Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
1 PENGARUH CURRENT RATIO, DER DAN ROA TERHADAP DPR PERUSAHAAN ROKOK DI BEI Tika Afrina
[email protected]
Triyonowati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of the current ratio , debt to equity ratio and return on assets either simultaneously or partially on the dividend payout ratio . Poopulasi studied are the cigarette companies listed in Indonesia Stock Exchange with the sampling technique used is saturated sampling . The analysis technique used is multiple regression analysis . Test results show the effect of the current ratio , debt to equity ratio and return on assets together (simultaneously ) influence the dividend payout ratio . This condition is reinforced by the acquisition of multiple correlation coefficient of 0.831 or 83.1 % which indicates that the correlation or relationship between the independent variables consisting of the current ratio , debt to equity ratio and return on assets jointly against the dividend payout ratio has a relationship strong . These results indicate that the rise and fall of the dividend payout ratio on cigarette companies listed in Indonesia Stock Exchange by the rise and fall depending on the level of current ratio , debt to equity ratio and return on assets owned by these companies . Partial assay results of the model analysis showed that the study used only the variable current ratio , and return on assets syang have a significant influence on the dividend payout ratio . This is indicated by the value of the resulting significance of these variables is smaller than the level of α = 5 % . The test results also showed that the variables that have a dominant influence is the return on assets that have the partial determination coefficient higher than a variable current ratio and debt to equity ratio . Keyword Current Ratio , Debt To Equity Ratio , Return On Assets . And Dividend Payout Ratio ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan return on asset baik secara simultan maupun parsial terhadap dividen payout ratio. Poopulasi yang diteliti adalah pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Adapun teknik analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap dividen payout ratio. Kondisi ini diperkuat dengan perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 0,831 atau 83,1 % yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas yang terdiri atas current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset secara bersama-sama terhadap dividen payout ratio memiliki hubungan yang kuat. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Hasil uji secara partial menunjukkan dari model analisis yang digunakan penelitian hanya variabel current ratio, dan return on asset syang mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio. Hal ini diindikasikan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah return on asset yang memiliki nilai koefisien determinasi parsial paling tinggi dibandingkan variabel current ratio dan debt to equity ratio. Kata Kunci Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Return On Asset. Dan Dividen Payout Ratio
PENDAHULUAN Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
2 mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Perusahaan harus menentukan kebijakan yang tepat untuk menangani masalah yang terkait dengan dividen. Masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda. Perusahaan perlu membuat kebijakan tentang besarnya laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham atau biasa disebut Dividend Payout Ratio (DPR), dan besarnya laba yang akan ditahan oleh perusahaan. Semakin besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen akan semakin menarik bagi calon investor. Ini karena para calon investor menilai bahwa perusahaan dalam kondisi yang sehat dan memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Investor memiliki berbagai macam tujuan. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Pembagian dividen yang stabil tersebut juga dapat mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan, yaitu perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, serta target tertentu yang berhubungan dengan dividen. Tentunya hal ini akan menjadi unik karena kebijakan dari satu sisi juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan. Masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat besar, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan dividen. Makin tinggi dividen yang dibagikan, berarti makin sedikit laba ditahan, dan akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga saham (Handoko 2002;78). Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan (Hatta, 2002). Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh (Marlina dan Danica, 2009;1-6). Tingkat current ratio atau likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Current ratio atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono 2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
3 tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Dengan semakin meningkatnya current ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Demikian juga dengan hutang yang besar dapat menambah modal perusahaan, dengan modal yang besar membuat perusahaan lebih leluasa dalam menempatkan dananya kedalam proyek-proyek investasi yang menguntungkan sehingga dengan modal yang besar maka kemungkinan untuk memperoleh keuntungan juga besar. Dengan perusahaan yang laba maka DPR akan meningkat. Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (Sartono, 2001; 122). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chasanah (2008) yang menunjukkan return on asset berpengaruh positif terhadap dividen payout ratio. Penelitian lain yang dilakukan oleh Marlina dan Denica (2009, 1-6) juga menunjukkan return on asset berpengaruh positif terhadap dividen payout ratio. Studi mengenai dividen telah banyak dilakukan, faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, dan pengawasan terhadap perusahaan. Menghubungkan interaksi antara DPR dan insider ownership, untuk dapat menunjukkan ketidak simetrisan antara pemilik (insider) dengan investor luar disebutkan bahwa keputusan pembayaran dividen dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain insiders, debt, business risk, ROA, growth, dan investment. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa cash position, growth potential serta profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Meskipun berbagai penelitian tentang dividen telah banyak dilakukan namun beberapa peneliti juga menyarankan untuk melakukan penelitian kembali dan melakukan pengembangan model dengan menerapkan variabel-variabel yang berbeda pada obyek yang lain, karena adanya perluasan penelitian tersebut kemungkinan juga dapat memberikan hasil yang berbeda dan semakin memperjelas penelitian-penelitian yang telah ada. Berdasarkan latara belakang diatas rumusan masalah yang dapat dikemukan dalam penelitian ini antara lain ; 1) Apakah current ratio, debt to equity ratio dan return on asset secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?, 2) Apakah current ratio, debt to equity ratio dan return on asset secara parsial berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?, 3) Manakah diantara current ratio, debt to equity ratio dan return on asset berpengaruh dominan terhadap dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah; 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan return on asset secara simultan terhadap dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan return on asset secara parsial terhadap dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3) Untuk mengetahui pengaruh paling dominan diantara current ratio, debt to equity ratio dan return on asset terhadap dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
4 Saham). Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen. Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, seperti misalnya investor institusi, dana pensiun, dan lain-lain. Sedangkan menurut Awat (2005; 124), dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham. Selain dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan dan disebut sebagai laba ditahan (Retained Earnings). Sutrisno (2001:3) menyatakan dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Barlian (2002;105) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dana aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan dating. Sedangkan menurut Brigham, (2007; 145), Kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besarnya bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang diinvestasikan kembali (re-investment) atau ditahan (retained) didalam perusahaan sehingga dicapai kebijakan dividen yang optimal. Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Salah satu kompoenen penting dalam kebijakan dividen adalah dividend payout ratio, yang menunjukkan jumlah dividen per saham (dividend per share) relatif terhadap pendapatan per saham (earning per share) atau jumlah dividen kas relatif terhadap laba setelah pajak (earning after tax) yang tersedia untuk pemegang saham biasa (Halim, 2007:98). Ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, pertama, Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory). Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata – mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. Kedua, Teori ”Bird-in-The-Hand. Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “Bird-in-The-Hand” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya. Ketiga, Teori Preferensi Pajak. Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
5 capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kebijakan dividen digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi biaya keagenan, pembayaran dividen yang lebih besar akan memperbesar kesempatan untuk mendapatkan dana tambahan dari sumber eksternal. Menurut Brigham (2007,147) dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah; 1) Information content or signaling hypothesis. Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin preferensi terhadap dividen. 2) Clientele Effect. Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu DPR yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini ebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Prosedur Pembayaran Deviden Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen sekali dalam tiga bulan atau empat kali dalam satu tahun (quarterly). Dividen harus dapat ditetapkan oleh perusahaan pada tingkat atau rasio tertentu, sehingga perusahaan dapat berjalan secara kontiniu walaupun terjadi kesulitan dalam bidang finansial. Proyek perusahaan dalam mengantisipasi pendapatan dan rasio pembayaran jangka panjang yang diinginkan, investasi yang akan ditanamkan sebagai retained earnings, dan penetapan tingkat pembayaran dividen harus dilakukan berdasarkan kemampuan perusahaan. Dividen yang direncanakan dengan tujuan jangka panjang disebut sebagai dividen reguler. Dalam hal lain, beberapa perusahaan membayarkan dividen ekstra pada akhir tahun setelah pendapatan perusahaan diketahui dan investasi yang dibutuhkan sudah ditetapkan. Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham, yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen . Contoh: emiten melalui dewan direksi mengumumkan pembayaran dividen atas PT A pada tanggal 15 Februari 2006, dividen yang akan dibagikan adalah Rp 5.000,- per saham dan akan menjadi beban kepada semua pemegang saham yang dicatat pada 18 Maret 2006 (atau disebut sebagai record date). Pembayaran atas beban tersebut akan dilakukan lebih kurang satu bulan setelahnya atau tanggal 8 April 2006. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut: (Ang, 1997 dalam Nuringsih, 2005; 103-123) antara lain ; 1) Tanggal pengumuman (declaration date). Tanggal pengumuman merupakan tanggal dimana secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen reguler. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, dan besarnya dividen kas per lembar. 2) Tanggal pencatatan (date of record). Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen. 3) Tanggal cum-dividend. Tanggal cumdividend merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. 4) Tanggal ex-
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
6 dividend. Tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. 5) Tanggal pembayaran ( payment date). Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai/dividen saham). Dividen Payout Ratio Dividend payout ratio merupakan persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dengan earning per share. Menurut Darmadji (2006;78) menyatakan bahwa rasio pembayaran dividend (payout ratio) merupakan rasio yang mengukur perbandingan dividend per share terhadap laba perusahaan EPS. Sedangkan Jogiyanto (2008; 89), menyatakan bahwa Dividend payout ratio diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Jadi Dividend payout ratio merupakan prosentase laba yang dibagikan kepada pemegang saham umum dari laba yang diperoleh perusahaan. Dividend payout ratio seringkali dikaitkan dengan signaling theory (Jogiyanto, 2008; 115). Dividend payout ratio yang berkurang dapat mencerminkan laba perusahaan yang makin berkurang. Akibatnya sinyal buruk akan muncul karena mengindikasikan bahwa perusahaan kekurangan dana. Kondisi ini akan menyebabkan preferensi investor akan suatu saham berkurang karena investor memiliki preferensi yang sangat kuat atas dividen. Sehingga perusahaan akan selalu berupaya untuk mempertahankan dividend payout ratio meskipun terjadi penurunan jumlah laba yang diperolehnya. Pada umumnya pihak manajermen tidak menyukai dan menghindari pemotongan atau pengurangan pembayaran dividen. Pembayaran dividen yang tinggi atau tetap memberian indikasi atau tinkat keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang. Selain itu pembayaran dividen risikonya lebih kecil, karena lebih pasti dibandingkan dengan capital gain. Perusahaan yang membayar dividen dengan prosentase yang lebih besar, dipersepsikan sebagai perusahaan dengan beta yang lebih rendah disbanding perusahaan yang membayar dividen dengan prosentase yang lebih kecil (Husnan,2002 :299). Current Ratio Current ratio merupakan suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya selama periode tertentu (Sutrisno, 2001;120). Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio current ratio maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi nilai current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya. Return On Asset Return on asset merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
7 Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Pengukuran rasio return on assets merupakan sebagai indikator efektifitas penggunaan aktiva yang dimiliki perusahaan dan dapat membantu manajemen perusahaan dalam mengevaluasi investasi pada aktiva yang dilakukan agar dapat dioptimalkan untuk tahun berikutnya. Menurut Van Horne (2005:148) “rasio return on asssets digunakan untuk mengukur keseluruhan keefektifan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia”. Pentingnya pengukuran rasio ini didalam suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio return on assets, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on asset diukur dari profitabilitas/ laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total investasinya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Partington dalam Widodo (2002) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan factor terpenting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam dividen payout ratio. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen. Debt To Equity Ratio Riyanto (2008; 128) menyatakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan membayar semua hutang-hutangnya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang mana ini berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Sementara Hanafi (2009;41) mengungkapkan Debt to Equity Ratio merupakan rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibanya. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang secara sistematik. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin meningkat rasio hutang maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh peusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah.
Pengembangan Hipotesis Hubungan Current Ratio dengan Dividen Payout Ratio Current ratio merupakan salah satu rasio yang mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan. Current ratio atau likuiditas perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya dividen yang dibayarkan, sehingga semakin kuat posisi current ratio perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana di waktu mendatang, makin tinggi dividen
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
8 tunai yang dibayarkan. Hal ini menunjukkan semakin kuat posisi current ratio perusahaan, maka kemampuannya untuk membayar dividen akan semakin besar pula. Ada pula suatu perusahaan yang keadaan likuiditasnya sangat baik tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh perusahaan diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Ada beberapa rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas salah satunya current ratio. Current ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dalam teori relevan dividen, kebijakan dividen akan berpengaruh terhadapharga saham. Apabila harga saham naik, maka investor akan meningkat dan laba akan naik. Kenaikan laba ini akan menyebabkan peningkatan uang kas yang dimiliki perusahaan sehingga current ratio akan meningkat. Semakin besar current ratio maka perusahaan akan membayarkan dividen yang lebih besar pula. Dalam Free Cash Flow Theory, aliran kas bebas menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Aliran kas bebas (free cash flow) sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif dilakukan. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru. H1 : Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hubungan Debt to Equity Ratio dengan Dividen Payout Ratio Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono 2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. H2 : Debt To Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hubungan Return On Asset dengan Dividen Payout Ratio Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen adalah merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham, adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividend. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
9 untuk membayar dividen. Atribut profitabilitas ini diwakili oleh tingkat keuntungan setelah pajak dibagi dengan total assets. Parthington dalam Widodo (2002) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam dividen payout ratio. Semakin besar return on asset menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Sehingga meningkatnya return on asset juga akan meningkatkan pendapatan dividen. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dalam kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen. Bukti empiris yang menghubungkan profitabilitas dengan dividen dilakukan oleh Britain dalam Chasanah (2008) menunjukkan profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap dividen. Peningkatan return on asset perusahaan dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dividen. H2 : Return On Asset berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Nurgiyantoro, 2002: 20). Populasi objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 3 perusahaan yaitu : PT Bentoel International Investama Tbk, PT Gudang Garam, Tbk dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yang terdaftar di BEI serta memiliki saham aktif selama tahun 2008 sampai tahun 2012. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variable bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri dan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Adapun variabel yang diindentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas, yaitu : current ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Asset (ROA) 2. Variabel tergantung, yaitu : Dividend Payout Ratio (DPR) Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran 1. Current Ratio (CR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (kewajiban perusahaan). Elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam rasio, yang membandingkan antara total aktiva lancar dan hutang lancar. Adapun ukuran ini menggunakan prosentase dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya, secara matematis rasio lancar dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Current Ratio =
Aktiva Lancar Hutang Lancar x 100 %
2. Debt to Equity Ratio (DER), merupakan rasio untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan hutang yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara menghitung perbandingan antara total hutang dengan total modal. Rasio ini menggambarkan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
10 perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibanya. Rasio ini diukur dengan mengunakan rumus sebagai berikut : Debt to Equity Ratio =
Total Hutang Total Equitas x 100 %
3. Return On Asset (ROA), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat assets yang tertentu. Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Rasio ini diukur dengan mengunakan rumus sebagai berikut : Return On Asset =
Laba Bersih Setelah Pajak x 100 % Total Asset
4. Dividen Pay Out Ratio (DPR), merupakan rasio yang menunjukkan persentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk cash dividen. DPR dapat dihitung dengan menggunakan rumus : DPR=
Divident Per Share Earning Per Share
Dimana DPS =
Dividen Tunai Jumlah Saham Beredar
Teknik Analisis Data Uji Asumsi Klasik Pada penelitian ini dilakukan ’evaluasi ekonometri’ terhadap model persamaan regresi agar memenuhi syarat sebagai Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). 1. Melakukan Uji Autokorelasi (Korelasi Serial). Suatu asumsi penting dari model linier adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan yang masuk dalam persamaan fungsi regresi. Konstanta Durbin-Watson (DW) dapat dipergunakan untuk pengujian, apakah terdapat autokorelasi variabel bebas terhadap penyimpangan fungsi gangguan (Ghozali, 2006: 96). 2. Uji Normalitas. Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Penelitian ini menggunakan plot probabilitas normal (Normal probability plot) untuk menguji kenormalitasan jika penyebaran data (titik) disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. 3. Uji Multikolinearitas. Uji multikoniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Salah satu cara mendeteksi adanya multikoniearitas adalah dengan melihat Tolerance dan Variance Inflasion Factor (VIF). Tolerance mengukur variabelitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. (Ghozali, 2006:91) 4. Uji Heterokesdatisitas. Bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terdapat kesamaan varians dari residu dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain sama, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians bebeda disebut heteroskedestisitas. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan adalah reggresi linier berganda. Analisa regresi linier berganda adalah suatu prosedur statistik dalam menganalisa hubungan antara
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
11 variabel satu atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen rumus multiple regresinya adalah sebagai berikut : DPR = a + b1CR + b2DER + b3ROA Keterangan : DPR = Dividen Payout Ratio CR = Current ratio DER = Debt to Equity Ratio ROA = Return On Asset b1, b2, b3 = Koefisien Regresi a = Konstanta HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Current Ratio Current ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Tingkat current ratio dari perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut : Tabel 1 Tingkat Current Ratio Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012
Sumber Data : Laporan Keuangan Diolah 2.
Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Semakin besar debt to equity ratio menandakan struktur pemodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang dari pada modal sendiri. Tingkat Debt to equity ratio perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
12 Tabel 2 Tingkat Debt To Equity Ratio Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012
Sumber Data : Laporan Keuangan Diolah
3.
Return On Asset Return On Asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Kemampuan dalam mendapatkan laba atas investasi merupakan suatu ukuran yang menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas sumber dana yang diinvestasikan sehingga dituntut penggunaan sumber-sumber dalam perusahaan secara efisien. Tingkat return on asset perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut : Tabel 3 Tingkat Return On Asset Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012
Sumber Data : Laporan Keuangan Diolah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
13
4.
Dividend Payout Ratio Dividen payout ratio merupakan rasio yang menunjukkan persentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk cash dividen. Tingkat dividen payout ratio perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut : Tabel 4 Tingkat Dividen Payout Ratio Perusahaan Rokok Tahun 2008-2012
Sumber Data : Laporan Keuangan Diolah Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Dari grafik uji normalitas dapat diketahui bahwa distribusi data telah mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. b. Multikolinieritas Hasil uji multikolinieritas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Variance Influence Factor (VIF) pada seluruh variabel tersebut lebih kecil dari 10, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bisa disebut juga dengan bebas dari Multikolinieritas, sehingga variabel tersebut dapat digunakan dalam penelitian. c. Autokolrealsi Dari pengujian terlihat batas-batas distribusi nilai test durbin-Watson dan kurva pengujian auto korelasi Durbin-Watson di atas dapat disimpulkan bahwa nilai test durbin-Watson berada pada daerah nonautokorelasi sehingga dapat disimpulkan model yang digunakan penelitian tidak terjadi gangguan otokorelasi. d. Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linier berganda layak digunakan untuk interprestasi dan analisa lebih lanjut.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
14
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu mengenai variabel current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset terhadap dividend payout ratio pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia secara linier. Tabel 5 Hasil Uji Regresi Berganda Koefisien Variabel Bebas Sig. Regresi Current Ratio 1,856 0,028 Debt to Equity Ratio 0,231 0,487 Return on Asset 0,661 0,008 Konstanta -4,870 Sig. F 0,029 R 0,831 2 R 0,690 Sumber Data : output regression diolah
r 0,342 0,222 0,524
Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah: DPR = -4,870 + 1,856CR + 0,231DER + 0,661ROA Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut; 1) nilai konstanta yang dihasilkan sebesar -4,870, menunjukkan bahwa jika current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset = 0, maka dividend payout ratio akan sebesar -4,870, 2) current ratio, debt to
equity ratio menunjukkan hubungan positif dengan dividend payout ratio pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel current ratio, debt to equity ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan dividend payout ratio dan sebaliknya. Pembahasan Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan ini bermula dari bagaimana perlakuan manajemen terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan yang pada umumnya sebagian dari penghasilan bersih setelah pajak (EAT) dibagikan kepada para investor dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para investor. Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakekatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan pada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari retained earning (Levy dan Sarnat dalam Sutrisno, 2001:2). Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio (DPR) yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai,artinya besar kecilnya DPR akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai DPR ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya DPR sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap eksis dan berkembang.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
15 Hasil pengujian menunjukkan pengaruh current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap dividen payout ratio. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Hasil ini diperkuat dengan perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 0,831 atau 83,1 % yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas yang terdiri atas current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset secara bersama-sama terhadap dividen payout ratio memiliki hubungan yang kuat. Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current Ratio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan Current Ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio. Kondisi ini mencerminkan jika current ratio mengalami kenaikan maka akan terjadi kenaikan pula pada dividen payout ratio dan sebaliknya jika current artio mengalami penurunan maka dividen pay out ratio juga mengalami penurunan. Hal ini tentu dapat di mengerti sebab pembayaran Dividen tunai merupakan arus cash keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya cash yang cukup atau posisi likuiditas harus terjaga sehingga walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang beserta bunga yang rendah namun jika tidak didukung oleh posisi cash yang kuat maka kemampuan pembayaran dividennya rendah.Oleh sebab itu pihak manajemen dituntut untuk tetap mengelola kasnya atau aktiva-aktiva yang setara dengan kas secara benar sehingga likuiditas perusahaan tidak terganggu. Debt to Equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan hutang yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara menghitung perbandingan antara total hutang dengan total modal. Dalam penelitian ini dihasilkan bahwa debt to equity ratio mempunyai hubungan yang positif namun tidak signifikan terhadap dividen payout ratio, hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat debt to equity ratio maka tingkat dividen payout ratio juga akan meningkat. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono (2001: 66) yaitu semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin berkurang kemampuan perusahaan membayar dividen sebaliknya semakin turun Debt to Equity Ratio semakin tinngi kemampuan perusahaan membayar dividen. Komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat menigkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak menghasilkan tambahan laba. Return on asset merupakan rasio yang membandingkan antara laba bersih sesudah pajak dengan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Return asset merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Hasil pengujian menunjukkan return on asset mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap dividen payout ratio. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersihnya dengan menggunakan seluruh kekayaanya akan semakin tinggi dividen yang akan dibagikan. Hal ini menunjukkan perusahaan selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba yang di bagi sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
16 dsividen dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham perusahaan. Namun sebaiknya perusahaan juga tidak mengabaikan kesehatan pendanaan perusahaan yang ditandai dengan peningkatan ketergantungan terhadap dana internal yang bersumber dari laba ditahan sebab jika pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dilakukan dengan cara mengurangi ketergantungan terhadap dana eksternal dan menggantinya dengan sumber dana internal maka selain dapat menurunkan resiko perusahaan juga bisa memperbesar kepemilikan para pemegang saham pada perusahaan. Artinya peningkatan nilai perusahaan yang ditandai dengan peningkatan nilai saham tidak sepenuhnya akibat peningkatan dividen tetapi juga karena peningkatan ekuiti dalam bentuk laba ditahan sehingga pertambahan kekayaan pemegang saham bukan hanya karena perolehan dividen tetapi juga disebabkan peningkatan kepemilikan dalam bentuk laba ditahan. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa variabel return on asset mempunyai pengaruh paling dominan terhadap dividen payout ratio perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia. Hal ini diindikasikan dengan perolehan tingkat koefisien korelasi parsial (r) untuk return on asset sebesar 52,4% lebih besar daripada tingkat koefisien korelasi variabel current ratio dan debt to equity ratio. Kondisi ini dikarenakan bahwa return on asset merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan, yaitu tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen adalah merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham, adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya DPR. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividend. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1)Hasil pengujian simultan menunjukkan pengaruh current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap dividen payout ratio. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya dividen payout ratio pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. 2) Hasil pengujian menunjukkan current ratio, berpengaruh signifikan dan positif terhadap dividen payout ratio. Kondisi ini mencerminkan jika current ratio mengalami kenaikan maka akan terjadi kenaikan pula pada dividen payout ratio. Dividen merupakan cash out flow tentu saja memerlukan posisi cash yang kuat sehingga mampu membayar dividen. Hal ini tentu dapat di mengerti sebab pembayaran Dividen tunai merupakan arus cash keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya cash yang cukup atau posisi likuiditas harus terjaga sehingga walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang beserta bunga yang rendah namun jika tidak didukung oleh posisi cash yang kuat maka kemampuan pembayaran dividennya rendah. Oleh sebab itu pihak manajemen dituntut untuk tetap mengelola kasnya atau aktiva-aktiva yang setara dengan kas secara benar sehingga likuiditas perusahaan tidak terganggu. 3) Hasil pengujian menunjukkan debt to equity ratio tidak pengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio. Hasil ini mencerminkan bahwa komitmen perusahaan disektor rokok untuk melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
17 hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat menigkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak menghasilkan tambahan laba. 4) Hasil pengujian menunjukkan return on asset pengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersihnya dengan menggunakan seluruh kekayaanya akan semakin tinggi dividen yang akan dibagikan. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Saran Berdasarkan pembahasan di atas dapat disarankan ; 1) Hendaknya perusahaan mempertimbangkan untuk lebih memanfaatkan dan mengolah segala sumber daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya guna semakin meningkatkan pertumbuhan usahanya, sehingga para investor lebih percaya lagi untuk menanamkan investasinya kedalam perusahaan. 2) Bagi investor yang ingin menanamkan modalnya untuk memperoleh dividen pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh manajemen dapat melihat return on asset dan current ratio, karena berdasarkan hasil penelitian, variabel yang signifikan berpengaruh terhadap dividen payout ratio adalah kedua variabel terseut. Dimana variabel return on asset memiliki pengaruh paling besar dan signifikan. Sehingga investor dapat melihat rasio laba perusahaan sebagai pertimbangan yang lebih besar dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. 3) Bagi peneliti berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta pengamatan untuk lebih diperpanjang, serta memperhitungkan kondisi ekonomi makro, internal non finansial, situasi politik dan kondisi umum regional serta internasional. 4) Untuk menjaga loyalitas pemegang saham terhadap perusahan sebaiknya posisi kas dan kemampuan untuk memperoleh laba dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen tetap terjaga dan tentu saja tanpa mengabaikan pengendalian terhadap resiko perusahan berupa peningkatan pemakaian dana internal dan otomatis juga terjadi peningkatan kepemilikan dari pemegang saham. Disamping itu pemberdayaan hutang secara optimal dan dengan pembiyaan hutang yang efisien akan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan perusahan dalam membayar dividen. DAFTAR PUSTAKA Awat. J. 2005. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Brigham. 2007. Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta. Chang. R.P. dan Rhee. S.G. 1999. Tax and Dividends: The Impact of Personal. Tax on Corporate Dividen Policy and Capital structure Decisions. Journal Financial Manajemen/Summer. p21-31. Chasanah. A. N. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (Dpr) Pada Perusahaan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia (Perbandingan Pada Perusahaan Yang Sebagian Sahamnya Dimiliki Oleh Manajemen Dan Yang Tidak Dimiliki Oleh Manajemen). Skripsi. Undip. Semarang. Darmadji. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali. I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Diponegoro. Yogyakarta Halim. A. 2007. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Salemba Empat.Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
18 Hanafi. M. M. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Handoko. J. 2002. Pengaruh Agency Costs terhadap Kebijakan Dividen Perusahaanperusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi. Vol 2 No 3 Desember. Hatta. A. J. 2002. Faktor-faktor yang Mmpengaruhi Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. Jurnal. JAAI Vol 6 No 2 Desember. Husnan. S. 2002. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN.Yogyakarta. Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Marlina L Dan C. Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position. Debt To Equity Ratio. Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Jurnal Manajemen Bisnis. Volume 2. Nomor 1. Januari 2009: 1 – 6 Nurgiyantoro. B. 2002. Statitistik Terapan Untuk Peneltian Ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nuringsih. K.. 2005. Analisis Pengaruh Kepmeilikan Manajerial. Kebijakan Hutang. ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Juli-Desember 2005.Vol.2 Nomor.5 pp 103-123. Riyanto. B. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Sartono. A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.
Sundjaja. R. S. dan I. Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua. Edisi Ketiga. PT Prenhallindo. Jakarta. Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan: Teori. Konsep dan Aplikasi. Ekonosia.Yogyakarta. Van Horne. 2005. Financial Management and Policy. Eighth Edition. Prentice-Hall International Inc Widodo. F. 2002. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Dividen Per Share. Tesis Yang Tidak Dipublikasikan.
…