PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN SSE TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA KELAS 12 KOTA DEPOK TAHUN 2013 Nicko Arie Prasadana dan Ricardi S. Adnan Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Email:
[email protected] Abstrak Motivasi berprestasi adalah hal yang sangat penting dimiliki seorang pelajar khususnya mereka yang berada pada kelas 12 SMA. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan motivasi berprestasi siswa kelas 12 di kota Depok yang diwakili oleh dua SMA dan pengaruh dukungan sosial orang tua, peer group serta status sosial ekonomi yang mereka miliki. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik sampel stratified quota random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki kecenderungan motivasi berprestasi yang sedang atau cukup baik. Selain itu ditemukan bahwa ketiga factor sosial yang telah ditentukan berpengaruh secara positif terhadap motivasi berprestasi para siswa dengan pengaruh orang tua menjadi factor paling signifikan mempengharuhi dibanding kedua faktor lainnya.
THE INFLUENCE OF SOCIAL SUPPORT AND SES TO ACHIEVEMENT MOTIVATION 12 GRADE STUDENTS IN DEPOK 2013
Abstract Achievement Motivation is indeed an important element a student must possess, especially those in 12 grade. This study aims to look at the tendency of achievement motivation of 12 grade in Depok that represented by two selected high schools as well as the influence from parents and peer group social support and their economic social class. Trough a quantitative approach, researcher using a stratified quota random sampling technique. Results of this study shows that students have moderate tendency in achievement motivation. Moreover it is found that the social supports give a positive influence in relating to achievement motivation, with the social support from parents as the most significant factor compared to other factors. Key words: Achievement motivation, parents social support, peer group social support, economic social status.
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Pendahuluan Seiring dengan berjalannya waktu fungsi institusi pendidikan seperti sekolah menjadi berkembang. Menurut Talcott Parsons sekolah memiliki dua nilai utama yaitu The value of achievement dan the value of equality of opportunity (Haralambos&Holborn, 2008). Maksud Parsons dari kedua nilai ini adalah dengan memotivasi setiap individu yang berada dalam institusi sekolah untuk mendapatkan tingkatan pendidikan yang tinggi dan dengan memberikan pengharagaan bagi mereka yang berprestasi semua ini dilakukan dalam sebuah wadah yang sejajar antar aktor yang ada didalamnya yang dalam hal ini adalah siswa. Sekolah memang secara ideal bukan hanya menjadi sebuah institusi yang memberikan pembelajaran sesuai materi-materi yang dibutuhkan siswa dalam hal ilmu pengetahuan. Melainkan juga memberikan siswa penanaman nilai lain yang menuntut mereka untuk menjadi yang terbaik bagi dirinya dalam masa sekolah dan setelah masa tersebut. Salah satu nilai tersebut adalah hal yang telah disebutkan Parsons di atas yaitu achievement atau sebuah prestasi. Menurut Sheila Feld (1979) Prestasi adalah sebuah kesusksesan seeorang dalam menjalankan sebuah tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi yang maksimal. Prestasi atau sebuah pencapaian adalah sebuah hal yang secara langsung maupun tidak akan dihargai oleh masyarakat. Prestasi dalam bidang apapun memerlukan sebuah dorongan agar hal tersebut dapat dicapai. Hal tersebut lah yang dijelaskan oleh Schuck (2010) sebagai sebuah motivasi atau proses dimana tindakan yang berorientasi kepada tujuan diarahkan dan dilanjutkan. Secara akademis, ada beberapa hal dimana siswa sekolah menengah atas diarahkan untuk mencapai sebuah prestasi contohnya untuk mendapatkan nilai yang baik setiap kesempatan seperti ujian harian hingga Ujian Nasional sampai pada yang menjadi visi dari Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia yang dinyatakan melalui Direktur Pembina Sekolah Menengah Atas Prof. Sungkowo yaitu lulusan SMA dapat lebih banyak diterima di perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri. SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang setiap tahun pasti menjadi sorotan masyarakat Indonesia dapat juga menjadi acuan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya para siswa SMA memang memiliki motivasi berprestasi dalam bidang akademik yang tinggi terbukti dengan angkan pendaftar yang semakin tahun semakin bertambah, walaupun jumlah kursi penerimaan yang ditawarkan tetap atau walaupun bertambah, tidak akan dapat menampung seluruh pendaftran SNMPTN tersebut. fenomena lain yang juga menjadi refleksi motivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi para siswa SMA juga terlihat pada Ujian Naional. Ujian Nasional adalah agenda tahunan yang telah ditetapkan oleh Kemendiknas sejak tahun 2005 menjadi tolak ukur kelulusan bagi para siswa dan siswi SMA yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 dan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Setiap sekolah pun dengan sangat serius mempersiapkan siswa dan siswinya untuk menyambut Ujian Nasional tersebut. Begitu juga yang dilakukan sekolah-sekolah yang ada di kota Depok. Sebagai kota dengan Indeks Pembangunan Manusia paling tinggi di Jawa Barat dan peringkat 3 secara nasional . Pemerintah Depok juga memiliki kepentingan yang tinggi dalam memastikan siswa dan siswi khususnya Sekolah Menengah Atas dapat menjalani Ujian Nasional dengan lancar dan sukses. Beberapa usaha yang dilakukan oleh pemerintah Depok adalah dengan mewajibkan seluruh SMA di Depok untuk memiliki jam tambahan bagi semua kelas 12, yang biasa disebut jam 0 (nol). Jam nol adalah jam tambahan yang dilakukan oleh sekolah untuk secara intensif mengajarkan mata pelajaran yang akan di UN-kan. Jam nol biasa diadakan sebelum atau sesudah jam pelajaran sekolah. Selain itu juga pemerintah kota Depok secara intensf melakukan monitor terhadap persiapan Ujian Nasional dengan memberikan pembinaan guru yang dilakukan secara rutin setiap 3 minggu sekali 4 bulan sebelum Ujian Nasional. Usaha-usaha tersebut menunjukkan Pemerintah Kota Depok memang telah mencurahkan banyak perhatian terhadap kelulusan siswa dan siswi SMA kedepannya. Namun demikian menurut pantauan Dinas Pendidikan Kota Depok Hasil Ujian Nasional adalah sebagai berikut: Tabel 1 Peringkat SMA di Depok Berdasarkan Rata-rata Nilai Ujian Nasional 2009/2010
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peringkat SMA di Kota Depok Berdasarkan Rata-‐rata Nilai UN Tahun 2009/2010 Siswa yang Mata Ujian Tidak Lulus B,Inggris B,Indonesia Matekatika Total SMA Negeri 1 Depok 1 8,8 8,3 8,8 25,9 SMA Negeri 3 Depok 8,7 8,4 8,5 25,6 SMA Negeri 2 Depok 8,5 8,5 8 25 SMA Pribadi Depok 8,6 8 8 24,6 SMA Lazuardi Depok 8,5 8 8 24,5 SMA Putra Bangsa Depok 20 6,2 6,2 5,8 18,2 SMA Budi Utomo 30 6,1 5,3 6,5 17,9 SMA Yapiia Depok 14 6,1 5,2 6 17,3 SMA Yapan Depok 35 5,4 6,3 5,1 16,8 SMA Pelita Depok 28 6,3 4,6 5,3 16,2 Sekolah
Rata-‐Rata
Peringkat
8,633333333 8,533333333 8,333333333 8,2 8,166666667 6,066666667 5,966666667 5,766666667 5,6 5,4
1 2 3 4 5 29 30 31 32 33
Data diolah berdasarkan sumber: Dinas Pendidikan Kota Depok Tabel 2 Peringkat SMA di Kota Depok Berdasarkan Rata-rata Nilai Ujian Nasional 2010/2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peringkat SMA di Kota Depok Berdasarkan Rata-‐rata Nilai UN Tahun 2010/2011 Siswa yang Mata Ujian B,Inggris B,Indonesia Matekatika Total Tidak Lulus SMA Negeri 1 Depok 8,5 8,8 8,9 26,2 SMA Dian Didaktika 8,4 9,2 8,1 25,7 SMA Negeri 2 Depok 8,4 8,8 8,2 25,4 SMA Negeri 4 Depok 1 8 8,7 8,4 25,1 SMA Negeri 3 Depok 3 8,3 8,5 8,2 25 SMA Putra Bangsa Depok 7 7 6,5 4,9 18,4 SMA Yapan Depok 5 6,8 6,6 4,8 18,2 SMA Budi Utomo 8 6,3 5,4 6,3 18 SMA Islam Darussalam 25 6 6,1 4,7 16,8 SMA Bina Taqwa 44 6,5 5,5 3 15 Sekolah
Rata-‐Rata
Peringkat
8,733333333 8,566666667 8,466666667 8,366666667 8,333333333 6,133333333 6,066666667 6 5,6 5
1 2 3 4 5 29 30 31 32 33
Data diolah berdasarkan sumber: Dinas Pendidikan Kota Depok Tabel 3 Peringkat SMA di Kota Depok Berdasarkan Rata-rata Nilai Ujian Nasional 2011/2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peringkat SMA di Kota Depok Berdasarkan Rata-‐rata Nilai UN Tahun 2011/2012 Sekolah Siswa yang Mata Ujian Tidak Lulus B,Inggris B,Indonesia Matekatika Total SMA Yapemri Depok 5 8,1 8,6 8,8 25,5 SMA Negeri 1 Depok 8,5 8,3 8,6 25,4 SMA Negeri 2 Depok 8,3 8,1 8,4 24,8 SMA Negeri 4 Depok 3 8 8,1 7,9 24 SMA Negeri 3 Depok 2 8 8 8 24 SMA Budi Utomo 3 6,5 6,8 6,5 19,8 SMA Putra Bangsa 2 6,4 7 6,1 19,5 SMA Yapan Depok 3 6 6,2 6,3 18,5 SMA Islam Darussalam 73 5,8 6 4,8 16,6 SMA Bina Taqwa 24 6,1 4,2 2,5 12,8
Rata-‐Rata
Peringkat
8,5 8,466666667 8,266666667 8 8 6,6 6,5 6,166666667 5,533333333 4,266666667
1 2 3 4 5 29 30 31 32 33
Data diolah berdasarkan sumber: Dinas Pendidikan Kota Depok Dari data-data di atas terlihat bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan dalam peraihan nilai Ujian Nasional yang ada di Kota Depok. Hal ini memang terlihat tidak sesuai dengan bentuk-bentuk usaha yang sudah dijalankan oleh pemerintah Kota Depok. Namun demikian jika dikaitkan dengan
