Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
1
PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI PADA PERUSAHAAN FARMASI ANIQE KUSUMAWATI
[email protected]
Siti Rokhmi Fuadati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of financial leverage and earnings per share both simultaneously and partially to the profitability of personal capital in the pharmaceutical companies in the Indonesia Stock Exchange as well as to find out between the financial leverage and earnings per share which one of these two has dominant influence to the profitability of personal capital in the pharmaceutical companies in the Indonesia Stock Exchange. It can be concluded from the result of F test that the significant level as much as 0,000, so that simultaneously the financial leverage and earnings per share has significant influence to the profitability of personal capital in the pharmaceutical companies in the Indonesia Stock Exchange since the sign value as many as 0,000 < (α) 0.05. It can be concluded from the result of t test that sig of financial leverage as much as 0,000 is smaller than α = 0.05 so that the financial leverage has significant influence to the profitability of personal capital while the earnings per share has no significant influence to the profitability of personal capital since the earnings per share value of sig is as much as 0.819 > = 0.05. Based on the third hypothesis it can be concluded that the variable which has dominant influence to the profitability of personal capital is financial leverage since its partial determination coefficient which is as much as 0.3422 is the biggest. Keywords: financial report, financial leverage, earning per share, and profitability of own capital.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage keuangan dan earning per share baik secara simultan maupun parsial terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia serta untuk mengetahui diantara leverage keuangan dan earning per share manakah yang dominan pengaruhnya terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil uji F dapat disimpulkan bahwa tingkat signifikan sebesar 0,000, sehingga leverage keuangan dan earning per share secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia karena nilai sign 0,000 < (α) 0,05. Dari hasil Uji t dapat disimpulkan bahwa sig leverage keuangan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri sedangkan earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig earning per share 0,819 > = 0,05. Berdasarkan hipotesis yang ketiga dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh dominan terhadap rentabilitas modal sendiri adalah leverage keuangan karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar yaitu sebesar 0,3422..
Kata Kunci: laporan keuangan, leverage keuangan, earning per share dan rentabilitas modal sendiri
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
2 PENDAHULUAN Pasar Modal Indonesia memiliki peranan yang signifikan dalam proses penyaluran dana dari investor kepada perusahaan (pihak yang kekurangan dana). Pertimbangan investor dalam melakukan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka untuk saat ini ataupun dimasa yang akan datang. Jadi, investasi dapat diartikan sebagai kegiatan penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan pada waktunya nanti investor akan memperoleh keuntungan ekonomis dari penanaman modal tersebut. Bila investor memutuskan untuk membeli saham tertentu sebagai investasi, maka hasil yang diharapkan adalah mendapatkan keuntungan dari operasi return saham (capital gain) serta dividen yang akan dibayar perusahaan. Gerak dan perkembangan pasar modal salah satunya ditentukan oleh kecenderungan masyarakat sebagai pemilik modal dalam menyikapi berbagai isu-isu yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu transparancy dari pihak emiten dianggap sangat penting dan diperlukan untuk dapat mengembalikan kepercayaan pihak investor dalam melakukan investasi. Dalam hal ini peranan manajer keuangan sangat berpengaruh dalam merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana perusahaan, manajer keuangan juga bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber dana dan pembiayaan perusahaan sehingga tercipta kinerja perusahaan yang baik, tujuan perusahaan dapat tercapai dan kelangsungan hidup perusahaan juga terjamin. Dalam menentukan berapa besarnya dana yang diperlukan dalam membiayai aktivitas usahanya, perusahaan harus dapat mempertimbangkan berapa lama dana tersebut akan dipergunakan dan dari mana asal dana tersebut diperoleh. Ditinjau dari asalnya sumber dana dibedakan menjadi dua sumber dana yang berasal dari luar perusahaan yang disebut sumber dana ekstern dan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan disebut sumber dana intern (Riyanto, 2012:356). Dalam penggunaan sumber dana intern yang berupa modal sendiri, tidak akan menimbulkan beban tetap perusahaan, tetapi lain halnya dengan menggunakan sumber dana ekstern yang merupakan modal yang dihimpun dari luar perusahaan berupa hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek akan menimbulkan beban yaitu bunga dan angsuran. Peningkatan hutang akan secara langsung meningkatkan beban bunga sehingga perusahaan harus mampu menutupi beban tersebut melalui laba operasi yang didapatkan. Beban bunga besar akan mengurangi laba operasi yang ada dan akan mengakibatkan penurunan pada laba bersih, sebaliknya jika beban bunga kecil pengaruhnya terhadap laba pun kecil oleh sebab itu penggunaan modal sendiri maupun modal asing sudah tentu harus memperhatikan kondisi perusahaan, maka penggunaan analisis terhadap pinjaman yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan memang diperlukan, apakah menguntungkan bagi perusahaan atau sebaliknya akan merugikan perusahaan. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang maka dari itu banyak sekali yang harus dibangun seperti gedung sekolah, perkantoran, rumah sakit. Dengan banyaknya gedung yang harus dibangun dan ditingkatkan oleh perusahaan farmasi, maka diperlukan peranan yang sangat penting untuk membantu jalannya pembangunan tersebut supaya bisa lebih lancar. Dalam bidang usaha terutama badan usaha yang sudah go public khususnya perusahaan farmasi adalah salah satu perusahaan obatobatan yaitu perusahaan bisnis komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan dan mendistribusikan serta menjual produksinya terutama dalam hal kesehatan diberbagai daerah, maka dalam kegiatan operasionalnya banyak sekali terjadi penyimpangan khususnya dalam hal rentabilitas. Penurunan rentabilitas dapat mengganggu aktivitas atau kegiatan operasional suatu perusahaan dan apabila ini terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan kerugian bahkan menyebabkan kebangkrutan. Kondisi keuangan pada perusahaan dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami penurunan dan kenaikan atau dapat dikatakan fluktuatif, hal ini disebabkan adanya pengaruh hutang (leverage
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
3 keuangan) dalam penggunaan dana dalam memperoleh keuntungan, karena keuntungan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan penelitian sebagai berikut: (1) Apakah leverage keuangan dan earning per share secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?; (2) Apakah leverage keuangan dan earning per share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?; (3) Manakah diantara leverage keuangan dan earning per share yang mempunyai pengaruh dominan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?. Sedangkan tujuan penelitian adalah: (1) Untuk mengetahui pengaruh leverage keuangan dan earning per share secara simultan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia; (2) Untuk mengetahui pengaruh leverage keuangan dan earning per share secara parsial terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia; (3) Untuk mengetahui diantara leverage keuangan dan earning per share manakah yang dominan pengaruhnya terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Laporan Keuangan Baridwan (2008:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, sedang Munawir (2008:5) mendefinisikan laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, di mana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Leverage Leverage didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul di masa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer aset atau memberikan jasa ke pihak lain di masa mendatang, sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu (Hanafi, 2011:29). Leverage muncul terutama karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa yang telah diterima oleh organisasi dan dari dana yang dipinjam. Setiap penggunaan leverage oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap risiko dan pengembalian (Warsono, 2008:36). Riyanto (2012:375) leverage dapat didifinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap, sedangkan Ridwan dan Barlian (2009:151) leverage merupakan hasil dari pada penggunaan dana dengan biaya tetap untuk meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham. Semakin kecil leverage keuangan dalam struktur modal perusahaan maka semakin kecil juga risikonya dan begitu pula sebaliknya. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin semakin kecil risiko perusahaan, maka kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang semakin besar. Leverage dapat digunakan untuk melihat seberapa besar risiko keuangan perusahaan. Warsono (2008:213) leverage dibedakan menjadi 2 yaitu: (a) Operating leverage. Operating leverage timbul karena adanya fixed operating cost yang digunakan di dalam perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (Warsono, 2008:213); (b) Financial leverage. Financial leverage terjadi apabila perusahaan menggunakan hutang selain modal sendiri
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
4 dalam struktur financialnya. Menggunakan leverage keuangan akan mempengaruhi besar kecilnya rentabilitas modal sendiri secara proporsional. Leverage keuangan dapat menggunakan dua ukuran yaitu: (1) Rasio total utang terhadap total aktiva (debt ratio/DR); dan (2) Rasio total utang terhadap modal/ekuitas (debt to equity ratio/DER). Earning per Share (EPS) Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang beredar. Dalam pengertian yang tidak jauh beda, earning per share adalah keuntungan bersih perusahaan dibagi dengan seluruh saham perusahaan. Nilai earning per share dilihat dari laju pertumbuhan earning per share (Husnan, 2006:300). Informasi earning per share (EPS) menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan ke semua pemegang saham perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dan umumnya dirumuskan sebagai berikut:
L x 100% M dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Riyanto, 2012:35). Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak dengan aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva, ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 2012:36). Rentabilitas adalah faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki rentabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Weston (dalam Purba, 2011:23) perusahaan dengan rentabilitas yang tinggi atas investasi menggunakan hutang relatif kecil karena rentabilitas yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Macam-Macam Rentabilitas menurut Riyanto (2012:36) terdiri atas: (a) Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam prosentase; (b) Rentabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak atau dapat dikatakan rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 2012:44). Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax. (EAT = Earning After Tax), sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja di dalam perusahaan (Riyanto, 2012:44). Sumber-Sumber Modal Sendiri Menurut Riyanto (2012:240) modal sendiri selain dari luar perusahaan juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
5 perusahaan. Pada umumnya kelompok modal sendiri di dalam neraca dibagi menjadi 3 bagian yaitu: (a) Modal saham; (b) Cadangan; dan (c) Laba ditahan Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Besarnya rentabilitas modal sendiri selain dipengaruhi oleh rentabilitas ekonomi juga dipengaruhi oleh rasio hutang. Pengaruh rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas modal sendiri selalu mengakibatkan besarnya rentabilitas modal sendiri, caterius paribus yaitu jika faktor-faktor lainnya tidak berubah, misalnya tingkat bunga, tingkat pajak, dan rasio hutang modal sendiri dapat positif dapat negatif atau dapat tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Pengaruh positif artinya semakin besar rasio hutang mengakibatkan makin besarnya rentabilitas modal sendiri, hal ini akan terjadi kalau rentabilitas ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga. Dalam keadaan ekonomi yang baik perusahaan mempunyai rasio hutang yang lebih besar akan mempunyai rentabilitas modal sendiri yang lebih tinggi. Dalam keadaan yang demikian penggunaan hutang memberikan manfaat yang positif. Pengaruh negatif terjadi dalam keadaan ekonomi yang sebaliknya, yaitu dalam keadaan rentabilitas ekonomi lebih kecil daripada tingkat bunga. Dalam keadaan ekonomi yang buruk perusahaan yang mempunyai rasio hutang yang lebih besar memiliki rentabilitas modal sendiri yang kecil. Apabila rentabilitas ekonomi besarnya persis sama dengan tingkat bunga pinjaman, maka besarnya rasio hutang tidak akan mempengaruhi besarnya rentabilitas modal sendiri. Apabila rentabilitas ekonomi besarnya sama dengan tingkat bunga pinjaman, maka berapapun besarnya rasio hutang tidak akan mempengaruhi besarnya rentabilitas modal sendiri (Riyanto, 2012:51). Pengaruh Earning Per Share terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang beredar. Di dalam meningkatkan earning per share perusahaan harus memperhatikan tingkat laba dan juga terhadap tingkat jumlah saham yang beredar, disamping itu rentabilitas modal sendiri harus juga diperhatikan keputusan yang dapat diambil ketika akan menambah hutang sebagai modal untuk kegiatan operasional perusahaan, dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam menjaga tingkat laba yang dapat dihasilkan, serta tingkat pengembalian terhadap pemilik modal atau pemilik saham. Penelitian Terdahulu Firmansyah (2011) meneliti tentang pengaruh leverage keuangan dan earning per share terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan Food and Baverage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian secara parsial variabel leverage keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig sebesar 0,104 > (α) 0,05, variabel earnings per share signifikan berpengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig sebesar 0,000<(α) 0,05, sedangkan hasil pengujian secara simultan variabel leverage keuangan dan earnings per share berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig sebesar 0,000<(α) 0,05. Risky (2009) meneliti tentang “pengaruh leverage keuangan dan earning per share terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian secara parsial variabel leverage keuangan dan earnings per share signifikan berpengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig kedua variabel tersebut sebesar 0,000<(α) 0,05, sedangkan hasil pengujian secara simultan variabel leverage keuangan dan earnings per share berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig sebesar 0,000<(α) 0,05.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
6 Andreas (2010) meneliti tentang “pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas modal sendiri pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal yang terdiri dari debt to equity ratio dan debt to asset ratio secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri, hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung
(α) 0,05 sedangkan hasil pengujian secara simultan, leverage keuangan, perputaran total aktiva, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig sebesar 0,089 > (α) 0,05. Lestari (2010) meneliti tentang” pengaruh modal kerja dan leverage terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menyimpulkan secara parsial, modal kerja dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri karena nilai sig kedua variabel bebas tersebut > (α) 0,05. Secara simultan, modal kerja dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena nilai sig sebesar 0,000<(α) 0,05. Rerangka pemikiran Berdasarkan atas tinjauan teoretis diatas maka dapat digambarkan konsep rerangka pemikiran sebagai berikut:
Leverage keuangan (LK) Rentabilitas modal sendiri (RMS) Earning per share (EPS)
Sumber: (diolah)
Keterangan:
Pengaruh secara Simultan,
Pengaruh secara parsial
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian, perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan teoretis yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : leverage keuangan dan earning per share secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
7 H2 : leverage keuangan dan earning per share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. H3 : Diantara leverage keuangan dan earning per share ada yang berpengaruh dominan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kuantitatif (Quantitative Paradigma). Paradigma kuantitatif ini menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro dan Supomo, 2006:12). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:119). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 9 perusahaan yang terdiri atas PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Tempo Scan Pasifik Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Merck Indonesia Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT. Schering Plough Indonesia, dan PT Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbanganpertimbangan tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap obyek yang akan diteliti (Sugiyono, 2012:126). Adapun kriteria-kriteria pengambilan sampel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Obyek penelitian adalah perusahaan farmasi; (2). Perusahaan farmasi yang memberikan laporan keuangan di Bursa Efek secara berurutan selama tahun 2007-2011; (3) Perusahaan farmasi yang memperoleh laba positif secara berurutan selama tahun 2007-2011. Tabel 1 Kriteria Pengambilan Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Perusahaan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk PT Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk PT Schering Plough Indonesia Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Merck Indonesia Tbk PT Kimia Farma Tbk PT Indofarma Tbk PT Tempo Scan Pasific Tbk
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kriteria 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √ √
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
8 Tabel 2 Daftar Perusahaan Farmasi yang Digunakan Sebagai Sampel No 1 2 3 4 5 6 7
Kode Perusahaan DVLA KLBF PYFA MERK KAEF INAF TSPC
Nama Perusahaan PT Darya Varia Laboratoria Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Merck Indonesia Tbk PT Kimia Farma Tbk PT Indofarma Tbk PT Tempo Scan Pasifik Tbk
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya
Teknik Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2006:147). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data laporan keuangan perusahaan farmasi yang bersumber dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya tahun 2007-2011. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan. Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, teknik pengumpulan data melalui sumber data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan laporan keuangan perusahaan farmasi di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA dari tahun 2007–2011. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: variabel independen adalah leverage keuangan (LK), dan earning per share (EPS), sedangkan variabel dependen adalah rentabilitas modal sendiri (RMS). Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada sebagai berikut: 1. Leverage Keuangan (LK) Adalah rasio yang mengukur suatu perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman. Leverage disini merupakan rasio hutang perusahaan. Teknik pengukuran variabel leverage keuangan menggunakan satuan prosentase, dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2008:213):
Leverage keuangan
Total Hutang Total Aktiva
2. Earnings Per Share (EPS) Adalah rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang beredar. Teknik pengukuran variabel EPS menggunakan satuan rupiah, dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Husnan, 2006:300):
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
9
EPS
Laba bersih Jumlah lembar saham
3. Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) Adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba yang dipertimbangkan adalah laba usaha sendiri perusahaan setelah dikurangi dengan pajak. Teknik pengukuran variabel RMS menggunakan satuan prosentase, dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Syamsudin, 2009:68):
Rentabilit as modal sendiri
Laba bersih setelah pajak Total modal sendiri
Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance. b. Uji Heteroskedastisitas Deteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik; dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual dari (Y prediksi–Y sebelumnya) yang telah di studentized. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui korelasi antar anggota serangkaian data observasi baik data time series maupun cross section. Menurut Santoso (2009:219), secara umum untuk menentukan autokorelasi bisa diambil patokan sebagai berikut: a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. d. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan pendekatan grafik Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, baik variabel dependen maupun variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. 2. Uji Regresi Linier Berganda Persamaan regresi linier berganda menurut Ferdinand (2006:295): RMS= a + b1LK+ b2EPS Dalam persamaan di atas RMS adalah rentabilitas modal sendiri, a adalah konstan, LK adalah leverage keuangan, EPS adalah earning per share, dan b1, b2 adalah nilai koefisien regresi dari variabel bebas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
10 3. Analisis Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2011:97). Interpretasi: Jika nilai R2 mendekati 1, menunjukkan bahwa sumbangan atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan semakin kuat, sedangkan apabila jika R2 mendekati 0 menunjukkan bahwa sumbangan atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan semakin lemah. 4. Pengujian Hipotesis a. Uji F (Uji secara simultan) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98), kriteria pengujian secara simultan dengan tingkat signifikan (α) = 5% yaitu sebagai berikut: 1) Dengan cara melihat nilai signifikan dari print out komputer yaitu Jika nilai probabilitas < 0,05 = signifikan (menolak Ho), artinya variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen 2) Dengan cara melihat nilai signifikan dari print out komputer yaitu Jika nilai probabilitas > 0,05 = tidak signifikan (menerima Ho) (k, n-k-l), artinya variabel independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Uji t (Uji secara parsial) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat level of significant α = 0,05 sebagai berikut: 1) Dengan cara melihat nilai signifikan dari print out komputer yaitu jika probabilitas < 0,05 = signifikan (menolak Ho). Artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Dengan cara melihat nilai signifikan dari print out komputer yaitu Jika nilai probabilitas > 0,05 = tidak signifikan (menerima Ho) (k, n-k-l), artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Koefisien Determinasi Parsial (r²) Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dari masing-masing variabel independen (leverage keuangan dan earning per share) terhadap variabel dependen (rentabilitas modal sendiri) secara parsial atau untuk mencari pengaruh dominan diantara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana analisis ini dinyatakan oleh besarnya kuadrat koefisien parsial atau dengan kata lain r2 = koefisien determinasi parsial (Sugiyono, 2009:260). Dimana: Jika nilai r² dari variabel bebas secara parsial menunjukkan angka yang terbesar, maka variabel tersebut punya pengaruh dominan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
11 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah leverage keuangan, earning per share dan rentabilitas modal sendiri selama tahun 2007-2011 dengan hasil perhitungan sebagaimana yang tersaji pada tabel berikut ini. Tabel 3 Leverage Keuangan Perusahaan Farmasi Periode 2007-2011 (dalam %) Emiten PT Pyridam Farma Tbk PT Kimia Farma Tbk PT Merck Indonesia Tbk PT Indofarma Tbk PT Tempo Scan Pasific Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Rata-rata
2007 0.2965 0.3452 0.1536 0.7112 0.2371 0.3408 0.1760 0.3229
2008 0.2980 0.3444 0.1273 0.6929 0.2465 0.3649 0.2036 0.3254
Tahun 2009 0.2693 0.3630 0.1839 0.5897 0.2618 0.3351 0.2918 0.3278
2010 0.2323 0.3278 0.1650 0.5759 0.2632 0.1878 0.2500 0.2860
2011 0.3019 0.3021 0.1544 0.4536 0.2834 0.2125 0.2159 0.2748
Sumber: data diolah
Dengan memperhatikan Tabel 3 di atas, dapat diketahui leverage keuangan perusahaan farmasi tahun 2007-2011 cenderung mengalami penurunan. Secara rata-rata untuk seluruh sampel selama lima tahun pengamatan leverage keuangan menunjukkan penurunan setiap tahun. Leverage yang rendah menunjukkan proporsi aset yang rendah untuk membiayai kewajiban dan sebaliknya, karena proporsi hutang yang semakin besar, akan menimbulkan risiko yang juga besar, dan para pemodal akan menetapkan tingkat keuntungan yang lebih besar lagi terhadap setiap rupiah yang ditanam di perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaan cenderung akan turun.
Tabel 4 Earning per share Perusahaan Farmasi Periode 2007-2011 (dalam Rp) Emiten PT Pyridam Farma Tbk PT Kimia Farma Tbk PT Merck Indonesia Tbk PT Indofarma Tbk PT Tempo Scan Pasific Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Rata-rata Sumber: Data diolah
2007 3.26 9.40 3.995 3.57 62 70 89 34.46
2008 4.32 9.97 4.403 1.62 71 72 126 41.33
Tahun 2009 7.05 11.25 6.549 0.01 80 97 129 47.27
2010 7.85 24.98 5.303 5.21 109 137 99 55.48
2011 9.67 30.93 10.32 11.93 126 158 108 64.98
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
12 Dengan memperhatikan tabel 4 di atas, dapat diketahui earning per share (EPS) PT Pyridam Farma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Merck Indonesia Tbk, PT Temp Scan Pasific Tbk, PT Kalbe Farma Tbk dan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk tahun 2007-2011 cenderung mengalami peningkatan, sedangkan earning per share (EPS) PT Indofarma Tbk cenderung berfluktuatif karena pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan, untuk tahun 2010-2011 menunjukkan peningkatan. Secara rata-rata untuk seluruh sampel selama lima tahun tahun pengamatan earning per share (EPS) menunjukkan peningkatan setiap tahun. Semakin tinggi earning per share (EPS) suatu perusahaan, maka akan menggembirakan pemegang saham saham karena karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. 3. Rentabilitas modal sendiri
Tabel 5 Rentabilitas Modal Sendiri Perusahaan Farmasi Periode 2007-2011 (dalam %) Emiten PT Pyridam Farma Tbk PT Kimia Farma Tbk PT Merck Indonesia Tbk PT Indofarma Tbk PT Tempo Scan Pasific Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Rata-rata
2007 0.0260 0.0575 0.3193 0.0380 0.1316 0.2084 0.1080 0.1270
2008 0.0333 0.0584 0.3013 0.0170 0.1434 0.1951 0.1394 0.1268
Tahun 2009 0.0517 0.0628 0.4142 0.0071 0.1494 0.2155 0.1302 0.1473
2010 0.0544 0.1245 0.3272 0.0519 0.1867 0.2357 0.1731 0.1648
2011 0.0628 0.1372 0.4678 0.0607 0.1922 0.2363 0.1661 0.1890
Sumber: Data diolah
Dengan memperhatikan tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa rentabilitas modal sendiri perusahaan farmasi ada yang menunjukkan peningkatan setiap tahun maupun berfluktuatif. Perusahaan farmasi yang menunjukkan rentabilitas modal sendiri setiap tahun mengalami peningkatan adalah PT Pyridam Farma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Tempo Scan Pasific Tbk. Secara rata-rata untuk seluruh sampel selama lima tahun pengamatan rentabilitas modal sendiri menunjukkan peningkatan setiap tahun. Semakin tinggi rentabilitas modal sendiri yang dihasilkan perusahaan menandakan semakin efektif operasional manajemen dalam mendayagunakan sumber daya untuk menghasilkan laba. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji data berdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, kriteria pengambilan keputusan: 1) Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal; 2) Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
13 Tabel 6 Uji Normalitas
N Normal Parameters Most Extreme
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Leverage keuangan 35 .3074 .14300 .201 .201 -.112 1.188 .119
Earning per share 35 2.8974 1.92602 .167 .130 -1.167 .988 .283
Rentabilitas modal sendiri 35 .1510 .11296 .154 .154 -.101 .911 .378
Sumber: Hasil output SPSS
Dari hasil keseluruhan data yang telah diuji dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test dapat disimpulkan bahwa data perusahaan farmasi memiliki data normal, hal tersebut dikarenakan semua data tersebut memiliki Asymp. Sig > (α) 0,05. Uji Multikolinieritas Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas adalah dengan melihat VIF bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya. Hasil perhitungan statistik nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance tersaji pada tabel 7.
Tabel 7 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model 1
Leverage keuangan Earning per share a. Dependet Variable: Rentabilitas modal sendiri
Collinearity Statistics Tolerance VIF .886 1.129 .886 1.129
Berdasar hasil output SPSS 17 pada bagian coefficient diperoleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) leverage keuangan sebesar 1,129 dan earning per share sebesar 1,129 dengan demikian menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai tolerance mendekati 1 untuk leverage keuangan sebesar 0,886, dan earning per share sebesar 0,886. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
14 ke pengamatan yang lain. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Scatterplot
Dependent Variable: Rentabilitas modal sendiri
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Hasil Output SPSS Gambar 2 Gambar Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik Scatterplot yang dihasilkan SPSS terlihat hampir semua titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui rentabilitas modal sendiri berdasar masukan dari variabel independennya. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (uji DW).
Tabel 8 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model Durbin-Watson 1 1.506a a. Predictors: (Constant), Earning per share, Leverage keuangan b. Dependet Variable: Rentabilitas modal sendiri Sumber: Hasil Output SPSS
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
15 Berdasarkan hasil output SPSS 17 hasil perhitungan autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,506. Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi. Analisis Regresi Linier Berganda Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan Regresi linier berganda, hasil perhitungan dengan bantuan program komputer SPSS 17, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .313 .058 Leverage keuangan -.507 .124 -.642 Earning per share .002 .009 .036 a. Dependet Variable: Rentabilitas modal sendiri
t 5.379 -4.085 .231
Sig .000 .000 .818
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 0,313 - 0,507LK + 0,002EPS Koefisien Determinasi (R2) Tabel 10 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model Summary Model 1 a.
R
R Square
Adjusted R Square
.625a .391 Predictors: (Constant), Earning per share, Leverage keuangan
.353
Std. Error of The Estimate .09089
Sumber: Hasil output SPSS 2
Simpulan: nilai koefisien determinasi (R ) sebesar 0,391 atau 39,1% artinya variabilitas
variabel rentabilitas modal sendiri dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel leverage keuangan dan earning per share sebesar 39,1%, sedangkan sisanya sebesar 60,9%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. Pengujian Hipotesis 1. UJi F Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
16 Tabel 11 Hasil Perhitungan Uji F ANOVAb Sum of Model Squares df Mean Square Regression .169 4 .085 Residual .264 32 .008 Total .434 34 a. Predictors: (Constant), Earning per share, leverage keuangan b. Dependet Variable: Rentabilitas modal sendiri
F 10.259
Sig. .000a
Sumber: Hasil output SPSS
Berdasarkan pada Tabel 11 dapat diketahui nilai Fhitung sebesar 10,259 dengan sig 0,000 < (α) 0,05 atau dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05 atau sebesar 0,000 maka H0 berhasil ditolak, sehingga kesimpulannya leverage keuangan dan earning per share secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis pertama penelitian yang menduga bahwa leverage keuangan dan earning per share secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi rentabilitas modal sendiri. 2. Uji t Menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Adapun kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat level of significant = 5% yaitu sebagai berkut: 1. Jika p-value < alpha 0,05 maka Ho ditolak, artinya variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. 2. Jika p-value > alpha 0,05 maka Ho diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen. Tabel 12 Hasil Uji t Variabel
Keterangan
Sig
Alpha ()
Leverage keuangan (LK)
0,000
0,05
Berpengaruh signifikan
Earning per share (EPS)
0,819
0,05
Tidak Signifikan Berpengaruh
Sumber Data: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 12 disimpulkan bahwa: (1) Dengan menggunakan tingkat signifikansi = 0,05 diperoleh nilai sig variabel leverage keuangan sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi = 0,05. Hal ini berarti bahwa leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Dengan demikian hipotesis kedua penelitian yang menduga bahwa leverage keuangan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia terdukung; (2) Dengan menggunakan tingkat signifikansi = 0,05 diperoleh nilai sig variabel earning per share sebesar 0,819 lebih besar dari tingkat signifikansi = 0,05. Hal ini berarti bahwa earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Dengan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
17 demikian hipotesis kedua penelitian yang menduga bahwa earning per share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia tidak terbukti.
3. Koefisien Determinasi parsial Tabel 13 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial Variabel Leverage keuangan (LK) Earning per share (EPS)
r -0,585 0,141
r2 0,3422 0,0199
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rentabilitas modal sendiri adalah Leverage keuangan karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar yaitu sebesar 0,3422.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan tingkat signifikansi = 0,05 diperoleh nilai sig leverage keuangan 0,000 < = 0,05, artinya leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. 2. Dengan menggunakan tingkat signifikansi = 0,05 diperoleh nilai sig earning per share 0,819 > = 0,05, artinya earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. 3. Berdasarkan hipotesis yang ketiga dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh dominan terhadap rentabilitas modal sendiri adalah leverage keuangan karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar yaitu sebesar 0,3422. Saran 1. Hendaknya perusahaan mempertimbangkan untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya untuk meningkatkan pertumbuhan usahanya, supaya para investor lebih percaya lagi untuk menanamkan investasinya kedalam perusahaan. 2. Hendaknya dalam pengelolaan modal kerja untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari seharusnya memperhatikan keuntungan atau menjaga tingkat keseimbangan rentabilitas modal sendiri. 3. Seharusnya dalam penggunaan leverage hendaknya perusahaan juga memperhatikan beban tetap (bunga) yang harus ditanggung perusahaan dibandingkan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. DAFTAR PUSTAKA Andreas, S. 2010. Pengaruh Struktur Modal terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Otomotif yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
18 Baridwan, Z. 2008. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Cetakan Kedua. Penerbit BPFEUGM. Yogyakarta. Berlian, I. 2009. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta Ferdinand. A. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta. Firmansyah, F. 2011. Pengaruh Leverage Keuangan dan Earning per Share terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Food and Beverage. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Edisi Kelima. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hanafi, M.M. 2011. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Keempat. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Husnan, S. 2006. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Penerbit UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Indriantoro, N dan Supomo, B. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Penerbit BPFE-UGM. Yogyakarta. Lestari, E. 2010. Pengaruh Modal Kerja dan Leverage terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Penelitian. 11(2):75-90. Martina, S. 2012. Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Logam dan Sejenisnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan 8 (3): 217-230. Munawir, S. 2008. Analisis laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Keempat Belas. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Purba, M. 2011. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Riyanto, B. 2012. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Penerbit BPFE-UGM. Yogyakarta. Risky, A. 2009. Pengaruh Leverage Keuangan dan Earning per Share terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Otomotif. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Santoso. S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta. ________. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Sepuluh. Penerbit Alfabeta.Bandung. ________, 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Cetakan Kedua. Penerbit Alfabeta. Bandung. Syamsudin, L. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru. Penerbit PT. Raja Grafindo. Jakarta. Warsono. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta