PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN OPERATING LEVERAGE TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM (Studi Pada PT. Holcim Indonesia, Tbk)
DEASY LESTARY KUSNANDAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRACT : The purpose of this study was to analyze the effect of financial leverage and operating leverage on systematic risk of the stock. Objects in this study were PT. HOLCIM INDONESIA, Tbk. The data used is secondary data. This study uses time series (per quarter) during the period 2007-2011. The method used in this data collection method is observation. The data were processed with SPSS version 20 using multiple linear regression models. From the research, it is known that the effect of financial leverage and operating leverage on systematic risk of stocks simultaneously significantly. The effect of financial leverage on systematic risk of the stock is partially significant but partial effect of operating leverage is not significant. Investors are advised that in choosing stocks, especially shares of PT. Holcim, first pay attention to the development of financial leverage and operating leverage. So it would be more profitable investment decisions. Keywords: financial leverage, operating leverage and systematic risk of the stock ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham. Objek dalam penelitian ini adalah PT. HOLCIM INDONESIA, Tbk. Data yang dipakai adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan time series (per kuartal) selama periode 2007-2011. Metode yang digunakan dalam pengambilan data ini adalah metode pengamatan. Data tersebut diolah dengan program SPSS versi 20 dengan menggunakan model regresi linier berganda. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengaruh financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham secara simultan signifikan. Pengaruh financial leverage terhadap risiko sistematis saham secara parsial signifikan, namun pengaruh operating leverage secara parsial tidak signifikan.
Investor disarankan agar dalam memilih saham terutama saham PT. Holcim, terlebih dulu memperhatikan perkembangan financial leverage dan operating leveragenya. Sehingga keputusan investasi akan lebih menguntungkan.
Kata Kunci: financial leverage, operating leverage, dan risiko sistematis saham
PENDAHULUAN Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian. Hal ini ditunjukkan oleh fungsinya sebagai lembaga perantara dan pencipta alokasi dana yang efisien. Sebagai lembaga perantara, pasar modal menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Sebagai pencipta alokasi dana yang efisien, pasar modal menyediakan alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal (Tandelilin, 2010:13). Pihak manajemen perusahaan harus berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Keputusan penting yang harus dilakukan oleh pihak manajemen adalah keputusan investasi (Investment Decisions) dan keputusan pembelanjaan (Financial Decisions). Kedua keputusan tersebut harus selalu diupayakan efektif dan efisien, karena baik keputusan investasi maupun keputusan pembelanjaan dapat mengakibatkan biaya tetap. Biaya tetap yang timbul dari keputusan investasi disebut biaya tetap operasi dan biaya tetap yang ditimbulkan dari keputusan pembelanjaan disebut biaya tetap pembelanjaan. Penggunaan biaya tetap yang diupayakan untuk meningkatkan laba disebut leverage. Geliat pembangunan infrastruktur dan properti serta peningkatan belanja pemerintah telah menjadi sumber motor pertumbuhan industri semen di dalam negeri. Industri semen nasional bertumbuh 12% pada tahun ini seiring dengan meningkatnya konsumsi domestik yang mencapai 54 juta ton.Pertumbuhan konsumsi semen pada semester I/2012 mencapai 14%-16%, sedangkan pada semester II/2012 mencapai 51%-52%. (www.kabarbisnis.com)
PT. Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan terbuka yang saham mayoritasnya (80,65%) dipegang oleh Holderfin BV Ltd., anak perusahaan Holcim Ltd., yang berpusat di Swiss. Sebagai salah satu produsen semen terbesar di Indonesia, PT Holcim Indonesia Tbk menjalankan bisnis terpadu beton jadi dan agregat. Holcim Indonesia mempekerjakan sekitar 8.500 karyawan, dan berada dibawah Holcim Group, salah satu pemasok semen dan agregat (batu hancuran, pasir dan kerikil) terkemuka di dunia, yang juga menjalankan usaha hilir beton jadi dan aspal berikut layanan terkait. Holcim Group memegang saham mayoritas maupun minoritas sejumlah besar perusahaan di lebih dari 70 negara di seluruh dunia.PT Holcim Tbk merupakan perusahaan pertama yang listing di BEJ pada tahun 1977. Sebagai sebuah perusahaan yangbesar dan terus berkembang, PT Holcim Tbk membutuhkan dana yang sangat besar sehingga sumber dana eksternal sangat diperlukan. Tentunya, PT. Holcim sangat dipengaruhi oleh risiko yang sangat erat kaitannya dengan perubahan pasar. Terutama saat ini, kondisi keuangan dunia yang sedang krisis, berdampak pada semakin mahalnya setiap material. Perlu ada pengawasan dan pengambilan keputusan yang sangat tepat, agar leverage PT. Holcim dapat meningkatkan laba terus menerus. Dana eksternal yang diperlukan oleh PT. Holcim tersebut adalah leverage. Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Jika semua biaya bersifat variabel, maka akan memberikan kepastian bagi perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi karena sebagai biaya perusahaan bersifat biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba diperlukan tingkat penjualan minimum tertentu. Biaya tetap adalah biaya yang tidak terkait dengan operasi perusahaan, sehingga tidak ada kaitannya dengan penjualan perusahaan. Karena biaya tetap tidak terkait dengan penjulan perusahaan, maka biaya ini
menjadi risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan.Maka perlu diidentifikasikan jenisjenis leverage yang digunakan. Ada 2 jenis leverage yaitu leverage operasi dan leverage keuangan. Leverage operasi menggambarkan struktur biaya perusahaan yang dikaitkan dengan keputusan manajemen dalam
menentukan
kombinasi
aset
perusahaan.
