PENGARUH DAYA ANTIBAKTERI OBAT KUMUR EKSTRAK ETANOL DAUN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus In Vitro THE EFFECTS OF ANTIBACTERIAL POWER OF ETHANOL EXTRACT MOUTHWASH FROM CIPLUKAN LEAVES (Physalis angulata L.) TOWARD Staphylococcus aureus BACTERIA In Vitro Cahyaning Hannisa Permatasari1, Ana Medawati2 1 Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi 2 Departemen Biomedis Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Email:
[email protected]
ABSTRACT Background: Staphylococcus aureus is one of the bacteria that causes absess and swollen roof of mouth. Staphylococcus aureus causes diseases through toxins production or direct invasion, thus it can destroy tissues. Ceplukan or ciplukan (Physalis angulata L.) is one of the herbs which has analgesic property (pain killer), diuretic property (urine laxative), toxins neutralizer, cough reliever, and can activate the function of body glands as well as an antitumor. Ciplukan leaves (Physalis angulata L.) contains lots of polyphenols, alkaloids, and flavonoids that have antimicrobial effects. Research objective: This research aimed to find out the effects of antibacterial power of ethanol extract mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L). to Staphylococcus aureus. Research methodology: This research was designed using purely laboratory experiment. Cultured Staphylococcus aureus was incubated with ethanol extract mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L) with concentration of 5%, 10%, 15%, 20% and 25% for 18-24 hours within the temperature of 37°C. The negative control was using of Chlorhexidine gluconate 0.2% and the positive control was the basic formula of mouthwash (0% concentrate).The antibacterial power test was using liquid dilution method to determine the minimum inhibitory concentration (MIC) and solid dilution to determine the minimum bactericidal concentration (MBC). The data were analyzed using descriptive quantitative methode. Research findings: The result of this research shows that ethanol extract of mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L.) has the same minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) as much as 5%. Conclusion: Ethanol extract mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L.) has antibacterial power to Staphylococcus aureus. Key words: Ciplukan leaves (Physalis angulata L.), Staphylococcus aureus, mouthwash, minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC)
ABSTRAK Latar Belakang: Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab abses, dan peradangan pada rongga mulut.. Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit melalui produksi toksin atau invasi langsung dan menyebabkan kerusakan jaringan. Ceplukan atau ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan salah satu tumbuhan herbal yang mempunyai sifat analgetik (penghilang rasa sakit), diuretic (peluruh air seni), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelanjar tubuh, dan antitumor. Daun ciplukan (Physalis angulata L.) kaya akan polifenol, alkaloid, dan flavonoid yang memiliki efek antimikroba. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui daya antibakteri obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah eksperimental murni laboratorium. Menggunakan biakan bakteri Staphylococcus aureus yang diinkubasi dengan obat kumur esktrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% selama 18-24 dalam suhu 37°C, kontrol negatif menggunakan Chlorhexidine gluconate 0.2% dan kontrol positif adalah formula dasar obat kumur (konsentrasi 0%). Uji daya antibakteri menggunakan metode dilusi cair untuk menentukan kadar hambat minimal (KHM) dan dilusi padat untuk menentukan kadar bunuh minimal (KBM). Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil Penelitian: penelitian ini menunjukkan bahwa obat kumur esktrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) mempunyai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) pada konsentrasi yang sama yaitu 5%. Kesimpulan: obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) mempunyai pengaruh daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Kata kunci: Daun ciplukan (Physalis angulata L.), Staphylococcus aureus, obat kumur, kadar hambat minimal (KHM), kadar bunuh minimal (KBM)
yang merupakan flora normal mulut. Bila
Pendahuluan Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut adalah sebesar 25,9% dengan prevalensi Daerah
Istimewa
Yogyakarta
di
adalah
32,1%. Rongga mulut kaya akan berbagai macam mikroorganisme, diantaranya yaitu Staphylococcus Staphylococcus mikrokokus Staphylococcus
epidermidis, aureus, berpigmen, bersifat
beberapa dan anaerob
ditemukan pada permukaan gigi dan saliva
ada faktor predisposisi seperti perubahan kuantitas mikroorganisme menjadi tidak seimbang dan penurunan daya tahan tubuh host, maka mikroflora normal dapat menyebabkan penyakit1. Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroflora normal di dalam rongga mulut manusia, tetapi bisa menyebabkan terjadinya infeksi jika dipengaruhi oleh faktor predisposisi tersebut.
Sebanyak
2,62%
gingivitis
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus2. Beberapa penyakit lain dalam rongga mulut dan sekitarnya yang dapat
disebabkan oleh Staphylococcus aureus
Ciplukan (Physalis angulata L.)
yaitu abses, angular cheilitis, parotitis,
adalah tumbuhan herba anual (tahunan)
staphylococcal
denture
dengan tinggi 0,1-1 m. Tumbuh di daerah
stomatitis, staphylococcal osteomyelitis
tropis, di Jawa tumbuh secara liar di
pada tulang rahang, chronic osteomyelitis,
kebun, tegalan, tepi jalan, kebun, semak,
epulis (pyogenic granuloma), stomatitis,
hutan ringan, tepi hutan. Buah ciplukan
dan dentoalveolar abscess3,4. Abses dan
berbentuk telur, panjangnya sampai 14
lesi supuratif lainnya diterapi dengan
mm, hijau sampai kuning jika masak,,
mucositis,
dan
terapi
antimikroba5.
memiliki
Staphylococcus
aureus
menyebabkan
kandungan kimia yang sudah diketahui
penyakit melalui produksi toksin atau
berupa asam klorogenik, asam sitrum,
invasi
menyebabkan
fisalin, flavonoid, saponin, polifenol. Buah
kerusakan jaringan6. Gambaran patologis
mengandung asam malat, alkaloid, tanin,
dari
kriptosantin,
drainase
langsung
infeksi
dan
staphylococcus
secara
kelopak
buah7.
vitamin
C,
Mempunyai
dan
gula,
karakteristik ditemukan pada abses yang
sedangkan biji mengandung asam elaidik8.
terlokalisir. Bakteri ini dapat menyebabkan
Berdasarkan penelitian fitokimia, akar dan
nekrosis jaringan yang dikelilingi oleh
batangnya
dinding
flavonoid. Daunnya kaya akan polifenol,
fibrin
yang
dihasilkan
dari
aktivitas toksin koagulase4. Pencegahan
dapat
menjadi
saponin
dan
alkaloid, dan flavonoid yang memiliki efek dilakukan
dengan menghambat pertumbuhan bakteri yang
mengandung
penyebab
antimikroba9. Berdasarkan latar belakang diatas,
infeksi
maka perlu dilakukan penelitian mengenai
menggunakan berbagai macam cara, salah
ekstraksi daun ciplukan yang dijadikan
satunya
berkumur
dalam bentuk sediaan obat kumur guna
Tujuan
mengetahui lebih jauh pengaruh daya
pemakaian obat kumur adalah membantu
antibakteri dari senyawa zat aktif dalam
membersihkan rongga mulut yang tidak
menghambat
dapat dijangkau dengan menyikat gigi.
Staphylococcus aureus.
Penggunaan obat kumur herbal tanpa
Bahan dan Metode
adalah
menggunakan
chlorhexidine
obat
lebih
dengan kumur.
dianjurkan
dan
membunuh
bakteri
untuk
Penelitian ini adalah penelitian
mengurangi efek samping yang ada,
eksperimental murni laboratorium secara
karena pengunaan bahan alami dinilai
in vitro. Terdapat 5 kelompok konsentrasi
lebih aman, efek samping lebih kecil dan
obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan
harganya yang relatif murah.
(Physalis angulata L.) yaitu 5%, 10%,
15%, 20%, dan 25% serta kelompok kontrol
negatif
yaitu
Koloni
bakteri
Staphylococcus
Chlorhexidine
aureus disubkultur dalam lempeng agar
gluconate 0,2% dan formula dasar obat
Tryptic Soy Agar (TSA) selama 18-24 jam
kumur sebagai kontrol positif.
pada suhu 37°C. Beberapa koloni bakteri
Daun ciplukan (Physalis angulata
diambil dengan menggunakan ose steril
L.) yang telah diekstrak di laboratorium
lalu dimasukkan ke dalam NaCl sebanyak
dibuat dalam bentuk formula obat kumur.
1-2 ml lalu diinkubasikan selama 18-24
Obat kumur dalam bentuk 5 formula
jam pada suhu 37ºC.
dengan
kandungan
dari
obat
kumur
tersebut adalah sesuai pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Obat Kumur Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis angulata L.)
Ekstrak Etanol (ml)
Formula I 5% 2.5
Formula II 10% 5
Formula III 15% 7.5
Formula IV 20% 10
Formula V 25% 12.5
Peppermint oil (ml)
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Na-Sakarin (gr)
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.025
0.025
0.025
0.025
0.025
Aquades ad (ml)
50
50
50
50
50
Volume Akhir (ml)
50
50
50
50
50
Bahan
Asam Benzoat (gr)
Larutan tersebut kemudian diencerkan
digunakan untuk sisa pengenceran, kontrol
dengan cara dimasukkan ke dalam Brain
pertumbuhan kuman (kontrol positif) dan
Heart Infussion (BHI) hingga diperoleh
kontrol
jumlah kuman yang sesuai dengan jumlah
Pengenceran pertama untuk menguji kadar
larutan
dengan
hambat minimal dan kadar bunuh minimal
konsentrasi kuman 108 CFU/ml. Larutan
dari daun ciplukan. Persiapan tabung uji
diencerkan lagi hingga 106 CFU/ml.
disiapkan 7 tabung reaksi steril (2 untuk
Standar
Brown
III
Uji daya antibakteri ekstrak daun
media
(kontrol
negatif).
kontrol):
ciplukan (Physalis angulata L.) yaitu
a. Tabung I diisi 1 ml Formula I + 1 ml
dengan metode pengenceran tabung (tube
suspensi bakteri Staphylococcus aureus
dilution method). Disediakan 28 tabung
106 CFU/ml.
steril dengan 4 kali pengulangan, setiap pengenceran
dalam
satu
ulangan
menggunakan 5 tabung dan 2 tabung
b. Tabung II diisi 1 ml Formula II + 1 ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus 106 CFU/ml.
c. Tabung III diisi 1 ml Formula III + 1 ml
(TSA) dan diinkubasi lagi selama 18-24
suspensi bakteri Staphylococcus aureus
jam pada suhu 37ºC. Kadar bunuh minimal
106 CFU/ml.
(KBM) akan ditunjukan dengan tidak
d. Tabung IV diisi 1 ml Formula IV + 1
adanya pertumbuhan bakteri pada media
ml suspensi bakteri Staphylococcus
Trypticase
Soy
Agar
aureus 106 CFU/ml.
konsentrasi terendah.
(TSA)
pada
e. Tabung V diisi 1 ml Formula V + 1 ml
Pembacaan KHM ditentukan dengan
suspensi bakteri Staphylococcus aureus
melihat kekeruhan pada cairan di dalam
106 CFU/ml.
tabung reaksi yang dibandingkan dengan
f. Tabung VI diisi 1 ml Chlorhexidine
kontrol
standar.
Pembacaan
nilai
gluconate 0.2% + 1 ml suspensi bakteri
didasarkan pada :
Staphylococcus aureus 106 CFU/ml
a. Tanda negatif (-) : dengan melihat
(kontrol -)
adanya
g. Tabung VII diisi 1 ml formula dasar obat
kumur
ekstrak
etanol
kejernihan
menunjukan
pada
tidak
tabung adanya
daun
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
ciplukan konsentrasi 0% + 1 ml
aureus sehingga obat kumur ekstrak
suspensi bakteri Staphylococcus aureus
etanol
106 CFU/ml (kontrol +)
menghambat pertumbuhan bakteri.
Semua tabung selanjutnya diinkubasi selama
18-24
jam
pada
suhu
kemudian dilakukan pengamatan
37ºC untuk
daun
ciplukan
dapat
b. Tanda positif (+) : dengan melihat adanya
kekeruhan
menunjukan
pada
adanya
tabung
pertumbuhan
mengetahui ada tidaknya pertumbuhan
bakteri
bakteri Staphylococcu aureus dengan cara
sehingga obat kumur ekstrak etsnol
membandingkan kadar kekeruhan dengan
daun
kontrol positif. Kadar hambat minimal
menghambat pertumbuhan bakteri.
(KHM) didapat dengan mengamati tabung
Pembacaan KBM dapat ditentukan
subkultur yang tidak menunjukkan adanya
dengan menguji bahan menggunakan
pertumbuhan bakteri yaitu ditunjukkan
konsentrasi terkecil dari bahan uji yang
dengan warna jernih dengan konsentrasi
masih dapat membunuh bakteri. Hal ini
terendah.
ditunjukan
Tabung-tabung subkultur yang tidak
Staphylococcus
ciplukan
dengan
pertumbuhan
tidak
ada
koloni
menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
Staphylococcus
selanjutnya ditanam dengan menggunakan
Trypticase Soy Agar (TSA).
ose steril pada media Trypticase Soy Agar
aureus
aureus
dapat
tidaknya bakteri
pada
media
Data hasil dari penelitian tersebut
dan KBM daya antibakteri ekstrak etanol
dianalisis secara deskriptif dalam bentuk
daun ciplukan (Physalis angulata L.)
tabel
terhadap bakteri Staphylococcus aureus
hasil
penelitian.
Hasil
tersebut
kemudian dibahas dengan melihat KHM Hasil Tabel 2. Hasil pengujian dilusi cair obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus in vitro Pengulangan ke Tabung Bahan Uji ke 1 2 3 4 1 Formula I (5%) 2 Formula II (10%) 3 Formula III (15%) 4 Formula IV (20%) TT TT TT TT 5 Formula V (25%) TT TT TT TT 6 Kontrol negatif (Chlorhexidine gluconate 0.2%) 7 Kontrol positif (Formula dasar 0%) + + + + Keterangan tabel : Tanda postif (+) : menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ditandai dengan terlihat adanya kekeruhan pada tabung Tanda negatif (-) : menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ditandai dengan terlihat adanya kejernihan pada tabung TT : tidak teramati karena terlalu pekat dan keruh. Tabel 3. Hasil pengujian dilusi padat obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus in vitro Tabung Cakram ke Bahan Uji ke 1 2 3 4 1 Formula I (5%) 2 Formula II (10%) 3 Formula III (15%) 4 Formula IV (20%) 5 Formula V (25%) 6 Kontrol negatif (Chlorhexidine gluconate 0.2%) 7 Kontrol positif (Formula dasar 0%) + + + + 8 Suspensi bakteri Staphylococcus aureus 106 FU/ml + + + + Keterangan tabel : Tanda positif (+) : adanya pertumbuhan bakteri Staphyloccous aureus pada media TSA. Tanda negatif (-) : tidak adanya pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media TSA. Tabel 2. menunjukkan bahwa pada menunjukkan kadar hambat minimal konsentrasi paling kecil yaitu konsentrasi
(KHM) dari obat kumur ekstrak etanol
5% sudah menunjukkan tidak adanya
daun ciplukan (Physalis angulata L.).
kekeruhan,
Formulasi obat kumur konsentrasi 20%
maka konsentrasi
tersebut
dan 25% tidak dapat teramati karena
masih mampu membunuh bakteri yang
terlalu pekat hasilnya.
ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan
Kadar
bunuh
minimal
(KBM)
bakteri pada media agar padat. Daya
ditentukan dengan melakukan inokulasi
antibakteri
larutan
menghambat
dari
tabung
tersebut
dengan
adalah
kemampuan
untuk
pertumbuhan
atau
menggunakan ose steril pada media agar
membunuh bakteri. Daya antibakteri suatu
TSA yang kemudian diinkubasi kembali
zat,
selama 18 – 24 jam. Tabel 3. menunjukkan
kepekaan bakteri terhadap zat tersebut
bahwa pada konsentrasi 5% tidak terdapat
secara in vitro dengan menentukan kadar
adanya
hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh
pertumbuhan
bakteri
diketahui
Staphylococcus aureus maka diperoleh
minimal
hasil kadar bunuh minimal (KBM) pada
tersebut10.
obat kumur ekstrak etanol d aun ciplukan
dengan
(KBM)
Menurut
dilakukan
dari
Jawetz
zat
et
uji
antibakteri
al.,
(2008)
(Physalis angulata L.) terhadap bakteri
mekanisme kerja sebagian besar zat
Staphylococcus
antimikroba dapat dibagi menjadi empat
aureus
terdapat
pada
formulasi obat kumur konsentrasi 5%.
cara, yaitu: 1. Penghambatan sintesis dinding sel
Diskusi
2. Penghambatan fungsi membran sel
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
3. Penghambatan sintesis protein (yaitu,
daya antibakteri dari obat kumur ekstrak
hambatan translasi dan transkripsi
etanol daun ciplukan (Physalis angulata
bahan genetic).
L.)
terhadap
bakteri
Staphylococcus
4. Penghambatan sintesis asam nukleat
aureus dengan cara menentukan kadar
Daya obat
antibakteri
pada
kumur
ekstrak
hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh
etanol
minimal (KBM) menggunakan metode
(Physalis
dilusi cair dan dilanjutkan dengan uji
kandungan fitokimia banyak terdapat pada
inokulasi pada media Tryptic Soy Agar
bagian daun ciplukan (Physalis angulata
(TSA).
L.) yaitu bahan aktif flavonoid, alkaloid,
angulata
daun
ciplukan
L.)
memiliki
Kadar hambat minimal (KHM)
dan polifenol yang dilaporkan memiliki
adalah konsentrasi terendah ekstrak yang
aktivitas antimikroba yang cukup baik9.
masih mampu menghambat pertumbuhan
Zat antimikroba terdiri dari antijamur dan
bakteri yang ditandai dengan kejernihan
antibakteri11,
pada
flavonoid, alkaloid, dan polifenol dalam
tabung.
Kadar
bunuh
minimal
(KBM) adalah konsentrasi terendah yang
sehingga
kandungan
esktrak etanol daun ciplukan (Physalis
tidak
angulata L.) berperan sebagai antibakteri.
menyebabkan
Mekanisme kerja flavonoid dengan
terbentuk
secara
utuh,
kematian
dan sel9.
Staphylococcus aureus merupakan gram
mendenaturasi protein sel bakteri dan
positif
merusak membran sitoplasma. Senyawa
peptidoglikan tebal, sehingga lebih sensitif
flavonoid
dapat
merusak
membran
terhadap senyawa-senyawa yang punya
sitoplasma
yang
dapat
menyebabkan
potensi merusak atau menghambat sintesis
bocornya
metabolit
penting
menginaktifkan sistem enzim
dan
yang
memiliki
lapisan
dinding sel12.
bakteri.
Mekanisme kerja polifenol pada
Kerusakan ini memungkinan nukleotida
mikroorganisme adalah sebagai inhibitor
dan asam amino merembes keluar dan
enzim oleh senyawa yang teroksidasi,
mencegah masuknya bahan–bahan aktif ke
kemungkinan melalui reaksi dengan grup
dalam sel, keadaan ini menyebabkan
sulfhidril atau melalui interaksi non-
kematian bakteri12. Penelitian mengenai
spesifik dengan protein. Hambatan pada
ekstrak etanol buah mengkudu melaporkan
enzim tersebut akan mengganggu fungsi
bahwa senyawa flavonoid dalam buah
enzim dan substratnya. Apabila fungsi
mengkudu merupakan bagian yang bersifat
enzim dan substrat terganggu lambat laun
polar sehingga lebih mudah menembus
akan
lapisan peptidoglikan yang bersifat polar
Staphylococcus aureus adalah bakteri
daripada lapisan lipid yang nonpolar.
gram positif yang mempunyai dinding sel.
Bakteri gram positif memiliki struktur
Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama
dinding
banyak
menimbulkan penyakit pada manusia.
peptidoglikan, sedikit lipid dan dinding sel
Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat
mengandung polisakarida (asam teikoat).
diinfeksi
Dinding sel bakteri gram positif bersifat
timbulnya penyakit dengan tanda-tanda
lebih
menyebabkan
yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan
aktivitas penghambatan pada bakteri gram
pembentukan abses1. Susunan selubung sel
positif lebih besar daripada bakteri gram
dari bakteri gram positif relatif sederhana,
negatif13.
terdiri dari dua sampai tiga lapisan yaitu
sel
polar,
Alkaloid sebagai
dengan
lebih
sehingga
memiliki
antibakteri.
kemampuan
Mekanisme
mengakibatkan
membran
olehnya
kematian
dan
sitoplasma,
sel14.
menyebabkan
lapisan
yang
peptidoglikan yang tebal, beberapa jenis
diduga adalah dengan cara mengganggu
bakteri memiliki lapisan luar berupa
komponen penyusun peptidoglikan pada
kapsul. Membran sitoplasma disebut juga
sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
membran sel terususun atas fosfolipid dan
protein, dinding sel yang berada di lapisan
bakteri Staphylococcus aureus secara in
kedua
vitro.
setelah
membran
sitoplasma
tersusun atas lapisan peptidoglikan dan
Saran
5
asam teikoat .
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Dinding sitoplasma
sel
dan
membran
dari bakteri Staphylococcus
aureus yang merupakan bakteri gram positif mempunyai susunan yang bisa diganggu mekanisme kerjanya dengan flavonoid, alkaloid, dan polifenol yang terkandung dalam daun ciplukan (Physalis angulata L.), sehingga mengakibatkan bakteri
tersebut
terhambat
bahkan
pertumbuhannya bisa
menyebabkan
kematian pada bakteri tersebut. Rusaknya dinding
sel
akan
menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan sel bakteri, dan pada akhirnya bakteri akan mati. Secara umum adanya kerja suatu bahan kimia sebagai
zat
mengakibatkan
antibakteri terjadinya
dapat
perubahan-
perubahan yang mengarah pada kerusakan hingga terhambatnya pertumbuhan sel bakteri tersebut12.
dengan menggunakan metode dilusi cair dengan serial pengenceran untuk mengetahui kadar hambat minimal (KHM) ciplukan
dari
ekstrak
(Physalis
etanol
daun
angulata
L.)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan tepat. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode difusi untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif dari obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara in vivo untuk mengetahui waktu kerja dari obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap terapi abses yang dikarenakan bakteri Staphylococcus aureus. 4. Perlu dilakukan uji toksisitas untuk
Kesimpulan Penelitian
mengetahui efek toksik dari obat kumur ini
membuktikan
bahwa
terdapat pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam sediaan obat kumur yang mempunyai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) pada konsentrasi obat kumur 5% terhadap
ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata
L.)
terhadap
Staphylococcus aureus.
bakteri
DAFTAR PUSTAKA 1. Syahrurahcman, A., Chatim, A., Soebandrio, A., Karuniawati, A., Santoso, A., & Harun, B. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: BINARUPA AKSARA Publisher. 2010. 2. Azadeh, M., Kermanshahi, R. K., naghavi, N. S., Ghalayani, P., & Salamat, F. The Profil of Pathogenic Bacteria Isolated from Dental Plaque Indiced Gingivitis. International Journal of Molecular and Clinical Microbiology, 2011;1, Hal. 36-39. 3. Smith, A., Robertson, D., Tang, M., Jackson , M., MacKenzie, D., & Bagg, J. Staphylococcus aureus in the oral cavity a three-year retrospective analysis of clinical laboratory data. British Dental Jurnal, 2003;p.701703. 4. Nolte, A. W. Oral Microbiology. United States of America: The C.V. Mosby Company.1977. 5. Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). Jakarta: EGC. 2008. 6. Murray, P., Rosenthal, K., & Pfaller, M. Medical Microbiology (6th ed.). Canada: ELSEVIER. 2009. 7. Cancer Chemoprevention Research Center (CRCC). Ciplukan (Physalis angulataL.). Farmasi UGM. Diakses 21 April 2014, dari http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id 8. Agoes, A. Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. 2010. 9. Noorhamdani-AS, Rio, J. A., & Gracia, H. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) sebagai Antimikroba terhadap Acinobacter baumannii secara In Vitro. Majalah Gracia
10.
11.
12.
13.
14.
Harahap. Jurnal Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2014;Hal. 1-11. Nurkalimah, C. Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro. Karya Tulis Ilmiah Strata 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2011. Pelczar, M. J., & Chan, E. DasarDasar Mikrobiologi Jilid II. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UIPress). 2009. Retnowati, Y., Bialangi, N., & Posangi, N. W. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Pada Media Yang Diekspos Dengan Infus Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Saintek, 2011;Vol 6. Dewi, F. K. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Surakarta: Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. 2010. Fitrianti, D., Noorhamdani, A., & Karyono, S. S. Efektivitas Ekstrak Daun Ceplukan sebagai Antimikroba terhadap Metchicillin-Resistant Staphylococcus aureus In VItro. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 2011;26, Hal. 212-215.