PENGARUH EAKTOR SINTAKS DAN BAYANGAN PADA PENGGUNAAN RUANG LUAR KASUS: KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI,
GROGOL-JAKARTA .
Agus Budi Purnomot
ABSTRACT This paper describes lhe results of a sndy on the infuence of Space Syntax Factot and laegetation and Building Shade Factor on the use of outdoor spaces in a campts seling. The campus used as the seiing oI the sludy is Campas A of Trisakti University at Crogol, Jakarta. The data on vegetation and building shade were simulated with the CIS application developed fu the author in 2001. Space syntax variables were derived in occord with the concept of Cowex Spaces and Axial Line of Hillier and Hanson (198a). The resul* of the stu$t show that the Syntax Factor in/luence the use of spaces more than the Shade Factor However at noon the Shade Factor inJluence the use of spaces more that that of the Srntu Factor This resuls indicate that spatial layout confguration of outdoor spaces a$ i, ,ir derived from the Syntax Factor can still be considered os on important design criteria.
Key word: Synt@c Factoti Shqde Factor
ABSTRAK Tulisaa ini menjelaskansebuah studi tetuong pengaruhvariable-variabel Space-Syntoc dan Yariable-
variabel bayangan kepada penggunaan ruang luar pada sebuah kampus. Yang nenjadi setting bagi penelitian ini adalah Kampus A Universitas Trisakri di Grogol, Jakaxa. Data mengenai bayangan bangunan dan vegetasi dihasilkan dari aplikasi GIS yang diLembangkan oleh penulis pada tahun 2003. Data tentang Space Syntax dihilung dari Ruong Koneks dan Axial Line yang dibuat berdasarkan prinsip-Finrip yang dikembangkan oleh Hillier dan Hanson pada tahun 1984. Dari studi tersebul ddpat disimpulkan bahva Faktor Sinraks lebih berpengaruh terhadap penggrnaon ruang luar daripada Faktor Bayangan llalaupun demikian Faktor Bayangan juga berpenganth bagi penggunaan ruang di siang hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Faktor Sintaks yang dihasilkan dari konfigarasi ruang luar bisa dianggap sebagai krireria desqin yang penting bagi penataan ruang luar Kata hrnci: Faktor Sintaks, Fahor Bayangan
I
Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Kepala Lembaga Penelitian Univenitas Trisakti
htmol
Sains don Teknologi
EhlAS, yot. 15, No. 4, Novenber 2005
53
I.
PEI\DAHIJLUAN
yang tersegregasi.
Bangunan dan vegetasi bagi negara tropis memberi perlindungan dari matahari sehingga dapat memberi kenlamanan kepada manusia" Sebagai contoh penelitian-penelitian oleh penulis (Agus, 2003; Agus, 2004; Agus, 2005) memperlihatkan kaitan antara bayangan bangunan dan vegetasi dengan tingkat penggunaan ruang luar.
Kaitan sintaks dengan penggunaan ruang tidak sejelas hubungan antara penggunaan ruang dengan bayangan bangunan dan vegetasi. Tapi walaupun demikian konsep Space Syntax yang dikernbangkan perhma sekali oleh Hillier dan
Hanson
(I
984) secara sangatjelas dan rinci
telah menerangkan pengertian tentang ruang atau dalam istilah Hillier dan Hanson (1984) Convex-Space (Ruang Konveks).
(Faktor Bayangan dan Faktor Sintaks) dengan intensitas pengguna r ruang secara terpisah sudah diteliti oleh berbagai peneliti.
Oleh karena itu tujuan penelitian ini ialah membandingkan pengaruh Faktor Sintaks dan Eaktor Bayangan secara bersamaan kepada penggunaan ruang luar.
2.
METODOLOGI
Bila melihat betapa banyaknya penelitian-penelitian yang membahas hubungan antara masing-masing faktor baik Faktor Sintaks maupun Faktor Bayangan,
dapat dihipotesakan bahwa kekuatan pengaruh masing-masing faktor pada penggunaan ruang adalah seimbang. Tujuan
Selama ini sttrdi-studi mengenai Space Syntax masih diarahkan rmhrk mengkaitkan berbagai variabel sintaks yang sangat eksak
itu dengan kegunaan nyata dari ruang. Sebagai contoh, studi-shrdi oleh (Jiang, 198; Brown, 1999) mencoba memperlihatkan kaitan antara kepadatan pejalan kaki dengan variabel-variabel sintaks. Menurut Brown (1999) dan Jiang (1998) ada kaitan antara
kepadatan pejalan kaki dengar rata-rata kedekatan suatu ruang dengan ruang-ruang lairurya. Dalam istilah Space Synta,r,tn$
ruang yang sangat ter"integrasi" dan sebaliknya ruang yang jauh terhubungkan dengan ruang lainnya disebut sebagai ruang
54
Seperti yang telah diterangkan di atas, secma terpisah hubungan antar kedua faktor
rinci penelitian ini ialah untuk menguji hipotesa tersebut.
Secara teknis, kekuatan pengaruh Faktor Sintaks dan Faktor Bayangan dapat {ili$t-{epgan membandingkan koefisien regresi kedua faktor terhadap variabel tak bebas penggunaan ruang. Oleh karena itu teknik utama yang digunakan dalam penguj ian di atas ialah teknik regresi berganda.
Variabel bebas yang akan digunakan ialah.variabel-variabel sintaks dan variabelvariabel bayangan. Agar bisa dipastikan kedua
jenis variabel memang tak saling dipengaruhi, keduajenis variabel disederhanakan dengan menggunakan Analisa Faktor (AF). Faktorfaktor yang merupakan kumpulan-kumpulan variabel-variabel bebas di atas dianggap sebagai variabel bebas baru yang tidak saling
berkorelasi.
Jurnal Sains dan Teluologi EMAS, ltol.
15,
No. 4, Noeenbet 2005
Definisi-defi nisi operasional variabelvariabel bebas sintaks dan bayangan dapat dilihatpadaTabel I Tabel
. Kqds
1.
Variabel tak bebas dalam studi ini ialah variabel penggunaan ruang yang didefinisikan
secara operasional sebagai kepadatan
Definisi Operasional Variable Bebas (sumber: Klarqvist, 1993)
T---- ^;-------l
Variabel
Asimetri Nyata Relatif
seluruh Ruang Konveks lainnya dibagi dengan D atau koefisien standardisasi Hillier (Definisi D lihat buku Social Logic of Spaces oleh Hillier dan
Rata-rata Jarak terpendek sebuah Ruang Konveks ke
RRAsymelr
(Real Relative
Assymetry)
Hanson, 1984).
CONNECTI
Konektifitas (Connectivity)
CONTRL
Kontrol (Control)
Jumlah Ruang Konveks yang berhubungan langsung dengan sebuah Ruang Konveks tertentu atau dikenal juga sebagai valensi (lihat Asami et al, 2003).
Jumlah l/valensi semua Ruang Konveks yang
MSHDBT
Kepadatan Bayangan Bangunan dan Vegetasi
berhubungan dengan sebuah ruang konveks tertentu (lihat Brown, 1999; Jiang, 1998).
Jumlah Luas Bayangan Bangunan dan Vegetasi yang jatuh pada sebuah Ruang Konveks dibagi dengan waktu dan luas Ruang Konveks tersebut (Agus, 2003).
MSHDT
Kepadatan Bayangan Vegetasi
MSHDB
Kepadatan Bayangan Bangunan
penggrmaan ruang per satuan waktu ilan per
satuan luas ruang yang merupakan hasil pengukuran yang dilakukan di Kampus A Univenitas Trisakti oleh penr:lis dan hasilnya
Jumlah Luas Bayangan Vegetasi yang jatuh pada sebuah Ruang Konveks dibagi dengan waktu dan luas Ruang Konveks tersebut (Agus, 2003). Jumlah Luas Bayangan Bangunan yang jatuh pada sebuah Ruang Konveks dibagi dengan waktu dan luas Ruang Konveks tersebut(Agus, 2003).
Ruang KonVeks (Agus, 2005). Dari ke 15 Ruang Konveks itubtat adjacency matrix
ruang untuk duduk dan kedua ialah
atau Matriks Hubungan antar Ruang Konveks. Sesuai dengan definisi Hillierdan Hanson (1984) dua Ruang Konveks dianggap berhubun ganbila arial-line ke dua ruang berpotongan. axial-line adalah garis pandang (rsovis/) terpanjang yang bisa
penggunaan ruang untuk jalan.
ditarik dalam sebuah Ruang Konvells.
"Ruang" dalam penelitian Agus (2005) didefinisikan oleh Hillier dan Hanson ( I 984) *bagu " c orwex-spaca". Dari studi terdahulu
Dalam studi Agus (2005) arial-line ditentukan dengan cara memilih isovisr terbesar dalam sebuah ruang konveks. lsovist adalah panjang garis pandang atau luasan bidang pandang dalam sebuah Ruang
telah dipublikasikan pada tahun 2005. Pengukuran frekuensi penggunaan dibagi menjadi duajenis, pertama ialah penggrnaan
oleh peneliti (Agus, 2003) di Kampus A, Universitas Trisakti, Grogol terdapat 15
Jurnal Saiw dan Teknologi EMAS, yol.
15,
No. 4, Novenbet 2005
55
o
o
,^V,AxlatLh.
o
so
M.r.rt I -
convex Spac! campu3 goundary
Gambar l. Peta Ruang Konveks dan,4.rml-Zrne di KampusA Universitas Trisakti (Ag[s,200t
--
Konveks. Lebih rinci lagi penentuan arlal line oleh Agus (2005) dilakukan dengan menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Carvalho dan Batty (2003).
Konveks berdasarkan nilai variabel
3. HASILPENELITIAN
RRAsymeh. Dari Gambar 2 dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut:
Dengan memanfaatkan Matriks Hubungan antar RLrang Konveks bagi masing-
masing Ruang Konveks dapat dihitung Variabel-variabel Sintaks pada Tabel l. Gambar 2 memperlihatkan peta Ruang
l
Ruang Konveks R7 paling dekar dengan
ruang-ruang lain. Ruang
ini paling
{
Or#
E II
Mlr.rs E
[:]
1.04.1.215
E
Gambar2. Peta ruang konveks b€rdasarkan nilai variabel sintaks yang menunjukkan integrasi ruang ERASymetr)
56
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, fol. 15, No 4, Novenber 2005
oleh Agus (2005). Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa Ruang Konvek R I 0 paling terlindung oleh bayangan pagi hari (8.0013.00) maupun di siang hari ( 12.00- 17.00). Juga dari studi terdahulu oleh penulis (Agus 2004), Gambar 4a memperlihatkan kepadatan penggunaan orang duduk dan
terpadu (terintegrasi) dengan ruang-
2.
ruang lain.
Ruang Konveks R2 paling jauh dari ruang-ruang lain. Ruang-ruang tersebut paling tenegregasi dari nrang-nrang lain.
Pada Gambar 3 terperlihat kepadatan bayagan bangwwr danvegeasi hasil simulasi
,r.7at-
E 9.6pv!
aoq.'d..v
Grmbar3. Peta kepadatan bayaDgan bangunan dan vegetasi dihitung dengan aplikasi GIS(Agus,2005)
0)
0
0
5{
M.1..3
t,!7.2,23 a.za
-r,fa
!.ta - t,a9
-Gambar 4a. Peta k€padatan orrng duduk pagi antara
Jwnal Soint dan Tetnologi EMAS, yol.
0.1a.l,lt
15,
No. 4, Norenbet 2005
jlm
8.0G l2'00 (sumber: Agus' 2005)
57
.{
cambar4b. Peta kepadatan pejatan
kat
jiio [irtrz.oo t.urber:
Agus,2005)
(A) Gambar5a. Peta kepadatan orang duduksiang hdrl dntrra jam 8.00-12.00 (sumber: Agus,2005)
Gambar 5b. Peta kepadat|n orang jalan siang hari antara jam 8,00-12.00 (sumber: Agus,
58
Jurnol Sains dan Teknologi ElrlAS, ,bl.
15,
200t
No. 4. Noeenbet 2005
Dari AF terhadap variabel-variabel
maka ruang tersebut mempunyai tingkat "integrasi" yang tinggi (nilai RRASyrnetr
Sintaks dan Bayangan dapat diperoleh dua
faktor seperti yang dapat dilihat pada
rendah) dan tingkat hubungan dengan ruang--ruang lain yang tinggi. Sebaliknya" bila factor score Factor Sintaks sebuah
Tabel 2. Karena variabel-variabel Sintaks
tersebut dikelompokkan dalam Faktor I maka faktor tersebut diberi nama Faktor Sintaks. Gambar 6a memperlihatkan peta factor score bagi Faktor Sintaks. Gambar 6b adalah peta factor score bagi Faktor
Ruang Konveks rendalg maka ruang tersebut
cenderung "tersegregasi" dan kurang terhubungkan dengan Ruang Konveks lain.
Dari Gambar 6 bisa diketahui bahwa Ruang-ruang Konveks R7, Rl5, Rl relatif
Bayangan.
lebih terintegasi dari pada Ruang Konveks
Sesuai dengan /oading variabel-variabel
lain. Sebaliknya R2, Rl4, R3 relatif
Sintaks pada Faktor I, maka bila factor score sebuah Ruang Konveks relatifbesar,
tenegregasi dari Ruang Konveks lain.
T^bel2. Factot loadrrg hasil analisa faktor i*ri'j..1
!:;;:,o*, RRAsymetr
CONNECTI CONTRL MSHDBT MSHDT MSHDB
l:1 (F isintaks)
Asimetri Nyata Relatif Konektifitas Kontrol
tF- Bsvcn';.ir
.,.1
0.951
0.884
0.996 0.819
Kepadatan Bayangan Bangunan
0
F-2
-0.963
Kepadatan Bayangan Bangunan dan Vegetasi Kepadatan Bayangan Vegetasi
50
, i;:|tlil, tor:..:_-.__.:--r*:-.:::=i
0.803
50 M.t.r3
-.-
f:].r.$r..r orr f:f'r.ott.{.r.t
! I I
a.ra!.a,o!
a.ot.0,{€r -,.!5a
a.aat
??,:':" c.rr(. &cdd..y El
Gambar 6^. Pet^factor rcare bagi faktorsintaks
hrrnol Sairu dan Tebologi EM.4S, ltol. |5, No. 1. Nov.nber
2005
59
{-i l
o
0
0
-.r.!er E= n.rer.{..r'l tla.a57-0,r2 I !.r2 -1.0rr I t,013.2.r2r f:l &Idhc
50 M.ters
---r
-
c.r!{. &c.d:ry
Ga m ba r 6 b. Peta'/ir clor scote bagi fakto r
Flasil regresi berganda terhadap variabel
2.
si n ta
ks
Faktor Bayangan relatif lebih sigrifi kan
bebas penggunaan ruang terhadap Faktor Sintaks dan Faktor Bayangan dapat dilihat
pengaruhnya kepada kepadatan pejalan kaki di siang hari (12.00-
pada Tabel 3. Dari Tabel 3 bisa diketahui
1
bal-hal sebagai berikut: 1
.
7.00) dari-pada Faktor Sintaks (Tabel
3b).
Faktor Sintaks relatiflebih signifikan daripada Faktor Bayangan dalam mempenganrhi kepadatan pejalan kaki di pagi hari (8.00- 1 2.00, Tabel 3a).
t-
Faktor Sintaks relatif lebih signifi kan pengaruhnya kepada kepadatan orang duduk dipagi hari (8.00-12.00) daripada Faklor Bayangan (Tabel 3c).
Tabel3a. Hasil regr€si berganda dengan kepadrtan pejalan kaki di pagi hari sebagai variabel tak bebas
Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0.41 I
0.169
0.030
15.71 I
Coefticients
Variables
Unstandardized Coe{ficients B
Std.
Standardized Coefficients
Error
t
Sig'
Beta
(Constant)
23.107
4.057
s.696
0.000
F Sinaaks F Bayangan
6.533
4.t99
0_409
1.556
0.t46
0.531
4.199
0.033
0.127
0.901
60
Junal
Sains dan Teknologi EM,4S,
I/ol.
15,
No. 4, Novmber 2005
Tabel3b. Hasil regresi berganda dengan kepadatrn pejata$ kaki di siang hari sebagai variabel tak bebas
Model R
R Square
Adiusted R Square
0.378
0.143
0.000
Sad.
Error of
ahe
Estimate
I L961
Coeflicients Unstandardized Coef{icients
(Constant)
F F
B
Std. Error
18.7 t9
3.08 8
Sintaks
L l36
Bayangan
4.373
3.t97 3.t97
"st!nd'rtillzbd Coefficients
t
sig.
6.061
0.000
0.095
0.355
0.729
0.366
1.368
0_
Beta
196
Tab€l3c' Hasil regresi berganda d€ngan kepadatan orang duduk di pagi hari sebagai variabel tak bebas
Coefficients Variables
Unstandardized Coeffi cien ts
B
Std.
Standardized Coefficients
Error
t
sig.
Beta
l
(Constant)
t.649
0.51
F Sintaks F Bayangan
0.616
0.53 I
0.3
-0_085
0.531
-0.044
t7
3.2t2
0.007
1.160
o.269
-0.160
0.876
Tabel3d. Hasil regresi berganda dengan kepadatan orang duduk di siang hari sebagai variabel tak bebas
Mod€l R
R Square
Adiusted R Square
Std, Error of the Estimile
0.050
0.002
-0.164
0.891
Coefficients Variables
Unstandardized Coellicients B
Std. Error
Slandardized Coeffic ien ts
t
sig.
4.826
0.000
Beta
(Corstant)
l.l
II
0.230
F F
Sintaks
-0.027
0.238
-0.033
-0.1l5
0.910
Bayangan
-0.030
0_238
-0.037
-0.128
0.900
Jurnal Sainr don leknoloti EMAS, l/ol. 15, No. 4, Novenber 2005
6l
Tabel Se. Hasil regresi berganda dengan kepadatan orang duduk hasil pengrmetan sehari sebagai variabel tak bebas
R
.R Sqfare
0.264
0.070
Std. Error of the f,stlmate,,,,r'
:
l.592
-0.086
q
Tabel3f. Hasil regresi berganda dengan kepsdatan orangjalan hasil p€ngamatan sehari
sebagai variabel
tak bebas
Model
R
R Square
Adjust€d R Square
Std. Error ofthe Estimate
0.365
0.133
-0.01I
13.740
Coellicients Standrrd iz€d
t
sig.
6.072
0.000
0.337
1.254
o.234
0.140
0.52t
0.6t2
Coellicients B
Std. Error
(Constant)
2t.541
3.548
F Sintaks F Bayangan
4.606
3.672
I .913
3.672
Beta
Dari nilai R yang sangat kecil (0,050; paling besar R=1,00) dapat dikatakan bahwa Faktor Sintaks dan Fallor Bayangan hampir tidak berpengaruh pada kepadatan orang duduk disiang hari (12.00-17.00), Tabel3d). Sepanjang hari Faktor Sintaks lebih berpengan:h kepada kepadatan orang duduli danjalan daripada Faktor Bayangan (Tabel 6e danTabel 60.
menjadi dua faktor yang tak saling berkorelasi menunj ukkan bahwa desain atau tata ruang luar Kampus A Universitas Trisakti di Grogol masih belum memadukan aspek bayangan dengan aspek konfiguratif ruangruang luar. Walau ada Ruang Konveks di kampus A Universitas Tdsakti yang diiindungi dari matahari dengan relatif baik, dari kenyataan di atas dapat dikatakan bahwa perancangan ruang luar di kampus tersebut belum secara konsekuen memperhatikan
4,
perlunya nrang-ruang itu diberi pelin-
DISKUSI Pemisahan yang jelas variabel-variabel
sintaks dengan variable-variabel bayangan
62
dung matahali baik oleh bangunan maupun vegetasi.
Jurnal Saint dan Teknologi EMAS, t/ol. 15, No. 4, Novehber 2005
Dari hasil analisa di atas, Faktor Bayangan lebih berpengarung pada pilihan pemanfaaun ntang pejalan kaki di siang hari, Hal ini mudah dimengerti karena pada siang hari orangjelas lebih membunrtrkan bayangan
daripada di pagi hari. Fakta tersebut memperkuat kesimpulan dari studistudi sebelumnya yang mengkaitkan suhu udara
di siang hari dengan bayangan dan pemanfratan ruang luaroleh manusia (antara lain
lihatAgus 2003; Agus, 2004; Agus 2005). Sebaliknya di pagi hari terlihat bahwa Faktor Sintaks lebih berpengaruh terhadap
pemanfaatan ruang daripada Faktor Bayangan. Hal ini dapat dimengerti karena pada pagi hari di kala inklinasi dan radiasi matahari yang mencapai bumi relatifrendah,
orang cenderung melupakan pentingnya bayangan dan lebih banyak memperhatikan konfigurasi ruang yang lebih terintegrasi atau lebih dekat ke nrang-ruang lain. Hal ini memperkuat hasil penelitian peneliti lain seperti Brown (1999), Jiang (1998), Campos dan Golka (1998) serta Tumer dan Perur
(2002), yang memperlihatkan tentang adanya hubungan yang signifikan antara pilihan dan pemanfaatan ruang oleh manusia dengan Faktor Sintaks sepetti integrasi ruang
(yang ditandai dengan nilai variabel
prinsip efisiensijarak dan energi (mengenai istilah ini lihat Hillier, 1999). Walauptn kepadatan orang duduk dalam Ruang-ruang Konveks di siang hari cukup tinggi, terlihat bahwa baik Faktor Sintaks maupun Faktor Bayangan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan kepada variasi kepadatan orang yang duduk di ruang luar Kampus A Universitas Trisakti. Sepertinya
ada variabel atau aspek lain yang lebih berpengaruh kepada pilihan ruang untuk duduk selain Faktor Sintaks dan Faktor Bayangan. Bila dilihat peta distibusi orang duduk di siang hari (Gambar 6) maka umumnya maeka memilih nrang-ruang yang dekat dengan bangunan. Mungkin kerimbunan pohon masih larang bisa melindrmgi
manusia dari radiasi matahari. Hal ini memperkuat hasil beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kepadatan darur malikota pohon karena sudut inklinasi dan intersitas energi matahari yang relatiftinggi tidak lagi
bisa melindungi manusia dari matahari sehingga di siang hari orang lebih memilih berada di dalam bangdnan atau dekat dengnnbanggun dai pada di ruaglufiMl di bawah pepohonan @arisi, 2002).
Bila kita kembali kepada hipotesa utama di atas, terbukti bahwa pengaruh
RRASymetr yang relatif kecil) dan variabel sintaks lainnya. Dari fakta tersebut dapat dilihatjuga bahwa bila tidak terlalu panas, sirkulasi pejalan kaki sangat ditennrkan oleh keinginan untuk mencapai tujuan dengan
Faktor Sintaks terhadap variable bebas aktivitas manusia dalam Ruang Konveks lebih kuat daripada pengaruh Faktor
secepat dan sesingkat mungkin (agar tak terlambat mencapai ruang kuliah). Dari fakta
bahwa bila suhu tidak terlalu tinggi orang lebih
tersebutjuga dapat dilihat bila kondisi iklim mikro lebih ramah manusia lebih memilih
untuk menggunakan ruang berdasarkan
Jtrrml
Sai/.J
dai
Bayangan kepada variabel bebas yang sama Berdasarkan kenyataan itu dapat dikatakan
memilih j alan yang lebih singkat unnrk mencapai suatu ruang dari ruang lainnya walau tiarus mengorbankan perlindungan yang bisa diberikan oleh bangunan dan vagetasi dari
Teknologl EMAS, lrol. 15, No. 4, Novenber 2005
63
terik matahari. Dari sisi Arsitektur kenyataan bahwa Faktor Sintaks berpengaruh terhadap
pilihan manusia kepada ruang membuka peh:ang lebih besar bagi perlunya konfigurasi ru,ang-ruang dalam merancang. Hal ini dapat
dimengerti karena Faktor Sintaks pada dasarnya adalah ukuran yang dihitung berdasarkan kedekatan antar ruang (Adjacency .Matror) sehingga faktor terindikator yang membedakan suatu rancangan arsitektur dari rancangan arsitektur lainnya daripada Faktor Bayangan. Dengan demikian Faktor Sintaks dapat dijadikan kriteria penting sebut dapat dikatakan sebagai
dalam penataan ruang
5.
olehAnitek.
KESIMPUI,AN Penelitian yang menjadi dasar bagi tulisan
ini dimulai dengan suatu hipotesa tentang pengaruh variabel-variabel sintaks dan bayangan kepada intensitas pemanfaatan ruang. Sesuai dengan hipotesa tersebut secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Faktor Sintaks lebih berpengaruh terhadap intensitas pemanfaatan ruang daripada Faktor Bayangan. Walauprm dernikian secata
rinci pengaruh kedua faktor juga sangat terkait dengan posisi relatif matahari terhadap
permukaan bumi. Walaupun sec.ua puma waktu faktor sintaks dapat dikatakan lebih berpengaruh kepada pemanfaatan ruang, tapi khusus di siang hari ketika aliran energi matahari yang mencapai bumi dalam kondisi
puncak, faktor bayangan ternyata lebih berpengaruh kepada pemanfaatan ruang. Dengan demikian kedua faktor hendaknya dapat dijadikan kriteria perancangan yang penting terutama dalam merancang ruang luar.
64
Sebagai penutup perlu juga diingatkan
tentang keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini. Keterbatasan itu dapat dilihat
dari kecilnya nilai R yang dihasilkan dari regresi berganda dengan Faklor Sintaks dan Faktor Bayangan sebagai variabel bebas dan intensitas pemanfaatan ruang sebagai variabel tak bebas. Kenyataan ini memtrjukkan bahwa kemampuan Faktor Sintaks dan Faktor Bayangan dalam menerangkan variasi yang ada dalam variable intensitas pemanfaatan ruang rata-rata hanya 40%. Selebihnya (6070) masih harus diterangkan oleh variabel lain. Oleh karena itu, penelitian'penelitian sejenis di masa depan harus mengikut sertakan variabel lain selain variable-variabel yang bisa dikelompokkan kedalam Faktor Bayangan dan Faktor Sintaks. Hanya dengan langkah tersebut arsitektur dapat terus berkembang seperti layaknya sebuah ilmu pengetahuan
DAFTARPUSTAKA Asami, Y. (2003), Kubat, A. S., Kitagawa,
K., Iida, 5., Introducing the third dimension of Space Syntax, Proceedings of the 4th Intemacional Space Syntax Symposium, London. Brown, G (1999), Design and Value Spatial Form and the Economic Failure of a I,/a//, Journal Real Estate Research, Vo. 17, No. I -2. Campos, M. B. (t999), de Arunda dan Golka, T., Public Space revisited: a study of the relationships between pattern of stationary activities and visual fields, dalam Proceedings of Space Syntax Se-cond Symposium, Brasilia.
Jwnal Saint dan Teknologi EMAS, l/ol.
15,
No. 4, Novenbet 2005
Carvalho, R. (2003), dan Bauy, M., I rigorous deJinition of axial lines: ridges on isovist /ields, Centre for
Purnomo, A.B. (2003), P engaruh
Advanced Spatial Anrilisis, University Collage London, London.
(Jniversitas In'sa,tri, Dimensi Teknik Arsitektur, Volume 31, Nomor 2,
Bayangan Bangunan dan Vegetasi Pada Suhu Udara di Kampus A
Hillier, B. & Hanson (1984),.Soc ial Logic of Sp ac e, C ur$idge University Press. Hillier, B. ( I 999), Self Generated Neighbohoods, the role of urbanform
in lhe consolidation of informal seltlements, dalam Proceedings of Space Syntax Second Symposium, Brasilia
Jiang, B. (1998), A Space Syntax
Desember, Jakarta.
Purnomo, A.B. (2004), Suhu Udara, Vegetasi dan Pola Penggmaan Ruang
Luar di Karnpus, Studi
Kasus Universitas Trtsakti dan ISTN, Jumal Sains dan Teknologi EMAS, Volume 14, Nomor 3, Agustus, Jakarta. Purnomo, A.B. (2005), The Influence of Building and Vegatiton Shade on
Approach to Spatial Cognition in Urban Environments, Centre for
Human Activities in an Outdoor Space, The Case ofOutdoor Space in the Campus of Trisakti Uniwrsity, in
Advance Spatial Cognition, University Collage, London, Oct., l,ondon.
Jakarta, Indonesia, Jomal Sains dan Teknologi EMAS, Volume 5, Nomor l,
Klarqvist, B. (1993), A Space Syntax Glossary, Wordisk Arkitektur Forsknrng.
Parisi, A. (2002), Effecrc oftee shade on solar ultrqviolet exposure to humans, Centre for Astronomy and Atnosphere Research, University of Southern Queensland, Toowomb4 Australia.
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, yol,
15,
Februari, Jakarta.
Turner, A. & Penn, A. (2002), Encoding natural movement as an agent based system: An investigation into human pedestrian behaviotr in the built
No. 4, November 2005
e nviro
nme nt, Environment and Planning B: Planning and Desigr, Vol. 29, 2002.
65