*) Dosen Tetap Prodi Akuntansi STIESA
PENGARUH BIAYA MUTU TERHADAP TINGKAT PENJUALAN
1. Pendahuluan
Oleh : Icih, SE, M.Si*)
Sebelum ditemukannya perangkat industri modern atau Abstrak Dalam rangka meningkatkan keunggulan di era persaingan bebas, perusahaan harus mengevaluasi strategi bisnisnya kembali untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. Salah-satu faktor yang dapat menjadi daya saing suatu perusahaan adalah faktor mutu. Sehingga apabila perusahaan mampu menghasilkan produk yang mutunya bagus diharapkan dapat meningkatkan volume atau tingkat penjualan serta meningkatkan labanya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan pada PT. PG Rajawali II Unit PG Subang. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu (1) Biaya Mutu, dengan indikator adalah biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan, (2) Tingkat Penjualan, dengan indikator adalah penjualan dari produk gula pasir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Data yang diolah adalah selama 2 tahun (24 bulan) yaitu tahun 2004 dan tahun 2005, dengan skala data adalah skala rasio. Dengan menggunakan analisis regresi sederhana diperoleh hasil bahwa regresi antara Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan adalah sebesar 0,87. Sedangkan hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukkan bahwa Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan adalah sebesar 17,09%. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh bahwa t hitung = 2,1302 sedangkan t table = 2,0739 ( df = 22,α = 0,05 ) dan dari hasil tersebut maka diputuskan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya : Terdapat Pengaruh yang Signifkan atas Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan agar PT. PG Rajawali II Unit PG Subang membuat laporan biaya mutu. Hal ini untuk memudahkan jika pimpinan atau auditor ingin mengetahui dan memerlukan data tersebut dan juga harus lebih meningkatkan mutu dari produk gula tersebut. Kata Kunci : Biaya Mutu dan Tingkat Penjualan.
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
87
pada abad perindustrian, kegiatan perdagangan dan penjualan sudah dikenal oleh banyak masyarakat diseluruh dunia. Menurut Terence (2004:280), “kebijaksanaan suatu bisnis yang populer segalanya dimulai dengan penjualan”. Penjualan perseorangan (personal selling), memberikan dorongan yang dibutuhkan agar para pelanggan mau membeli produk baru, meningkatkan jumlah pembelian mereka dan mencurahkan lebih banyak usaha untuk memasarkan merk (brand image) perusahaan. Penjualan merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi kita dengar. Menurut Neill dan Toni (2000:17), “penjualan merupakan suatu hal : (1) Introverted (tertutup dan kaku), (2) memandang ke dalam, (3) prosesnya dimulai dari produk, (4) jangka pendek, (5) menyangkut “penghasilan” minggu ini, dan (6) terfokus pada satu aspek dari pelayanan. Sedangkan menurut terence (2004:283), “penjualan adalah upaya yang minim untuk memahami bisnis pelanggan, dan tindaklanjut pasca penjualan atau perhatian yang minim terhadap kepuasan pelanggan”. Dan dalam era persaingan yang bebas saat ini, sebagian besar perusahaan sangat memperhatikan mutu produknya yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang maju.
88 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
Setiap perusahaan berusaha meningkatkan daya saing produknya dalam persaingan di pasar bebas, terutama persaingan dengan negara lain. Upaya tersebut tidak hanya cukup berupa strategi harga guna meningkatkan penjualannya, tetapi juga memberikan perhatian utama kepada mutu atau kualitas produk yang dihasilkan karena dengan semakin terbukanya teknologi informasi dan komunikasi konsumen semakin kritis dalam hal pemilihan produk yang akan digunakannya. Sehingga apabila perusahaan mampu menghasilkan produk yang mutunya bagus diharapkan dapat meningkatkan volume atau tingkat penjualan serta meningkatkan labanya. Setiap perusahaan berupaya mengembangkan produknya, dalam menghadapi persaingan di pasar bebas. Faktor utama yang mempengaruhi suatu produk adalah mutu. Untuk meningkatkan mutu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan berusaha untuk mendapatkan sertifikat ISO 9002 yang merupakan standar mutu yang diakui secara internasional,, penerapan Total Quality Manajemen (TQM), atau dengan usaha-usaha lainnya sehingga dapat memberikan peningkatan mutu. Menurut Sofjan Assauri (1993:232), pada dasarnya mutu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : fungsi suatu barang, wujud luar, dan biaya dari barang tersebut.
a.
Fungsi suatu barang Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan harus benar-benar memenuhi fungsi tersebut. b. Wujud luar Salah-satu faktor yang penting dan sering dipergunakan konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut adalah wujud luar barang tersebut, yang meliputi: bentuk, warna, susunan (pembungkusan) dan hal-hal lainnya. c. Biaya barang tersebut Umumnya biaya dari harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini dapat terlihat dari barang-barang yang mempunyai harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik demikian pula sebaliknya. Namun tidak selamanya biaya yang mahal menentukan mutu suatu barang, karena bisa jadi adanya inefisiensi atau tingginya tingkat keuntungan yang diambil terhadap barang tersebut. Perlu kita ketahui bahwa untuk meningkatkan mutu selalu dibutuhkan biaya, yang disebut dengan biaya mutu. Menurut Supriyono (1994:379) : “Biaya mutu merupakan biaya yang terjadi atau mungkin terjadi karena mutu yang buruk”. Jadi biaya mutu merupakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Informasi biaya mutu digunakan untuk membantu para manajer mengendalikan kinerja mutu dan sebagai masukan dalam rangka pembuatan keputusan strategi mengenai rencana penjualan dimasa yang akan datang dan untuk mengevaluasi kinerja program-program peningkatan mutu secara menyeluruh. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh biaya mutu yang dikaitkan dengan tingkat penjualan, apakah terdapat korelasi
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
89
90 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
antara kedua variabel tersebut atau tidak, dan sejauhmana
aplikasi; serta (3) Bagi pihak lain, Dapat dijadikan bahan acuan
korelasinya serta bagaimana pengaruhnya.
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.
Adapun perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana besarnya biaya mutu
Laporan
ini
juga
diharapkan
memberikan
manfaat
bagi
masyarakat umum pada umumnya.
pada PT. PG.Rajawali II Unit PG Subang dalam periode
2004-2005; (2) Bagaimana tingkat penjualan pada PT.PG.Rajawali II
2. Telaah Litelatur dan Hipotesis
Unit PG Subang dalam periode 2004-2005; serta (3) Bagaimana
2.1. Biaya Mutu
pengaruh biaya mutu terhadap tingkat penjualan pada PT. PG.Rajawali II Unit PG Subang dalam periode 2004-2005.
Biaya merupakan bagian yang terpenting dalam suatu perusahaan sebab tidak adanya biaya dalam suatu perusahaan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui besarnya biaya mutu pada PT.PG.Rajawali II Unit PG Subang dalam periode 2004-2005; (2) Mengetahui tingkat penjualan pada PT.PG.Rajawali II Unit PG Subang dalam periode 2004-2005; serta (3) Mengetahui pengaruh
maka perusahaan tersebut tidak akan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Lincolin Arsyad (1999:52) bahwa : …istilah biaya bisa diartikan bermacam-macam, dan pengertiannyapun berubah-ubah tergantung bagaimana biaya tersebut digunakan, umumnya biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar.
biaya mutu terhadap tingkat penjualan pada PT.PG.Rajawali II Unit Sedangkan menurut Basuswastha dan Ibnu Sukotjo w
PG Subang dalam periode 2004-2005. Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yang diteliti, masyarakat khususnya serta rekan-rekan mahasiswa dan penulis sendiri. (1) Bagi Perusahaan, Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan dalam menentukan kebijaksanaan selanjutnya yang berhubungan biaya mutu produk; (2) Bagi penulis, Dapat menambah ilmu pengetahuan lebih banyak tentang akuntansi biaya khususnya tentang biaya mutu baik secara teori maupun
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
91
menyebutkan (1995:214-215) bahwa : Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian, sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya biaya dibagi dalam 3 konsep : 1) Biaya variable yaitu variable yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil 2) Biaya tetap yaitu biaya-biaya yang tidak berubahubah atau konstan untuk setiap tingkatan / sejumlah hasil yang diproduksi
92 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
3) Biaya total yaitu merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total merupakan jumlah dari biaya variable dan biaya tetap.
(1993:333) : “mutu suatu barang merupakan kesesuaian maksud dan tujuan dari barang tersebut”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mutu didefinisikan sebagai berikut: “ mutu adalah tingkat baik buruknya sesuatu”.
Menurut Sunarto (2003:4) pengertian
biaya adalah
sebagai berikut : “Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah
dimanfaatkan
atau
dikonsumsi
untuk
memperoleh
pendapatan”.
mutu adalah ukuran relatif kebaikan. Secara operasional, produk bermutu adalah produk yang memenuhi berbagai harapan pelanggan.
Salah-satu fungsi objektif perusahaan adalah going concern, yaitu bahwa aktivitas suatu perusahaan diharapkan akan berjalan terus menerus. Dalam hal ini berkaitan dengan aktivitas produksi, lebih khususnya masalah mutu suatu produk. Menurut Sofjan Assauri (1993 : 333) mengatakan bahwa :
Menurut Harold bierman,jr dkk (1990:864) umumnya, ada 2 jenis mutu yang diakui yaitu : 1) Mutu Rancangan (Quality of Design) Adalah suatu fungsi berbagai spesifikasi produk. Mutu rancangan yang lebih tinggi biasanya ditunjukkan oleh 2 hal yaitu:
Dari segi pandangan siprodusen, mutu sering diartikan sebagai komposisi teknis yang didasarkan pada spesifikasi teknis dari suatu produk. Sedangkan dari segi pandangan sikonsumen, mutu dimaksudkan sebagai tingkat kemampuan produk untuk memenuhi apa yang diharapkan sikonsumen terhadap suatu produk yang dimilikinya.
Apabila definisi mutu tersebut diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari, maka yang disebut dengan produk bermutu adalah produk yang sesuai atau dengan apa yang diharapkan oleh konsumen yang menggunakannya atau yang akan menggunakannya. Sedangkan menurut Sofjan Assauri
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
Mutu dapat pula didefinisikan sebagai tingkat keunggulan. Jadi
93
(1) tingginya biaya pemanufakturan, (2) tingginya harga jual. 2) Mutu kesesuaian (Quality of Conformance) Adalah suatu ukuran mengenai bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Jika produk memenuhi semua spesifikasi rancangan, produk tersebut cocok digunakan. Dari kedua jenis mutu tersebut di atas, mutu kesesuaian harus menerima tekanan yang lebih besar. Ketidaksesuaian memenuhi persyaratan biasanya menimbulkan masalah besar bagi perusahaan. Produk harus diproduksi sesuai dengan spesifikasi
94 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
rancangannya,
persyaratan-persyaratan
harus
dipenuhi.
Jika
produk tidak baik, maka rancangannya harus diubah.
c. Biaya kegagalan • Biaya kegagalan internal
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu adalah tingkat
• Biaya kegagalan eksternal
kesesuaian antara apa yang mampu diberikan oleh produsen
Menurut Sofjan Assauri (1993:333) bahwa :
dengan kenyataan yang diharapkan oleh konsumen. Sehingga
“Biaya mutu adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mencapai suatu mutu tertentu dari produk yang dihasilkan, yang akan mempengaruhi secara langsung besarnya biaya produksi dari produk akhir”.
produsen merupakan pihak yang sangat berkepentingan dalam hal peningkatan atau perbaikan mutu produk yang dihasilkannya. Untuk mencapai peningkatan mutu produk yang dihasilkannya, produsen harus menganggarkan biaya yang disebut dengan biaya mutu. Informasi biaya mutu digunakan untuk membantu para manajer mengendalikan kinerja mutu dan sebagai masukan dalam rangka pembuatan keputusan strategis dan untuk mengevaluasi kinerja program-program peningkatan mutu secara menyeluruh. Biaya mutu adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena mutu yang buruk. Jadi, biaya mutu adalah biaya yang
berhubungan
dengan
penciptaan,
pengidentifikasian,
perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Sampai batas tertentu, biaya mutu seringkali disalahartikan. Biaya mutu tidak hanya terdiri atas biaya untuk mencapai mutu, jenis biaya mutu harus diidentifikasikan dan dibedakan.
Menurut pandangan tradisional, terdapat keseimbangan optimal
antara
biaya
pencegahan,
biaya
penilaian,
biaya
kegagalan internal dan eksternal. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar dari pada kenaikan biaya pencegahan dan biaya penilaian, maka perusahaan harus secara terus-menerus meningkatkan usaha-usahanya untuk mencegah atau mendeteksi ketidaksesuaian
unit-unit
produk
yang
dihasilkan
dengan
persyaratan-persyaratannya. Menurut pandangan modern, tingkat optimal biaya mutu akan terjadi jika tidak ada produk yang rusak. Yang dimaksud dengan konsep kerusakan nol adalah standar kinerja yang mengharuskan produk atau jasa yang diproduksi dan dijual sesuai dengan persyaratan mutu, sehingga produk rusak dapat dikurangi
Biaya mutu dapat dikelompokkan ke dalam 3 klasifikasi besar yaitu :
dan biaya mutu total dapat diturunkan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan menurut RA Supriyono (1994:386) adalah :
a. Biaya Pencegahan (Preventif) b. Biaya penilaian
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
95
96 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
a) Semula, perusahaan meningkatkan biaya pencegahan dan
penilaian
agar
dapat
mengurangi
biaya
kegagalannya sehingga tercapai trade-off. b) Pada
c)
langkah
selanjutnya
perusahaan
bahwa : “penjualan adalah banyaknya unit produk yang terjual dikalikan dengan harga produk tersebut per unit”. Perusahaan dapat melakukan penjualan produknya baik
dapat
secara tunai maupun kredit. Penjualan pun dapat dilakukan secara
memotong kembali biaya pencegahan dan penilaian.
langsung maupun tidak langsung. Dalam artian langsung adalah
Pada akhirnya, perusahaan dapat mengurangi biaya
bahwa perusahaan menjual barangnya secara langsung kepada
semua kelompok biaya mutu secara permanen.
konsumen tanpa melalui perantara, sedangkan penjualan tidak
Dalam suatu periode perlu dilakukan pengukuran kinerja
langsung adalah penjualan yang melalui perantara. Tujuan setiap
mutu untuk mengeliminasi biaya-biaya kegagalan dan secara
perusahaan
terus-menerus mencari cara-cara baru untuk meningkatkan mutu.
diinginkan, dan hal ini dapat dipenuhi dengan meningkatkan
Untuk mengukur kualitas perlu dilakukan pengukuran biaya mutu
penjualan yang dapat menghasilkan laba yang diinginkan
dengan menggunakan sistem penentuan biaya mutu (Qualty
tersebut.
Corting
System),
mengumpulkan
yaitu biaya
sistem
untuk
memantau
untuk
mempertahankan
dan atau
adalah
Berdasarkan
untuk
memperoleh
kerangka
pemikiran
keuntungan
di
atas,
yang
penulis
mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Pengaruh
menyempurnakan mutu produk dalam suatu perusahaan.
Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan”.
2.2. Tingkat Penjualan
3. Metodologi Penelitian
Produk yang akan dijual oleh perusahaan harus diketahui
Objek penelitian dalam penulisan ini adalah biaya mutu
oleh para pembeli potensialnya. Untuk itu perusahaan harus dapat
dan tingkat penjualan pada PT. PG Rajawali II Subang yang
menginformasikannya dengan tepat agar dapat mengetahui
beralamat di Jalan Pasir Bungur kec. Purwadadi Kab. Subang. PT.
bagaimana tanggapan yang diberikan oleh pembeli, sehingga
PG Rajawali ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pada akhirnya akan terjadi penjualan yang diharapkan. Penjualan
produksi gula.
dalam hal ini berarti menjual produk yang dimilikinya kepada konsumen. Sedangkan menurut M. Mursid (1997:21) mengatakan
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
97
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif.
98 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini menetapkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengukur variabel tersebut
guna
sebagai
spesifikasi
kegiatan
penulis
Variabel
Konsep Variabel
Variabel Independen Biaya Mutu
Semua biaya yang dikeluarkan untuk mencapai suatu mutu tertentu dari produk yang dihasilkan, yang akan mempengaruhi secara langsung besarnya biaya produksi dari produk akhir. Seluruh jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari menjual barang yang diproduksinya.
dalam
mengukur variabel Independen dan variabel Dependen. Dari judul penelitian yang telah dikemukakan, maka terdapat variabelvariabel sebagai berikut : 1.
Tabel 1 Biaya Mutu dan Tingkat Penjualan (variabel X dan Y)
Biaya Mutu, yang ditunjukkan dengan Laporan Biaya Mutu, sebagai variabel independen.
2.
Tingkat Penjualan, yang ditunjukkan dengan hasil penjualan yang diperoleh dari penjualan produk sebagai variabel dependen. Adapun variabel penelitian, konsep, sub variabel, indikator
dan skala pengukurannya dapat penulis jelaskan ke dalam tabel
Variabel Dependen Tingkat Penjualan
Sub Variabel Terdapat jenisjenis biaya mutu
Tercapai nya jumlah penjuala n
Indikator
Skala
• Biaya Pencegahan • Biaya Penilaian • Biaya Kegagalan
Rasio
Penjualan pada produk gula pasir
Rasio
Sumber : Supriyono (1996 :147) ; Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi
berikut ini :
Dasar dari penelitian ini didukung oleh adanya data dan informasi, untuk itu dilakukan cara tertentu untuk memperoleh data dan keterangan tersebut. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang digunakan yaitu : (1) Dokumentasi, Dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan mutu, biaya mutu, sebagai landasan berfikir secara teoritis dan penerapannya ke dalam praktek; (2) Wawancara, Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara Tanya jawab secara langsung antar peneliti dengan pihak
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
99
100 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
perusahaan
yang
berhubungan
dengan
objek
penelitian;
2) Analisis Koefisien Determinasi
(3)Observasi, Melakukan penelitian dan pengamatan secara
Analisa ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
langsung terhadap kegiatan pabrik dan keadaan perusahaan.
pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang dilakukan
Metode analisa yang digunakan adalah metode analisis yang bersifat kuantitatif. Dalam penelitian, analisis kuantitatif digunakan
untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
variabel-variabel
yang
diteliti
serta
bagaimana
dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 2
Kd = r x 100% 3) Pengujian Hipotesis (uji t)
keberadaan
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
variabel independen berperan terhadap variabel dependen yaitu
tidaknya pengaruh antara biaya mutu dengan tingkat
hubungan antara biaya mutu (variabel independen) terhadap
penjualan, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
tingkat penjualan (variabel dependen).
sebagai berikut :
Dalam menganalisis data dan pengujian hipotesis, maka
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya
penulis menggunakan statistik parametrik dengan analisis regresi sederhana, analisis determinasi dan uji t sebagai berikut :
mutu dengan tingkat penjualan. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya mutu
1) Analisis Regresi Sederhana
dengan tingkat penjualan.
Analisa ini digunakan untuk mengetahui derajat pengaruh antara
variable
biaya
mutu
terhadap
variable
tingkat
penjualan, dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a= b=
(ΣΥ )(Χ
) − (ΣΧ )(ΣΧΥ ) n(ΣΧ ) − (ΣΧ )
Koefisien
di uji dengan
menggunakan
persamaan yang berbentuk statistik sebagai berikut :
2
t=
n(ΣΧΥ ) − (ΣΧ )(ΣΥ ) 2 n ΣΧ 2 − (ΣΧ )
(
apakah ada hubungan yang berarti atau tidak diantara dua variabel signifikan.
2
2
Untuk pengambilan keputusan perlu diadakan pengujian
)
r n−2 1− r2
Keterangan :
Dengan demikian dapat diketahui persamaan regresinya adalah :
r = Koefisien korelasi n = Jumlah data t = Statistik uji t
Υ = a + bx Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
101
102 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
Berdasarkan uji tersebut akan didapat hasil uji t hitung, kemudian dibandingkan dengan t tabel, keputusan yang akan diambil adalah sebagai berikut:
hitung ≥ t tabel , maka Ho di tolak dan Ha
Jika t
diterima Jika t hitung
≤ t tabel , maka Ho di terima dan Ha
ditolak Tingkat signifikansi ( α ) yang digunakan adalah 0,05
BIAYA MUTU 2004 2005 891.103 750.625 325.068 348.663 450.520 489.098 721.837 1.106.430 12.731.382 13.269.803
BULAN September Oktober Nopember Desember Jumlah
PRESENTASE BIAYA 2004 2005 7.32% 5.66% 2.33% 2.63% 3,23% 3,69% 5,18% 8,34% 100% 100%
Sumber : Bag. TUK Adapun diagram Biaya mutu tahun 2004-2005 adalah sebagai berikut: :
dengan derajat kebebasan (degree of freedom = df) sebesar n-2. Ini dibutuhkan untuk memperoleh nilai t tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penetapan hipotesis.
2500000 2000000 1500000 B.mutu'04
4. Hasil Penelitian 1000000
B.mutu'05
Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui besarnya 500000
biaya mutu yang di keluarkan oleh PT. PG Rajawali II Unit PG 0
Subang untuk tahun 2004 – 2005 sebagai berikut :
Jan Maret
Tabel 2 Laporan Biaya Mutu Tahun 2004 – 2005 BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
BIAYA MUTU 2004 2005 854.096 858.720 830.512 833.019 863.193 864.866 969.482 832.720 1.346.554 1.510.958 2.017.700 1.998.116 1.730.439 1.837.494 1.730.879 1.839.094
Mei
Juli
Sept
Nov
Penjualan produk yang di lakukan oleh PT.PG Rajawali II Unit PG Subang PRESENTASE BIAYA 2004 2005 6,13% 6,47% 5,96% 6,28% 6,47% 6,52% 6,98% 6,28% 10,93% 11,39% 15,56% 15.06% 14,43% 13,85% 14,46% 13,86%
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
103
dilakukan
secara
tunai.
Untuk
penjualannya
pembeli/pemborong datang langsung ke pabrik dan melakukan negosiasi harga dengan pihak yang bersangkutan. Apabila kesepakatan harga telah tercapai antara 2 pihak, maka pihak pabrik akan mengirim gula tersebut sampai ke tempat tujuan. Produk yang dijual oleh PT.PG Rajawali II Unit PG Subang ini adalah gula pasir yang berkualitas tinggi seperti : gula SHS, tetes,
104 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
tetes ex row sugar, dan ragula. Ragula merupakan produk baru yang di keluarkan oleh PT.PG Rajawali II Unit PG Subang yaitu
30000000 25000000
berupa kemasan 1 Kg. Berikut ini adalah tabel perkembangan tingkat penjualan gula pada PT. PG Rajawali II Unit PG Subang dari tahun 2004 –
20000000 15000000 10000000
2005.
5000000 0
Tabel 3 Perkembangan Tingkat Penjualan Gula PT. PG Rajawali II Unit PG Subang Tahun 2004 Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Tingkat Penjualan (Dalam Rp)
Persentase Tingkat Penjualan
2.853.528 3.123.628 3.393.729 7.959.482 11.778.684 15.597.886 20.626.233 25.262.996 29.899.758 20.727.535 25.262.996 29.798.456 196.284.911
1,45% 1,59% 1,73% 4,06% 6,00% 7,95% 10,51% 12,87% 15,23% 10,56% 12,87% 15,18% 100%
Jan
Mar
Mei
Juli
Sept
Nov
Tabel 4 Perkembangan Tingkat Penjualan Gula PT. PG Rajawali II Unit PG Subang Tahun 2005 Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Sumber : Bag TUK Adapun diagram tingkat penjualannya adalah sebagai berikut :
Jumlah
Tingkat Penjualan (Dalam Rp) 2.592.528 3.870.300 4.314.756 10.343.106 13.493.876 16.644.646 23.745.343 30.854.683 37.964.022 23.432.341 30.854.683 38.277.024
Persentase Tingkat Penjualan 1,10% 1,64% 1,83% 4,38% 5,71% 7,04% 10,05% 13,05% 16,06% 9,91% 13,05% 16,19%
236.387.308
100%
Sumber : bag. TUK Adapun diagram Tingkat penjualannya adalah sebagai berikut :
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
105
106 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
dan pemeliharaan saja, dengan persentase biaya mutu sebesar 40000000
2,33%. Untuk bulan Januari dan Agustus mengalami peningkatan,
35000000
Sedangkan untuk bulan febuari dan Juli mengalami penurunan.
30000000 25000000
Dan untuk bulan November sampai Desember mengalami
20000000
peningkatan biaya mutu kembali.
15000000 10000000
Sedangkan untuk tahun 2005, peningkatan biaya mutu
5000000
terdapat pada bulan Mei dan Juni yaitu sebesar Rp.487.158 (Rp.
0 Jan
Mar
Mei
Juli
Sept
Nov
1.510.958 - Rp. 1.998.116), hal ini disebabkan karena pada bulanbulan tersebut merupakan masa giling jadi secara otomatis akan
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa biaya mutu dari tahun 2004-2005 mengalami
kenaikan sebesar
Rp.538.421,- (Rp.12.731.382 - Rp.13.269.803). Hal ini disebabkan karena banyaknya biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan proses produksi. Untuk tahun 2004 terdapat peningkatan biaya mutu dari bulan Maret sampai bulan Juni yaitu sebesar Rp.1.154.507 (Rp. 863.193 – Rp. 2.017.700), hal ini disebabkan karena pada bulan-bulan tersebut merupakan masa giling jadi secara otomatis akan banyak mengeluarkan
biaya untuk
melakukan proses produksi tersebut, dengan persentase biaya mutunya sebesar 10,09% (6,47% - 16,56%). Sedangkan penurunan biaya mutu
terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar
Rp.325.068,-, hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut merupakan
diluar
masa
giling
jadi
tidak
begitu
banyak
mengeluarkan biaya tapi hanya mengeluarkan biaya perawatan Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
107
banyak mengeluarkan
biaya untuk melakukan proses produksi
tersebut, dengan persentase biaya mutu sebesar 3,67% (11,39% 15,06%). Sedangkan penurunan biaya mutu yang terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar Rp.348.663,-. hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut merupakan diluar masa giling jadi tidak begitu banyak mengeluarkan biaya tapi hanya mengeluarkan biaya perawatan dan pemeliharaan saja, dengan persentase biaya mutu sebesar 2,63%. Untuk bulan Januari sampai april dan bulan Juli sampai Agustus biaya mutunya mengalami naik turun. Dan untuk bulan November sampai Desember mengalami peningkatan biaya mutu kembali. Berdasarkan table 4.3 dan 4.4 di atas, tingkat penjualan PT.PG Rajawali II Unit PG Subang mengalami kenaikan yang cukup besar dari tahun 2004 sampai 2005 yaitu sebesar Rp.40.102.396 (Rp. 196.284.911 - Rp. 236.387.307). Hal ini di sebabkan karena
108 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
gula merupakan bahan pokok utama dalam kehidupan sehari-hari
jadi hal tersebut dapat meningkatkan jumlah pembelian gula,
jadi banyak orang yang mengkonsumsinya. Untuk tahun 2004
dengan persentase tingkat penjualan sebesar 14,96% (1,10% -
peningkatan penjualan terdapat pada bulan Januari sampai
16,06%). Dan penurunan tingkat penjualan terdapat pada bulan
September yakni sebesar Rp.27.046.230 (Rp. 2.853.528 – Rp.
Oktober yaitu sebesar Rp. 23.432.341,-, ini disebabkan karena
29.899.758), hal ini disebabkan karena pada bulan-bulan tersebut
pada bulan oktober merupakan diluar masa giling jadi persediaan
merupakan masa giling dan secara otomatis pada masa giling
gula semakin berkurang dan hargapun menjadi mahal sehingga
tersebut persediaan gula sangat banyak sedangkan untuk gula
hal tersebut dapat menurunkan daya beli masyarakat dan secara
sendiri merupakan kebutuhan sehari-hari jadi hal tersebut dapat
otomatis tingkat penjualanpun mengalami penurunan, dengan
meningkatkan jumlah pembelian gula, dengan persentase tingkat
persentase tingkat penjualan sebesar 9,91%. Untuk bulan
penjualan
November dan Desember mengalami naik turun.
sebesar
13,78%
(1,45%
-
15,23%).
Sedangkan
penurunan tingkat penjualan terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar Rp. 2.853.528,-, hal ini disebabkan karena pada bulan oktober merupakan diluar masa giling jadi persediaan gula
Analisis Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan
semakin berkurang dan hargapun menjadi mahal sehingga hal
Dari sejumlah data kuantitatif yang ada, maka di peroleh
tersebut dapat menurunkan daya beli masyarakat dan secara
dua variabel yang dapat diukur yaitu jumlah dari biaya mutu
otomatis tingkat penjualanpun mengalami penurunan, dengan
sebagai variabel independen (variabel X), dan tingkat penjualan
persentase tingkat penjualan sebesar 10,56%.
yang dicapai sebagai variabel dependen (variabel Y). Untuk
Sedangkan untuk tahun 2005 berdasarkan table 4.4 di
selanjutnya, data ini dianalisis secara statistik yaitu dengan analisa
atas, dapat dilihat bahwa peningkatan penjualan terdapat pada
regresi sederhana, analisa koefisien determinasi, dan uji t sebagai
bulan Januari Sampai September yakni sebesar Rp.35.371.494 (Rp.
