1
PENGARUH DISIPLIN BELAJAR SISWA TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU DI MTS NURUL FALAH SERPONG
Oleh ACHMAD YANI ILYAS 103011026757
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
1
2
PENGARUH DISIPLIN BELAJAR SISWA TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU DI MTS NURUL FALAH SERPONG
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh ACHMAD YANI ILYAS NIM: 103011026757
Di Bawah Bimbingan
DR. khalimi, M.Ag NIP: 150267202
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
2
3
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi
yang
berjudul
“Pengaruh
Disiplin
Belajar
Siswa
Terhadap
Pembentukan Perilaku di MTs Nurul Falah Serpong”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada, 24 September 2008 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 24 September 2008
Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Tanggal
Tanda Tangan
Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, M. A. NIP : 150 236 009
………. ……………..
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP : 150 299 477
……….
……………..
……….
……………..
……….
……………..
Penguji I Prof. Dr. Abudin Nata, MA NIP : 150 222 550 Penguji II Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP : 150 299 477 Mengetahui : Dekan ,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A NIP : 150 231 356
3
4
Nomor : Istimewa Lampiran : 1 (satu) Berkas Perihal : Pengajuan Proposal Skripsi
Kepada Yth. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Assalamu’alikum Wr.Wb. Salam Sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT dan selalu sukses dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Selanjutnya saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Semester Jurusan Fakultas
: Achmad Yani Ilyas : 103011026757 : IX : Pendidikan Agama Islam : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Bermaksud mengajukan judul skripsi dengan judul “PENGARUH DISIPLIN BELAJAR SISWA TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU DI MTS NURUL FALAH SERPONG”. Sebagai bahan pertimbangan Bapak dalam pengajuan judul ini, saya lampirkan sebagai berikut : 1. Out Line 2. Bab I-III 3. Daftar Pustaka Sementara Demikian surat pengajuan judul skripsi, semoga Bapak berkenan menerima judul skripsi ini. Atas perhatian dan bantuan Bapak, saya mengucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Dosen Seminar Proposal
Pemohon
Drs. Khalimi, M. Ag NIP 150267202
Ahmad Yani Ilyas NIM 103011026757 Mengetahui Dosen Pembimbing Akademik Drs. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag NIP 131687377
4
5
ABSTRAK Achmad Yani Ilyas “Pengaruh Disiplin Belajar Siswa Terhadap Pembentukan Perilaku Di MTs Nurul Falah Serpong” Keberadaan disiplin dalam kehidupan manusia sangat penting dalam perkembangan kebudayaan manusia. Disiplin merupakan tolak ukur untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan atau perubahan yang telah di capai oleh seseorang melalui keuletan bekerja, baik secara kualitas maupun kuantitas dilihat dari hasil disiplin tersebut. Maka jelas sikap disiplin ini akan timbul jika kita terbiasa dengan disiplin dalam segala hal, terutama disiplin dalam belajar, karena disiplin belajar yang baik mencerminkan rasa tanggung jawab jiwa seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang mendorong semangat belajar dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan cita-citanya. Untuk itu disiplin dalam pelaksanaan peraturan sangat diperlukan bagi karyawan, guru, terutama bagi peserta didik sebagai wujud dari pengwasan dan menciptakan tata tertib belajar disekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin belajar dengan pembentukan perilaku di MTs Nurul Falah Serpong. Dengan meneliti dan memantau langsung suasana disiplin siswa/I tersebut penelitian ini di lakukan di dalam kelas serta terjun dilapangan MTs Nurul Falah Serpong Tangerang tahun ajaran 2006-2007. subjek penelitian ini berjumlah 293 siswa/I tetapi yang diambil hanya 30 siswa/I dari keseluruhannya yang berupa angket disebarkan dengan cara mengundi nama-nama siswa/I kelas VII, VIII, dan IX secara acak untuk mewakili siswa/I yang ada didalam kelas tersebut sebagai sampel. Setelah mendapatkan data sampel melalui penyebaran angket maka penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif, yaitu pendekatan dengan menggunakan angka sebagai ukuran datanya dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Tujuannya untuk memberikan deskripsi hubungan atau pelaksanaanya. Langkah pertama melakukan pengelolaan dan analisa data dari angket yang diperoleh. Dalam pengolahan angket, penulis menggunakan teknik analisa statistic mengenai hubungan dua variabel. Disiplin belajar (X) dengan pembentukan perilaku (Y), dengan menggunakan rumus product moment secara operasional analisa, setelah nilai X dan Y diketahui keabsahanya, maka kemudian penulis melakukan interprestasi terhadap angka korelasi “r” Product Moment dengan dua cara. Interprestasi secara sederhana yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi Product Moment Interprestasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment, yaitu dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesa kerja atau alternatife (Ha) dan hipotesa nihil (Ho). Kemudian derajat bebasnya (df atau db). Dari penelitian yang telah penulis lakukan maka sampailah kepada penarik kesimpulan. Bahwasanya terdapay korelasi yang sedang atau cukup antara pengaruh disiplin belajar siswa dengan pembentukan perilaku di MTs Nurul Falah Serpong, hal tersebut diketahui dengan
5
6
hasil perhitungan yang didapat nilai rxy= 0,708 setelah dibandingkan dengan r tabel dan df 28 didapati nilai r pada taraf 5% = 0,378 dan pada taraf 1% = 0,478 dengan nilai rxy> r tabel (0,708>0,478>0,374) sehingga dapat disimpulkan Hipotesa alternatife Ha diterima dan Hipotasa Ho ditolak, ini berarti terdapat pengaruh disiplin belajar siswa dengan pembentukan perilku.
6
7
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………….
i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………… 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………...……. 3 D. Kerangka Pemikiran ………………………………………...…….
4
BAB II KAJIAN TEORI A. Disiplin Belajar……………………………………………………
6
1. Pengertian Disiplin Belajar…………………………………….
6
a. Pengertian Disiplin…………………………………………..
6
b. Pengertian Belajar……….………………………………….. 10 2. Jenis Disiplin Belajar………………………………………….. 15 3. Fungsi Disiplin Belajar………………………………………... 18 4. Indikator Disiplin Belajar………………………………….…..
20
5. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar…………………. 22 B. Pembentukan Perilaku Siswa……………………………………. 26 1. Pengertian Pembentukan Perilaku……………………….…….
26
2. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku…………...
27
7
8
BAB III
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………..
34
B. Populasi dan Sampel……………………………………………
35
C. Varibel Penelitian………………………………………………
35
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..…
36
E. Teknik Pengolahan Data………………………………..……....
37
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum………………………………………..…….
38
1. Sejarah MTs. Nurul Falah Serpong…………………..……..
38
2. Tujuan Pendirian …………………………………….……..
40
3. Visi dan Misi…………………………………………….….
41
4. Struktur Organisasi…………………………………….……
42
5. Keadaan Guru dan Murid…………………………….……..
43
6. Kegiatan Ekstrakurikuler…………………………………….
45
B. Hasil Wawancara………………………………………………..
46
1. Upaya Peningkatan Disiplin siswa………..…………………
46
2. Hambatan dalam menerapkan disiplin dan solusinya ……….
46
3. Upaya Peningkatan perilaku siswa…………….…………….
47
4. Hambatan meningkatkan perilaku dan solusinya………..…
47
C. Deskripsi Data…………………………………………………..
48
8
9
BAB V
PENUTUP
A. Penutup…………………………………………………………
78
B. Saran ……………………………………………………………
78
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
80
LAMPIRAN
9
10
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Nabi Muhammad SAW berkat rahmat dan hidayahnya Allah SWT, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ketua dan Sekertaris Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak DR. Khalimi, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga akhir masa perkuliahan. 4. Seluruh Dosen, Staf, dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jakarta yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan perkuliahan 5. Seluruh Staf Perpustakaan UIN dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah dalam mencari referensi
10
11
6. Seluruh Staf MTs Nurul Falah Serpong Tangerang. Khususnya kepada Bapak Pembina Yayasan Ainurrahmah Abina Al Habib Muhammad Alatas dan Kepala Sekolah Amud S.Pd.I dan Guru-guru yang lainnya yang telah membantu penulis untuk melakukan penelitian 7. Ayahanda dan (Alm) Ibunda yang tercinta yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik, serta kaka-kakaku yang telah membiayai kuliahku. 8. Sahabat-sahabat kelas D Angkatan 2003 yang telah banyak memberikan pengalamannya kepada penulis tentang indahnya arti sebuah persahabatan dan kebersamaan terutama untuk Anugrah Zulimah Winda yang terus memberikan suportnya. 9. Juga kepada pihak-pihak yang lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan mengajarkan untuk selalu bersabar dan berusaha walaupun ketika hati dan perasaan tak mampu menjalankanya. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak dapat balasan yang berlimpah ganda dari Allah SWT dan hanya kapada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Juli 2008
Penulis
11
12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan suatu gambaran yang menyatakan hasil kegiatan atau perubahan yang telah dicapai oleh seseorang melalui keuletan bekerja, baik secara kualitas maupun kuantitas dilihat dari pengukuran dan penglihatan dan penelitian atau hasil usaha tersebut. Dengan kata lain disiplin adalah sebuah penilaian yang memang menjadi standarisasi bagi keberhasilan tujuan pendidikan1. Dengan disiplin seseorang akan mendapatkan cerminan dalam proses belajarnya, apakah dia termasuk ke dalam siswa yang baik yang secara otomatis bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya atau sebaliknya, akan menjadi siswa yang tidak baik karena tidak berdisiplin. Hal ini yang memicu semua komponen penunjang pendidikan diri mulai dari pengelola pendidikan, guru, dan siswa, untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan terutama disiplin. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, salah satunya adalah disiplin belajar. Keaktifan siswa dalam disiplin belajar dianggap sebagai sebuah jalan untuk mencapai perilaku dan prestasi yang baik dalam belajar. Siswa yang selalu ditempatkan sebagai objek baik suka ataupun tidak akan senantiasa meningkatkan keaktifan dalam belajar. Bermacam – macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak didik, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan di luar sekolah sehingga disiplin dalam pelaksanaanya berbeda dasarnya, disiplin itu ada yang didasari kehendak dan dorongan dari dirinya, dan ada juga tumbuh dan berkembang melalui orang lain maupun lingkungan dimana ia berada. Namun yang menjadi persoalan bagi kita adalah bagaimana agar disiplin belajar yang dilakukan anak didik itu sifatnya positif dan berhasil, dan juga dapat memberikan kemanfaatan baik bagi dirinya, keluarganya, lingkunganya, dan bangsa serta negaranya. 1
S. Margono. Drs, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta.Rineka cipta, 2004) Cet. Ke-4,
h. 54
12
13
Disiplin belajar siswa dapat dimulai dari kebiasaan yang sering dilakukan diantaranya, siswa mampu mempergunakan waktu yang baik, memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan menyusun jadwal pelajaran. Ada beberapa penyebab lain yang memperhambat perilaku siswa kurang baik, diantaranya kurangnya ke disiplinan belajar pada diri siswa serta kurangnya ketegasan sekolah dalam memberikan contoh perilaku yang baik. Dengan adanya kesadaran diri untuk melaksanakan disiplin belajar yang di laksanakan sehari-hari dapat membuahkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan dalam penerapan disiplin memiliki keuntungan bagi peserta didik yaitu untuk hidup dengan kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Pembiasaan dengan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh positif bagi siswa untuk masa depan. Guna membuktikan hal tersebut, apakah ada pengaruh dari disiplin belajar terhadap pembentukan perilaku disekolah, maka di perlukan penelitian lebih lanjut untuk itulah penulis memilih judul bagi penelitian skripsi yaitu, “PENGARUH
DISIPLIN
BELAJAR
SISWA
TERHADAP
PEMBENTUKAN PERILAKU DI MTS. NURUL FALAH CIATER SERPONG TANGERANG” .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Disiplin siswa yang akan diteliti adalah dalam hal kehadiran siswa di sekolah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, serta peraturan tata tertib di sekolah. Dari segi pembentukan perilaku siswa adalah menghormati gurunya, bersikap sopan terhadap guru serta selalu mengikuti nasihat gurunya di sekolah.
13
14
Sedangkan siswa yang akan diteliti adalah 11% dari seluruh jumlah siswa kelas VII, VIII XI.
2. Perumusan Masalah Untuk memberikan jawaban pada permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka penulis perlu memberikan perumusan masalah sebagai berikut: a. Apakah terdapat pengaruh disiplin belajar siswa terhadap pembentukan perilaku siswa di MTs Nurul Falah Serpong. b. Bagaimana pembentukan perilaku terhadap disiplin belajar siswa di sekolah c. Apakah ada perbedaan terhadap siswa yang disiplin
dan tidak disiplin
terhadap pembentukan perilaku.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penulis meneliti ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan atau tidak antara disiplin belajar terhadap pembentukan perilaku siswa di MTs Nurul Falah Serpong. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis dapat dijadikan masukan bagi lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan melihat disiplin para siswanya. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan membantu bagi pihak sekolah dan penulis pribadi, supaya disiplin belajar siswa lebih terarah dan dapat lebih di tingkatkan.
D. Kerangka Pemikiran Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapat perhatian kita semua. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya nilai pelajaran dan etika moral dalam praktek kehidupan. Untuk itu disiplin merupakan hal penting, terutama bagi orang-orang yang ingin mencapai cita-cita. Orang yang terbiasa disiplin akan mempunyai program harian dan aturan, ia berkomitmen terhadap program yang ia buat sendiri.
14
15
Jika tidak terbiasa, tentu disiplin ini akan terasa berat, karena itulah disiplin tidak semudah membalikan telapak tangan harus melalui sebuh proses yang cukup panjang. Terlebih lagi dalam menanamkan sikap disiplin pada anak, seperti disiplin tepat waktu dalam sekolah, kehadiran, tugas-tugas yang diberikan guru dan lainlain. Selain itu disiplin juga memiliki peranan untuk mengontrol perilaku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas sekolah dapat berjalan dengan optimal dan sekolah itu dapat memantau segala yang diperbuat peserta didik dalam lingkungan sekolah.
15
16
BAB II KAJIAN TEORI DISIPLIN BELAJAR DAN PEMBENTUKAN PERILAKU A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata disiplin berarti tata tertib (disekolah kemiliteran), ketaatan (kepatuhan) pada peraturan.1 Dengan kata lain berdisiplin adalah mematuhi atau mentaati tata tertib sedangkan mendisiplinkan berarti mengusahakan supaya mematuhi (mentaati) tata tertib.2 Secara terminologi, pengertian disiplin menurut beberapa ahli berpendapat sebagai berikut : 1. Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, dalam buku pengelolaan pengajaran berpendapat dalam arti luas disiplin adalah mencakup setiap macam pengaturan yang di tunjukan untuk membantu setiap peserta didik agar dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan juga penting tentang penyelesaianya tuntunan yang ini di tunjukan kepada peserta didik terhadap lingkunganya. 2. Menurut Sukadi, beliau memberikan pengertian tentang disiplin, diantaranya “Sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi ketentuan, peraturan, dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab”.3
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 208 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 210 3
Sukadi, Penuntun Pelajaran PPKN2 untuk SLTP Kelas 2, (Bandung: Ganeca Exact, 1996), Cet. Ke-2, h. 150
16
17
3. Menurut Peter Salim dan Yeni Salim dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer mengartikan istilah disiplin sebagai, kepatuhan kepada peraturanperaturan yang telah di tetapkan.4 4. Menurut Amir Achin dalam membahas pengertian disiplin dalam bukunya Pengelolaan kelas dan Interaksi Belajar Mengajar menyimpulkan disiplin sebagai “Pematuhan secara sadar akan aturan-aturan yang telah ditetapkan”.5 5. Menurut Hasan Langgulung disiplin itu terbagi menjadi dua bagian yaitu disiplin lahir dan disiplin batin. Disiplin lahir yakni menjaga jasmanih kita dari setiap apa yang dilarang karena adanya peraturan sedangkan disiplin batin menjaga hati kita dari segala bentuk kemaksiatan yang berhubungan dengan agama.6 Sedangkan disiplin dalam pengertian yang umum diartikan, ketaatan pada perturan, taat berarti selalu melakukan apa yang telah menjadi ketentuan yang berlaku atau yang disebut dengan peraturan sebagai suatu latihan. Dari beberapa definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian Disiplin adalah segala peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh lembaga (keluarga, sekolah, dan lain sebagainya) yang harus dijalankan, ditegakan dan di patuhi oleh semua personil yang ada dalam lembaga tersebut, sehingga kedisiplinan atau kegiatan disiplin dapat berjalan dengan baik, maka tujuan yang diharapkan serta dicita-citakan itu akan dapat tercapai pula. Dengan demikian setiap bentuk pengajaran dan bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa dapat diartikan disiplin. Dan yang terjadi disekolah berupa bimbingan dan pelajaran yang dilakukan oleh seorang guru sebagai orang dewasa dan pendidik. Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peraturan dan disiplin belajar dapat diartikan sebagai bentuk dari disiplin belajar. Apabila kata disiplin dan belajar disatukan dengan pertimbangan batasan masing-masing, maka
4
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Moderen English Press, 1991), h. 359 5 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1988) c. ke-2 h. 57 6 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1988) c. ke-2 h. 59
17
18
disiplin disekolah dapat dipandang sebagai karakteristik dan jenis keadaan serba teraturnya upaya seseorang di sekolah dalam proses merubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan individu serta merubah aspek-aspek lainnya yang ada pada anak didik yang mempungaruhi pada upaya mentaati peraturan dan tata tertib yang ada pada proses merubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Disiplin di satu sisi adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar. Sikap dan perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan kesadaran bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Di dalamnya terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan keinginan dan mengendalikan diri untuk menyesuaiakan dengan norma yang berlaku dalam lingkungan sosial budaya setempat. Di sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan prilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau masyarakat. Dalam konteks ini disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan prilaku manusia. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan wadah yang potensial untuk mengembangkan sikap disiplin. Bila dihubungkan dengan sekolah, Soeganda berpendapat bahwa: “Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawaan (pelajar-pelajar) dengan menggunakan sistem hukuman atau hadiah”.7 Pada dasarnya dibuatnya peraturan atau tata tertib dan di terapkanya disiplin untuk mematuhinya yaitu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.8 Hal ini menunjukan bahwa disiplin sekolah bukan bermaksud mempersulit kehidupan peserta didik dan bukan pula menghalangi kesenangan orang-orang yang tergabung dalam lembaga tersebut.
7
Soegarda Poerbakawatja dan H. AH. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), h. 81 8
Soegarda Poerbakawatja dan H. AH. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), h. 82
18
19
Pengawasan secara langsung mengandung arti bahwa guru secara langsung mengawasi dan mengontrol serta membatasi tingkah laku pesrta didik, karena terdapat kemungkinan peserta didik tidak dapat mengarahkan, mengontrol atau membatasi tingkah lakunya sendiri. Pengawasan dan pengarahan dari guru diperlukan dalam beberapa kegiatan, situasi tertentu. Besar kecilnya pengawasan dan pengarahan dari guru menurut Amir Achin tergantung pada sifst-sifat dan jenis kegiatan serta situasi belajar yang memerlukan pengawasan dan pengarahan itu.9 Dari pengertian yang disebutkan di atas memberikan kesan bahwa disiplin sekolah dirasakan sebagai suatu hal yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya pengelolaan pengajaran bahwa: “bila aturan ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama-kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri sendiri (self discipline)”.10 Penciptaan disiplin diri sendiri inilah yang pada hakikatnya menjadi inti dari diterapkanya disiplin sekolah, karena hal tersebut merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan. b. Pengertian Belajar Menurut Poerwadarminta “pengertian belajar dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berusaha berlatih supaya mendapat suatu kepandaian.”11 Dengan pengertian yang ada dalam Kamus Bahasa Indonesia tersebut adalah jika seseorang ingin menjadi pandai hendaklah ia selalu berusaha dengan belajar. Sedangkan menurut Syamsul yusuf “belajar merupakan psikologis dasar pada diri individu dalam mencapai perkembangan hidupnya.”
12
Sementara Muhibin Syah
“mendefinisikan belajar secara umum adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relative dan positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan 9
Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press, 1990), h. 62 10 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2002), Cet. Ke-3, h. 139 11 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h. 645 12
Syamsul Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993). Cet, Ke-2. h. 4
19
20
yang melibatkan proses kognitif.”13 Dengan demikian dapat disimpulkan Disiplin belajar harus timbul dalam diri seseorang dengan bersungguh –sungguh belajar dan berusaha serta interaksi terhadap lingkungan yang baik. Sedangkan Slameto menjelaskan, bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman dari individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.14 Perubahan itu akan nampak pada pola-pola respon yang baru terhadap lingkungan yang berupa keterampilan. Bahkan para ahli pendidikan Muhibin Syah menyimpulkan pengertian belajar sebagai tahap penumbuhan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses pengalaman lingkungan. E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan keseluruhan tingkah laku, pengalaman/perasaan sikap efektif dan motoris secara kesatuan ingtergratif. Belajar dalam pandangan Slameto di definisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kamus bahasa Indonesia, W. J. S. Poerwadarminta tidak ketinggalan mengartikan belajar merupakan “ Berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian.”15 Sebenarnya, banyak sekali uraian yang meluas mengenai belajar dengan segala aspek dan dari berbagai sesuatu sudut kepentingan. Hal ini menunjukan betapa belajar itu memiliki arti penting bagi manusia, bahkan berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Dalam kaitan ini Muhibin Syah memberikan ilustrasinya “bahwa dengan ilmu dan teknologi hasil belajar, maka kelompok manusia dapat menggunakanya untuk membangun kekuatan dan benteng pertahanan.”16 Iptek juga dapat dipakai senjata
13 14
h. 2
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), cet, ke-3. h.25 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1991),
15
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h.
16
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999) cet, ke-3. h.33
676
20
21
penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang bernafsu serakah atau mengalami gangguan psychopathy yang berwatak merusak dan anti sosial. Dalam pandangan Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh pengetahuan–pengetahuan yang relevan dengan tuntunan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak disamping tentu saja dirinya sendiri. Hal ini dilakukan untuk memperoleh derajat kehidupan yang lebih baik dunia akhirat. Allah SWT, berfirman dalam Al-Qur’an surat AlMujadalah ayat 11 yang artinya sebagai berikut :
ﺲ ِ ﺴﺤُﻮا ﻓِﻲ ا ْﻟ َﻤﺠَﺎِﻟ ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ َﺗ َﻔ ﱠ َ ﻦ ءَا َﻣﻨُﻮا ِإذَا ﻗِﻴ َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ ﺸﺰُوا َﻳ ْﺮ َﻓ ِﻊ اﻟﱠﻠ ُﻪ ُ ﺸﺰُوا ﻓَﺎ ْﻧ ُ ﻞ ا ْﻧ َ ﺢ اﻟﱠﻠ ُﻪ َﻟ ُﻜ ْﻢ َوِإذَا ﻗِﻴ ِﺴ َ ﻓَﺎ ْﻓﺴَﺤُﻮا َﻳ ْﻔ ت وَاﻟﱠﻠ ُﻪ ِﺑﻤَﺎ ٍ ﻦ أُوﺗُﻮا ا ْﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ َد َرﺟَﺎ َ ﻦ ءَا َﻣﻨُﻮا ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ وَاﱠﻟﺬِﻳ َ اﱠﻟﺬِﻳ ﺗَ ْﻌﻤَﻠُﻮنَ ﺧَﺒِﻴ ٌﺮ “Hai
orang-orang
beriman
apabila
kamu
dikatakan
kepadamu:”berlapang-lapanglah dalam majlis.” Maka lapangkanlah niscaya allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : “ Berdirilah kamu “, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sumadi Surya Brata mengemukakan bahwa : (a) “belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual maupun potensial), (b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru, (c) perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).”17 Sementara Sardiman mengartikan
17
Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), Cet, Ke-1. h.
35
21
22
“belajar sebagai usaha mengubah tingkah laku,”18 jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuain diri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diartikan belajar adalah merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkunganya baik yang bersipat internal maupun eksternal yang meliputi beberapa aspek kehidupan bagi kelangsungan hidupnya Jadi kesimpulanya disiplin belajar adalah kunci sukses, sebab dengan disiplin belajar akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam berusaha, pantang mundur dalam menegakan
kebenaran dan rela
berkorban untuk kepentingan agama, bangsa, dan Negara. Dari pengertian di atas dapat dipahami dan ditegaskan bahwa yang paling penting dalam pengertian disiplin belajar menurut pendapat di atas adalah adanya kesadaran dan tanggung jawab untuk mematuhi peraturan dengan penuh. Sedangkan secara luas disiplin belajar didefinisikan sebagai setiap pengajaran, atau bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa. Dengan demikian setiap bentuk pengajaran dan bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa dapat diartikan disiplin. Dan yang terjadi di sekolah berupa bimbingan dan pelajaran yang dilakukan oleh seorang guru sebagai orang dewasa dan pendidik. Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peraturan dan disiplin belajar dapat diartikan sebagai bentuk dari disiplin belajar. Apabila kata disiplin dan belajar disatukan dengan pertimbangan batasan masing-masing, maka disiplin disekolah dapat dipandang sebagai karakteristik dan jenis keadaan serba teraturnya upaya seseorang di sekolah dalam proses merubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan individu serta merubah aspek-aspek lainnya yang ada pada anak didik yang mempungaruhi pada upaya mentaati peraturan dan tata tertib yang ada pada proses merubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 18
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
h. 42
22
23
Guru perlu mempertimbangkan berapa banyak kebijakan dan praktek yang mengarah pada kemampuan siswa. Penelitian tentang interaksi guru-siswa menunjukkan bagaimana guru sering berperilaku berbeda kepada individu siswa berdasarkan pada persepsi mereka sendiri tentang kemampuan siswa. Mereka yang diberi label “berprestasi rendah” atau “siswa lamban belajar” sering menerima sedikit kesempatan dibanding orang lain untuk berpartisipasi, dan mereka yang dipandang sebagai “tak disiplin” diperlakukan sedemikian rupa, bahkan ketika mereka berperilaku baik. Guru perlu berefleksi pada asumsi dan melihat mereka dengan meminta feedback dari anak-anak tentang proses belajarmengajar dan tentang apa yang terjadi di kelas pada umumnya. Semua guru harus melakukan ini seperti yang terungkap pada mereka apa yang dikenali siswa sebagai karekteristik yang berkualitas pada guru, yang hampir tanpa pengecualian berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengenali mereka sebagai individu dengan cara positif, memperlakukan mereka dengan adil dan dengan hormat, membuat pelajaran menarik dan beragam, memberikan dorongan dan mengatakan agar mereka meyakini diri mereka. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diartikan disiplin belajar adalah merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkunganya baik yang bersipat internal maupun eksternal yang meliputi beberapa aspek kehidupan bagi kelangsungan hidupnya. 2. Jenis Disiplin Belajar Disiplin Belajar menurut Cece Wijaya mempunyai dua jenis yaitu disiplin sikap belajar dan tanggung jawab dalam belajar.19 a. Disiplin sikap belajar Bahwa disiplin sikap belajar adalah suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk tercapai suatu tujuan peraturan itu dengan perubahan sikap atau tingkah lakunya. Sedangkan menjalankan peraturan atas pengaruh pihak luar dengan kepatuhan dan ketaatan maka hal ini disebut berdisiplin. Jadi sikap yang baik akan mempengaruhi proses disiplin belajar seseorang. b. Disiplin tanggung jawab belajar 19
Cece Wijaya, Faktor-Faktor Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1994), h. 18
23
24
Seseorang atau siswa hendaknya mempunyai sikap disiplin tanggung jawab dalam belajar. Seseorang yang bertanggung jawab sebagai pelajar dia akan mengetahui posisinya sebagai seorang pelajar dengan penuh tanggung jawab saat menerima tugas dari seorang gurunya. Menurut Cece Wijaya menjelaskan bahwa disiplin tanggung jawab adalah sesuatu yang terletak di dalam hati dan jiwa manusia yang mendorong bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagai mana yang di tetapkan peraturan oleh pihak yang bersangkutan. Jadi jelaslah dari semua pengertian jenis disiplin belajar di atas adalah suatu panutan
terhadap suatu peraturan yang sudah dibuat oleh pihak yang
bersamgkutan yang dipengaruhi oleh pihak luar dan dalam lingkungan. Dan sikap serta tanggung jawab dapat menghantarkan seseorang pada disiplin yang baik untuk meraih sebuah prestasi yang memuaskan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal adanya disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional. Demikian pula dikenal adanya disiplin belajar dan disiplin kerja menurut Neiny Ratmaningsih bahwa hakikat disiplin diri adalah: “kemampuan mengendalikan diri, muncul dari hati nurani individu untuk senantiasa mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam kehidupan”.20 Seseorang dikatakan memiliki disiplin diri yang kuat bila dapat mengendalikan dirinya sendiri. Kerugian akibat dilanggarnya disiplin lazimnya tidak langsung, tetapi berjangka panjang. Oleh karena itu orang yang berdisiplin diri adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menjangkau ke depan akibat tindakannya, bukan hanya pada akibat langsung. Sikap mental disiplin diri tersebut muncul akibat tidak dengan sendirinya, melainkan melalui suatu proses yang panjang yaitu mulai sejak kanakkanak sampai dewasa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Neiny Ratmaningsih bahwa “ Disiplin diri itu terbentuk melalui pembiasaan dan pengalaman.”21 20
Neiny Ratmaningsih, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk SMU Kelas 2, (Jakarta: Yudistira, 2003), h. 59 21 Neiny Ratmaningsih, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk SMU Kelas 2, (Jakarta: Yudistira, 2003), h. 64
24
25
Berhubungan dengan hal tersebut, Soedijarto dalam bukunya Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, mengatakan bahwa : Kuat tidaknya disiplin diri seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dalam melatih dan mempribadikan disiplin kedalam dirinya. Seorang anak yang beranjak dewasa akan memiliki disiplin pribadi yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh pengalaman yang positif dari usahanya melaksanakan disiplin, tetapi sebaliknya akan goyah kalau dalam perjalanan menuju kedewasan mengalami kekecewaan dalam mencoba disiplin.”22 Kutipan di atas menunjukkan bahwa pengalaman dasar dalam berdisiplin akan memberikan kerangka dalam keteraturan hidup selanjutnya. Disekolah, disiplin diri akan tumbuh dan berkembang apabila tercipta suatu suasana dimana antara guru dan peserta didik terjlin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling hormat menghormati dan saling mempercayai. Berkenaan dengan disiplin belajar Soedijarto, berpendapat bahwa disiplin belajar merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur belajar dan tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan tujuan akhir dari proses belajarnya.23 Demikian halnya dengan disiplin kerja yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan suatu tindakan yang dapat merugikan hasil pekerjaannya dan secara teratur melakukan sesuatu yang mendukung dan melancarkan pekerjaannya, sehingga akan diperoleh hasil pekerjaan yang diinginkan. 3. Fungsi Disiplin Belajar di Sekolah Suharsimi Arikunto mengatakan, “sebagai suatu fungsi aturan pendidikan disiplin mempunyai keterlibatan dalam ketentuan atau aturan dalam mencapai standar yang tepat dalam prilaku dan aktivitas.”
24
Pencapaian standar
yang tepat dalam perilaku dan aktivitas, berarti siswa dapat menunjukkan sikap yang seharusnya dilakukan oleh siswa tersebut yaitu mentaati peraturan dan melakukan disiplin belajar. Karena disiplin tidak akan muncul tanpa adanya 22
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet, Ke-2, h. 165 23 Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet, Ke-2, h. 62 24 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), Cet. Ke-2, h. 45
25
26
peraturan yang baik tertulis maupun tidak tertulis sedang peraturan sendiri tidak akan ada arti apa-apa tanpa adanya suatu disiplin. Disiplin selain memiliki tujuan sebagaimana diatas, juga mengandung fungsi tertentu yang berguna bagi perkembangan anak. Menurut Alex Sobur, bahwa “Fungsi utama dari disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri, menghormati dan mematuhi otoritas. Disiplin diperlukan dalam mendidik anak tegas terhadap hal yang dilakukan dan dilanggar”.25 Dengan demikian disiplin bagi seorang anak akan membiasakan diri untuk bisa hidup secara teratur dengan adanya keteraturan dalam hidup diharapkan ia mampu mengendalikan diri, dengan memiliki pengendalian diri tersebut maka ia tidak melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang telah ditetapkan dengan kata lain mematuhinya. Untuk menegakan disiplin dalam diri anak yaitu dengan menunjukan kerja sama dalam menghargai kebebasan dan tanggung jawab pribadinya, sehingga mereka mampu mengembangkan sikap dan tingkah laku, yang dapat di terima dalam masyarakatnya. Pemberian disiplin kepada anak dimaksudkan supaya anak kelak bertindak dewasa dalam kehidupannya terutama dalam hal menguasai dan mengendalikan diri membangkitkan bakat yang masih terpendam serta mengarahkan kemauan dan perasaan anak. Setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini akan dapat menentukan keberhasilannya dalam kehidupan. Jika tidak dapat menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri, ia tidak akan dapat menentukan jalan mana yang akan di tempuhnya dalam kehidupan ini, serta tidak dapat menentukan langkah-langkah keberhasilannya kelak. Ia tidak mempunyai pendirian yang teguh untuk membawa diri dari kehidupannya pada saat diperlukan ketegasan bertindak. Demikian pula dengan peserta didik di sekolah, mereka perlu memiliki kemampuan untuk mengalahkan kemauanya. Kemauan itu harus di bina dan 25
Alex Sobur, Pembinaan Anak dan Keluarga, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1988), Cet Ke-2, h. 68
26
27
dituntun sesuai dengan tingkat perkembanganya, dengan demikian apabila mereka berbuat salah mereka akan sadar dengan kesalahan yang dilakukan, untuk kemudian tidak mengulanginya kembali. Di samping itu, di sekolah peserta didik banyak menghadapi dan mendapatkan tugas-tugas dari guru mereka. Tugas-tugas tersebut harus di selesaikan tepat pada waktunya. Ketepatan penyelesaian tugas tersebut mendorong peserta didik untuk melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Dalam kaitan ini, disiplin berpungsi untuk mengarahkan dan membimbing peserta didik untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. 4. Indikator – indikator Disiplin Belajar Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Moh. Uzer Usman bahwa “dalam kegiatan belajar hendaknya siswa melakukan disiplin belajar baik sebelum masuk atau setelah keluar sekolah.”26 Disiplin ketika di dalam dengan bentuk menyimak dan memperhatikan teori pelajaran. Disiplin di luar sekolah dengan membuka kembali pelajaran yang diberikan atau dikoreksi kembali. Dari teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menyimak dan memperhatikan Kegiatan belajar yang baik yaitu salah satunya dengan cara menyimak materi yang diberikan oleh guru dan memperhatikan pelajaran baik saat melakukan kegiatan belajar di kelas. Sikap demikian akan terbentuk pada diri siswa sebagai akibat dari terbiasanya siswa dalam melakukan disiplin belajar. b. Menghapal kembali pelajaran yang telah diberikan Menghapal merupakan salah satu bentuk dari kegiatan belajar efisien, karena sesuatu yang dilakukan berulang–ulang akan membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Begitu juga dalam belajar, dengan menghafal pelajaran akan diambil secara berulang –ulang dan pada akhirnya pelajaran akan lebih disukai oleh siswa. Kegiatan menghafal merupakan salah satu kegiatan disiplin belajar yang dilakukan disekolah.
