1
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTEK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072009) Ryan Raymond Panggabean
Drs. Darsono, MBA., Akt. UNIVERSITAS DIPONEGORO
ABSTRACT This study aims to obtain empirical evidence about the effect of corporate governance on earning management. BOC is measured by the percentage of independent, audit commitee is measured by the percentage of external audit commitees, quality of external auditor measured by the external auditor industry specialization and concentration of ownership is measured by the percentage of the number of shares owned by the largest individuals or groups. Control variables are leverage measured by the ratio of total debt to total assets and firm size measured by using the natural lohgarithm of total assets. Agency theory to explain when the distance between the principal and agent have different interests, conflicts emerged called agency conflict. Separation of function between the owners and management have a negative impact of privacy management company to maximize profits for personal gain. This prompted the need for management of work patterns formed the Clean, Trasparent and Professional (BTP) which is the purpose of implementation of good corporate governance. The results of linear regression analysis showed that the independent audit commite and external auditors the quality of a significant negative effect on earning management, while the proportion of board and ownership cocentration has no significant effect on earnings management. The results of the analysis also found leverage control variables have significant negative impact on earning management where as no significant effect of firm size. Keywords: Board of commissioners, the audit commitee, external auditor, concentration of ownership, leverage, company size and discretionary accrual.
2
PENDAHULUAN Laporan keuangan adalah suatu cerminan dari kondisi perusahaan karena memuat informasi mengenai posisi keuangan, laporan kinerja manajemen, laporan arus kas dan perubahan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga menunjukkan seberapa besar kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manajemen. Di dalam laporan keuangan yang biasanya dijadikan parameter utama adalah besarnya laba perusahaan. Dengan adanya penilaian kinerja manajemen tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku menyimpang dari pihak manajemen perusahaan, yang salah satu bentuknya adalah manajemen laba (earning management). Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan atau nilai perusahaan. Tindakan manajemen laba telah menimbulkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika serikat (Cornett, et al. 2006). Selain itu, di indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeksi adanya manipulasi (Gideon, 2005). Kesenjangan penelitian serta hasil-hasil yang belum konsisten mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh corporate governance terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Penelitian penulis mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Rahnamay dan Nabavi (2010). Perbedaan yang paling mendasar dengan penelitian penulis adalah objek penelitian dan penambahan variabel komposisi komite audit independen. Objek penelitian penulis adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan penelitian Rahnamay dan Nabavi (2010) menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange (TSE). Hasil dari penelitian Rahnamay dan Nabavi (2010) disimpulkan bahwa variabel independen
3
yaitu kosentrasi kepemilikan dan komposisi dewan komisaris mempengaruhi manajemen laba sebagai variabel dependen. Penelitian penulis menggunakan komposisi dewan komisaris, komite audit, kualitas auditor eksternal dan kosentrasi kepemilikan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba dan menggunakan variabel kontrol yaitu leverage dan ukuran perusahaan. Rumusan Masalah Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan atau nilai perusahaan. Motivasi manajemen dalam melakukan manajemen laba dapat menimbulkan penyimpangan yang dapat merugikan nilai perusahaan dan investor (Watt dan Zimmerman, 1986). Tata kelola perusahaan dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan karena tata kelola perusahaan dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang Bersih, Transparan dan Profesional (Effendi, 2009). TELAAH TEORI Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam rangka memahami corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agen) dengan investor (principal). Pemilik mengharapkan return yang tinggi dari investasi yang mereka tanamkan pada perusahaan. Sedangkan manajemen mengharapkan kompensasi yang tinggi dan dipenuhinya kebutuhan psikologis mereka. Hal ini menyebabkan timbul konflik antara manajemen dengan pemilik karena masing-masing akan memenuhi kepentingannya sendiri (opportunistic behavioral). Manajemen Laba
4
Yaping (2006) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi empat, yaitu : 1.
Manajemen laba adalah suatu fraud (penyimpangan). Penyimpangan Laba (earning fraud) adalah kecurangan dan perilaku yang
tidak bermoral, contoh perangkat ini adalah memalsukan dokumen, mengakui pendapatan yang fiktif, menyuap dan transaksi yang tidak sah antar perusahaan. 2.
Manajemen laba mengarah ketidakpatuhan dalam laporan keuangan. Dalam hal ini terjadinya asimetri informasi dimana informasi yang ada pada
manajer, tidak semuanya dipublikasikan kepada pengguna informasi terkait informasi pengelolaan laba, tindakan ini didorong dengan adanya kompensasi manajemen, keuntungan pajak, dan lain-lain. Tata Kelola Perusahaan Menurut Turnbul Report di inggris (1999) dikutip oleh Effendi (2009), tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang. Komposisi Dewan Komisaris Komisaris Nasional Good Corporate Governance (KNGCG) mengeluarkan pedoman tentang komisaris independen yang ada di perusahaan publik. Bagian II.1 dari pedoman tersebut menyebutkan bahwa pada prinsipnya, komisaris bertanggung jawab dan berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi, jika diperlukan. Untuk membantu komisaris dalam menjalankan tugasnya, berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan, maka seorang komisaris dapat meminta nasihat dari pihak ketiga dan/atau membentuk komite khusus. Setiap anggota komisaris harus berwatak amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Komite Audit
5
Komite audit sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Kualitas Auditor Eksternal Auditor eksternal memiliki hubungan kerja dengan komite audit dalam mengadakan pengawasan eksternal audit yang berkualitas, dimana komite audit harus (KNGCG 2002) : 1.
Memberikan rekomendasi tentang pengangkatan dan/atau penggantian auditor eksternal,
2.
Meninjau surat pengangkatan auditor eksternal,
3.
Meninjau biaya untuk eksternal audit,
Kosentrasi Kepemilikan Masalah tata kelola perusahaan merupakan masalah yang timbul sebagai akibat pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain karena karakteristik kepemilikan dalam perusahaan, yaitu (Isnanta, 2008) : 1.
Kepemilikan terkosentrasi (closely held) keadaan dimana sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu
atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan. 2.
Kepemilikan menyebar (dispersed ownership) jika kepemilikan saham secara relatif merata ke publik tidak ada yang
memiliki saham dalam jumlah sangat besar. Penelitian Terdahulu
6
Tabel Ikhtisar Hasil Penelitian Terdahulu
No. 1.
Peneliti
Judul
Variabel
Hasil
Chtourou dan
Corporate Governance
-Variabel Independen :
1. Komisaris
Courteau dan
and Earning
Karakteristik komite audit,
independen
Bedard (2001)
Management
karakteristik dewan
berpengaruh secara
komisaris.
signifikan negatif
-Variabel Dependen :
terhadap
Discretionary accrual
manajemen laba.
-Variabel Kontrol :
2.Komite audit
Ukuran perusahaan,
berpengaruh secara
Leverage,
signifikan negatif
Agency,
terhadap
Big 6 and non big 6 auditors,
manajemen laba.
Initial public offering (IPO), Kosentrasi kepemilikan. 2.
Mashayekhi
Corporate Governance
-Variabel Independen :
1.Komisaris
dan Noravesh
and Earning
Ukuran dewan, Dewan
independen
(2007)
Management :
komisaris independen,
berpengaruh secara
Evidences from Iran
Kepemimpinan dewan
signifikan negatif
(CEO-Chair Duality),
terhadap
Kepemilikan dewan,
manajemen laba.
Jumlah rapat,
2.Komite audit
Komite audit independen.
tidak berpengaruh
-Variabel Dependen :
secara signifikan
Discretionary accrual
terhadap
-Variabel Kontrol :
manajemen laba.
Ukuran perusahaan, Leverage. 3.
Isnanta (2008)
Pengaruh Corporate
-Variabel Independen :
1.Komisaris
Governance Dan
Komisaris independen,
independen tidak
7
Struktur Kepemilikan
Komite audit,
berpengaruh secara
Terhadap Manajemen
Struktur kepemilikan,
signifikan positif
Laba Dan Kinerja
-Variabel dependen :
terhadap
Keuangan
Manajemen laba,
manajemen laba.
Kinerja keuangan.
2.Komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 3.Struktur kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap manajemen laba.
4.
5.
Antonia
Analisis Pengaruh
-Variabel Independen :
1.Komisaris
(2008)
Reputasi Auditor,
Reputasi auditor,
independen tidak
Proposi Dewan
Proporsi dewan komisaris
berpengaruh
Komisaris Independen,
independen,
terhadap
Leverage, Kepemilikan
Leverage,
manajemen laba.
Manajerial dan
Kepemilikan manajerial,
2.Komite audit
Proporsi komite Audit
Proporsi komite audit
berpengaruh secara
Independen Terhadap
independen.
signifikan negatif
Manajemen Laba
-Variabel dependen :
terhadap
Manajemen Laba
manajemen laba.
Murhadi
Studi Pengaruh Good
-Variabel Independen :
1.Komisaris
(2009)
Corporate Governance
Keberadaan komite audit,
Independen tidak
Terhadap Praktik
Dualitas CEO,
berpengaruh
Earnings Management
Keberadaan komisaris
signifikan terhadap
pada Perusahaan
independen,
manajemen laba.
Terdaftar di PT Bursa
Top share,
2.Komite audit
Efek Indonesia
Koalisi Pemegang Saham.
tidak berpengaruh
-Variabel dependen :
signifikan terhadap
Manajemen Laba
manajemen laba.
Variabel Kontrol :
Top share
8
Leverage,
berpengaruh secara
Ukuran Perusahaan,
signifikan positif
Indeks LQ-45.
terhadap manajemen laba.
6.
Zulfiqar, Butt
Corporate Governance
-Variabel Independen :
1.Struktur dewan
dan Hasan
and Earnings
Quality of Corporate
komisaris
(2009)
Management an
Governance :
berpengaruh secara
Empirical
1.Struktur dewan komisaris
signifikan positif
Evidence From
2.Struktur kepemilikan
terhadap
Pakistani Listed
3.Komite audit independen
manajemen laba.
Companies
-Variabel dependen :
2.Struktur
Manajemen laba
kepemilikan berpengaruh secara signifikan positif terhadap manajemen laba. 3. Komite audit independen berpengaruh secara signifikan positif terhadap manajemen laba. Ada tidaknya variabel kontrol tidak mempengaruhi hasil penelitian.
7.
Ningsaptiti
Analisis Pengaruh
-Variabel Independen :
1.Komisaris
(2010)
Ukuran Perusahaan
Konsentrasi kepemilikan,
independen tidak
Dan Mekanisme
Komposisi Anggota Dewan
berpengaruh
Corporate Governance
Komisaris,
signifikan terhadap
Terhadap Manajemen
Spesialisasi Industri KAP,
manajemen laba.
Laba
Komposisi Komite Audit,
2.Komite audit
9
Spesialisasi Industri KAP,
tidak berpengaruh
Ukuran Perusahaan.
signifikan terhadap
-Variabel dependen :
manajemen laba.
Manajemen laba.
3. Spesialisasi Industri KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
8.
Rahnamay
The Effect of Board
-Variabel Independen :
1.Komisaris
dan Nabavi
Composition and
Dewan komisaris
independen
(2010)
Ownership
independen,
berpengaruh secara
Concentration on
Kepemimpinan dewan
signifikan negatif
Earnings Management
(CEO-Chair Duality),
terhadap
: Evidence from IRAN
Kosentrasi kepemilikan
manajemen laba
-Variabel dependen :
2.Komisaris
Discretionary accrual
independen
Variabel Kontrol :
berpengaruh secara
Ukuran perusahaan,
signifikan negatif
Leverage.
terhadap manajemen laba.
9.
Halima
Analisis Pengaruh
-Variabel Independen :
1. Struktur
Stahila
Struktur Kepemilikan,
Struktur kepemilikan,
kepemilikan,
Palestin
Paraktik Corporate
Dewan komisaris
proporsi dewan
(2006)
Governance dan
independen,
komisaris
Kompensasi Bonus
Komite audit
independen
Terhadap Manajemen
mempunyai
Laba
-Variabel Dependen :
pengaruh yang
(Studi empiris pada PT
Manajemen laba.
signifikan terhadap
Bursa Efek Indonesia)
manajemen laba. 2.Komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
10
10.
Jian zhou
Audit Firm Size,
-Variabel Independen :
Auditor spesialisasi
(2001)
Industry Specialization
Auditor spesialisasi industri
industri
and Earnings
KAP Big 4 dan non Big 4
berpengaruh
Management by Initial Public Offering Firms
11.
signifikan negatif -Variabel Dependen :
terhadap
Manajemen laba.
manajemen laba.
Mitra dan
Auditor’s Industry
-Variabel Independen :
Auditor spesialisasi
Hossain
Specialization and
Auditor spesialisasi industri
industri
(2010)
Earning Management
berpengaruh
of Firms Reporting
-Variabel Dependen :
signifikan negatif
Internal Control
Manajemen laba.
terhadap
Weaknesses under
manajemen laba
SOX Section 404 12.
Nuryaman
The Effect Corporate
-Variabel Independen :
1.Kepemilikan
dan Rusmin
Governance
Auditor spesialisasi industri,
manajerial dan
(2009)
Mechanisms on
Kepemilikan manajerial,
Kosentrasi
Earning Management
Kosentrasi kepemilikan,
kepemilikan berpengaruh
-Variabel Dependen :
signifikan negatif
Manajemen Laba.
terhadap manajemen laba. 2.Auditor spesialisasi industri tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menunjukkan pengaruh kualitas dari tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba. Kualitas dari tata kelola perusahaan (the quality of corporate governance) diukur dengan menggunakan struktur dewan komisaris,
11
kosentrasi kepemilikan dan komite audit independen (Klapper dan Love, 2002 dalam Zulfiqar, et al. 2009). Sedangkan manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accrual, modifikasi model Jones (1991). Gambar Kerangka Pemikiran Teoritis
Komposisi Dewan Komisaris Komite Audit Independen Manajemen Laba
Kualitas Auditor Eksternal Kosentrasi Kepemilikan
-
Variabel Kontrol : Leverage Ukuran Perusahaan Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Perumusan Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis antara lain: Komposisi Dewan Komisaris dan Manajemen Laba Dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting
12
mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris (NCCG, 2001). Selain mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2007, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam NCCG, 2001 adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate governance. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis alternatif yang dikemukakan adalah sebagai berikut: H1 : Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba Komite Audit dan Manajemen Laba Komite audit merupakan sub-komite dewan komisaris yang menyediakan komunikasi formal antara dewan, sistem pemantauan internal, dan auditor eksternal. Komite audit memiliki tanggung jawab pengawasan untuk proses pelaporan keauangan perusahaan dan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang diaudit. Dalam kapasitas ini, komite audit bertindak sebagai perantara antara manajemen dan auditor (Mashayekhi dan Noravesh, 2007). Penelitian Chtourou, et al. (2001) menemukan bahwa proporsi anggota komite audit independen berpengaruh negatif terhadap earning management. Artinya, semakin tinggi persentase anggota independen maka semakin kecil earning management yang dilakukan oleh perusahaan. Di indonesia, Antonia (2008),
13
menemukan bahwa proporsi komite audit independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian Murhadi (2009) dan Ningsaptiti (2010), penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara komite audit dan manajemen laba. Artinya keberadaan komite audit tidak mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Mashayekhi dan Noravesh (2007) tidak menemukan hubungan antara discretionanary accrual dan keberadaan komite audit. Artinya, komite audit tidak dapat mencapai prinsip corporate governance dalam membantu dewan komisaris untuk memonitor manajer dalam perusahaan. Dengan demikian, hipotesis alternatif kedua dinyatakan sebagai berikut: H2 : : Komposisi komite audit independen berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba Kualitas Auditor Eksternal dan Manajemen Laba Terjadinya kecurangan, suatu tindakan yang disengaja, yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian. Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun belakangan ini memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. H3 : Kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba Kosentrasi Kepemilikan dan Manajemen Laba Kosentrasi Kepemilikan adalah ukuran dari adanya pemegang saham besar di sebuah perusahaan. Pemegang saham besar memiliki insentif yang lebih besar untuk memantau manajemen, karena biaya yang berkaitan dengan manajemen monitoring lebih kecil dari manfaat yang diharapkan dari kepemilikan saham besar di
14
perusahaan. Sebaliknya kepemilikan tersebar mengarah pada insentif yang lebih lemah dalam memonitor manajemen. Manajer yang memiliki insentif yang besar dalam mengelola laba oportunis, akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham yang lebih besar diakui oleh pemegang saham minoritas sebagai sinyal pemantauan lingkungan perusahaan yang lebih baik. Argumentasi ini konsisten dengan pandangan bahwa kosentrasi kepemilikan adalah salah satu atribut pemantauan good governance (Stiglitz, 1985; Bennedsen; 2000 dan Dempsey, et al. dalam Rahnamay dan Nabavi, 2010). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H4 : Kosentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Komposisi Anggota Dewan Komisaris Jumlah komisaris independen haruslah secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak yang bukan merupakan pemegang saham pengendali, dengan ketentuan bahwa jumlah komisaris independen sekurangkurangnya 30 % (tiga puluh persen) dari seluruh jumlah anggota komisaris. Variabel ini diukur dengan menggunakan persentase dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap total jumlah dewan komisaris. Komite Audit Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, Komite audit sekurangkurangnya terdiri atas tiga orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen, di mana setidaknya satu di antaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan/ atau keuangan.
15
Variabel ini diukur dengan menggunakan persentase antara jumlah anggota komite audit independen terhadap jumlah total komite audit. Kualitas Auditor Eksternal Kualitas Auditor eksternal dalam penelitian ini diukur dengan auditor spesialisasi industri, dimana diyakini mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan secara lebih baik, meningkatkan efesiensi dan meningkatkan penilaian tentang kejujuran laporan keuangan.
Spesialisasi industri auditor diproksi dengan konsentrasi jasa
audit auditor pada bidang tertentu. Spesialisasi Industri KAP pada penelitian ini adalah auditor yang memiliki volume klien minimal 15% dari jumlah klien pada kelompok
industri
tertentu
(Mayangsari,
2004).
Pengukuran
variabel
ini
menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh auditor spesialis industri, dan 0 jika lainnya. Konsentrasi Kepemilikan Kepemilikan saham terkosentrasi adalah keadaan dimana sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok sehingga mereka mempunyai jumlah saham relatif dominan. Variabel ini diukur dengan persentase jumlah kepemilikan saham terbesar oleh individu atau kelompok. Discretionary Accrual Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan discretionary accrual untuk mengukur manajemen laba (model jones dalam Rahnamay dan Nabavi, 2010), dengan tahapan : 1.
Mengukur total accrual dengan menggunakan model jones yang dimodifikasi.
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak – arus kas operasi
2.
(3.1)
Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS
(Ordinary Least Square) :
16
⁄
=
=
(1/
=(
(1/
)+
)+ /
((Δ
((Δ -Δ
)/
)+ )/
(
)+
/ (
/
)-
)+e
(3.2)
)
(3.3) (3.4)
Leverage Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi sebagai akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan earning management karena perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya. Variabel ini diukur dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva. Ukuran Perusahaan Perusahaan dengan ukuran besar lebih memiliki informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung lebih diamati baik oleh media masa dan analisis, sehingga semakin besar ukuran perusahaan diharapkan semakin berkurang praktek earning management. Variabel ini diukur dengan menggunakan nilai log total aset perusahaan pada akhir tahun.
Penentuan Populasi dan Sampel Populasi yang dijadikan obyek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan–perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode tahun 2007–2009 berjumlah 143 perusahaan yang dimuat dalam IDX 2007-2009. Perusahaan manufaktur dipilih karena tingkat akrual antar industri berbeda tergantung karakteristik industri (Setiawati, 2002). Sedangkan Setiawati dan Na’im (2002) dalam Prasetya (2005), menemukan bahwa model estimasi
17
discretionary accruals yang berlaku untuk perusahaan manufaktur ternyata tidak berlaku untuk perusahaan non manufaktur.. 1.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah sumber data
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melalui media perantara. Data sekunder tersebut berupa laporan tahunan 2007-2009 yang diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id, Pojok BEI UNDIP, IDX statistix 2007-2009, ICMD 2010, dan lain-lain. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang dibentuk dari variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisa grafik, yaitu dengan melihat histogram dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam regresi adalah melihat tolerance value dan varian inflation factor (VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila mempunyai tolerance value > 0,10 dan nilai VIF < 10. Uji Heteroskedastisitas
18
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi timbul karena obsevasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Analisis Regresi Linear Berganda Uji regresi bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen. Model yang dikembangkan dalam penelitian adalah sebagai berikut : =
+
+
+
+
+
+
+e
(3.5)
Uji Hipotesis Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) a.
Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu
berpengaruh terhadap variabel terikat. Kriteria pengujian taraf nyata sebesar 0,05; apabila nilai signifikasi < 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima dan apabila nilai signifikasi > 5 % maka Ho diterima dan Ha ditolak. Pengujian Koefesien Regresi Serentak (Uji F) b.
Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel bebas secara serentak
berpengaruh terhadap variabel terikat. Kriteria pengujian taraf nyata sebesar 0,05;
19
apabila nilai signifikasi < 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima dan apabila nilai signifikasi > 5 % maka Ho diterima dan Ha ditolak. Uji Koefesien Determinasi (
)
Pengu semakin besar nilai R (semakin mendekati 1) berarti semakin baik garis regresi sampel mencocokan data atau berapa persen yang dapat dijelaskan tentang variabel terikat oleh variabel bebas. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel JUMLAH KETERANGAN
PERUSAHAAN
Populasi perusahaan manufaktur 2007-2009
143
Perusahaan tidak menyajikan data lengkap 2007
(114)
Perusahaan tidak menyajikan data lengkap 2008
(108)
Perusahaan tidak menyajikan data lengkap 2009
(109)
Perusahaan yang terpilih menjadi sampel 2007
29
Perusahaan yang terpilih menjadi sampel 2008
35
Perusahaan yang terpilih menjadi sampel 2009
34
Jumlah Observasi
98
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rat-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berikut ini dijelaskan statistik data penelitian : Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai minimum variabel DA, DKI, KAI, KK, KAE, L dan U secara berturut-turut adalah sebesar -0,707; 0,200; 0,333;
20
0,095; 0; 0,071 dan 4,385. Nilai maksimum variabel DA, DKI, KAI, KK, KAE, L dan U secara berturut-turut adalah sebesar 0,662; 0,600; 0,750; 0,981; 1; 2,845 dan 7,949. Nilai rata-rata variabel DA, DKI, KAI, KK, KAE, L dan U secara berturut-turut adalah sebesar -0,059; 0,390; 0,635; 0,571; 0,785; 0,585 dan 6,378. Sebaran data variabel DA, DKI, KAI, KK, KAE, L dan U tergolong baik karena nilai standar deviasinya dibawah 2,5 yaitu secara berturut-turut adalah sebesar 0,156; 0,072; 0,082; 0,226; 0,412; 0,499 dan 0,724. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Secara grafis hasil uji normalitas dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar Hasil Pengujian dengan Analisis Grafik Plot
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011 Tampilan grafik normal plot pada gambar 4.1 terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal.
21
Uji normalitas lainnya yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov yang ditampilkan pada tabel 4.3 dibawah ini : Tabel Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
98 a
Normal Parameters
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .13720571
Absolute
.080
Positive
.080
Negative
-.072
Kolmogorov-Smirnov Z
.794
Asymp. Sig. (2-tailed)
.554
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametik kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,794 > 0,05. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini.
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Dari hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.4 diketahui bahwa nilai VIF variabel DKI, KAI, KK, KAE, L dan U secara berturut-turut adalah sebesar 1,215; 1,131; 1,159; 1,352; 1,239 dan 1,277. Dengan demikian dinyatakan bahwa variabel
22
independen bersifat orthogonal atau tidak terjadi korelasi satu sama lain, karena memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Uji Heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2006). Dari grafik scatterplots pada gambar 4.2 dibawah terlihat bahwa titik –titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Gambar 4.2 Scatterplot Uji Heterokedastisitas
23
Pada penelitian ini juga menggunakan uji Glejser untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser adalah sebagai berikut : Berdasarkan tabel 4.5 dibawah diketahui bahwa sebaran variance semua variabel bersifat homokedasitas yang dibuktikan dengan nilai signifikasi uji glejser sebesar 0,513; 0,389; 0,953; 0,301; 0,810; 0,099 dan 0,279. Semua nilai probabilitas adalah lebih besar dari 0,05 dengan demikian model regresi dinyatakan bebas dari masalah heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Output uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel Hasil Uji Durbin Watson b
Model Summary
Model 1
R
R Square
.481 a
.231
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .181
.14165678
Durbin-Watson 1.668
a. Predictors: (Constant), U, KAI, KK, L, DKI, KAE b. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011 Dari tabel dapat diketahui nilai durbin watson sebesar 1,668. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai kepercayaan 5% dengan jumlah sampel n sebanyak 98 perusahaan dan jumlah variabel yang mempengaruhi ada 6, maka didapat nilai du 1,8027 dan dl = 1,5437. Nilai d (1,668) diantara nilai dl dan du sehingga tidak ada keputusan terjadi autokorelasi positif ataupun negatif.
24
Setelah uji asumsi klasik dilakukan, tidak terdapat penyimpangan terhadap uji asumsi
klasik,
yaitu
uji
normalitas,
multikolonieritas,
autokorelasi
dan
heterokedastisitas. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis maka analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen dan kontrol terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Parsial t Keseluruhan Data Coefficients a
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.380
.201
DKI
-.064
.221
KAI
-.690
KK
Beta
t
Sig.
1.885
.063
-.029
-.291
.772
.188
-.359
-3.674
.000
-.005
.068
-.008
-.078
.938
KAE
-.087
.041
-.230
-2.151
.034
L
-.100
.032
-.320
-3.132
.002
U
.024
.022
.113
1.084
.281
a. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Uji Hipotesis Pertama Hipotesis pertama (H1) adalah komposisi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi
25
diperoleh nilai signifikansi uji t variabel DKI (Dewan Komisaris Independen) untuk data tahun 2007, 2008, 2009 dan keseluruhan data secara berturut-turut adalah (0,586 > 0,05) H1 ditolak; (0,982 > 0,05) H1 ditolak; (0,612 > 0,05) H1 ditolak dan (0,772 > 0,05) H1 ditolak. Sehingga dapat diartikan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba untuk keseluruhan data observasi dan tiap tahun data 2007-2009. Uji Hipotesis Kedua Hipotesis kedua (H2) adalah komposisi komite audit independen berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai signifikansi uji t variabel KAI (Komite Audit Independen) untuk data tahun 2007, 2008, 2009 dan keseluruhan data secara berturut-turut adalah (0,038 < 0,05) H2 diterima; (0,926 > 0,05) H2 ditolak; (0,004 < 0,05) H2 diterima dan (0,000 < 0,05) H2 diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa komite audit independen berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba untuk keseluruhan data observasi dan tahun data 2007 dan 2009, sedangkan untuk data tahun 2008 menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Uji Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga (H3) adalah kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai signifikansi uji t variabel KK (Kosentrasi Kepemilikan) untuk data tahun 2007, 2008, 2009 dan keseluruhan data secara berturut-turut adalah (0,397 > 0,05) H3 ditolak; (0,404 > 0,05) H3 ditolak; (0,723 > 0,05) H3 ditolak dan (0,938 > 0,05) H3 ditolak. Sehingga dapat diartikan bahwa konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba untuk keseluruhan data observasi dan tiap tahun data 2007-2009. Uji Hipotesis Keempat Hipotesis keempat (H4) adalah KAE ( Kualitas Auditor Eksternal) berpengaruh negatif terhadap praktek manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai signifikansi uji t variabel KAE (Kualitas Auditor Eksternal) untuk data
26
tahun 2007, 2008, 2009 dan keseluruhan data secara berturut-turut adalah (0,014 < 0,05) H4 diterima; (0,971 > 0,05) H4 ditolak; (0,243 > 0,05) H4 ditolak dan (0,034 < 0,05) H4 diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba untuk keseluruhan data observasi dan tahun data 2007, sedangkan untuk tahun data 2008 dan 2009 menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. hasil uji F dalam penelitian dapat dilihat pada tabel : Tabel Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
b
df
Mean Square
.549
6
.092
Residual
1.826
91
.020
Total
2.375
97
F 4.561
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), U, KAI, KK, L, DKI, KAE b. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011 Dari Tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat signifikasi, yaitu 0,000 lebih kecil dibandingkan taraf signifikasi
(0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam model penelitian ini secara simultan dapat berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba.
4.6
Uji Koefisien Determinasi (
)
27
Uji koefesien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari koefesien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini: Tabel Hasil Uji Koefesien Determinasi b
Model Summary
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
1
.481a
.231
.181
.14165678
1.668
a. Predictors: (Constant), U, KAI, KK, L, DKI, KAE b. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011 Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square adalah 0,181. Hal ini berarti bahwa 18,1% variabel manajemen laba (discretionary accruals) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu dewan komisaris independen, komite audit independen, kosentrasi kepemilikan, kualitas auditor eksternal beserta variabel kontrol leverage dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya 81,9 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianalisis. 4.7
Hasil Hipotesis dan Pembahasan
1.
Dewan Komisaris Independen Berdasarkan hasil analisis keseluruhan data observasi diketahui nilai
signifikasi uji sebesar 0,772 > 5% yang menunjukkan bahwa dewan komisaris independen tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Chtourou, et al. (2001) dan Rahnamay dan Nabavi (2010) menunjukkan komposisi dewan komisaris memberikan pengaruh secara signifikan negatif terhadap manajemen laba, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
28
keberadaan komisaris independen dapat meningkatkan praktek corporate governance dan dapat membantu dalam memonitor manajemen dalam perusahaan laba. 2.
Komite Audit Independen Berdasarkan hasil analisis keseluruhan data observasi diketahui nilai
signifikasi uji sebesar 0,00 < 5% yang menunjukkan bahwa komite audit independen berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil disimpulkan bahwa komite audit yang diukur dari persentase jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan dapat mengurangi praktek manajemen laba. 3.
Konsentrasi Kepemilikan Berdasarkan hasil analisis keseluruhan data observasi diketahui nilai
signifikasi uji sebesar 0,938 > 5% yang menunjukkan bahwa dewan komisaris independen tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba. Dari hasil disimpulkan bahwa kosentrasi kepemilikan saham terbesar tidak signifikan mempengaruhi praktek manajemen laba semakin berkurang. 4.
Kualitas Auditor Eksternal Berdasarkan hasil analisis keseluruhan data observasi diketahui nilai
signifikasi uji sebesar 0,034 < 5% yang menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh signifikan negatif mempengaruhi manajemen laba. Dari hasil disimpulkan bahwa kualitas auditor eksternal dengan ukuran spesialisasi industri dapat mengurangi praktek manajemen laba yang dilakukan manajemen di perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian serta hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa penerapan tata kelola perusahaan dalam komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya
29
komposisi dewan komisaris tidak berdampak pada manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya dewan komisaris independen tidak menjamin berkurangnya penyimpangan kebijakan manajemen laba yang diterapkan di perusahaan. 2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa penerapan tata kelola perusahaan dalam komposisi komite audit independen berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa dengan keberadaan anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan berdampak pada berkurangnya manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Keterbatasan dan Saran Penelitian Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan setelah dilakukan analisis dan interpretasi data adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba dalam penelitian ini mungkin belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik sehingga masih memerlukan justifikasi model lain terutama untuk mencari discretionary accrual nya. 2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya empat 2
variabel dan variabel kontrol hanya dua, dengan Adjusted R hanya 0,181. Sehingga ada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap manajemen laba.
30
DAFTAR PUSTAKA Antonia, Edgina. 2008. ”Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proposi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba”, Tesis tidak dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Abdelghany, Khaled Elmoatasem. 2005. ”Measuring the Quality of Earnings”, Accounting Department, college of business and economics, Qatar University, Doha , Qatar, Managerial Auditing journal vol 20 no 9 2005, http : // www. emeraldinsight .com/0268-6902.html
Boediono, Gideon SB. 2005. ”Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Chtourou, Courteau dan Bedard. 2001. “Corporate Governance and Earning”, SSRN (Social Science Research Network), http:// papers.ssrn.com / abstract= 275053. Denis dan Mc Connel. 2003. “International Corporate Governance”, ECGI Working Paper Series in Finance, Finance Working Paper N 05/2003, http :// ssrn. com/ abstract_id =320121 Effendi , Arief. 2009. The Power Of Good Corporate Governance, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3, Badan Penerbit Undip, Semarang.
31
Gumanti, Tatang Ary. 2005. “Earning Management : Suatu Telaah Pustaka”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.2, No 2, November 2000 :104-115 Herry, 2009. Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta. Isnanta, Rudi. 2008. “Pengaruh Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan”,Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Jensen dan Meckling. 1976. “Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”, http: //ssrn.com/abstract=94043 Jian Zhou. 2001. “Audit Firm Size , Industry Specialization and Earning Management by Initial Public Offering Firms”, http ://aaahq.org/audit/midyear /02midyear/ papers/ipo earningsmgmt.pdf Koroy, Tri Ramaraya. 2008. “Pendektesian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10 No 1, mei 2008 :22-23, STIE Nasional Banjarmasin, Indonesia. Mitra dan Hossain. 2010. ”Auditor’s Industry Specialization and Earning Management of Firms Reporting Internal Control weakness under SOX Section 404”, http: // papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1555048
Mashayekhi dan Noravesh. 2007. ”Corporate Governance and Earning Management: Evidences from Iran”, Asian Journal of Finance and Accounting , Vol. 1, No.2 pp. 180 – 198, Tehran University, http: // www. waset.org /journals/ waset/ v66 /v66-30.pdf Mayangsari, Sekar. 2004. ”Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi industri Auditor terhadap Earnings Response Coefficient”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7 , no 2, Mei 2004, hal 154-17 Murhadi, Werner. 2009. ”Studi Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktik Earnings Management pada Perusahaan Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 11. No 1, Maret 2009 : 1-10 NCGC. 2001. Indonesian Code for Good Corporate Governance , April 2011 Foreword. http :// www.ecgi.org/codes/documents/indon_2001.pdf
32
Nuryaman dan Rusmin. 2009. ”The Effect Of Corporate Governance Mechanisms on Earning Management” , The 8th Asian Academy of Management International Conference, Universitas Widyatama Bandung-Indonesia Ning Yaping (2006), ”A Different Perspective of Earning Management”, Canadian Social Science, Vol 2 No. 4, December 2006 53-59, http: // www.cscanada .net / index.php/css/article/view/340/pdf_179 Ningsaptiti, Resti. 2010. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Prasetya, Adit. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. 2002. disusun untuk Komite Nasional Good Corporate Governance, dikeluarkan oleh Task Force Komite Audit dengan perwakilan tim kerja FCGI http://www.knkg-indonesia .com / KNKG/index.asp?ID=AB.DL
Palestin, Shatila Halima. 2006. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris di PT. Bursa Efek Indonesia)”, http:// prints. undip. ac.id /8045/ 1/Halima_Sathila_Palestin.pdf Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, http://www.knkg indonesia.com /KNKG / index.asp?ID=AB.DL
Rahnamay dan Nabavi (2010), “The Effect of Board Composition and Ownership Concentration on Earnings Management : Evidence from IRAN”, World Academy of Science , Engineering and technology 66, 2010. Syahriana, Nani. 2006. “Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Watts dan Zimmerman. 1990. “Positive Accounting Theory : A Ten Year Perspective”, The Accounting Review, Vol 65 No. 1 January 1990 pp.131-156, University of Rochester.
33
Zulfiqar, Butt dan Hasan. 2009. “Corporate Governance and Earnings Management an Empirical Evidence From Pakistani Listed Companies”, European Journal of Scientific Research, ISSN 1450- 216X Vol.26 No.4 (2009), pp 624-638, eurojournals Publishing, Inc, 2009, http :// www.eurojournals.com/ejsr.htm.