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
motivasi untuk mencapai prestasi yang sudah dibahas sebelumnya, pencapaian prestasi bukan hanya ditunjang oleh performa guru dan sekolah dimana memang dalam sebuah penelitian sudah dibuktikan bahwa performa guru mempengaruhi pencapaian prestasi siswa. Namun demikian hal tersebut tidak terlihat dalam fakta yang ada di atas. Dengan demikian dalam melihat fenomena di atas perlu dilihat dalam sudut pandang lain. Sudut pandang tersebut, bukan berfokus pada kemampuan sekolah semata namun juga faktor-faktor diluar sekolah yang juga berpengaruh dalam menghasilkan data seperti yang sudah tertera. Menurut para ahli dan beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang akan lebih jauh dijelaskan pada bab-bab selanjutnya menunjukkan bahwa motivasi untuk mencapai prestasi seseorang juga dipengaruhi faktor-faktor sosial yang ada disekelilingnya seperti orang tua, peer group dan status sosial ekonomi. Motivasi berprestasi bersumber pada beberapa hal yaitu secara eksternal dan internal. Dimana internal dapat diidentifikasikan sebagai jenis kelamin yang setiap individu akan memiliki keuntungan ataupun kerugian secara inherent jika faktor internal tersebut dikaitkan dalam masyarakat. Seperti yang kita ketahui dalam masyarakat sehari hari laki laki cenderung diharapkan oleh masyarakat menjadi aktor yang memiliki tingkat intelegensi akademis yang lebih tinggi daripada perempuan yang ananti pada akhirnya akan mengisis posisi status sosial yang juga akan lebih tinggi dibandingkan perempuan. Di sisi lain hal hal eksternal yang berpengaruh dalam motivasi berprestasi dalam bidang akademis seseorang dapat berupa sosialisasi dari orang tua, sosialisasi dari teman sebaya atau keadaan sosial ekonomi dari keluarga dimana individu tersebut berada. Dalam hal sosialisasi dari orang tua, tentu pembentukan diri seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi atau tidak dengan adanya suasana yang kompetitif atau sikap penghargaan yang lebih terhadap prestasi yang diraih oleh seorang anak dalam keluarga akan sedikit banyak mempengaruhi motivasi untuk berprestasi lebih baik dalam bidang akademik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soerjono Seokanto (2012:392) yaitu Orang tua merupakan kunci motivasi dan keberhasilan seorang anak dalam prestasinya di sekolah. Teman sebaya juga dapat mempengaruhi motivasi dengan memberikan pengaruh nilai sosialisasi diluar rumah yang dapat berdampak baik atau buruk bagi individu atau anak tersebut. positif jika lingkungan teman sebaya yang dipilih anak tersebut dapat meneruskan bahkan membangun sikap kompetitif yang sudah dibentuk dari rumah. Negatif apabila teman sebaya yang dimiliki oleh seorang individu hanya membentuk fungsi pemberontakan dari rumah dan hanya berisikan sosialisasi nilai nilai taboo yang tidak diajarkan di rumah yang dijadikan sebagai acuan oleh anak yang pada akhirnya berujung menjadi sikap deviant seperti membolos sekolah, menyontek, tawuran, yang pada akhirnya membuat motivasi berprestasi akademis dari seseorang menurun Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andrew J. Martin dan Martin Downson membuktikan bahwa hubungan yang positif dengan pentransmisian nilainilai positif didalam peer group juga akan mempengaruhi sikap dari anggota didalamnya, dan hal ini erat kaitannya juga dengan bagaimana mereka memotivasi diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya pendidikan (2009:330). Pada akhirnya status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi akademik. Menurut Stpek dan Ryan (1997, dalam Schunk.2010) orang tua yang memiliki status sosial yang tinggi cenderung akan memiliki lebih banyak informasi tentang pelajaran yang akan dibagi kepada anaknya. Berbanding terbalik dengan orang tua yang memiliki stasus sosial ekonomi rendah, mereka memiliki informasi yang lebih sedikit untuk dinasihatkan terhadap anaknya. Informasi-informasi tersebut yang bermanfaat bagi seorang siswa dalam kegiatan sekolahnya apalagi jika diberikan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, ekspektasi dan minat dari setiap lapisan kelas sosial juga akan berbeda sesuai dengan kemampuan mereka dalam mewujudkan fasilitas pendidikan kepada anaknya. Motivasi berprestasi dalam bidang akademis menjadi penting untuk dibahas karena, seperti yang telah kita ketahui sebelumnya pada bab pendahuluan Parsons berpendapat bahwa dalam sekolah ideal memiliki nilai kesetaraan bagi para siswanya, hal ini berarti setiap orang dapat memiliki kesempatan yang sama dalam meraih prestasi dalam institusi tersebut, namun dengan faktor faktor yang di atas maka hasilnya pun menjadi berbeda dan dari penjelasan yang ada pada bagian latar belakang masalah, secara ideal seorang siswa diharapkan memiliki prestasi yang baik hal ini dapat terlihat dengan ada sistem sistem yang dilakukan dalam sistem sekolah seperti nilai ketuntasan minimum atau bahkan yang paling menyita
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
perhatian nasional yaitu ujian nasional. Semua hal tersebut menyimpulkan bahwa memang setiap siswa dituntun untuk dapat mencapai semua standar tersebut dengan baik. Tentu dalam mencapai standar tersebut bukanlah perkara yang mudah, dengan itu ideal nya pula setiap siswa memiliki dorongan atau motivasi yang tinggi pula sehingga berhasil mencapai semua standar yang ada dalam sistem persekolahan yang dihadapinya. Selain itu studi ini sangat menarik untuk dilakukan karena masih cukup jarang penelitian yang mengambil objek siswa SMA, karena jika dihubunkan dengan motivasi, mahasiswa atau pegawai yang biasanya kerap dijadikan objek dari penelitian tersebut. Narasi di atas yang mengantarkan penelitian ini dalam melihat fenomena ini dari segi bagaimana motivasi berperan dalam pencapaian prestasi akademik dari siswa yang juga secara spesifik dalam penelitian ini akan membandingkan Sekolah Menengah Atas yang memiliki tren nilai ujian nasional yang baik dan Sekolah Menengah Atas yang memiliki tren nilai Ujian Nasional buruk. Lebih jauh penelitian ini akan melihat bagaimana motivasi tersebut dipengaruhi oleh faktor faktor eksternal yang akan dijabarkan secara teoritis, dan pada akhirnya menjelaskan apakah terjadi sebuah perbedaan motivasi diantara kedua jenis sekolah tersebut dan faktor mana yang paling berperan di dalamnya. Dengan tujuan dari studi ini adalah pertama mengetahui kecenderungan motivasi berprestasi dari siswa SMA A dan SMA B di Kota Depok dan kedua mengetahui pengaruh faktor-faktor sosial yang telah diidentifikasikan terhadap peningkatan motivasi berprestasi akademis siswa SMA. Dalam studi ini hipotesa yang dikonstruksikan oleh peneliti adalah semakin tinggi dukungan orang tua maka cenderung semakin tinggi motivasi berprestasi akademis pada siswa. Semakin tinggi dukuangan peer group maka cenderung semakin tinggi motivasi berprestasi akademis pada siswa. Dan semakin tinggi Latarbelakang Sosial Ekonomi maka akan semakin tinggi motivasi berprestasi akademis pada siswa. Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan Kuantitatif, dengan pertimbangan bahwa fenomena yang akan diteliti adalah sebuah fenomena yang bersifat kausalitas dan sudah memiliki pola. Dengan kata lain penelitian yang akan dilakukan berusaha untuk mencara pola tersebut. Penelitian ini akan berfokus pada pencarian pola dari faktor faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi akademis dari siswa SMA dengan demikian akan dilihat hubungan variabel tersebut dengan faktor faktor yang ada sehingga dapat ditemukan secara deduktif hubungan dari faktor faktor yang ada, dengan sebelumnya menentukan konsep yang relevan dengan hal utama yang akan diteliti tersebut. konsep yang relevan tersebut antara lain adalah dukungan sosial orang tua, dukungan sosial teman sebaya dan latar belakang stastus sosial ekonomi. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Stratified Quota Random Sampling, dimana Stratified sampling dimaksudkan karena salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan antara SMA A dan SMA B dimana kedua sekolah tersebut berasal dari dua lapisan sekolah, yaitu satu dari sekolah memiliki nilai baik dan sekolah dengan nilai yang kurang baik. Pengertian quota adalah disaat peneliti pada akhirnya akan menarik sample individu dari proses pembagian quota yaitu sebesar 60 siswa per kategori tersebut dengan cara systematic random sampling yang dilakukan dengan cara menarik nama-nama individu menggunakan list absensi yang ada disetiap kelas dengan total 60 siswa per sekolah. Pengambilan 60 siswa didasarkan pada alasan jumlah total populasi kurang dari 1000 orang dengan demikian perlu diambil 30% dari total populasi tersebut (Neuman, 2006). Dalam konteks penelitian ini, dengan jumlah populasi sebanyak 400 orang maka jumlah sample yang ditarik adalah 120. Lebih jauh, karena studi ini ingin mengkomparasi secara proporsional antara SMA A dan SMA B, maka diambil 60 siswa per sekolah.
