PENGARUH EKSTRAK DAUN TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
JURNAL Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA OLEH NI WAYAN EKA PUTRI ARIANINGSIH NIM: 431 411 066
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN BIOLOGI 2015
1
2
PENGARUH EKSTRAK DAUN TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus Ni Wayan Eka Putri Arianingsih*, Wirnangsi D. Uno**, Syam S. Kumaji** Mahasiswa Jurusan Biologi*, Dosen Jurusan Biologi**, Dosen Jurusan Biologi** Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jend. Soedirman No. 06 Kota Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun tanaman yodium (Jatropha multifida L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan mengetahui konsentrasi terbaik dari ekstrak daun tanaman yodium (Jatropha multifida L.) untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Obyek penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan, dengan menggunakan konsentrasi kontrol negatif (0%), 25%, 50%, 75%, dan 100%, sedangkan kontrol positif digunakan antibiotik Vankomisin. Teknik pengumpulan data yaitu dengan mengukur zona hambat yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan zona hambat yang berbeda-beda antar perlakuan. Pada konsentrasi 0% (kontrol -) tidak terdapat zona hambat, konsentrasi 25% zona hambat sebesar 11,2 mm, konsentrasi 50% zona hambat 13,8 mm, konsentrasi 75% zona hambat 11,8 mm, dan konsentrasi 100% zona hambat sebesar 7,2 mm, sedangkan untuk kontrol + (Vankomisin) zona hambat yang didapat sebesar 19,6 mm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat pengaruh ekstrak daun yodium (Jatropha multifida L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, dan konsentrasi terbaik dari ekstrak yodium adalah konsentrasi 50%. Kata kunci : Ekstrak Daun Yodium, Pertumbuhan Bakteri S. aureus, Daya Hambat ABSTRACT This research aimed at investigating the effect of iodine leaf (Jatropha multifida L.) toward the growth of Staphylococcus aureus and finding out the appropriate concentration of iodine (Jatropha multifida L.) in obstracting the growth of Staphylococcus aureus. The object of this research was Staphylococcus aureus. The method used in this research was experimental method with Complete Random Design consisted of 5 treatments and 5. It used control negative concentration 0%, 25%, 50%, 75%, and 100%, and for positive control, it used vankomisin antibiotic. The technique of data collection was by measuring blocked zone. The data analysis result showed that there is not blocked zone in concentration 0% (control -), the blocked zone was 11,2 mm in concentration 25%, 13,8 mm in concentration 50%, 11,8 mm in concentration 75%, and 7,2 mm in concentration 100%. Meanwhile, in control + (vankomisin) the blocked zone was 19,6 mm. Based on the research result, it can be concluded that there was effect of iodine leaf (Jatropha multifida L.) toward the growth of Staphylococcus aureus and the appropriate concentration of iodine (Jatropha multifida L.) was concentration 50%. Keywords: Iodine Leaf Extract, the growth of S. aureus bacteria, obstruction level
3
klinis.
PENDAHULUAN Tanaman
yodium
(Jatropha
Bakteri ini biasanya diketahui
berkolonisasi sementara dalam rongga
multifida L.) merupakan tanaman yang
mulut
memiliki banyak sekali khasiat sebagai
spesimen klinis (Megasari, 2012).
obat
tradisional,
masyarakat
dan
belum
banyak
Indonesia
mengetahuinya.
jarang
diketahui
sebagai
Untuk mengurangi resiko infeksi
yang
Beberapa
dan
oleh
masyarakat
kuman
adalah
Staphylococcus
aureus
dengan mengembalikan
pedesaan memanfaatkan tanaman yodium
dari
(J. multifida L.) sebagai obat untuk luka
mengurangi resiko terjadinya infeksi dan
baru.
meminimalkan terbentuknya bekas luka Menurut
Syarfati
dkk;
(2011)
bagian
tubuh
yang
fungsi terluka,
dengan cara melakukan beberapa tindakan
kandungan kimia yang dimiliki tanaman
dasar
yodium adalah kampesterol, alpha amirin,
membersihkan luka, membersihkan kulit
stigmaterol, 7 alpha diol, HCN dan beta-
di sekitar
sitosterol, kandungan pada batang yodium
mengganti perban sesering mungkin dan
adalah
pemakaian
alkaloid
(yang
disebut-sebut
seperti
mencuci
luka,
gel
tangan,
menutup
yang
mengandung
penggumpal darah), flavonoid, saponin
antibiotik
dan tanin. Menurut Aiyelaagbe
et all;
Hapsari, 2010). Penelitian ini sangat
(dalam
Sari dan Shofi, 2007),
dalam
penting dilakukan untuk memperkaya
setiap
bagian
Minnosota dalam
(J.
obat-obat tradisional dalam mengobati
multifida L.) memiliki kandungan yang
berbagai penyakit infeksi. Selain itu,
berbeda-beda sehingga kandungan
zat
masyarakat bisa melestarikan tanaman
tanaman
yodium ini dan memanfaatkannya untuk
tersebutlah yodium (J.
tanaman yodium
(Depkes
luka,
yang
membuat
multifida L.) mempunyai
mengobati luka baru.
fungsi sebagai antimikroba. Ekstrak dari
Berdasarkan uraian latar belakang di
berbagai bagian tanaman yodium memiliki
atas, maka penulis tertarik melakukan
aktifitas antimikroba terhadap berbagai
suatu penelitian dengan judul “Pengaruh
jenis bakteri patogen salah satunya adalah
Ekstrak
Daun Tanaman
bakteri Staphylococcus aureus.
(Jatropha
multifida
Staphylococcus
aureus
dikenal
L.)
Yodium terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
sebagai mikroorganisme patogen yang
aureus.”
dihubungkan dengan berbagai syndrome 4
dalam oven dengan suhu 1500C selama ± 2
BAHAN DAN METODE Penelitian
ini
dilaksanakan
di
jam, sedangkan alat-alat yang terbuat dari
Laboratorium Kimia, Jurusan Kimia, dan
plastik dan media pertumbuhan bakteri
Laboratorium
Jurusan
disterilkan dalam autoklaf pada suhu
Biologi Fakultas Matematika dan IPA,
1210C selama 15 menit dengan tekanan 1
Universitas
atm.
Mikrobiologi,
Negeri
Gorontalo.Waktu
penelitian yaitu selama 3 bulan (Maret–
Persiapan Bahan Baku Daun Yodium
Mei 2015) mulai dari persiapan sampai dengan
penyusunan
laporan
Langkah awal sebelum melakukan
hasil
ekstraksi adalah mempersiapkan bahan
penelitian.
baku, daun dari tanaman yodium dipilih
Alat dan Bahan
yang masih segar dan dicuci bersih. Daun
Alat yang digunakan cawan petri
yang sudah dicuci kemudian dikeringkan
besar, lampu spritus, mikropipet, pinset,
sampai kadar airnya hilang kemudian diiris
gunting,
tipis-tipis. Bahan-bahan yang sudah diiris
gelas kimia, ose, spatula,
timbangan analitik, erlenmeyer
250 ml,
diblender sampai berbentuk serbuk halus,
inkubator, mistar, blender, saringan kecil,
dan disaring dengan menggunakan kertas
oven, kertas saring, autoklaf, hotplate,
saring. Setelah diblender dan disaring
spektrofotometri, botol vial, keranjang,
bahan baku siap untuk digunakan dalam
toples besar, tisu, aluminium foil, laminar
proses ekstraksi (Sari dan Shofi, 2007).
air flow, gelas ukur, blutip, kufet.
Ekstraksi Etanol Daun Yodium
Bahan
yang
digunakan
dalam
Proses ekstraksi etanol daun yodium
penelitian ini yaitu daun tanaman yodium
dilakukan dengan cara merendam 400
(Jatropha multifida L.), media Nutrient
gram serbuk daun yodium dengan pelarut
Agar (NA), media Nutrient Broth (NB),
organik etanol 96% sebanyak selama ± 24
akuades, etanol 96%, alkohol 70%, bakteri
jam dan kemudian disaring dengan kertas
Staphylococcus
saring. Pelarut etanol diuapkan dengan
aureus,
vankomisin,
cakram blank.
Rotary
Sterilisasi Alat
ekstrak kental (slury) untuk selanjutnya
Sebelum disterilkan alat-alat yang
Evaporator
hingga
diperoleh
disebut dengan ekstrak daun yodium
akan digunakan dicuci dengan bersih lalu
(Mulyani dkk; 2010).
dikeringkan. Gelas kimia, gelas ukur,
Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Yodium
cawan petri, erlenmeyer, spatula, dan pinset
dibungkus
aluminium
foil
dengan kemudian
kertas
dan
Ekstrak daun tanaman yodium
disterilkan
diukur sebanyak 2,5 ml kemudian dibagi 5
menjadi empat bagian yaitu 0,25 ml
dalam akuades untuk kontrol negatif dan
ekstrak daun yodium dicampur dengan
cakram
0,75 ml etanol merupakan suspensi dengan
vankomisin untuk kontrol positif. Media
konsentrasi 25%, kemudian 0,5 ml ekstrak
yang
daun yodium dicampur dengan 0,5 ml
masukkan
etanol
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu
merupakan
suspensi
dengan
yang
telah
mengandung
berisi ke
kertas
dalam
antibiotik
cakram
inkubator
konsentrasi 50%, kemudian 0,75 ml
370C
ekstrak daun yodium dicampur dengan
Teknik Pengumpulan Data
di dan
0,25 ml etanol merupakan suspensi dengan
Teknik pengumpulan data dalam
konsentrasi 75%, selanjutnya 1 ml ekstrak
penelitian ini adalah dengan mengukur
daun yodium sudah merupakan suspensi
zona hambat. Untuk memperoleh data
dengan konsentrasi 100%.
yang
Pembuatan Starter Staphylococcus aureus Bakteri
dilakukan
Bakteri
objek
Staphylococcus
diperlukan
dalam
pengamatan
yang
diteliti
penelitian
langsung dengan
pada
melihat
aureus
diameter zona hambat (zona bening) yang
diinokulasi ke medium cair (Nutrien
terbentuk kemudian dilakukan pengukuran
Broth),
dengan menggunakan mistar. Menurut
sebanyak
1-2
ose
kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Ardiansyah (dalam Darmawi dkk; 2013)
Uji Kepekaan Bakteri
ketentuan
Uji
antibakteri
asal
ini
menggunakan
tumbuhan adalah zona hambat 20 mm atau
test
(Kirby-Bauer)
lebih berarti sangat kuat (bakteri sangat
dengan langkah-langkah pertama adalah
rentan), zona hambat 10-20 mm berarti
cakram blank direndam dalam ekstrak
kuat (bakteri rentan), zona hambat 5-10
daun
mm
metode
kepekaan
kekuatan
Diffusion
yodium.
Proses
perendaman
berarti
sedang
(bakteri
cukup
dilakukan dengan cara merendam cakram
resisten), dan zona hambat ukuran 5 mm
blank
atau
dalam
ekstrak
yang
memiliki
kurang
berarti
konsentrasi berbeda selama 30 menit.
resisten).
Cakram
Teknik Analisis Data
blank
diangkat
kemudian
diletakkan dalam media Nutrien Agar yang sudah
terisi
menggunakan
biakan pinset,
bakteri
Untuk
dengan
lemah
menganalisis
(bakteri
data
dalam
penelitian ini dilakukan teknik analisis
masing-masing
data
statistik.
Data
diperoleh
cawan petri berisi lima lembar kertas
dianalisis
cakram yang sudah direndam pada ekstrak
prasyarat parametik yang terdiri dari uji
daun yodium, cakram yang direndam
normalitas 6
dengan
yang
dan
menggunakan
homogenitas.
uji
Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak
Berdasarkan hasil penelitian yang
daun tanaman yodium (Jatropha multifida
dilakukan menunjukkan bahwa terdapat
L.)
pengaruh ekstrak daun yodium terhadap
terhadap
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus aureus dianalisis dengan
pertumbuhan
menggunakan
aureus
Selanjutnya
Uji uji
Kruskall-Wallis.
Duncan
yaitu
untuk
dengan
bakteri
Staphylococcus
menggunakan
metode
Diffusion test (Kirby-Bauer). Berdasarkan
melihat pengaruh nyata antar perlakuan
hasil
pengamatan
yang
dilakukan
sehingga bisa diketahui konsentrasi terbaik
diperoleh hasil rata-rata diameter zona
dari ekstrak daun tanaman yodium.
hambat yang terbentuk di sekitar kertas
HASIL DAN PEMBAHASAN
cakram yang sudah diberi perlakuan
Hasil Penelitian
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Daun Yodium terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Konsentrasi Ekstrak Daun Yodium Rata-rata diameter zona hambat (mm) Perlakuan A (0%) 0 Perlakuan B (25%) 11.2 Perlakuan C (50%) 13.8 Perlakuan D (75%) 11.8 Perlakuan E (100%) 7.2 Vankomisin (kontrol positif) 19.6 (Data Primer, 2015) Untuk memperjelas perbedaan zona
masing perlakuan dapat dilihat pada
hambatan yang terbentuk pada masing-
histogram
seperti
pada
Gambar
25
Axis Title
20 15 10 5 0 kontrol (0%)
konsentrasi konsentrasi konsentrasi konsentrasi kontrol + 25% 50% 75% 100% (vankomisin) Axis Title
Gambar 1. Rata-rata Diameter Zona Hambat Antar Perlakuan 7
1.
Hasil uji statistik diperoleh bahwa data
pertumbuhan
hasil penelitian tidak berdistribusi normal
aureus akibat pemberian ekstrak daun
yang ditunjukkan dengan nilai sig. di
yodium yang ditunjukkan dengan nilai sig.
bawah 0,05, demikian juga dengan varians
sebesar 0,000 di bawah nilai α 0,05.
yang dimiliki oleh data hasil penelitian
Dengan demikian H0 ditolak dan H1
menunjukkan nilai sig. di bawah 0,05 yang
diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat
berarti
pengaruh ekstrak daun yodium terhadap
varians
data
tidak
bersifat
bakteri
homogen, maka analisis selanjutnya tidak
pertumbuhan
bisa dilakukan secara parametik, sehingga
aureus.
analisis yang digunakan adalah analisis
pengaruh nyata antar perlakuan digunakan
Non Parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis.
uji Duncan.
Dari uji
menggunakan uji Duncan pada masing-
Kruskal-Wallis
menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan zona hambat
bakteri
Staphylococcus
Selanjutnya
Staphylococcus untuk
melihat
Dari hasil analisis dengan
masing perlakuan dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Analisis Menggunakan Uji Duncan Pada Masing-Masing Perlakuan Hubungan Variabel
Kesimpulan
0% 25 % 0% 50% 0% 75% 0% 100% 0% Vankomisin
** ** ** ** **
25% 50% 25% 75% 25% 100% 25% Vankomisin
NS NS NS **
50% 75% 50% 100% 50% Vankomisin
NS ** **
75% 100% 75% Vankomisin
** **
100% Vankomisin (Data Primer, 2015) Keterangan : **
**
= Signifikan (berbeda nyata)
NS = Non Signifikan (tidak berbeda nyata) Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa konsentrasi yang terbaik dari ekstrak daun yodium untuk
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah konsentrasi 50%. 8
konsentrasi bahan itu. Menurut pernyataan
PEMBAHASAN Tanaman yodium secara tradisional
Brooks et all; (dalam Darmawi, dkk, 2013)
dapat digunakan untuk mengobati luka
bahwa efektifitas suatu zat antibakteri
baru dan mengobati berbagai jenis infeksi.
dipengaruhi oleh konsentrasi zat yang
Pemanfaatan tanaman obat ini sebagai
diberikan,
bahan alternatif antimikroba biasanya
semakin tinggi pula bahan aktif sebagai
menggunakan beberapa senyawa yang
antibakteri
terkandung di dalamnya. Kandungan dari
kemampuan daya hambatnya terhadap
tanaman
mikroba.
yodium
seperti
alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin yang memiliki
semakin
tinggi
sehingga
konsentrasi
meningkatkan
Pada konsentrasi 75% dan 100%
fungsi sebagai antimikroba.
terjadi penurunan zona hambat hal ini
Berdasarkan hasil uji sensitivitas
dikarenakan kemampuan senyawa aktif
bakteri menunjukkan bahwa konsentrasi
pada
25%, 50%, 75%, dan 100% ekstrak daun
berkurang. Menurut Sinambela (dalam
yodium
bakteri
Prawira, dkk; 2013) bahwa peningkatan
Staphylococcus aureus memiliki pengaruh
dan penurunan besar zona hambat ini
terhadap
bakteri
disebabkan karena komponen zat-zat yang
Staphylococcus aureus yang ditunjukkan
terkandung dalam tanaman obat dapat
dengan adanya zona bening di sekitar
saling
kertas cakram. Hambatan pertumbuhan
memperbaiki atau merubah sama sekali.
bakteri disebabkan karena adanya senyawa
Selain itu juga kualitas dan kuantitas zat-
kimia yang terdapat pada daun yodium
zat
yaitu senyawa alkaloid yang berfungsi
ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan
sebagai antimikroba.
tempat tumbuh seperti iklim, tanah, sinar
yang
diuji
pada
pertumbuhan
Tabel
1
memperlihatkan
bahwa
ekstrak
daun
yodium
memperlemah,
yang
ada
dalam
semakin
memperkuat,
tanaman
obat
matahari dan kondisi pertumbuhan sampai
terjadi peningkatan dan penurunan zona
saat dipanen.
hambat terhadap pertumbuhan bakteri
Menurut
Dwidjoseputro
dan
Staphylococcus aureus. Pada konsentrasi
Hidayati (dalam Lamapaha dan Rupilu,
25% dan 50% terjadi peningkatan zona
2008) bahwa pada waktu pendedahan
hambat. Hal ini sejalan dengan pernyataan
medium tertentu, suhu dan temperatur
Schleigel (dalam Lamapaha dan Rupilu,
dapat menurunkan aktifitas konsentrasi
2008)
ekstrak
bahwa
antimikroba mikroorganisme
kemampuan
meniadakan
suatu
kehidupan
tergantung
sehingga
bakteri
yang
tidak
terpapar akan mempunyai kemampuan
dari
untuk 9
melakukan
reproduksi
dan
menambah
jumlah
Selanjutnya,
tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
menurut Elifah (dalam Ariyanti, 2012)
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat
bahwa diameter zona hambat tidak selalu
memberikan
naik
manusia dan hewan.
sebanding
sel.
dengan
naiknya
konsentrasi antibakteri, ini terjadi karena perbedaan
kecepatan
difusi
efek
Alkaloid
senyawa
farmakologis
pada
merupakan
suatu
juga
golongan senyawa organik yang terbanyak
antibakteri pada media agar serta jenis dan
ditemukan
konsentrasi
senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-
senyawa
antibakteri
yang
di
alam.
tumbuhan
hambat yang berbeda. Banyaknya faktor
berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid
yang berpengaruh terhadap besar zona
mengandung paling sedikit satu atom
hambatan yang dihasilkan pada metode
nitrogen. Hampir semua alkaloid yang
difusi antara lain kecepatan difusi, sifat
ditemukan di alam mempunyai keaktifan
media
jumlah
biologis tertentu, ada yang sangat beracun
organisme yang diinokulasi, kecepatan
tetapi ada pula yang sangat berguna dalam
tumbuh bakteri, konsentrasi bahan kimia,
pengobatan.
yang digunakan,
tersebar
seluruh
berbeda juga memberikan diameter zona
agar
dan
Hampir
luas
dalam
serta kondisi pada saat inkubasi sehingga
Alkaloid dapat ditemukan dalam
diperlukan adanya standarisasi keadaan
berbagai bagian tumbuhan seperti biji,
untuk
yang dapat
daun, ranting dan kulit batang. Alkaloid
dipercaya. Penelitian Komala dan Ismanto
umunya ditemukan dalam kadar yang kecil
(dalam Prawira, dkk; 2013) menunjukkan
dan harus dipisahkan dari campuran
aktivitas antimikroba dari tanaman obat
senyawa yang rumit yang berasal dari
daun kersen pada bakteri Staphylococcus
jaringan tumbuhan. Pada daun, alkaloid
aureus memiliki nilai zona hambat yang
biasanya memberikan rasa pahit di lidah.
mengalami peningkatan dan penurunan
Alkaloid
pada berbagai konsentrasi yang ada.
digunakan sebagai pemicu sistem saraf,
memperoleh
hasil
dalam
bidang
kesehatan
Berdasarkan uji fitokimia yang telah
menaikkan tekanan darah, mengurangi
dilakukan pada ekstrak daun yodium
rasa sakit, obat penyakit jantung, obat
didapatkan
penenang,
senyawa
alkaloid
yang
terkandung pada daun yodium. Alkaloid
dan
sebagai
antimikroba
(Kurniawan, 2013).
adalah senyawa organik yang terdapat di
Mekanisme
yang
diduga
dalam
alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa
senyawa alkaloid sebagai antimikroba
ini disebabkan karena adanya atom N
yaitu dengan cara mengganggu komponen
(Nitrogen)
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri
dalam
molekul
senyawa 10
sehingga
lapisan
dinding
terbentuk
secara
utuh,
sintesis
sel
tidak
Pada
Staphylococcus
aureus,
terganggunya
pemberian antimikroba atau obat dapat
sehingga
menghambat perakitan dinding sel dan
peptidoglikan
pembentukan sel tidak sempurna karena
mengakibatkan
tidak
dan
glikan tidak terhubung silang ke dalam
dinding selnya hanya meliputi membran
peptidoglikan dinding sel menuju suatu
sel (Retnowati, dkk; 2011). Menurut
struktur yang lemah dan menyebabkan
Sumarsih (dalam Lamapaha dan Rupilu,
kematian bakteri (Morin dan Gorman
2008) rangka dasar dinding sel bakteri
dalam Ajizah, dkk; 2007). Selain itu,
adalah
peptidoglikan.
lisisnya sel bakteri tersebut dikarenakan
dari
N-asetil
tidak berfungsi lagi dinding sel yang
glukosamin dan N-asetil asam muramat,
mempertahankan bentuk dan melindungi
yang terikat melalui ikatan 1,4-glikosida.
bakteri yang memiliki tekanan osmotik
Pada N-asetil asam muramat terdapat
dalam yang tinggi (Ajizah, dkk; 2007).
mengandung
lapisan
Peptidoglikan
rantai
peptidoglikan
tersusun
pendek
glutamate,
asam
amino,
diaminopimelat,
alanin,
lisin
penggabungan
rantai
Alkaloid yang memiliki gugus basa
dan
akan mengalami kontak dengan asam
alanin, yang terikat melalui ikatan peptida.
amino penyusun tetrapeptida yang akan
Peranan ikatan peptida ini sangat penting
membentuk jembatan silang pada sintesis
dalam menghubungkan antara rantai satu
dinding sel bakteri. Ikatan antara alkaloid
dengan rantai yang lain.
dan
Proses perakitan dinding sel bakteri diawali
dengan
pembentukan
asam
jembatan
rantai
amino silang
ini
mengakibatkan
yang
menyebabkan
kekakuan pada dinding sel bakteri tidak
peptida yang akan membentuk jembatan
terbentuk.
silang peptida yang menggabungkan rantai
merupakan bakteri gram positif yang
glikan dari peptidoglikan pada rantai yang
memiliki
lain sehingga menyebabkan dinding sel
Sehingga lebih sensitif terhadap senyawa-
terakit sempurna. Jika ada kerusakan pada
senyawa yang punya potensi merusak atau
dinding sel atau ada hambatan dalam
menghambat
pembentukannya dapat terjadi lisis pada
(Sumarsih, dalam Lamapaha dan Rupilu,
sel
akan
2008). Rusaknya dinding sel bakteri akan
kehilangan kemampuan membentuk koloni
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
dan diikuti dengan kematian sel bakteri
sel bakteri dan pada akhirnya bakteri akan
(Ajizah, dkk; 2007).
mati. Secara umum adanya kerja suatu
bakteri
sehingga
bakteri
Staphylococcus
lapisan
peptidoglikan
sintesis
dinding
aureus
tebal.
sel
bahan kimia sebagai zat antibakteri dapat 11
mengakibatkan
terjadinya
L.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Laboratorium Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Jurnal Medika Veterinaria. ISSN: 0853-1943. Vol. 7 No. 2, Agustus 2013. Diakses pada Minggu, 28 Desember 2014.
perubahan-
perubahan yang mengarah pada kerusakan hingga terhambatnya pertumbuhan sel bakteri (Retnowati, dkk; 2011). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat
pengaruh
ekstrak
Hapsari, Prima. 2010. Efektivitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus Secara In Vitro. G0C007038, Universitas Muhammadiyah Semarang.
daun
tanaman yodium (Jatropha multifida L.)
terhadap
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus aureus. 2. Terdapat
konsentrasi
terbaik
dari
Kurniawan, Ery. 2013. Pengertian Senyawa Alkaloid. Artikel. Diakses pada 19 Mei 2015.
ekstrak daun tanaman yodium untuk menghambat
pertumbuhan
Staphylococcus
aureus
bakteri yaitu
Lamapaha, Yulia F. dan Rupilu Novie S. 2008. Potensi Lengkuas (Lenguas galanga) Sebagai Antimikroba (studi in vitro pada bakteri gram negatif) Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/1689 8626/ POTENSI-LENGKUAS. Diakses pada Sabtu 16 Mei 2015.
konsentrasi 50%. DAFTAR PUSTAKA Ajizah. Aulia, dkk. 2007. Potensi Ekstrak Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Bioscientiae. Volume 4 Nomor 1.
Megasari, D. 2012. Produk Ionic Silver GT Yang Mengandung Bahan Dasar Air Perak Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Universitas Hasanudin. Diakses pada Sabtu, 30 Agustus 2014. Mulyani, Sri, et all. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Dan Fraksi n-Heksan: Kloroform: Asam Asetat (7:2:2) Dari Daun Melastoma candidum D.don Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi. Prodi P.Kimia Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010.
Ariyanti, Ni Kadek, dkk. 2012. Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe Barbadensis Miller) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus ATCC 25923 Dan Eschericia Coli ATCC 25922. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Udayana. Kampus Bukit Jimbaran. Jurnal Biologi XVI (1):1-4. ISSN: 1410 5292. Darmawi, dkk. 2013. Daya Hambat Getah Jarak Cina (Jatropha multifida 12
Prawira, Yudha Mahmud, dkk, 2013. Daya Hambat Dekok Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Penyakit Mastitis Pada Sapi Perah. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Diakses pada Sabtu, 18 April 2015.
Jurusan Biologi. Jurusan Pendidikan Kimia. FMIPA. Universitas Negeri Gorontalo. Diakses pada 20 Desember 2014. Syarfati, Eriani, K, dkk. 2011. The Potensial of Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Secretion in Healing New-wounded Mice. Jurusan Biologi. FMIPA Universitas Syiah Kuala Darussalam - Banda Aceh. Jurnal Natural. Vol. 11, No. 1, 2011. Diakses pada 23 September 2013.
Retnowati, Yuliana, dkk. 2011. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Pada Media Yang Diekspos Dengan Infus Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Saintek vol. 6. No. 2. 2011.
13