PENGARUH EVA, RASIO PROFITABILITAS DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010
Niekie Arwiyati Shidiq Drs. H. M. Kholiq Mahfud, MSi
ABSTRACT The objective of the study is to examine the effect of EVA, profitability ratio (ROE, ROA, ROS) and Earning per Share (EPS) on Stock Prices. This study was taken because there are still differences between the research study with each other.
This
research was conducted using secondary data. Population in this research was insurance company obtained from share which was listed and “go public” in Indonesian Stock Exchage period 2006-2010. Sampling technique used was purposive sampling. There is 11 companies that can be analysed. This study is analyzed by using multiple regression. The multiple regression shows that EVA and EPS have significant positive effect on stock prices, while Return on Equity (ROE) and Return on Sales (ROS) haven’t significant negative effect on stock price and Return on Asset (ROA) haven’t significant positive effect on stock price. Adjusted R Square value of 0,838 can illustrate that the dependent variable is explained by the independent variable variabelitas for 83,8%, while 16,2% are influenced by the other variables.
Keywords: Stock Price, Earning per Share, EVA, Return on Equity, Return on Sales, Return on Asset.
1
PENDAHULUAN Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelin, 2001: 3). investor membutuhkan berbagai jenis informasi sehingga investor dapat menilai kinerja perusahaan yang diperlukan untuk pengembalian keputusan investasi. Secara garis besar informasi yang diperlukan investor terdiri dari informasi fundamental dan teknikal. Analisis fundamental mendasarkan pola perilaku harga saham ditentukan oleh perubahan-perubahan variasi perilaku variabel-variabel dasar kinerja perusahaan. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan saham, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi di masa lalu. Asumsi dasar dari analisis teknikal adalah bahwa jual beli saham merupakan kegiatan berspekulasi. Analisis rasio merupakan alat yang digunakan untuk membantu menganalisis laporan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Analisis rasio juga menyediakan indikator yang dapat mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan asset dan kewajiban perusahaan. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Return on Asset (ROA). Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, penggunaan ukuran kinerja keuangan yang mendasar pada analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional, seperti rasio profitabilitas memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu pendekatan baru dalam menilai kinerja suatu perusahan, yaitu Economic Value Added (EVA).
2
Penggunaan EVA mendorong manajer berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memiliki investasi yang memaksimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modal. EVA secara eksplisit memperhitungkan besarnya tingkat biaya modal atas ekuitas Penelitian tentang hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap harga saham telah banyak dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh A. Sakir (2009), Ucok Saut Timbul dan Widyo Nugroho (2009), Wahyu Handoko (2008), Raja Limbas (2005), Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006), dan Hermina Sihasale (2001). Pada umunya mereka menemukan hasil temuan yang berbeda. Berdasarkan penelitian A.Sakir (2009), Ucok Saut Timbul dan Widyo Nugroho (2009), Raja Lambas (2005) menemukan bahwa EVA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hermina Sihasale (2001), Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006) menunnjukkan hasil yang berbeda, dalam penelitiannya menemukan bahwa EVA tidak berpengaruh signifikan tergahadap harga saham. Penelitian mengenai rasio keuangan ROE juga telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dina Lestari P (2009), Hermina Sihasale (2001) hasil penelitiannya menyebutkan bahwa rasio ROE berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hasil berbeda dalam penelitian Noer Sasongko (2006), Raja Lambas (2005) menyebutkan bahwa variabel ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko (2006), Heri Rahmantono (2008) hasilnya menunjukkan bahwa variabel ROS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Raharjo (2005) menyebutkan bahwa variabel ROS berpangaruh signifikan terhadap harga saham. Rosyadi (2002) meneliti keterkaitan rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan yang go public di bursa efek Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel EPS (Earning Per Share) dan ROA (Return on Assets) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Jacintha (2009) menemukan bahwa ROA 3
berpengaruh positif dan signifikan terghadap harga saham. Noer Sasongko (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa variabel EPS berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dina Lestari (2009) menemukan hal yang berbeda dalam penelitiannya, yaitu bahwa rasio EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut dengan mengajukan judul penelitian “PENGARUH EVA, RASIO PROFITABILITAS
DAN
EPS
TERHADAP
HARGA
SAHAM
PADA
PERUSAHAAN ASURANSI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010”
TELAAH TEORI Pengertian Saham Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004) saham atau sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. b. Harga Perdana Harga ini merupakan harga saat saham itu dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten.
4
c. Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Analisis Fundamental Model ini dikenal sebagai share price forecasting model. Analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari lima rasio diantaranya yaitu, rasio likuiditas, rasio rentabilitas (profitabilitas), rasio solvabilitas, rasio pasar dan rasio aktivitas. Ada dua pendekatan fundamental yang digunakan yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu pendekatan laba (Price earning ratio) dan pendekatan nilai sekarang (Present Value Approuch) dalam Sunariyah (2004): 1. Penilaian saham dengan pendekatan laba (Price Earning Ratio) Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba perlembar saham dimasa yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali. Hasil yang diharapkan dapat ditulis dengan formula berikut:
Keterangan: DIV1
= Deviden yang diharapkan perlembar saham
P1
= Harga yang diharapkan pada akhir tahun
P0
= Harga saham sekarang
Metode kapitalisasi pendapatan menyatakan bahwa nilai kekayaan didasarkan pada harapan investor berupa return saham yang diharapkan. 2. Pendekatan nilai sekarang (Present value) Dalam pendekatan ini nilai suatu saham diestimasikan dengan cara merekapitulasi pendapatan, sehingga pendekatan ini disebut juga capitalization income method. Secara sistematis, formula untuk nilai intrinsik adalah sebagai berikut: 5
Dimana:
K
= Tingkat return yang diharapkan (risk free rate of return + risk premium)
Asumsinya adalah bahwa hanya deviden dapat diterima secara langsung dari perusahaan sehingga deviden merupakan arus kas yang diharapkan dapat diterima setiap tahun pada masa yang akan datang. Economic Value Added (EVA) EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. a. Manfaat EVA EVA sangat bermanfaat bagi penilaian kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. b. Keunggulan dan Kelemahan EVA EVA memiliki keunggulan antara lain, EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi, EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau perusahaan lain sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisa rasio. Dalam prakteknya data pembanding ini, sering kali tidak tersedia. c. Tolok ukur EVA Menurut Stern Steward and Co (Novita, 2003) Penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut:
Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. 6
Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah.
Profitabilitas a. Return on Assets (ROA) Return on Assets atau disebut juga rentabilitas ekonomi ialah laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase (Riyanto, 2001:36). Rasio ini mengukur tingkat
pengembalian
investasi
yang
telah
dilakukan
perusahaan
dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliknya. b. Return on Equity (ROE) Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Bambang Riyanto, 2001: 44). Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax. c. Return on Sales (ROS) Return on Sales atau disebut juga Net Profit Margin (Menurut Bastian dan Suharjo dalam Ina Rinati, 2006) adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Angka ROS dapat dikatakan baik apabila >5%. d. Earning Per Share (EPS) EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lembar saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2008). Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah deviden yang diterima pemegang saham. 7
METODE PENELITIAN Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen. Indikator-indikator variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain: a. EVA (Economic Value Added), yaitu: EVA merupakan indikator tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi. Langkah menghitung EVA (Economic Value Added) Langkah-langkah untuk menghitung EVA (Rokhayati dalam Rahman Hakim, 2006): Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax) Rumus: NOPAT = Laba (rugi) Usaha – Pajak Definisi: Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak yang digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut. Menghitung Invested Capital Rumus: Invested Capital = Total Hutang dan Equitas – pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital) 8
Rumus: WACC = [(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)] Notasi:
Menghitung Capital Charges Rumus: Capitas Charges = WACC x Invested Capital Menghitung Economic Value Added (EVA) Rumus: EVA = NOPAT – Capital Charges Atau EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
9
b. ROA (Return on Asset) Return on Assets atau disebut juga rentabilitas ekonomi ialah laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Return on Assets dirumuskan sebagai berikut (Suad Husnan, 2004: 72):
c. ROE (Return on Equity) Return on Equity merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Untuk menghitung ROE digunakan rumus:
d. ROS (Return on Sales) Return on Sales adalah rasio kemampuan perusahaan dalam mencapai suatu laba (profit) dari kegiatan penjualan yang dilakukan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
e. EPS (Earning Per Share) EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lembar saham. EPS dihitung dengan rumus sebagai berikut:
10
2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Asuransi No
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
ABDA
PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk
2
ASBI
PT Asuransi Bintang Tbk
3
ASDM
PT Asuransi Dayin Mitra Tbk
4
AHAP
PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
5
ASJT
PT Asuransi Jasa Tania (Persero) Tbk.
6
AMAG
PT Asuransi multi Arta Guna Tbk.
7
ASRM
PT Asuransi Ramayana Tbk.
8
LPGI
PT Lippo Grneral Insurance Tbk.
9
MREI
PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.
10
PNIN
PT Panin Insurance Tbk.
11
PNLF
PT Panin Life Tbk.
Metode Analisis Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah teknik regresi berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh EVA, ROA, ROE, ROS dan EPS terhadap variabel dependen yaitu harga saham. Dalam penggunaan persamaan regresi terdapat beberapa asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah: uji normalitas, uji multikolenearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
11
Uji Asumsi Klasik Model regresi yang diperoleh dari metode OLS merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator / BLUE) (Imam Ghozali, 2009). Kondisi akan terjadi apabila memenuhi beberapa asumsi klasik seperti normalitas, tidak ada multikolonearitas yang sempurna antar variabel bebas, tidak ada autokorelasi dan heterokedastisitas. 1.
Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah sebaran data yang ada
terdistribusi secara normal/tidak. pengujian ini diakukan dengan menggunakan analisis grafik histogram dan normal plot. Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikasi untuk variabel yang dianalisis memiliki nilai signifikansi (P-Value) lebih besar dari 0,05 (5%). Analisis Statistik, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui KolmogorovSmirnov test (K-S). uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho
=
Data residual terdistribusi normal
Ha
=
Data residual tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut: a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal. b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal. 2.
Uji Multikolonearitas Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal 12
adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Imam Ghozali, 2009) Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolonearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel bebas, tingkat signifikasi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar, dan probabilitas akan menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar (Imam Ghozali, 2009) Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolonearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut: 1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. 2. Menganalisis matrik korelasi antar variabel bebas. jika ada korelasi yang cukup tinggi, maka di dalam model regresi tersebut terdapat multikolinearitas. 3. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Infkation Factor). Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, maka menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai Cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakan dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengematan ke pengamatan lain. Heteroskedastiditas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians yang sama untuk semua observasi. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada 13
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang digunakan untuk mendiagnosis adanya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Imam Ghozali, 2009) adalah: a. Bila DW terletak antara batas atas (Upper bound/du) dan 4-du, maka tidak ada autokorelasi. b. Bila DW lebih rendah dari batas bawah (Lower bound/dl) maka ada autokorelasi positif. c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl), maka ada autokorelasi negatif. d. Bila nilai DW terletak antara (4-du) dan antara (dl-du) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Tabel Autokorelasi Jenis Autokorelasi
Tingkat Autokorelasi
Autokorelasi negative
(4-DW.L) < DW <4
Tidak ada kesimpulan
(4-DW.U) < DW < (4DW.L)
Tidak ada Autokorelasi
-2 < DW < 2
Tidak ada kesimpulan
DW.L < DW < DW.U
Autokorelasi positif
0 < DW < DW.L
14
Pengujian Hipotesis Analisis Regresi Alat analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh dari gabungan variabel-variabel Economic Value Added, Return on Equity Ratio, Return on Asset Ratio, Return on Sales Ratio, dan Earning per Share. Persamaan regresi berganda tersebut dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1EVA+ b2ROA + b3 ROE + b4 ROS + b5EPS + e Dimana: Y
= Harga saham perusahaan
EVA = EVA perusahaan ROA = ROA perusahaan ROE
= ROE perusahaan
ROS
= ROS perusahaan
EPS
= EPS perusahaan
a
= Koefisien konstanta
b 1,2,3,4,5 = Koefisien regresi e
= Variabel gangguan/error
Menguji Goodness of Fit Model Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dengan goodness of fitnya. Secara statistik, dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya. 1. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien 15
determinasi adalah antara nol sampai satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Perhitungan koefisien determinasi adalah sebagai berikut: R2=reg sum of squeres/total sum of sequere. Dari rumusan diatas akan diketahui seberapa besar variasi variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya (1-R2) variasi variabel dependennya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. 2.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistic F) Pengujian secara simultan uji F (pengujian signifikansi secara simultan).
Langkah langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali, 2009): Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) Ho
: ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Ha
: ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Menetapkan kriteria pengujian sebagai berikut: Tolak Ho jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5% Terima Ho jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5% 3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesis: H0 : β1<0 atau β1>0 artinya ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menghitung nilai thitung digunakan rumus: 16
Dimana:
β1
= Koefisien korelasi
Se(β1) = Standar error keofisien regresi Kriteria pengujian: 1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila thitung < ttabel, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. H0 ditolak dan Ha diterima apabila thitung > ttabel, artinya variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Alternatif lain untuk melihat pengaruh secara parsial adalah melihat nilai signifikansinya, apabila nilai signifikansi yang terbentuk dibawah 5% maka terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Sebaliknya bila signifikansi yang terbentuk diatas 5% maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Perusahaan asuransi adalah perusahaan jasa yang bersedia mengambil alih risiko kerugian finansial dari pihak lain, baik secara perorangan maupun kelompok dalam masyarakat. Dari seluruh emiten yang terdaftar di BEI tidak semua dijadikan sampel penelitian, karena dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam kelompok Asuransi di BEI dalam periode pengamatan 2006-2010 berjumlah 11 perusahaan. 17
Harga saham perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sangat beragam. Rata-rata harga saham perusahan asuransi adalah Rp. 349.346,00. Terdapat 7 perusahaan yang memiliki harga saham di atas Rp. 349.346,00 di akhir tahun 2010 yaitu, PT Asuransi Bina Dana Arta, PT Asuransi Dayin Mitra, PT Asuransi Jasa Tania, PT Asuransi Ramayana, PT Maskapai Reasuransi Indonesia, PT Panin Insurance, dan PT Lippo General Insurance. Perusahaan yang memiliki harga saham dibawah Rp. 349.346,00 ada 4 perusahaan yaitu, PT Asuransi Bintang , PT Asuransi Harta Aman Pratama, PT Asuransi Multi Arta Guna, dan PT Panin Live. Rata-rata total asset yang dimiliki oleh perusahaan asuransi yang terdaftar di bursa efek Indonesia selama lima tahun adalah Rp. 1.532.942,56 (juta). Terdapat dua perusahaan yang memiliki Asset lebih dari Rp. 1.532.942,56 (juta) pada akhir tahun 2010 yaitu PT Panin Insurance Rp. 9.358.982 (juta) dan PT Panin Life Rp.8.144.066 (juta). Sedangkan sembilan perusahaan memiliki total asset dibawah Rp. 1.532.942,56 (juta). Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Uji statistik deskriptif dilakukan terhadap EVA, ROA, ROE, ROS, EPS dan Harga Saham. Hasi uji statistik deskriptif disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini. TABEL 4.1 HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
EVA
55
-647923.9005
142097.2804
-45380.286975
105622.6127558
ROE
55
-.1672
.2524
.098918
.0737483
ROA
55
-.0677
.1034
.045809
.0310979
ROS
55
-.1097
.3007
.103896
.0810513
HargaSaham
55
50.00
1160.00
349.4364
270.62142
EPS
55
-71
360
67.31
84.908
Valid N (listwise)
55
Sumber: data sekunder, diolah 2012
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.1, maka dapat dilihat bahwa nilai EVA terendah yaitu –Rp.647.923,90 (juta) dan nilai EVA tertinggi yaitu Rp.142.097,28 (juta), rata-rata yang dihasilkan EVA adalah – Rp. 45.380,29 (juta) dan deviasi standarnya adalah Rp.105.622,61(juta). Adapun EVA negatif disebabkan 18
karena biaya yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan modal yang terukur oleh Capital Charge lebih besar dibandingkan dengan NOPAT yang diperoleh perusahaan. Penyebab lain yaitu karena perusahaan pada tahun tersebut tidak mampu menghasilkan laba atau mengalami kerugian, sehingga nilai NOPAT menjadi negatif. Nilai rata-rata EVA adalah – Rp. 45.380,29 (juta) lebih kecil dari standar deviasinya yaitu Rp.105.622,61(juta), hal ini menunjukkan bahwa data mempunyai simpangan yang besar. Nilai rata-rata untuk variabel EPS dalah Rp.67.310,00 dengan standar deviasi sebesar Rp.84.908,00 dan rata-rata dari masing-masing variabel ROE, ROA, dan ROS sebesar 9,89%, 4,58% dan 10,39%. Sedangkan data harga saham menunjukkan ratarata sebesar Rp.349.436,40 dengan standar deviasi sebesar Rp.270.621,42. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua
cara mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas Histogram
Dependent Variable: HargaSaham 12
Frequency
10
8
6
4
2
0 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
19
3
Mean =-1.11E-16 Std. Dev. =0.953 N =55
Dari grafik histogram uji normalitas 4.1 tampak bahwa residual terdistribusi normal dan berbentuk simetris tidak melenceng ke kiri atau ke kanan. Gambar 4.2 Grafik Normal Probility Plots Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: HargaSaham 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Pada grafik normal probility plots 4.2 titik-titik menyebar berhimpitan di sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal. 2. Uji Multikolonearitas Pengujian multikolonearitas bertujuan untuk menguji model regresi yang dipakai dalam penelitian ini apakah terdapat korelasi antar variabel independen. Hasil uji multikoloniearitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: TABEL 4.2 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model B 1
(Constant) EVA
Std. Error
282.950
27.069
.000
.000
T
Sig.
Beta
Tolerance
.122
20
Collinearity Statistics
10.453
.000
2.175
.035
.956
VIF
1.046
ROE
-933.543
519.455
-.254
-1.797
.078
.149
6.692
ROA
479.685
1483.723
ROS
-609.371
309.061
.055
.323
.748
.103
9.708
-.183
-1.972
.054
.349
2.861
EPS
3.184
.203
.999
15.721
.000
.741
1.349
a Dependent Variable: HargaSaham
Dari hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai VIF EVA, ROE, ROA, ROS dan EPS sebesar 1,046, 6,692, 9,708, 2,861 dan 1,349 lebih kecil dari 10, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolonieritas. 3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada data yang menyimpang terlalu jauh. Ada tidaknya heterokedastisitas dilihat dari nilai signifikansi untuk masing-masing variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik (lebih kecil dari α = 5%) terhadap nilai residual yang diperlukan sebagai variabel dependen,
maka variabel independen tersebut
menunjukkan adanya heterokedastisitas, dan demikian pula sebaliknya. Pengujian heterokedastisitas dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut ini: TABEL 4.3 PENGUJIAN HETEROKEDASTISITAS Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model B 1
(Constant)
Std. Error
282.950
t
Sig.
Beta
27.069
10.453
.000
EVA
.000
.000
.122
2.175
.035
ROE
-933.543
519.455
-.254
-1.797
.078
ROA
479.685
1483.723
.055
.323
.748
ROS
-609.371
309.061
-.183
-1.972
.054
EPS
3.184
.203
.999
15.721
.000
a Dependent Variable: HargaSaham
Hasil tampilan output SPSS tabel 4,3 memberikan koefisien parameter beta variabel independen tidak ada yang signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas.
21
4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Hasil pengujian atas asumsi autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.4. TABEL 4.4 HASIL UJI AUTOKORELASI
Model
R
1
.924(a)
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.853
.838
Durbin-Watson
108.81887
2.124
a Predictors: (Constant), EPS, EVA, ROS, ROE, ROA b Dependent Variable: HargaSaham
Dari tabel 4.4 nilai DW sebesar 2,124, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 55 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k = 5), maka akan didapatkan nilai sebagai berikut: TABEL 4.5 Durbin Watson Test Bound K=5 n
Dl
Du
50
1.335
1.771
.
.
55
1.374
1.768
Karena nilai DW 2,124 lebih besar dari batas atas (dU) 1,768 dan kurang dari 5-1,768 (5-du ), maka dapat di simpulkan bahwa data tidak bias menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau tidak terdapat autokorelasi.
22
Uji Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Hasil uji koefisien determinasi tampak pada tabel 4.6 di bawah ini. TABEL 4.6 UJI KOEFISIEN DETERMINASI Model 1
R
R Square
.924(a)
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.853
.838
Durbin-Watson
108.81887
2.124
a Predictors: (Constant), EPS, EVA, ROS, ROE, ROA b Dependent Variable: HargaSaham
Dari tabel 4.6 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh semua variabel independen adalah 83,8% dan sisanya 16,2% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Uji pengaruh Simultan (F test) Untuk menganalis besarnya pengaruh variabel independen (EVA, ROE,ROA, ROS, EPS) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Harga Saham) digunakan uji F. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil dari uji ini dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut: TABEL 4.7 HASIL UJI F Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Df
Mean Square
3374505.800
5
674901.160
580235.728
49
11841.545
3954741.527
54
a Predictors: (Constant), EPS, EVA, ROS, ROE, ROA b Dependent Variable: HargaSaham
23
F
Sig.
56.994
.000(a)
Hasil uji F tabel 4.7 menunjukkan angka signifikan 0.00 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas yang terdiri dari EVA, ROA, ROE, ROS, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham. 3. Uji Parsial (t test) Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengaruh masing-masing variabel dapat dilihat dalam tabel 4.8 berikut: TABEL 4.8 HASIL UJI PARSIAL Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model B 1
(Constant)
Std. Error
282.950
t
Sig.
Beta
27.069
10.453
.000
EVA
.000
.000
.122
2.175
.035
ROE
-933.543
519.455
-.254
-1.797
.078
ROA
479.685
1483.723
.055
.323
.748
ROS
-609.371
309.061
-.183
-1.972
.054
EPS
3.184
.203
.999
15.721
.000
a Dependent Variable: HargaSaham
Dari tabel 4.8 ke lima variabel independen yang dimasukkan, variabel EVA dan EPS signifikan pada 0.05. Sedangkan variabel independen lainnya, ROE, ROA, ROS tidak signifikan pada 0.05, dari sini dapat disimpulkan bahwa Harga Saham dipengaruhi oleh EVA dan EPS dengan persamaan sistematis sebagai berikut: Harga Saham = 282,950 + 0,00 EVA + 479,685 ROA + 3,184 EPS – 93,3543 ROE– 609,371 ROS
24
Pembahasan Pengaruh EVA Terhadap Harga Saham Hipotesis pertama mengenai variabel EVA diketahui dalam tabel 4.2 bahwa variabel EVA memiliki t hitung sebesar 2,175, koefisien regresi 0,000, nilai ini menunjukkan bahwa EVA berpengaruh positif terhadap harga saham. Dengan nilai signifikansi variabel EVA adalah 0,035 dimana nilai ini < 0,05. Hal ini berarti menunjukkan secara individu terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel EVA terhadap harga saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis regresi EVA berhubungan positif signifikan terhadap harga saham sehingga hipotesis pertama (H1) diterima. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Economic Value Added (EVA) akan memberikan konstribusi positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Kenaikan atau penurunan EVA akan berdampak pada kenaikan atau penurunan return saham yang pada gilirannya akan berpengaruh pula pada kenaikan atau penurunan harga saham,
namun
demikian
dengan
nilai
koefisien
regresi
sebesar
0,000
mengindikasikan bahwa pengaruh EVA sangat lemah. Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham Hipotesis kedua mengenai variabel ROA diketahui dalam tabel 4.2 bahwa variabel ROA memiliki t hitung sebesar 0,323, koefisien regresi 479,685, nilai ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. Dengan nilai signifikansi variabel ROA adalah 0,748 dimana nilai ini > 0,05. Hal ini berarti menunjukkan secara individu tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel ROA terhadap harga saham. Dari hasil analisis regresi ROA berhubungan positif tidak signifikan terhadap harga saham sehingga hipotesis kedua (H2) diterima. Pengaruh ROE Terhadap Harga Saham Hipotesis ketiga mengenai variabel ROE diketahui dalam tabel 4.2 bahwa nilai t hitung variabel ROE sebesar - 1,797 , koefisien regresi – 93,3543, nilai ini menunjukkan bahwa ROE berpengaruh negatif terhadap harga saham. Dengan nilai 25
signifikansi variabel ROE adalah 0,078 dimana nilai ini > 0,05. Hal ini berarti menunjukkan secara individu tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel ROE terhadap harga saham. Dengan demikian, ROE berhubungan negatif tidak signifikan terhadap harga saham sehingga, hipotesis ketiga (H3) ditolak. Pengaruh ROS Terhadap Harga Saham Hipotesis keempat mengenai variabel ROS diketahui dalam tabel 4.2 bahwa nilai t hitung variabel ROS adalah – 1,972, koefisien regresi– 609,371, nilai ini menunjukkan bahwa ROS berpengaruh negatif terhadap harga saham. Dengan nilai signifikansi variabel ROS adalah 0,054 dimana nilai ini > 0,05. Hal ini berarti menunjukkan secara individu tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel ROS terhadap harga saham. Dengan demikian, ROS berhubungan negatif tidak signifikan terhadap harga saham sehingga hipotesis keempat (H4) ditolak. Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham Hipotesis kelima mengenai variabel EPS diketahui dalam tabel 4.2 bahwa nilai t hitung variabel EPS sebesar 15,721 koefisien regresi 3,184, nilai ini menunjukkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap harga saham. Dengan nilai signifikansi variabel EPS adalah 0,000 dimana nilai ini < 0,05. Hal ini berarti menunjukkan secara individu terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel EPS terhadap harga saham. Dengan demikian
EPS berhubungan positif signifikan
