Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
PENGARUH EKSTRAK ETANOL RAMBUT JAGUNG (Zea Mays L.) TERHADAP KADAR ASAM URATDARAH MENCIT PUTIH JANTAN HIPERURISEMIA Lovira Hamzah1, Helmi Arifin1, Asram Ahmad1 1
Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manis Padang ABSTRACT
Corn silk is one of the herbs that have been used in gout. In previous research has shown that the ethanol extract of corn silk contains flavonoids can inhibit xanthin oxidase enzyme. The study was conducted to determine the effect of ethanol extract of corn silk on blood uric acid levels decline in male white mice hyprurisemic. Mice were divided into six groups, namely the negative control group, positive control group, the group dose 125 mg kg BW, the dose group of 250 mg/ kgBW, the dose group of 500 mg/kg BW and a comparison group was allopurinol 10 mg/kg BW. Inducing performed using fresh chicken liver homogenates 125 mg/20 g BW. Measurement of uric acid levels is done using digital tools Nesco® Multicheck. The data obtained were analyzed with analysis of test variants (ANOVA) followed by a twoway test of Duncan. The results showed that the ethanol extract of corn silk (Zea Mays L.) with dose of 125 mg/kg BW, 250 mg/kg BW and 500 mg/kg BW can lower blood uric acid levels in male white mice were significantly (P<0.05). Optimal effect is shown by a dose of 125 mg/kgBW with a percentage decrease of 69.78 % ± 0.30 %. Kata kunci: Corn Silk, Hyperurisemia, Uric Acid PENDAHULUAN Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh. Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekskresikan asam urat (Johnstone A, 2005). Hiperurisemia dapat terjadi akibat meningkatnya produksi atau menurunnya pembuangan asam urat, atau kombinasi keduanya. Kondisi menetapnya hiperurisemia menjadi faktor pendukung seseorang mengalami radang sendi akibat asam urat, batu ginjal akibat asam urat ataupun gangguan ginjal (Pittman dan Bross, 1999). Penyakit asam urat dikenal sebagai “raja penyakit” dan “penyakit raja” karena berkaitan dengan gaya hidup berlebihan dan tidak terkontrol. Penyebaran penyakit gout (asam urat) tidak hanya berkembang di negara-negara industri maju seperti negara-
negara barat yang mempunyai standar kehidupan yang tinggi, namun juga negaranegara berkembang seperti negara-negara timur (Dipiro et al., 2008). Dalam sebuah riset epidemiologi yang dilakukan selama sepuluh tahun disimpulkan terjadi peningkatan prevalensi penyakit gout dan hiperusemia. Meskipun prevalensi gout meningkat pada kedua jenis kelamin, lakilaki memiliki tingkat kejadian lebih tinggi dari pada wanita. Pada kelompok usia <65 tahun, laki-laki memiliki prevalensi empat kali lebih tinggi dari wanita, dan pada kelompok usia > 65 tahun laki-laki memiliki prevalensi tiga kali lebih tinggi dari wanita (Wallace KL, 2004). Pada keadaan hiperurisemia, plasma darah tidak mampu menampung lagi garam urat sehingga terjadi pengendapan pada berbagai organ seperti sendi dan ginjal. Penderita penyakit gout seringkali menggunakan allopurinol sebagai obat penurun kadar asam urat dengan mekanisme
282
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
kerja sebagai inhibitor xantin oksidase karena memiliki struktur mirip xantin yang merupakan substrat xantin oksidase. Allopurinol memiliki efek samping seperti mual, diare, hingga kulit kemerahan disertai gatal sehingga perlu dicari senyawa bioaktif tanaman sebagai inhibitor alami xantin oksidase untuk dijadikan alternatif pengobatan yang aman untuk dikonsumsi (Wulandari S; Subandi dan Munthalib 2011). Indonesia adalah rumah bagi 30.000 dari 40.000 tanaman herbal obat di dunia. Bukan suatu kebetulan bahwa Indonesia telah mengembangkan salah satu perpustakaan paling luas pada keindahan alam di dunia. Indonesia sebagai negara yang terletak di kepulauan terbesar di dunia menawarkan salah satu keanekaragaman ekologi dunia. Keanekaragaman hayati di Indonesia berada di peringkat ke-3 setelah Brasil dan Zaire (Departemen Perdagangan RI, 2012). Perkembangan obat tradisional di Indonesia sudah lama dikenal di masyarakat. Selain itu, penggunaan obat tradisonal juga telah di gunakan oleh berbagai negara berkembang. Obat tradisional memiliki beberapa kelebihan antara lain, efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Katno, et al. 2002). Menurut ahli tanaman obat Dr.Setiawan Dalimartha sebagian besar masyrakat Indonesia sudah memanfaatkan air rebusan rambut jagung sebagai obat tradisional penurun kadar asam urat darah. Penggunaan rambut jagung di Indonesia juga bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit seperti hipertensi, batu ginjal, radang ginjal, diabetes mellitus, hepatitis, infeksi saluran kemih, dan batu kandung
empedu (Nursewian, 2012). Selain rambut jagung, tanaman lain yang digunakan sebagai mengatasi asam urat secara tradisional adalah mahkota dewa, seledri, salam, sidaguri, dan lain-lain (Wijayakusuma H, 2006). Ekstak etanol rambut jagung terbukti positif mengandung flavonoid, alkaloid, fenol, steroid, glikosida, karbohidrat dan tannin yang secara tradisional juga digunakan sebagai terapi diuretik, pengobatan sistitis, urikosurik , gout, batu ginjal , nefritis dan prostat (Bhaigyabati et al., 2011). Herbal rambut jagung pada gout berkhasiat sebagai antiradang, menghilangkan nyeri, meningkatkan kinerja ginjal dalam pembuangan asam urat, peluruh kemih, dan mencegah terjadinya komplikasi pada ginjal dan organ tubuh lainnya (Wijayakusuma H, 2011). Menurut Coss et al. (1998) beberapa senyawa flavonoid dan alkaloid dapat menghambat kerja xantin oksidase sehingga dapat menghambat pembentukan asam urat dalam tubuh. Salah satu uji invitro penghambatan enzim xantin oksidase pada ekstrak air rambut jagung menunjukkan aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase pada dosis 10 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml (Roohbakhsh A, 2009). Pada penelitian di China dilaporkan bahwa bahan aktif rambut jagung dapat menghambat aktivitas xantin oksidase. Aktivitas penghambatan tertinggi terdapat pada komponen aktif rambut jagung yang dimurnikan dengan etanol 50% dengan aktivitas penghambatan sebesar 60,90% ± 1,27% (Tong-Wei et al., 2011). Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rambut jagung terhadap kadar asam urat mencit putih jantan hiperurisemia untuk mengetahui penurunannya dibandingkan dengan obat penurun kadar asam urat allopurinol
283
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan adalah beaker glass, gelas ukur, lumpang dan stamfer, sudip, corong pisah, timbangan analitik, oven, timbangan hewan, kandang mencit, pipet tetes, jarum oral, spatel, tabung reaksi, rak tabung reaksi, kaca arloji, sonde, gunting bedah, pinset, pipet tetes, tissu, tabung reaksi, label, alat digital dan strip asam urat Nessco® Multicheck. Bahan Bahan yang digunakan adalah rambut jagung kering, etanol 70%, mencit putih jantan sebanyak 30 ekor dengan berat badan 20-30 gram, hati ayam segar,aquadest, makanan standar mencit. CARA KERJA A. Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan berupa rambut jagung varietas lokal yang didapat di daerah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. B. Pembuatan Ekstrak Rambut Jagung Ekstraksi sampel dilakukan dengan metoda maserasi (perendaman). Rambut jagung kering yang telah dirajang, ditimbang sebanyak 650 kg. Kemudian masukkan kedalam botol berwarna gelap, direndam dengan etanol 70% selama 5 hari dan disimpan ditempat gelap sambil sesekali diaduk. Maserat diaduk setiap hari dan dilakukan penyaringan. Setelah 5 hari perendaman, disaring dan ampasnya direndam kembali. Penyaringan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Filtrat etanol yang didapat dari hasil ketiga perendaman di atas didestilasi vakum untuk menguapkan pelarut kemudian dipekatkan menggunakan rotari evaporator sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian ditimbang (Departemen Kesehatan RI, 2000). C. Karakterisasi Sampel Pemeriksaan organoleptis Pemerikasaan organoleptis meliputi: bentuk, warna, bau, dan rasa.
Penentuan rendemen Penentuan rendemen dihitung dengan rumus : Rendeman = B/A x 100% Keterangan: A = berat sampel (gram) B = berat ekstrak yang diperoleh (gram) Penentuan susut pengeringan Pengeirngan krus porselen dengan oven dengan suhu 1050C selama 30 menit, pendinginan krus dilakukan dalam desikator dan berat awal ditimbang (A). Penimbangan zat sebanyak 2 gram (B). Zat di dimasukkan kedalam krus dan dilakukan pemanasan selama 1 jam pada suhu 105 0C. Pendingan dilakukan dalam desikator, setelah pengovenan dilakukan penimbangan kembali, ulangi perlakuan hingga bobot tetap (Departemen Kesehatan RI, 2008) Susut Pengeringan Penentuan kadar abu Sebanyak 2 gram zat, dimasukkan ke dalam krus yang telah dipijarkan. Pemijaran dilakukan hingga arang habis, pendinginan dilakukan dalam desikator. Jika arang tidak dapat hilang, dilakukan penambahan air panas, saring dengan kertas saring pada krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Departemen kesehatan RI, 2008). Uji Flavonoid Ekstrak ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium. Bila terjadi perubahan warna merah, orange atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavonoid. Uji Alkaloid Sampel ditambah dengan 2-3 tetes pereaksi Dragendorf, bila bereaksi positif akan menghasilkan endapan jingga, bila
284
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
dtambah dengan pereaksi meyer akan menghasilkan endapan putih atau keruh. D. Penyiapan Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih (Mus musculus) jantan yang berumur 2-3 bulan sebanyak 30 ekor dengan berat badan 20 – 30 gram. Sebelum digunakan hewan diaklimatisasi selama 10 hari dengan diberi makan dan minum yang cukup. Hewan dinyatakan sehat jika tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10 % dan secara visual menunjukan perilaku normal. Untuk mendapatkan hewan hiperurisemia mencit diberi homogenat hati ayam segar 1,25g /20 g BB setiap hari selama tujuh hari. Hewan uji dikatakan hiperurisemia jika kadar asam urat darahnya 1,7-3,0 mg/dL (Erawan K,2011). E. Perencanaan Dosis - Dosis ekstrak etanol rambut jagung yang digunakan adalah 125 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB (Velazquezd et al., 2005) - Dosis allopurinol yang digunakan untuk pebanding adalah 10 mg/kgBB atau 0,2 mg/20 g BB (Hayani dan Widyaningsih, 2011). F. Pembuatan Sediaan Makanan Diet Purin Tinggi (MDPT) Hati ayam segar 100 mg dicuci, dipotong kecil-kecil kemudian diblender dengan penambahan air suling 25 ml, diblender hingga halus, kemudian saring homogenat dan dimasukkan dalam wadah (Murny, 2011). Volume homogenat hati yang diberikan ke mencit adalah 0,5 ml/20 g BB (Maulida dan Wahyu 2011). Allopurinol Sediaan pembanding Allopurinol dibuat dengan 1 mg allopurinol disuspensikan menggunakan polisorbat 80; 2% dan cukupkan volume dengan air suling sampai volume 10 ml, sehingga diperoleh konsentrasi allopurinol 1 mg/ml.
G. Tahap-Tahap Pengujian. Uji yang dilakukan terhadap ekstrak etanol rambut jagung yang memiliki aktivitas paling tinggi dalam menurunkan kadar asam urat darah antara lain: 1. Kelompok I sebagai kontrol negatif dimana mencit diberikan makanan standar. 2. Kelompok II sebagai kontrol positif dimana mencit diberi makanan standar dan makanan diet purin tinggi (MDPT). 3. Kelompok III mencit diberi makanan standar, MDPT, dan ekstrak etanol dosis 125 mg/kg BB (1 kali sehari). 4. Kelompok IV mencit diberi makanan standar, MDPT, dan ekstrak etanol dosis 250 mg/kg BB (1 kali sehari). 5. Kelompok V mencit diberi makanan standar, MDPT, dan ekstrak etanol dosis 500 mg/kg BB (1 kali sehari). 6. Kelompok VI mencit diberi makanan standar, MDPT, dan Allopurinol 0,2 mg/20 g BB (1 kali sehari). Kelompok VI digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok sampel uji (kelompok III, IV, dan V). Dilakukan penginduksian dengan pemberian homogenat hati ayam segar selama 7 hari. Kemudian diberi ekstrak selama 21 hari diiringi dengan pemeberian MDPT selama uji. Pengukuran kadar asam urat darah dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21. Penentuan kadar asam urat darah Pengukuran dilakukan dengan alat digital Nesco®MultiCheck.. Alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan nomor kode yang disesuaikan dengan tes strip yang akan digunakan. Tes strip diselipkan pada tempat khusus pada alat tersebut, kemudian pada layar aka muncul gambar “tetesan darah” yang menandakan alat siap digunakan.
285
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Setelah ekor mencit didisinfektan dengan etanol 70% ujung ekor digunting, tetesan darah pertama dibuang, tetesan berikutnya diserapkan pada test strip sampai terdengar bunyi, setelah itu pendarahan pada ekor mencit dihentikan. Dalam waktu 6 detik pada layar akan tertera kadar asam urat dalam mg/dl. Uji dilakukan pada setiap mencit pada semua kelompok.
Data dari hasil penelitian ini dianalisa secara statistik dengan ANOVA dua arah. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan’s multiple range test) dan kebermaknaan diambil pada tingkat kepercayaan 95%.
HASIL DAN DISKUSI Penelitian ini menggunakan sampel rambut jagung yang telah dikeringkan (Gambar 1). Sampel kering digunakan agar sampel mudah dibersihkan dari pengotor juga mudah disimpan kembali. Selanjutnya sampel kering dimaserasi menggunakan alkohol. Maserasi dipilih karena dapat digunakan untuk ekstraksi
sampel dalam jumlah banyak, tidak memerlukan perlakuan khusus, pengerjaannya mudah, sederhana dan tidak memerlukan pemanasan sehingga baik untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang tidak tahan terhadap pemanasan (Djamal, 1988).
Selanjutnya sampel dimaserasi menggunakan etanol. Etanol digunakan karena etanol adalah pelarut universal yang dapat melarutkan hampir semua senyawa baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar. Selain itu, etanol dapat menjaga stabilitas zat dengan cara menghambat kerja enzim dan bersifat antiseptik sehingga dapat menghambat pertumbuhan kapang dan jamur. Pelarut etanol yang digunakan adalah etanol 70% karena sampel yang digunakan adalah sampel kering. Adanya kandungan air dari etanol 70% mampu melisis sel sampel sehingga penetrasi pelarut ke dalam sel sampel lebih mudah dan tersari lebih baik,
selain itu juga aman bagi peneliti. Sampel rambut jagung yang dimaserasi sebanyak 650 gram. Perendaman sampel dilakukan selama 5 hari sambil sesekali di aduk dan dilakukan tiga kali pengulangan. Hal ini bertujuan untuk menarik senyawa-senyawa aktif berkhasiat yang terkandung di dalam sampel. Dilakukan penguapan pelarut secara in vacuo pada maserat yang didapatkan. Penguapan dilakukan dalam keadaan vakum agar tekanan uap pelarut menjadi lebih rendah dan pelarut dapat menguap pada titik didih yang lebih rendah dari titik didih normalnya, sehingga kerusakan senyawa yang terkandung di dalam sampel dapat
286
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
diminimalkan. Selanjutnya ekstrak dipekatan dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air yang masih tersisa sehingga
didapatkan ekstrak kental dengan berat konstan, Ekstrak kental yang diperoleh adalah sebanyak 53,3 gram (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh Dosis dan Lama Pemberian Ekstrak Etanol Rambut Jagung terhadap Kadar Asam urat Rata-Rata Mencit Putih Jantan Hiperusemia Kelompok
Rata-rata Kadar Asam urat darah (mg/dL) pada hari ke ± SD
Rata-rata
0
7
14
21
Kontro negatif
1,76 ± 0,45
1,74 ± 0,60
1,80 ±0,56
1,66 ± 0,38
1,74 ± 0,05
Kontrol Positif
3,02 ± 0,37
3,30 ± 0,60
3,44 ± 0,85
3,52± 0,73
3,21 ± 0,22
Dosis I
2,78 ± 0,53
2,36 ± 0,46
1,98 ± 0,61
1,84 ± 0,55
2,24± 0,52
Dosis II
2,68±0,64
2,60 ± 0,41
2,80 ± 0,61
2,00 ± 0,21
2,52 ± 0,31
Dosis III
2,58 ± 0,14
2,60 ± 0,30
2,56 ± 1,43
2,40 ± 0,23
2,53 ± 0,31
pembanding
2,52 ± 0,55
2,26 ± 0,52
1,84 ± 0,59
1,80 ± 0,54
2,10 ± 0,59
Rata-rata
2,55 ± 0,56
2,47 ± 0,65
2,40 ± 0,84
2,20 ± 0,77
2,41 ± 0,72
Setelah didapatkan ekstrak kental selanjutnya dilakukan karakterisasi terhadap ekstrak etanol rambut jagung yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk melihat mutu dari ekstrak yang didapat. Dari penentuan organoleptik, didapatkan ekstrak dengan bentuk cairan kental, bau khas, rasa pahit dan berwarna coklat. Penentuan organoleptik ini termasuk salah satu parameter spesifik yang ditentukan dengan panca indera dan bertujuan untuk pengenalan awal secara sederhana dan subjektif.
Hasil rendemen, pemeriksaan susut pengeringan dan kadar abu berturut-turut sebesar 8,2%; 21,58% dan 1,82%. Hasil uji fitokimia menunjukkan adanya senyawa flavonoid dan alkaloid. Rendemen menunjukkan persentase kadar ekstrak yang diperoleh dari sampel kering yang digunakan untuk pembuatan ekstrak. Besar kecilnya nilai rendemen menunjukkan efektivitas proses ekstraksi. Pemeriksaan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batasan maksimal besarnya senyawa yang
287
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
hilang pada proses pengeringan (Departemen Kesehatan RI, 2000). Sedangkan penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Kadar abu yang baik pada literatur ekstrak etanol rambut jagung tidak lebih dari 5% (Kementrian RI, 2010). Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan. Hal ini didasarkan pada kemiripan fisiologi dengan manusia, harga yang murah, dan mudah ditangani. Jenis kelamin jantan dipilih ditujukan untuk mencapai keseragaman kondisi penelitian dan dianalogkan pada kondisi hiperurisemia pada manusia dimana lebih banyak ditemui pada pria dibandingkan wanita (Price, 1994). Kondisi hormonal pada mencit jantan lebih stabil dibandingkan dengan mencit betina karena mencit betina akan mengalami perubahan hormonal seperti pada masa siklus ectrus. Selain itu tingkat stress pada mencit betina lebih tinggi dibandingkan dengan mencit jantan. Sebelum dilakukan perlakuan, mencit diaklimatisasi selama 10 hari untuk membiasakannya pada kondisi lingkungan percobaan dan menentukan kelayakan
mencit yang digunakan. Mencit yang akan digunakan adalah mencit yang tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10% selama aklimatisasi (Depkes RI, 2000). Penginduksian mencit dilakukan dengan pemberian makanan diet purin tinggi (MDPT) yaitu homogenat hati ayam segar sebanyak 0.5 mL/20 g BB setiap hari. Hati hati ayam mempunyai kandungan purin nomor 2 setelah otak, setiap 100 gram hati ayam mengandung 150-1000 mg purin. Cara mendapatkanya mudah, harganya murah dan tidak toksik seperti halnya potassium oxonat yang bersifat oksidator kuat, karsinogenik dan mutagenik. Di dalam tubuh, seluruh basa purin baik yang berasal dari tubuh sendiri (sintesa asam nukleat) ataupun yang berasal dari makanan akan dikatabolisme menjadi asam urat yang merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Basa purin di dalam tubuh yaitu adenin dan guanin masingmasing akan diubah menjadi hipoxantin dan xantin. Selanjutnya dengan bantuan enzim xantin oksidase, hipoxantin dan xantin akan diubah menjadi asam urat. Pada kebanyakan mamalia reaksi ini berlanjut dengan pengubahan asam urat menjadi allantoin dengan bantuan enzim urikase.
Tabel 4. Data Perbandingan Persentase Perubahan Kadar Asam Urat Darah Mencit Putih Jantan Hiperurisemia Terhadap Kontrol Positif Pada Hari ke- 7, 14, dan 21
Pengukuran kadar asam urat mencit putih jantan dilakukan dengan menggunakan alat digital Nesco®MultiCheck. Metode tes
strip ini memiliki beberapa kelebihan yaitu caranya sederhana, memerlukan sedikit darah, dan waktu pemeriksaan lebih cepat
288
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
yaitu 6 detik. Selain metoda tes strip metoda lain yang dapat digunakan adalah metode enzimatik spektrofotometer UV-vis. Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada asam urat, sehingga menghasilkan hasil yang relatif lebih tepat. Pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-vis lebih tepat dan akurat, namun menggunakan spektrofotometer UV-vis membutuhkan darah mencit yang banyak dan waktu pengukuran yang lama, sehingga membutuhkan hewan percobaan yang banyak dan memerlukan waktu yang lama dalam penelitian. Selain itu Kadar normal asam urat darah mencit yaitu 0,5-1,4 mg/dL sedang mencit dikatakan hiperurisemia jika kadar asam urat darahnya 1,7-3,0 mg/dL (Erawan K, 2011). Penelitian ini menggunakan allopurinol dosis 10 mg/kgBB sebagai pembanding. Allopurinol bekerja dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Allopurinol merupakan obat efektif bagi penderita hiperurisemia (Wibowo S, 2011). Apabila dilihat dari mekanismenya allopurinol termasuk inhibitor reversibel kompetitif. Suatu inhibitor kompetitif memiliki struktur mirip dengan substrat. Hal ini menyebabkan adanya kompetisi antara substrat dengan inhibitor dalam mengikat sisi aktif enzim. Oleh karena itu, penggunaan allopurinol pada penelitian adalah sebagai pembanding terhadap ekstrak etanol, memiliki efek sebanding atau tidak dengan allopurinol untuk menurunkan kadar asam urat darah. Pada penelitian ini mencit diinduksi dengan homogenat hati ayam segar terlebih dahulu selama tujuh hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian induksi dan ekstrak selama 21 hari. Pengukuran kadar asam urat darah pada masing-masing kelompok dilakukan pada hari ke- 0 dan hari ke- 7, ke-14 dan 21. Kadar asam urat diukur dengan menggunakan alat digital Nessco®Multicheck dengan menggunakan tes strip asam urat. Dosis yang digunakan pada penelitian ini yaitu dosis 125 mg/kgBB, dosis 250 mg/kgBB dan dosis 500 mg/kgBB.
Pemilihan dosis dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya tentang aktivitas rambut jagung terhadap efek lainnya. Dari data statistik dapat diketahui kadar asam urat kontrol positif kadar asam urat meningkat dengan bertambahnya waktu. Hal ini berarti induksi hati ayam pada mencit dapat meningkatkan kadar asam urat darah mencit putih jantan. Sedangkan pada kontrol negatif yang merupakan hewan normal yang tidak diinduksi, kadar asam uratnya stabil pada rentang kadar normal. Dari grafik dapat dilihat bahwa masing-masing dosis memiliki data yang sedikit bervariasi. Dari grafik pengaruh kadar asam urat terhadap waktu, dosis 125 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat mencit putih jantan hiperurisemia mendekati pembanding (Allopurinol), selanjutnya dosis 250 mg/kgBB juga dapat menurunkan kadar asam urat namun tidak sebaik dosis 125 mg/kg BB, begitu juga dengan dosis 500 mg/kgBB. Perbedaan yang timbul merupakan suatu kewajaran karena perbedaan kondisi fisiologis seperti berat badan, usia, enzim yang dimiliki dan proses metabolisme tubuh dari masing–masing hewan percobaan selama perlakuan yang akan mempengaruhi kadar asam urat yang diukur (Domer, 1971). Persentase penurunan antara dosis dan pembanding (Allopurinol) terhadap kontrol positif dapat dilihat pada tabel (Tabel 8). Persentase penurunan kadar asam urat pada allopurinol sebagai pembanding pada hari pengukuran ke-7,14 dan 21 berturutturut adalah 31,51%; 48,26%; 48,63%. Pada dosis terkecil yaitu 125 mg/kg BB efektivitas penurunannya berturut-turut adalah 28,48%; 42,44% dan 47,72%, selanjutnya dosis menengah yaitu dosis 250 mg/kgBB efektivitas penurunannya adalah 21,21%; 18,60% dan 43,18%. Sedangkan pada dosis tertinggi yaitu dosis 500 mg/kg BB persentase penurunannya 21,12%; 25,58% dan 42,63% . Dari grafik garis persentase perubahan kadar asam urat terhadap kontrol positif dapat dilihat bahwa persentase penurunan kadar asam urat darah terbesar dari ekstrak dan mendekati pembanding
289
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
(Allopurinol) terdapat pada dosis 125 mg/kg BB. Efek antihiperurisemia oleh ekstrak kemungkinan berkaitan dengan penghambatan xantin oksidase oleh kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid. Hal ini disebabkan oleh adanya dua cincin aromatik yang memiliki gugus hidroksil sebagai akseptor elektron xantin oksidase. Selain flavonoid senyawa alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai inhibitor xantin oksidase (Coss et al. 1998:71) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap hasil penelitian, dilakukan analisis statistik menggunakan anova dua arah. Dari analisis anova dua arah dantara kelompok dan dosis didapatkan hasil yang signifikan (P<0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh antara faktor perbedaan dosis tiap kelompok memberi perbedaan yang bermakna. Sedangkan analisis anova dua arah pada waktu (lama pemberian) memberikan hasil yang cenderung signifikan (P<0,1). Selanjutnya pada interaksi antara kelompok dosis dan waktu, hasil uji analisis anova dua arah tidak signifikan (P>0,05) Analisis dari anova dua arah dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Uji Duncan dilakukan terhadap faktor dosis dan waktu. Hasil uji Duncan terhadap faktor dosis menunjukkan bahwa penurunan kadar asam urat kelompok uji dosis 125 mg/kgBB sama dengan kelompok pembanding (Tabel 8). Sedangkan dosis 250 mgkgBB dan dosis 500 mg/kg BB meenunjukkan perbedaan dengan kelompok pembanding. Dari uji Duncan juga terlihat bahwa semakin tinggi dosis semakin tinggi kadar asam urat darah mencit, hal ini berarti
semakin besar dosis penurunan kadar asam urat oleh ekstrak semakin kecil. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan kimia bahan alam yang banyak terdapat pada ekstrak yang bersifat saling sinergis, aditif maupun antagonis terhadap penurunan kadar asam urat darah. Selain itu dapat juga disebabkan oleh jenuhnya enzim xantin oksidase akibat pemberian dosis yang terlalu besar sehingga menyebabkan pengurangan efek inhibisinya. Uji lanjut Duncan berdasarkan faktor lama pemberian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hari ke-7, 14, dan 21 (Tabel 9). Hal ini terlihat dari persamaan subset dan P>0,05. Ini artinya tidak terdapat perbedaan kadar asam urat pada hari ke7,14,dan 21, hal ini mungkin disebabkan karena jarak waktu terlalu pendek sehingga belum menunjukkan aktivitas yang berbeda. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak rambut jagung dapat memberikan pengaruh optimal terhadap kadar asam urat mencit putih jantan hiperurisemia terdapat pada dosis 125 mg/kgBB. Sesuai dengan uji invitro yang dilakukan oleh Tong-Wei et al. (2011) terhadap komponen aktif rambut jagung yang dimurnikan dengan etanol 50%, ekstrak etanol rambut jagung dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase dengan aktivitas penghambatan sebesar 60,90%±1,27%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penghambatan oleh dosis optimal yang dilakukan secara invivo pada penelitian ini yaitu pada dosis 125 mg/kg BB efek penurunan kadar asam uratnya adalah sebesar 69,78% ± 0,30%.
KESIMPULAN 1.
Pemberian ekstrak etanol rambut jagung dengan dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat pada keadaan hiperurisemia secara bermakna (P<0.05).
290
2. Efek penurunan kadar asam urat yang optimal ditunjukkan oleh ekstrak etanol rambut jagung dengan dosis 125 mg/kgBB dengan persentase penurunan kadar asam urat sebesar 69,78 0,30%.
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
DAFTAR PUSTAKA Bhaigyabati T, Kirithika T, Ramya J, Usha K. 2011. Phytochemical Constituents and Antioxidant Activity of Various Extracts of Corn Silk (Zea mays. L). RJPBCS (2)4: 0975-8585. Coss P, Ying L, Calomme MJP, Cimanga K, Van PB, Pieters L, Vlietinck AJ, Vanden BD. 1998. Structure-Activity Relationship and Classification of Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and Superoxide Scavengers. J.Nat.Prod. (61):71-76. Departemen Kesehatan RI. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Ed. 1. Jakarta: Dirjen POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Departemen Perdagangan RI. 2012. Indonesian Herbal The Traditional Therapy. Jakarta: Departemen Perdagangan RI. Dipiro JT, Wells BG, Schwinghammer TL, Hamilton CW. 2008. Pharmacotherapy Handbook Seven Edition. International Edition. McGraw-Hill Education: New York. Erawan, Krisna. 2011. Model Hewan Untuk Gout. Diakses 25 Februari 2013. http://krisnaerawan.files.wordpress.co m/2010/08/model-hewan.pdf. Ganong WF. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 17. diterjemahkan oleh M. Djauhari Widjajakusumah. EGC: Jakarta. Hasanudin K, Hashim P, Mustafa S. 2012. Corn Silk (Stigma Maydis) in Healthcare: A Phytochemical and
Pharmacological Review. J.molecules (17):9697-9715. Hayani M, Widyaningsih. 2011. Efek Ekstrak Etanol Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) Sebagai Penurun Kadar Asam Urat Serum Mencit Jantan Galur Swiss. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Johnstone A. 2005. Gout-The Deasease and Non Drug Treatment. Diterjemahkan oleh Dyana Lyrawati. UK: Hospital Pharmacist(12):391-394. Katno, Pramono S. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Kementrian Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Dirjen Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan: Jakarta. Lamb E, Newman JD, Price PC. 2006. Kidney Function Test’ in Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostic. eds. Burtis C, Ashwood RE and Bruns ED, edisi empat. Elseiver Saunders, p803-5. Mark DH. Hall W, Siegel LB. 1999. Gout and Hyperuricemia. Journal of American Academy of Family Physicians. Feb 5, 9(4):925-934. Mellado JV, Cruz J, Guzmán S, Casasola JV, Lino L. 2006. Severe tophaceous gout. Characterization of low socioeconomic level patients from México.R. BurgosVargas.Rheumatology Service. Clinical and Experimental Rheumatology: Hospital General de México, Facultad de Medicina, Universidad Nacional Autónoma de México (24): 233-238. Murny A. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Bungo Timah (Peperomia pellucida L. Kunth) Terhadap Kadar Asam Urat Serum Mencit Jantan yang Diinduksi Potassium Oksonat. Skripsi Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi: Universitas Andalas.
291
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Murray RK., Granner DK., Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Edisi XXV. Penerjemah Hartono Andry. EGC. Jakarta. Nursewian. 2012. Rambut Jagung Juga Ternyata Banyak Manfaatnya. Di akses 28 februari 2014. http://buletinkesehatan.com/rambutjagung-juga-ternyata-banyakmanfaatnya. Prasetya Y. 2009. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper Betle L) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kafeina. Skripsi Sarjana Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Price AS, Wilson LM. 2006. Patofisologi Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Purwono, Hartono R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya: Bogor. Roohbakhsh A, Shamsara J, Khayyat MH, Karimi G. 2009. Inhibition of Xanthine Oxidase by Some Iranian Plant Remedies Used for Gout. Pharmacologyonline (3): 1031-1036. Shamley D. 2005. Pathophysiology an Essential Text for the Allied Health Professions, Elsevier Limited, USA. Snook ME, Widstrom NW, Wiseman BR, Byrne PF, Harwood JS, Costello CE. 1995. New C-4_-hydroxy derivatives of maysin and 3-methoxymaysin isolation from corn silks (Zea mays). J. Agric. Food Chem. (43): 2740-2745. Subekti NA, Syafruddin, Efendi R, Sunarti S. 2011. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, pp.16-28. Tong-Wei J, Jian X, Xiao-Meng W, XueSong C, Zhi-Dong Q, Screening of active ingredient of Stigmata maydis inhibitor xanthine oxidase and its effect. Journal of Jilin University Medicine Edition 37(3) 433-436. Velazquezd DVO, Xavierb HS, Batistac JEM, de Castro-Chavesa C. 2005. Zea
mays L. extracts modify glomerular function and potassium urinary excretion in conscious rats. Phytomedicine (12):363–369. Velazquezd DVO, Xavierb HS, Batistac JEM, de Castro-Chavesa C. 2005. Zea mays L. extracts modify glomerular function and potassium urinary excretion in conscious rats. Phytomedicine (12):363–369. Voet D. & G. V. Judith. 1994. Biochemistry 2nd Ed. New York: John Wiley and Sons. Inc. Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. diterjemahkan oleh S. Noerono, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Wallace KL, Riedel AA, Joseph-Ridge N, Wortmann R. 2004. Increasing Prevalence of Gout and Hyperuricemia Over 10 Years Among Older Adults in a Managed Care Population. The Journal of Rheumatology. 31:8. Wibowo S. 2011. Asam Urat. Diakses tanggal 8 maret 2014. http://suryowibowo.blogspot.com/2006/06/asamurat_115088450115003296.html. Wijayakusuma, H, 2011. Makanan Sehat Untuk Asam Urat. Diakses tanggal 25 Februari 2013. www.itokindo.org. Wijayakusuma, H. 2006. Atasi Rematik Dan Asam Urat Ala Hembing. Puspa Swara: Depok, Jakarta. Wortmann RL. 2005. Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Ed. Editors: Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. Mc Graw Hill New York 2079-2088. Wulandari S, Subandi, & Muntholib. 2012. Inhibisi Xantin Oksidase Oleh Ekstrak Etanol Kulit Melinjo (Gnetum Gnemon) Relatif Terhadap Allopurinol. Jurnal Online Universitas Negeri Malang. Diakses 8 maret 2014. http://jurnalonline.um.ac.id/data/artike l/artikel5ECD9DCBF08E100E0ACA3 C5AF4C07164.pdf.
292
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Yuno S. 2003. Uji Efek Campuran Ekstrak Seledri (Apium graveolens L) Dan Jahe Merah (Zinggiber oficinale rose.) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Tikus Yang Diinduksi Dengan Kalium Oksonat. Depok: Departemen Farmasi FMIPA-UI. Zhao, X., Zhu, X. & Pan, Y. 2005. Effects Of Cassia Oil On Serum and Hepatic
293
Uric Acid Levels In Oksonate-Induced Mice and Xantine Dehiydrogenase and Xantin Oksidase Aktivities In Mouse Liver. Journal Of Ethnopharmacology. Diakses tanggal 25 februari 2013 dari http:/ www.elsevier.com/locate/jethpharm.