berikut:
2.592.528 – Rp. 37.964.022). Hal ini disebabkan karena pada bulan-bulan tersebut merupakan masa giling dan secara otomatis pada masa giling tersebut persediaan gula sangat banyak sedangkan untuk gula sendiri merupakan kebutuhan sehari-hari
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
109
110 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
Berdasarkan hasil perhitungan statistik maka diperoleh
Tabel 5 Perhitungan Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan Bulan (n) Jan 2004 Feb Maret April Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des Jan 2005 Feb Maret April Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des Jum
a = 17079,31 b = 0,87 sehingga dapat diketahui persamaan
854
Tingkat Penjualan (y) 2.853
729.316
8.145.316
2.437.316
830 863 969 1346 2017 1730 1730 891 325 450 721 858
3.123 3.393 7.959 11.778 15.597 20.626 25.262 29.899 20.727 25.262 29.798 2.592
690.561 744.769 938.961 1.814.409 4.072.234 2.992.900 2.996.361 793.881 105.625 203.401 521.284 737.881
9.759.376 11.519.236 63.345.681 138.744.841 243.297.604 425.431.876 638.219.169 894.010.000 429.649.984 638.219.169 887.920.804 6.723.649
2.596.044 2.929.022 7.712.271 15.866.313 31.476.764 35.682.980 43.730.253 26.640.900 6.736.600 11.393.613 21.644.16 2.227.387
833 864 832 1510 1998 1837 1839 750 348 489 1106 26022
3.870 4.314 10.343 13.493 16.644 23.745 30.854 37.964 23.432 30.854 38.277 432.674
693.889 748.225 693.889 2.283.121 3.992.004 3.374.569 3.381.921 564.001 121.801 239.121 1.223.236 34.657.360
14.976.900 18.619.225 106.977.649 182.088.036 277.056.025 563.825.025 952.031.025 1.441.265.296 549.058.624 952.031.025 1.465.128.729 10.918.044.264
3.223.710 3.732.475 8.615.719 20.389.434 33.256.710 43.619.565 56.742.345 28.510.964 8.177.768 15.088.095 42.334.362 474.764.726
Biaya Mutu (x)
X
2
Y
2
X.Y
regresinya sebagai berikut :
Υ = a + bx
Υ = 17079,31 + 0,87 x Dimana : Y = Tingkat Penjualan X = Biaya Mutu
Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa, bila nilai biaya mutu bertambah 1, maka nilai rata-rata penjualan gula tiap bulan akan bertambah 0,87.
Sumber : Pengolahan data pada PT. PG Rajawali II Unit PG Subang
Antara nilai biaya mutu dengan nilai penjualan tiap bulan dapat dihitung korelasinya. Berdasarkan hasil perhitungan statistik ternyata antara biaya mutu dan tingkat penjualan terdapat hubungan korelasi positif yaitu sebesar 0,413517546. Korelasi positif tersebut menunjukkan sifat yang searah, yaitu jika ada peningkatan pada baya mutu (variabel x) maka secara rata akan diikuti pula oleh peningkatan penjualan (variabel y). Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,413517546 berada dalam daerah 0,40 – 0,599
Analisa ini digunakan untuk mengetahui derajat pengaruh anatara variable biaya mutu (variable X) terhadap variable Y (variabel Y).
yang artinya bahwa terdapat hubungan yang sedang antara biaya mutu (variabel x) dengan tingkat penjualan (variabel y). Analisa ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruh biaya mutu terhadap tingkat penjualan
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
111
112 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
yaitu dengan menggunakan rumus koefisien determinasi sebagai t=
berikut : 2
Kd = r x 100% Kd =
r n−2 1− r2
Dimana :
(0,413517546)2 x 100%
r = Koefisien korelasi yang diperoleh (0,413517546) n = Jumlah data (24)
Kd = 17,09%
t = Nilai uji t dk = n-2 = 24-2 = 22
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai besarnya koefisien determinasi
adalah
sebesar
17,09%,
yang
berarti
α = 0,05
bahwa
Perhitungan :
perubahan pada tingkat penjualan (variabel Y) dipengaruhi oleh biaya mutu (variabel X). Dalam hal ini tingkat penjualan
t=
dipengaruhi oleh biaya mutu hanya sebesar 17,09%, sedangkan sisanya sebesar 82,91% banyak dipengaruhi oleh faktor lain. t= Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada t=
tidaknya pengaruh antara biaya mutu terhadap tingkat penjualan, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1.
r n−2 1− r2
0,413517546 24 − 2 2
1 − (0,413517546 ) 1,939569214 0,910496149
t = 2,1302332
Menyatakan Hipotesis awal (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya
t = 2,1302 (dibulatkan) 3.
Bandingkan t hitung dengan t tabel dengan kriteria
mutu dengan tingkat penjualan. •
Jika t hitung
≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
•
Jika t hitung
≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya mutu dengan tingkat penjualan. 2.
