Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH MENCIT PUTIH JANTAN HIPERURISEMIA Havizur Rahman1, Helmi Arifin2, Gustina Karmila Dewi1 dan Zet Rizal1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang 2 Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang email:
[email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh jus sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar asam urat darah mencit putih jantan hiperurisemia. Jus diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mL/20 g BB dari konsentrasi jus 100%, 50% dan 25% selama 7, 14 dan 21 hari. Kadar asam urat darah ditentukan dengan menggunakan alat Multi Chek Nesco®. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pemberian jus buah sirsak (Annona muricata L.) dengan berbagai konsentrasi tersebut berpengaruh terhadap penurunan kadar asam urat darah pada mencit putih jantan hiperurisemia (P< 0,05). Konsentrasi 100% menunjukkan efek penurunan asam urat paling bagus. Sedangkan lama pemberian jus tidak mempengaruhi kadar asam urat (P>0,05). Kata kunci : Jus buah sirsak (Annona muricata L.), Asam urat, Mencit putih jantan
PENDAHULUAN Pirai terjadi sebagai akibat dari produksi asam urat yang berlebihan, berkurangnya ekresi asam urat melalui ginjal, serta gabungan dari kedua gejala tersebut. Kondisi ini disebut dengan istilah hiperurisemia. Hiperurisemia adalah suatu keadaan kesehatan tidak normal karena meningkatnya konsentrasi asam urat darah hingga mengalami kejenuhan (Hawkins 1997, Koolman & Roehm 2005). Senyawa antihiperurisemia banyak terdapat dalam tanaman, namun pemanfaatannya masih sangat sedikit. Beberapa tanaman asli Indonesia seperti Sidaguri (Iswantini & Darusman, 2003), Seledri (Rahmadani, 2004) Jahe merah serta herba suruhan (Mudrikah, 2006) juga
memiliki kemampuan sebagai penurunan konsentrasi asam urat. Kemampuan ekstrak tanaman tersebut dalam menurunkan konsentrasi asam urat diduga karena kandungan senyawa flavonoid. Salah satu tanaman yang diduga mengandung flavonoid adalah Sirsak (Annona muricata L.). Sirsak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional anti kanker, menurunkan demam dan cacingan (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991). Selain itu daun dan bijinya dapat digunakan sebagai pengusir nyamuk. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar buah ini dapat diolah dalam bentuk lain (Widyastuti & paimin, 1993).
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan 1. Alat Timbangan hewan, timbangan analitik, pipet tetes, jarum oral, gelas ukur, becker 228
glass, cawan penguap, gunting bedah, pH meter (Hanna®), blender (Philips®), timbangan analitik (OHAUS®), refraktometer Abbe, buret, piknometer,
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
desicator vacum, water bath, Multi chek (Nesco®). 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah Buah sirsak, aquadest, natrium benzoat, etanol 95%, Fehling A dan B, phenolphthalein, natrium hidroksida 0,1 N, kalsium karbonat, amonium hidroksida, ammonium oxalat, asam oxalat, H2SO4 12 N, H2SO4 4 N, larutan KMnO4 0,1 N, hati sapi. 3. Hewan percobaan Hewan yang digunakan adalah mencit putih jantan dengan umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram sebanyak 30 ekor. Hewan dikelompokkan menjadi 5 kelompok (6 ekor/kelompok) Prosedur Penelitian a. Pengambilan bahan dan identifikasi. Sampel buah sirsak dibeli di Pasar Alai, Padang sebanyak lebih kurang 0,5 kg. Identifikasi tanaman dilakukan di Herbarium Anda, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang. b. Pembuatan jus buah sirsak Buah sirsak segar dibersihkan timbang daging buahnya seberat 0,5 kg. Lalu dipotong kecil, masukkan ke dalam juiser lalu putar dengan kecepatan 3 selama 5 menit, kemudian disaring dengan kain flanel dan cukupkan volume dengan air sampai 500 mL. Ditambahkan 0,1 % asam benzoat sebagai pengawet dan diamkan beberapa hari sampai peptinnya mengendap. Ini ditandai dengan penambahan 3 tetes alkohol 95% tidak terjadi kekeruhan (USP, 2007). c. Identifikasi jus (USP, 2007). Organoleptis dilakukan terhadap Bentuk, warna, bau dan rasa dari jus. 1. Pemeriksaan karbohidrat Untuk mengamati kandungan karbohidrat dari jus buah sirsak dengan memakai larutan 1 mL Fehling A dan 1 mL larutan Fehling B.
2. Penentuan berat jenis dengan piknometer 3. Penentuan indek bias dengan Refraktometer Abbe Hitung indek bias dengan menggunakan rumus: η t = η 20 + ( 20° - t ) . 2 x 10-4 dimana t adalah suhu pengukuran. 5. Penentuan pH Untuk menentukan derajat keasaman dan kebasaan yang dimiliki oleh jus buah sirsak. 6. Menentukan residu asam yang mengendap Untuk mengetahui adanya ikatan peptide dari suatu protein dan membuktikan adanya asam amino. Getir dalam bebrbagai buah. Gunanya bagi tubuh adalah untuk meningkatkan produksi energy dalam sel, meringankan gejala fibromyalgia dan sindrom kelelahan kronis. 7. Menentukan residu asam yang tidak mengendap. 8. Pengujian asam malat d. Perencanaan dosis Dosis jus yang digunakan disesuaikan dengan pemakaian pada manusia meminum satu gelas jus sirsak (200 mL). Dosis yang diberikan pada mencit adalah 200 mL X 0,0026 = ± 0,50 mL/20 g BB mencit. (2,5% BB), yang diberikan secara oral sekali sehari. Konsentrasi yang diberikan adalah 25%, 50% dan 100% selama 7, 14 dan 21 hari. e. Pembuatan makanan diet purin tinggi (MDPT) Makanan diet purin tinggi (MDPT) dibuat dari hati sapi segar 100 g dicuci bersih, dipotong kecil-kecil, dimasukkan ke dalam blender (Philips®) dengan menambahkan 25 mL air. Lalu diputar dengan kecepatan 3 selama 2 menit, kemudian disaring dengan kain kasa dan dimasukkan ke dalam wadah. Hati sapi diberikan pada mencit 0,6 mL/20 g BB mencit dan diberikan 1 kali sehari secara oral pada pagi hari. f. Perlakuan terhadap hewan uji
229
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Sebelum diperlakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari dengan makan dan minum yang cukup. Mencit yang akan digunakan adalah mencit yang sehat, tingkah laku normal, tidak menunjukkan kelainan yang berarti, selisih berat badan selama aklimatisasi tidak lebih dari 10 % (Thomson, 1985). Induksi hiperurisemia Semua hewan percobaan diberi makanan diet purin tinggi (MDPT) 0,6 mL/20g BB peroral setiap pagi hari selama 11 hari kecuali kelompok 1 (kontrol negatif). Pemberian jus sirsak terhadap hewan percobaan Kelompok 1 (kontrol negatif) hanya diberi aquadest saja. Kelompok 2 (kontrol positif) diberi MDPT 0,6 mL/20 g BB. Sedangkan kelompok 3, 4 dan 5 (kelompok uji) diberi MDPT 0,6 mL/20 g BB secara oral pada pagi hari dan pada siang hari diberikan jus sirsak konsentrasi 100%, 50% dan 25% dengan
volume pemberian 0,5 mL/20 g BB 1 kali sehari, secara oral selam 21 hari. h. Pengukuran kadar asam urat Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada hari ke- 8 (untuk pemberian 7 hari), ke15 (untuk pemberian 14 hari), dan ke- 22 (untuk pemberian 21 hari) darah diambil melalui ekor hewan kemudian darah yang keluar diteteskan pada strip tes asam urat yang telah dipasangkan ke alat Nesco® Multicheck Uric Acid untuk ditentukan kadar asam uratnya. Asam urat hewan dalam mg/dL dapat dilihat pada monitor Multi chek (Nesco®) setelah 5 detik. Analisis data Data hasil penelitian akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis variansi (ANOVA) satu arah kemudian dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (Duncan‘s Multiple Range T-test).
HASIL DAN DISKUSI 3.
Hasil Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian jus buah sirsak terhadap kadar asam urat pada mencit putih jantan yang diinduksi MDPT maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Hasil Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Andalas (ANDA) Padang, menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah sirsak dengan spesies Annona muricata L. famili Annonaceae. 2. Identifikasi jus buah sirsak menunjukkan bentuk jus kental, bau khas, warna putih susu, rasa agak asam; bobot jenis 0,9979. Jus sirsak mempunyai pH 3,10; mengandung karbohidrat; nilai brix 1,3398; residu asam yang tidak mengendap 74,1 mg; residu asam mengendap 16,6 % dan asam malat 83,8 mg ; dapat dilihat pada lampiran 1, tabel III.
Pemberian jus sirsak (Annona muricata L.) dapat mempengaruhi kadar asam urat darah pada mencit. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam urat mencit pada hari ke 7, 14, dan 21 berturut-turut adalah : a. Kelompok kontrol negatif adalah 1,767 ± 0,41 mg/dL; 1,300 ± 0,23 mg/dL; 1,067 ± 0,82. b. Kelompok kontrol positif adalah, 3,667 ± 0,58 mg/dL; 4.033± 0,49 mg/dL; 5,250 ± 0,79 mg/dL c. Kelompok konsentrasi 25% adalah, 2,583± 0,37 mg/dL; 2,267± 0,25 mg/dL; 2,000 ± 0,28 mg/dL d. Kelompok konsentrasi 50% adalah, 2.667± 0,28 mg/dL; 2.317± 0,24 mg/dL ; 1,867 ± 0,26 e. Kelompok konsentrasi 100% adalah, 2,350 ± 0,4 mg/dL ; 1,983 ± 0,29 mg/dL ; 1,350 ± 0,33mg/dL Semua memperlihatkan kemampuan untuk menurunkan asam urat darah pada mencit hiperurisemia, namun kelompok yang
230
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
paling aktif adalah kelompok jus sirsak konsentrasi 100%. Diskusi Buah sirsak kaya dengan antioksidan yang dapat mencegah atau menunda oksidasi atau kerusakan lipid, protein dan asam nukleat oleh radikal bebas (Shi et al., 2001). Yang bertanggung jawab sebagai antioksidan pada buah sirsak ini adalah polifenol dan vitamin C, A, B dan E. senyawa polifenol dengan aktivitas antioksidan yang paling banyak adalah flavonoid (Fleuriet & Macheix, 2003). Buah sirsak yang digunakan pada penelitian ini adalah buah sirsak yang sudah matang. Berarti kulit buah agak kuning, daging kalau ditekan sudah agak lunak. Identifikasi dari jus buah sirsak ditentukan dari organoleptis bentuk, bau, rasa dan warna. Selain itu dilakukan pengujian pH, pemeriksaan karbohidrat, bobot jenis, indeks bias, residu asam yang tidak mengendap dan mengendap serta penentuan asam malat. Semuanya bertujuan untuk memberikan karakterisasi pada jus yang digunakan pada penelitian ini. Untuk residu asam yang mengendap harus tidak kurang dari 500 mg. Pada lampiran 1 tabel III hasil identifikasi didapatkan bentuk jus kental, baunya khas, warnanya putih susu, rasanya agak asam dan mempunyai pH 3,10 yang berarti berasa asam, Bobot jenis jus didapat 0,9979. Jus sirsak ini mengandung karbohidrat yang diidentifikasi dengan menggunakan larutan Fehling A dan B dan menimbulkan warna merah bata, indeks bias 1,3398. Residu asam yang mengendap 16,6 %, residu asam yang tidak mengendap 74,1 mg, serta asam malat 83,8 mg. Parameter standar untuk karakter dari jus buah sirsak ini belum ada, namun proses identifikasi merujuk ke identifikasi sirup cherry di USP. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan sebanyak 30 ekor yang berumur 2 - 3 bulan dengan berat badan 20 - 30 g. Sebelum perlakuan mencit diaklimatisasi terlebih dahulu selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Mencit yang dipilih untuk penelitian adalah mencit yang sehat dengan ciri-ciri mata jernih bersinar, dan tingkah laku normal, bulunya bersih dan licin. Selama pemeliharaan mencit diberi makan dan minum yang cukup. Pembentukan asam urat terjadi melalui jalur oksidasi hipoxanthin dan guanin menjadi xanthin yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase dan guanase. Kemudian xanthin akan teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi selanjutnya yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase. Dengan demikian enzim xanthin oksidase merupakan faktor utama secara farmakologis dalam pembentukan asam urat pada penderita hiperurisemia atau penyakit gout (Murray et al., 1999). Pengambilan darah mencit dilakukan melalui ekor hewan dan darah yang keluar diteteskan pada strip tes asam urat yang telah dipasangkan ke alat Nesco® Multicheck Uric Acid yang telah dikalibrasi terlebih dahulu untuk ditentukan kadar asam uratnya. Asam urat hewan dalam mg/dL dapat dilihat pada monitor Multi check Nesco® setelah 5 menit. Pada penelitian ini digunakan hati sapi untuk menginduksi asam urat (MDPT) karena berdasarkan percobaan pendahuluan hati sapi dapat meningkatkan nilai asam urat dengan pemberian 0,6 mL/20 g BB satu kali sehari selama 11 hari pada mencit. Selain itu hati sapi mempunyai kandungan purin nomor dua tertinggi setelah otak. Cara mendapatkannya mudah, harganya murah dan tidak toksik seperti halnya kalium oksonat yang bersifat oksidator kuat, karsinogenik dan mutagenik. Menurut Purwatiningsih & Arief (2010), kadar asam urat mulai naik pada hewan percobaan setelah 11 hari pemberian makanan yang kaya purin. Pengukuran kadar asam urat menggunakan metoda enzimatis. Prinsip reaksi adalah terjadinya reaksi oksidasi asam urat menjadi alantoin, karbondioksida dan hidrogen peroksida dengan bantuan enzim urikase. Hasil oksidasi berupa hidrogen peroksida ini akan bereaksi dengan 4aminoantipirin dan 2,4,6-tribromo-3-
231
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
hdroxybenzoic acid membentuk senyawa quinoneimin yang bewarna merah muda. Data hasil penelitian menunjukkan pemberian jus sirsak konsentrasi 25%, 50%, dan 100%, dosis 0,5 mL/20 g BB dapat menurunkan rata-rata asam urat menuju normal pada mencit putih jantan terlihat pada lampiran 1 tabel IV. Hasil uji statistik memperlihatkan ada pengaruh pemberian jus
sirsak terhadap kadar asam urat pada mencit dengan signifikan (P < 0,05). Pemberian jus sirsak dengan konsentrasi 100% dapat menurunkan kadar asam urat menuju normal. Efek yang diberikan konsentrasi jus 100% lebih bagus dibandingkan konsentrasi 25% dan 50%. Lama pemberian jus sirsak selama 7,14, dan 21 hari tidak mempengaruhi kadar asam urat pada mencit putih jantan.
KESIMPULAN 1. Pemberian 0,5 mL/ 20g BB jus sirsak konsentrsasi 25%, 50% dan 100% dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit putih jantan yang hiperurisemia. 2. Pada pemberian jus sirsak dengan konsentrasi 100% adalah yang paling efektif menurunkan kadar asam urat
pada mencit putih jantan menuju normal. 3. Efek yang diberikan jus dengan konsentrasi 100% lebih bagus dibandingkan konsentrasi 25% dan 50%. 4. Lama pemberian jus sirsak tidak mempengaruhi kadar asam urat darah pada mencit putih jantan (P > 0,05).
DAFTAR PUSTAKA Fleuriet, A. & Macheix, J. J. 2003. Phenolic acid in fruits and vegetables. In C. A. rice-Evans & L. packer. Flavonoids in health and disease. Marcel Dekker Inc. Hawkins, D.W. & Rahn, D.W. 1997. Pharmacoteraphy: Pathophysiological Approach. London: Blackwell Scientific Pb. Iswantini, D. & Darusman L.K. 2003. Effect of Sidaguri as an uric acid lowering agent on the acitivity of oxidase enzim. Proceeding of International Symposium on Biomedicine (18-19th). Biopharmacia Research Center. Bogor Agriculture University. Koolman, J., & Rohm, K.H. 2005. Colour Atlas of Biochemistry. New York: Thieme Stuttgart. Mudrikah F. 2006. Potensi ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan herba suruhan sebagai antihiperurisemia pada tikus. (Skripsi). Bogor: FMIPA Institut Pertanian Bogor. Rhamadani, T. 2004. Isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif seledri dalam
menghambat aktivitas enzim XO. (Skripsi). Bogor: FMIPA IPB. Shi, H. L., Noguchi, N. and Niki, E. 2001. Introducing natural antioxidants. In J. pokorny et al. antioxidants in food: practical applications. Woodhead publishing Ltd. Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R. 1991. Inventaris tanaman obat Indonesia (Edisi kedua). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Thomson, E. 1985. Drug bioscreming fundamental of drug evalution techniques in pharmacology. New York: Grace Way Publishing Campany. USP 30. 2007. The United States Pharmacopeia The National Formulary (Volume 1). U.S. Pharmacopeia: The Official Compendia of Standards. Widyastuti, Y. E & Paimin, F. B. 1993. Mengenal buah unggul Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.
232