terhadap harga saham sehingga hipotesis kelima (H5) diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Earning per Share (EPS) akan memberikan konstribusi terhadap perubahan harga saham perusahaan asuransi. EPS yang semakin besar akan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak semakin meningkat. Dengan meningkatnya laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan, maka return yang akan diterima oleh para pemegang saham akan semakin meningkat. Dengan meningkat atau menurunnya return saham yang diterima oleh pemegang saham akan meningkatkan atau menurunkan permintaan dan penawaran harga saham di bursa saham. 26
Simpulan, Keterbatasan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil pengujian penelitian dan koefisien regresi untuk setiap variabel independen terhadap variabel dependen maka diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: 1. Dari hasil pengujian statistik yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua (EVA, ROA, ROE, ROS, EPS) variabel independen adalah 83,8% dan sisanya 16,2% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil regresi menunjukkan angka signifikan 0.00 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas yang terdiri dari EVA, ROA, ROE, ROS, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham. 2. Dari ke lima variabel independen yang dimasukkan, variabel EVA dan EPS signifikan pada 0.05. Sedangkan variabel independen lainnya, ROE, ROA, ROS tidak signifikan pada 0.05, dari sini dapat disimpulkan bahwa Harga Saham dipengaruhi oleh EVA dan EPS dengan persamaan sistematis sebagai berikut: Harga Saham = 282,950 + 3,184 EPS + 0,00 EVA + 479,685 ROA – 93,3543 ROE– 609,371 ROS Keterbatasan Hasil penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain, Masih terdapat banyak kekurangan dalam mendukung teori ataupun justifikasi hipotesis yang diajukan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan periode pengamatan yang relative pendek, yaitu tahun 2006 sampai dengan 2010 sehingga jumlah sampel yang digunakan terbatas. yaitu kelompok saham asuransi di bursa efek Indonesia yang jumlahnya relative sedikit (11 perusahaan). Dalam penelitian ini tidak bisa diketahui semua faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan asuransi yang terdaftar di
27
bursa efek Indonesia, karena hanya meneliti 5 variabel yang merupakan bagian dari analisis fundamental pendekatan laba (Price earning ratio). Saran Saran untuk penelitian selanjutkan bagi para akademis yang tertarik mengenai masalah pengaruh EVA (Economic Value Added), Profitabilitas dan EPS terhadap Harga Saham, penelitian yang lebih panjang dan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih valid.
28
DAFTAR PUSTAKA Darmadji, Tjiptono & Hendy M. Fakhruddin. 2008. Pasar Modal Indonesia. Salemba Empat: Jakarta. Ghozali, imam, 2009. Aplikasi, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan penerbitan Universitas Diponegoro: Semarang. Horne, James C. Van & John M. Machowicz. Jr. 2005. Fundamentals of Financial
Managemen
(Prinsip-prinsip
Manajemen
Keuangan).
Salemba Empat: Jakarta. Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. UPP AMP YKPN: Yogjakarta. Panggabean, Raja Lambas J. 2005. “ Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE terhadap Harga Saham LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 3, No. 5, Juni 2005. Patriawan, Dwiatma. 2001. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham. Skripsi sarjana S1, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang. Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercantum Dalam Indeks LQ45. Skripsi, sarjana S1 Fakultas Ekonomi Gunadarma: Jakarta. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE: Yogjakarta Sakir, A. 2009. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2, Agustus 2009.
29
Sasongko, Noer & Nila Wulandari. 2006. “ Pengaruh EVA Dan Rasio-rasio Profilabilitas Terhadap Harga Saham.” Empirika, Vol. 19, No. 1, Juni 2006. Sihasale, Hermina. 2001. Analisis Pengaruh konerja keuangan Terhadap Harga Saham Perushaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro: Semarang. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta: Bandung Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dann Manajemen Portofolio. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta. Weston, J. Fred & Thomas E. Copeland. 1996. Manajemen Keuangan. Erlangga: Jakarta. Wibowo, Lucky Bani. 2005. Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham . Skripsi Sarjana
S1,
Fakultas
Ekonomi
Yogyakarta.
30
Universitas
Islam
Indonesia: