i
PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN BIAYA TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA KPPD DKI JAKARTA
MUTIA TANTRI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bacaan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014
Mutia Tantri NIM H24124050
iv
ABSTRAK MUTIA TANTRI. Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO. Rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Permasalahan rentabilitas harus lebih diperhatikan daripada peningkatan sisa hasil usahanya, karena SHU yang besar tidak mewakili kinerja koperasi telah efisien. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efisiensi modal kerja, efisiensi biaya, rentabilitas modal sendiri dan mengetahui pengaruh efisiensi modal kerja dan biaya terhadap rentabilitas modal sendiri, menganalisis selisih efisiensi biaya, dan memperkirakan SHU di masa mendatang. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, regresi liniear berganda, uji beda berpasangan, dan peramalan SHU. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara bersamaan efisiensi modal kerja dan biaya berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap rentabilitas modal sendiri. Sementara hasil uji T menunjukan bahwa hanya variabel efisiensi modal kerja yang memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri, lalu uji beda berpasangan menunjukkan hasil bahwa biaya pegawai dan biaya umum memiliki selisih di luar batas pengendalian, serta prakiraan SHU KPPD DKI Jakarta menunjukkan trend positif dan meningkat namun pertumbuhannya yang cenderung rendah dibandingkan dengan SHU sebelum prakiraan. Kata kunci : biaya, efisiensi, modal kerja, rentabilitas, SHU.
ABSTRACT MUTIA TANTRI. The Influence of Working Capital and Costs Efficiency to Rentability on Equity at KPPD DKI Jakarta. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO. Rentability is the ability to generate profit during a given period. Rentabilities problem should be more heeded than increase in SHU, because of the great SHU does not represent the performance of cooperatives has been efficient. This study aimed to indentify working capital, costs efficiency, rentability on equity and determine the effect of working capital and costs efficiency to rentability on equity, analyzing the difference in cost efficiency and estimate SHU in the future. The method used in this research is descriptive analysis, multiple liniear regression, paired sample t-test, and forecasting SHU. The result of multiple linier regression analysis shows that simultaneously working capital and costs efficiency have a significant influence to rentability on equity and T test result showed that the working capital efficiency variables that have influence to rentability on equity. Then the result of paired samples t-test indicating that personnel costs and general costs having a different beyond the limits of controlling, And forecast SHU KPPD DKI Jakarta shows positive trend and increases but its growth that tends to low compared with before its forecast. Keywords : costs, efficiency, rentabililty, SHU, working capital
v
PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA DAN BIAYA TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA KPPD DKI JAKARTA
MUTIA TANTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vi
vii
Judul Skripsi Nama NIM
: Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta : Mutia Tantri : H24124050
Disetujui oleh
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul Penelitian yang dipilih dalam penelitian yang diselesaikan sejak bulan Maret 2014 sampai bulan Juli 2014 ini ialah Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada KPPD DKI Jakarta Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc. selaku dosen pembimbing dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak manajemen KPPD DKI Jakarta. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas dukungan doa dan kasih sayang yang selalu menyertai penulis, tidak lupa kepada teman-teman satu bimbingan skripsi, teman-teman ekstensi manajemen angkatan 10, sahabatsahabat yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Mutia Tantri
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Ruang Lingkup
3
Manfaat Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Konsep Korporasi dan Koperasi
4
Efisiensi Modal Kerja
4
Efisiensi Biaya
4
Rentabilitas Modal Sendiri
5
Penelitian Terdahulu
5
METODE
6
Kerangka Pemikiran Penelitian
6
Lokasi dan Waktu Penelitian
7
Metode Pengumpulan Data
7
Metode Pengolahan dan Analisis Data
7
Analisis Deskriptif
7
Uji Asumsi Klasik
8
Analisis Regresi Linier Berganda
9
Pengujian Hipotesis
9
Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test)
10
Analisis Peramalan
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Gambaran Umum
11
Efisiensi Modal Kerja
12
Efisiensi Biaya
12
Uji Asumsi Klasik
15
Analisis Regresi Linier Berganda
16
x
Pengujian Hipotesis
18
Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test)
19
Analisis Peramalan
20
Implikasi Manajerial
21
SIMPULAN DAN SARAN
22
Simpulan
22
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
DAFTAR ISTILAH
25
xi
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Analisis efisiensi biaya KPPD DKI Jakarta akhir periode 2006-2013 Standar rasio rentabilitas modal sendiri Nilai Durbin Watson Nilai toleransi dan VIF Hasil analisis regresi linier berganda Hasil koefisien determinasi Nilai F hitung pada model RMS Hasil uji- T Hasil uji beda (paired samples t-test) Hasil perhitungan ukuran relatif masing-masing metode peramalan Prakiraan SHU KPPD DKI Jakarta
13 13 15 16 16 17 18 18 20 21 21
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Prosentase pertumbuhan SHU KPPD DKI Jakarta Kerangka pemikiran pengaruh efisiensi modal kerja dan biaya terhadap rentabilitas modal sendiri pada KPPD DKI Jakarta Grafik perhitungan EMK KPPD DKI Jakarta Grafik perhitungan EB KPPD DKI Jakarta Grafik perhitungan RMS KPPD DKI Jakarta Grafik data dan histogram berdistribusi normal Sebaran nilai-nilai data uji heteroskedastisitas Grafik plot data SHU KPPD DKI Jakarta 2006-2013
1 6 12 12 14 15 16 20
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2.
Tabel pertumbuhan SHU periode 2006 hingga 2013 27 Rekapitulasi potongan anggota KPPD untuk tagihan selama periode 20122013 27 3. Prosentase pertumbuhan kas dan setara kas 27 4. Tabel rekapitulasi hasil penelitian terdahulu 28 5. Struktur organisasi KPPD DKI Jakarta 29 6. Tabel perhitungan efisiensi modal kerja KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 30 7. Tabel perhitungan efisiensi biaya KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 31 8. Tabel perhitungan rentabilitas modal sendiri KPPD DKI Jakarta tahun 20062013 32 9. Hasil uji beda sample paired T-test 33 10. Hasil olah data peramalan SHU dengan Minitab 14 34 11. Daftar pertanyaan/kuesioner untuk Kepala Bagian Administrasi dan Umum KPPD DKI Jakarta 35
xii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Persentase SHU (% / Th)
Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi menurut UU No. 25/ 1992 tentang Perkoperasian adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam satu tahun buku yang bersangkutan. Salah satu ukuran kesuksesan koperasi dilihat dari perolehan SHU. Namun tingkat rentabilitas harus lebih diperhatikan daripada peningkatan sisa hasil usahanya, karena SHU yang besar tidak mewakili kinerja koperasi telah efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Di bawah ini adalah Grafik prosentase pertumbuhan SHU periode 2006 hingga akhir 2013.
Gambar 1. Prosentase pertumbuhan SHU KPPD DKI Jakarta (Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013) Bila dilihat dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa prosentase pertumbuhan SHU KPPD DKI Jakarta mengalami kenaikan pada akhir tahun 2006 dengan nilai sebesar 25,28%, lalu prosentasenya menurun drastis sebesar 63,9% pada akhir periode 2008. Setelah tahun 2008 prosentase pertumbuhannya meningkat sebesar 62%. Namun setelah tahun 2012 yaitu akhir periode 2013 perkembangan pertumbuhannya turun -14.5% setelah akhir periode 2012. Rincian pertumbuhan dan perkembangan SHU dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Kepala Bagian (Kabag) Administrasi dan Umum KPPD DKI Jakarta didapatkan informasi bahwa penurunan signifikan yang terjadi pada tahun 2008 dikarenakan adanya pos baru pada pencatatan laporan keuangan yaitu pos pembinaan anggota yang termasuk dalam biaya umum yang digunakan untuk mensejahterakan anggota. Namun berdasarkan penelusuran penulis pada laporan keuangan KPPD ditemukan bahwa di setiap akhir periode 2008 hingga 2013, realisasi beban usaha selalu lebih besar dibandingkan dengan rencananya. Dimana biaya-biaya yang termasuk beban usaha yaitu biaya pegawai, biaya umum, biaya bunga bank, biaya amortisasi & biaya penyusutan. Pengendalian biaya yang buruk dikhawatirkan akan mempengaruhi perolehan SHU KPPD di masa yang akan datang dan dampaknya dapat mempengaruhi tingkat rentabilitas yang akan dicapai dikarenakan rentabilitas
2
dipengaruhi secara langsung oleh SHU itu sendiri. Rentabilitas merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rentabilitas yang ditekankan pada penelitian ini ialah rentabilitas modal sendiri karena prosentase penggunaan modal sendiri lebih besar dibanding modal asing. Koperasi dalam menghasilkan keuntungan tidak terlepas dari adanya modal. Menurut anggaran dasar KPPD DKI Jakarta BAB XII pasal 29 tentang modal badan usaha KPPD bahwa modal KPPD berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lain, Bank, penerbitan obligasi, dan sumber lainnya yang sah. Berdasarkan pengamatan penulis, sebagian besar modal KPPD berasal dari modal sendiri. Presentase penggunaan modal sendiri pada KPPD DKI Jakarta dibanding modal asing adalah sebesar ±75% dibandingkan dengan modal asingnya. Jenis modal yang ditekankan pada penelitian ini adalah modal kerja. Menurut Wilford J. Eiteman – J.h. Holtz dalam Riyanto (2008), yang memberikan definisi bahwa modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income. Sehingga dana yang dimaksud di atas dapat juga disebut sebagai modal kerja. Lalu menurut Sawir (2005) modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari seperti pembelian bahan baku, pembiayaan listrik, telepon, upah buruh, hutang dan pembayaran lainnya. Modal kerja berhubungan dengan current account (aktiva lancar dan hutang lancar). Salah satu penyumbang modal kerja KPPD berasal dari piutang anggota, dimana piutang ini merupakan refleksi dari volume usaha KPPD yang berbentuk penyaluran pinjaman. Penyaluran pinjaman ini akan mempengaruhi besarnya modal kerja. Namun pada 3 bulan terakhir periode 2013 terjadi peningkatan jumlah gagal tagih yang dilakukan oleh Bank DKI. Hal ini tentunya akan mempengaruhi sumber pendapatan koperasi dan pada akhirnya mempengaruhi besar SHU yang akan diperoleh. Selengkapnya mengenai peningkatan jumlah gagal tagih pada Lampiran 2. Sementara itu, prosentase pertumbuhan kas dan setara kas (cash equivalent) mengalami penurunan sebesar 8,66% pada akhir 2009, lalu meningkat kembali pada akhir 2010 sebesar 195,97% dan di akhir periode 2013 pertumbuhannya meningkat sebesar 6,5% namun perkembangannya turun -114,53% setelah akhir periode 2012. Perkembangan kas yang fluktuatif ini dapat berdampak pada kelancaran aktifitas operasional KPPD, hal tersebut menjadi masalah karena menurut aksioma keuangan nomor 3 menyebutkan “kas bukan besarnya laba adalah yang utama”. Selengkapnya mengenai pertumbuhan kas dan setara kas dapat dilihat pada Lampiran 3. Adanya peningkatan jumlah gagal tagih, fluktuasi pertumbuhan kas, dan pengendalian biaya yang buruk dikhawatirkan akan mengganggu aktivitas operasional KPPD dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Riyanto (2008) Efisiensi penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Efisiensi modal kerja mengukur seberapa efisien koperasi mengelola dan menggunakan modal kerjanya. Jenis koperasi KPPD merupakan jenis koperasi
3
berdasarkan profesi anggotanya yaitu koperasi pegawai negeri yang memiliki usaha utama yakni simpan pinjam. Sehingga kebutuhan akan modal kerja untuk kelancaran usaha simpan pinjam menjadi sangat penting. Sementara efisiensi biaya mengukur seberapa jauh selisih antara biaya aktual dengan biaya yang direncanakan pada koperasi. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai Efisiensi Modal Kerja (EMK), Efisiensi Biaya (EB) dan permasalahan Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) pada KPPD DKI Jakarta dengan judul “Pengaruh Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada KPPD DKI Jakarta”
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diteliti adalah: (1) Bagaimana EMK, EB dan RMS pada KPPD DKI Jakarta? (2) Bagaimana pengaruh EMK dan EB terhadap RMS pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013? (3) Bagaimana kondisi selisih beban usaha yang terjadi pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013? (4) Bagaimana kondisi SHU KPPD DKI Jakarta dimasa mendatang? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Melakukan analisis deskriptif EMK, EB, RMS pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 (2) Menganalisis pengaruh antara EMK dan EB baik secara sebagian/parsial maupun bersama/simultan dengan RMS pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 (3) Menganalisis selisih EB pada KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 (4) Mengestimasi SHU KPPD DKI Jakarta di masa mendatang. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan pembahasan pada modal kerja konsep kualitatif yaitu kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya (modal kerja neto), SHU (net profit after taxes), dan beban usaha (biaya pegawai, biaya umum, biaya bunga bank, biaya penyusutan dan amortisasi). Data pada penelitian ini dibatasi mulai tahun 2006-2013. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Bagi KPPD DKI Jakarta, sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja keuangannya (2) Kalangan akademis, sebagai informasi, referensi, dan masukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
4
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Korporasi dan Koperasi Korporasi atau perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. (UU RI No.8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan). Menurut peraturan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah No: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi pada pasal 1 poin 1 bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Korporasi dan koperasi memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun cara kerja perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan agar memiliki daya saing. Sedangkan koperasi menekankan pada asas kekeluargaan atau asas kerja sama.
Efisiensi Modal Kerja Efisiensi modal kerja penting diterapkan dalam perusahaan karena berguna dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menghitung besar efisiensi modal kerja pada koperasi menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) dalam Hendar dan Kusnadi (2005) dapat menggunakan rasio yang disebut Return on Working Capital (ROW), yaitu: ROW =
x 100%.......................................(1)
Efisiensi Biaya Menurut Carter dan Usry (2004) efisiensi biaya dapat diukur dengan cara membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan yang selanjutnya disebut biaya standar. Efisiensi Biaya = %Biaya Standar - %Biaya Sesungguhnya……………..(2)
5
Rentabilitas Modal Sendiri Menurut Riyanto (2008) RMS sering juga disebut dengan rentabilitas usaha yaitu perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak. RM S
x 100%……….......…………………….......(3)
Penelitian Terdahulu Pebriyanti (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Dengan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Pemoderasi” pada PT. Petro Multi Guna Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan regresi linier dengan variabel moderating menggunakan MRA yang dilakukan dari tahun buku 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi biaya operasional berpengaruh positif terhadap laba bersih. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar biaya operasional maka semakin sedikit laba yang akan diperoleh, dan sebaliknya. Sedangkan perputaran persediaan tidak memoderasi hubungan antara efisiensi biaya operasional dengan laba bersih PT. Petro Multi Guna Tanjungpinang. Walida (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Modal Kerja dan Efisiensi Biaya Serta Pengaruhnya Terhadap Rentabilitas Pada PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif verifikatif dengan alat analisis Rasio Modal Kerja yang dihitung dengan cara mengurangi Aktiva lancar dengan Hutang Lancar, analisis Efisiensi Biaya yang dihitung dengan cara mengurangi biaya standar dengan biaya sesungguhnya atau realisasi, serta Analisis Rentabilitas dengan membagi laba usaha dengan modal usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, modal kerja dan efisiensi biaya berpengaruh secara simultan akan tetapi secara parsial hanya efisiensi biaya yang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas. Sedangkan modal kerja berpengaruh terhadap tetapi tidak signifikan terhadap rentabilitas. Oktaviana (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap RMS pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB). Penelitian bertujuan untuk menganalisis efisiensi modal kerja terhadap RMS pada KPKB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi modal kerja berpengaruh positif terhadap nilai RMS. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai efisiensi penggunaan modal kerja maka akan semakin tinggi pula nilai RMS, atau dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini menjabarkan bahwa efisiensi modal kerja berbanding lurus dengan RMS. Ringkasan penelitian terdahulu dipaparkan dalam tabel yang dapat dilihat pada Lampiran 4.
6
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang dapat membantu peneliti tentang urutan penelitian tersebut dilakukan. Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan penelitian kuantitatif. Kelompok Koperasi Pegawai Negeri Pemprov DKI Jakarta KPPD DKI JAKARTA
Laporan Keuangan
Analisa Laporan Keuangan Penggunaan Modal yang Efisien
Efisiensi Biaya (EB)
Efisiensi Modal Kerja (EMK)
(X2)
(X1)
Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) (Y)
Analisis Deskriptif - Analisis Regresi Berganda - Analisis Peramalan SHU -
Analisis Paired Sample T-test
Efisiensi Modal Kerja dan Biaya Mempunyai Pengaruh Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri
Rekomendasi
Gambar 2. Kerangka pemikiran pengaruh efisiensi modal kerja dan biaya terhadap rentabilitas modal sendiri pada KPPD DKI Jakarta
7
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu di KPPD DKI Jakarta, Jalan Jaksa No. 25 Kebon Sirih Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan 01 April 2014 hingga 31 Agustus 2014. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Metode untuk mendapatkan data primer adalah dengan wawancara langsung dengan Kabag. Administrasi KPPD DKI Jakarta. Data sekunder adalah data yang sudah dipublikasikan dari penelitian lain dan atau institusi lain. Data tersebut berupa buku laporan keuangan tahunan KPPD yang sudah dipublikasikan bagi anggota. Data yang diambil adalah laporan keuangan akhir periode yakni periode 2006 hingga 2013. Jenis laporan yang digunakan antara lain Laporan Hasil Usaha berupa Rencana dan Realisasi, Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba-Rugi. Data dalam penelitian ini merupakan data antar waktu (time series) selama akhir periode 2006-2013.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh baik primer maupun sekunder akan diolah secara manual dengan bantuan program Microsoft Excel, software statistik SPSS 16, dan minitab 14. Tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk membahasa data kuantitatif. Dalam analisis ini dilakukan pembahasan dengan rumus-rumus sebagai berikut: Efisiensi Modal Kerja Rasio ini mengukur seberapa besar EMK pada suatu tingkat atau jumlah modal kerja pada suatu perusahaan. Rumus menghitung rasio ini mengacu pada persamaan (1) pada tinjauan pustaka yaitu rasio return on working capital (ROW) yang didapat dengan membandingkan antara operating income dengan current assets / modal kerja yang digunakan. Modal kerja yang dimaksud adalah modal kerja netto. Efisiensi Biaya Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan telah efisien dalam melakukan penganggaran biaya dan realisasinya. Rumus EB mengacu pada persamaan (2) pada tinjauan pustaka dimana dicari dengan membandingkan antara biaya standar dengan biaya realisasinya.
8
Rentabilitas Modal Sendiri Rasio ini mengukur kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba berdasarkan modal yang dimilikinya sendiri. Cara menghitung RMS mengacu pada persamaan (3) pada tinjauan pustaka yaitu dengan cara membandingkan antara SHU/laba setelah pajak dengan modal sendiri.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Menurut Sunyoto (2009) persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas pada penelitian ini menggunakan cara grafik histogram dan normal probability plots (normal P-P Plot). Secara histogram maka data normal akan membentuk garis kurva cenderung simetri terhadap mean (U). Sedangkan cara normal P-P Plot, data dikatakan berdistribusi normal jika garis (titik-titik) mengikuti atau menyebar di sepanjang garis diagonal. Uji Autokorelasi Menurut Sunyoto (2009) jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak layak dipakai prediksi. Uji Durbin-Watson (DW) ialah salah satu ukuran untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi, hal ini tentunya dengan ketentuan: (1) Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW ˂ -2), (2). Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau (-2 < DW < +2), (3). Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau (DW > +2). Uji Multikolinieritas Menurut Sunyoto (2009) bahwa dalam menentukan ada tidaknya multikolinieritas, dapat digunakan 2 cara yaitu: (1). Nilai tolerance (a) adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik, dan (2). Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat. (a) dan VIF dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut dimana besar nilai a = 1/ VIF, dan besar nilai VIF = 1/a. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji Heteroskedastisitas Menurut Sunyoto (2009) jika residualnya mempunyai varians yang sama, disebut terjadi homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama/berbeda disebut heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan heteroskedastisitas terjadi bila titik-titik pada scatterplot memiliki pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun bergelombang.
9
Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Siregar (2013) regresi berganda merupakan pengembangan dari regresi linier sederhana, yaitu sama-sama alat yang digunakan untuk melakukan prediksi permintaan di masa yang akan datang, berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tak bebas. Berikut persamaan umum regresi linier berganda menurut Siregar (2013) Y = a + B1X1 + B2X2 ...................................(4) Keterangan: Y X1 X2 a B1,B2
= Rentabilitas Modal Sendiri = Efisiensi Modal Kerja = Efisiensi Biaya = Konstanta = Koefisien regresi
Penggunaan regresi linier berganda harus memenuhi persyratan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Keempat asumsi ini harus terpenuhi sebelum melakukan uji regresi linier berganda. Analisis Koefisien Determinasi (Uji R2) Besarnya r2 berada di antara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0≤ r2 ≤ 1. Jika nilai semakin mendekati 1 (satu) maka model tersebut baik dan pengaruh antara variabel bebas X1 dan X2 dengan Variabel Y semakin kuat (erat hubungannya). Menurut (Sugiyono, 2009) rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut: KD = r2 x 100% dimana r adalah koefisien korelasi......................(5)
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hubungan dari kedua variabel, apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak antara EMK dan EB sebagai variabel X dengan RMS sebagai variabel Y. Hipotesis dari seluruh uji parsial dan simultan dijabarkan seperti di bawah ini: Ho1 : Tidak ada pengaruh antara EMK dan EB terhadap RMS H11 : Ada pengaruh antara EMK dan EB terhadap RMS Ho2 : Tidak ada pengaruh antara EMK terhadap RMS H12 : Ada pengaruh antara EMK terhadap RMS Ho3 : Tidak ada pengaruh antara EB terhadap RMS H13 : Ada pengaruh antara EB terhadap RMS
10
Uji-F Uji pengaruh secara simultan menurut Sunyoto (2009) melibatkan kedua variabel bebas (EMK dan EB) terhadap variabel terikat (RMS) dalam menguji ada tidaknya pengaruh signifikan secara simultan/bersama-sama. Pengujian secara simultan membandingkan antara F hitung (F rasio) dan F tabel. Dimana pengujian untuk F hitung adalah sebagai berikut:
... R =
Fhitung =
...................(6)
Uji-T Menurut Sunyoto (2009) pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing-masing nilai koefisien regresi (B) secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat dengan alpha sebesar 5%. Dimana pengujian untuk nilai b1 dan b2 sebagai berikut: tb1 =
... Sb1 =
2
.... se =
........(7)
Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test) Setelah menilai kinerja keuangan dari sisi biaya maka selanjutnya dilakukan uji beda. Uji ini dimaksudkan untuk melihat apakah selisih dari masing-masing rencana dan realisasi biaya yang terjadi di KPPD masih dalam batas kewajaran manajemen atau sebaliknya. T-test menggunakan data selisih antara rencana dan realisasi biaya pegawai, biaya umum, biaya bunga bank, biaya penyusutan dan biaya amortisasi. Menurut Nazir (2011) sebelum melakukan uji beda, terlebih dahulu harus melakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji beda ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16 dan berguna untuk melihat selisih dari rencana dan realisasi, apakah masih dalam batas yang dapat ditoleransi atau hasilnya berbeda signifikan
Analisis Peramalan Variabel yang akan diramalkan dalam penelitian ini merupakan bagian dari rasio rentabilitas modal sendiri yaitu data SHU masa lalu. Analisis peramalan data SHU akan menggunakan beberapa metode peramalan time series yaitu metode Trend Linier, Trend Quadratic, Moving Average, Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Decomposition Additive, dan Decomposition Multiplicative. Lalu keakuratan nilai peramalan dibandingkan dengan nilai aktualnya. Ada 3 macam cara untuk menghitung kesalahan peramalan, yaitu simpangan rataan absolut/mean absolut deviation (MAD), kesalahan rataan kuadrat/mean square error (MSE), dan kesalahan persen rataan absolut/ mean absolut percentage error (MAPE).
11
Menurut Makridakis, Wheelwright, dan McGee (1999) terdapat tiga ukuran relatif yang sering digunakan yaitu percentage error (PE), mean percentage error (MPE), mean absolute percentage error (MAPE). Sedangkan menurut teorinya Baroto (2002) bahwa langkah-langlah analisis peramalan adalah sebagai berikut: (1). Menentukan pola data penjualan, dengan memetakan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau acak. (2). Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola penjualan tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak, maka semakin baik. (3). Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba, tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAPE. (4). Memilih metode terbaik diantara metode yang dicoba. Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dibandingkan metode lainnya. (5). Melakukan peramalan dengan metode terbaik yang telah dipilih. Pada penelitian ini, penulis membandingkan keakuratan peramalan dari nilai MAPE terkecil yang dianjurkan oleh teori Makridakis (1999) dan Baroto (2002) karena ukuran variabel peramalan merupakan faktor penting untuk mengevaluasi keakuratan peramalan. Peramalan ini digunakan dalam rangka membuat rekomendasi untuk KPPD DKI Jakarta ke depan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pada mulanya KPPD DKI Jakarta beroperasi dengan nama Koperasi Pegawai Kantor Gubernur (KPKG) DKI Jakarta pada tahun 1979. Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun 1983 atas permintaan Gubernur DKI (Bapak R. Soeprapto) maka KPKG berubah menjadi KPPD DKI Jakarta. Berdirinya koperasi ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan berdirinya koperasi-koperasi kecil di unit kerja masing-masing anggota di lingkungan Balaikota Prov DKI Jakarta, sehingga cakupan pelayanan terbatas pada lingkungan kerja masing-masing dalam skala kecil. KPPD DKI Jakarta berdiri dengan badan hukum Nomor 1324/BH/I tanggal 28 November 1979 yang disyahkan oleh RAT tahun buku 2003. Jumlah anggota KPPD DKI Jakarta pada akhir 2013 mencapai 9.112 orang. Struktur organisasi KPPD terlampir pada Lampiran 5.
12
Efisiensi Modal Kerja
Persentase (% / Th)
Grafik hasil perhitungan untuk efisiensi modal kerja KPPD DKI Jakarta akhir periode 2006-2013 digambarkan pada Gambar 3 berikut:
tahun
Gambar 3. Grafik perhitungan EMK KPPD DKI Jakarta (Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013) Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa rasio tertinggi dari laba usaha atau pendapatan operasi dengan modal kerja (return on working capital/ROW) yang dicapai KPPD terjadi pada tahun 2006 dengan nilai ROW sebesar 10,40%, dimana berada di atas rata-rata rasio EMK KPPD selama akhir periode 2006-2013 yaitu 8,56%. Jika dari tahun ke tahun rasio EMK selalu mengalami peningkatan maka dapat dikatakan bahwa KPPD DKI Jakarta sudah efisien dalam menggunakan modal kerjanya, namun rasio terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,75%. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja di KPPD DKI Jakarta belum efisien. Pengelolaan modal kerja yang belum efisien ini salah satunya dikarenakan meningkatnya jumlah gagal tagih yang dilakukan oleh Bank DKI. Hal ini juga dikarenakan meningkatnya modal kerja tidak diimbangi dengan peningkatan besar pendapatan operasi. Data perhitungan EMK selengkapnya pada Lampiran 6. Efisiensi Biaya Grafik hasil perhitungan untuk perbandingan antara realisasi beban usaha dengan beban usaha akhir periode 2006-2013 dijelaskan pada Gambar 4 berikut: Persentase (% / Th)
10
0 -10
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-20 -30
tahun
-40 Standar Beban Usaha
Realisasi Beban Usaha
Gambar 4. Grafik perhitungan EB KPPD DKI Jakarta (Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013)
13
Berdasarkan Gambar 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian biaya KPPD DKI Jakarta dapat dikatakan masih kurang baik karena setiap akhir periode mengalami inefisiensi biaya. Salah satunya disebabkan oleh pencetakan buku laporan keuangan untuk anggota yang jumlahnya pada akhir 2013 mencapai 9112 pegawai dengan anggota aktif sebanyak 6500 orang. Dimana ringkasan hasil perhitungan analisis beban usaha selengkapnya dari akhir periode 2006 hingga 2013 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis efisiensi biaya KPPD DKI Jakarta akhir periode 2006-2013 Tahun Keterangan Selisih Selisih Kriteria (dlm juta) (%) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Beban Usaha Beban Usaha Beban Usaha Beban Usaha Beban Usaha Beban Usaha Beban Usaha Beban Usaha
-103,07 -185,29 -830,94 -1328,26 -1481,90 -1910,99 -2643,00 -1368,93
-6,03% -9,90% -37,04% -33,34% -27,31% -26,67% -28,03% -10,41%
Inefisiensi Inefisiensi Inefisiensi Inefisiensi Inefisiensi Inefisiensi Inefisiensi Inefisiensi
(Data diolah, Juni 2014)
Berdasarkan grafik dan ringkasan perhitungan efisiensi biaya khususnya untuk beban usaha akhir periode 2006-2013, dapat dilihat bahwa inefisiensi selalu terjadi di setiap akhir periode. Rasio terbaik dengan tingkat selisih terendah terjadi pada tahun 2006 dengan ketidaksesuaian antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya yaitu sebesar -6,03%. Sementara rasio terburuk dengan selisih tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar -37,04%. Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian pengeluaran biaya KPPD DKI Jakarta belum efisien. Hal ini dikarenakan dari tahun ke tahun antara biaya standar dengan biaya realisasi selalu mengalami inefisiensi. Data perhitungan efisiensi untuk beban usaha selengkapnya pada Lampiran 7.
Rentabilitas Modal Sendiri Dibawah ini adalah standar rasio rentabilitas modal sendiri (RMS) menurut peraturan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah No 020/2008 yang dijabarkan dalam Tabel 2 berikut: Tabel 2. Standar rasio rentabilitas modal sendiri Rasio Rentabilitas Ekuitas (%) x<5 5 ≤ x < 7,5 7,5 ≤ x < 10 X ≥ 10
Nilai
Bobot
(%) Skor
Kriteria
25 50 75
3 3 3
0.75 1,50 2.25
Tidak sehat Kurang sehat Cukup sehat
100
3
3.00
Sehat
(Data diolah berdasarkan permeneg kukm 2008/020 lampiran I)
14
Persentase (% / Th)
Standar RMS pada Tabel 2 di atas merupakan standar untuk jenis koperasi dengan usaha simpan pinjam dan unit simpan pinjam. KPPD merupakan kelompok koperasi pegawai negeri dimana usaha utamanya adalah usaha simpan pinjam. Maka standar rasio di atas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan KPPD dalam menciptakan keuntungan yang dibandingkan dengan modal sendiri. Di bawah ini adalah grafik perhitungan RMS KPPD DKI Jakarta yang digambarkan dalam Gambar 5 berikut:
tahun
Gambar 5. Grafik perhitungan RMS KPPD DKI Jakarta (Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013) Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rasio RMS tertinggi yang pernah dicapai KPPD terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 8,2% (0,082) dengan perolehan SHU setelah pajak sebesar 586.881.205 dan dari modal sendiri sebesar 7.143.919.850. Sehingga dapat diartikan bahwa setiap Rp.1 modal sendiri yang ditanamkan dan dikelola oleh KPPD DKI Jakarta dapat menciptakan SHU sebesar Rp.0,082. Lalu rasio RMS terendah terjadi pada akhir tahun 2008 yang hanya mampu mencapai 2,5% (0.025) dengan perolehan SHU bersih sebesar 256.754.151 dan modal sendiri yang ditanamkan sebesar 10.302.546.064 dari perolehan tersebut dapat didefinisikan bahwa setiap Rp.1 modal sendiri yang dimiliki dapat menghasilkan SHU bersih sebesar Rp. 0,025. Untuk data perhitungan RMS selengkapnya pada Lampiran 8. Garis yang berwarna merah pada gambar 5 di atas adalah rata-rata rasio RMS KPPD selama 2006-2013. Pada akhir periode 2007 bila dibandingkan dengan mean/rata-ratanya, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan KPPD dalam menghasilkan keuntungan berada di atas standar atau sehat. Namun mulai tahun 2008 hingga 2013, pergerakan RMS KPPD berada di bawah mean , sehingga tidak dapat dikatakan bahwa kemampuan KPPD dalam menghasilkan keuntungan sudah cukup baik. Jika dari tahun ke tahun rasio RMS selalu meningkat maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan modal sendiri KPPD DKI Jakarta baik dalam menghasilkan SHU. Namun mulai akhir periode 2008 hingga 2013 rasionya berada di bawah 5%, dimana menurut standar yang ditetapkan KUKM bahwa RMS yang berada di bawah 5% dikatakan tidak sehat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen KPPD masih buruk dalam mengelola modal sendiri.
15
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan cara grafik histogram dan normal P-Plot. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik data dan histogram berdistribusi normal Gambar 6 adalah bukti bahwa data terdistribusi normal dan data yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas karena pada histogram berbentuk lonceng sempurna dan pada P-Plot sebaran datanya berada di sepanjang garis diagonal. Sehingga, model regresi tersebut dapat diuji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Uji Autokorelasi Tabel 3. Nilai Durbin Watson
a. Predictors: (Constant), Efisiensi Biaya, ROW b. Dependent Variable: RMS
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai DW adalah sebesar 0.517 dimana berada pada daerah penerimaan -2 < 0.517< +2. Dengan demikian, data pada persamaan regresi tidak memiliki autokolinearitas. Uji Multikolinieritas Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dikemukakan bahwa antar variabel ROW dan Selisih terhadap RMS untuk uji regresi linier berganda tidak terjadi korelasi dengan α=5% karena nilai toleransinya berada di atas 5% dengan nilai 0.634 dan nilai VIF (1,578) < 5.
16
Tabel 4. Nilai toleransi dan VIF
a. Dependent Variable: RMS
Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) dan nilai residualnya (SRESID). Selengkapnya mengenai hasil uji untuk heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Sebaran nilai-nilai data uji heteroskedastisitas Titik-titik pada Gambar 7 di atas tidak membentuk suatu pola tertentu. Titik-titik (poin-poin) menyebar secara acak yang berada di sekitar angka 0 atau origin (nol) pada sumbu Y. Sehingga, dapat dibuktikan pada persamaan regresi tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas atau data homoskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda Setelah memastikan bahwa data yang akan diuji tersebut adalah valid, dilakukan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan Tabel 5 dapat diinterpretasikan bahwa persamaan regresi linier berganda antara Variabel (X1) dan (X2) terhadap (Y) menjadi model/rumus persamaan sebagai berikut dengan hasil uji yang dapat dilihat pada Tabel 5: Tabel 5. Hasil analisis regresi linier berganda
a. Dependent Variable: RMS
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa masing-masing variabel bebas berpengaruh terhadap RMS. Hal ini ditunjukkan melalui tabel nilai beta dimana nilai signifikansi kedua variabel bebas bernilai positif.
17
Persamaan regresi linier berganda yang didapatkan dari tabel nilai beta adalah sebagai berikut: Rentabilitas Modal Sendiri (Y) = 0.007 + 0.834 X1 + 0.006 X2 Penjelasan: a. Konstanta (a) Jika semua variabel bebas memiliki nilai nol, maka nilai variabel terikat (beta) sebesar 0.007 b. Koefisien regresi variabel X1 (efisiensi modal kerja) Variabel X1 memiliki nilai sebesar 0.834, yang bermakna apabila variabel X1 mengalami kenaikan satu satuan, maka efisiensi modal kerja akan mengalami peningkatan sebesar 0.834 satuan dengan asumsi variabel efisiensi modal kerja bernilai tetap. c. Koefisien regresi variabel X2 (efisiensi biaya) Variabel X2 memiliki nilai sebesar 0.006, yang bermakna apabila variabel X2 mengalami kenaikan satu satuan, maka efisiensi biaya akan mengalami peningkatan sebesar 0.006 satuan dengan asumsi variabel efisiensi modal kerja bernilai tetap. Interpretasi output regresi berganda ditampilkan dalam bentuk satuan desimal namun satuan masing-masing variabel yang sesungguhnya adalah menggunakan persen sehingga dapat dihitung besaran nilai dari masing-masing variabel.
Uji R2 Tabel 6. Hasil koefisien determinasi
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa besarnya r2 berada di antara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0≤ r2 ≤ 1. Jika nilai semakin mendekati 1 (satu) maka model tersebut baik dan pengaruh antara variabel bebas X1 dan X2 dengan Variabel Y semakin kuat (erat hubungannya). Berdasarkan Tabel 6, nilai R sebesar 0,960 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara EMK, EB dan RMS sebesar 0,960 atau 96%. Sedangkan koefisien determinan dari nilai R square sebesar 0.922 (92.2%) yang bermakna bahwa RMS dapat dijelaskan oleh efisiensi modal kerja dan biaya sebesar 92.2% sedangkan untuk sisanya sebesar 7.8% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti. Variabel lain yang memiliki kemungkinan memberikan pengaruh terhadap RMS yaitu volume penjualan, profit margin dan struktur modal.
18
Pengujian Hipotesis Pengujian model lebih lanjut agar diketahui seberapa besar pengaruhnya variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y maka dilakukan uji F dan uji T. Uji F Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan f hitung dengan f tabel atau dapat juga dengan melihat nilai signifikansi. Uji F menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap loyalitas pelanggan Apabila nilai Fhitung > Ftabel, dengan tingkat keyakinan 95%, α = 5% lalu menentukan derajat bebas (df) pembilang (numerator) dan df penyebut (denominator). Numerator = banyak variabel bebas (X1, X2) = 2 serta denominator = N-m-1 = 322-1 maka F tabel = F5%; df (2)(29) = 3,33. Hasil uji ini dapat dilihat dengan pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai F hitung pada model RMS
a. Predictors: (Constant), Efisiensi Biaya, ROW b. Dependent Variable: RMS
Berdasarkan Tabel 7 di atas didapatkan hasil uji analisis regresi linier berganda pada model RMS menunjukkan nilai sebesar 171,481> F tabel sebesar 3,33 dengan signifikansi 0.000 < (α) 0.05 sehingga Ho1 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel efisiensi modal kerja dan efisiensi biaya secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri (H11 diterima).
Uji T Uji-T dengan SPSS 16 pada penelitian ini menghasilkan output sebagai berikut : Tabel 8. Hasil uji- T
a. Dependent Variable: RMS
Hasil uji T dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5 %, dengan menentukan df menggunakan rumus ( n – k) dimana n = banyak observasi dan k = banyaknya variabel independen. Maka t(α)/2;df(n-3) = t5%/2;df (32-3) = t2.5%;df
19
(29) = 2,04523. Berdasarkan Tabel 8, didapatkan nilai T hitung masing-masing variabel adalah : a. Variabel ROW memiliki nilai probabilitas sebesar (0.000) < α (0.05), artinya signifikan, didukung dengan nilai t hitung sebesar (14,198) > t tabel (2.04523) yang artinya signifikan. Secara parsial ada pengaruh signifikan antara efisiensi modal kerja terhadap rentabilitas modal sendiri. b. Variabel efisiensi biaya memiliki nilai probabilitas sebesar (0.389) > α (0.05) dengan nilai t hitung < t tabel yaitu (0,874) < (2,04523), maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi biaya tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri. Walaupun hanya variabel EMK yang berpengaruh, tidak dapat disimpulkan bahwa variabel EB tidak memiliki pengaruh sama sekali. Sebab secara uji simultan menyatakan bahwa terima H1 dimana nilai kedua variabel tidak sama dengan nol. Hal ini dapat dilihat pada koefisien beta hasil uji F dimana variabel EB memiliki pengaruh sebesar 0,6% dalam meningkatkan RMS.
Analisis Uji Beda (Paired Samples T-Test) Ringkasan hasil t-test dan uji normalitas data dengan KS dapat dilihat pada Tabel 9. Setelah melakukan analisis efisiensi biaya untuk beban usaha KPPD DKI Jakarta, peneliti kemudian melakukan uji beda dengan paired samples T-test, uji ini dimaksudkan untuk melihat apakah selisih dari rencana dan realisasi dari masing-masing biaya yang terdapat pada beban usaha, masih dalam batas kewajaran manajemen atau sebaliknya, sehingga dapat dicarikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan hipotesis sebagai berikut: Ho4 : Tidak ada perbedaan rencana biaya antara biaya standar dan realisasi. H14 : Ada perbedaan rencana biaya antara biaya standar dan realisasi. Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara rencana dan realisasi beban usaha akan diterima jika nilai sig. > α 0,05. Dari hasil uji beda dapat dijelaskan bahwa selisih yang terjadi antara rencana dan realisasi biaya masih dapat ditoleransi atau masih dalam batas pengendalian manajemen, namun hal ini berlaku hanya untuk biaya bunga bank, biaya penyusutan, dan biaya amortisasi. Sedangkan untuk biaya pegawai dan biaya umum tahun 2006 hingga 2013 memiliki ketidaksesuaian/selisih diluar batas pengendalian atau dapat dikatakan tidak cukup dapat ditoleransi selisihnya menurut hasil uji beda berpasangan. Pada Tabel 9 dijelaskan mengenai ringkasan hasil uji beda untuk selisih biaya-biaya yang terdapat pada beban usaha KPPD DKI Jakarta 20062013.
20
Tabel 9. Hasil uji beda (paired samples t-test) Keterangan
Biaya Pegawai Biaya Umum Biaya Bunga Bank Biaya Penyusutan Biaya Amortisasi
Asymp. Sig. Normalitas data KS 1,000 0,918 0,893 0,998 0,211
Asymp. Sig. Paired Samples T-Test 0,001 0,007 0,120 0,913 0,043
Kesimpulan
Ada Perbedaan Ada Perbedaan Tidak Ada Perbedaan Tidak Ada Perbedaan Tidak Ada Perbedaan
Output SPSS 16, diolah (2014)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf KPPD DKI Jakarta, faktor-faktor yang menyebabkan adanya selisih antara rencana dan realisasi biaya secara umum disebabkan oleh adanya pos baru yaitu biaya pembinaan anggota yang dikhususkan untuk kesejahteraan anggota dan anggota yang merangkap sebagai pengurus atau pegawai KPPD DKI Jakarta. Bentuk kesejahteraan pos ini berupa pembagian voucher belanja kepada seluruh anggota yang aktif setiap tahun, lalu ada pembagian payung, kalender dan sisanya akan dimasukkan dalam rekening masing-masing anggota yang dapat diambil apabila anggota tersebut pensiun, berhenti dari keanggotaan atau meninggal dunia. Adanya pos baru ini merupakan kebijakan pengurus yang berlandaskan pada tujuan KPPD yaitu mensejahterakan anggota. Selengkapnya mengenai hasil uji beda pada Lampiran 9. Analisis Peramalan Analisis peramalan ini digunakan untuk memperkirakan berapa SHU KPPD DKI Jakarta sepuluh tahun yang akan datang dari tahun 2014 hingga hingga 2023, dimana data yang digunakan adalah data masa lalu SHU mulai dari tahun 2006 hingga tahun 2013. Hasil plot pola data SHU KPPD DKI Jakarta periode 2006 hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini.
Gambar 8. Grafik plot data SHU KPPD DKI Jakarta 2006-2013 Output Minitab 14, diolah (2014)
Berdasarkan Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa data yang ditampilkan tidak mengalami stasioneritas atau dapat dikatakan memiliki trend. Pada plot data SHU di atas datanya tidak konstan sehingga analisis peramalan untuk sepuluh tahun kedepan dapat dilakukan. Langkah selanjutnya setelah dilakukan plot data dan data tidak stasioner, maka dilakukan peramalan SHU pada sepuluh tahun
21
berikutnya. Hasil analisis tersebut dijabarkan dan diringkas dalam Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Hasil perhitungan ukuran relatif masing-masing metode peramalan Metode Linier Trend Model Quadratic Trend Model Decomposition Multiplicative Model Decomposition Additive Model Single Exponential Smoothing Double Exponential Smoothing Moving Average
MAPE 4,2545 1,6917 4,2015 4,2165 4,3625 5,2430 4,7949
(Data diolah, Juli 2014)
Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa nilai MAPE terkecil terdapat pada metode Quadratic Trend Model dengan nilai kesalahan sebesar (1,6917). Maka dapat disimpulkan bahwa metode terbaik untuk meramalkan besaran SHU untuk sepuluh tahun mendatang adalah metode Quadratic Trend Model dengan persamaan Yt = 896.107.494 – 289.815.873*t + 44.639.040*t**2. Dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan awal bahwa setiap tahun terjadi penurunan SHU sebesar 289.815.873*t dan kenaikan SHU sebesar 44.639.040*t**2. Data hasil peramalan diringkas dalam Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Prakiraan SHU KPPD DKI Jakarta T (periode ke-)
Tahun
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Peramalan SHU(RpJutaan/Tahun) 1903,53 2461,85 3109,46 3846,34 4672,50 5587,94 6592,65 7686,65 8869,92
10142,5
(Data diolah, Juli 2014)
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya SHU bersih mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 21% dimana berada di bawah rata-rata tingkat pertumbuhan SHU sebelum prakiraan (2006-2013) yaitu sebesar 23%. Hasil peramalan menunjukkan arah yang positif dan tidak berfluktuasi, tidak ada nilai yang terlalu tinggi ataupun nilai yang terlalu rendah. Selengkapnya mengenai output prakiraan SHU dengan minitab 14 pada Lampiran 10.
Implikasi Manajerial Implikasi manajerial disesuaikan dengan 4 bidang manajemen yaitu SDM, Pemasaran, Keuangan, Produksi dan Operasi. Namun karena penelitian ini mengenai keuangan maka yang lebih banyak diulas yakni dari sisi manajemen keuangannya.
22
Manajemen modal kerja diperlukan dalam menunjang kelancaran kegiatan seperti membayar gaji pegawai, membayar utang, membayar bunga, dan kegiatan lain yang termasuk dalam kegiatan rutin koperasi. Koperasi ini juga harus berusaha meminimalisasi beban usaha khususnya biaya pegawai dan biaya umum salah satunya dengan cara mengganti pencetakan buku laporan keuangan dengan sistem pelaporan keuangan berbasis online yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh anggota. Mencari sumber-sumber dana lain yang saling menguntungkan, salah satu contohnya dapat dilakukan dengan menerbitkan obligasi (surat hutang jangka panjang). Selanjutnya memberlakukan sistem yang ketat dalam menyalurkan kredit kepada anggota serta koordinasi yang lebih baik dengan Bank DKI sehubungan dengan pemindahbukuan potongan tagihan dari anggota. Berkaitan dengan aspek pemasaran, dapat dilakukan dengan sosialisasi ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) di wilayah Pemprov. DKI mengenai manfaat menjadi anggota KPPD DKI Jakarta karena total pegawai negeri sipil (PNS) yang ada di DKI ± jumlahnya 80.000 orang. Sementara pada akhir periode 2013, koperasi ini hanya menyerap anggota sebanyak 9.112 orang. Jumlah PNS yang ikut secara sukarela pada KPPD hanya 12% dari total keseluruhan PNS di wilayah pemprov DKI. Dimana total pegawai yang aktif melakukan transaksi hanya sebesar 6.500 anggota saja. Hal ini berhubungan dengan jumlah simpanan anggota yang akan menambah modal koperasi dan jika partisipasi anggota yang aktif melakukan transaksi lebih banyak maka akan dapat mempengaruhi volume usaha KPPD. Hal yang perlu dilakukan terkait SDM, dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan pada karyawan mengenai manajemen keuangan koperasi yang efisien dan efektif. Selanjutnya menunjuk salah satu karyawan atau merekrut karyawan baru untuk melakukan sosialisasi ke SKPD dan UKPD di wilayah Pemprov DKI Jakarta. Berkaitan dengan aspek produksi dan operasi, dapat dilakukan dengan kerjasama antar koperasi, dan membangun hubungan yang solid dengan pihak ke III atau badan usaha lainnya guna meningkatkan pendapatan dan demi kesejahteraan anggota. Salah satu nya dapat diwujudkan dengan cara bekerjasama dengan unit usaha kecil menengah (UKM) dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di wilayah DKI Jakarta.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pada hasil peneliian pengaruh efisiensi modal kerja dan biaya terhadap rentabilitas modal sendiri, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a. Penggunaan modal kerja KPPD DKI Jakarta belum optimal atau belum efisien karena rasio EMK yang menurun dan pada pengendalian biaya KPPD dapat dikatakan belum efisien karena selalu terjadi inefisiensi di setiap akhir periode dan rasio RMS juga tidak dapat dikatakan sehat karena rasio RMS yang menurun mulai akhir periode 2008 hingga 2013.
23
b.
c.
d.
Pada uji regresi linier berganda untuk uji simultan didapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara EMK dan EB terhadap RMS. Lalu menurut uji parsial didapatkan hasil bahwa hanya variabel EMK yang berpengaruh terhadap variabel RMS dengan nilai signifikansi untuk EMK (0.000), sedangkan variabel EB tidak memiliki pengaruh terhadap variabel RMS dengan nilai signifikansi EB (0.389). Paired samples t-test menghasilkan output bahwa biaya bunga bank, amortisasi, dan penyusutan masih dapat ditoleransi selisih/perbedaannya. Namun untuk biaya pegawai dan umum menunjukkan bahwa selisihnya tidak dapat ditoleransi. Metode peramalan time series terbaik untuk prakiraan SHU adalah metode quadratic trend model dengan nilai MAPE (1,6917) dengan rata-rata pertumbuhan prakiraan SHU sebesar 21%. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dirumuskan beberapa saran seperti berikut: a. KPPD DKI Jakarta harus berusaha memperbesar volume usahanya guna memperbesar pendapatan bagi koperasi dengan melakukan kerjasama antar koperasi maupun dengan pihak ke III atau badan usaha lain, serta dapat dilakukan dengan sosialisasi ke SKPD dan UKPD mengenai manfaat menjadi anggota KPPD DKI Jakarta. b. Menerbitkan obligasi (surat hutang jangka panjang) dan memberlakukan sistem yang efektif dalam penyaluran kredit dilandasi dengan prinsip 5C (character, capacity, capital, condition of economy, and collateral) karena meningkatnya jumlah gagal tagih. c. Mengupayakan koordinasi yang lebih baik dengan Bank DKI dalam hal pengembalian tagihan dari anggota yang antara lain disebabkan oleh saldo yang terblokir dan tidak mencukupinya saldo anggota sebelum dilakukan pemotongan oleh Bank DKI. d. Pengendalian pada biaya pegawai dan umum harus dilakukan lebih baik di masa mendatang, salah satu caranya dengan pencetakan buku laporan yang dialihkan dengan laporan berbasis online dimana setiap anggota memiliki username dan password untuk dapat melihat laporan sehingga tidak perlu lagi membuat buku laporan dan membagikannya kepada seluruh anggota (koperasi berbasis IT). e. Menunjuk karyawan atau merekrut karyawan baru untuk melakukan sosialisasi mengenai manfaat menjadi anggota KPPD DKI Jakarta. Memberikan pelatihan dan peningkatan kemampuan kepada karyawan tentang manajemen keuangan koperasi yang efektif dan efisien. f. Membangun hubungan dengan pihak ke III atau badan usaha lainnya yang dapat dilakukan dengan cara menggandeng UKM dan UMKM yang tersebar di wilayah DKI Jakarta.
24
DAFTAR PUSTAKA Baroto T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Carter WK, Usry MF. 2004. Cost Accounting. Jakarta (ID) : Salemba Empat. Hendar, Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi (Untuk Perguruan Tinggi). Jakarta (ID): FEUI. Husnan S, Pudjiastuti E. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta (ID): UPP STIM YKPN. [Menkukm]. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2008. Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Jakarta (ID): Menkukm. KPPD DKI Jakarta. 2014. Laporan Keuangan KPPD DKI Jakarta 2006-2013. Jakarta (ID) : KPPD DKI Jakarta. Makridakis, Wheelwright, McGee. 1999. Forecasting: Methods and Applications, Second Edition. Inggris (EN): John Wiley & Sons, Inc. Mukhotib A. 2008. Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Dalam Meningkatkan Profitabilitas Pada Koperasi “SAE” PUJON [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Pebriyanti. 2013. Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Dengan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Pemoderasi (studi kasus pada pt.Petro multi guna tanjung pinang) [Skripsi]. Tanjungpinang (ID): Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pemerintah Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Riyanto B. 2008. Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan. Yogyakarta (ID) : BPFE-UGM. Sawir A. 2005. Kebijakan Pendanaan dan Restruksi Perusahaan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka. Siregar S. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan Manual & SPSS. Jakarta (ID) : Kencana. Sunyoto D. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta (ID) : Media Pressindo. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Bandung (ID) : Alfabeta. Walida B. 2010. Analisis Modal Kerja Dan Efisiensi Biaya Serta Pengaruhnya Terhadap Rentabilitas Pada PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung [Tesis]. Universitas Komputer Indonesia. Bandung (ID). Wijayanti I. 2010. Pengaruh Efektifitas Modal Kerja (EMK) dan Likuiditas Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Magelang [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
25
Oktaviana SR. 2013. Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung) [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pasundan.
DAFTAR ISTILAH EB EMK FITS MAD MAPE
: : : : :
MSE
:
ROW
:
RMS SELISIH
: :
SHU
:
Efisiensi Biaya Efisiensi Modal Kerja Garis trend hasil plot data pada program minitab Nilai Tengah Absolut Deviasi Pendekatan ini sangat berguna jika ukuran variabel peramalan merupakan faktor penting dalam mengevaluasi akurasi peramalan tersebut. MAPE memberikan petunjuk seberapa besar kesalahan peramalan dibandingkan dengan nilai sebenarnya dari series tersebut. Metode alternatif dalam mengevaluasi suatu teknik peramalan. Setiap kesalahan atau residual dikuadratkan, kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah observasi. Pendekatan ini penting karena suatu teknik yang menghasilkan kesalahan yang moderat lebih disukai oleh suatu peramalan yang biasanya menghasilkan kesalahan yang lebih kecil tetapi kadang-kadang menghasilkan kesalahan yang sangat besar. Rasio yang mengukur efisiensi modal kerja, dihitung dengan cara membagi aktiva lancar dengan pendapatan operasi. Rentabilitas Modal Sendiri Varian, nama lain untuk efisiensi biaya yang digunakan dalam pengolahan SPSS Sisa Hasil Usaha, Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam satu tahun buku yang bersangkutan.
26
27
Lampiran 1. Tabel pertumbuhan SHU periode 2006 hingga 2013 SHU (dlm Jutaan)
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
586,881 711,502 256,754 415,633 553,834 818,897 1122,412 1375,938
Rata-rata prosentase pertumbuhan per tahun (Data olahan 2014)
Prosentase Pertumbuhan (%/Tahun) 21,23 (63.91) 61.88 33.25 47.86 37.06 22.59
Perkembangan (%/Tahun) -85,14 125,79 -28,63 14,61 -10,8 -14,47
22,58% = 23%
Lampiran 2. Rekapitulasi potongan anggota KPPD untuk tagihan selama periode 2012-2013 Tahun
2012
2013
Bulan
Total Tagihan
Jumlah Tagihan yang Gagal Ditagih
Persentase Gagal Tagih dari Total Tagihan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
3.832.420.271,00 4.032.554.589,00 3.849.288.016,00 3.928.875.015,00 4.118.944.082,00 4.166.922.728,00 4.296.158.078,00 4.311.043.869,00 4.384.671.877,00 4.403.591.479,00 4.499.096.684,00 4.569.063.334,00 4.547.176.416,00 4.701.121.905,00 4.876.328.165,00 4.532.008.432,00 5.309.195.743,00 5.275.278.202,00 5.211.971.234,00 5.436.506.211,00 5.444.200.610,00 5.268.232.921,00 5.395.527.272,00 5.391.819..496,00
233.046.446,00 246.830.378,00 154.635.596,00 155.135.522,00 194.491.858,00 185.877.219,00 196.887.691,00 201.722.607,00 249.612.252,00 214.095.568,00 249.420.573,00 239.852.785,00 399.891.476,00 406.411.243,00 398.793.657,00 337.076.437,00 413.394.526,00 428.734.002,00 320.198.196,00 437.417.503,00 464.470.310,00 323.599.452,00 439.541.496,00 495.142.177,00
6,08 6,12 4,02 3,95 4,72 4,46 4,58 4,68 5,69 4,86 5,54 5,25 8,79 8,64 8,18 7,44 7,79 8,13 6,14 8,05 8,53 6,14 8,15 9,18
(Data olahan 2014)
Lampiran 3. Prosentase pertumbuhan kas dan setara kas Tahun
Kas & Setara Kas
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1.052.915.674,93 2.007.895.055,59 2.781.200.345,00 2.540.415.754,00 7.518.880.711,00 9.036.802.965,00 19.973.667.381,00 21.271.463.769,00
(Data olahan 2014)
Prosentase Pertumbuhan (%/tahun)
Perkembangan
90,70 38,51 (8,66) 195,97 20,19 121,03 6,49
(52,19) (47,17) 204,63 (175,78) 100,84 (114,53)
28
28
Lampiran 4. Tabel rekapitulasi hasil penelitian terdahulu No Tahun Nama Judul Peneliti
Metode
Hasil Utama
Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Dalam Analisa Laporan Keuangan Efisiensi operasi Koperasi “SAE“ Pujon belum Meningkatkan Profitabilitas Pada Koperasi “SAE” Dengan Perbandingan tepat dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Hal PUJON Rasio Masa Lalu dan ini dilihat dari tingkat perputaran modal kerja dan Sekarang return on working capitalnya secara keseluruhan menurun. Serta terjadinya penurunan RMS. Hal ini disebabkan kenaikan modal sendiri relatif lebih besar daripada kenaikan SHU akibat dari peningkatan biaya.
1
2008
Achmad Mukhotib
2
2010
3
2013
Isnaini Ari Pengaruh Efektifitas Modal Kerja (EMK) dan Wijayanti Likuiditas Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Magelang Pebriyanti Pengaruh Efisiensi Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih Dengan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Pemoderasi (studi kasus pada pt. Petro multi guna tanjung pinang)
4
2010
5
2013
Pendekatan Kuantitatif dan Uji Regresi Berganda
Baik secara simultan maupun parsial, EMK dan likuiditas sama-sama berpengaruh terhadap ROA. Uji r2 untuk EMK 11,7% dan likuiditas 24,7%.
Uji Statistik Regresi Linier Dengan Variabel Moderating Menggunakan MRA
Efisiensi biaya operasional berpengaruh positif terhadap laba bersih dan perputaran persediaan tidak memoderasi hubungan antara efisiensi biaya operasional dengan laba bersih pada PT. Petro Multi Guna Tanjung Pinang.
Analisis Modal Kerja dan Efisiensi Biaya Serta Pengaruhnya Terhadap Rentabilitas Pada PT. POS INDONESIA
Pendekatan Kuantitatif dan Analisis Regresi Berganda
Modal Kerja dan Efisiensi Biaya berpengaruh secara simultan terhadap rentabilitas tetapi secara parsial hanya efisiensi biaya yang berpengaruh terhadap rentabilitas.
Sena Rizki Pengaruh Efisiensi Modal Kerja (EMK) Terhadap Oktaviana Rentabilitas Modal Sendiri (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung)
Deskriptif Verifikatif dengan Analisis Regresi,Korelasi Product Moment, Koefisien Determinasi serta Uji t
EMK berpengaruh positif terhadap rentabilitas modal sendiri.
Benazir Walida
(Data olahan 2014)
29
Lampiran 5. Struktur organisasi KPPD DKI Jakarta
Rapat Anggota Tahunan Pengurus: 1. 2. 3. 4. 5.
Badan Pengawas: 1. Ketua 2. Sekretaris 3. Anggota
Ketua Umum Ketua Bidang Usaha Ketua Bidang Umum & Permodalan Sekretaris I & II Bendahara I & II
Manajer Administrasi & Umum
Tata Usaha
Akunta nsi
Simpanan & Keanggotaan
Pinjaman & Usaha
Keuangan
Piutang
Pinjaman Uang
Usaha
Simpa nan
Keangg otaan
Pengolah Data & Informasi
Verifikasi & Pengolah Data
Pengurus Unit Perwakilan/ Anggota 29
: adanya koordinasi antara pengurus inti dengan pengurus unit perwakilan.
30
Lampiran 6.
Tabel perhitungan efisiensi modal kerja KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013
Tahun 2006 Maret 2006 Juni 2006 Sept 2006 Des 2007 Maret 2007 Juni 2007 Sept 2007 Des 2008 Maret 2008 Juni 2008 Sep 2008 Des 2009 Maret 2009 Juni 2009 Sep 2009 Des 2010 Maret 2010 Juni 2010 Sep 2010 Des 2011 Maret 2011 Juni 2011 Sep 2011 Des 2012 Maret 2012 Juni 2012 Sep 2012 Des 2013 Maret 2013 Juni 2013 Sep 2013 Des (Data olahan 2014)
Pendapatan Asset Lancar/Modal Operasi kerja 266.186.253 5.952.618.665 595.312.290 6.486.420.219 782.824.171 6.836.753.350 715.704.746 6.882.854.844 307.865.267 6.682.721.932 650.118.914 7.489.764.499 985.072.358 8.303.792.143 859.572.227 8.690.263.357 352.345.669 8.778.131.218 779.379.968 9.705.067.129 1.125.346.489 10.123.106.458 347.761.795 9.968.617.400 1.779.069.681 11.686.973.649 2.131.136.143 13.202.739.950 2.637.765.454 14.835.128.729 532.430.569 15.644.625.571 2.233.148.100 18.403.558.115 3.089.012.127 21.972.202.412 1.598.780.896 28.566.977.932 708.271.628 24.275.335.250 3.656.863.482 28.413.564.820 2.756.427.484 29.582.460.763 2.673.122.443 31.366.758.777 1.020.050.452 27.573.937.222 3.839.543.706 32.495.403.351 1.844.080.658 32.969.102.220 2.176.158.303 48.742.198.098 779.940.800 44.625.639.960 6.180.154.933 51.622.702.686 5.428.332.067 54.740.546.632 4.113.085.781 56.280.995.346 1.059.095.692 49.543.770.691 Mean/rata-rata rasio EMK
ROW
Kriteria
4,47% 9,18% 11,45% 10,40% 4,61% 8,68% 11,86% 9,89% 4,01% 8,03% 11,12% 3,49% 15,22% 16,14% 17,78% 3,40% 12,13% 14,06% 5,60% 2,92% 12,87% 9,32% 8,52% 3,70% 11,82% 5,59% 4,46% 1,75% 11,97% 9,92% 7,31% 2,14% 8,56%
I E E E I E E E I I E I E E E I E E I I E E I I E I I I E E I I
31
Lampiran 7. Tahun 2006 Maret 2006 Juni 2006 Sept 2006 Des 2007 Maret 2007 Juni 2007 Sept 2007 Des 2008 Maret 2008 Juni 2008 Sep 2008 Des 2009 Maret 2009 Juni 2009 Sep 2009 Des 2010 Maret 2010 Juni 2010 Sep 2010 Des 2011 Maret 2011 Juni 2011 Sep 2011 Des 2012 Maret 2012 Juni 2012 Sep 2012 Des 2013 Maret 2013 Juni 2013 Sep 2013 Des
Tabel perhitungan efisiensi biaya KPPD DKI Jakarta tahun 20062013 Biaya Standar
Biaya Realisasi
Biaya Standar (%)
Biaya Realisasi (%)
Selisih
1.709.192.948
477.727.926
100,00%
27,95%
72,0%
1.709.192.948
833.018.035
100,00%
48,74%
51,3%
1.709.192.948
1.198.099.110
100,00%
70,10%
29,9%
1.709.192.948
1.812.260.013
100,00%
106,03%
-6,0%
1.871.054.243
473.533.004
100,00%
25,31%
74,7%
1.871.054.243
918.994.813
100,00%
49,12%
50,9%
1.871.054.243
1.298.801.401
100,00%
69,42%
30,6%
1.871.054.243
2.056.339.978
100,00%
109,90%
-9,9%
2.243.623.520
598.709.600
100,00%
26,68%
73,3%
2.243.623.520
1.013.037.312
100,00%
45,15%
54,8%
2.243.623.520
1.407.855.054
100,00%
62,75%
37,3%
2.243.623.520
3.074.566.781
100,00%
137,04%
-37,0%
3.984.449.975
676.538.753
100,00%
16,98%
83,0%
3.984.449.975
1.364.394.315
100,00%
34,24%
65,8%
3.984.449.975
1.980.060.578
100,00%
49,69%
50,3%
3.984.449.975
5.312.712.937
100,00%
133,34%
-33,3%
5.425.709.245
881.971.810
100,00%
16,26%
83,7%
5.425.709.245
1.676.101.517
100,00%
30,89%
69,1%
5.425.709.245
4.696.075.487
100,00%
86,55%
13,4%
5.425.709.245
6.907.608.907
100,00%
127,31%
-27,3%
7.165.405.365
1.168.842.780
100,00%
16,31%
83,7%
7.165.405.365
3.761.908.644
100,00%
52,50%
47,5%
7.165.405.365
5.379.560.876
100,00%
75,08%
24,9%
7.165.405.365
9.076.391.464
100,00%
126,67%
-26,7%
9.429.637.788
2.213.279.553
100,00%
23,47%
76,5%
9.429.637.788
6.561.988.093
100,00%
69,59%
30,4%
9.429.637.788
8.535.036.625
100,00%
90,51%
9,5%
9.429.637.788
12.072.640.016
100,00%
128,03%
-28,0%
13.156.000.000
3.303.704.601
100,00%
25,11%
74,9%
13.156.000.000
6.504.838.436
100,00%
49,44%
50,6%
13.156.000.000
9.922.296.404
100,00%
75,42%
24,6%
13.156.000.000
14.524.927.396
100,00%
110,41%
-10,4%
Rata-rata selisih pertahun (Data olahan 2014)
36,1%
32
Lampiran 8.
Tahun 2006 Maret 2006 Juni 2006 Sept 2006 Des 2007 Maret 2007 Juni 2007 Sept 2007 Des 2008 Maret 2008 Juni 2008 Sep 2008 Des 2009 Maret 2009 Juni 2009 Sep 2009 Des 2010 Maret 2010 Juni 2010 Sep 2010 Des 2011 Maret 2011 Juni 2011 Sep 2011 Des 2012 Maret 2012 Juni 2012 Sep 2012 Des 2013 Maret 2013 Juni 2013 Sep 2013 Des
Tabel perhitungan rentabilitas modal sendiri KPPD DKI Jakarta tahun 2006-2013 Laba setelah pajak/SHU
Modal Sendiri
228.421.509 6.137.441.774 513.395.418 6.662.310.343 666.912.489 7.032.284.974 586.881.205 7.143.919.850 267.546.796 6.943.538.938 548.101.664 7.719.781.098 839.681.802 8.524.261.742 711.502.062 8.922.367.260 297.635.773 13.066.084.481 667.068.490 9.883.073.379 954.219.008 10.348.829.708 256.754.151 10.302.546.064 1.555.841.596 12.029.448.313 1.854.494.000 13.502.854.331 2.272.116.547 15.136.316.110 415.633.085 14.110.811.108 1.945.854.087 16.901.376.052 2.673.529.118 18.778.713.130 1.347.055.603 18.522.112.078 553.834.444 18.510.550.218 3.173.820.284 22.637.335.139 2.379.173.732 23.744.132.033 2.281.541.813 25.560.465.047 818.897.071 25.846.316.790 3.351.355.618 30.761.369.919 1.603.893.951 31.104.041.899 1.863.628.640 33.388.686.744 1.122.412.447 34.651.734.629 5.391.416.566 41.625.917.355 4.727.470.621 44.570.109.820 3.518.680.621 46.110.391.134 1.375.938.145 45.679.216.418 Mean/rata-rata RMS
(Data olahan 2014)
RMS (desimal)
RMS (%)
0,037 0,077 0,095 0,082 0,039 0,071 0,099 0,080 0,023 0,067 0,092 0,025 0,129 0,137 0,150 0,029 0,115 0,142 0,073 0,030 0,140 0,100 0,089 0,032 0,109 0,052 0,056 0,032 0,130 0,106 0,076 0,030 0,08
3,72% 7,71% 9,48% 8,2% 3,9% 7,1% 9,9% 8,0% 2,3% 6,7% 9,2% 2,5% 12,9% 13,7% 15,0% 2,9% 11,5% 14,2% 7,3% 3,0% 14,0% 10,0% 8,9% 3,2% 10,9% 5,2% 5,6% 3,2% 13,0% 10,6% 7,6% 3,0% 8%
33
Lampiran 9. Hasil uji beda (paired samples T-test)
Output SPSS 16, diolah (2014) 33
34
Lampiran 10. Hasil olah data peramalan SHU dengan Minitab 14
Output Minitab 14, diolah (2014)
35
Lampiran 11.
Daftar pertanyaan wawancara untuk Kepala Bagian Administrasi dan Umum KPPD DKI Jakarta
Nama responden Jabatan Tanggal
: Bapak Sayuti : Kabag. Administrasi dan Umum : 07 Juli – 08 Juli 2014
1) Apakah KPPD melakukan usaha lain diluar usaha simpan pinjam? Ya, diantaranya pertokoan, kredit barang elektronik, kredit sepeda motor, persewaan rumah kost, persewaan ruangan, dan lain-lain. 2) Lalu bagaimana sistem penagihan atas kredit-kredit yang disalurkan kepada anggota? KPPD bekerjasama dengan Bank DKI dalam melakukan penagihan atas jumlah kredit yang disalurkan. Jadi Bank DKI akan melakukan pemotongan TKD (tunjangan kesejahteraan daerah) milik anggota setiap bulannya. 3) Lalu apakah pernah terjadi gagal tagih ? Ya terjadi peningkatan gagal tagih, dimana peningkatan paling signifikan terjadi pada 3 bulan terakhir pada akhir tahun 2013. Hal tersebut disebabkan oleh saldo yang tidak cukup pada rekening anggota sebelum Bank DKI melakukan pemotongan tagihan, saldo diblokir, dan kurangnya kesadaran juga dari anggota. 4) Apakah terjadi masalah pada pelunasan simpanan wajib dan pokok Pak? Tidak ada sejauh ini, karena pemotongan simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan lain itu dilakukan oleh Bank DKI. Kalaupun ada yang mau bayar cash/tunai, itu boleh saja. 5) Pak saya berencana untuk melakukan penelitian mulai dari 2005 hingga 2013, apakah Bapak memiliki datanya? Ya untuk 2006 hingga 2013 datanya lengkap, akan tetapi untuk data tahun 2005 hanya tersedia data di akhir tahun saja karena saat periode tersebut masih menggunakan cara manual. 6) Setelah melakukan analisis pendahuluan pada besaran SHU, saya menemukan adanya penurunan drastis pada tahun 2008, apa sebenarnya yang menyebabkan SHU tersebut turun begitu drastis? Hal tersebut terjadi karena adanya akun/pos baru yaitu biaya pembinaan anggota yang dibuat untuk kesejahteraan anggota. 7) Apakah biaya pembinaan anggota yang dimaksud adalah biaya untuk pendidikan dan pelatihan? Bukan, untuk pendidikan sudah ditetapkan di anggaran dasar KPPD. 8) Lalu digunakan untuk apa saja pos pembinaan anggota itu Pak? Pemberian voucher kepada anggota yang aktif sebesar Rp 300.000,- per anggota setiap tahun. Dimana jumlah anggota aktif sebanyak 6.500 orang. Lalu ada pembagian payung, kalender dan sisanya dimasukkan ke rekening anggota.
36
Lanjutan Lampiran 11. 9) Pak, SHU pada KPPD ini masih berupa SHU sebelum pajak, lalu kalau saya sebut sebagai SHU saja, berarti hal tersebut sama besarnya dengan laba setelah pajak? Iya betul, laba setelah pajak itu untuk di perusahaan, kalau di koperasi, keuntungannya disebutnya SHU. 10) Lalu apa bedanya dengan SHU dengan deviden, bukankah SHU adalah milik anggota Pak? Deviden dibagikan berdasarkan jumlah kepemilikan saham, kalau SHU yang dibagikan kepada anggota atau “SHU untuk bagian anggota” adalah SHU yang sudah dikurangi dana cadangan dan lain-lain dan baru setelah dipotong dengan untuk cadangan, besarannya ditetapkan di Anggaran Dasar. 11) Bagaimanakah rincian besarnya pembagian SHU tersebut Pak? Untuk cadangan 20%, anggota 50%, pendidikan 7.5%, pengurus 7.5%, karyawan 10%, dan untuk sosial 5%. 12) Setelah saya mengamati laporan keuangan akhir periode 2006-2013, saya menemukan pada akhir 2013 terdapat catatan yang menyatakan bahwa terdapat kerjasama pihak ke III yang belum teralisasi, kerjasama dengan pihak manakah dan mengapa belum terealisasi? Diantaranya kerjasama dengan PT. Arminareka Perdana sebagai penyelenggara umroh dan haji plus. Kerjasama ini belum jalan karena belum ada pesertanya. Lalu rencana memiliki waralaba seperti alfamart/indomart namun belum dapat dilakukan karena belum tercukupinya dana. Diharapkan kerjasama-kerjasama yang belum tercapai dapat direalisasikan tahun ini.
37
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Mutia Tantri, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 November 1991 dari pasangan Sutrasno, SE dan Tri Mei Haryani. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Cikuya II pada Tahun 1997. Selain memasuki Sekolah Dasar Negeri, penulis juga memasuki Taman Pengajian Al Quran (TPA) dan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) di Masjid Darussalam Perumahan Taman Adiyasa, Cikasungka-Tangerang dan menyelesaikannya pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2003 di SMPN 1 Cisoka dan lulus pada tahun 2006. Selama menempuh pendidikan di SMP, penulis mendapat prestasi juara I lomba MTQ Putri Tingkat Mushola dan Masjid di Lingkungan Perumahan Taman Adiyasa dan juara II lomba MTQ Putri Tingkat SMP/MTS untuk Festival Pelajar Muslim Tangerang. Setelah lulus SMP, penulis melanjutkan ke jenjang SMA, pada tahun 2006 penulis diterima di SMAN I Balaraja yang saat ini menjadi SMAN I Kabupaten Tangerang dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Indonesia (UI) melalui Seleksi Masuk UI (SIMAK-UI) dan diterima di program vokasi kedokteran UI (D3) pada program Perumahsakitan Peminatan Akuntansi, Keuangan dan SDM Rumah Sakit, dan melanjutkan studi Sarjana pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB tahun 2012. Selama masa kuliah, penulis aktif tergabung dalam organisasi perkuliahan sebagai staf keuangan EXOM, Manajer Finance EXOM, Koordinator acara untuk buka bersama dengan Yayasan anak yatim Al-Ruhamma dan mengajar untuk anak-anak jalanan di Kebayoran yaitu Komunitas Peduli Anak Marjinal (KOPAJA).