Pengaruh Dimensi Budaya Hofstede Terhadap Deviant Workplace Behavior. Studi Pada Karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singosari
Dewi Faikhotul Himmah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 122 Malang
[email protected] ABSTRACT This study aims to determine the effect of Hoftede cultural dimensions simultaneously or partially on deviant workplace behavior to Pratama Singosari Tax Office’s employees . This type of research used in this research is explanatory research to study the effect of independent variables, namely power distance, collectivism/individualsm, masculinity/feminimity, uncertainty avoidance and the dependent variable is workpace deviant behavior. The research instrument used was a questionnaire. Data analysis tool used in this study is a multiple linear regression, which includes the classic assumption test, multicollinearity test, normality test, and heterokedastisitas test. As for testing the hypothesis include the F test and t test. Results showed variable power distance, collectivism /individualsm, masculinity/feminimity, partially contained is not significant influence on the workpace deviant behavior. As for the variable uncertainty avoidance partially contained significant influence on deviant behavior workpace. Key words :Power Distance,Collectivism/individualsm, Masculinity/feminimity, Uncertainty avoidance, deviant workpace behavior. ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi budaya Hoftede berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap deviant workplace behavior pada karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singosari. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatory research untuk mengkaji pengaruh variabel bebas yaitu power distance, collectivism /individualsm, masculinity/feminimity, dan uncertainty avoidance terhadap variabel terikat yaitu deviant workpace behavior. instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Sedangkan untuk pengujian hipotesis meliputi uji F dan uji t. Hasil menunjukkan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel power distance, collectivism /individualsm, masculinity/feminimity, terhadap deviant workpace behavior. sedangkan untuk variabel uncertainty avoidance terdapat pengaruh secara parsial yang signifikan terhadap deviant workpace behavior. Kata kunci:Power Distance,Collectivism/individualsm, Masculinity/feminimity, Uncertainty avoidance, deviant workpace behavior.
tidak produktif di tempat kerja,
Pendahuluan Perilaku Organisasi membantu manager
mendefinisikan
karyawan tujuan
dan
perilaku
mengintegrasikan
karyawan
hingga
korupsi.
Penyimpangan
dalam bentuk ringan yang dilakukan
tujuan
pada umumnya adalah bermain game
didapatkan
komputer di tempat kerja, mengobrol
produktifitas yang maksimal dan
pada saat jam kerja, dan pulang lebih
efektif. Produktifitas yang maksimal
awal.
dan efektif ini sering kali organisasi
mempengaruhi perilaku menyimpang
mendapatkan
karena
di tempat kerja, penelitian yang
terdapat perilaku karyawan yang
dilakukan oleh Martinko et al (2006)
menyimpang dari tujuan organisasi.
membagi faktor penyebab deviant
Perilaku menyimpang di tempat kerja
workplace behavior kedalam dua
atau disebut juga deviant workplace
bagian, pertama faktor individu yang
behavior
sebagai
terdiri dari gender, sikap pemarah
sengaja
dan negatifve affectivity sedangkan
melanggar norma-norma organisasi
yang kedua faktor organisasional
yang
sehingga
yang terdiri dari prosedur peraturan
mengancam kesejahteraan organisasi
yang kaku, kondisi kerja yang buruk,
atau anggotanya, atau keduanya.
dan
Norma-norma
workplace behavior erat kaitannya
organisasi,
perilaku
dengan
terlibat kasus penyuapan, sabotase
sehingga
kendala
didefinisikan yang
secara
signifikan,
kebijaksanaan
tersebut perusahaan
adalah yang
Terdapat beberapa hal yang
budaya
dengan
norma
melarang perilaku-perilaku tertentu,
diyakini
seperti mencuri. tetapi norma-norma
organisasi.
tersebut
juga
bisa
merupakan
peraturan tidak tertulis (Robbins, 2008:39). Fenomena deviant workplace
agresif.