Sedangkan
leverage
keuangan
menggambarkan tingkat sumber dana hutang dalam struktur modal perusahaan. Penggunaan hutang yang relatif tinggi menimbulkan biaya tetap (beban tetap) dan dengan demikian meningkatkan risiko. Analisis operating leverage digunakan untuk mengukur tingkat kepekaan penjualan terhadap EBIT. Operating leverage ini dimungkinkan karena terdapatnya biaya tetap dalam struktur biaya perusahaan. Meskipun operating leverage dapat meningkatkan EBIT, pada sisi lain, yaitu tingkat penjualan yang rendah bahkan akan menurunkan EBIT. Analisis financial leverage mengukur besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Financial leverage timbul jika perusahaan mempunyai hutang jangka panjang dengan bunga tetap untuk membiayai investasinya. Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi, karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan di luar negeri maupun di dalam negeri, perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang dan peraturan maupun perubahan yang terjadi di dalam industri dan perusahaan itu sendiri. Perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif. Dalam berinvestasi risiko merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan oleh para investor. Risiko berkaitan dengan ketidakpastian tentang, tingkat return (kembalian investasi), atau kemungkinan perbedaan antara kembalian sesungguhnya
(actual returns) dengan kembalian yang diharapkan (expected return). Investasi yang mempunyai tingkat kembalian yang tinggi mempunyai tingkat risiko yang tinggi pula.Berdasarkan karakteristik ini investor ingin memaksimumkan tingkat utilitas mereka dengan memilih investasi yang mempunyai tingkat kembalian yang tertinggi pada suatu tingkat risiko tertentu. Di dalam literatur keuangan ada dua jenis risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang mempengaruhi semua atau banyak perusahaan, sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang mempengaruhi satu atau kelompok kecil perusahaan. Risiko tidak sistematis dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portofolio, sedangkan risiko sistematis merupakan inherent risk, risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portofolio. Karena sifatnya yang tidak dapat dihilangkan maka risiko sistematis ini bagi investor lebih relevan untuk memilih saham dalam suatu portofolio yang dibentuknya bukan risiko total dari saham tersebut. Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang diidentifikasikan mempengaruhi beta (Tendelilin: 2010: 522) adalah: (1) Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang mempunyai risiko yang tinggi dan sebalikya. (2) Operating Leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin tetap proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai risiko yang tinggi dan sebaliknya.
(3) Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan semakin besar financial leveragenya. Karena semakin tinggi finansial leveragenya semakin tinggi pula risikonya Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mandleker dan Rhee (1984) menjelaskan bahwa DFL dan DOL berpengaruh positif secara signifikan terhadap beta saham pada 255 perusahaan publik sektor manufaktur tahun 1957-1976, Hufman (1989) menjelaskan DFL berpengaruh positif terhadap beta saham sedangkan DOL berpengaruh negatif terhadap beta sahampada perusahaan publik sektor manufaktur yang tercatat pada indeks S & P compusat dari tahun 1966-1985, Sufiyati dan Naim (2002) menjelaskan DFL dan DOL tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham pada perusahaan publik sector manufaktur yang tercatat di BEJ dari tahun 1933 - 1996, Sembel dan Permadi (2005) menjelaskan DFL dan DOL berpengaruh positif terhadap beta saham pada 25 emiten yang aktif diperdagangkan di BEJ selama tahun 2000 - 2002, Ekaputra dan Ningrum (2007) menjelaskan DOL berpengaruh positif, sedangkan DFL tidak berpengaruh terhadap beta saham pada 27 emiten yang aktif diperdagangkan di BEJ periode Desember 2000 – Desember 2004 dan Rena Tri Oktaviani (2008) menjelaskan bahwa DFL dan DOL tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham pada industri manufaktur yang tercatat di BEJ. Beberapa peneliti tersebut berusaha untuk melakukan verifikasi hubungan antara leverage, baik operating leverage maupun financial leverage dengan beta. Namun, masih terlihat hasil yang tidak konsisten antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas penulis dapat merumuskan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Perkembangan financial leverage dan operating leverage pada PT. Holcim Indonesia Tbk periode kuartal I 2007- kuartal IV 2011 2. Risiko sistematispada PT. Holcim Indonesia Tbk periode kuartal I 2007- kuartal IV 2011 3. Pengaruh financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham pada PT. Holcim Indonesia Tbk periode kuartal I 2007- kuartal IV 2011 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas. Metode kausalitas yaitu metode penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya sebab akibat antar variabel. Dalam metode ini umumnya sebab akibat tersebut sudah dapat diprediksi peneliti, sehingga peneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab, variabel antara dan variabel terikat (Sanusi, 2011:13). Operasionalisasi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial leverage dan operating leverage sebagai variabel independen dan risiko sistematis saham sebagai variabel dependen, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono sebagai berikut: “Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel-variabel tersebut dioperasionalkan seperti yang tertera pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel
Definisi Indikator Operasional Financial Leverage Praktek pendanaan (X1) sebagian aktiva pada PT.Holcim Indonesia Tbk dengan sekuritas EBIT = earning before interest tax yang menanggung beban pengembalian tetap dengan harapan bisa meningkatkan pengembalian akhir bagi pemegang saham Operating Leverage Penggunaan biaya (X2) operasional tetap oleh PT.Holcim EBIT = earning before Indonesia Tbk
Skala Rasio
Rasio
interest tax Risiko Sistematis Risiko yang Saham (Y) berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan
Rasio -
= komponen return yang terkait dengan perusahaan
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka dibutuhkan data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Dalam memperoleh data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui studi kepustakaan yaitu studi pustaka dari literature, memperoleh data berupa laporan keuangan PT. HOLCIM Indonesia Tbk dari situs resmi PT. HOLCIM Indonesia Tbk, BEI, dan Pojok BEI Fakultas Ekonomi UNSIL.
Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur, serta data lain yang diperoleh melalui laporan-laporan yang dipublikasikan oleh PT.HOLCIM Indonesia Tbk. Paradigma Penelitian Paradigma di dalam penelitian ini yaitu pengaruh variabel financial leverage (X1) dan operating leverage (X2) terhadap risiko sistematis saham (Y). Paradigma penelitian dituangkan dalam bentuk bagan pada gambar 3.3. Financial Leverage Risiko sistematis saham Operating Leverage Gambar 3.3 : Paradigma Penelitian Teknik Analisis Data Analisis Rasio Keuangan Financial Leverage Untuk mengetahui financial leverage, maka penulis menggunakan times interest earned ratio, didefinisikan sebagai keuntungan yang menjamin setiap rupiah bunga utang jangka panjang (Keown, Jhon, Petty dan Scott: 2010: 120). Rumus untuk menghitung times interest earned ratio adalah:
Keterangan: EBIT : laba sebelum bunga dan pajak
Operating Leverage Untuk mengetahui operating leverage, maka penulis menggunakan tingkat leverage operasi (degree of operating leverage/DOL), didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam laba operasi (EBIT) akibat perubahan tertentu dalam persentase penjualan (Horne dan Wachowicz: 2007: 58). Rumus untuk menghitung DOL adalah:
Keterangan: EBIT : laba sebelum bunga dan pajak
Risiko Sistematis Untuk mengetahui risiko sistematis atau beta, maka penulis menggunakan model indeks tunggal (Tendelilin: 2010: 522). Rumus untuk menghitung beta adalah:
Keterangan: Ri
: return saham diproksy dengan capital gain dan dividen
Rm
: return pasar diproxy dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) : ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar : bagian return sekuritas i yang ridak dipengaruhi kinerja pasar : kesalahan residual
Analisis Statistik
Persamaan Garis Regresi Berganda Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham. Seberapa besar variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan menggunakan persamaan regresi berganda berikut:
Keterangan: Y = risiko sistematis saham a = konstanta b1 = koefisien garis regresi financial leverage b2 = koefisien garis regresi operating leverage X1 = financial leverage X2 = operating leverage e = standar error (Riduan, Enas, Adun: 2011) Analisis regresi berganda tersebut menggunakan bantuan SPSS release 20.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Buka program SPSS 20.0 destinasikan variable view 2. Aktifkan data view kemudian isi data X1, X2, dan Y 3. Jika sudah yakin datanya tertulis dengan benar, klik menu analyze, kemudian pilih Correlation dulu untuk mendapatkan sig. (2-tailed) lalu Regressiondan pilih Linier klik.
4. Dari kotak dialog Linier Regression tersebut, masukkan variable independent dan dependent 5. Klik Statistics : pilih Estimates, Model Fit dan Descriptive lalu klik Continue Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian.Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi : uji multikolinieritas dengan matrik korelasi antara variabel-variabel bebas, uji heterokedastis dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZFRED) dengan residualnya (SRESID), uji normalitas menggunakan uji kolmogorov smirnov, dan uji autokorelasi melalui uji Durbin Watson (DW test) (Suliyanto: 2009).
Uji Multikolinieritas Menurut Suliyanto (2009: 75) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalam model ini adalah sebagai berikut : a) Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-varaibel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. b) Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi (> 0,9), hal ini merupakan indikasi adanya multikoliniearitas.
c) Dilihat dari nilai VIF dan tolerance. Nilai cut off tolerance< 0,10 dan VIF > 10, berarti terdapat multikoliniearitas. Jika terjadi gejala multikoliniearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin lebar. Dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan yaitu menerima hipotesis yang salah.Uji multikoliniearitas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan variance inflating factor (VIF). Batas VIF adalah 10 apabila nilai VIF lebih besar dari pada 10 maka terjadi multikoliniearitas (Suliyanto : 2009: 76). Uji Multikolinieritas dalam penelitian ini dibantu dengan aplikasi SPSS 20.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Buka file : Data Regresi 1 2. Pilih AnalyzeRegressionLiniar 3. Masukkan variabel Y pada kotak Dependent X1, X2 pada kotak Independent 4. Pilih Statistics pada Regression Coefficiens : Aktifkan
Covariance Matrix dan Collinierity Diagnotics
Non aktifkan Estimates dan Model Fit 5. Abaikan pilihan lain, kilk OK
Uji Heterokedastis Uji heterokedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastis atau tidak terjadi heterokedastis.
Bila terjadi gejala heterokedastis akan menimbulkan akbiat varians koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZFRED) dengan residualnya (SPREDSID). Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SPRESID dan ZFRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residualnya (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.Apabila pola tidak jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. (Suliyanto: 2009: 76). Uji Heterokedastis dalam penelitian ini dibantu dengan SPSS 20.0 dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Buka File: Data Regresi 2. Pilih AnalyzeRegressionLinier 3. Masukkan variabel Y : pada kotak Dependent X1, X2 : pada kotak Independent 4. Save pada Residual : klik Unstandardized (bertujuan untuk
membuat
variabel/kolom baru pada data yaitu res_1) 5. Abaikan pilihan yang lain OK
Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak.Uji normalitas data dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Suliyanto: 2009: 76). Analisis statistik untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov Smirnov-test (K-S). Menurut Imam Ghozali (2005), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan tabel Ztabel dengan kriteria sebagai berikut : -
Jika nilai probabilitas (Kolmogorov-Smirnov) < taraf signifikansi 5% (0,05), maka distribusi data dikatakan normal.
-
Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) > taraf signifikansi 5% (0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson (DW test) (Suliyanto: 2009: 76). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. 1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada auto korelasi 2. 1.12 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 maka tidak dapat disimpulkan 3. DW < 1.21 atau DW > 2.79 maka terjadi autokorelasi
Koefisien Determinasi (R2)
Merupakan besaran pengaruh yang memberikan informasi goodness of fit dari persamaan regeresi, yaitu memberikan proporsi atau persentase kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (X1, X2) secara simultan terhadap variasi dari variabel dependen (Y). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali: 2005). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan, maka teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Regression).Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat
di
dalam
model
secara
bersama-sama
(simultan)
terhadap
variabel
independen.Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% nilai F ratio dari masing-masing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel. Jika Frasio > Ftabel atau probsig <
= 5% berarti bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif
terhadap dependen. Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh suku bungan, inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi terhadap risiko saham secara simultan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a.
Merumuskan Hipotesis (Ha)
Ha diterima : berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Hipotesis statistika dirumuskan sebagai berikut : a)
= 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara simultan financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham.
b)
0, artinya terdapat pengaruh secara simultan financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham.
b.
Uji Signifikansi Uji signifikansi dalam kasus ini berupa uji F (signifikan secara simultan) dan dibantu
melalui program spss versi 16 sebagai berikut : Melakukan uji F atau uji simultan, uji F digunakan untuk menguji besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Dalam kesempatan kali ini perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS release 20.0. c..
Tentukan daerah kritis dengan taraf nyata 5% atau pada selang kepercayaan sebesar
95%. d. Kriteria Uji a) Menentukan tingkat signifikansi sebesar
= 5%
Tingkat signifikansi 0,05 atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%. b) Menentukan F hitung dengan rumus :
( Dimana :
R = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel
e.
Mengambil Keputusan
) (
)
-
F hitung F tabel maka Ho diterima
-
F hitung> F tabel maka Ho ditolak Perhitungan dengan menggunakan software SPSS, maka penerimaan dan penolakan atas hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
-
Ho ditolak atau terdapat pengaruh yang signifikan apabila : Significance F change < = 5%
-
Ho diterima atau tidak terdapat pengaruh yang signifikan apabila : Significance F change > = 5%
f.
Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian diatas, penulis akan melakukan analisis
secara statistik melalui program spss release 20. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah diterapkan itu diterima atau ditolak. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Dengan tingkat signifikansi sebesar 95%, nilai t hitung dari masingmasing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika t-hitung > t-tabel atau prob-sig < = 5% berarti bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen. a.
Menentukan hipotesis
1. Pengujian pengaruh financial leverage terhadap risiko sistematis saham a.
tidak terdapat pengaruh financial leverage terhadap risiko sitematis saham
b.
terdapat pengaruh financial leverage terhadap risiko sitematis saham
2. Pengujian operating leverage terhadap risiko sistematis saham
a.
tidak terdapat pengaruh operating leverage terhadap risiko sitematis saham
b.
terdapat pengaruh operating leverage terhadap risiko sitematis saham
b.
Uji Signifikansi Uji signifikansi dalam kasus ini berupa uji T (signifikan secara parsial) dan dibantu
melalui program spss versi 20 sebagai berikut : Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap veriabel tidak bebas secara terpisah/parsial serta penerimaan atau penolakan hipotesis. c.
Tentukan daerah kritis dengan taraf nyata 5% atau pada selang kepercayaan 95%.
d.
Kriteria Uji T Uji menggunakan rumus : √ √
dimana : r = koefisien korelasi n = jumlah data e.
Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari thitung dengan t yaitu :
a. Jika thitung≥ t atau thitung≤ -t , maka H0 ditolak b. Jika -t < thitung< t maka H0 diterima f.
Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian diatas, penulis akan melakukan analisis
secara statistic melalui program SPSS release 20. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah diterapkan itu diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 20.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Masukkan data dalam SPSS Data editor 2. Klik AnalyzeRegressionLiniear
3. Masukkan Y pada kotak dependentdan X1, X2 pada kotak independent 4. Klik OK untuk menampilkan output analyze Interpretasi hasil output tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Output (ANOVA) : jika Sig. <
maka H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang
liniear antara financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham. Cara lainnya dengan membandingkan nilai Fhitung dengan F
tabel.
Jika
Fhitung> Ftabelmaka disimpulkan menolak H0. b. Output (Coefficients) : jika nilai Sig. >
maka disimpulkan untuk menerima H0,
yang berarti koefisien regresi financial leverage dan operating leverage adalah tidak signifikan. Cara lainnya adalah dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Jika thitung> ttabelmaka disimpulkan untuk menolak H0, artinya koefisien regresi financial leverage dan operating leverage signifikan (begitu juga sebaliknya). PEMBAHASAN Hasil Penelitian Perkembangan financial leverage pada PT. Holcim Indonesia, Tbk Dalam menghitung financial leverage yang terdapat dalam laporan keuangan emiten, penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan dari emiten yang terdaftar selama lima tahun dari periode 2007-2011. Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan, diperlukan suatu analisis terhadap data keuangan perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut tercermin didalam laporan keuangan, dimana laporan keuangan ini sangat penting artinya bagi pihak manajemen dari investor. Bagi manajemen perusahaan, analisis laporan keuangan digunakan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan keuangan perusahaaan dan apa yang menjadi kelemahan perusahaan. Dengan demikian manajemen perusahaan mampu membuat rencana yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang. Sedangkan bagi investor analisis keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi, untuk memenuhi kewajibannya kepada investor. Komposisi bunga utang jangka panjang PT. Holcim Indonesia, Tbk cenderung meningkat setiap kuartal di tiap tahun pengamatan. Begitu pula dengan EBIT PT. Holcim Indonesia, Tbk cenderung meningkat setiap tahun. Titik terendah terjadi pada kuartal I tahun 2007. Sedangkan titik tertinggi terjadi pada kuartal IV 2011. Rumus yang digunakan untuk menghitung financial leverage, penulis menggunakan time interest earned ratio yaitu:
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perkembangan financial leverage PT. Holcim Indonesia, Tbk berfluktuasi dan cenderung meningkat. Kuartal I tahun 2007 financial leverage merupakan yang terendah selama periode pengamatan yaitu sebesar 10% dengan kata lain EBIT yang dihasilkan PT. Holcim belum mampu menjamin pembayaran bunga utang jangka panjang dikarenakan beban bunga lebih tinggi dibandingkan penghasilan sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan PT. Holcim. Namun pada kuartal II tahun 2007 financial leverage berhasil ditingkatkan menjadi 10% artinya setiap Rp 1 bungan utang jangka panjang pembayarannya dijamin oleh Rp 1,01 laba sebelum bunga dan pajak. Titik tertinggi financial leverage terjadi pada kuartal IV tahun 2011 yaitu sebesar 897%. Artinya, setiap Rp 1 bunga utang jangka panjang pembayarannya dijamin oleh Rp 8,97 laba sebelum bunga dan pajak.
Tabel 4.1 Financial Leverage PT. Holcim Indonesia, Tbk Periode 2007-2011 Bunga Utang Periode
EBIT
(kuartal)
Jangka Panjang
Financial Leverage
(jutaan Rp)
(%)
A
B
C
b/c
Q1 07
2,788
29,202
10
Q2 07
59,575
58,773
101
Q3 07
296,856
86,461
343
Q4 07
304,208
117,706
258
Q1 08
217,729
24,491
889
Q2 08
502,494
57,818
869
Q3 08
845,196
105,260
803
Q4 08
509,317
205,849
247
Q1 09
25,142
122,281
21
Q2 09
622,539
231,613
269
Q3 09
1,173,127
337,331
348
Q4 09
1,741,865
444,887
392
Q1 10
347,930
67,105
518
Q2 10
661,300
133,879
494
Q3 10
1,020,329
177,367
575
Q4 10
1,380,777
232,820
593
Q1 11
377,295
78,821
479
Q2 11
795,937
134,601
591
Q3 11
1,125,197
153,746
790
Q4 11
1,725,702
192,445
897
rata-rata
691,265
149,623
474
Sumber: Pojok Bursa FE Universitas Siliwangi (data diolah kembali)
Perkembangan Operating Leverage PT.Holcim Indonesia, Tbk. Periode 2007 - 2011
Degree of Operating Leverage adalah angka indeks yang mengukur pegaruh suatu perubahan penjualan terhadap laba operasi atau EBIT. Data diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Perkembangan tingkat penjualan PT. Holcim Indonesia, Tbk cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan kemudian mengalami penurunan hingga akhir tahun 2009. Pada awal tahun 2010, penjualan mengalami kenaikan hingga kuartal I 2011, namun selanjutnya mengalami penurunan terus menerus hingga kuartal IV 2011. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa perkembangan operating leverage PT. Holcim Indonesia, Tbk berfluktuasi dan meningkat. Kuartal I tahun 2007 operating leverage merupakan yang terendah selama periode pangamatan yaitu sebsesar 0,2% dengan kata lain EBIT yang dihasilkan PT. Holcim belum mampu menjamin pembayaran biaya tetap operasi dikarenakan biaya tetap lebih tinggi dibandingkan penghasilan sebelum bunga dan pajakyang dihasilkan PT, Holcim. Namun pada kuartal II tahun 2007 operating leverage ditingkatkan menjadi 7,2% artinya setiap Rp 1 biaya tetap operasi pemabayarannya dijamin oleh Rp 0,072 laba sebelum bungan dan pajak. Titik tertinggi operating leverage terjadi pada kuartal IV tahun 2011 yaitu sebesar 254%. Artinya, setiap Rp 1 biaya tetap operasi pembayarannya dijamin oleh Rp 2,54 laba sebelum bunga dan pajak.
Tabel 4.2 Operating Leverage PT.Holcim Indonesia, Tbk periode 2007-2011
Periode
EBIT
(kuartal)
Penjualan
DOL
(jutaan Rp)
(%)
A
B
C
b/c
Q1 07
2,788
1,176,226
0,2
Q2 07
59,575
826,042
7,2
Q3 07
296,856
577,906
51,4
Q4 07
304,208
878,756
34,6
Q1 08
217,729
695,373
31,3
Q2 08
502,494
1,022,965
49,1
Q3 08
845,196
487,221
173,4
Q4 08
509,317
376,813
135,1
Q1 09
25,142
374,896
6,7
Q2 09
622,539
1,274,993
48,8
Q3 09
1,173,127
1,353,633
86.6
Q4 09
1,741,865
1,639,454
106,2
Q1 10
347,930
1,521,250
22,8
Q2 10
661,300
1,531,356
43,1
Q3 10
1,020,329
1,532,985
66,5
Q4 10
1,380,777
1,458,734
94,6
Q1 11
377,295
1,284,424
29,3
Q2 11
795,937
935,436
85,1
Q3 11
1,125,197
621,645
181
Q4 11
1,725,702
677,068
254
rata-rata
691,265
1,012359
75,4
Sumber : Pojok Bursa FE Universitas Siliwangi (data diolah kembali)
Perkembangan risiko sistematis saham PT. Holcim Indonesia, Tbk periode 2007-2011 Dalam menentukan risiko sistematis saham PT. Holcim Indonesia, Tbk, dengan menggunakan model indeks tunggal, maka perlu dicari return saham PT. Holcim Indonesia, Tbk dan return pasar yang diproxy dengan IHSG periode 2007-2011. Data return saham PT. Holcim Indonesia, Tbk dan return pasar periode 2007-2011 (Lampiran 1). Risiko sistematis atau beta saham PT. Holcim Indonesia, Tbk periode 2007-2011 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Data perkembangan beta saham PT. Holcim Indonesia, Tbk periode 2007-2011 (lampiran 2). Perkembangan risiko sistematis pada PT. Holcim Indonesia, Tbk selama periode pangamatan mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat, kemudian menurun kembali. Risiko sistematis atau beta terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar -0,324 artinya, risiko saham PT. Holcim Indonesia, Tbk tidak sama dengan risiko yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Namun, titik tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,281. Jika fluktuasi return-return sekuritas mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka beta dari sekuritas dikatakan bernilai 1 atau mendekati angka 1, ini menunjukkan bahwa risiko sistematik suatu sekuritas sama dengan risiko pasar. Pengaruh Financial Leverage dan Operating Leverage terhadap Risiko Sistematis Saham pada PT. Holcim Indonesia, Tbk Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham pada PT. Holcim Indonesia, Tbk dilakukan analisis persamaan regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi uji F dan uji t. Persamaan Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham. Seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Hasil analisis persamaan regresi berganda dengan bantuan SPSS. 20 (Lampiran 3). Dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = -25,393 + 0,056 X1 – 0,053 X2 + e Keterangan: Y = risiko sistematis saham X1 = Financial Leverage X2 = Operating Leverage
e = Standar Error Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa konstanta 25,393 menyatakan bahwa jika financial leverage dan operating leverage sama dengan 0, maka risiko sistematis sebesar 25,393. Koefisien financial leverage memiliki nilai 0,056 menunjukkan bahwa kenaikan financial leverage sebesar 1 (
) akan menaikkan risiko sistematis sebesar 0,056.
Koefisien operating leverage memiliki nilai -0,053 menunjukkan bahwa kenaikan operating leverage sebesar 1 (
) akan menurunkan risiko sistematis sebesar 0,053.
Pengujian Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi (Ghozali: 2007). Hasil uji multikolinieritas dengan bantuan SPSS 20 (Lampiran 3).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF), VIF>10, berarti terdapat multikolinieritas (Ghozali: 2007). Nilai VIF dari tiap variabel independen kurang dari 10, financial leverage (1,487) dan operating
leverage
(1,487).
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat
multikolinieritas pada variabel-variabel independen yang diteliti. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yangterjadi homokedatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghoz li: 2007). Hasil uji heterokedastisitas dengan bantuan SPSS 20.0 (Lampiran 3). Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas (Ghozali: 2007). Penyebaran titik-titik tidak membentuk pola apapun yang teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa pada data yang digunakan tidak terjadi heterokedastisitas. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi baik variabel independen maupun variabel dependen memiliki distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. (Ghozali: 2007). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov test. Hasil dari Kolmogorov-smirnov test dengan bantuan software SPSS 20.0 (Lampiran 4). Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika Asymp. Sig lebih dari 0,05 (Ghozali: 2007). Nilai Asymp. Sig dari semua variabel penelitian lebih dari 0,05. Financial leverage (0,937), operating leverage (0,462), dan risiko sistematis saham (0,725). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dadta financial leverage, operating leverage, dan risiko sistematis saham yang digunakan dalam penelitian ini semuanya berdistribusi normal. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada model periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi (Ghozali: 2007). Hasil uji autokorelasi dengan bantuan SPSS 20.0 (Lampiran 4). Jika 1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada autokorelasi (Sulaiman: 2007). Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah 1,678. Dikarenakan 1,65 < 1,678 < 2,35 maka dapat disimpulkan bahwa pada data yang digunakan tidak ada autokorelasi. Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah bebas uji multikolinieritas, heterkodeastisitas, normalitas, dan autokorelasi sehingga model regresi yang didapatkan dapat digunakan untuk memprediksi risiko sistematis saham. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas (Ghozali: 2007). Hasil analisis koefisien determinasi dengan bantuan SPSS 20.0 (Lampiran 5). Dapat dilihat bahwa nilai R2 adalah 0,454. Hal ini berarti bahwa pengaruh financial leverage, operating leverage terhadap risiko sistematis saham adalah 45,4%. Sisanya sebesar 54,6% merupakan pengaruh variabel lain yang tidak teliti. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F).
Pengujian terhadap koefisien regersi secara simultan dilakukan dengan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel independen. Hasil uji F dengan bantuan SPSS 20.0 (Lampiran 5). Dengan tingkat signifikansi sebesar 95%. Jika Frasio > Ftabel atau Sig. < 0,05 berarti bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Nilai Sig. kurang dari 0,05 yaitu 0,006 sehingga dapat disimpulkan bahwa financial leverage dan operating leverage berpengaruh signifikan secara simultan terhadap risiko sistematis saham. Pengaruh financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham pada PT. Holcim Indonesia, Tbk secara parsial. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh financial leverage dan operating leverage secara parsial dilakukan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap varaibel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Hasil uji t dengan bantuan SPSS 20.0 (Lampiran 5). Dengan tingkat signifikansi sebesar 95%, jika t-hitung > t-tabel atau Sig. < 0,05 berarti bahwa masing-masing varaibel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai Sig. financial leverage adalah 0,003 dan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh financial leverage secara parsial terhadap risiko sistematis saham signifikan. Namun operating leverage nilai Sig. adalah sebesar 0,449 dan lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan pengaruh operating leverage secara parsial terhadap risiko sistematis saham tidak signifikan. Pengaruh financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis
saham Financial leverage, operating leverage, dan risiko sistematis saham bergerak secara bersamaan walaupun dengan memiliki kecenderungan arah pergerakan yang berbeda. Financial leverage dan operating leverage cenderung menurun sedangkan risiko sistematis saham cenderung meningkat. Pada data kuartal I year on year terlihat pergerakan secara bersamaan. Financial leverage turun tajam pada tahun 2007 kemudian naik tajam pada tahun 2011. Begitu pula dengan operating leverage turun tajam pada tahun 2007 kemudian naik tajam pada tahun 2011. Hal ini memicu risiko sistematis saham naik tajam pada tahun 2008 dan langsung turun pada tahun 2009. Hasil pengujian signifikansi secara simultan menunjukkan bahwa financial leverage dan operating leverage berpengaruh secara bersama-sama terhadap risiko sistematis saham. Artinya, perubahan pada financial leverage dan operating leverage secara bersama-sama maka akan menyebabkan perubahan pada risiko sistematis saham. Pengaruh financial leverage terhadap risiko sistematis saham PT. Holcim Indonesia, Tbk. Pergerakan financial leverage dan risiko sistematis saham menunjukkan pergerakan yang tidak konsisten, terkadang perubahan financial leverage diikuti oleh perubahan risiko sistematis saham namun kadang tidak. Hal ini terlihat pada data kuartal I year on year. Financial leverage turun pada tahun 2007 kemudian langsung naik pada tahun 2011. Hal ini memicu risiko sistematis saham naik tajam pada tahun 2008 dan turun pada tahun 2009. Hasil pengujian signifikansi secara parsial menunjukkan bahwa pengaruh financial leverage terhadap risiko sistematis signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada financial leverage dapat menyebabkan perubahan pada risiko sistematis saham. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Mandleker dan Rhee (1984) menjelaskan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan terhadap beta saham pada 255 perusahaan publik sektor manufaktur tahun 1957-1976 selaras juga dengan Sembel dan
Permadi (2005) menjelaskan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap beta saham pada 25 emiten yang aktif diperdagangkan di BEJ selama tahun 2000 – 2002. Pengaruh operating leverage terhadap risiko sistematis saham PT. Holcim Indonesia, Tbk Pergerakan operating leverage dan risiko sistematis saham menunjukkan pergerakan yang tidak konsisten, terkadang perubahan operating leverage diikuti oleh perubahan risiko sistematis saham namun kadang tidak. Hal ini terlihat pada data kuartal I year on year. operating leverage turun pada tahun 2007 kemudian langsung naik pada tahun 2011. Hal ini memicu risiko sistematis saham naik tajam pada tahun 2008 dan turun pada tahun 2009. Hasil pengujian signifikansi secara parsial menunjukkan bahwa pengaruh operating leverage terhadap risiko sistematis tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada operating leverage dapat menyebabkan perubahan pada risiko sistematis saham. Namun, hal tersebut tidak mutlak, ada saatnya perubahan pada operating leverage tidak diikuti/direspon dengan perubahan risiko sistematis saham. Artinya, perubahan yang terjadi pada operating leverage belum tentu diikuti oleh perubahan pada risiko sistematis saham. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Mandleker dan Rhee (1984) menjelaskan bahwa operating leverage berpengaruh signifikan terhadap beta saham pada 255 perusahaan publik sektor manufaktur tahun 1957-1976 selaras juga dengan Sembel dan Permadi (2005) menjelaskan operating leverage berpengaruh signifikan terhadap beta saham pada 25 emiten yang aktif diperdagangkan di BEJ selama tahun 2000 – 2002. Perbedaan ini diperkirakan disebabkan oleh perbedaan objek penelitian. PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan
financial leverage cukup berfluktuasi, cenderung menurun pada
periode kuartal I-IV 2007 dan cenderung meningkat kuartal I-IV 2011. 2. Perkembangan operating leverage cukup berfluktuasi, cenderung menurun pada periode kuartal I-IV 2007 dan cenderung meningkat kuartal I-IV 2011. 3. Perkembangan risiko sistematis saham berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2007 risiko sistematis saham PT. Holcim Indonesia, Tbk cenderung rendah, namun naik tajam pada tahun 2008. Kemudian diikuti oleh penurunan dan kenaikan pada tahun 2009-2011. 4. Financial leverage dan operating leverage berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham secara simultan. Operating leverage berpengaruh tidak signifikan terhadap risiko sistematis saham secara parsial dan Financial leverage berpengaruh signifikan terhadap risiko sisitematis saham. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dibuat, penulis memberikan saran sebagai berikut:. 1. PT. Holcim Indonesia, Tbk, disarankan agar memperhatikan perubahan financial leverage yang bersamaan dengan perubahan operating leverage karena secara bersama-sama, kedua variabdalael tersebut dapat mempengaruhi risiko sistematis saham. PT. Holcim Indonesia, Tbk sebaiknya mengurangi biaya tetap operasi dalam operating leveragenya. Penambahan biaya tetap operasi diperbolehkan hanya apabila penambahan tersebut menghasilkan EBIT yang lebih tinggi sehingga beban yang ditimbulkan tidak menjadi risiko bagi PT. Holcim Indonesia, Tbk.
2. Investor, disarankan agar dalam memproyeksikan risiko sistematis saham PT. Holcim Indonesia, Tbk, memperhitungkan perubahan financial leverage ketika terjadi perubahan penjualan dalam operating leveragenya PT. Holcim Indonesia, Tbk, karena kedua variabel tersebut berpengaruh signifikan secara simultan (terjadi perubahan secara bersamaan). Investor harus memperhatikan pula perubahan financial leverage yang diikuti oleh perubahan risiko sistematis saham PT. Holcim Indonesia, Tbk, karena variabel financial leverage berpengaruh signifikan secara parsial. 3. Peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengganti objek penelitian dan menambah periode penelitian sehingga dapat diketahui pengaruh financial leverage dan operating leverage terhadap risiko sistematis saham pada perusahaan lain.
DAFTAR PUSTAKA 1. Agnes Sawir. 2005. Analisis Kerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2. Ahmad Rodoni dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra 3. Wacana Media. 4. Eduardus Tendelilin. 2010. Manajemen Investasi dan Portofolio Teori dan Aplikasi, Edisi pertama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 5. Ghozali, I. (2007), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 6. Hadianto, Bram. 2009. “Pengaruh Leverage Operasi, Leverage Keuangan, dan 7. Karakteristik Perusahaan terhadap Risiko Sistematis Saham”. Jurnal 8. Akuntansi. Vol.1, No.1, Bandung: Univ. Kristen Maranatha. 9. Hartono, J. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. 10. Yogyakarta: BPFE-UGM. 11. Horne dan Wachowicz. 2007. Fundamentals of Financial Management. 12. Jakarta: Salemba Empat. 13. Kasmir. 2008. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Pertama: Jakarta : PT. 14. Rajagrafindo Persada. 15. Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Yogyakarta: 16. Ekonista. 17. Nachrowi, N.D., dan H. Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis 18. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Jakarta: Rajagrafindo Persada 19. Suad Husnan dan Enny Pujiastuti. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. 20. Yogyakarta: Media Presindo. 21. Sugiyarso. 2006. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Media Presindo. 22. Sugiyono. 26, oktober 2012. Bisnis Properti Semakin Maju. 23. www.kabarbisnis.com 24. Susan Irawaty. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Penerbit Pustaka. 25. Nachrowi, N.D., dan H. Usman, (2006), Pendekatan Populer dan Praktis 26. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 27. 28 Oktober 2012.www.holcim.co.id 28. 28 Oktober 2012.www.idx.co.id