26
Mohammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 1992), Cet ke-3, h.58
27
28
Menurut Departemen Pendidikan Nasional ( 1999 : 25 ) mengemukakan bahwa indikator indikator disiplin adalah sebagai berikut : 1. Menghargai Waktu Menghargai waktu, selalu menghabiskan waktu seefektif mungkin dengan melakukan hal–hal positif dan tidak pernah melewatkan waktu senggang untuk bermalas–malasan. Di sekolah para siswa tidak dibebani dengan tugas–tugas yang berat kecuali tugas–tugas yang bersifat mendidik dan tugas–tugas yang berkaitan dengan kepentingan masing–masing siswa tersebut. seperti mencuci pakaian sendiri, membereskan tempat tidur sendiri. Sehingga tidak ada tenaga dan waktu yang khusus dibutuhkan oleh para siswa dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini menyebabkan waktu luang diluar jadwal belajar di sekolah tersebut diisi dengan berbagai kegiatan positif, seperti kerja bakti. 2. Selalu aktif dalam melakukan hal – hal positif Dalam menjalani kehidupan selalu diisi dengan kegiatan–kegiatan positif dan bermanfaat, seperti aktif dalam keorganisasian dan kegiatan–kegiatan positif lainnya. Salah satunya OSIS (Organisasi Siswa Intera sekolah) yang berupa organisasi interen yang berada di lingkungan sekolah. 3. Biasa bekerja secara tuntas dan bertanggung jawab Banyak sekali tugas yang sifatnya mendidik yang harus dilakukan oleh para siswa seperti bekerja bakti, membersihkan kamar mandi, tugas rutin membantu didapur. Hal ini dilakukan dengan secara tuntas dan penuh rasa tanggung jawab oleh para siswa disekolah. 4. Biasa mematuhi peraturan Berkaitan dengan adanya peraturan yang dibuat untuk menciptakan keteraturan disekolah tersebut. Para siswa diwajibkan untuk mematuhinya. Sehingga para siswa mematuhi peraturan–peraturan dimanapun juga karena kebiasaan mematuhi peraturan disekolah tersebut.27 5. Faktor –faktor yang mempengaruhi Disiplin Belajar
27
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 208
28
29
Dalam hal sikap kedisiplinan belajar, ada beberapa faktor yang datang dari dalam diri siswa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar. Hal ini dapat dikatakan logis dan wajar, sebab hakikat disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan serta perubahan tingkah laku yang diminati siswa. Itu juga masih bergantung pada faktor yang datang dari luar diri siswa yang menurut Tabrani Rusyan terdiri dari : a. “Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, kelompok. b. Faktor budaya. c. Faktor lingkungan fisik seperti pasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.”28 Pendapat lain dikemukakan oleh Muhibin Syah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Faktor internal yaitu keadaan, kondisi jasmani dan rohani siswa 2. Faktor Eksternal, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa 3. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakakukan kegiatan materi – materi pembelajaran.”29 Berdasarkan uraian di atas dapat ditetapkan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi disiplin belajar siswa adalah faktor eksternal. Karena itu pembahasan selanjutnya akan diarahkan pada faktor- faktor tersebut : a. Faktor intenal. Faktor internal menurut Ngalim Purwanto meliputi “kematangan, kecerdasan, motivasi dan faktor kepribadian,”30 sedangkan Syamsu Yusuf melihat dari segi individu yang belajar, maka ada bederapa syarat yang harus dipenuhi yang meliputi aspek–aspek fisik dan psikis.31
28
Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, (Bandung: Arcaya media Utama, 2000), Cet, ke2, h.63 29 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: CV. Rajawali Pers, 1990), Cet, ke-2, h. 65 30 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1984), cet ke-1, h. 64 31 Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993) Cet. Ke-2 h. 31
29
30
Yang termasuk faktor fisik ini, diantaranya adalah nutrisi (Gizi makanan). Sedanngkan yang termasuk aspek psikis Syamsu Yusuf “mengatakan terdiri dari intelegensia (kecerdasan), bakat, kemampuan khusus, sikap, minat, motif, dan suasana emosinya.”32 Oleh karena itu sangatlah jelas bahwa kelengkapan dan kesiapan fumgsi–fungsi fisik dan psikis merupakan persyaratan bagi tercapainya keberhasilan belajar. Apabila dalam fungsi- fungsi mengalami gangguan dan kekurangan, maka kemungkinan besar individu akan mengalami kesulitan besar dalam belajar. Sedangkan WH. Burton yang dikutip oleh Syamsu Yusuf “mengemukakan bahwa faktor internal yang mengakibatkan kesulitan gangguan belajar individu adalah sebagai berikut :”33 1. Ketidak seimbangan mental atau fungsi a. Kekurangan kemampuan mental yang bersifat potensial b. Kekurangan kemampuan mental seperti kurangnya perhatian, adanya kelainan, lemah dalam usaha menunjukkan kegiatan yang berlawanan dan kurangnya kebiasaan dalam belajar, hal-hal yang pundamental c. Kesiapan diri yang kurang matang 2. gangguan fisik a. kekurangan fungsi- funsi organ perasaan, alat-alat bicara dan sebagainya. b. gangguan kesehatan 3. Gangguan emosi a. merasa tidak aman b. kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi maupun kebutuhan
b. Faktor Eksternal Menurut Muhibin Syah terdiri atas dua macam, yaitu “faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.”34 Begitu juga Syamsu Yusuf mengatakan faktor eksternal meliputi aspek – aspek sosial dan aspek non sosial. 32
Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993) Cet. Ke-2 h. 38 Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993) Cet. Ke-2 h. 41 34 Muhibin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta : Logos, 1995 ), Cet, ke-2,h. 30 33
30
31
Adapun yang termasuk dalam lingkungan sosial antara lain : guru, masyarakat, dan teman – teman sepermainan siswa tersebut.35 Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial seperti yang diungkapkan oleh Syamsu Yusuf, adalah keadaan udara (panas, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana lingkungan (sepi, bising, ramai), keadaan tempat (kualitas gedung, luasnya ruang belajar, kebersihan dan kelengkapan), kelengkapan alat–alat atau fasilitas belajar (alat peraga, buku–buku sumber, dan media komunikasi belajar lainnya).36 Pendapat lain oleh Muhibin Syah, bahwa faktor–faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya alat–alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.37
B. Pembentukan Perilaku siswa 1. Pengertian Pembentukan Perilaku siswa Pembentukan artinya pelihara, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna. Sedangkan kata pembentukan berarti “proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh yang lebih baik”38 Adapun pengertian Perilaku menurut bahasa adalah Tingkah laku, kelakuan, tanggapan seseorang terhadap lingkungan.39 Dalam bahasa Inggris disebut dengan behavior “yang artinya kelakuan tindak tanduk, jalan.40 perilaku
35
Muhibin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta : Logos, 1995 ), Cet, ke-2,h. 37 Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993) Cet. Ke-2 h. 56 37 Muhibin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta : Logos, 1995 ), Cet, ke-2,h. 62 38 Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet, ke-2, h. 39 39 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 36
645
40
John M. Echol, et al, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gradian, 1996), Cet, ke-13, h.
80
31
32
juga terdiri dari dua kata peri dan laku, peri yang artinya sekeliling, dekat, melingkupi. Dan laku artinya tingkah laku, perbuatan, tindak tanduk.41 Melihat beberapa uraian di atas nampak jelas bahwa perilaku itu adalah kegiatan atau aktifitas yang melingkupi seluruh aspek jasmaniah dan rohaniah yang bisa dilihat. Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku, yakni tingkah laku intelektual dan tingkah laku mekanistis.42 tingkah laku intelektual adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual, ciri-ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tingkah laku mekanistis atau reflek adalah respon-respon yang timbul pada manusia secra meknistis dan tetap seperti kedipan mata sebab terkena cahaya dan gerakan-gerakan yang kita lihat pada anak-anak, seperti menggerakan kedua tangan, dan kaki secara terus menerus tanpa aturan. Kesimpulannya pembentukan perilaku menurut saya memelihara tingkah laku kita yang sudah tertanam sejak kecil hingga dewasa dengan mencontohkan yang baik-baik sesuai dengan norma-norma yang belaku di masyarakat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku Pembentukan perilaku tidak terjadi dengan sendirinya, karena perilaku itu tidak dibawa sejak lahir, tetapi perilaku atau sikap dalam diri dapat terbentuk melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi manusia dengan obyek-obyek tertentu secara berulang-ulang. Pengalaman demikian lambat laun secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu perilaku atau sikap. Dan dapat pula melalui pengalaman yang disertai perasaan mendalam (pengalaman traumatic). Perilaku juga dapat terbentuk melalui pendidikan yang diberikan secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan dan bagian dari tingkah lakunya. Selain dari ketiga cara yang dikemukakan di atas perilaku ini juga dapat terbentuk melalui imitasi (peniruan terhadap obyek yang disukai) dan 41
Pedomam Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1996), Cet ke-5, h. 91 42 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al husna, 1988), cet ke2, h. 274
32
33
sugesti (mengikuti karena pengaruh orang yang memiliki wibawa dalam pandangan seseorang yang tersugesti).43 Tetapi pengaruh dari luar diri manusia itu belum cukup untuk menyebabkan terbentuknya perilaku atau sikap seseorang. Adapun menurut Dr. SarlitoWirawan Sarwono, ia menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku (sikap) adalah : a. Faktor Intern Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Dalam hal ini selektivitasnya, daya pilihannya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. Karena manusia tidak dapat menangkap seluruh rangsanganrangsangan dari luar melalui persepsinya. Oleh karena itu, individu harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan didekati dan akan dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam dirinya. Karena harus memilih inilah individu membentuk sikap positif terhadap satu hal dan membentuk sikap negatif terhadap yang lain. b. Faktor Ekstern Dalam pembentukan perilaku (sikap) selain dari faktor-faktor intern maka turut menentukan juga faktor-faktor yang berada di luar (faktor ekstern) adapun faktor-faktor ekstern yaitu : 1. Sikap obyek yang dijadikan sasaran sikap 2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu perilaku 3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut (perilaku) 4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap 5. Situasi pada saat sikap itu dibentuk
Adapun M. Sherif.44 Ia melihat faktor ekstern, perilaku (sikap) itu dapat dibentuk atau diubah melalui: 43
Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. Ke-1, h. 192
33
34
1. Dalam interaksi sosial di mana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia 2. Karena komunikasi, di mana terdapat pengaruh-pengaruh langsung dari satu pihak saja Manusia bukanlah mahluk yang statis, akan tetapi manusia mahluk yang dinamis selalu mengalami perubahan-perubahan yang mana perubahan ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan faktor bawaan. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang menurut P. Sondang Siagian45adalah : 1. Faktor Genetik Faktor genetik atau disebut juga faktor keturunan/unsur bawaan ialah proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir yang merupakan warisan dari orang tuanya, berupa ciri-ciri/sifat secara fisik dan mental psikologik serta kemampuan berupa bakat, tingkat keerdasan, sosial, intelegensi, fantasi dan pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Yang kesemuanya merupakan potensi dasar atau faktor bawaan yang akan mempengaruhi proses perkembangan anak. 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini sebagai tempat bernaung. Sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai tempat untuk menemukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam berperilaku. Adapun faktor lingkungan dibagi pada tiga bagian: a. Lingkungan keluarga 44
W. A Gerungan, DIPL, Psikologi sosial Suatu Ringkasan, (Bandung: PT. Eresco, 1981), cet ke-7, h. 158 45 P. Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), cet ke-3, h. 54
34
35
Para ahli berpendapat bahwa perilaku seseorang anak dipengaruhi oleh kondisi dalam rumah tangga di mana ia hidup pada waktu kecil. Bahkan adapula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika masih berada dalam kandungan sang ibu. Arah lebih lanjut pembentukan kepribadian ditentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola perilaku seseorang akan bersifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti, ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoistis dan memiliki rasa simpatik. Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. Sebaliknya kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati. Oleh karena itu peran orang tua penting sekali di mana orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan melarang terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau menganjurkan melakukan perbuatanperbuatan yang baik secara terus-menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis. b. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah juga merupakan pengaruh perkembangan perilaku anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau murid dengan murid akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan. Ajaran islam secara tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Sebagai mana telah
35
36
diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
ﻞ َﻟ ُﻜ ُﻢ َ ﺟ َﻌ َ ﺷ ْﻴﺌًﺎ َو َ ن َ ن ُأ ﱠﻣﻬَﺎ ِﺗ ُﻜ ْﻢ َﻟﺎ َﺗ ْﻌَﻠﻤُﻮ ِ ﻦ ُﺑﻄُﻮ ْ ﺟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َ ﺧ َﺮ ْ وَاﻟﱠﻠ ُﻪ َأ ن َ ﺸ ُﻜﺮُو ْ ﺴ ْﻤ َﻊ وَا ْﻟﺄَ ْﺑﺼَﺎرَ وَا ْﻟَﺄ ْﻓ ِﺌ َﺪ َة َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ َﺗ اﻟ ﱠ “Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan formal dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu guna dipergunakan sebagai modal hidup dikemudian hari akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan perilaku sosial yang baik. c. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan prilaku anak. Makin bertambah umur makin memperoleh kesempatan luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain yang sebaya (bergaul), sekalipun konflik akan terjadi bila norma-norma pribadi sangat berlainan dengan norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman. Oleh karenanya fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat/merusak perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan anak.
36
37
Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang adalah : 1. Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari kehidupan yang curiga dan mencurigai 2. Lingkungan yang rukun di mana sesama warga tidak saling mencampuri urusan orang lain, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh 3. Lingkungan yang bersih dalam arti fisik 4. Tersedianya fasilitas bergaul yang memadai seperti untuk berolah raga, berbincang-bincang dengan rekan-rekan setingkat dan sebagainya. Karena masyarakat dekat merupakan arena pergaulan yang dihadapi setiap hari, maka jelas pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku akan sangat besar artinya. Apabila seseorang selalu melihat dan bahkan mungkin juga terlibat dalam gaya hidup tentram, damai, penuh toleransi dan menyenangkan, perilakunya bertumbuh menjadi perilaku yang positif. Sebaliknya dalam suasana curiga-mencurugai, tidak aman dan kotor, sukar bertumbuhnya perilaku yang positif meskipun para orang tua dan para pendidik berusaha keras kearah itu. Jadi dapat di ambil kesimpulan dari beberapa faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan perilaku
dan ini semua tidak lepas dari peran pemerintah,
masyarakat, lingkungan, dan sekolah.
D. Hipotesa Dari
uraian
teori
yang
telah
di
kemukakan,
maka
timbul
hipotesis/dugaan sementara yaitu: Ha : ada pengaruh disiplin belajar siswa terhadap pembentukan perilaku Ho : tidak ada pengaruh disiplin belajar siswa terhadap pembentukan perilaku
37
38
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah pengetahuan berbagai metode yang digunakan dalam penelitian.1 Metode penelitian pada dasarnya merupan suatu metode ilmiah yang diartikan suatu cara yang dirancang serta diarahkan guna memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dengan menempuh suatu langkah–langkah tertentu.2 Pemecahan yang dimaksudkan bisa merupakan jawaban terhadap suatu masalah, atau bisa juga berupa kerangka pemikiran untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang menjadi fokus dalam penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian skripsi bertempat di MTs. Nurul Falah Serpong Tangerang, Jalan Ciater. Adapun waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 28 April 2008 sampai dengan 31 Mei 2008.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya adalah keseluruhan subyek peneliti dimana terdiri dari individu-individu yang diteliti dan hasil penelitiannya akan diberlakukan. Berdasarkan batasan ini maka dapat ditegaskan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs. Nurul Falah serpong yang berjumlah 293 siswa. 1
Nazar Bakri, Praktis dan Metodologi penelitian, ( Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994 ), Cet. I, h. 3 2 Nazar Bakri, Praktis dan Metodologi penelitian, ( Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1994 ), Cet. I, h. 5
38
39
2. Sampel Sedangkan sampel merupakan “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.”3 Dalam penelitian ini digunakan teknik random stratifiet sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel dan populasi terdiri dari kelompok yang bertingkat–tingkat, sampel yang diambil sebanyak 11%4 dari jumlah populasi yaitu 30 siswa, yang terdiri dari kelas VII, VIII, IX.
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu : 1. Variabel bebas (Independen) Yakni masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil, diberi dalam hal ini adalah Disiplin Belajar Siswa yang simbol dengan huruf X. 2. Variabel terikat (Defenden) Yakni hasil pengaruh variabel independen (bebas) dalam hal ini adalah pembentukan perilaku di MTs. Nurul Falah Serpong yang diberi simbol huruf Y.
D. Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Observasi adalah “Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti.”5 Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993 ), Cet. Ke-9, h. 102 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1993 ), Cet. Ke-9, h. 107 5 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Balai Aksara, 2000 ) Cet, Ke-3, h. 54
39
40
yang menyeluruh mengenai kondisi objek yang sedang diteliti dalam penellitian ini penulis mengadakan observasi di MTs. Nurul Falah Serpong Tangerang. 2. Angket Angket adalah “Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung.”6 Angket disebarkan kepada kelas VII, VIII dan XI yang sudah dibagi secara acak dengan jumlah 30 orang siswa MTs. Nurul Falah guna mengetahui bagaimana pengaruh disiplin belajar siswa dengan pembentukan perilaku itu sendiri. 3. Wawancara Wawancara adalah “Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung”.7 Wawancara ini digunakan untuk melengkapi data angket dan observasi. Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah/Wakil kepala sekolah MTs. Nurul Falah Serpong guna mengetahui pelaksanaan fungsinya sebagai supervisor terhadap pemberian layanan kepada siswa yang berkaitan dengan disiplin belajar.
E. Teknik Pengolahan Data Untuk mengelola hasil data penelitian tersebut maka dilakukan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Editing Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran pengisian angket, agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan 2. Skoring Penulis memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket-angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket 4 buah yaitu a. Untuk jawaban A = 4 b. Untuk jawaban B = 3
60
6
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Balai Aksara, 2000 ) Cet, Ke-3, h.
7
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Balai Aksara, 2000 ) Cet, Ke-3, h.
60
40
41
c. Untuk jawaban C = 2 d. Untuk jawaban D = 1 Setelah data yang diperlukan terkumpul melalui penyebaran kuisioner itu diolah melalui tahap klasifikasi dan tahap tabulasi hasilnya akan berbentuk tabel-tabel setiap item dengan melihat frekuensi dan prosentasi pada tabel itu kemudian menganalisa, dengan menggunakan teknik korelasi product moment, yaitu mencari nilai “r” yang kemudian dengan r tabel pada taraf 5% dan 1% sebagai dasar untuk menentukan ada tidaknya pengaruh yang signifikan Disiplin Belajar Siswa terhadap Pembentukan Perilaku, sudah barang tentu dengan memperhatikan rujukan–rujukan data yang terkumpul maupun dari rujukan lain.
41
42
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Nurul Falah serpong 1. Sejarah MTs.Nurul Falah Serpong MTs Nurul Falah Serpong sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah, sosial, dan pendidikan, dari sejak berdirinya. Dan usahanya pada peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa agar nantinya dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dapat menjadikan manusia–manusia yang mandiri di tengah–tengah masyarakat. Adapun MTs. Nurul Falah termasuk kedalam suatu Yayasan Pendidikan yang bernama Ainurrahmah, yang di dalamnya didirikan sekolah-sekolah mulai dari TK sampai tingkat Madrasah Aliyah serta Pondok Pesantren. Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah Serpong Tangerang, adalah salah satu lembaga pendidikan formal. Pada awal berdirinya pada tahun 1992 dengan latar belakang pada waktu itu melihat kondisi sekitar masyarakat setempat di mana MTs yang ada di tahun 1991/1992 jaraknya terletak jauh antara serpong dan pamulang dan dengan berbagai alasan sebagai berikut : 1. Kondisi masyarakat ciater mayoritas petani, penggarap sekaligus penjual dari hasil pertaniannya yang mereka kelola dengan tidak profesional sehingga penghasilan
perkapita
penduduk
ciater
tidak
memungkinkan
dapat
melanjutkan jenjang pendidikan anaknya ketika lulus dari SD/MI karena biayanya tidak terjangkau. 2. Sekalipun ada yang memaksakan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke SMP/MTs hasilnya tidak maksimal karena jika tidak ada ongkos untuk pergi ke sekolah pada akhirnya mereka tidak sekolah. 3. Adanya tradisi mengawinkan anak di usia dini Karena alasan tidak ada kesanggupan untuk membiayai hidup mereka lebih lama. 4. Kebanyakan penduduk Ciater saat itu (1991/1992) masuk katagori keluarga pra-sejahtera.
42
43
5. Dan juga untuk membentengi masyarakat setempat dari pada kristenisasi yang pada saat itu yang sedang gencar-gencarnya. Sekolah ini didirikan atas dasar keinginan masyarakat Ciater beserta ketua yayasan untuk membangun sebuah MTs yang sebelumnya sudah ada SD/MI yang cikal berdirinya MTs Nurul Falah ini. Para pendiri MTs Nurul Falah ini adalah sebagai berikut : 1. Al-Habib Muhammad bin Abdurrahman Alatas (Pembina) 2. Alm. Muhammad Khotib (Kepala Sekolah) 3. Drs. Ayadih Sugira (Wakil Kepala Sekolah) 4. Ustajah. Ibu Jamilah (Tata Usaha) Pimpinan/Kepala sekolah pada saat ini adalah bapak Amud, S.Pd.I dan wakilnya A. Rohidin, S.Ag. dengan jumlah 293 siswa. Pada operasionalnya, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MTs. Nurul Falah Serpong pembiayaannya diperoleh dari swadaya masyarakat, baik yang diperoleh dari BP3 ataupun semesteran serta infak dan shodaqoh lainnya. Dana yang terkumpul dipergunakan untuk kelancaran proses belajar mengajar. mengadakan sarana dan prasarana, serta memberikan honor kepada guru dan sukarelawan.1 Sesuai dengan perkembangan zaman, dan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta semakin menipisnya akhlak manusia, keberadaan Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah sangat diharapkan sekali oleh masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan semangat masyarakat yang tinggi, untuk menyekolahkan anaknya di Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah, serta terjalinnya kerjasama yang harmonis antara masyarakat dan lembaga tersebut. Di samping itu, pada umumnya dewan guru merasa senang mengabdikan dirinya di lembaga tersebut. Hal ini di sebabkan pengakuan pimpinan terhadap dewan guru dilakukan secara kekeluargaan, juga kepala madrasah selalu memberikan semangat kepada dewan guru untuk meningkatkan pendidikannya ke jenjang yang lebik tinggi disamping sebagai kelayakan juga akan menambah ilmu pengetahuan. 1
Sumber Dokumentasi MTs. Nurul Falah Ciater Serpong
43
44
2. Tujuan Pendirian MTs. Nurul Falah Serpong Dengan berdirinya Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah, diharapkan masyarakat memiliki pendidikan yang sesuai dengan program pemerintah, dengan program wajib belajar sembilan tahun, juga sebagai kewajiban seorang muslim untuk menuntut ilmu, khususnya penduduk sekitar dapat mengikuti pendidikan yang terjangkau oleh tenaga (Transportasi ataupun dari segi pembiayaan). Mendidik siswa-siswi agar memiliki iman dan akhlak yang mulia, membekalinya dengan keterampilan dan percaya diri, melatih untuk jadi siswasiswi mandiri dan mengenal IPTEK, serta melatih untuk peka dan mengenal terhadap lingkungan. Selain itu juga di sekolah MTs. Nurul Falah, saat sekarang ini mempunyai suatu ketetapan umum, tingkat pendidikan seorang guru harus memiliki gelar sarjana minimal SI untuk dapat mengajar di tingkatan MTs. Oleh karena itu, seorang pengajar/guru diharuskan memiliki kualitas pengetahuan yang lebih tinggi dan sistem pengajaran yang lebih dinamis agar dalam transfer pengetahuan dapat mudah dicerna dan dipahami oleh siswa. Sekolah ini juga bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang unggul, mandiri serta dapat memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang berazaskan Pancasila dan UUD 1945. 2
3. Visi dan Misi MTs. Nurul Falah Serpong Visi MTs. Nurul Falah Serpong : Terwujudnya manusia muslim yang berahlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, dan berilmu guna. Serta berguna bagi masyarakat dan Negara, beramal menuju terwujudnya masyarakat islam yang sebenar – benarnya.3 Misi MTs. Nurul Falah Ciater Serpong sebagai berikut :
2 3
Sumber Dokumentasi MTs. Nurul Falah Ciater Serpong Sumber Dokumentasi MTs. Nurul Falah Ciater Serpong
44
45
1. Melatih dan mendidik tunas bangsa untuk percaya diri dalam menghadapi masa depan yang lebih baik 2. Membantu kaum dhuafa dan yatim untuk memperoleh pendidikan. 3. Mengembangkan bakat dan minat anak sesuai dengan skil yang dimilikinya.
4. Struktur Organisasi
45
46
Kepala Madrasah
Ketua komite
AMUD, Spd.I
MUHAMMAD
TATA USAHA NADIEH
Wakamad I (Bid. Kur)
Wakamad II(Bid. Kes)
A. ROHIDIN, SAg
AWANG M, Spd. I
Bidang BP
WALI KELAS
HAMDANI, Spd. I Bidang Ekskul
IA
: Imam Sutaja
IB
: Maryati, S.Ag
IIA : Dra. Kokom K
IMAM SUTAJA
IIB : Masrurotun, Spd Bidang OSIS
IIIA : Hamdani, Spd. I
ALI NURDIN
IIIB : Udin T, Spd. I
Pengurus OSIS
SISWA
Keterangan : Garis Komando / pembinaan Garis Konsultasi / Koordinatif --------------5. Keadaan Guru dan Murid
46
47
a. Keadaan Guru MTs. Nurul Falah Serpong Tangerang, ditangani oleh tenaga professional, baik yang bertugas sebagai guru depinitif (PNS) maupun tenaga sukarela (honorer). Untuk lebih jelasnya keadaan guru MTs.Nurul Falah Serpong tahun pelajaran 2007/2008 dapat di lihat pada tabel berikut ini:4
TABEL 1 KEADAAN GURU MADRASAH TSANAWIYAH NURUL FALAH SERPONG NO
NAMA
JABATAN
BID. STUDY
1
Amud, S.Pd.I
Kep. Sek
IPS
2
A. Rokhidin S.Ag
Wakep. Sek / Staf
IPA / Fisika
kurikulum 3
Awang M, S.Pd.I
Kesiswaan
Bhs. Inggris
4
Nadieh
Tata Usaha
Mulok
5
Hamdani, S.Pd.I
BP
SKI+Akidah
6
Imam Sutajaya
Bidang Ekskul
PPKn+Penjaskes
7
Ali Nurdin
Pembina OSIS
Mulok II
8
Drs. Ayadih S.
Guru
Fiqih
9
Maryati, S.Ag
Guru
B. Ind+KTK
10
A. Khotib, S.Ag
Guru
B. Arab
11
Dra. Kokom K.
Guru
B. Indonesia
12
Masrurotun, S.Pd.
Guru
matematika
13
A. Kosasih, S.Pd.I
Guru
IPS
14
A. Sutedih
Guru
Qurdis
15
R. Supardi
Guru
Eks. Pramuka
16
Udin T, S.Pd.I
Guru
IPS
17
M. Alwi, S.Pd.I
Guru
Fiqih
Sumber dokumen MTs. Nurul Falah Serpong 2006/2007 b. Keadaan murid Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah Ciater Serpong 4
Sumber Dokumentasi MTs. Nurul Falah Ciater Serpong
47
48
Adapun keadaan murid Mts. Nurul Falah Ciater Serpong tahun pelajaran 2007/2008 adalah sebagai berikut :
TABEL 2 KEADAAN MURID MURID MADRASAH TSANAWIYAH NURUL FALAH SERPONG No
Kelas
laki-laki
Perempuan
Keterangan
1
VII Mts
49
57
( Kelas VII = 4 Kelas )
2
VIII Mts
30
57
( Kelas VIII = 2Kelas )
3
IX Mts
46
54
(Kelas IX = 2 Kelas )
Jumlah
125
168
293
3. Keadaan Sarana dan Prasarana Murid Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah Ciater Serpong Keadaan sarana dan prasarana dapat dikatakan cukup baik walaupun masih terdapat sarana yang belum lengkap dan perlu perbaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:5 Tabel 3 Sarana dan Prasarana
5
No
Jenis Sarana
Jumlah
1
Ruang Kelas
7 Ruang
2
Ruang Kepala Sekolah
1 Ruang
3
Masjid
1 Ruang
4
WC. Guru + Siswa
2 Ruang
5
Meja Siswa
140 Meja
6
Kursi Siswa
250 Kursi
7
Papan Tulis
7 papan tulis
8
Meja Guru
7 Meja
Sumber Dokumentasi MTs. Nurul Falah Ciater Serpong
48
49
9
Kursi Guru
7 Kursi
10
Komputer
15 Unit
11
Papan Statistik
2 Papan statistik
12
Lapangan Olah Raga
1 lapangan
13
Lapangan Upacara
1 Lapangan
14
Bola sepak
5 Bola sepak
15
Kursi Tamu
1 Set
6. Kegiatan Ekstra Kurikuler Kegiatan Ekstra Kurikuler yang ada pada MTs Nurul Falah Ciater Serpong Tangerang adalah : 1. Pramuka 2. PMR 3. Mading 4. Olah raga 5. Rohis
B. Hasil Wawancara 1. Upaya Peningkatan Disiplin siswa Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang mempunyai tugas mengawasi proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa, agar pembelajaran dapat bejalan dengan lancar dan menghasilkan siswa yang bekualitas. Adapun upaya-upaya kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa yaitu: a. Siswa harus datang tepat waktunya, mencatat kedatangan siswa yang terlambat dan yang tidak masuk sekolah oleh wali kelasnya. b. Mewajibkan membuat surat keterangan jika berhalangan masuk ke sekolah c. Semua dewan guru tanpa terkecuali tetap harus mematuhi peraturan yang sudah disepakati dan mentaatinya.
49
50
Disamping itu usaha yang dilakukan kepala sekolah MTs Nurul Falah mengadakan pengawasan serta datang tepat waktunya untuk menjadi contoh bagi para guru disekolah tersebut, karena disiplin tidak hanya ditekankan untuk para siswanya saja akan tetapi semua guru juga harus mempunyai kedisiplinan karena akan di jadikan contoh oleh para siswanya.
2. Hambatan dalam menerapkan disiplin bagi siswa serta solusinya Menerapkan disiplin kepada siswa tidaklah mudah, pasti ada saja hambatan yang sering terjadi dan dialami oleh siswa dalam menjalankan disiplin, seperti terlambat masuk sekolah, membolos untuk tidak masuk dan lain-lain sehingga akan menggangu pelajaran disekolah. Untuk itu kepala sekolah membuat solusi dengan membuat sangsi-sangsi serta hukuman dan teguran untuk anak-anak yang telambat atau melanggar peraturan sekolah. Sedangkan untuk guru-guru yang tidak berdisiplin, yang akan mengganggu proses berlangsungnya pelajaran akan memberikan teguran secara lisan, karena hal tersebut akan mencontohkan sikap serta perilaku yang tidak baik kepada siswa.
3. Upaya Peningkatan Perilaku siswa Memilki perilaku siswa yang baik dan sopan merupakan kebanggaan sekolah dan dewan guru khususnya orang tua. Untuk mencapai hal tersebut, upaya yang maksimal dalam meningkatkan perilaku yang baik, yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu: a. Menerapkan untuk guru terlebih dahulu menonjolkan sikap yang mendidik b. Mengadakan pembinaan perilaku melalui ceramah agama c. Mengadakan kegiatan sosial untuk membantu teman kita yang kekurangan agar tercipta sikap kasih sayang d. Membuat suatu peraturan dan hukuman untuk siswa bagi guru yang melihatnya jika siswa tersebut melakukan perbuatan yang kurang terpuji.
50
51
4. Hambatan Dalam Meningkatkan Perilaku siswa dan Solusinya Meningkatkan perilaku siswa tidaklah mudah, karena hal itu harus di sertai dengan kemauan yang kuat dalam hati untuk bisa merubahnya disertai dengan disiplin. Upaya peningkatan perilaku MTs Nurul Falah Serpong sering mengalami hambatan, diantaranya kurangnya rasa hormat terhadap guru, menggangu siswa yang sedang belajar, bertutur kata yang tak pantas di ucapkan bagi seorang siswa. Kepala sekolah dalam hal ini membuat solusinya agar hambatan yang sering terjadi dapat teratasi dengan baik. Adapun solusi yang dilakukan oleh kepala sekolah MTs Nurul Falah Serpong dalam mengatasi hambatan yang terjadi yaitu: a. Memberikan mata pelajaran akhlak yang memang sudah menjadi kurikulum dan mempraktekkannya dalam lingkungan sekolah. b. Memberikan hukuman bagi siswa yang berperilaku kurang sopan dan memberikan teguran bagi siswa yang kurang sopan dalam bertutur kata.
C. Deskripsi Data Pada pembahasan sebelumnya penulis telah kemukakan bahwa salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket, maka penulis melakukan penelitian dengan cara menyebarkan angket yang dibagikan secara acak kepada para siswa dengan jumlah sampel 30 responden, dan angket tersebut terdiri dari 20 item
(pertanyaan) yang disusun berdasarkan pokok
penelitian dan indikator dari variabel yang diteliti, yaitu mengenai Pengaruh Disiplin Belajar Siswa terhadap Pembentukan Perilaku. Teknik pengukuran dari angket ini menggunakan skala likert dengan bobot nilai sesuai dengan jenis pertanyaanya. Untuk pertanyaan masing-masing jawaban diberi bobot nilai sebagai berikut : a. b. c. d.
Untuk jawaban A = 4 Untuk jawaban B = 3 Untuk jawaban C = 2 Untuk jawaban D = 1
51
52
Setelah dilakukan tahap penelitian yang meliputi wawancara dan penyebaran angket, maka langkah selanjutnya pendeskripsian data, yaitu gambaran dari semua data yang penulis peroleh dari hasil penelitian. Data yng disajikan dalam skripsi ini adalah hasil penyebaran angket tentang pengaruh disiplin belajar siswa terhadap pembentukan perilaku siswasiswi MTs Nurul Falah Serpong Tangerang. Adapun hasil pengolahan angket pada teknik deskriptif persentase menggunakan rumus : P=
F x100% N
P = Persentase F = Frekuensi Jawaban Responden N = Jumlah Sampel Dari hasil angket yang dibagikan kepada responden, maka di peroleh hasil sebagaimana yang penulis jabarkan dalam bentuk tabel-tabel frekuensi dan persentase. Untuk lebih jelasnya jawaban-jawaban dari responden dapat di lihat dari tabel-tabel berikut ini :
Angket Variabel (x) tentang Disiplin Belajar Siswa Tabel 1: Siswa hadir di kelas dan belajar sebagai kewajibannya Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
a
Selalu
17
56,7 %
b
Sering
4
13,3 %
c
Kadang – kadang
9
30%
d
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (56,7 %) siswa selalu hadir dikelas dan belajar hal tersebut mengindikasikan baik sekali, cukup rendah (13,3 %) sering, dan cukup rendah (30 %) yang menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (0 %). Dengan demikian siswa hadir dikelas pada setiap mata
52
53
pelajaran cukup tinggi dan efektif, karena berdasarkan persentase di atas dan rentang skala penilaian
Tabel 2: Siswa berada di kelas sebelum guru datang Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
9
30 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
16
53,3%
d
Tidak pernah
2
6,7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa selalu melaksanakan aktifitas sebelum guru datang, sangat rendah (10 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu melaksanakan aktifitas sebelum guru datang cukup rendah dan tidak efektif, karena itu siswa harus lebih disiplin tepat waktu untuk bisa prestasinya lebih baik.
Tabel 3: Siswa hadir di Kelas Walaupun Guru tidak hadir karena sesuatu hal Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
a
Selalu
5
16,7 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
19
63,3 %
d
Tidak pernah
3
10%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (16,7 %) siswa selalu berada di kelas dan belajar walaupun guru tidak hadir, sangat rendah (10 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (63,3 %) siswa menjawab kadangkadang, dan tidak pernah (10 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa berada di
53
54
kelas dan belajar walaupun guru tidak hadir tidak efektif, tetapi masih ada sebagian siswa yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi ini mengindikasikan cukup baik dalam berdisiplin waktu yang tidak di sia-siakan.
Tabel 4: Siswa Menjaga Kebersihan Kelas Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
a
Selalu
8
26,7 %
b
Sering
4
13,3 %
c
Kadang – kadang
13
43,3 %
d
Tidak pernah
5
16,7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (26,7 %) siswa selalu menjaga kebersihan kelas, cukup rendah pula (13,3 %) siswa menjwab sering, dan cukup tinggi menjawab (43,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah (16,7%). Dengan demikian siswa menjaga kebersihan kelas kurang efektif, karena dari persentase tersebut siswa lebih banyak menjawab kadang-kadang hal ini harus lebih diperhatikan lagi.
Tabel 5: Siswa Membaca dengan Cermat Ketika akan Ujian Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
a
Selalu
11
36,7 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
15
50 %
d
Tidak pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (36,7 %) siswa selalu membaca dengan cermat ketika akan ujian, sangat rendah (10 %) sering, dan cukup tinggi (50 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (3,3%). Dengan demikian siswa membaca dengan cermat ketika akan ujian cukup
54
55
rendah, tetapi masish ada sebagian siswa menjawab kadang-kadang cukup tinggi dan ini menandakan masih ada siswa yang membaca dengan cermat ketika ujian.
Tabel 6: Siswa Mengulang Kembali Pelajaran Sekolah di Rumah Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
a
Selalu
3
10 %
b
Sering
2
6,7 %
c
Kadang – kadang
18
60 %
d
Tidak pernah
7
23,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (10 %) siswa selalu mengulang kembali pelajaran sekolah di rumah, sangat rendah (6,7 %) sering, dan cukup tinggi (60 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan yang tidak pernah (23,3%). Dengan demikian siswa mengulang kembali pelajaran sekolah di rumah sangat rendah, dilihat dari persentasenya lebih besar dari kadang-kadang ini harus jadi perhatian bagi orang tua.
Tabel 7: Siswa Mempersiapkan Alat Tulis Sebelum Berangkat ke Sekolah Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
a
Selalu
18
60 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
7
23,3 %
d
Tidak pernah
0
0. %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (60 %) siswa selalu mempersiapkan alat tulis sebelum berangkat ke sekolah, cukup rendah (16,7 %) sering, dan cukup rendah (23,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah (0 %). Dengan demikian siswa selalu mempersiapkan alat tulis sebelum berangkat ke
55
56
sekolah cukup efektif dan baik sekali, karena ini merupakan langkah awal dalam berdisiplin bagi siswa.
Tabel 8: Siswa mencatat hasil kesimpulan guru yang menerangkan Alternatif jawaban
Frekuensi Persentase
a
Selalu
4
13,3 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
18
60 %
d
Tidak pernah
5
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa selalu mencatat hasil kesimpulan guru yang sedang menerangkan, cukup rendah ( 10 %) sering, dan cukup tinggi (60 %) kadang-kadang, dan yang menjawab tidak pernah (16,7 %). Dengan demikian siswa yang selalu mencatat hasil kesimpulan dari guru yang sedang menerangkan tidak efektif, karena berdasarkan persentase di atas hanya sebagian kecil saja yang memperhatikan hal ini harus jadi perhatian guru yang bersangkutan.
Tabel 9: Siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran di mulai Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
12
40 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
13
43,3%
d
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup besar (40 %) siswa selalu hadir sebelum pelajaran di mulai, cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (43,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (0%). Dengan demikian siswa selalu tepat waktu sebelum pelajaran di mulai
56
57
cukup tinggi dan mengindikasikan baik sekali, dan ditambah dengan siswa yang menjawab kadang-kadang.
Tabel 10: Siswa Meminta Izin Ketika Terlambat Masuk Kelas Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
5
16,7 %
b
Sering
4
13,3 %
c
Kadang – kadang
12
40 %
d
Tidak pernah
9
30 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (16,7 %) siswa selalu meminta izin ketika terlambat masuk kelas, cukup rendah (13,3 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (40 %) kadang-kadang, dan tidak pernah (30%). Dengan demikian siswa meminta izin ketika terlambat masuk kelas tidak efektif, karena yang tidak pernah meminta izin cukup banyak dan ini harus menjadi catatan bagi pihak sekolah.
Tabel 11: Siswa memakai atribut sekolah lengkap Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
9
30 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
10
33,3 %
d
Tidak pernah
8
26,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa selalu memakai atribut sekolah lengkap, sangat rendah (10 %) siswa menjawab sering, dan cukup rendah (33,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah (26,7 %). Dengan demikian siswa memakai atribut sekolah lengkap cukup rendah, dan ini
57
58
harus lebih diperhatikan kembali, karena memakai atribut merupakan identitas bagi seorang siswa.
Tabel 12: Siswa datang ke sekolah tepat pada waktunya Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
7
23,3 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa selalu datang ke sekolah tepat pada waktunya, cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan tidak pernah (6,7 %). Dengan demikian siswa selalu datang ke sekolah tepat pada waktunya cukup rendah, karena itu pihak sekolah harus tegas memberikan sangsi bagi yang kurang tepat waktu.
Tabel 13: Siswa membuat surat izin ketika tidak masuk sekolah Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
7
23,3 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa selalu membuat surat izin ketika tidak masuk sekolah, cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadangkadang, dan tidak pernah (6,7 %). Dengan demikian siswa meminta izin ketika
58
59
terlambat masuk kelas kurang
efektif, untuk itulah orang tua harus lebih
memperhatikan lagi
Tabel 14: Siswa memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menerangkan Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
9
30 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa selalu memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menerangkan, cukup rendah (10 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menerangkancukup rendah, tetapi masih ada siswa yang menjawab kadang-kadang ini juga menunjukan cukup baik untuk itu siswa harus lebih memperhatikan lagi guru yang sedang menerangkan.
Tabel 15: Siswa mengerjakan tugas yang guru berikan Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
14
46,7 %
b
Sering
1
3,3 %
c
Kadang – kadang
13
43,3 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (46,7 %) siswa selalu mengerjakan tugas yang guru berikan, sangat rendah (3,3 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (43,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan
59
60
tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu mengerjakan tugas yang guru berikan cukup tinggi dan hal ini harus terus di pertahankan.
Tabel 16: Siswa bertanya ketika tidak mengerti Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
4
13,3 %
b
Sering
6
20 %
c
Kadang – kadang
15
50 %
d
Tidak pernah
5
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (13,3 %) siswa selalu bertanya ketika tidak mengerti, cukup rendah (20 %) siswa menjawab sering, dan cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (16,7 %) cukup rendah. Dengan demikian siswa selalu bertanya ketika tidak mengerti cukup rendah dan oleh sebab itu guru harus tahu bagaimana caranya agar siswa itu aktif bertanya.
Tabel 17: Siswa membawa buku pelajaran sesuai jadwal Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
22
73,3 %
b
Sering
2
6,7 %
c
Kadang – kadang
5
16,7 %
d
Tidak pernah
1
3,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat tinggi (73,3 %) siswa selalu membawa buku pelajaran sesuai jadwal, cukup rendah (6,7 %) siswa menjawab sering, dan cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (3,3 %). Dengan demikian siswa selalu membawa buku pelajaran
60
61
sesuai jadwal ini membuktikan siswa sudah mulai berdisiplin sesuai tanggung jawabnya.
Tabel 18: Siswa mengikuti extrakurikuler di sekolah Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
18
60 %
d
Tidak pernah
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa selalu mengikuti ektrakurikuler, cukup rendah (10 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (60 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (10 %) cukup rendah. Dengan demikian siswa selalu mengikuti ektrakurikuler cukup rendah dan ini merupakan kurang minatnya dari siswa.
Tabel 19: Siswa mengikuti organisasi di sekolah Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
2
6,7 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
6
20 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa selalu mengikuti organisasi di sekolah, sangat rendah (6,7 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (20%). Dengan demikian siswa selalu mengikuti organisasi di sekolah kurang efektif
tapi masih ada sebagian siswa yang mengikutinya cukup tinggi
karena organisasi itu sangat penting bagi siswa untuk menambah wawasannya.
61
62
Tabel 20: Siswa menjaga ketertiban saat belajar di kelas Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa selalu menjaga ketertiban saat belajar di kelas, cukup rendah (16,7 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (10 %) cukup rendah. Dengan demikian siswa selalu menjaga ketertiban saat belajar di kelas cukup rendah tapi masih ada sebagian siswa yang menjaga ketertiban saat belajar ini berdasarkan jawaban persentase.
62
63
Angket Variabel Y (Pembentukan Perilaku) Tabel 1: Siswa mengatur waktu belajar agar efektif Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
12
40 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
6
20 %
d
Tidak pernah
7
23,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (40 %) siswa selalu, mengatur waktu belajar agar efektif, cukup rendah (16,7%) siswa menjawab sering, dan cukup rendah (20 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan yang tidak pernah (23,3 %). Dengan demikian siswa mengatur waktu belajar agar efektif cukup baik, karena mereka mempunyai tanggung jawab sebagai seorang pelajar.
Tabel 2: Siswa berhati-hati dalam bersikap agar pelajaran mudah di pahami Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
9
30 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa selalu berhati-hati dalam bersikap agar pelajaran mudah dipahami, cukup rendah (16,7%) sering, dan cukup tinggi (53,3 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak pernah (0 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa berhati-hati dalam bersikap agar pelajaran mudah dipahami cukup rendah, karena siswa mengangap hal itu biasa saja.
63
64
Tabel 3: Siswa meninggalkan hal-hal yang menarik pada kesia-siaan Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
5
16,7 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
20
66,6 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (16,7 %) siswa meninggalkan hal-hal yang menarik pada kesia-siaan, sangat rendah pula (10 %) sering, dan cukup tinggi (66,6 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %). Dengan demikian siswa meninggalkan hal-hal yang menarik pada kesia-siaan amat rendah hal ini patut diperhatikan lagi karena mereka mempunyai suatu kewajiban yaitu seorang pelajar.
Tabel 4: Siswa mengurangi tidur untuk belajar Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
2
6,7 %
b
Sering
6
20 %
c
Kadang – kadang
20
66,6 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (6,7 %) siswa mengurangi tidur untuk belajar, cukup rendah ( 20% ) sering, dan sebagian besar (66,6 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %). Sangat rendah. Dengan demikian siswa mengurangi tidur untuk belajar sangat rendah sekali mungkin faktor istirahat.
64
65
Tabel 5: Siswa menghormati keluarga, guru dan teman Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
17
56,7 %
b
Sering
4
13,3 %
c
Kadang – kadang
9
30 %
d
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (56,7 %) siswa menghormati keluarga, guru dan teman, dan cukup rendah (13,3 %) sering, dan cukup rendah (30 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (0 %). Dengan demikian siswa menghormati keluarga, guru dan teman cukup tinggi ini terlihat dari persentase di atas yang cukup baik.
Tabel 6: Siswa bersikap sopan ketika guru menerangkan Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
17
56,7 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
7
23,3 %
d
Tidak pernah
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (56,7 %) siswa selalu bersikap sopan ketika guru menerangkan, sangat rendah (10 %) sering, dan cukup rendah (23,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %). Dengan demikian siswa bersikap sopan ketika guru menerangkan cukup tinggi karena mereka memang siswa-siswa yang baik.
65
66
Tabel 7: Siswa menghormati gurunya Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
10
33,3 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
15
50 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (33,3 %) siswa selalu menghormati gurunya, sangat rendah (10 %) sering, dan cukup tinggi (50 % ) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %)sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu menghormati gurunya cukup rendah tapi jika di lihat dari kadangkadang cukup tinggi, ini berarti siswa masih dikatagorikan cukup baik. Tabel 8: Siswa mengikuti nasiht guru Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
5
16,7 %
c
Kadang – kadang
15
50 %
d
Tidak pernah
4
13,3 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (20 %) siswa selalu mengikuti nasihat guru, sangat rendah pula (16,7 %) sering, dan cukup tinggi (50%) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (13,3 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu mengikuti nasihat guru sangat rendah sekali tapi masih ada siswa yang masih mengikuti nasihat gurunya ini telihat dari persentase kadang-kadang.
66
67
Tabel 9: Siswa bergegas lebih awal untuk mendapatkan ilmu Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
9
30 %
b
Sering
0
0%
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
5
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (30 %) siswa selalu bergegas lebih awal untuk mendapatkan ilmu, amat rendah (0 %) sering, dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah cukup rendah (16,7%). Dengan demikian siswa selalu bergegas lebih awal untuk mendapatkan ilmu cukup rendah.
Tabel 10: Siswa berahlak karimah terhadap teman Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
7
23,3 %
b
Sering
6
20 %
c
Kadang – kadang
14
46,7 %
d
Tidak pernah
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (23,3 %) siswa selalu berahklak karimah terhadap teman, dan cukup rendah pula (20 %) sering, dan cukup tinggi (46,7 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %). Dengan demikian siswa yang berahklak karimah cukup rendah dan siswa harus lebih baik lagi dalam berahklak.
67
68
Tabel 11: Siswa bersalaman ketika bertemu teman di jalan Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
2
6,7 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
6
20 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (20 %) siswa selalu bersalaman ketika bertemu teman dijalan, dan sangat rendah pula (6,7 %) sering, dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (20 %). Dengan demikian siswa selalu bersalaman ketika bertemu teman dijalan sangat rendah dan itu merupakan sikap perilaku yang kurang baik. Tabel 12: Siswa berkata jujur Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
3
10 %
b
Sering
1
3,3 %
c
Kadang – kadang
24
80 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (10 %) siswa selalu berkata jujur, dan amat rendah (3,3 %) sering, dan sangat tinggi (80 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa berkata jujur sangat rendah tapi ada sebagian yang kadang-kadang sangat tinggi hal tersebut mengindikasikan bahwa masih ada siswa yang jujur.
68
69
Tabel 13: Siswa mencontoh yang baik pada temennya Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
1
3,3 %
c
Kadang – kadang
20
66,7 %
d
Tidak pernah
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (20 %) siswa selalu mencontoh yang baik pada temannya, sangat rendah (3,3 %) sering, dan cukup tinggi (66,7 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu mencontoh yang baik pada temannya kurang baik tapi ada sebagian yang kadang-kadang mencontoh ini cukup tinggi ini berarti menunjukan masih ada siswa untuk dijadikan contoh yang baik
Tabel 14: Siswa menghargai pendapat temannya Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
6
20 %
c
Kadang – kadang
15
50 %
d
Tidak pernah
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa selalu menghargai pendapat temannya, sangat rendah pula (20 %) sering, dan cukup tinggi (50 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu menghargai pendapat temannya kurang baik tapi yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi ini berarti masih ada siswa yang saling menghargai temannya.
69
70
Tabel 15: Siswa mengikuti majlis ta’lim dirumah Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
14
46,7 %
b
Sering
7
23,3 %
c
Kadang – kadang
9
30 %
d
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (46,7%) siswa selalu mengikuti majlis ta’lim dirumah, cukup rendah (23,3 %) sering, dan cukup rendah (30 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (0 %). Dengan demikian siswa selalu
mengikuti majlis ta’lim dirumah cukup tinggi dan ini sangat
membantu para siswa dalam pembentukan ahklak pada dirinya.
Tabel 16: Siswa membaca buku keagamaan Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
13
43,3 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
12
40 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup tinggi (43,3 %) siswa selalu membaca buku keagamaan, cukup rendah (10 %) sering, dan cukup tinggi (40 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu membaca buku keagamaan cukup tinggi karena sangat membantu dalam perubahan perilaku mereka dan sangat berpengaruh.
70
71
Tabel 17: Siswa mengikuti kegiatan sosial disekolah atau dirumah Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
4
13,3 %
b
Sering
8
26,7 %
c
Kadang – kadang
16
53,3 %
d
Tidak pernah
2
6,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (13,3 %) siswa selalu mengikuti kegiatan sosial disekolah atau dirumah, cukup rendah pula (26,7%) sering, dan cukup tinggi (53,3 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (6,7 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu mengikuti kegiatan sosial disekolah atau dirumah sangat rendah tapi ada yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi ini berarti siswa masih ada yang mengikuti kegiatan tersebut.
Tabel 18: Siswa mengikuti PHBI disekolah Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
10
33,3 %
b
Sering
6
20 %
c
Kadang – kadang
9
30 %
d
Tidak pernah
5
16,7 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (33,3 %) siswa selalu mengikuti PHBI di sekolah, cukup rendah pula (20 %) sering, dan cukup rendah (30 %) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (16,7%). Dengan demikian siswa selalu mengikuti PHBI di sekolah cukup rendah ini harus ada peringatan kepada siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut kecuali ada hal yang lain.
71
72
Tabel 19: Siswa membantu teman yang kesusahan Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
6
20 %
b
Sering
3
10 %
c
Kadang – kadang
21
70 %
d
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup rendah (20 %) siswa selalu membantu teman yang kesusahan, sangat rendah (10 %) sering, dan cukup tinggi (70%) kadang-kadang, dan yang tidak pernah (0 %). Dengan demikian siswa selalu membantu teman yang kesusahan cukup rendah tapi masih ada siswa yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi dan ini megindikasikan siswa masih banyak membantu temannya yang kesusahan.
Tabel 20: Siswa menepati janji kepada orang lain Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
a
Selalu
5
16,7 %
b
Sering
4
13,3 %
c
Kadang – kadang
18
60 %
d
Tidak pernah
3
10 %
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sangat rendah (16,7 %) siswa selalu menepati janji kepada orang lain, sangat rendah pula (13,3 %) siswa menjawab sering, dan cukup tinggi (60 %) siswa menjawab kadang-kadang, dan yang tidak pernah (10 %) sangat rendah. Dengan demikian siswa selalu menepati janji kepada orang lain sangat rendah tapi masih ada siswa yang menjawab kadang-kadang cukup tinggi dan ini megindikasikan siswa masih banyak yang menepati janji karena ini merupakan perilaku yang amat baik.
72
73
Tabel 21 Perhitungan Untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y
NO
X
Y
XY
X2
Y2
1
43
46
1978
1849
2116
2
48
53
2544
2304
2809
3
46
39
1794
2116
1521
4
49
52
2546
2401
2704
5
73
60
4380
5329
3600
6
49
56
2744
2401
3136
7
56
52
2912
3136
2704
8
46
51
2346
2116
2601
9
60
65
3900
3600
4225
10
54
55
2970
2916
3025
11
49
59
2891
2401
3841
12
61
43
2623
3721
1849
13
47
52
2444
2209
2704
14
65
64
4160
4225
4096
15
50
66
3300
2500
4356
16
63
52
3276
3969
2704
17
60
58
3480
3600
3364
18
43
45
1935
1849
2025
19
45
49
2205
2025
2401
20
44
41
2009
1936
1681
21
42
42
1764
1764
1764
22
43
49
2107
1849
2401
23
53
49
2597
2809
241
24
49
48
2352
2401
2304
25
52
49
2548
2704
2401
73
74
26
65
60
3900
4225
3600
27
65
65
4225
4225
4225
28
57
50
2850
3249
2500
29
35
49
1715
1225
2401
30
47
46
2162
2209
2116
N= 30
∑X= 1559
∑Y= 1565
∑XY= 82659
∑X2=83263
∑Y2=83215
Dari tabel diatas diperoleh N=30, ∑X=1559, ∑Y= 1565, ∑XY= 82659,∑X2=83263 ∑Y2=83215, maka dapat dicari angka korelasi (rxy) dengan rumus : r xy =
{N ∑ X
N ∑ XY − ∑ X .∑ Y 2
}{
− (∑ X ) 2 . N ∑ Y
2
− (∑ Y ) 2
}
Keterangan : rxy : Angka indek korelasi “r” product moment
N
: Jumlah responden
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y ∑X
: Jumlah seluruh skor x
∑Y : Jumlah seluruh skor Y ∑X2
: Jumlah kuadrat seluruh skor x
∑Y2 : Jumlah kuadrat seluruh skor Y
r xy = r xy =
{N ∑ X
N ∑ XY − ∑ X .∑ Y 2
}{
− (∑ X ) 2 . N ∑ Y
2
− (∑ Y ) 2
}
30 . 82659 − 1559 . 1565
{30 .83263 − (1559 ) }{. 30 .83215 2
2479770 − 2439835
− (1565 ) 2
rxy =
{2497890 − 2430481}{. 2496450 − 2449225 }
rxy =
39935 67409 .47225
74
}
75
rxy =
rxy =
39935 3183390025 39935 56421
rxy = 0,708 = 0.71 Dari hasil koefisien korelasi diatas dapat dilihat bahwa antara pengaruh disiplin belajar dan pembentukan perilaku terjadi hubungan atau korelasi yang tinggi. Drs. Anas Sudijono dalam bukunya pengantar statistik pendidikan, membagi kriteria korelasi koefisien sebagai berikut : 0,00 – 0,20
: Hampir tidak ada korelasi
0,20 – 0,40
: Korelasi rendah
0,40 – 0,70
: Korelasi cukup
0,70 – 0. 90
: Korelasi tinggi
0,90 – 1,00
: Korelasi sangat tinggi
Dari data diatas dapat dilihat bahwa analisa tentang pengaruh disiplin belajar terhadap pembentukan perilaku terdapat korelasi positif (tinggi) dengan nilai 0,71 yang terletak diantra 0,70–0,90 dengan hasil korelasi tinggi. Maka dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan Y adalah korelasi tinggi, dengan demikian hipotes (Ha) diterima dan (Ho) ditolak. Ha
: Ada korelasi yang signifikan antara pengaruh disiplin belajar dengan pembentukan perilaku di MTs. Nurul Falah Serpong.
Ho
: Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara pengaruh disiplin belajar dengan pembentukan perilaku di MTs. Nurul Falah Serpong. Untuk menguji hipotesa tersebut, maka “r” observasi ( ro ) yang
diperoleh dari perhitungan statistik dibandingkan dengan “r” dalam tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) dengan menggunakan rumus : df = N – nr
75
76
Keterangan : df
: Degrees of Freedom
N
: Number of cases
nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan df = N – nr = 30 – 2 = 28 Dengan df sebesar 28 lalu dikorelasikan kepada table nilai (r) pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikan 1% maka nilai df sebesar 28 itu, diperoleh harga “r” pada tabel rt sebagai berikut : Pada taraf signifikan 5% r tabel atau rt = 0,374 Pada taraf signifikan 1% r tabel atau rt = 0,478 Ternyata rxy atau ro pada taraf signifikan 5% lebih besar dari tabel r tabel (0,708>0,374), maka pada taraf signifikan 5% hipotesa nol ditolak sehingga hipotesa alternatif diterima. Ini berarti pada taraf signifikan 5% itu memang terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya pada taraf signifikan 1% rxy atau ro adalah lebih besar dari pada r tabel (0,708>0,478), maka pada taraf signifikan 1% ini hipotesa alternatif
diterima dan hipotesis nol ditolak, ini berarti bahwa untuk taraf
signifikan 1% terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesa alternatif (ha) yang menyatakan adanya pengaruh disiplin belajar dengan pembentukan perilaku di MTs. Nurul Falah Serpong dapat diterima.
76
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya maka kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan yang didapat nilai rxy = 0,708 setelah dibandingkan dengan r tabel dan df 28 didapati nilai r pada taraf 5% = 0,378 dan pada taraf 1% = 0,478 dengan nilai rxy > r tabel (0,708>0,478>0,374) sehingga dapat disimpulkan Hipotesa alternatif Ha diterima dan Hipotesa Ho ditolak, ini berarti terjadi pengaruh disiplin belajar siswa terhadap pembentukan perilaku. 2. Pembentukan perilaku disekolah akan tercapai dengan baik jika disiplin belajarnya juga baik, karena perilaku yang baik cerminan dalam berdisiplin belajar yang baik dan juga didukung oleh segenap komponen sekolah terutama kepala sekolah yang mempunyai wewenang untuk membuat peraturan dan tata tertib. 3. Perbedaan antara siswa yang berdisiplin dengan yang tidak dilihat dari perilaku mereka disekolah, jika mereka taat terhadap peraturan maka dikatakan disiplin jika melanggar maka mereka tidak disiplin
77
78
B. Saran
Berdasarkan dari apa yang disimpulkan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada kepala sekolah MTs Nurul Falah Serpong agar lebih meningkatkan disiplin siswa yang telah diterapkan
agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dan terkendali lebih baik, dan kepada para pengajar untuk lebih mencerminkan sikap disiplin dalam hal apapun, karena tingkah laku dan budi pekerti seorang guru akan memberikan timbal balik yang baik bagi siswa, agar tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai dengan maksimal. 2. Kepada para orang tua siswa hendaknya memperhatikan perkembangan anaknya diluar waktu sekolah, baik dalam disiplinya terutama perilakunya sehari-hari, sehingga orang tua mengetahui bagaimana bersikap dengan baik dan tidak baik. 3. Untuk para siswa agar lebih mencerminkan sikap yang baik, baik terhadap disiplin belajarnya maupun perilakunya disekolah agar masa depan dapat diperoleh dengan lebih baik.
78
79
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara 2002) Achin, Amir, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press, 1990) Arikunto, Suharsimi, DR. Prosedur penelitian, (Jakarta, Bina Aksara, 1985) Barata, Surya Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 1960) Bahri, Najar, Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya 1994) Cet.1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: BAlai Pustaka 1990) hal.208. Gerungan,W.A, DIPL, Psikologi Sosial Suatu Ringkasan, (Bandung: PT. Eresco, 1981) Cet.7 Harahap, AH dan Poerbakawatja Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung 1981) Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al husna, 1988) Cet Ke-2 Margono, S. Drs. Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Cet Ke-4 Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985) Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1984) Ratmaningsih, Neiny, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk SMU
Kelas 2. Rusyan, Tabrani, Pendidikan Budi Pekerti, (Bandung: Arcaya Media Utama, 2000) Rosyad, Aminudin. Prof. DR. Metodologi Riset Penelitian, (Jakarta, Fak. Ilmu Tarbiah, 2002) Cet,1
79
80
Sukadi, Penuntun Pelajaran PPKN Untuk SLTP Kelas 2 (Bandung: Ganeca Exact, 1996) Cet. Ke-2 Sukanto, Soejono, Remaja dan Masalah-Masalahnya, (Jakarta: Balai Pustaka 1990) Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999) Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1991) Soedijarto, Menuju Pendidikan Yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka 1989) Sobur, Alek. Pembinaan Anak dan Keluarga, (Jakarta: PT. Gunung Mulia, 1988) Cet Ke-2 Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada 1994) Cet Ke-5 Usman, Uzer, Muhammad. Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2003) Usman, Husaini, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: BP. Aksara, 2000) Cet Ke-3 Yusuf, Syamsul, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993), Cet Ke-2
80
81
N
Taraf Signifikan
Taraf Signifikan
Taraf Signifikan
5%
1%
N
5%
1%
N
5%
1%
3
0, 997
0, 999
27
0, 381
0, 487
55
0, 266
0, 345
4
0, 950
0, 990
28
0, 374
0, 478
60
0, 254
0, 330
5
0, 878
0, 959
29
0, 357
0, 470
65
0 244,
0, 317
6
0, 811
0, 917
30
0, 361
0, 463
70
0, 235
0, 306
7
0, 757
0, 874
31
0, 355
0, 456
75
0, 227
0, 296
8
0, 707
0, 834
32
0, 349
0, 449
80
0, 220
0, 286
9
0, 666
0, 798
33
0, 344
0, 442
85
0, 213
0, 278
10
0, 632
0, 765
34
0, 339
0, 436
90
0, 207
0, 270
11
0, 602
0, 735
35
0, 334
0, 430
95
0, 202
0, 263
12
0, 576
0, 708
36
0, 329
0,424
100
0, 195
0, 256
13
0, 553
0, 684
37
0, 325
0, 418
125
0, 136
0, 230
14
0, 532
0, 661
38
0, 320
0, 413
150
0, 159
0, 210
15
0, 514
0, 641
39
0, 316
0, 408
175
0, 148
0, 194
16
0, 497
0, 623
40
0, 312
0, 403
200
0, 138
0, 181
17
0, 482
0, 606
41
0, 308
0, 398
300
0, 113
0, 148
18
0, 468
0, 590
42
0, 304
0, 393
400
0, 098
0, 128
19
0, 456
0, 575
43
0, 301
0, 389
500
0, 088
0, 115
20
0, 444
0, 561
44
0, 297
0, 384
600
0, 080
0, 105
21
0, 433
0, 549
45
0, 294
0, 380
700
0, 074
0, 097
22
0, 423
0, 537
46
0, 291
0, 376
800
0, 070
0, 091
23
0, 413
0, 526
47
0, 288
0, 372
900
0, 065
0, 086
24
0, 404
0, 515
48
0, 284
0, 368
1000
0, 062
0, 081
25
0, 396
0, 505
49
0, 281
0, 364
26
0, 388
0, 496
50
0, 279
0, 361
81
82
Hasil wawancara berdirinya MTs. Nurul Falah Serpong
Hari, tanggal : Senin, 5 Mei 2008 Nara sumber : Bpk. Rohidin Sa,g Tempat
: MTs. Nurul Falah
Pertanyaan
:
1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs. Nurul Falah Serpong ? 2. Apa visi dan Misi sekolah ini ? 3. Berapa jumlah guru, karyawan, serta siswa MTs. Nurul Falah pada tahun ajaran 2007/2008 ? 4. Usaha apa saja yang telah dilakukan sehubungan dengan peningkatan kualitas disiplin belajar siswa yang baik ? 5. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki MTs. Nurul Falah Serpong ? Jawaban 1. Sejarah berdirinya MTs. Nurul Falah Serpong atas dasar keinginan masyarakat Ciater beserta ketua yayasan untuk membangun sebuah MTs yang sebelumnya sudah ada SD/MI yang cikal berdirinya MTs Nurul Falah ini. Dan juga dengan berbagai alasan seperti kondisi masyarakat ciater mayoritas petani, penggarap sekaligus penjual dari hasil pertaniannya yang mereka kelola dengan tidak profesional sehingga penghasilan perkapita penduduk ciater tidak memungkinkan dapat melanjutkan jenjang pendidikan anaknya ketika lulus dari SD/MI karena biayanya tidak terjangkau.Sekalipun ada yang memaksakan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke SMP/MTs hasilnya tidak maksimal karena jika tidak ada ongkos untuk pergi ke sekolah pada akhirnya mereka tidak sekolah. Adanya tradisi mengawinkan anak di usia dini Karena alasan tidak ada kesanggupan untuk membiayai hidup mereka lebih lama. Kebanyakan penduduk Ciater saat itu (1991/1992) masuk katagori
82
83
keluarga pra-sejahtera. Dan juga untuk membentengi masyarakat setempat dari pada kristenisasi yang pada saat itu yang sedang gencar-gencarnya. 2. Visi dan Misi MTs. Nurul Falah Serpong Visi MTs. Nurul Falah Serpong : Terwujudnya manusia muslim yang berahlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, dan berilmu guna. Serta berguna bagi masyarakat dan Negara, beramal menuju terwujudnya masyarakat islam yang sebenar – benarnya.1 Misi MTs. Nurul Falah Ciater Serpong sebagai berikut : a. Melatih dan mendidik tunas bangsa untuk percaya diri dalam menghadapi masa depan yang lebih baik b. Membantu kaum dhuafa dan yatim untuk memperoleh pendidikan. c. Mengembangkan bakat dan minat anak sesuai dengan skill yang dimilkinya. 3. Jumlah guru MTs. Nurul Falah 17 orang dan siswa keseluruhannya 293. 4. Menanamkan tata tertib serta peraturan di sekolah serta sangsi bagi siswa yang melanggar, dan juga para guru memberikan contoh disiplin yang baik untuk para siswanya karena disiplin itu sendiri tidak akan berhasil jika para guru tidak bisa memberikan contoh yang baik. 5. Gedung sekolah dua lantai, kantor kepala sekolah, fasilitas olah raga seperti lapangan basket , bola, buku tangkis, serta fasilitas toilet.
83
84
84