dan
dalam
Budaya
Deviant
nilai
yang
suatu
budaya
menjadi
elemen
penting dalam perilaku karyawan, merancang ulang norma, attitude dan nilai sosial merupakan hal penting
behavior dapat dilihat di berbagai
yang
harus
macam lembaga pemerintah yang
organisasi
menunjukkan banyak karyawan yang
permasalahan
dilakukan untuk deviant
suatu
mengatasi workplace
behavior
(Appelbaum,
2006).
dan pengambilan resiko. Dimensi
Hofstede
mendefinisikan
bahwa
budaya Hofstede dapat mewakili
hasil
dimensi budaya yang ada pada
budaya
organisasi
adalah
susunan pemikiran bersama yang
organisasi
membedakan
penelitian ini juga pernah dilakukan
anggota-anggota
sebuah organisasi dengan yang lain. Penelitian terkenal
adalah
budaya
Hofstede
yang
membandingkan
perusahaan
di
beberapa
Negara Asia, Eropa, dan Amerika, termasuk
Indonesia,
dilihat
dari
beberapa aspek yang dia tentukan.
di
Indonesia
karena
pada masyarakat Indonesia. Institusi pemerintah
Indonesia
akan
menggambarkan bagaimana budaya kerja yang dimiliki oleh masyarakat indonesia, oleh karena itu, dimensi budaya Hofstede dipilih peneliti sebagai dasar melakukan penelitian.
Dimensi-dimensi perbedaan budaya
Menurut Nasution (2006:134)
dalam penelitian budaya nasional
mengatakan bahwa pada tatanan
yang
Hofstede
empiris di Indonesia, dampak budaya
meliputi: power distance,collectivism
organisasi terhadap perilaku para
/individualism, masculinity/ feminity
anggotanya
dan uncertainty avoidance. Power
common
distance
jarak
pembuktian lebih lanjut. Oleh karena
dengan
itu, penelitian di bidang ini tidak
rendah,
hanya
dilakukan
oleh
menekankan
kekuasaan
pemimpin
karyawan
tinggi
atau
masih sence,
perlu
merupakan yang
perlu
dilakukan
Individualism/collectivismmenekank-
organisasi-organisasi
an pada kondisi kemandirian yang
berorientasi pada laba namun juga
memungkinkan karyawan untuk aktif
penting dilakukan pada organisasi
dalam menentukan nasibnya atau
yang
saling ketergantungan untuk bekerja
sebagai
sama
organisasi,
Pelayanan Pajak merupakan salah
masculinity/ feminity menekankan
satu bentuk institusi non profit yang
tujuan
memiliki
di
dalam
organisasi
berorientasi
tidak
mapan
pada
mendapatkan
prioritas
tugas
utama.
utama
yang
profit Kantor
melayani
terhadap hasil atau terhadap proses.
masyarakat dan sekaligus sebagai
Sedangkan
penyelenggara Negara.
uncertainty
avoidance
Cenderung menekankan pada kinerja
Koefisien
regresi
variabel
Power Distance (X1) adalah 0,020, memiliki Metode Penelitian
eksplanatory
research
yang mana bertujuan untuk mengkaji pengaruh variabel bebas yaitu Power Distance, Collectivism /individualsm, Masculinity/feminimity,danUncertain ty avoidance terhadap variabel terikat yaitu deviant workpace behavior. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian
ini
adalah
seluruh
karyawan Kantor Pelayanan Pajak
Kantor
yang
memiliki hubungan yang tidak searah dengan deviant workplace behavior. Semakin
Pelayanan
Pajak
Pratama Singosari adalah 69 orang. Karena jumlah populasinya kecil, maka keseluruhan karyawan tersebut dijadikan sebagai responden. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas,dan uji heterokedastisitas. Sedangkan untuk pengujian hipotesis meliputi uji F dan uji t.
tinggi
Power
Distance
maka akan terjadi penurunan deviant workplace behavior dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap atau ceteris paribus. Pada variabel Power Distance (X1) ini mempunyai Sig. α sebesar 0,887 artinya tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
deviant workplace behavior karena Sig. α> 0,05. Koefisien
Pratama Singosari. Jumlah karyawan pada
negatif
menunjukkan bahwa variabel ini
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
tanda
Collectivism/
regresi
variabel
individualsm
adalah
0,063 memiliki tanda positif yang menunjukkan bahwa variabel ini memiliki
hubungan
yang searah
dengan deviant workplace behavior. Semakin tinggi individualsm (X2) maka
akan
terjadi
peningkatan
deviant workplace behavior dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap atau ceteris paribus. Pada variabel
individualsm
(X2)
ini
mempunyai Sig. α sebesar 0,647 artinya tidak berpengaruh signifikan
Hasil Analisis
terhadap deviant workplace behavior (Y) karena Sig. α> 0,05.
Koefisien
regresi
variabel
Masculinity/feminimity (X3), adalah
workplace behavior (Y) karena Sig. α< 0,05.
0,148 memiliki tanda positif yang menunjukkan bahwa variabel ini memiliki
hubungan
yang searah
dengan deviant workplace behavior. Semakin tinggi Masculinity (X3), maka
akan
terjadi
peningkatan
deviant workplace behavior dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap atau ceteris paribus. Pada variabel
Masculinity/
feminimity
(X3), ini mempunyai Sig. α sebesar 0,266
artinya
signifikan
tidak
berpengaruh
terhadap
deviant
workplace behavior (Y) karena Sig. α> 0,05.Koefisien regresi variabel Uncertainty avoidance (X4) adalah 0,520 memiliki tanda positif yang menunjukkan bahwa variabel ini memiliki
hubungan
yang
searah
dengan deviant workplace behavior. Semakin
tinggi
Uncertainty
avoidance (X4), maka akan terjadi peningkatan
deviant
yang lain dianggap tetap atau ceteris paribus. Pada variabel Uncertainty avoidance (X4), ini mempunyai Sig. α sebesar 0,001 artinya berpengaruh terhadap
nilai
koefisien
korelasi berganda (R) adalah 0,580 hal ini menunjukkan bahwa besarnya hubungan dimensi budaya Hofstede yang terdiri dari Power Distance, Collectivism/individualsm,Masculinit y/feminimity,
dan
avoidance
Uncertainty
dengan
workplace
deviant
behavior
karyawan
Kantor Peayanan Pajak Pratama Singosari sebesar 58%. Kemudian (R
Square)
sebesar
0,337
(33,7%), hal ini menunjukkan bahwa persentase
pengaruh
independen
mampu
33,7%
variasi
workplace
variabel menjelaskan
variabel
behavior,
deviant
sedangkan
sisanya sebesar 66,3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dbahas dalam penelitian ini. Pembahasan
workplace
behavior dengan asumsi variabel
signifikan
Besarnya
deviant
Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa variabel power distance, collectivism/ individualism, masculinity/ feminity dan uncertainty avoidance
berpengaruh
secara
simultan terhadap deviant workplace behavior. Nilai koefisien determinasi adalah 0,337 atau 33,7 %. Angka
tersebut menunjukkan bahwa variasi
perusahaan, akan batasan kekuasaan
nilai variabel dependen Y yang dapat
akan memunculkan rasa iri ataupun
dijelaskan oleh persamaan regresi
tertekan dan niat untuk melakukan
yang
kecurangan.
diperoleh
sebesar
33,7%.
Sehingga,
variabel
Artinya variabel power distance,
power distance tidak dapat menjadi
collectivism/individualism,masculinit
indikator
ataupun
prediktor
y/ feminity dan uncertainty avoidance
munculnya
deviant
workplace
memiliki kontribusi sebesar 33,7 %
behavior.
terhadap variabel deviant workplace
Berdasarkan kuesioner yang
behavior Sedangkan sisanya sebesar
telah dibagikan oleh peneliti, rata-
66,3% dipengaruhi oleh variabel lain
rata pegawai
diluar penelitian ini.
kekuasaan
menganggap jarak
yang
ada
di
Kantor
Variabel power distance tidak
Pelayanan Pajak Pratama Singosari
berpengaruh secara parsial terhadap
rendah. Sebagai instansi pelayanan
deviant workplace behavior. Hal ini
masyarakat dan Negara, Direktorat
mematahkan dugaan bahwa power
Jenderal Pajak berusaha menciptakan
distance berpengaruh secara parsial
budaya
terhadap deviantworkplace behavior.
meningkatkan
Budaya
jarak
masyarakat, dalam hal ini wajib
cenderung
pajak, dan juga meningkatkan kinerja
memberikan jarak yang tegas antara
pegawai. Salah satu upaya yang
atasan dan bawahan, mengedepankan
dilakukan
aturan formal, intruksi-intruksi yang
meminimalisir
jelas dan memiliki kepemimpinan
menumbuhkan kesamaan derajat dan
yang disiplin dan tegas, hal ini tidak
mengedepankan hubungan yang baik
memberikan
antara
organisasi
kekuasaan
tinggi
munculnya atau karena
dengan
pengaruh perilaku
terhadap
organisasi
yang
kenyamanan
dapat pada
adalah
dengan
jarak
kekuasaan,
atasan
dengan
bawahan
menyimpang
maupun dengan sesama rekan kerja.
deviant workplace behavior
Contohnya, di Kantor Pelayanan
aturan
kedisiplinan
formal
dapat
dan
Pajak Pratama Singosari menerapkan
menghambat
peraturan tidak menyebutkan gelar
munculnya perilaku-perilaku yang
pada
tidak
maupun atasan.
sesuai
dengan
norma
penulisan
nama
karyawan
Pada
variabel
collectivism/
Berdasarkan kuesioner yang
individualism diketahi bahwa secara
dibagikan
parsial tidak berpengaruh terhadap
organisasi pada Kantor Pelayanan
deviant workplace behavior. Hal ini
Pajak Pratama Singosari cenderung
mematahkan
kolektif.
Karyawan
collectivism/individualism memiliki
bekerja
secara
pengaruh secara parsial terhadap
melakukan
deviant workplace behavior.
mengutamakan
kepentingan
kelompok
kepentingan
dugaan
bahwa
Dimensi budaya collectivism memiliki
karakteristik
oleh
peneliti,
budaya
menyukai berkelompok,
diskusi,
dibanding
dan
ikatan
individu. Hal ini terlihat dari cara
individu yang kuat sebagai anggota
kerja karyawan yang tidak sungkan
dalam suatu organisasi, sebaliknya
untuk meminta bantuan ataupun
individualism
pada
memberikan bantuan kepada rekan
individu,
kerja untuk menyelesaikan suatu
peningkatan
pekerjaan. Kantor Pelayanan Pajak
prestasi
menekankan
dan
memfokuskan
hak pada
kepuasan kebutuhan sendiri, mandiri,
Pratama
dan ikatan antar individu cenderung
budaya
renggang.
Adanya
memberikan
kolektivitas
kesempatan
bagi
Singosari
menciptakan
kerjasama
untuk
meningkatkan
kinerja
karyawan,
diharapkan
dengan
adanya
individu untuk berlindung dibawah
kecenderungan
nama kelompok untuk melakukan
memunculkan
tindakan yang melanggar norma,
terhadap rekan kerja dan organisasi.
namun
budaya individualis
memiliki
potensi
memunculkan
besar
deviant
kolektivitas loyalitas
akan
karyawan
juga
Variabel femininity/masculinity
untuk
tidak berpengaruh secara parsial
workplace
terhadap
deviant
behavior karena karyawan tidak
behavior.
memiliki
dan
dugaan bahwa femininity/masculinity
kebersamaan dengan rekan kerja.
berpengaruh secara parsial terhadap
Sehingga
tidak
deviant workplace behavior. Nilai
deviant
budaya maskulinitas (masculinity)
berpengaruh
rasa
empati
variabel terhadap
workplace behavior.
ini
bersifat
Hal
ini
workplace
kompetitif,
mematahkan
ambisi,
cenderung mencari kekayaan dan
kepemilikan
material
lainnya.
variabel uncertainty avoidance
Sebaliknya, nilai budaya feminimitas
berpengaruh secara parsial terhadap
(feminimity)
lebih
deviant workplace behavior. Hal ini
relasi
sesuai
cenderung
memilih
untuk
dengan
orang
membuat lain
daripada
dengan
dugaan
uncertainty avoidance berpengaruh
berkompetisi. Keduanya nilai budaya
secara
ini
workplace behavior.
tidak
berpengaruh
terhadap
deviant workplace behavior karena berdasarkan
kuesioner
dibagikan
peneliti,
bahwa
parsial
terhadap
deviant
Uncertainty avoidance adalah
yang
nilai budaya yang mengukur sejauh
karyawan
mana latar belakang budaya yang
memiliki ambisi untuk mendapatkan
berbeda
jabatan yang lebih tinggi akan tetapi
keadaan
ambisi
membuat
bertoleransi dengan ketidakpastian
karyawan semata-mata melupakan
terhadap masa yang akan datang.
relasi dengan rekan kerja. Selain itu,
Uncertainty avoidance yang tinggi
mengingat
karyawan
ditandai dengan adanya perencanaan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
jangka panjang yang dilakukan untuk
Singosari berstatus sebagai pegawai
menghindari resiko yang mngkin
negeri sipil (PNS) yang memiliki
akan datang dimasa yang akan
kestabilan pekerjaan dan memiliki
datang.
sistem kompensasi yang memberikan
ketidakpastian
tunjangan
kurang
avoidance)
dapat
mengoptimalkan sistem manajemen
munculnya
perilaku
menyimpang
kinerja, sehingga karyawan kurang
karena
seseorang
memiliki
terpacu untuk meningkatkan kinerja
kekawatiran atas keselamatan dan
mereka. Berdasarkan fakta tersebut,
keamanan
rata-rata karyawan Kantor Pelayanan
keuangan mereka, sehingga dapat
Pajak Pratama Singosari memiliki
memunculkan niat untuk melakukan
budaya masculinity/feminimity yang
hal-hal
sedang. Tidak ada kecenderungan
ataupun norma yang berlaku untuk
pada
melindungi posisi yang dimilikinya
tersebut
mayoritas
budaya
feminim.
tidak
meskipun
maskulin
maupun
dapat
menerima
ambigu
dan
Penghindaran
karir
yang
pada saat ini.
suatu dapat
atas
(Uncertainty mempengaruhi
maupu
melanggar
kondisi
aturan
Berdasarkan
jawaban
yang
diberikan responden atas kuesioner yang
peneliti
bagikan,
rata-rata
dikarenakan 6 diantaranya sedang tidak berada di lokasi penelitian. Kuesioner dalam penelitian ini
penghindaran
ketidakpastian
atau
kurang difokuskan pada variabel
uncertainty
avoidance
pada
budaya
Hofstede,
dimana
karyawan Kantor Pelayanan Pajak
pertanyaan
Pratama Singosari tergolong tinggi.
Individualism seharusnya difokuskan
Hal ini terlihat dari banyaknya
pada salah satu nilai budaya saja,
pekerjaan yang berbentuk struktur
yaitu ke nilai budaya collectivism
dan peraturan-peraturan formal yang
sehingga tidak memunculkan hasil
tertulis. Selain itu, rata-rata karyawan
yang ambigu dan bias. Demikian
melakukan
perencanaan
secara
halnya pada variabel masculinity
terinci
terintegrasi
sebelum
/feminimity seharusnya difokuskan
dan
melakukan suatu pekerjaan.
variabel
item
collectivism
pada nilai budaya masculinity saja.
Pada saat melakukan penelitian
Sedangkan pada variabel deviant
peneliti mengalami beberapa kendala
workplace behavior item pertanyaan
yang menjadi keterbatasan dalam
seharusnya bersifat negatif, atau jika
penelitian
ini,
yaitu
beberapa
bentuk kalimat pertanyaannya positif
responden
merupakan
karyawan
maka skornya dibalik. Akibat adanya
yang sering melakukan aktivitas
kesalahan
diluar kantor dan karyawan kurang
menyebabkan hasil yang didapat oleh
antusias sehingga dalam mengisi
peneliti ambigu dan sulit dipahami.
kuesioner responden
pada
kuesioner
ini
terburu-buru
dalam memahami setiap pertanyaan dalam angket yang diberikan kepada
Kesimpulan dan Saran Hasil
penelitian
ini
responden. Hal ini tentu saja dapat
menunjukkan
mempengaruhi responden mengenai
collectivism/individualism,masculini
pernyataan dalam kuesioner. Selain
ty/feminity tidak memiliki pengaruh
itu, peneliti hanya dapat mengambil
terhadap
munculnya
63 data karyawan dari 69 karyawan
workplace
behavior.
yang terdapat di Kantor Pelayanan
dikarenakan ketiga dimensi budaya
Pajak
tersebut
Pratama
Singosari,
power
dapat
distance,
deviant Hal
ini
memunculkan
peluang untuk melakukan tindakan
banyak digunakan oleh pegawai,
menyimpang, namun disisi lain juga
sebaiknya
dapat berpotensi untuk mengurangi
secara menyeluruh mengenai sistem
penyimpangan
ini.
(deviant
di
tempat
workplace
kerja
dimensi
budaya
uncertainty
avoidance
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
deviant workplace behavior. Dengan penghindaran
atas
ketidakpastian atau meningkatnya uncertainty avoidance, maka dapat memicu
munculnya
perilaku
menyimpang di tempat kerja dimana karyawan
akan
berusaha
melindungi posisi yang dimilikinya pada saat ini dengan berbagai macam usaha termasuk melakukan hal-hal
yang
melanggar
aturan
ataupun norma yang berlaku. Tindakan mencegah
preventif
munculnya
untuk
dilakukan dengan merubah pola kepengurusan atau manajemen dan pola dalam menyelesaian pekerjaan yaitu dengan mengurangi aturanaturan formal yang tertulis dan alur
Daftar Pustaka Applebaum, Steve H, et al. 2007, Positive and Negative Deviant Workplace Behavior: Causes, Imact, and Solutions, Vol 7, No. 5, hal 586-598. Chirasha, Vonai and Mildred Mahapa, 2012, An Analysis of The Causes and Impact of Deviant Behaviour in the Workplace. The Case of Secretaries in State Universities, Vol. 3, No. 5, hal 415-421. Fagbohunge, Barnikole O, et al, 2002, Organizational Determinants of Workplace Deviant Behaviors: An Empirical Analysis in Nigeria, Vol. 7, No. 5, hal 206-22.
perilaku
menyimpang di tempat kerja dapat
memperpendek
sosialisasi
behavior).
Sedangkan
meningkatnya
dilakukan
pengurusan
dokumen, dan juga mengoptimalkan penggunaan sistem whistleblowing, dimana sistem ini selama ini tidak
Ghozali, Imam, 2006, Cetakan IV, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gibson, James L, dkk, 2009, Organizations: behavior, structure, process, McGraw Hill, New York. Greenberg, Jerald, 2003, Behavior in organization, Pearson Education, New Jersey
Ika
S, Ardiani,2012, Statistik Deskriptif dan Regresi Linier Berganda dengan SPSS, Semarang University Press, Semarang.
Taylor, Howard F. dan Margaret L. Andersen, 2006, Sociology: Understanding A diverse society. Belmont, CA: Wodsworth.
Iskandar, Dian Rahmi, 2008, Hubungan Nilai Budaya Jarak Kekuasaan (Power Distance) dengan Gaya Penyelesaian Konflik Pada Suku Batak (Studi Kasus ada Karyawan BUMN Z Cabang MedanSumatra Utara), 2008 November.
Sudarmanto, R. Gunawan, ,2005, Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ivancevich, John, dkk 2007, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Erlangga, Jakarta
Zulganef, 2008, Metode penelitian Sosial dan Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Luthans, Fred, 2011, Organizational Behavior: an Evidence Based Approach, twelve edition, Mc.Graw-Hill, Singapore Martinko, Mark J, et al, 2006, Understanding and Managing Workplace Aggression, Vol. 35, No. 2, Hal 117-130. Nasution, 2006, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional dan Keinginan Berpindah: Investasi Empiris pada berbagai Unit Kerja di Universitas Bengkul. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Semarang: STIE Stikubank. Vol. 13. No. 2 hal 133-154) Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge, 2008, Perilaku Organisasi Edisi ke-12, Salemba Empat, Jakarta
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, 2006, Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta.