PENGARUH FAKTOR - FAKTOR FUNDAMENTAL SAHAM PT. UNILEVER INDONESIA, TBK TAHUN 2008 - 2013
Nama
: Faishal Febrian
NPM
: 23214823
Jurusan
: Akuntansi
Pembimbing : Dini Tri Wardani, SE., MMSI
LATAR BELAKANG Naik turunya harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan, faktor eksternal sebagian
disebabkan oleh sentimen investor sedangkan faktor internal disebabkan kondisi fundamental perusahaan (Harjito, 2009). Besarnya permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan yang berhubungan
dengan kebijakan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja perusahaan yang telah dicapai. Faktor internal juga berkaitan dengan hal - hal yang seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen misalnya pendapatan per lembar saham, besaran deviden yang dibagi, kinerja manajemen perusahaan, dan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a) Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap saham PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013 ? b) Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013 ? c) Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap saham PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013 ? d) Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap saham PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013 ?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013. b) Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013. c) Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013. d) Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 - 2013.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heteroskedastisitas. A.
Hasil Uji Normalitas Untuk menguji apakah dalam model regresi, baik variabel dependen
maupun variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebagai berikut :
Tabel Hasil Uji Normalitas One - Sample Kolmogorov - Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov - Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
6 0E-7 882.73939619 .186 .186 -.184 .456 .986
Berdasarkan uji normalitas dengan Kolmogorov - Smirnov Test diperoleh nilai Kolmogorov - Smirnov Z (KSZ) sebesar 0,456 dan Asymp.Sig. sebesar 0,986
lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. B. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan dapat dilihat melalui kolom Collinearity Statistics pada tabel Coefficients. Jika nilai VIF ada di sekitar angka 1 dan nilai tolerance mendekati angka 1, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Multikolinearitas terjadi jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) melebihi 10. Hasil pengujian terlihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel Hasil Uji Multikolinearitas CoefficietsÂȘ
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-46589.067
7705.132
NPM
1737.096
581.564
ROA
152.922
ROE EPS
Standardized
Collinearity
Coefficients
Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-6.046
.104
.226
2.987
.206
.308
3.243
109.530
.179
1.396
.396
.107
9.314
-83.293
29.213
-.457
-2.851
.215
.068
14.637
73.050
10.177
1.403
7.178
.088
.046
21.729
a. Dependent Variable : Harga Saham
Pada tabel menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,10. Kondisi tersebut berarti bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Nilai VIF X1 adalah 3,243 dan VIF X2 adalah 9,314 mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,10 sedangkan VIF X3 adalah 14,637 dan VIF X4 adalah 21,729 mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen pada penelitian ini tidak terdapat adanya indikasi gejala multikolinearitas.
C. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu (error term) pada periode sebelumnya yang biasanya terjadi karena menggunakan data time series. Hasil pengujian terlihat pada tabel sebagai berikut :
Pada tabel dapat diketahui bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Durbin - Watson sebesar 2,460. Dengan nilai Durbin - Watson
pada model penelitian berada pada nilai antara du < DW < 4 - du yaitu nilai Durbin - Watson lebih besar dari batas atas (du) dengan nilai du sebesar 1,674 dan kurang dari 4 - 1,674. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif dan negatif pada penelitian ini. D. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi dapat dilihat pada grafik Scatterplot. Jika titik - titik dalam grafik menyebar tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas terlihat pada gambar sebagai berikut :
Berdasarkan gambar grafik hasil uji heteroskedastisitas adanya pola gambar tertentu dalam grafik Scatterplot, kondisi tersebut dapat dilihat dari penyebaran data (titik) yang terjadi secara acak, baik di bawah maupun di atas nol pada sumbu Y, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi dinyatakan baik dan layak untuk digunakan, karena tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kesimpulan yang didapat dari analisis data tersebut adalah tidak terdapat adanya gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini.
Uji Determinasi Tabel Hasil Analisis Determinasi Model Summaryb
Model
R
1
.999a
R Square .998
Adjusted R Square .991
Std. Error of the Estimate 626.64620
a. Predictors : (Constant), EPS, NPM, ROA, ROE
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,998. Hal ini berarti bahwa 100% variabel dependen yaitu harga saham dapat dijelaskan oleh empat variabel independen yaitu NPM, ROA, ROE, dan EPS.
Persamaan regresi : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar -46589,067 menyatakan bahwa jika variabel bebas NPM, ROA, ROE, dan EPS nilainya 0, maka harga saham adalah -46589,067. 2. Net Profit Margin (NPM) mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 1737,096. Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, maka setiap kenaikan Net Profit Margin (NPM) 1% pada harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 1737,096%.
3. Return On Asset (ROA) mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 152,922.
Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan sebesar 1% pada variabel Return On Asset (ROA) maka harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 152,922%.
4. Return On Equity (ROE) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -83,293. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan sebesar 1% pada variabel Return On Equity (ROE) maka harga saham akan mengalami
penurunan sebesar 83,293%. 5. Earning Per Share (EPS) mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 73,050. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan sebesar 1% pada
variabel Earning Per Share (EPS) maka harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 73,050%.
Pengujian Parsial (Uji t) Uji t hitung dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial (individu) memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak dengan variabel dependen. Berikut ini hasil analisis uji t hitung yang menggunakan pengujian Statistic SPSS 20 (Statistical Product and Service Solutions) dengan hasil uji t tabel (umum) : 1. Net Profit Margin (NPM) mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan hasil analisis regresi Net Profit Margin (NPM) yang diperoleh nilai t hitung sebesar 2,987 > t tabel 1,943 dan nilai signifikansi (Sig.) 0,206 > 0,05 menunjukkan bahwa variabel Net Profit Margin (NPM) tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
2. Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan hasil analisis regresi Return On Asset (ROA) yang diperoleh nilai
t hitung sebesar 1,396 < t tabel 1,943 dan nilai signifikansi (Sig.) 0,360 > 0,05 menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
3. Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham. Berdasarkan hasil analisis regresi Return On Equity (ROE) yang diperoleh nilai t hitung sebesar 2,851 > t tabel 1,943 dan nilai signifikansi
(Sig.) 0,215 > 0,05 menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE) tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
4. Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan hasil analisis regresi Earning Per Share (EPS) yang diperoleh
nilai t hitung sebesar 7,178 > t tabel 1,943 dan nilai signifikansi
(Sig.)
0,088 > 0,05 menunjukkan bahwa variabel Earning Per Share (EPS) tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
KESIMPULAN 1. Hasil dari analisis penelitian variabel Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap harga saham PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 2013. Meskipun rata - rata NPM tiap tahunnya naik turun tetapi harga saham terus mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari rata - rata NPM yang tiap tahunnya meningkat diimbangi dengan kenaikan harga saham. Karena NPM memiliki pengaruh yang paling tinggi terhadap harga saham sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapat laba juga tinggi. Semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin produktif perusahaan tersebut. 2. Hasil dari analisis penelitian variabel Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 2013.
Meskipun rata - rata ROA tiap tahunnya naik turun tetapi harga saham terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan untuk mengendalikan seluruh biaya biaya operasional maupun non operasional sangat tinggi. Karena perusahaan lebih banyak mempunyai total aktiva dibandingkan dengan laba bersih, kemungkinan banyak aktiva yang menganggur akibatnya hanya sebagian investor yang melirik dari segi profit asset. 3. Hasil dari analisis penelitian variabel Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 2013. Meskipun rata - rata ROE tiap tahunnya naik turun tetapi harga saham terus mengalami peningkatan.
Karena jika tingkat keuntungan modal sendiri yang digunakan dalam operasi perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan
dalam
menghasilkan laba bersih juga semakin kecil. Yang berarti dari total modal yang ada pada manajemen tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri.
4. Hasil dari analisis penelitian variabel Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh terhadap harga saham PT Unilever Indonesia Tbk tahun 2008 2013. Meskipun rata - rata EPS tiap tahunnya naik turun tetapi harga saham
terus mengalami peningkatan. Faktor yang mempengaruhi EPS adalah penggunaan hutang.
Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham perusahaannya.
TERIMA KASIH