Tinjauan Pustaka dan Konseptual Dari pencarian beberapa tinjauan pustakan, peneliti menemukan beberapa studi yang pernah dilakukan sehubungan dengan motivasi berprestasi seperti studi oleh Sawitri yang berjudul Hubungan Motivasi Berprestasi dan Kecemasan Berprestasi Terhadap Prestasi Akademis Mahasiswa (Suatu Studi Terhadap Mahasiswa F.Psikologi dan F.Teknik UI) hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa terjadi hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan kecemasan berprestasi. Hal bermaksud bahwa semakin cemas seseorang dengan keadaan akademiknya maka akan semakin orang tersebut
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
melakukan usaha usaha yang lebih matang dan pada akhirnya memberikan hasil yang baik, yaitu indeks prestasi yang memuaskan. Hal ini bertentangan dengan banyak pendapat yang menyatakan apabila seseorang semakin cemas maka prestasinya akan semakin rendah dan tidak berkembang. Persamaan studi yang dilakukan oleh Sawitri dengan studi yang akan dilakukan adalah sama sama menggunakan variabel motivasi berprestasi sebagai variabel dependen. Perbedaannya adalah dalam penelitian yang akan dilakukan nanti juga akan melihat dari faktor faktor lain seperti Status Sosial Ekonomi, dan dukungan orang tua dan peer group. Penelitian lain yang juga berhubungan dengan studi ini adalah Faktor Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Perilaku Berprestasi Pada Mahasiswa Yang memiliki Prestasi Akademis Tinggi (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UI angkatan 1989) oleh Dwi Lestari. Pada tahun 1998 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku berprestasi mahasiswa yang memiliki prestasi akademis tinggi lebih banyak yang rendah dari pada yang tinggi. Sementara itu hasil lain penelitian ini adalah bahwa sosialisasi dari orang tua dan sosialisasi dari teman sebaya mempengaruhi pembentukan perilaku berprestasi pada mahasiswa yang berprestasi akademis tinggi. Sementara latar belakang status sosial ekonomi orang tua responden cenderung tidak menunjukkan hubungan yang kuat dengan pembentukan perilaku berprestasi pada mahasiswa, meskipun dilengkapi dengan faktor faktor lain. Persamaan penelitian ini dengan yang telah dilakukan oleh Lestariningtyas adalah sama sama menggunakan variabel sosialiasi orang tua, latar belakang status sosial ekonomi dan sosialisasi teman sebaya sebagai variabel independen. Sedangkan perbedaan pada kedua penelitian ini terletak pada variabel dependen dimana pada penelitian rujukan digunakan variabel perilaku berprestasi pada mahasiswa, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti akan menggunakan variabel motivasi berprestasi pada mahasiswa, selain itu pada variabel independen pun penelitian ini akan lebih jauh melihat hubungan variabel dependen yang ada dengan status SMA yang memiliki nilai rata-rata Ujian Nasional yang baik dan yang buruk. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwi Lestari objek yang diteliti adalah mahasiswa sedangkan dalam penelitian ini objek penelitian yang diteliti adalah siswa SMA. Dimana peneliti melihat bahwa siswa SMA khususnya kelas 12 sedang sangat berada pada kondisi dimana motivasi berprestasi yang idealnya sangat besar, karena takanan untuk lulus dari SMA dan lulus dari perkuliahan sangat lah berbeda Motivasi Berprestasi Dale H. Schuck (2010) mendefinisikan motivasi sebagai sebuah proses dimana tindakan yang berorientasi kepada tujuan diarahkan dan dilanjutkan. Dale percaya bahwa motivasi itu merupakan sebuah proses karena kita tidak dapat melihat sebuah motivasi secara langsung, namun hanya dapat dicermati melalui tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Tindakan-tindakan yang dapat dilihat dalam konteks motivasi seseorang dapat berupa hal-hal seperti membuat perencanaan, selalu berlatih giat dalam mencapai sebuah tujuan, membuat keputusan dalam menjalankan sebuah tujuan, mengatasi permasalahan yang ada selama menjalankan sebuah tindakan, dan menilai/mengevaluasi kemajuan dari sebuah tindakan sehingga mencapai sebuah tujuan. Individu yang menjalankan kegiatan tersebut cenderung menjadi individu yang akan secara konsisten meraih hasil prestasi yang maksimal (Weiner, 1969:107). Brophy (dalam Hancock, 2004:159) menyatakan bahwa motivasi dalam konteks pendidikan adalah kecenderungan seseorang untuk menemukan bahwa kegiatan akademis memberikan manfaat dan dapat diambil keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya. McClleland seorang pelopor teori Acquired Needs Theory mengembangkan ide mengenai kebutuhan beprestasi (Need for Achievement) yang menjelaskan keinginan untuk sukses, untuk menguasai tugas, dan untuk mempertahankan tujuan (Saffer, 1993:473). Kebutuhan berprestasi juga dapat dianggap sebagai sebuah motif atau alasan untuk bersaing dan berjuang untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan. Selain itu motivasi dilakukan seorang individu untuk memperlihatkan bahwa mereka telah melakukan apa yang diekspektasikan oleh lingkungan sekitarnya dengan melakukan kegiatan itu dengan sebaik-baiknya. Dari situ McClelland mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence).
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Lebih jauh Andrew J. Elliot dan Todd Thrash (2001:105) melihat bahwa motivasi berprestasi erat kaitannya dengan proses dan tujuan seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Dengan pandangan tersebut mereka mengembangkan gagasan tentang Hierarchical Model of Achievement Motivation, dimana mereka mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai sebuah representasi kognitif yang mengarahkan perilaku kepada sebuah tujuan dengan mempertimbangkan aspek performa dan kompetensi yang baik. Definisi tersebutlah yang menjadi acuan dalam penelitian ini, dimana dalam definisi tersebut juga tampak sebuah aspek sosiologis yang akan dilakukan seorang individu bertindak menuju sebuah prestasi. Terlebih dalam model motivasi berprestasi ini Andrew dan Todd melihat bahwa ada dua dimensi utama yang dapat memperlihatkan motivasi berprestasi seseorang yaitu mastery dan performance. Mastery adalah menguasai sebuah hal sesuai dengan ekspektasi yang ada dan performance adalah melakukan ekspektasi tersebut sebaik mungkin. Lebih jauh Bong (2004:288) melihat bahwa kedua bagian dari motivasi berprestasi tersebut, yaitu mastery dan performance lah yang membuat seseorang merasa perlu memiliki kompetensi untuk lebih baik dari orang lain. Dari narasi di atas terlihat bahwa motivasi bukan hanya bergantung pada diri individu semata tetapi juga sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor eksternal. Schunk berpendapat bahwa memang pada akhirnya motivasi memiliki dua asal penyebab yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Schunk,2010:236). Motivasi Intrinsik lebih kepada tataran individu dimana seseorang melakukan sebuah kegiatan dan mencapai keunggulan karena memang individu tersebut menemukan bahwa hal yang dilakukannya menyenagkan dan dapat dinikmati, atau jika dikaitkan dengan dimensi Andrew dan Todd (2001) di atas adalah dimensi performance yang dapat dilihat dengan indicator-indikator yang dijabarkan oleh Schunk yaitu (1) Membuat perencanaan sebelum bertindak, (2) Selalu belajar giat dalam mencapai sebuah tujuan, (3) Membuat keputusan dalam menjalankan sebuah tujuan, (4) Mengatasi permasalahan yang ada selama menjalankan sebuah tindakan dan (5) Menilai/mengevaluasi kemajuan dari sebuah tindakan sehingga mencapai sebuah tujuan. Motivasi ekstrinsik disisi lain adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang karena dipicu oleh faktor-faktor eksternal yang diinginkan atau yang tidak diinginkan yang bersumber dari agen sosial disekelilingnya, contohnya seseorang belajar dengan giat untuk mendapatkan peringkat bagus disekolah untuk mendapatkan hadiah dari orang tua nya, sekaligus juga terhindar dari hukuman yang dapat dikenakan kepadanya jika mendapat nilai yang jelek (Entwistle, Thompson& Wilson, 1974:381). Faktor-faktor eksternal yang salah satunya signifikan dalam motivasi seseorang adalah interaksinya dengan significant others karena mereka lah yang membuat seseorang merasa memiliki nilai dan mendapatkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari (Martin, 2009:230). Lebih jauh significant others yang dimaksud dalam konteks ini adalah agen-agen sosialisasi seperti keluarga dan peer group dimana dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andrew J. Martin didapatkan bahwa jika