Menentukan uji statistik
Dari hasil pengujian tampak bahwa t hitung yang diperoleh
Uji signifikan yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah
2,1302 dan t tabel sebesar 2,0739. berdasarkan kriteria dapat
uji t dengan rumus sebagai berikut : Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
113
114 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2,1302
dan Juni yaitu sebesar Rp.487.158
≥ 2,0739 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
1.998.116), Sedangkan penurunan biaya mutu terdapat pada
bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat pengaruh
bulan Oktober yaitu sebesar Rp.348.663.
dengan taraf signifikansi = 0,05 atau dengan kata lain biaya
2.
(Rp. 1.510.958 - Rp.
Tingkat penjualan atas biaya mutu setiap bulannya selama
mutu terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya mutu
tahun 2004 dan tahun 2005 mengalami kenaikan, hal ini
dengan tingkat penjualan.
terlihat dari pendapatan yang diterima dalam tiap bulannya selama 2 tahun tersebut, serta dapat dilihat dari hasil
5. Kesimpulan dan Saran
perhitungan pada koefisien determinasi dimana perubahan
5.1. Kesimpulan
tingkat penjualan yakni sebesar 17,09% dipengaruhi oleh biaya mutu sedangkan 82,91% dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab 4, 3.
maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan perhitungan pada pengaruh biaya mutu terhadap
Biaya mutu terdri dari biaya pencegahan ditambah biaya
tingkat penjualan menunjukkan bahwa t hitung sebesar
penilaian ditambah biaya kegagalan. Untuk tahun 2004
2,1302 lebih besar dari t tabel sebesar 2,0739. Ini berarti Ho
peningkatan biaya mutu terdapat pada bulan Maret - juni
ditolak Ha diterima, dimana hasil uji t menunjukkan tingkat
yaitu sebesar Rp Rp.1.154.507 (Rp. 863.193 – Rp. 2.017.700),
signifikansi sebesar 0,05% sehingga biaya mutu berpengaruh
hal
terhadap tingkat penjualan.
ini
disebabkan
karena
pada
bulan-bulan
tersebut
merupakan masa giling jadi secara otomatis akan banyak mengeluarkan
biaya untuk melakukan proses produksi
tersebut. Sedangkan penurunan biaya mutu
5.2. Saran
terdapat pada
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis
bulan Oktober yaitu sebesar Rp.325.068, hal ini disebabkan
memberikan saran sebagai berikut :
karena pada bulan tersebut merupakan diluar masa giling jadi
1.
tidak
begitu
banyak
mengeluarkan
biaya
tapi
Sebaiknya untuk laporan keuangan khususnya mengenai
hanya
laporan biaya mutu harus dibuat laporannya agar dapat
mengeluarkan biaya perawatan dan pemeliharaan saja. Untuk
mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan setiap bulan atau
tahun 2005 peningkatan biaya mutu terdapat pada bulan Mei
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
115
116 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006
setiap tahunnya, dan untuk mempermudah jika
pimpinan
atau auditor ingin mengetahui dan memerlukan data tersebut. 2.
PT. PG Rajawali II Unit PG Subang harus terus meningkatkan kualitas atau mutu dari produk gula yang layak untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, Gunawan dan Asri Marwin, Perusahaan 1. BPFE –Yogyakarta.
1996.
Anggaran
Andi, 2001. Total Quality Management (TQM). Edisi keempat, Cetakan Pertama, Andi – Yogyakarta. Basuswastha, 1998. Manajemen Penjualan. Edisi ketiga, BPFE – Yogyakarta. Basuswastha dan Irawan, 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi kedua, Cetakan keduabelas, Yogyakarta : Liberty. Carter William, Usry Milton yang dialihbahasakan oleh Krista, 2004. Akuntansi Biaya. Jakarta : Salemba Empat. Goetsch David, B.Davis Stanley yang dialih bahasakan oleh Molan Benyamin, 2002. Manajemen Mutu Total. Edisi kedua, Jilid 1, Jakarta : Pearson Education Asia Pte. Ltd dan PT. Prenhallindo. Gibson, Ivancevich, Donnelly yang dialih bahasakan oleh Adiarni Nunuk, 1996. Prilaku Organisasi. Edisi kedelapan, Jilid 1, Jakarta : Binarupa Aksara. Mulyadi, 2000. Akuntansi Biaya. Edisi kelima, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Mursid M , 1997. Manajemen Pemasaran. Cetakan kedua, Jakarta : Bumi Aksara. Supriyono,1994. Akuntansi Biaya dan Akuntansi manajemen Untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Edisi pertama, BPFE – Yogyakarta. Sutojo Siswanto, 2003. Manajemen Penjualan yang Efektif. Cetakan pertama, Jakarta : Damar Mulia Pustaka.
Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih)
117
118 Pengaruh Biaya Mutu Terhadap Tingkat Penjualan (Icih) Dimensia, Volume 3 Nomor 3 September 2006