33
barang modal, keperluan untuk perluasan usaha atau pendirian proyek baru serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan itu. b. Pembiayaan menurut jangka waktu, diantaranya: 13 1. Pembiayaan jangka waktu pendek yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2. Pembiayaan jangka waktu menengah yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun. 3. Pembiayaan jangka panjang yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun. Kemudian jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut: 1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah atau qiradh secara bahasa diambil dari kata al-qardhu yang berarti al-qath’u yaitu potongan. Sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk diberikan kepada pengusaha agar menggunakan harta tersebut dan
13
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 22.
34
pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh. Sedangkan menurut istilah mudharabah atau qiradh adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama atau pemilik dana menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. 14 Keuntungan usaha berdasarkan akad mudharabah ini dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, jika rugi maka risiko kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian bukan akibat dari kelalaian pengelola. Dengan kata lain mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. b) Pembiayaan Musyarakah Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Secara
etimologi
syirkah
berarti
pencampuran,
yakni
bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antara keduanya. 15
14
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 95. 15
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah untuk IAIN PTAIS PTAIS dan Umum. (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 183.
35
Dalam praktik perbankan syariah, musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika kedua atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerjasama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam menajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan juga mereka dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut. 16 2. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a) Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. 17 Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual-beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan.
16
Ascarya, akad dan Produk bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
17
Ibid, h. 82.
h. 51.
36
Namun demikian, bentuk jual-beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syariah dengan menambah beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Sehingga Murabahah dapat diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank dengan nasabah dalam bentuk pembiayaan pembelian atas sesuatu barang yang dibutuhkan oleh nasabah. 18 Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh
nasabah
yang
membutuhkan
pembiayaan,
kemudian
menjualnya ke nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu, nasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari secara tunai maupun cicil. 19 b) Pembiayaan Salam Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. 20
18
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 62.
19
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 83.
20
Ibid, h. 90.
37
Salam bermanfaat bagi penjual karena mereka menerima pembayaran di muka. Salam juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad salam lebih murah daripada harga dengan akad tunai. Sebagai bentuk pembiayaan, akad salam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pedagang dan petani kecil sebagai penjual yang membutuhkan modal awal untuk dapat menjalankan usahanya untuk memenuhi pesanan pembeli. Bentuk pembiayaan salam ini dapat juga dilakukan oleh perbankan syariah modern, khususnya untuk membiayai sektor pertanian. Bank syariah dapat mengambil keuntungan dari perbedaan harga salam yang lebih rendah daripada harga tunai. Untuk memastikan penyerahan barang pada tanggal yang ditentukan, bank dapat meminta jaminan. c) Pembiayaan Istishna Skim fikih lainnya yang juga populer digunakan dalam perbankan syariah adalah skim jual-beli istishna. Transaksi istishna ini hukumnya boleh dan telah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak masa awal tanpa adanya pihak (ulama) yang meningkarinya. Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual-beli istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
38
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat). 21 Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi
barang
atau
komoditas
tertentu
untuk
pembeli/pemesan. Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan pemesanan yang mirip dengan salam yang merupakan bentuk jual beli forwad yang dibolehkan oleh syariah. Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang yang dipesan dengan bahan baku dari perusahaan, maka kontrak/akad istishna muncul. Agar akad istishna menjadi sah, harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan barang harus memilki sepesifikasi yang jelas yang telah disepakati bersama. Dalam istishna pembayaran dapat di muka, dicicil sampai
selesai,
atau
dibelakang,
serta
istishna
biasanya
diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur. 22 3. Pembiayaan dengan prinsip sewa, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a) Pembiayaan Ijarah
21
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi-III, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 125-126. 22
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 96-97.
39
Salah satu produk penyaluran dana dari bank syariah kepada
nasabah
adalah
pembiayaan
yang
berdasarkan
perjanjian/akad sewa-menyewa (ijarah). Ijarah adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang atau upah-mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. 23 Ijarah
juga
diinterpretasikan
sebagai
suatu
akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli aset tersebut. 24 Karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan ijarah ini dengan leasing. 25
23
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), h. 116. 24
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 101.
25
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h.140.
40
b) Pembiayaan Ijarah Muntahia bi Tamlik Ijarah muntahia bi tamlik (IMBT) adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa. 26 Dalam ijarah muntahia bi tamlik, pemindahan hak milik barag terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini: 27 Pertama, pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa; Kedua, pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa. b. Jenis aktiva tidak produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut: 1. Pinjaman Qardh Salah satu produk perbankan syariah yang lebih mengarah kepada misi sosial ini adalah qardh. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam fikih klasik, al-qardh dikategorikan dalam akad ta’awuniyah yaitu akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong. 26
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 103.
27
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h.149.
41
Dalam PBI No. 7/46/PBI/2005 qardh diartikan sebagai pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. 28 Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank, dengan demikian bank tidak boleh mengambil keuntungan berapapun darinya dan hanya diberikan pada saat keadaan emergency. Bank terbatas hanya dapat memungut biaya administrasi dari nasabah. Nasabah hanya berkewajiban membayar pokoknya saja, dan untuk jenis qardh al-hasan pada dasarnya nasabah apabila memang dalam keadaan tidak mampu ia tidak perlu mengembalikannya. 29 4. Financing to Deposit Ratio (FDR) Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara sejumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima bank. 30 Disamping itu, FDR merupakan perbandingan antara tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah terhadap dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dari masyarakat.
28
Bank Indonesia, “Peraturan Perbankan”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id 29
30
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, h. 139.
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi.II, (Bogor: Galia Indonesia, 2005), h. 116.
42
Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
FDR =
Pembiayaan Yang Disalurkan --------------------------------------Dana Pihak Ketiga
x 100 %
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat diimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. 31 Semakin besar tingkat FDR maka semakin baik pula bank tersebut dapat menjalankan fungsi intermediasinya, dikarenakan dana pembiayaan adalah dana yang dibutuhkan dalam investasi sehingga dapat menggerakkan sektor riil dan diharapkan mampu untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Begitu pula sebaliknya, bila FDR syariah tidak disalurkan dengan baik maka dampaknya adalah pergerakkan sektor riil menjadi terhambat, begitu juga dengan dana masyarakat yang menganggur (idle money), dapat
31
Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, (Skripsi S1 Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 43.
43
berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar atau dapat digunakan sebagai tujuan spekulatif yang bisa menekan nilai tukar rupiah bahkan infalsi. 32 Akan tetapi semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. 33 Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sedangkan praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari FDR (Financing to Deposit Ratio) suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransinya antara 85% sampai 100%.
34
Berdasarkan
ketentuan yang tertuang dalam surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 mei 1993, besarnya FDR atau LDR ditetapkan oleh BI tidak boleh melebihi 110%. Dengan ketentuan ini berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga asalkan tidak melebihi dana pihak ketiga. 35
32
Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, h. 43. 33
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 116.
34
Ibid, h. 117.
35
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.55.
44
Dengan
ditetapkannya
batas
maksimum
pemberian
kredit
(pembiayaan) dan FDR yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka bank syariah tidak dapat begitu saja serampangan melakukan ekspansi pembiayaan dengan hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesarbesarnya atau untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah asetnya. Karena hal itu akan membahayakan kelangsungan hidup bank tersebut dan lebih lanjut akan membahayakan dana simpanan para nasabah yang menyimpan dana pada bank itu. 36 B. Pendapatan Bagi Hasil Menurut Adiwarman Karim bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembalian) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sisitem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah. 37 Pendapatan dalam bank syariah melalui sistem bagi hasil merupakan pendapatan yang bersumber dari pembiayaan dan produk jasa. Oleh karena itu, pendapatan dalam bank syariah menggunakan beberapa sistem untuk menghitung bagi hasil tersebut.
36
Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama, 2007), h.177. 37
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h.191,
45
Adapun mekanisme perhitungan bagi hasil tersebut didasarkan pada dua sistem yaitu profit sharing dan revenue sharing. 1. Profit Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) dan biaya-biaya, dan boleh pula didasarkan pada prinsip bagi hasil.
2. Revenue Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Disamping itu, Fatwa Nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 7 Jumadil Awal 1421 H atau 16 September 2000 M juga menetapkan tentang prinsip distribusi bagi hasil dalam lembaga keuangan syariah, fatwa tersebut antara lain: 38 1. Pembagian hasil usaha antara pihak (mitra) atau bentuk usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip profit sharing (bagi untung) dan boleh didasarkan pada prinsip revenue sharing (bagi pendapatan). 2. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk keperluan distribusi usaha dan lembaga keuangan syariah. 3. Agar para pihak yang berkepentingan memperoleh kepastian tentang prinsip mana yang boleh digunakan dalam lembaga keuangan syariah dan sesuai dengan prinsip ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa
38
Majelis Ulama Indonesia, “Fatwa Dewan Syariah Nasional”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.mui.or.id
46
tentang prinsip pembagian bagi hasil usaha lembaga keuangan syariah untuk dijadikan pedoman. Dari penjelasan fatwa DSN tersebut maka pembagian hasil usaha dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu profit sharing dan revenue sharing. Aplikasi kedua dasar bagi hasil ini pada umumnya dilakukan oleh industri perbankan syariah.
Namun pada saat ini, bank syariah yang beroperasional semuanya
menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing. Bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue sharing kemungkinan yang terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibanding dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah. Jika suatu bank menggunakan sistem profit sharing maka kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh para pemilik dana akan semakin kecil, tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga secara keseluruhan, tetapi apabila bank tetap ingin mempertahankan sistem profit sharing tersebut dalam perhitungan bagi hasil mereka, maka jalan satu-satunya
47
untuk menghindari risiko tersebut diatas yaitu dengan cara bank harus mengalokasikan sebagian porsi bagi hasil yang akan mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik dana. 39 Sehingga para nasabah pemilik dana tetap berkeinginan untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah. Selanjutnya terdapat faktor langsung dan faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil, diantaranya: 1. Faktor Langsung Menurut Syafi’i Antonio diantara faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah: 40 a. Invesment rate, merupakan presentase aktual dana yang dinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang telah tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. c. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio) diantaranya harus ditentukan pada awal perjanjian, dapat berbeda-beda dari waktu ke waktu dalam satu bank
39
40
Abu Asma’ Kholid, “Hakikat Mudharabah”, As-sunnah, Edisi.3 (2006): h. 264.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik¸ (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 139-140.
48
2. Faktor Tidak Langsung 41 a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. b. Kebijakan akunting Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. C. Ukuran Perusahaan (Total Asset) Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga yang mengubah keahlian dan material (sumber ekonomi) menjadi barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memperoleh laba bagi para pemilik. 42 Menurut Asyanto ukuran perusahaan didefinisikan sebagai ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan ini hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Beberapa penelitian mengenai ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar 41
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h. 140.
42
Irawan dan Swastha, Lingkungan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFE, 1986), h. 16.
49
total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset penjualan. 43 Total asset adalah jumlah keseluruhan kekayaan atau sumber ekonomika yang dikuasai perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Dewi Mayasari semakin besar asset yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Asset perusahaan berada pada posisi neraca yang mencerminkan kekayaan dan merupakan hasil penjualan dalam berbagai bentuk. Dalam perusahaan perbankan untuk mengetahui besarnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah total asset yang dimiliki. 44 Perusahaan yang mampu menghasilkan laba besar biasanya perusahaan yang memiliki kinerja baik dan berskala besar, dikarenakan pangsa pasar yang besar pula. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal serta memilki modal yang
43
Asyanto, “Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba ”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 27. 44
Dewi Mayasari, “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, Ukuran Perusahaan pada Industri Perbankan”, (Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 35.
50
banyak. Sehingga perusahaan tersebut dapat menjalankan operasinya yang berdampak perusahaan akan menghasilkan laba yang besar pula. D. Rasio Profitabilitas Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan denagn pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang digambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. 45 Salah satu rasio keuangan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas. Menurut Lukman Dendawijaya rasio profitabilitas adalah alat ukur untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. 46 Sedangkan menurut Dewi Astuti rasio profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun masa datang. 47 Dengan demikian, yang harus diperhatikan oleh perusahaan (bank) adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, akan tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya.
45
Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 297.
36.
46
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 118.
47
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.
51
Secara keseluruhan, maka perusahaan (bank) pada umumnya menggunakan rasio profitabilitas sebagai berikut: 1. Gross Profit Margin Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan yang dicapai dengan menjual produk. Dalam kondisi normal, Gross Profit Margin seharusnya positif karena menunjukkan apakah perusahaan dapat menjual barangnya diatas harga pokoknya. Bila Gross Profit Margin negatif, ada pertanda bahwa perusahaan tersebut rugi dari bisnis utamanya. 48
Gross Profit Margin =
Laba Kotor -------------------Penjualan
x 100%
2. Net Profit Margin Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya. Sama seperti Gross Profit Margin, perusahaan yang sehat seharusnya memiliki Net Profit Margin positif (artinya bisnis tersebut mencetak laba bersih). 49
Net Profit Margin =
48
Laba Bersih -------------------Penjualan
x 100%
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 66. 49
Ibid, h. 68.
52
3. Return on Asset (ROA) Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Selain itu, rasio ini berfungsi untuk mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut. 50
ROA
=
Laba Bersih ------------------- x 100% Total Asset
4. Return on Equity (ROE) Rasio ini mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam “memperkaya” pemegang sahamnya. 51
ROE
=
Laba Bersih ------------------- x 100% Modal sendiri
50
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer, h. 71.
51
Ibid, h. 71-72.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dasar pemikiran ini adalah untuk mengetahui seberapa besar instrumen FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset mempengaruhi tingkat profitabilitas industri perbankan syariah. Dengan demikian, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur statistika atau permodalan matematis. 1 Adapun data yang digunakan meliputi : 1. Data bulanan mengenai tingkat FDR yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mulai dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2008. 2. Data bulanan mengenai pendapatan bagi hasil yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mulai dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2008. 3. Data bulanan mengenai jumlah total asset yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mulai dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2008. 4. Data tingkat profitabilitas yang diukur dengan ROA mulai dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2008.
1
Efferia Sujoko, dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu pendekatan Praktis, (Jawa Timur: Bayu Media Publishing, 2004), h. 18.
53
54
B. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Data Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mengikuti bentuk distribusi normal. Suatu data akan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas yang diharapkan sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Kesamaan tersebut ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dengan probabilitas pengamatan. 2 Pada prinsipnya, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik PP Plots. Untuk mengetahui ada atau tidaknya normalitas pada model regresi, dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya : 3 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2
Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000), h. 214. 3
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h. 147.
55
b) Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas.
4
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi antara lain dapat dilihat dengan VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi, dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya : 5 1) Jika nilai VIF (Varinace Inflation factor) tidak lebih dari 10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas. 2) Jika nilai Tolerance tidak kurang dari 1, maka model regresi bebas dari multikolinearitas. c) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). 6 Autokorelasi 4
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009), h. 119. 5
Singgih Santoso, Komputindo, 2000), h. 219. 6
Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h. 95.
56
didefinisikan terjadinya korelasi antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. 7 Menurut Singgih Santoso, untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin-Watson. Cara mengambil keputusannya adalah : 8 1) Angka DW dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2) Angka DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi. 3) Angka DW diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. d) Uji Heteroskedastisitas Satu dari asumsi penting model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan
yang
muncul
dalam
fungsi
regresi
populasi
adalah
homoskedastik; yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama. 9 Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut heteroskedastisitas.
10
Model
regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Cara untuk 7
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, h. 121-122.
8
Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000), h. 218. 9
Damodar Gujarati, Ekonometrika Dasar , (Jakarta : Erlangga, 1999), h. 177.
10
Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006), h. 109.
57
mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas yaitu dengan melihat Grafik Plot (dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot). Jika ada pola tertentu , seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 11 2. Uji Statistik a. Persamaan Regresi Berganda Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan SPSS.15, Untuk menguji pengaruh FDR, Pendapatan Bagi Hasil dan Total Asset terhadap Profitabilitas yang diukur dengan ROA, maka akan digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, persamaan regresi yang digunakan adalah: Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana: Y = Profitabilitas X1 = FDR (Financing to Deposit Ratio) X2 = Pendapatan Bagi Hasil
11
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h. 125-126.
58
X3 = Total Asset α
= Konstanta
e
= Error Term Residual
b. Uji F (Analisi Pengaruh secara Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Uji F dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Jika nilai signifikansi lebih kecil dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% = 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat secara simultan (besama-sama). Jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% = 0,05 menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara simultan (bersama-sama). 12 c. Uji t (Analisis Pengaruh secara Parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat
12
Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005), h. 54
59
signifikansi 5% atau 0,05. Jika probabilitas t lebih besar dari 5% atau 0,05, maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan jika nilai probabilitas t lebih kecil dari 5% atau 0,05, maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan). 13 d. Koefisien Korelasi Koefisien korelasi merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan (kuat, lemah, atau tidak ada) hubungan antar variabel. Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 dan +1. a. Jika KK bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif. Semakin dekat nilai KK ke +1 semakin kuat korelasinya. b. Jika KK berniali negatif maka variabel-variabel berkorelasi negatif. Semakin dekat nilai KK ke -1 semakin kuat korelasinya. c. Jika KK bernilai 0 (nol) maka variabel-variabel tidak menunjukkan korelasi. d. Jika KK bernilai +1 atau -1 maka variabel-variabel menunjukkan korelasi positif atau negatif yang sempurna. Untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar variabel
13
Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: Elekmedia Komputindo, 2002), h. 168.
60
tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai dari KK sebagai patokan. 14 Tabel 3.1 Nilai Koefisien Korelasi KK = 0 0 < KK ≤ 0,20
Tidak ada korelasi Korelasi sangat rendah /lemah sekali
0,20 < KK ≤ 0,40 Korelasi rendah/lemah tapi pasti 0,40 < KK ≤ 0,70 Korelasi yang cukup berarti 0,70 < KK ≤ 0,90 Korelasi yang tinggi, kuat 0,90 < KK ≤ 1,00 Korelasi sangat tinggi, kuat sekali KK = 1
Korelasi sempurna
Sumber: Iqbal Hasan e. Uji Koefisien Determinasi Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan
variabel
dependen,
maka
perlu
diketahui
koefisien
determinasi (R-Square). Jika R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R-Square berkisar hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R-Square semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah 14
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), h.43-44.
61
kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. 15 Karena adanya kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi R2, maka dalam penelitian ini digunakan nilai Adjusted R2. Nilai Adjusted R2 dapat naik dan turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke model. Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui Adjusted R. Semakin besar angka R2 maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika R2 semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya. 16 C. Definisi Operasional Variabel Variabel adalah suatu fenomena yang ditarik dengan menggeneralisasikan semua objek penelitian dimana terhadap objek tersebut dapat dilakukan suatu pengukuran. Variabel tersebut berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi/respons jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang
15
16
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,), h.45.
Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan Menggunakan SPSS, h. 50.
62
diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. 17 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang dikontribusikan dengan huruf (Y). Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset yaitu rasio pengukur tingkat keuntungan. Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Dengan kata lain, ROA menunjukkan berapa laba yang diperoleh atas setiap Rp 1 investasi yang dilakukan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. 18 2. Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diteliti. 19 Variabel bebas yang dikontribusikan dengan huruf (X) dalam penelitian ini adalah: a. Financing to Deposit ratio (FDR) Pembiayaan yang disalurkan merupakan indikator bank dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Indikator ini berasal dari perbandingan antara tingkat pembiayaan yang 17
Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006), h. 38. 18
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 71. 19
Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, h. 38.
63
disalurkan oleh bank syariah terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang berasal dari masyarakat. b. Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan bagi hasil adalah profit yang ada didalam bank syariah dengan bersumber dari pembiayaan dan produk jasa. c. Total Asset Total asset adalah jumlah keseluruhan kekayaan atau sumber ekonomika yang dikuasai perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.
64
BANK INDONESIA Statistik Perbankan Syariah Laporan Keuangan
FDR, Pendapatan Bagi Hasil, dan Total Asset
Profitabilitas
Hipotesis
Uji Asumsi Klasik
Normalitas
Multikolinearitas
Autokorelasi
Heteroskedasitisitas
Uji Hipotesis Regresi Berganda
Uji F
Uji t
Koefisien Determinasi
Interpretasi
Gambar 3.1 Bagan Langkah-Langkah Penelitian
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Bank Indonesia 1. Sejarah Singkat Bank Indonesia Sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang, Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia dan merupakan badan hukum yang memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum. Bank Indonesia sebagai badan hukum publik berwenang menetapkan peraturan hukum pelaksana Undang-Undang yang mengikat seluruh masyarakat luas, sesuai tugas dan wewenangnya. Selain itu, Bank Indonesia juga sebagai badan hukum perdata yang dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan. Bank Indonesia mempunyai kedudukan yang khusus dan itu diatur dalam penjelasan Pasal 23 UUD 1945, yakni sebagai satu-satunya lembaga yang diberi hak monopoli oleh Negara, dimana Bank Indonesia berwenang menerbitkan, mengeluarkan, dan mengatur peredaran macam dan harga mata uang. Untuk menjamin hal tersebut, maka kedudukan hukum Bank Indonesia sebagai bank sentral harus ditetapkan dengan Undang-Undang. 1
1
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h. 29.
65
66
2. Visi dan Misi Bank Indonesia 2 Visi Bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis (kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas, kebersamaan) yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Sedangkan misi Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. 3. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia 3 Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah tersebut mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, dan kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sedangkan aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batasbatas tanggung jawabnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia Bank Indonesia, “Misi, Visi, dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id 2
3
Bank Indonesia, “Status, Tujuan, dan Tugas Bank Indonesia”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
67
melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum Pemerintah di bidang perekonomian. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, Bank Indonesia mengemban tiga tugas yang dikenal sebagai Tiga Pilar Bank Indonesia, yaitu: a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan c. mengatur dan mengawasi Bank. Pelaksanaan ketiga bidang tugas tersebut mempunyai keterkaitan dan karenanya dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya tujuan Bank Indonesia secara efektif dan efisien. B. Deskripsi Data Data-data yang diperlukan dalam analisis ini didapat dari Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari Januari 2006 hingga Desember 2008. Dengan demikian, diharapkan dapat diketahui perkembangan tiap-tiap bulannya. Dari hasil olah data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.00, dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat pada model regresi berganda dengan melihat tabel-tabel dibawah ini : 1. FDR (Financing to Deposit Ratio) Pembiayaan yang disalurkan merupakan indikator kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Indikator ini berasal dari total pembiayaan yang disalurkan dibagi dengan
68
total dana pihak ketiga masing-masing bank. Rasio yang sering digunakan dalam pembiayaan ini adalah Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR sering digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank. Semakin besar rasio ini maka tingkat likuiditasnya semakin kecil. Untuk mengetahui besarnya tingkat FDR dari bulan Januari 2006 hingga bulan Desember 2008 dapat dilihat dari tabel dan gambar berikut: Tabel 4.1 Tingkat FDR Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 (dalam %) PERIODE Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata
2006 99.39 103.32 106.96 109.22 109.68 110.52 112.23 111.29 109.39 106.53 105.40 98.90 106.90
FDR 2007 98.56 97.19 95.14 97.03 97.12 101.12 101.96 105.70 103.68 102.65 103.47 99.76 100.28
Sumber : (Statistik Perbankan Syariah) Data diolah
2008 97.87 97.61 100.26 99.86 101.85 103.18 106.18 113.02 112.25 111.66 111.93 103.65 104.94
69
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Financing to Deposit Ratio Tahun 2006-2008
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 diatas FDR pada Januari 2006 hingga Desember 2008 serta rata-rata FDR dari tahun 2006 sampai dengan 2008 pada indusrtri perbankan syariah di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi selama periode penelitian. Tingkat FDR yang tertinggi terjadi pada Agustus 2008 sebesar 113.02% dan tingkat terendah terjadi pada Maret 2007 sebesar 95.14%. Tabel 4.2 Deskripsi Data Tingkat FDR Descriptive Statistics N
Minimum
FDR
36
Valid N (listwise)
36
Sumber : Data diolah
95.14
Maximum 113.02
Mean 104.0425
Std. Deviation 5.32738
70
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa variabel FDR memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 104.04% dan standar deviasi 5.33%. Nilai maksimum sebesar 113.02% dan nilai minimum sebesar 95.14%. Jumlah data yang digunakan sebanyak 36 data. 2. Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan bagi hasil merupakan pendapatan yang diperoleh dari bagi hasil yang diberikan atas kerjasama bank dan nasabah dalam mengelola danadananya. Untuk mengetahui besarnya tingkat bagi hasil dari bulan Januari 2006 hingga bulan Desember 2008 dapat dilihat dari tabel dan gambar berikut: Tabel 4.3 Tingkat Bagi Hasil Periode januari 2006 hingga Desember 2008 (dalam %) PERIODE Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata
2006 12.11 11.66 11.42 11.34 11.71 12.27 12.41 12.26 12.10 12.39 12.11 12.46 12.02
Pendapatan Bagi Hasil 2007 12.62 12.58 14.69 14.07 13.95 13.88 13.85 13.56 13.82 13.79 14.57 14.42 13.84
Sumber : (Statistik Perbankan Syariah) Data diolah
2008 14.84 16.50 16.43 16.24 15.63 15.50 15.55 15.47 15.18 15.18 14.99 15.02 15.54
71
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Tingkat Bagi Hasil Tahun 2006-2008
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 dibawah ini pendapatan bagi hasil pada Januari 2006 hingga Desember 2008 pada indusrtri perbankan syariah di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi selama periode penelitian. Akan tetapi rata-rata tingkat pendapatan bagi hasil dari tahun 2006 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan. Tingkat pendapatan bagi hasil yang tertinggi terjadi pada Februari 2008 sebesar 16.50% dan tingkat terendah terjadi pada April 2006 sebesar 11.34%. Tabel 4.4 Deskripsi Data Tingkat Bagi Hasil Descriptive Statistics N Bagi Hasil Valid N (listwise)
Sumber : Data diolah
36 36
Minimum 11.34
Maximum 16.50
Mean 13.7936
Std. Deviation 1.55427
72
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel pendapatan bagi hasil memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 13.79% dan standar deviasi 1.55%. Nilai maksimum sebesar 16.50% dan nilai minimum sebesar 11.34%. Jumlah data yang digunakan sebanyak 36 data. 3. Total Asset Besar kecilnya suatu bank dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar ukuran perusahaan yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula total asset-nya. Untuk mengetahui besarnya tingkat total asset dari bulan Januari 2006 hingga bulan Desember 2008 dapat dilihat dari tabel dan gambar berikut: Tabel 4.5 Tingkat Total Asset Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 (dalam jutaan rupiah) PERIODE Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata
2006 20.585.000 20.880.000 20.546.000 21.090.000 21.903.000 22.701.000 22.862.000 23.578.000 24.314.000 25.056.000 25.488.000 26.722.000 22.977.083
Total Asset 2007 26.949.000 27.690.000 28.447.000 28.368.000 29.000.000 29.209.000 29.900.000 30.145.000 31.803.000 33.016.000 33.288.000 36.538.000 30.362.750
Sumber : (Statistik Perbankan Syariah) Data diolah
2008 35.836.000 36.846.000 38.344.000 40.071.000 41.083.000 42.981.000 43.479.000 44.340.000 45.857.000 46.282.000 47.179.000 49.555.000 42.654.417
73
Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Total Asset Tahun 2006-2008
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.3 diatas total asset pada Januari 2006 hingga Desember 2008 serta rata-rata total asset dari tahun 2006 sampai dengan 2008 pada industri perbankan syariah di Indonesia cenderung mengalami peningkatan selama periode penelitian. Tingkat total asset yang tertinggi terjadi pada Desember 2008 sebesar Rp 49.555.000 dan tingkat terendah terjadi pada Maret 2006 sebesar Rp 20.546.000. Tabel 4.6 Deskripsi Data Tingkat Total Asset Descriptive Statistics N Total Asset Valid N (listwise)
Sumber : Data diolah
36 36
Minimum
Maximum
20546000.00
49555000.00
Mean 31998083.3333
Std. Deviation 8795684.36183
74
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa variabel total asset (dalam jutaan rupiah) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar Rp 31.998.000 dan standar deviasi 8.795.684. Nilai maksimum sebesar Rp 49.555.000 dan nilai minimum sebesar Rp 20.546.000. Jumlah data yang digunakan sebanyak 36 data. 4. ROA Rasio Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghsilkan laba atas sejumlah modal dan aktiva yang dimilikinya. Dalam hal ini, ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas yang dicapai oleh industri perbankan syariah. Untuk mengetahui besarnya tingkat total asset dari bulan Januari 2006 hingga bulan Desember 2008 dapat dilihat dari tabel dan gambar berikut: Tabel 4.7 Tingkat ROA Periode 2006 hingga Desember 2008 (dalam %) PERIODE Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata
2006 1.39 1.40 1.32 1.41 1.43 1.51 1.47 1.38 1.41 1.38 1.44 1.55 1.42
ROA 2007 1.69 1.68 1.75 1.75 1.76 1.86 1.88 1.90 1.85 1.93 1.86 1.78 1.81
2008 1.75 1.85 1.83 1.83 1.82 1.81 1.82 1.76 1.89 1.81 1.68 1.57 1.78
75
Sumber : (Statistik Perbankan Syariah) Data diolah Gambar 4.4 Grafik Rata-Rata Return on Asset Tahun 2006-2008
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.4 diatas ROA pada Januari 2006 hingga Desember 2008 serta rata-rata Return on Asset dari tahun 2006 ampai dengan tahun 2008 pada industri perbankan syariah di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi selama periode penelitian. Tingkat total asset yang tertinggi terjadi pada Oktober 2007 sebesar 1.93% dan tingkat terendah terjadi pada Maret 2006 sebesar 1.32%. Tabel 4.8 Deskripsi Data Tingkat ROA Descriptive Statistics N ROA
36
Valid N (listwise)
36
Sumber : Data diolah
Minimum 1.32
Maximum 1.93
Mean 1.6722
Std. Deviation .19354
76
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel ROA memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 1.67% dan standar deviasi 0.19%. Nilai maksimum sebesar 1.93% dan nilai minimum sebesar 1.32%. Jumlah data yang digunakan sebanyak 36 data. C. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas,
tidak
terdapat
multikolinearitas,
dan
tidak
terdapat
autokorelasi. Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga
dapat
menyebabkan
biasnya
standar
error.
Jika
terdapat
multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. 4
4
Diakses pada tanggal 22 April 2010 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/ujiasumsi-klasik-regresi-berganda.html
77
a. Heteroskedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka
disebut
Homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
5
Cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas yaitu dengan melihat Grafik Plot (dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot). Jika ada pola tertentu , seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 6
5
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009), h. 124. 6
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h. 125-126.
78
Gambar 4.5 Grafik Scatterplot Scatterplot
Dependent Variable: ROA
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil print out di atas, ternyata dari gambar scatter plot, plotnya (titik-titiknya) tidak membentuk pola, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, data di atas tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. b. Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). 7 Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin-
7
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h. 95.
79
Watson. Dengan berdasarkan ketentuan sebagai berikut : jika -2 < DW < +2 maka tidak ada autokorelasi. Sedangkan jika nilai angka berada pada DW < -2 maka terjadi autokorelasi positif, sebaliknya jika nilai angka berada pada DW > +2 maka terjadi autokorelasi negatif. 8 Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate .808(a) .653 .621 .11915 a Predictors: (Constant), Total Asset, FDR, Bagi Hasil b Dependent Variable: ROA
Model 1
Durbin-Watson .506
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel di atas, nilai Durbin Watson yang diperoleh dari hasil analisis regresi sebesar 0.506. Hal ini menunjukkan bahwa angka DW terdapat diantara -2 < DW < +2. Dengan demikian, model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi dan model ini layak untuk digunakan. c. Multikolinearitas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi 8
Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000), h. 218.
80
antar sesama variabel independen sama dengan nol. 9 Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi antara lain dapat dilihat dari VIF (Variance Inflation Factor). Ukuran ini menunjukkan setiap variabel dependen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen lainnya. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai VIF ≥ 10. Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a)
Model
1
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
.989
.692
-.006
.005
.094 .006
Standar dized Coeffici ents
Beta
95% Confidence Interval for B
t
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Collinearity Statistics
Correlations
Zeroorder
Partia l
Part
Toler ance
VIF
(Constant) 1.428
.163
-.422
2.399
-.163
-1.270
.213
-.015
.004
-.326
-.219
-.132
.656
1.524
.033
.757
2.888
.007
.028
.161
.793
.455
.301
.158
6.337
.001
.001
.004
.997
-.001
.001
.648
.001
.000
.164
6.083
FDR Bagi Hasil Total Asset
a Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel di atas, nilai VIF untuk FDR = 1.524, Bagi Hasil = 6.337 dan Total Asset = 6.083. Dengan demikian, tiga variabel di atas bebas dari masalah multikolinearitas dikarenakan nilai VIF pada ketiga variabel tersebut kurang dari 10 (dalam model regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas). 9
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, h. 119.
81
d. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, serta untuk mengetahui normal tidaknya suatu data sampel. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. 10 Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Expected Cum Prob
Dependent Variable: ROA 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil print out di atas, data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak terdapat masalah normalitas (dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal, dan data sampelnya pun normal). 10
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, h. 126.
82
D. Pengujian Hipotesis a. Analisis Pengaruh FDR, Pendapatan Bagi Hasil dan Total asset terhadap Profitabilitas secara Simultan ( Uji F ) Uji F bertujuan untuk menguji semua variabel-variabel secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas (dependent variable). Tabel 4.11 Hasil Uji secara Simultan ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.857
3
.286
Residual
.454
32
.014
1.311
35
Total
F 20.113
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), Total Asset, FDR, Bagi Hasil b Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah Dari hasil perhitungan SPSS, tingkat signifikansi pada tabel Anova diatas adalah 0,000. Jadi probabilitas 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak dan Ha diterima, dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel FDR (X1), Pendapatan Bagi Hasil (X2), dan Total Asset (X3) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (Y). b. Analisis Pengaruh FDR, Pendapatan Bagi Hasil dan Total asset terhadap Profitabilitas Parsial ( Uji t ) Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (FDR, pendapatan bagi hasil, total asset ) terhadap variabel tak bebas (ROA).
83
Tabel 4.12 Hasil Uji secara Parsial Coefficients(a)
Model
1
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
.989
.692
-.006
.005
.094
.006
Standar dized Coeffici ents
Beta
95% Confidence Interval for B
t
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Collinearity Statistics
Correlations
Zeroorder
Partia l
Part
Toler ance
VIF
(Constant) 1.428
.163
-.422
2.399
-.163
-1.270
.213
-.015
.004
-.326
-.219
-.132
.656
1.524
.033
.757
2.888
.007
.028
.161
.793
.455
.301
.158
6.337
.001
.001
.004
.997
-.001
.001
.648
.001
.000
.164
6.083
FDR
Bagi Hasil
Total Asset
a Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah Dari hasil perhitungan SPSS, nilai probabilitas pada variabel FDR adalah (0.213) > dari nilai α (0.05), artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, tidak terdapat pengaruh antara variabel FDR terhadap profitabilitas (ROA) secara parsial atau data tidak mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa X1 (FDR) mempunyai pengaruh terhadap Y (ROA). Jika melihat hasil perhitungan SPSS, nilai probabilitas pada variabel bagi hasil adalah (0.007) < dari nilai α (0.05), artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, terdapat pengaruh antara variabel bagi hasil terhadap profitabilitas (ROA) secara parsial atau data mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa X2 (pendapatan bagi hasil) mempunyai pengaruh terhadap Y (ROA). Kemudian dari hasil perhitungan SPSS, nilai probabilitas pada
84
variabel total asset adalah (0.997) > dari nilai α (0.05), artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, tidak terdapat pengaruh antara variabel total asset terhadap profitabilitas (ROA) secara parsial atau data tidak mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa X3 (total asset) mempunyai pengaruh terhadap Y (ROA). c. Fungsi Regresi Tabel 4.13 Model Regresi Linier Berganda Coefficients(a)
Model
1
(Constant) FDR
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
.989
.692
Standa rdized Coeffici ents Beta
t
Sig.
1.428
.163
-.006
.005
-.163
-1.270
.213
Bagi Hasil
.094
.033
.757
2.888
.007
Total Asset
.006
.001
.001
.004
.997
Sumber : Data diolah Y = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + ε Y = 0.989 – 0.006x1 + 0.094x2 + 0.006x3 + ε Nilai 0.989 merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika tidak ada nilai untuk Financing to deposit Ratio (FDR), pendapatan bagi hasil dan total asset atau dengan kata lain X1, X2, X3 = 0, maka tingkat profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset (ROA) akan mencapai 0.989.
85
Nilai -0.006 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya upaya peningkatan sebesar satu satuan untuk Financing to Deposit Ratio (FDR), maka akan ada penurunan profitabilitas (ROA) sebesar Rp 0.006. Hal ini mempunyai pengaruh yang negatif signifikan antara Financing to Deposit Ratio terhadap Return on Asset. Apabila FDR naik maka profitabilitas (ROA) akan turun. Sebaliknya apabila FDR turun maka profitabilitas (ROA) akan naik. Nilai 0.094 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya upaya peningkatan sebesar satu satuan untuk pendapatan bagi hasil, maka akan ada kenaikan profitabilitas (ROA) sebesar Rp 0.094. Hal ini mempunyai pengaruh yang positif signifikan antara pendapatan bagi hasil terhadap Return on Asset. Apabila pendapatan bagi hasil naik maka profitabilitas (ROA) akan naik. Sebaliknya apabila pendapatan bagi hasil turun maka profitabilitas (ROA) akan turun. Nilai 0.006 merupakan koefisien regresi yangmenunjukkan bahwa setiap adanya upaya peningkatan sebesar satu satuan untuk total asset, maka akan ada kenaikan profitabilitas (ROA) sebesar Rp 0.006. Hal ini mempunyai pengaruh yang positif signifikan antara total asset terhadap Return on Asset. Apabila pendapatan total asset naik maka profitabilitas (ROA) akan naik. Sebaliknya apabila total asset turun maka profitabilitas (ROA) akan turun.
86
d. Uji Pearson Corelation Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
ROA
ROA 1.000
FDR -.326
Bagi Hasil .793
Total Asset .648
FDR
.079
-.326
1.000
-.215
Bagi Hasil
.793
-.215
1.000
.872
Total Asset
.648
.079
.872
1.000
ROA
.
.026
.000
.000
FDR
.026
.
.104
.323
Bagi Hasil
.000
.104
.
.000
Total Asset
.000
.323
.000
.
ROA
36
36
36
36
FDR
36
36
36
36
Bagi Hasil
36
36
36
36
Total Asset
36
36
36
36
Sumber : Data diolah 1) korelasi X1 (FDR) dengan Y (ROA) = -0.326 Artinya korelasi lemah dan negatif, berarti jika FDR naik maka ROA akan turun dan jika FDR turun maka ROA akan naik. Nilai signifikansi pada FDR sebesar 0.026. Hal ini menunjukkan bahwa 0.026 > 0.05 yang berarti Ho ditolak dan signifikan. 2) Korelasi X2 (pendapatan bagi hasil ) dengan Y (ROA) = 0.793 Artinya korelasi kuat dan positif, jika pendapatan bagi hasil naik maka ROA akan naik dan jika pendapatan bagi hasil turun maka ROA akan turun. Nilai signifikansi pada pendapatan bagi hasil sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa 0.000 > 0.05 yang berarti Ho ditolak dan
87
signifikan. 3) Korelasi X3 (total asset) dengan Y (ROA) = 0.648 Artinya korelasi cukup kuat dan positif, jika total asset naik maka ROA akan naik dan jika total asset turun maka ROA akan turun. Nilai signifikansi pada total asset sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa 0.000 > 0.05 yang berarti Ho ditolak dan signifikan. d. Koefisien Determinasi ( Nilai R Square ) Tabel 4.15 Nilai Koefisien Determinasi Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate .808(a) .653 .621 .11915 a Predictors: (Constant), Total Asset, FDR, Bagi Hasil b Dependent Variable: ROA Model 1
Durbin-Watson .506
Sumber : Data diolah Besarnya angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0.653 atau sama dengan 65.3%. Artinya bahwa variabel ROA dapat dijelaskan oleh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset sebesar 65.3% atau besarnya pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap ROA adalah sebesar 65.3%. sedangkan sisanya 34.7% (100% - 65.3%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Adapun nilai Adjusted R Square sebesar 0.621 adalah sebuah statistik yang yang berusaha mengoreksi koefisien determinasi agar lebih mendekati
88
ketepatan model dalam populasi. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan varibel dependen sebesar 62.1% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Interpretasi Setelah melalui berbagai analisis terhadap model, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi yang digunakan telah cukup baik, karena telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, tidak terdapat autokorelasi dan tidak terdapat normalitas. Hasil dari penelitian tiga variabel independen yakni pembiayaan yg disalurkan yang diukur dengan rasio FDR, pendapatan bagi hasil, serta ukuran perusahaan yang diukur dengan total asset terhadap variabel dependen yakni profitabilitas yang diukur dengan ROA, hanya ada satu variabel independen yang berpengaruh terhadap profitabilitas yaitu pendapatan bagi hasil. Pendapatan
bagi
hasil
mempunyai
level
signifikansi
0.007
hubungannya searah dan positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA. Sehingga sesuai secara teori bahwa semakin besar tingkat pendapatan bagi hasil maka semakin tinggi pula profitabilitasnya. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Mayasari dan Yulina Ananda yang menyatakan bahwa pendapatan berpengaruh terhadap profitabilitas. Artinya semakin banyak pendapatan yang didapat maka profit yang diterima semakin banyak. Namun, dalam penelitian Dewi Mayasari
89
pendapatan yang dihasilkan adalah dari pendapatan bunga dan penelitian Yulina Ananda rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROE. Dengan demikian, meskipun hanya satu variabel bebas yaitu pendapatan bagi hasil signifikan secara statistik dan kedua variabel bebas lainnya yaitu FDR dan total asset tidak signifikan secara statistik pada α = 5%, akan tetapi model yang dihasilkan tetap dapat digunakan. Karena perlu diingat, bahwa model yang dibangun adalah berdasarkan substansi. Jika tidak signifikan, bukan berarti teori yang melandasinya salah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada BAB IV yang diselesaikan menurut metode penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan mengenai pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap besarnya ROA. Hal tersebut dibuktikan dengan angka probabilitas koefisien regresi diperoleh nilai probabilitas (signifikansi) 0.000 atau lebih kecil dari 5% (0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Hο ditolak yang berarti signifikan atau ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama (simultan). 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FDR dan total asset secara parsial tidak berpengaruh signifikan pada tingkat signifikansi 5% (0.05) terhadap ROA. Hal tersebut dibuktikan dengan angka probabilitas koefisien regresi, untuk FDR diperoleh angka probabilitas (signifikansi) 0.213 atau lebih besar dari 5% (0.05) sehingga dapat disimpulkan Hο diterima yang berarti tidak signifikan atau tidak ada pengaruh antara variabel FDR terhadap variabel
90
91
terikat (ROA). Untuk total asset diperoleh angka probabilitas (signifikansi) 0.997 atau lebih besar dari 5% (0.05) sehingga dapat disimpulkan Hο diterima yang berarti tidak signifikan atau tidak ada pengaruh antara variabel total asset terhadap variabel terikat (ROA). Sedangkan variabel pendapatan bagi hasil secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Untuk pendapatan bagi hasil diperoleh angka probabilitas (signifikansi) 0.007 atau lebih kecil dari 5% (0.05) sehingga dapat disimpulkan Hο ditolak yang berarti signifikan dan mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (ROA). 3. Berdasarkan tabel hasil uji regresi, variabel bebas (independent) yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat (ROA) adalah pendapatan bagi hasil.
B. Saran Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis, maka rekomendasi yang dapat penulis berikan adalah sebagi berikut : 1. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga tahun penelitian. Diharapkan penelitian lain dapat meneliti dengan waktu penelitian yang lebih panjang sehingga akan menambah jumlah sampel. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), pendapatan bagi hasil, total asset dan satu variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA). Peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya agar dapat menambah jumlah variabel yang diteliti.
92
2. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan metode regresi linier berganda dalam melakukan penelitian. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode-metode yang lain. 3. Disamping
itu perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni dengan
menggunakan rasio lain selain rasio rentabilitas/profitabilitas yang mungkin dapat mempengaruhi Return on Asset (ROA). Karena berdasarkan hasil penelitian ini variabel bebas hanya mampu menjelaskan ROA sebesar 65.3%. Ini berarti 34.7% dipengaruhi oleh variabel selain ketiga variabel di atas. 4. Dari hasil penelitian ini, disarankan kepada industri perbankan syariah agar masa yang akan datang industri perbankan syariah dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan, karena dengan jumlah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi hasil. Akan tetapi, dalam pemberian pembiayaan harus diperhatikan adanya pembiayaan yang macet, sehingga industri perbankan syariah dapat lebih selektif dalam menyalurkan dananya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan dan BOPO terhadap laba pada PT. Bank Syariah Mega Indonesia”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. . Anshori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet.III. Jakarta: Alvabet, 2003. ______________ Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet-IV. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006. Artesa, Ade dan Handiman, Edia. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. T.tp, PT. Indeks, 2006. Ascarya, Akad dan Produk bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004. Asyanto. “Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba ”, Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan, Edisi.II. Bogor: Galia Indonesia, 2005. Fatimah, Iim. “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, Skripsi S1 Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. G. Sevilla, Consuelo dkk, Pengantar Metode Penelitian, Penerjemah Aliwudin Tuwu. Jakarta: UI-Press, 1993. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.
93
94
Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga, 1999. Harahap, Sofyan Safri. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006. Husnan, Suad. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek) Buku 2. Yogyakarta: BPFE, 1998. Hosen, M. Nadratuzaman. Tuntunan Praktis Menggunakan Jasa Perbankan Syariah. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007. Irawan dan Swastha, Lingkungan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE, 1986. Jusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Accout Officer. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007. K. Lewis, Mervyn dan M. Algoud, Latifa. Perbankan Syariah. Penerjemah Burhan Wirasubrata. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005. Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqh dn Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 Kholid, Abu Asma’. “Hakikat Mudharabah”, As-sunnah, Edisi.3, 2006. Kashmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Lubis, Suhrawardi K. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2000. Mayasari, Dewi. “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, Ukuran Perusahaan pada Industri Perbankan”, Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonesia, 2004. ______________ Manajemen Dana Bank Syariah, Cet.II, Yogyakarta: Ekonisia, 2005. ______________ Manajemen Pembiayaan bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
95
Mulyono, Margo. “Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia”, Jurnal Manajemen, vol.I, no.1, April 2003. Nachrowi dan Usman, Hardius. Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006. Nazir, Moh. Metode Penelitian,cet.V, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999. Nugroho, Bhuono Agung Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005. Ramli, Abdurrahman. “Analisis Pengaruh CAR, FDR, NPF dan BOPO terhadap Rentabilitas Bank Umum Syariah periode 2005-2007”. Skripsi S1 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Santoso, Singgih. Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000. Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS . Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006. Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank, edisi-II. Jakarta: Bumi Aksara,1992. Sjahdeni, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama, 2007. Subana dan Sudrajat. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: 2005. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia, 2004. Sujoko, Efferia dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu Pendekatan Praktis. Jawa Timur: Bayu Media Publishing, 2004. Syafe’i, Rachmat. Fiqh Muamalah untuk IAIN PTAIS PTAIS dan Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2001. Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktik ,Cet-I. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
96
Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995. Umar, Husein Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, cet-VI. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Warsito, Hermawan. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. Wijaya, Tony. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009. http://www.analisadaily.com/index.php?option=com http://www.bi.go.id http://etd.eprints.ums.ac.id/3146/1/B200040378.pdf http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/uji-asumsi-klasik-regresi-berganda.html http://www.wikipedia.com
.