terjadi interaksi antara individu dengan significant others yang berkualitas tinggi dengan nilai nilai yang positif, nilainilai positif ini lah yang akan dibawa oleh seseorang dalam konteks kehidupan akademik nya, dimana mereka dapat bertindak sesuai dengan konteks akademik yang ada. Paparan ini jika dikaitkan dengan dimensi motivasi berprestasi yang dikemukakan Andrew dan Todd dapat dikategorikan sebagai dimensi mastery dimana pada akhir nya individu melakukan sebuah hal dengan terpacu oleh ekspektasi yang ada dari lingkungan sekitarnya. Lebih jauh Eccles mengemukakan empat hal yang dapat menjadi indicator pengaruh agen sosial eksternal, seperti orang tua dan peer group terhadap seseorang di sekolah yaitu (1) ekspektasi kemampuan seseorang dari pihak eksternal (2) penghargaan terhadap pencapaian yang dilakukan di sekolah (3) sangsi yang diberikan terhadap tindakan yang menyalahi ekspektasi pihak ekternal (4) mempunyai keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain atau kelompok (Schunk, 2010:284). Dukungan Sosial Menurut Betty Cooke (1988:211) dukungan sosial adalah dukungan yang disediakan oleh orang lain dan muncul dalam sebuah konteks interpersonal yang dimiliki oleh seseorang atau percabangan dari sebuah jejaring sosial. Kemudian menurut Shelly Taylor, Williem dan Kim (2007:832) dukungan sosial didefinisikan menjadi dua hal yaitu dukungan sosial eksplisit dan dukungan sosial implisit. Dukungan
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
sosial eksplisit adalah dukungan dalam bentuk nasehat, bantuan instrumental, dan kenyamanan secara emosional yang diberikan oleh jaringan sosial yang ada disekitar seseorang. Sedangkan dukungan sosial secara implisit adalah kenyamanan secara emosional yang didapatkan tanpa seseorang harus mengutarakan permasalahannya kepada jaringan sosial yang ada disekitarnya. Lebih lanjut Shelly mengelaborasi seseorang yang mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai dan diperhatikan, berharga dan bernilai dan menjadi bagian dari jaringan sosial seperti keluarga dan komunitas organisasi yang membekali mereka kebaikan, pelayanan, dan saling mempertahankan ketika dibutuhkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dukungan sosial adalah persepsi kebersamaan seseorang dalam suatu kelompok sosial yang didalamnya terdapat beberapa jejaring sosial yang dari jejaring tersebut seseorang dapat memperoleh dukungan atau bantuan sehingga individu merasa dapat bergantung, dipedulikan dan dicintai atau dapat dikatakan pula bahwa individu mendapatkan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Secara umum, terdapat tiga tipe dasar dari dukungan : (1) dukungan emosional yang mencakup ungkapan empatik, kepedulian, kasih sayang atau kehangatan, semangat atau dorongan dan keprihatinan terhadap orang yang bersangkutan. Dapat berupa memberikan rasa aman, nyaman, dan perhatian baginya. Dalam dukungan emosional ini juga mencakupi pemberian bentuk-bentuk penghargaan yang mencakup ungkapan pernghargaan yang positif, dorongan untuk maju atau persetujuan atas gagasan atau perasaan yang dimiliki individu, dan perbandingan positif individu dengan orang lain. Dapat berupa membentuk perasaan pada individu bahwa ia mampu, berarti dan berharga. (2) Dukungan materi yang mencakup bantuan langsung, dan dukungan ini juga diberikan dalam bentuk alat atau bantuan nyata.(3) Dukungan informasi yang mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, dukungan pemberian informasi, serta memberitahukan keterampilan tertentu pada orang lain yang dapat bermanfaat bagi pemecahan masalah (Cooke,Rosmann,McCubin, 1988:211). Dalam penelitian ini, dukungan sosial dilihat berdasarkan tiga aspek di atas dan dilihat dari dua sumber yaitu orangtua dan peer group. Alasan pemilihan sumber dukungan sosial ini didasarkan pada beberapa hal. Orangtua dipilih adalah karena responden masih memiliki ketergantungan pada orangtua yang besar. Berbagai kebutuhan sehari-hari siswa, termasuk untuk bersekolah, masih dipenuhi oleh orangtua sepenuhnya. Kemudian, pemilihan teman sebaya sebagai sumber dukungan sosial adalah karena penelitian ini secara spesifik memiliki objek siswa kelas 12, yang notabenenya sedang berada pada fase eksistensi peer group sangat penting bagi mereka. maka dua sumber dukungan sosial ini dianggap memiliki pengaruh kuat pada siswa selama berada di sekolah. Dukungan Orang Tua Menurut Soerjono Soekanto (2012:392) Orang tua merupakan kunci motivasi dan keberhasilan seorang anak dalam prestasinya di sekolah. Beliau menambahkan bahwa keberhasilan tersebut berhubungan erat dengan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak dimana orang tua seharusnya melindungi anak dari pengaruh tidak baik yang datang dari luar rumah. Rosen (1961:574) lebih jauh menjelaskan keluarga memang pada idealnya adalah tempat untuk menumbuhkan keinginan berprestasi dengan pertama tama membimbing anak untuk menentuka atau menetapkan sebuah tujuan yang berdasarkan kepada standar standar keunggulan, yang juga didukung dengan semangat kompetitif dan juga menanamkan semangat mandiri sehingga dapat menyelesaikan tugasnya dan juga mengambil keputusan sendiri. Dengan demikian orang tua lah yang memegang tanggung jawab terhadap tindakan setiap anggotanya, terutama anak dalam keluarga tersebut pada konteks masyarakat luas. Orang tua pun mencoba untuk menjalani “good life” yang memastikan anaknya akan mendapatkan nilai dan pembelajaran kehidupan yang terbaik dari keluarga. Berkaitan dengan sekolah Wissburn (1992:120) menjelaskan bahwa ada hierarki keterlibatan orang tua atau Hierarchy of Parents Involvement terhadap sekolah yang memastikan juga motivasi berprestasi anaknya di sekolah akan baik dan sesuai dengan ekspektasi mereka sebagai keluarga. Hierarki keterlibatan orang tua memiliki empat dimensi yaitu (1) spectator atau penonton, (2) Support atau dukungan, (3) engagement atau kesinambungan dan (4) decision making atau pembuatan keputusan. Spesifik pada poin yang kedua yaitu dukungan keluarga Wissburn berpendapat bahwa
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
dukungan dari orang tua terhadap anaknya merupakan hal yang sangat penting jika dikaitkan dengan motivasi berprestasi anak tersebut disekolah. Dalam dukungan, orang tua akan memberikan perhatiannya contohnya dalam hal mengantarkan anaknya ke sekolah, menanyakan kabarnya disekolah, membantu mengerjakan tugas sekolah dan memberikan dorongan dalam bentuk nasehat kepada anaknya untuk kemajuannya disekolah. Dalam perspektif lain Meece (dalam Schunk 2010) menemukan bahwa dukungan keluarga, lebih spesifik yaitu orang tua dalam bentuk instrumentasi juga mendukung pembentukan motivasi berprestasi seorang anak di sekolah. Dalam studinya Meece menemukan bahwa mereka yang berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi rendah akan sulit dalam mendukung anaknya atau siswa untuk melakukan hal seperti pembiayaan kebutuhan sekolah sehari-hari, memberikan fasilitas penunjang untuk membantu pembelajaran disekolah seperti buku-buku atau komputer, dan untuk membiayai anaknya mengikuti kegiatan lain seperti les atau pelajaran tambahan lain diluar sekolah. Untuk itu dalam akhir penelitiannya Meece menemukan bahwa anak yang berasal dari latar belakang ekonomi yang relatif rendah memiliki motivasi berprestasi yang rendah juga, karena tidak didukung dengan instrumentasi yang kuat dari orang tuanya. Dari narasi di atas dengan demikian dukungan orang tua menjadi penting jika dikaitkan dengan pembahasan konsep dukungan sosial sebelumnya yaitu dari ketiga aspek yang telah ditentuka sebelumnya pada sub bab dukungan sosial, yaitu emosional, instrumental atau materi dan informasi. Dukungan Peer group Pada tahap remaja, individu akan menemui fase dimana dirinya akan menemukan significant others lain dalam kehidupannya, yang disebut peer group. Robert Havinghurst dan Bernice Neugarten (1976:169) medefinisikan Peer group sebagai sekelompok anak tertentu dimana para anggotanya memiliki peraturan tertentu, memiliki harapan tertentu terhadap kelompoknya dan juga memiliki intensitas interaksi berkelompok yang tinggi. Wiley (1967:153) di sisi lain menjelaskan faktor-faktor yang membuat peer group dapat terbentuk. Alasan pertama adalah karena adanya alasan kebutuan dasar dari setiap individu untuk dapat merasakan saling memiliki satu sama lain. Kedua, semakin tumbuh berkembangnya anak, maka semakin mereka akan merasa mandiri dari orang-orang yang lebih dewasa disekitarnya dan cenderung akan lebih bergantung kepada peer mereka yang terbentuk karena rasa kemandirian tersebut. Yang terakhir adalah karena adanya faktor sosial dan kultural yang menjadikan adanya peer group, kerberadaan peer group tidak dapat dihindari dalam seluruh konteks masyarakat, terutama kepada mereka, anak, yang sedang menjalani transisi menjadi bagian dari masyarakat dan sedang belajar menjadi seperti masyarakat. Dengan faktor tersebut maka motivasi anak untuk berprestasi pun akan semakin berkembang karena bukan hanya mereka mengenal lingkungan baru tetapi mereka juga mengenali acuan baru dalam bertindak, yang salah satunya adalah berkompetisi. Namun demikian pengaruh peer group dalam memotivasi seorang anak pun juga memiliki dua kemungkinan, bisa membawa ke arah yang positif jika memang mereka berlaku sesuai norma dan nilai yang berlaku dalam masyarkat, atau anak juga bisa menjadi berprilaku negatif. Terutama dalam konteks penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Atas dimana siswa sudah memiliki tingkat kedewasaan tertentu dalam melihat keadaan dan orang-orang sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dengan sudah mulai renggangnya peran guru dalam membentuk tindakan anak didiknya (Soekanto, 2012,:391). Peer group lah yang menggantikan posisi tersebut dalam pembentukan diri termasuk motivasi dalam konteks keseharian sekolah. Peer group di sekolah dapat memotivasi setiap anggotanya karena ada perasaan sense of belonging yang terasah melalui kegiatan tugas sehari-hari di kelas (Anderman, 2003:6). Pembentukan tersebut secara positif dapat dilakukan dengan cara mengadakan kelompok belajar. Jika peer group yang mereka dapatkan bersikap yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyrakat khususnya sikap sikap deviant dalam sisi akademis, seperti: menyontek, bolos sekolah, merokok atau bahkan menggunakan obat terlarang. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena dari peer group lah seorang individu atau dalam konteks ini siswa mendapatkan akses kedalam sebuah tindakan yang dilakukan oleh peer group tersebut, dimana keputusan yang akan di ambil olehnya juga sangat besar dipengaruhi oleh peer group tersebut (Schunk,
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
2001:276).Dari narasi tersebut dapat diinterpretasikan lebih lanjut bahwa memang pengaruh peer group dalam membentuk atau memunculkan motivasi berprestasi siswa di sekolah sangat lah besar. Status Sosial Ekonomi Keluarga Orang tua dari kelas menengah atas cenderung memiliki aspirasi yang tinggi pada pendidikan anaknya, perhatian yang diberikan cenderung maksimal dengan memperhatikan semua sarana pendidikan yang dibutuhkan dan juga dengan perhatian terhadap pencapaian prestasi dari anaknya. Sedangkan pada kelas pekerja, mereka tidak mengharapkan banyak dari pendidikan anaknya, walaupun mereka akan senang apabila anaknya mendapatkanprestasi di sekolah. Pada kelas menengah kebawah mengangap bahwa apa yang anaknya dilakukan dalam sekolah tidak ada relevansinya dengan kehidupan masa depan anaknya, dengan demikian mereka cenderung tidak mendukung sikap dan anak yang diperukan disekolah (Brembeck, 1966:184). Bukan hanya dari segi relevansi bagaimana sekolah dapat memupuk bekal keterampilan atau pengetahuan masa depan bagi seorang siswa. Tetapi kaitannya dengan status sosial ekonomi orang tua adalah menurut Parelius dan Parelius (1987, dalam Schunk 2010) memiliki setidaknya dimensi seperti tingkat pendidikan dan pendapatan, akan memberikan lebih banyak informasi atau nasihat kepada anaknya tentang keuntungan yang didapatkan dari dunia pendidikan dan hal yang lain adalah saat dimana mereka, orang tua yang memiliki status soseial ekonomi yang lebih tinggi dapat juga mengajarkan anaknya dirumah tentang pelajaran yang didapatkan disekolah. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stipek dan Ryan (1997, dalam Schunk 2010) yang menjadi perbandingan antara mereka yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi adalah kesempatan yang lebih banyak untuk mengajarkan atau memberikan informasi tentang persekolahan, atau dalam konteks ini tentang mata pelajaran kepada anaknya. Hal tersebut lah yang tidak dimiliki oleh mereka yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah karena katerbatasan pengetahuan yang dimilikinya. Dari penjabaran di atas terlihat bahwa Status Sosial Ekonomi mempengaruhi bagaimana seorang anak akan bertindak di sekolah, lebih lanjut hal tersebut akan mempengaruhi motivasi berprestasinya di sekolah pula. Hal ini disebabkan karena ekspektasi dari orang tua mereka pun berbeda sesuai dengan tingkat status sosial mereka yang dipengaruhi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan mereka.
Deskripsi Dukungan Sosial, Status Sosial Ekonomi dengan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi Proses statistik yang dilakukan pertama adalah recode pada item pertanyaan yang bermakna negatif, peneliti lalu melakukan prores compute dan recode kembali untuk menghasilkan variabel motivasi berprestasi. Dalam variabel tersebut nantinya akan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori rendah bermakna bahwa responden yang berada pada kategori adalah mereka yang memiliki kemauan dalam diri dan ekspektasi lingkungan sekitar yang rendah, sehingga membentuk motivasi berprestasi responden di sekolah pun rendah. Untuk kategori sedang bermakna bahwa dari psegi performance dan mastery, responden memiliki kedua dimensi tersebut cenderung cukup sehingga membentuk motivasi berprestasi akademis di sekolah dengan kecenderungan rata-rata. Kategori tinggi adalah responden yang memiliki orang-orang sekitar yang sangat demanding, dan dipenuhi dengan ekspektasi yang ideal terhadap responden dan hal tersebut juga disertai dengan kemauan secara internal dari responden itu sendiri yang membentuk motivasi berprestasi yang tinggi terhadap kehidupan akademiknya di sekolah. Hasil dari proses compute dan recode dari variabel motivasi berprestasi dengan melihat dari batasan-batasan kuartil yang ada pada uji statistik yang dilakukan saat proses konstruksi dilakukan. Secara persentase terdapat 37,5% responden yang memiliki motivasi berprestasi yang sedang, 32,5% responden yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Sedangkan yang memiliki motivasi berpretasi rendah adalah 30% dari responden. Hal ini mengartikan secara keseluruhan responden memiliki motivasi berprestasi yang cukup baik, karena jika akumulasi antara sedang dan tinggi memiliki porsi yang lebih besar secara keseluruhan yaitu sebesar 70%.
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Jika dipisahkan menurut sekolah asal dari responden maka hasil yang cukup berbeda pun didapatkan responden yang berasal dari SMA A, secara akumulatif 80% dari mereka memiliki motivasi berprestasi yang sedang hingga tinggi. Berbanding dengan responden yang berasal dari SMA B dimana sekitar 75% dari mereka adalah siswa yang memiliki motivasi berprestas yang cenderung sedang hingga rendah. Hal ini berarti bahwa responden yang berasal dari SMA A memiliki motivasi berprestasi lebih baik dibandingkan dengan responden yang berasal dari SMA B. Hasil ini diperkuat juga dengan uji statistik mean dan standar deviasi dari hasil perhitungan motivasi berprestasi SMA A dan SMA B. SMA A memiliki nilai mean sebesar 2,23 dan standar deviasi sebesar 0,745 berbanding dengan SMA B yang dari perhitungan statistik univariatnya memiliki nilai mean sebesar 1,82 dan standar deviasi sebesar 0,792. Dengan nilai mean tersebut maka wajar jika di SMA A cenderung lebih banyak memiliki responden yang memiliki motivasi berprestasi dibandingkan SMA B. Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi Pengolahan statistik variable dukungan sosial orang tua, dilakukan sama dengan pengolahan variable sebelumnya. Sedangkan interpretasi terhadap ketiga kategori pembagian adalah sebagai berikut rendah, mengartikan bahwa responden yang berada dalam kategori ini cenderung tidak mendapatkan dukungan emosional, instrumental dan informasi yang cukup dari orang tuanya, sehingga dapat dikatakan dengan interpretasi yang lebih sederhana bahwa mereka adalah anak yang cenderung kurang perhatian dari orang tuanya dalam segi akademis di sekolah. Kategori sedang dan tinggi, disisi lain merupakan responden yang memiliki dukungan emosional, instrumental dan informasi yang cukup dan cenderung berlebih, dimana hal ini positif, dari orang tuanya, atau secara sederhana responden yang berada dalam kategori ini adalah responden yang mendapat perhatian dan kasih sayang yang besar dari orang tuanya dalam bidang akademis di sekolah. Hasil dari proses tersebut menghasilkan data bahwa secara keseluruhan ada lebih dari 51,7% responden yang memiliki dukungan sosial orang tua yang sedang, hal ini berarti bahwa sebagian besar responden mendapatkan perhatian yang baik dari orang tuanya di sekolah dari semua segi pemenuhan yang ideal, dimana orang tua dapat memberikannya. Hal tersebut seperti kasih sayang, kepedulian, bantuan dan nasihat dalam menghadapi masalah akademis yang dihapai anak jika ada pekerjaan rumah yang sulit atau jika mengalami masalah dengan sekolah, serta tidak lupa memberikan dukungan penuh dalam segi material mulai dari pemberian uang saku sehari-hari, hingga membiayai anaknya untuk mengikuti program bimbingan belajar, yang notabenenya membutuhkan biaya yang cukup besar dalam melakukan hal tersebut. Hal yang menarik, justru terlihat jika kita pisahkan berdasarkan sekolah dari responden, yang memang menjadi salah satu fokus dalam studi ini yaitu membandingkan sekolah dengan rekam jejak prestasi nilai Ujian Nasional yang baik dan yang tidak terlalu baik. Hasilnya dapat kita lihat secara signifikan terlihat perbedaan diantara SMA A dan SMA B. Responden yang berasal dari SMA A, hanya 5% dari mereka yang dapat dikategorikan sebagai anak kurang perhatian dari orang tuanya. Sedangkan pada SMA B terdapat lebih dari 38% responden masuk dalam kategori anak kurang perhatian tersebut. Hal ini menandakan bahwa SMA A memiliki keunggunlan dalam segi dukungan sosial orang tua terhadap anaknya yang dibandingkan dengan SMA B, yang ditunjukkan dengan data yang ada di atas, namun hal tersebut belum tentu menujukkan tinggi rendahnya motivasi berprestasi responden sebagai variabel dependen dalam studi ini. Motivasi berprestasi, sesuai dengan kerangka teoritis penelitian yang digunakan, pada akhirnya akan dipengaruhi oleh faktor faktor sosial dalam membentuk besar tidaknya motivasi seseorang. Seperti yang terlihat pada uji statistik bivariat antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi responden yang memiliki dukungan sosial orang tua yang rendah cenderung memiliki motivasi berprestasi yang sedang yang ditunjukkan dengan angka 47,8%, namun jika dilihat lebih jauh kecenderungan bagi mereka yang memiliki dukungan sosial orang tua yang rendah, juga memiliki motivasi berprestasi yang rendah, karena jika dilihat persentase responden yang memiliki dukungan sosial orang tua yang rendah dan memilii motivasi berprestasi rendah adalah sebesar 43,5%. Dari hal tersebut terlihat kecenderungan bahwa dukungan sosial orang tua yang rendah juga akan membuat motivasi
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
berpretasi yang rendah. Lebih jauh, dibuktikan dengan responden yang memiliki dukungan sosial orang tua yang tinggi juga cenderung memiliki motivasi berprestasi yang tinggi ditunjukkan dengan persentase sebesar 56,3%. Nuansa tersebut memperkuat nosi bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi seorang siswa. Jika dilihat secara uji statistik dengan menggunakan Somers’d nilai hubungan antar variabel tersebut adalah 0,356,. Hal tersebut juga memperkuat nosi peneliti sebelumnya, bahwa hubungan keda variabel ini adalah positif, yang berarti semakin tinggi variabel independen nya, yaitu dukungan sosial orang tua, maka semakin tinggi pula nilai dari variabel independennya yaitu motivasi berprestasi. Selain itu, nilai 0,356 tersebut dapat diinterpretasikan memiliki kekuatan hubungan yang tergolong cukup. Selanjutnya, informasi lain yang didapatkan yaitu nilai Approx.Sig yang ada yaitu sebesar 0,000 nilai signifikansi hubungan antara dukungan sosial orang tua dan motivasi berpretasi lebih rendah dari nilai alpha (0,05) yang mengartikan bahwa hubungan, dan kekuatan hubungan dari kedua variabel tersebut dapat digeneralisasi pada tingkat populasi yaitu seluruh siswa kelas 12 SMA A dan SMA B. Jika sekolah asal responden dijadikan sebagai vatiabel kontrol maka hasil yang didapatkan hampir sama dengan hasil bivariat diatas. Yaitu semakin tinggi dukungan orang tua maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimiliki, namun yang membedakan adalah hasil nilai somers’d untuk keduanya dimana SMA A memiliki nilai 0,196 yang berarti lemah serta nilai signifikansi 0,050 yang tidak dapat digeneralisasi ke tingkat populasi. Sedangkan SMA B memiliki nilai hubungan 0,495 atau tergolong cukup dengan nilai signifikansi 0,000 yang mengartikan hal tersebut dapat digeneralisasi ke tingkat populasi. Dukungan Sosial Peer Group Terhadap Motivasi Berprestasi Hasil dari proses statistic seperti yang dilakukan pada variable sebelumnya memperlihatkan bahwa secara keseluruhan ada lebih dari 65% responden yang memiliki dukungan sosial peer group yang sedang. Hal ini menandakan bahwa secara keseluruhan, peer group atau teman-teman responden, masih berfungsi sebagai institusi yang sesuai dengan fungsinya yaitu menjadi tempat responden, dalam fase kehidupannya yang lebih dekat dengan teman dibandingkan orang tuanya, untuk mendapatkan nilai dan pembelajaran yang sesuai dengan harapan ideal. Harapan ideal yang dimaksudkan adalah pengembangan dari nilai positif yang dapat diberika oleh peer group kepada responden. Karena jika dilihat kembali dari fakta lapangan yang ada dibelakang, tidak sedikit responden yang tidak luput dari penanaman nilai yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat yaitu nilai-nilai seperti membolos sekolah, mencontek, atau bahkan hal yang paling meresahkan yaitu tawuran. Hal itu pun juga dapat terlihat dari grafik dibawah ini yang menunjukkan, bahwa 18% dari responden cenderung memiliki dukungan sosial peer group yang rendah, yang juga mengartikan ada nilai-nilai negatif yang ditansmisikan dalam peer group tersebut. Hasil yang signifikan berbeda didapatkan jika variabel tersebut dipisahkan sesuai dengan sekolah asal responden yaitu SMA A dan SMA B. Responden yang berasal dari SMA A 45% dari mereka memiliki dukungan sosial peer group yang tinggi. Sedangkan hal yang sebaliknya yaitu 38,3% responden yang berasal dari SMA B memiliki dukungan sosial peer group yang rendah. Dari rentetan dimensi yang telah dibahas, hasil tersebut bukan merupakan hal yang mengejutkan, dimana responden dari SMA B cenderung mememiliki peer group yang tidak sesuai dengan fungsi ideal peer group semestinya, terlebih jika disoroti mengenai perilaku negatif seperti bolos sekolah, mencontek dan tawuran, angka yang cukup besar ditemukan di SMA B. Namun demikian, hal ini belum dapat menjustifikasi bahwa motivasi berprestasi responden yang berasal dari SMA A lebih besar dari SMA B atau sebalikanya, hal tersebut akan lebih jauh dan menarik untuk dibahas pada analisis bivariat. Dari uji bivariat yang dilakukan terlihat bahwa terjadi hubungan yang positif yaitu semakin tinggi dukungan peer group yang diterima maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimiliki siswa, nilai uji somers’d menunjukkan angka 0,181 yang berarti hubungan kedua variable ini lemah dan nilai signifikansi sebesar 0,022, atau dapat digeneralisasi ketingkat populasi. Lebih jauh jika menjadikan asal sekolah menjadi variable kontrol terlihat perbandingan yang kontras anatara SMA A dan SMA B. Di SMA A semakin tinggi dukungan peer group maka semakin tinggi pula
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
motivasi berprestasi siswa dengan nilai uji statistic menggunakan somers’d sebesar 0,263 atau lemah, namun demikian hal ini tidak dapat digeneralisasi ke tingkat populasi karena nilai signifikasi sebesar 0,251. Jika diperkuat dengan hasil observasi lapangan, di SMA A siswa memang cenderung aktif dalam membuat peer education di luar jam sekolah, itu yang menjadi alasan dukungan sosial peer group di SMA A memang berpengaruh. Berbeda dengan SMA B, uji statistik somers’d menunjukkan nilai -0,07 hal ini menandakan ada hubungan yang negatif antara dukungan sosial peer group dengan motivasi berprestasi, atau semakin tinggi dukungan semakin rendah motivasi yang dimiliki siswa dan nilai signifikansi sebesar 0,649 menunjukkan hubungan ini tidak dapat digeneralisasi ke tingkat populasi. Hal ini terjadi karena siswa di SMA B, cenderung lebih memilih langsung bekerja dibanding melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan demikian orientasi ajakan teman di sekolah tersebut adalah yang penting lulus dan bisa bekerja, dan tidak memaksimalkan nilai.
