FORMULASI KRIM PENCERAH WAJAH EKSTRAK ETANOL 70% DAUN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) FORMULATION LIGHTENING FACE CREAM 70% ETHANOL EXTRACT OF CIPLUKAN LEAVES (Physalis angulata L.). Yusep Herdiana1, Dr. Haryanto Susilo2, Drs. Muztabadihardja, Apt.1 1 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor..
ABSTRAK
Ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman yang tersebar luas di Indonesia yang memiliki kandungan antioksidan tinggi pada senyawa flavonoid berfungsi untuk mencerahkan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) sebagai penghambat enzim tirosinase dalam krim pencerah wajah dan menentukan formula yang paling disukai. Penelitian diawali dengan uji kadar air, uji fitokimia, uji penghambatan tirosinase, uji organoleptik, uji homogenitas fisik, uji viskositas, uji pH, uji stabilitas pada suhu kamar dan suhu 45° C dan uji penerimaan panelis. Formula sediaan krim di buat dengan memvariasikan konsentrasi ekstrak daun ciplukan yaitu plasebo, 1%, 3% dan 5%. Hasil uji kadar air serbuk simplisia sebesar 5,34%. Uji fitokimia didapatkan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Ekstrak daun ciplukan memiliki potensi penghambat tirosinase dikarenakan larutan bufer pH 4 dan pH 7 menjadi bening coklat kehijauan setelah ditambahkan ekstrak daun ciplukan. Formula ke 2 yang mengandung ekstrak 1% adalah formula yang paling stabil dilihat dari uji organoleptik, uji homogenitas fisik, uji viskositas, uji pH dan uji stabilitas pada suhu kamar dan suhu 45° C. Nilai rata-rata pH yang didapatkan dari semua krim sebesar 6,87. Uji penerimaan panelis sebanyak 20 orang didapatkan krim pencerah yang sangat disukai adalah formula ke 1 (plasebo) dan formula yang tidak disukai adalah formula ke 4. Hasil pengujian dengan statistik (ANOVA) dilanjutkan uji Duncan menunjukkan tidak signifikan antar kelompok perlakuan (P>0,05). Kata Kunci : Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata L.), Krim, Pencerah
dalam tubuh dengan lingkungan luar,
PENDAHULUAN Daun ciplukan sebagai kosmetik dapat digunakan
sebagai
kulit
Melanin merupakan pigmen
senyawa
yang dapat melindungi jaringan kulit
flavonoid memiliki potensial dalam
dari penghambatan sinar UV. Melanin
menghambat tirosinase, yaitu folifenol
terbentuk melalui rangkaian oksidasi
yang bisa mencerahkan kulit. Dari
dari
penelitian diketahui bahwa senyawa
melibatkan
yang menjadi penghambat tirosinase
Tirosinase mengubah tirosin menjadi
adalah senyawa golongan flavonoid
DOPA,
(Supriyanti, 1996). Flavonoid, salah
dopakuinon,.
satu dari polifenol, memiliki peran
menjadi
besar
oksidasi sehingga menjadi dihidroksi
dikarenakan
pencerah
Mutschler (1999).
mengandung
dalam
aktifitas
penghambat
tirosinase.
asam
amino
tirosin
enzim
dengan
tirosinase.
kemudian
menjadi
Dopakuinon
dopakrom
diubah
melalui
auto
indole (DHI) atau dihidroksi indole
Kulit merupakan bagian terluar
carboxy
acid
(DHICA)
dari bagian tubuh, berfungsi sebagai
membentuk
pelindung tubuh : terhadap bahaya
berwarna
fisik dan bahan kimia. Kulit dapat
sistem atau glutation, dopakuinon
bertindak
diubah menjadi sisteinil dopa, reaksi
sebagai
mampu
termoregulator,
melakukan
eumelanin
untuk
coklat).
(pigmen
Dengan
adanya
proses
ini membentuk feomelanin (pigmen berwarna
penyembuhan
dengan
cepat,
menggambarkan
kondisi
kesehatan
kuning)
(Chang,
2009).
Banyaknya jumlah eumelanin dan
tubuh yang bersangkutan, memiliki
feomelanin
kemampuan
dan
memberikan warna lain pada kulit
menyimpan cadangan elektrolit. Kulit
sehingga kulit manusia tidak hanya
merupakan organ tubuh terpenting
berwarna hitam atau putih saja.
yang
antimikrobial
merupakan
permukaan
luar
organisme dan membatasi lingkungan
Krim
yang
terbentuk
didefinisikan
dapat
sebagai
sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60%
Bahan
dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (DepKes RI, 1979).
penelitian ini antara lain ekstrak daun ciplukan,
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari bulan April sampai Mei 2014 di Labolatorium Farmasi Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor dan di Laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk Rotary evaporator.
etanol
70%,
gliserin,
trietanolamin, corn oil, asam stearat, setil alkohol, metil paraben, aquadest, asam
alkohol,
kloroform,
larutan
asam
ammonia,
asetat,
pereaksi
Dragendorf, pereaksi Wagner, pereaksi Mayer, FeCl3 1%, Fecl 0,1 %, asam asetat 10%, metanol, magnesium, HCL pekat, gelatin 1%, NaCl 10%, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat dan larutan buffer pH 4 dan pH 7.
Alat Alat
Bahan yang digunakan pada
yang digunakan
pada
penelitian ini antara lain timbangan analitik, grinder, ayakan mesh 20, botol coklat, pipet tetes, corong, spatel, Rotary evaporator, kain batis, sudip, tabung reaksi, gelas piala, penangas, mortir, batang pengaduk, termometer,
Metode Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun ciplukan (Physalis angulata L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO).
stopwatch, oven, cawan penguap, kaca objek, cover glass, erlenmeyer, gelas ukur, botol plastik, gunting, tissue, Moisture balance, pH meter dan Viskometer Brookfield.
Determinasi Tanaman Determinasi tanaman ciplukan dilakukan Botani,
di
Herbarium
Bidang
Pusat
Penelitian
Biologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI),
Jalan
Raya
Jakarta-Bogor
Km.46, Cibinong 16911.
dimasukkan kedalam botol cokelat kemudian ditambahkan etanol 70% sebanyak
Pembuatan
Simplisia
Daun
4500
perbandingan
ml
1:7,5,
dengan kemudian
dilakukan pengocokan tiap 6 jam
Ciplukan Daun Ciplukan
yang telah
sekali
agar
terdistribusi
merata.
dikumpulkan dibersihkan dari kotoran-
Setelah 5 hari, larutan di filtrasi atau
kotoran yang menempel (sortasi basah)
dipisahkan
selanjutnya
lalu dicuci dengan air mengalir sampai
dimaserasi
lagi
bersih,
untuk
menggunakan etanol 70% sebanyak
menghilangkan air sisa-sisa pencucian.
1500 ml dengan perbandingan 1:2,5.
Daun yang telah bersih dan bebas air
Dilakukan pengocokan tiap 6 jam
pencucian dikeringkan di dalam oven
sekali, kemudian remaserasi disaring.
kemudian
pada suhu 50
0
ditiriskan
C selama 48 jam
selama
ampasnya 2
hari
Hasil filtrasi ke 1 dan ke 2 kemudian
(Depkes RI, 1985). Simplisia kering
diuapkan
menggunakan
Rotary
tersebut selanjutnya digrinder hingga
evaporator dengan suhu 60°C untuk
menjadi simplisia serbuk lalu diayak
memperoleh ekstrak kental.
dengan ayakan mesh 20, disimpan dalam wadah yang kering dan bersih.
Uji Kadar Air Uji kadar air ditentukan dengan
Pembuatan
Secara
Maserasi
menggunakan alat Moisture Balance. Ditimbang seksama 1 g simplisia daun
Ekstrak Daun Ciplukan Pembuatan maserasi dilakukan
ciplukan ke dalam Moisture Balance
selama 7 hari, kemudian dilakukan 2
yang telah aktif, kemudian di tunggu
kali
1
hingga hasil persen kadar air tertera
menggunakan perbandingan 1:7,5 dan
pada layar alat. Pengujian dilakukan
mserasi ke 2 dengan perbandingan
duplo.
maserasi.
Maserasi
ke
1:2,5. Sebanyak 600 g daun ciplukan
2. Uji
Uji Fitokimia Uji fitokimia dilakukan secara
Wagner
(Kalium
iodida) : beberapa tetes
kualitatif pada ekstrak daun ciplukan
pereaksi
Wagner
(Physalis
ditambahkan
kedalam
angulata
mengetahui
L.)
adanya
untuk alkaloid,
larutan kloroform, endapan
flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid
coklat menunjukkan adanya
dan steroid
alkaloid.
dengan
cara
sebagai
berikut:
3. Uji Mayer (Kalium merkuri iodida) : beberapa tetes
Uji Alkaloid Sejumlah
0,5
g
pereaksi
ekstrak
ditambahkan
dilarutkan dalam 10 ml alkohol,
kekuningan
filtrat kemudian ditambahkan 2 ml
dengan 10 ml asam asetat, kemudian dibagi menjadi tiga bagian (Rajendra, 2011). 1. Uji Dragendorff (Kalium bismuth nirat) : beberapa tetes larutan Dragendorff ditambahkan
kedalam
larutan kloroform, endapan coklat menunjukkan adanya alkaloid.
larutan
menunjukkan
adanya alkaloid.
larutan ammonia dan 5 ml kloroform
yang terbentuk, kemudian diekstraksi
ke
kloroform, endapan putih
didihkan dan disaring. Sebanyak 5 ml
lalu dikocok kuat. Lapisan kloroform
Mayer
Uji Flavonoid Ekstrak ditambahkan air lalu dipanaskan
dan
disaring
untuk
didapatkan filtratnya. Terdapat tiga metode yang digunakan untuk uji flavonoid. Pertama, beberapa tetes FeCl3 1% kedalam beberapa bagian ekstrak.
Warna
menunjukkan
hijau adanya
kehitaman flavonoid.
Kedua, beberapa tetes larutan asam asetat
10%
ditambahkan
kedalam
beberapa bagian ekstrak. Endapan kuning menandakan adanya flavonoid.
Ketiga, sejumlah ekstrak dilarutkan
2. Sebanyak 0,5 g ekstrak
dalam methanol, lalu ditambahkan
yang
diperiksa
sedikit serbuk Mg dan 1 ml HCL pekat
dimasukkan
kedalam
dari sisi tabung. Terbentuknya warna
tabung reaksi, dilarutkan
jingga menunjukkan adanya flavonoid.
dengan sedikit aquadest
(Rajendra, 2011).
kemudian
dipanaskan
diatas penangas air, lalu diteteskan dengan larutan
Uji Saponin Uji sabun : Kedalam 0,5
gelatin 1% dalam NaCl 10
gram ekstrak ditambahkan 5
%. Hasil positif ditandai
ml aquadest dalam tabung
dengan
reaksi. Larutan dikocok kuat
endapan putih (Rajendra,
dan diamati adanya buih
2011).
terbentuknya
yang stabil. Ditambahkan 3 tetes minyak zaitun kedalam buih
dan
dikocok
Uji Steroid/ Triterpenoid Sebanyak
kuat
1
g
ekstrak
sampai teramati emulsi yang
dilarutkan dalam 25 ml etanol panas
stabil. (Rajendra, 2011).
(50° C), kemudian hasilnya disaring
Uji Tanin
kedalam
pinggan
diuapkan
sampai
porselen kering.
dan Residu
1. Sebanyak 0,5 g ekstrak
ditambahkan eter dan ekstrak eter
dididihkan dalam 10 ml
dipindahkan kedalam lempeng tetes
air dalam tabung reaksi,
kemudian
lalu difiltrat. Ditambahkan
anhidrida asetat dan 1 tetes H2SO4
beberapa tetes FeCl3 0,1
pekat
%. Hasil positifnya adalah
Terbentuknya warna hijau atau biru
warna hijau kecoklatan
menunjukkan
atau biru-hitam.
golongan steroid dan terbentuknya warna
ditambahkan
(Uji
merah
3
tetes
Lieberman-Bouchard).
adanya
atau
senyawa
warna
ungu
menunjukkan
adanya
senyawa
Tabel 1. Formulasi Sediaan Krim
golongan triterpenoid (Depkes RI, Nama Bahan
1989).
Uji Penghambatan Tirosinase Sebanyak 1 tetes ekstrak daun cipukan dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan bufer pH 4 dan pH 7. Bila warna larutan menjadi cokelat, berarti ekstrak
daun
menghambat
ciplukan enzim
gagal
tirosinase.
Sebaliknya bila warna larutan menjadi bening atau putih, berarti mampu menghambat kerja enzim tirosinase. Perubahan warna itu biasanya terjadi
Ekstrak Gliserin Trietanol amin Corn oil (minyak jagung) Asam stearate Setil alcohol Metil paraben Pewangi green Tea Aquadest ad
Konsentrasi (%) F1 0 10
F2 1 10
F3 3 10
F4 5 10
2
2
2
2
20
20
20
20
7
7
7
7
2
2
2
2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,2
0,2
0,2
0,2
100
100
100
100
30 detik kemudian. (Trubus, 2011). Formulasi sediaan krim dapat dilihat
Pembuatan Krim Pembuatan
pada tabel .
berdasarkan
mengacu
pada
krim
pencerah
formula
dalam
penelitian Mulyana (2003) dan Rahayu (2004). Krim pencerah wajah dibuat dengan
formulasi
plasebo
dan
konsentrasi yang berbeda-beda (1%, 3% dan 5%) (Tabel 1).
Tano
dilakukan (1999).
Proses diawali dengan pemanasan
Formulasi Sediaan Krim Formulasi
proses
krim
asam stearat, corn oil (minyak jagung), dan setil alkohol dalam gelas piala hingga suhu 70° C disertai dengan pengadukan. Lalu suhu diturunkan hingga suhu 65° C, dimasukkan trietanolamin secara perlahan-lahan dan dilakukan pengadukan sampai adonan tercampur rata. Setelah itu
dilakukan pendinginan hingga suhu
Uji Organoleptik
30-35° C (Adonan 1). Gliserin dan air
Pemeriksaan
terhadap
dipanaskan hingga suhu 80° C dalam
organoleptik
wadah yang berbeda. Lalu dilakukan
aroma, warna dan tekstur dilakukan
pengadukan dan pendinginan hingga
pengamatan
suhu 35° C (Adonan 2). Adonan 1 dan
Pemeriksaan dilakukan pada minggu
2 dicampur sambil terus di aduk.
ke-2, 4, 6,dan minggu ke-8.
Pengadukan
dilakukan
dilakukan
secara
Uji Homogenitas Fisik
Pengadukan dilanjutkan secara manual
Sejumlah
dilakukan
sampai
mengembang
(Adonan
paraben
ekstrak
dan
visual.
sampai
terbentuk emulsi krim yang halus.
terus
meliputi
krim
yang
akan
adonan
diamati dioleskan pada kaca objek
Metil
yang bersih dan kering sehingga
ditambahkan
membentuk suatu lapisan yang tipis,
3).
sambil terus dilakukan pengadukan
kemudian
sampai terbentuk krim yang halus.
preparat
Setelah
mempunyai tekstur yang tampak rata
dingin
krim
dimasukkan
ditutup (cover
dengan glass).
kaca Krim
kedalam botol plastik.
dan tidak menggumpal (Voight, 1994).
Uji Stabilitas Sediaan Krim
Uji Viskositas
Uji stabilitas sediaan krim
Viskositas sediaan krim diukur
dilakukan selama 2 bulan pada suhu
menggunakan Viskometer Brookfield.
kamar dan suhu 45°C. Pengujian
Sediaan
sediaan
2
dimasukkan kedalam cup, kemudian
minggu sekali pada masing-masing
dipasang spindel no 7 dan rotor
suhu. Uji stabilitas sediaan krim
dijalankan dengan kecepatan 60 rpm.
meliputi
Hasil
krim
dilakukan
pengamatan
homogenitas
fisik,
setiap
organoleptik, viskositas,
uji
sebanyak
viskositas
25
dicatat
gram
setelah
viskotester menunjukan angka yang
keasaman (pH) dan stabilitas pada
stabil.
Pengukuran
viskositas
suhu kamar dan suhu 45° C.
dilakukan pada minggu ke-2, 4, 6 dan
minggu ke-8. Pengukuran dilakukan
Uji Penerimaan Panelis
replikasi 2 kali (Siswanto, dkk. 2010).
Uji
penerimaan
panelis
dilakukan untuk menilai suatu sampel dengan melibatkan beberapa panelis
Uji pH Pemeriksaan dengan
kalibrasi
pH alat
diawali pH
atau
sukarelawan
yang
kemudian
meter
diminta untuk memberikan pendapat
menggunakan larutan dapar pH 7 dan
atau respon terhadap kualitas sampel
pH 4. Sediaan diletakkan di atas sensor
tersebut.
pada ujung pH meter dibiarkan sampai
Pengujian
ini
dilakukan
menunjukkan nilai yang konstan. pH
terhadap 20
yang ditunjukkan oleh angka yang
sediaan krim yang diperoleh dan
tertera
meter.
diminta aroma, warna, dan tekstur
Pengukuran dilakukan 2 kali pada
sediaan. Pengujian menggunakan 5
masing-masing formulasi pada minggu
skala hedonic yaitu:
pada
layar
pH
ke-2,4,6 dan minggu ke-8.
panelis dengan kriteria
1. Sangat suka 2. Suka
Uji Stabilitas Pada Suhu Kamar dan
3. Agak suka
Suhu 45°C
4. Tidak suka
Krim kamar
dan
disimpan suhu
pada
45°C.
suhu
5. Sangat tidak suka
Selama
penyimpanan
tersebut
dilakukan
pengamatan
organolepstik
Analisis Data
dan
Pada Penelitian ini digunakan
perubahan fisik pada minggu ke 2, 4,
rancangan acak lengkap menggunakan
6, dan 8. Spesifikasi sediaan adalah
uji Anova dan dilanjutkan uji Duncan
stabil dalam berbagai suhu tanpa ada
1 kali pengulangan, Andriyati, 2012.
perubahan organoleptik, homogenitas fisik, viskositas dan pH.
ciplukan yaitu ≤ 10% (Depkes, RI,
HASIL DAN PEMBAHASAN
1985
Hasil Determinasi Tanaman Hasil
determinasi
tanaman
yang dilakukan di Lembaga Ilmu
Hasil Uji Fitokimia Daun Ciplukan
Pengetahuan
(Physalis angulata L.)
Indonesia
(LIPI)
-
Cibinong menyatakan daun ciplukan yang
digunakan
untuk
penelitian
termasuk spesies Physalis angulata L.
Hasil
uji
menunjukkan daun ciplukan (Physalis angulata
L.)
mengandung Hasil Pembuatan Simplisia dan
Hasil pembuatan simplisia, 6 kg daun ciplukan menghasilkan 650,7 gram serbuk simplisia. Persentase rendemen simplisia didapatkan sebesar 10,84%, sedangkan hasil ekstraksi dengan maserasi menggunakan pelarut etanol sebanyak 6 liter, didapatkan ekstrak kental etanol sebanyak 152 gram setelah dipekatkan dengan rotary Persentase
yang
digunakan
senyawa
alkaloid,
flavonoid, saponin, steroid dan tanin,
Ekstrak Daun Ciplukan
evaporator.
fitokimia
rendemen
ekstrak didapatkan sebesar 25,33%.
akan
tetapi
untuk
uji
tanin
menggunakan gelatin hasilnya negatif dengan tidak adanya endapan putih.
Hasil Uji Penghambatan Tirosinase Hasil
uji
penghambatan
tirosinase menunjukkan bahwa ekstrak daun
ciplukan
yang
sebelumnya
berwarna coklat kehijauan memiliki aktivitas sebagai penghambat enzim tirosinase. Proses ini diketahui setelah penambahan larutan buffer pH 4 dan pH 7 dalam ekstrak daun ciplukan,
Hasil Uji Kadar Air Hasil uji kadar air rata-rata serbuk
simplisia
daun
ciplukan
diperoleh sebesar 5,34 %. Hasil uji kadar air memenuhi syarat sesuai dengan
standar
simplisia
daun
larutan buffer menjadi warna bening coklat
kehijauan.
Menurut
hasil
penelitian bila warna larutan menjadi bening atau putih, berarti mampu menghambat kerja tirosinase (Trubus,
2011).
Hasil
uji
penghambatan
Hasil Uji Organoleptik
tirosinase dapat dilihat pada gambar 1.
Berdasarkan hasil pengamatan organoleptik, seluruh formula tidak mengalami perubahan fisik aroma, warna dan tekstur. Hasil aroma yang di dapatkan pada sediaan krim plasebo
Bufer pH 4
Bufer pH 7
Gambar 1. Hasil Uji Penghambatan Tirosinase Oleh Ekstrak Ciplukan Hasil Uji Stabilitas Sediaan Krim Hasil dari stabilitas krim pada minggu ke-0 didapatkan krim yang lembut, mudah dioleskan, membentuk konsistensi setengah padat dan mudah menyebar di kulit. Hasil pengamatan stabilitas awal krim dapat dilihat pada gambar 2.
memiliki aroma yang kuat, sedangkan pada
formula
2
dan
formula
3
memiliki aroma yang sedang dan formula 4 memiliki aroma krim yang lemah,
artinya
bahwa
semakin
bertambahnya ekstrak maka aroma yang di dapatkan semakin berkurang karena aroma yang didapatkan dari ekstrak mempengaruhi sediaan aroma krim. Warna yang didapatkan pada formula 1 plasebo
berwarna putih,
formula 2 berwarna coklat muda, formula
3
coklat
kehijauan
dan
formula 4 coklat hijau tua. Semakin bertambahnya
ekstrak
yang
ditambahkan pada sediaan krim, maka Formula 1
Formula 2
warna krim tersebut akan semakin pekat. Hasil tekstur yang di dapatkan pada setiap krim didapatkan bertekstur lembut pada semua formula. Hasil uji
Formula 3
Formula 4
Gambar 2. Hasil Pengamatan Organoleptik Pada Minggu ke-0
organoleptik tertera pada tabel 2-3 dan gambar 3.
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Formula 1 dan Formula 2
Suhu
Kamar
45° C
Hasil Pengamatan Minggu Formula 1 Formula 2 Ke Aroma Warna Tekstur Aroma Warna Tekstur Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
0 2 4 6 8 0 2 4 6 8
Putih Putih Putih Putih Putih Putih Putih Putih Putih Putih
Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
CM CM CM CM CM CM CM CM CM CM
Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut
Keterangan : CM = Coklat muda Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Formula 3 dan Formula 4
Suhu
Kamar
45° C
Minggu Ke 0 2 4 6 8 0 2 4 6 8
Keterangan : CK
Hasil Pengamatan Formula 3 Formula 4 Aroma Warna Tekstur Aroma Warna Tekstur Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
CK CK CK CK CK CK CK CK CK CK
Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut
= Coklat kehijauan CHT = Coklat hijau tua
Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
CHT CHT CHT CHT CHT CHT CHT CHT CHT CHT
Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut
Suhu kamar
F1
F2 F3 F4 Minggu ke-2 suhu kamar
Suhu 45° C
F1
F2 F3 F4 Minggu ke-2 suhu 45° C
F1 F2 F3 F4 Minggu ke-4 suhu kamar
F1
F2 F3 F4 Minggu ke-4 suhu 45° C
F1 F2 F3 F4 Minggu ke-6 suhu kamar
F1 F2 F3 F4 MInggu ke-6 suhu 45° C
F1
F1
F2 F3 F4 Minggu ke-8 suhu kamar
F2 F3 F4 Minggu ke-8 suhu 45° C
Gambar 3. Hasil Pengamatan Organoleptik Selama Penyimpanan 8 Minggu Pada Suhu Kamar dan Suhu 45° C Keterangan : F 1 = Formula 1 krim plasebo F 2 = Formula 2 krim ekstrak daun ciplukan 1% F 3 = Formula 3 krim ekstrak daun ciplukan 3% F 4 = Formula 4 krim ekstrak daun ciplukan 5%
Sediaan krim tampak homogen secara
Hasil Uji Homogenitas Fisik Hasil
yang
didapatkan
selama
fisik karena distribusi partikel merata
penyimpanan pada suhu kamar dan
di kaca objek. Hasil uji homogenitas
suhu 45° C selama 8 minggu tidak
pada suhu kamar dan suhu 45° C dapat
mengalami perubahan fisik dalam hal
dilihat pada tabel 4 dan gambar 4.
homogenitas.
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Fisik
Suhu
Kamar
45° C
Hasil Penyimpanan
Minggu Ke
Formula 1
Formula 2
0 2 4 6 8 0 2 4 6 8
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Formula 3 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Formula 4 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
F1
F2
F3
F4
Minggu ke-0 Suhu Kamar
F1
F2 F3 F4 Minggu ke-2 suhu kamar
Suhu 45° C
F1
F2 F3 F Minggu ke-2 suhu 45° C
F1 F2 F3 F4 Minggu ke-4 suhu kamar
F1 F2 F3 F4 Minggu ke-4 suhu 45° C
F1 F2 F3 F4 Minggu ke-6 suhu kamar
F1 F2 F3 F4 Minggu ke-6 suhu 45° C
F1 F2 F3 F4 Minggu ke8 suhu kamar
F1
F2 F3 F4 Minggu ke8 suhu 45° C
Gambar 4. Hasil Uji Homogenitas Fisik Selama Penyimpanan 8 Minggu Pada Suhu Kamar dan Suhu 45° C Keterangan : F 1 = Formula 1 krim plasebo F 2 = Formula 2 krim ekstrak daun ciplukan 1% F 3 = Formula 3 krimekstrak daun ciplukan 3% F 4 = Formula 4 krim ekstrak daun ciplukan 5%
Hasil
Hasil Uji Viskositas
analisis
statistik
menunjukkan hasil tidak signifikan (P>0,05).
Hasil Uji pH
Grafik Gengukuran Viskositas Berdasarkan grafik diatas, hasil pengukuran viskositas suhu kamar dan
Grafik Pengukran pH
suhu 45° C pada minggu awal (minggu ke-0) dan setelah penyimpanan selama
Hasil
uji
pH
pada
grafik
8 minggu menunjukkan krim tidak
tersebut menunjukkan bahwa, krim
stabil, karena mengalami peningkatan
formula ke 2 pada suhu kamar dan
viskositas,
cps
suhu 45° C mendekati nilai pH stabil
menjadi 2.400 setelah penyimpanan
dari formula yang lain. Pada formula
selama
proses
plasebo, krim memiliki pH yang lebih
pembuatan, krim tersebut mengalami
tinggi di bandingkan dengan formula
pengadukan
yang lain, sedangkan formula ke 4
8
terbentuk
contohnya
minggu.
2118
Pada
sehingga
baru
tersebut
memiliki
lebih
rendah
mengalami penurunan nilai pH paling
dibandingkan dengan viskositas krim
tinggi. Nilai rata – rata pH dari semua
yang didiamkan selama 8 minggu,
krim sebesar 6,87. Nilai pH ini masih
dimana krim tersebut menjadi lebih
dalam kisaran SNI yaitu 4,5 – 8,0.
viskositas
krim
saat
yang
kental karena krim telah kembali pada struktur yang seharusnya.
menunjukkan
Hasil
formula
analisis
yang
statistik
menunjukkan hasil tidak signifikan (P>0,05).
Hasil Uji Stabilitas Pada Suhu
yang paling disukai adalah formula ke
Kamar dan Suhu 45° C
1, karena panelis sangat menyukai
.
krim
Hasil penyimpanan dalam suhu
yang
berwarna
putih
dan
kamar dan suhu 45° C dari minggu
memiliki aroma yang kuat. Krim
awal (minggu ke-0) sampai minggu
pencerah yang tidak disukai adalah
terakhir (minggu ke-8) tidak terlihat
formula ke 4, karena panelis tidak
adanya pemisahan fase minyak dan
menyukai krim yang berwarna coklat
fase air. Pemisahan fase terjadi pada
hjiau tua dan memiliki aroma yang
formula ke 4 yang disimpan pada suhu
lemah.
kamar dan suhu 45° C sejak minggu ke
Hasil analisis statistik nilai
2. Hal ini disebabkan ektrak yang di
panelis
tambahkan pada sediaan krim terlalu
parameter aroma, warna dan tekstur
banyak sebesar 5% sehingga terjadinya
menunjukkan
pemisahan fase.
(P>0,05).
Hasil Uji Penerimaan Panelis
terhadap
formula
tidak
pada
signifikan
KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain: 1. Sediaan krim pencerah wajah
KESIMPULAN
ekstrak
daun
ciplukan
(Physalis angulata L.) yang mengandung
G
ekstrak
daun
ciplukan dapat menghambat Grafik Penerimaan Panelis
tirosinase
sehingga
bisa
mencerahkan wajah. Hasil uji penerimaan panelis
2. Uji stabilitas sediaan krim yang
menunjukkan bahwa, krim pencerah
paling stabil adalah formula ke
2
dengan
konsentrasi
secara
1%
organoleptik,
DAFTAR PUSTAKA Andriyati.
homogenitas, viskositas, pH dan stabilitas pada suhu kamar dan suhu 45° C.
2012. Buku Penuntun praktikum Desain Eksperimen, Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor. Hal : 19-20.
3. Uji penerimaan panelis yang sangat disukai adalah formula ke 1 memakai plasebo dan yang
tidak disukai yaitu
formula ke 4 memakai ekstrak daun ciplukan 5%.
Departemen
Saran Untuk perbaikan di masa depan sebaiknya: 1. Perlu dibuat formulasi ekstrak daun ciplukan dengan sediaan semi solid lainnya 2. Perlu dilakukan uji secara in vivo
krim
pencerah
diketahui
efikasi
pada
manusia.
kulit
Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Universitas Indonesia, Jakarta : Hal57-58. .(1985). Farmakope Indonesia, Edisi III. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
wajah
ekstrak daun ciplukan agar dapat
Chang, T. S. (2009). An Updated Review Of Tyrosinase Inhibitors. 26 May 2009, Int. J. Mol. Cci. 2009, 10, 2440-2475).
besarnya wajah
.(1989). Materia Medika Indonesia. Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Mulyana. 2003. Pengaruh Kadar Air Madu Dalam Formulasi Krim tangan dan Badan Terhadap Stabilitas Emulsi Krim Selama Penyimpanan. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Mutschler, E. 1999. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi Dan Toksikologi. Edisi V, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hal : 577-579. Rahayu, Y. W. 2004. Aplikasi Malam Lebah (Beeswax) Pada Produk Krim Tangan dan Badan. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rajenda CE, Gopal SM, Mahabood AN, Yashoda SV and Manjula M. 2011. Phythochemical Screening of The Rhizome of Kaemferia galanga. International journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research. 3 (3) : 61-63.
Siswanto, WR. Rahayu, PI. Utami, 2010, Formulasi Gel Herbal Tabir Surya Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaemferia galanga L), Lap Penelitian, Purwokerto Supriyanti, F. M T. (1996). Isolasi dan identifikasi kandungan kimia dari daun dan kulit batang tanaman Artocarpus heterophyllus., Laporan Penelitian Proyek Pembinaan & Peningkatan Mutu tenaga Kependidikan, FPMIPA UPI Bandung. Tano, E. 1999. Teknik Membuat Kosmetik dan Tip Kecantikan. Rineka Cipta, Jakarta. Trubus. 2011. Buku Herbal Praktis Berkhasiat. Penerbit : PT Trubus Swadaya, Jakarta. Hal : 5 Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.