Status Sosial Ekonomi Terhadap Motivasi Berprestasi Dari perhitungan statistic yang dilakukan terlihat bahwa 39,2% orang tua responden memiliki Status sosial ekonomi yang tinggi. Sedangkan sisanya yaitu 32,5% memiliki status soial ekonomi yang sedang dan 28,3% merupakan orang tua yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Jika dibandingkan sesuai dengan asal sekolah responden maka persentase dari perbandingan tersebut menggambarkan secara jelas bahwa orang tua responden yang berasal dari SMA A memiliki Status Sosial Ekonomi yang lebih baik dibandingkan mereka yang berasal dari SMA B. Dapat dibandingkan dengan angka responden yang memiliki latar belakang status sosial ekonomi tinggi dari SMA A sebesar 75% sedangkan SMA B hanya sebesar 3,3%. Perbandingan yang serupa juga ada pada persentase status sosial ekonomi rendah kedua SMA, dimana responden yang berasal dari SMA B memiliki orang tua dengan status sosial ekonomi sebesar 51,7% dan SMA A hanya sebesar 5%. Keterkaitan antara Status Sosial Ekonomi dengan motivasi berprestasi seperti yang telah dibahas sebelumnya, memiliki hubungan yang cukup menarik dimana orang tua dengan status sosial ekonomi yang lebih baik cenderung memiliki kesempatan memiliki anak yang bermotivasi berprestasi tinggi, hal ini dikarenakan ekspektasi, pentransmisian pengetahuan dan curahan dukungan materi yang cenderung dapat lebih dipastikan dari orang tua yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik. Secara prematur pun, curahan dukungan orang tua yang diwujudkan dengan materi dan kebutuhan-kebutuhan lain yang penting bagi kepentingan akademis anaknya tercermin pada dimensi dukungan materi yang ada variabel dukungan sosial orang tua yang sudah dibahas sebelumnya. Tentunya dengan temuan dengan status sosial ekonomi di atas dapat lebih konklusif dikatakan dalam studi ini bahwa orang tua dari responden yang berasal dari SMA A yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi juga dapat memberikan dukungan sosial yang lebih tinggi pula dibandingkan dengan orang tua responden yang berasal dari SMA B. Lebih lanjut dari uji statistic hubungan bivariat yang dilakukan ditumakan bahwa terjadi hubungan yang positif antara status sosial ekonomi dengan motivasi berprestasi atau semakin tinggi status sosial ekonomi seorang siswa semakin tinggi pula motivasi berprestasinya. Nilai somers’d yang didapatkan adalah 0,162 atau sangat lemah, dan nilai signifikansi sebesar 0,031 yang mengartikan hubungan tersebut dapat digeneralisasi ke tingkat populasi. Jika asal sekolah responden dijadikan variable kontrol maka hasil yang cenderung berbeda pun didapatkan. Untuk SMA A hasil yang didapatkan adalah hubungan yang negative antara sse dengan motivasi berprestasi, dimana dalam observasi lapangan ditemukan bahwa memang mereka dengan sse yang rendah memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mengubah nasibnya nanti. Nilai statistik yang didapatkan adalah -0,225 atau lemah, serta hubungan ini tidak dapat digeneralisasi ke tingkat populasi dengan nilai signifikansi sebesar 0,155. Untuk SMA B, hubungan yang terlihat adalah hubungan yang positif dimana status sosial yang lebih tinggi mempengaruhi motivasi berprestasi yang juga akan meningkat. Nilai somers’d yang didapatkan adalah 0,125 atau sangat lemah, dan hubungan ini juga tidak dapat digeneralisasi ke tingkat populasi karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0,366.
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan beberapa hal yang dapat menjadi kesimpulan terhadap kecenderungan motivasi berprestasi yang ada pada siswa kelas 12 pada SMA A dan SMA B. Beberapa temuan, ada yang dapat digeneralisasikan pada tingkat populasi. Pertama adalah kecenderungan motivasi berprestasi yang dimiliki seluruh responden adalah sedang, hal ini berarti responden masih memiliki semangat yang cukup dalam menempuh proses pendidikannnya sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasnya siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari seperti bertanya kepada guru dalam kegiatan KBM, mengulang pelajaran yang dirasa sulit seraya mereka mengerjakan pekerjaan rumah dan yang terpenting adalah dengan merencanakan kelanjutan pendidikan mereka kejenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi sebagai perwujudan ekspektasi ideal pemerintah terhadap lulusan SMA yang ada di Indonesia secara keseluruhan. Namun jika dibedakan dari asal sekolah responden, tampak hasil yang cenderung berbeda. Hasil tesebut adalah responden yang berasal dari SMA A secara keseluruhan cenderung memiliki motivasi berprestasi yang cenderung tinggi. Hal tersebut sangat berbeda dengan responden yang berasal dari SMA B yang cenderung rendah dalam kepemilikan motivasi berprestasi. Responden yang berasal dari SMA A, hampir seluruhnya sangat berambisi melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi yang berkualitas. Berbeda dengan responden yang berasal dari SMA B yang malah cenderung tidak ingin melanjutkan pendidikannya dan lebih berminat untuk langsung bekerja. Motivasi berprestasi tersebut jika dihubungkan dengan dukungan sosial orang tua terbukti memiliki hubungan yang positif, atau dengan kata lain semakin orang tua memberikan perhatian dalam dimensi emosional, finansial dan informasi yang dapat ditunjukkan dengan menyemangati anaknya dalam belajar, membimbingnya dalam mengerjakan pekerjaan rumah setiap ada kesempatan bahkan hingga membiayai anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar. Jika diteliti lebih dalam dengan membandingkan antara SMA A dan SMA B, secara univariat SMA A memang cenderung memiliki siswa dengan motivasi berprestasi yang lebih baik dari SMA B. Hasil tersebut juga ditemukan pada hasil univariat dukungan sosial orang tua. Namun, secara uji statistik hubungan antara motivasi berprestasi dan dukungan sosial orang tua tidak terdapat perbedaan yang signifikan dimana pada kedua sekolah tersebut terdapat hubungan yang cenderung positif. Selanjutnya jika dihubungkan dengan dukungan sosial peer group, terbukti dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Peran yang dapat dilakukan oleh peer group dalam hal ini memang bukan berpusat pada hal-hal yang material, namun yang terpenting adalah bagaimana peer group berfungsi sebagai pemberi dukungan secara emosional dan informasi terhadap siswa demi membangun motivasi berprestasinya. Contoh-contoh tindakan konkrete yang dilakukan oleh peer group adalah dengan melakukan peer education dan peer review. Peer education adalah dengan menjalankan belajar bersama yang terorganisir oleh para siswa sehingga membantu bagi mereka yang membutuhkan pelajaran tambahan, dengan pendekatan yang lebih nyaman karena pengajar yang ada dalam peer education adalah temannya sendiri atau hubungan yang terbina adalah hubungan yang horizontal. Jika dibandingkan antara SMA A dan SMA B hasil yang cenderung berbeda ditemukan dari hubungan antara motivasi berprestasi dengan dukungan sosial peer group. Penjelasan tentang peer education dan peer review diatas adalah hal ideal yag terjadi di SMA A dimana memang terbukti dukungan peer group yang sangat ideal tersebut dapat meningkatkan motivasi berprestasi yang dimiliki responden. Sebaliknya di SMA B, hubungan yang terjadi adalah negatif atau dukungan sosial peer group yang semakin tinggi maka semakin rendah motivasi berprestasi yang dimiliki responden. Status sosial ekonomi juga memiliki pengaruh dalam pengembangan motivasi berprestasi seorang siswa. Hubungan antara status sosial ekonomi dengan motivasi berprestasi tentu lebih relevan jika dikaitkan dengan dukungan sosial orang tua, karena siswa yang menjadi subjek penelitian tentu memiliki posisi status ekonomi saati ini karena orang tuanya, terlebih hubungan tersebut menjadi lebih relevan karena dalam dukungan sosial orang tua juga memiliki dimensi dukungan financial sebagai pembentuknya. Hasil yang didapatkan juga cenderung positif dimana semakin tinggi status sosial orang
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
tua maka semakin tinggi pula dukungan sosial yang diberikannya, dan pada akhirnya dalam setiap posisi status sosial ekonomi hubungan positif antara dukungan sosial orang tua dan motivasi berprestasi juga positif. Dengan kata lain semakin tinggi dukungan sosial orang tua juga semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimilikinya. Pada akhirya hasil utama yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah bahwa ketiga faktor sosial yang sangat dekat keberadaannya dengan seorang siswa yaitu dukungan sosial orang tua, dukungan sosial peer group dan status sosial ekonomi yang dimiliki orang tua berpengaruh terhadap motivasi berprestasi yang dimiliki siswa tersebut. Hasil ini juga ditunjang dengan dibuktikan perbandingan dua sekolah yang memiliki latar belakang prestasi yang berbeda namun ketiga faktor tersebut bekerja dengan pengaruh yang sesuai, dimana semakin tinggi dukungan sosial dari orang tua peer group serta status sosial ekonomi seorang siswa, maka akan lebih tinggi pula motivasi berprestasi yang dimilikinya. Dengan demikian nuansa bahwa pada dasarnya seseorang sangat bergantung dengan institusi sosial disekitarnya dalam mengembangkan diri khususnya siswa SMA yang berada pada masa-masa krusial dalam menentukan kelulusan terkuak dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Buku dan Serial Anderman, Lynley H. (2003). Acedemic and Social Perceptions as Predictors of Change in Middle School Student’s Sense of Belonging. Taylor&Francis. Bong, Mimi. (2004). Academic Motivation in Self Efficacy, Task Value, Achievement Goal Orientation. Taylor&Francis. Brembeck,Cole S. (1966). Social Foundation of Education A Cross Cultural Approach. New York: John Wiley and Sons Inc. Cooke,Betty, Rossman, Marilyn & McCubbin,Hamilton.(1988). Examining the Definition and Assesment of Social Support. National Council on Family Relations. Creswell, John W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Metdhod. Sage Publications Inc. Elliot, Andrew J. & Thrash, Todd. (2001). Achievement Goals and the Hierarchical Model of Achievement Motivation. Springer. Entwistle, N.J, Thompson, Jennifer and Wilson, J.D. (1974). Motivation and Study Habits. Springer. Farmer, Mary. (1979). Socialisation, The Family,- (3rd Ed.). New York: Long Man Inc. Fortune,Anne, Cavazos,Alonzo & Lee,Mingun. (2005). Achievement Motivation and Outcome in Social Work Field Education. Council on Social Work Education. Ganzeboom,Harry & Treiman, Donald. (1996). Internationally Comparable Measures of Occupational Status for the 1988 International Standard Classification of Occupations. Academic Press, Inc.
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Hancock, Dawson. (2004). Learning and Peer Orientation Effects on Motivation and Achievement. Taylor&Francis. Haralambos & Holborn. (2008). Sociology Themes and Perspective- (7th Ed.). HarperCollins Publishers Havinghurst, Robert J & Neugarten, Bernice L. (1976). Society and education – (3rd ed.). Boston : Allyn and Bacon McClelland, David .(1961). The Achieving Society an Adaptation. Bombay: Vakils, Feffer and Simons Private Ltd Martin, Andrew J.. (2009). Interpersonal Relationships, Motivation, Engagement, and Achievement: Yields for Theory, Current Issues, and Educational Practice. American Educational Research Association. Nath, Pamela S., Borowski,John , Whitman,Thomas L. (1991). Understanding Adolescent Parenting: The Dimensions and Functions of Social Support. National Council on Family Relations. Neuman, W. Lawrence. (2006). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches – (6th Ed.). Boston: Pearson Education Inc Ritzer, George. (2009). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Rosen, Bernard C. (1961). Family Structure and Achievement Motivation. American Sociology Review. Ryan, Allison. (2001). The Peer Group as a Context for the Development of Young Adolescent Motivation and Achievement. Wiley, Society for Research in Child Development. Schunk,Dale H.( 2010). Motivation in Education. New Jersey: Pearson Education. Soekanto,Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar.Rajawali Pers : Jakarta. Saffer,David R.(1993).Developmental Psychology.California: WadWorth Inc Taylor, Shelley, Welch, William & Kim, Heejung . (2007). Cultural Differences in the Impat of Social Support. Sage Publication. Turner, Jonathan H. (1998). The Structure of Sociological Theory. California: Wardsworth Publishing Company. Weiner, Bernard. (1969). Thoughts and Actions Associated with Achievement Motivation. Irish Journal of Education. Wissburn,Donna. (1992). Education and the Family. Boston : Simon and Schuster, Inc. Wiley,John & Sons. (1967). Social Foundation of Education. John Wiley and sons Inc. America.
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Zanden,James W. Vander. (1979). Sociology – (4th Ed.). New York: John Wiley & Sons Inc. Zanten, Wim Van. (1994). Statistika Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Skripsi Lestari,Dwi. (1998). Faktor Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Perilaku Berprestasi Pada Mahasiswa Yang memiliki Prestasi Akademis Tinggi (Studi Kasus: Mahasiswa FISIP UI angkatan 1989). Maulia,Indah Rizki. (2004). Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Motivasi Berprestasi Akademis Pada Mahasiswa Universitas Indonesia yang Berasal Dari Jadebotabek dan Luar Jadebotabek. Sawitri. (1992). Hubungan Motivasi Berprestasi dan Kecemasan Berprestasi Terhadap Prestasi Akademis Mahasiswa (Suatu Studi Terhadap Mahasiswa F.Psikologi dan F.Teknik UI).
Lampiran Tabel Uji Statistik Bivariat dan Multivariat Tabel 4 Motivasi Berprestasi Berdasarkan Dukungan Sosial Orang Tua Dukungan Sosial Orang Tua
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Motivasi Berprestasi
Total
Rendah
Sedang
Tinggi
(20)
(22)
(4)
(46)
43,5%
47,8%
8,7%
100,0%
(13)
(12)
(17)
(42)
31%
28,6%
40,5%
100,0%
(3)
(11)
(18)
(32)
9,4%
34,4%
56,3%
100,0%
(36)
(45)
(39)
n=120
30,0%
37,5%
32,5%
100,0%
Tabel 5 Hasil Uji Statistik Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dan Motivasi Berprestasi
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Uji Statistik menggunakan Somers' d
Value
Motivasi Berprestasi Dependen
0,356
Approx. Sig. 0,000
Tabel 6 Motivasi Berprestasi Berdasarkan Dukungan Sosial Peer group Dukungan Sosial Motivasi Berprestasi Total Peer group Rendah Sedang Tinggi Rendah
Sedang
Tinggi
Total
(22)
(18)
(14)
(46)
40,7%
33,3%
25,9%
100,0%
(11)
(16)
(17)
(44)
25%
36,4%
38,6%
100,0%
(3)
(11)
(8)
(22)
13,6%
50%
36,4%
100,0%
(36)
(45)
(39)
n=120
30,0%
37,5%
32,5%
100,0%
Tabel 7 Hasil Uji Statistik Hubungan antara Dukungan Sosial Peer group dan Motivasi Berprestasi Uji Statistik Menggunakan Somers' d Value Approx. Sig. Motivasi Berprestasi Dependen
0,181
0,022
Tabel 8 Motivasi Berprestasi Berdasarkan Status Sosial Ekonomi
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Status Sosial Ekonomi
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Motivasi Berprestasi
Total
Rendah
Sedang
Tinggi
(14)
(14)
(6)
(34)
41,2%
41,2%
17,6%
100,0%
(12)
(11)
(16)
(39)
30,8%
28,2%
41,0%
100,0%
(10)
(20)
(17)
(47)
21,3%
42,6%
36,2%
100,0%
(36)
(45)
(39)
n=120
30,0%
37,5%
32,5%
100,0%
Tabel 9 Hasil Uji Statistik Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dan Motivasi Berprestasi Uji Statistik Menggunakan Somers' d Value Approx. Sig. Motivasi Berprestasi Dependen
0,162
0,031
Tabel 10 Motivasi Berprestasi Berdasarkan Dukungan Sosial Orang Tua dan Asal Sekolah Responden I.3 Asal Sekolah Responden Motivasi Berprestasi Total Rendah
Sedang
Tinggi
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
SMA A
Dukungan Sosial Orang tua
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
SMA B
Dukungan Sosial Orang tua
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
1
8
3
12
8,3%
66,7%
25,0%
100,0%
7
7
7
21
33,3%
33,3%
33,3%
100,0%
3
9
15
27
11,1%
33,3%
55,6%
100,0%
11
24
25
60
18,3%
40,0%
41,7%
100,0%
19
14
1
34
55,9%
41,2%
2,9%
100,0%
6
5
10
21
28,6%
23,8%
47,6%
100,0%
0
2
3
5
0%
40,0%
60,0%
100,0%
25
21
14
60
41,7%
35,0%
23,3%
100,0%
Tabel 11 Hasil Uji Statistik Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Dukungan Sosial Orang Tua dan Asal Sekolah Responden I.3 Asal Sekolah Responden Uji Statistik Value Approx. Menggunakan Sig. Somers'd SMA A Motivasi Berprestasi 0,196 0,050 (Dependen) SMA B 0,495 0,000
Tabel 12 Motivasi Berprestasi Berdasarkan Dukungan Sosial Peer Group dan Asal Sekolah Responden I.3 Asal Sekolah Responden Motivasi Berprestasi Total SMA A
Dukungan
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
4
2
3
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
9
Sosial Peer group
Sedang Tinggi Total
SMA B
Dukungan Sosial Peer group
Rendah Sedang Tinggi
Total
44,4%
22,2%
33,3%
100,0%
4
12
14
30
13,3%
40%
46,7%
100,0%
3
10
8
21
14,3%
47,6%
38,1%
100,0%
11
24
25
60
18,3%
40,0%
41,7%
100,0%
18
16
11
45
40%
35,6%
24,4%
100,0%
7
4
3
14
50%
28,6%
21,4%
100,0%
0
1
0
1
0%
100%
0%
100,0%
25
21
14
60
41,7%
35,0%
23,3%
100,0%
Tabel 13 Hasil Uji Statistik Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Dukungan Sosial Peer group dan Asal Sekolah Responden I.3 Asal Sekolah Uji Statistik Value Approx. Responden Menggunakan Somers'd Sig. SMA A
Motivasi Berprestasi (Dependen)
SMA B
0,263
0,251
-0,070
0,649
Tabel 14 Motivasi Berprestasi Berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Asal Sekolah Responden I.3 Asal Sekolah Responden Motivasi Berprestasi Total SMA A
Status Sosial Ekonomi
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
1
0
2
3
33,3%
0,0%
66,7%
100,0%
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014
Sedang Tinggi Total SMA B
Status Sosial Ekonomi
Rendah Sedang Tinggi
Total
1
4
7
12
8,3%
33,3%
58,3%
100,0%
9
20
16
45
20,0%
44,4%
35,6%
100,0%
11
24
25
60
18,3%
40,0%
41,7%
100,0%
14
13
4
31
45,2%
41,9%
12,9%
100,0%
11
7
9
27
40,7%
25,9%
33,3%
100,0%
1
0
1
2
50,0%
0,0%
50,0%
100,0%
25
21
14
60
41,7%
35,0%
23,3%
100,0%
Tabel 15 Hasil Uji Statistik Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Status Sosial Ekonomi dan Asal Sekolah Responden I.3 Asal Sekolah Uji Statistik Value Approx. Responden Menggunakan Somers'd Sig. SMA A SMA B
Motivasi Berprestasi (Dependen)
-0,225
0,155
0,125
0,366
Pengaruh dukungan..., Nicko Arie Prasadana, FISIP UI, 2014