PENGARUH BERKUMUR LARUTAN AIR PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP AKUMULASI PLAK
Messyliana Awang NPM : 10.8.03.81.41.1.5.029
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014
i
PENGARUH BERKUMUR LARUTAN AIR PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP AKUMULASI PLAK Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh : Messyliana Awang NPM : 10.8.03.81.41.1.5.029
Menyetujui Dosen pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
drg. I Pt Yudhi Astaguna W., M.Biomed NPK : 826 794 201
drg. Dwis Syahriel, M.Kes.,Sp.Perio.,FISID NIP : 19600413 199203 1 001
ii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripai dengan judul : “PENGARUH BERKUMUR LARUTAN AIR PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP AKUMULASI PLAK” yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 26 Februari 2014. Maka atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan. Denpasar, 26 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar Ketua,
drg. I Pt Yudhi Astaguna W., M.Biomed NPK : 826 794 201
Anggota :
Tanda Tangan
1. drg. Dwis Syahriel, M.Kes.,Sp.Perio.,FISID NIP : 19600413 199203 1 001
1….………….
2. drg. Hervina NPK : 828 307 369
2..……………
Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M. Kes, FISID NIP : 19590512 198903 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Berkumur Larutan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Terhadap Akumulasi Plak”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya kepada keluarga tercinta, kepada Ayah Oktavianus Dj. T. Awang, S.E, Ibu Habrita Logo, S.pd serta kepada kakak adik dan saudari tercinta Ma ope, Yanty, Nona, Jelyan, Jeannet, dan Shania atas segala Doa, motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis. Penulis juga menyadari skripsi ini dapat terselesaikan tentu tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Yth. drg. I Pt Yudhi Astaguna W., M.Biomed selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya utnuk memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Yth. drg. Dwis Syahriel, M.Kes.,Sp.Perio.,FISID
selaku dosen
pembimbing II atas segala bimbingan dan petunjuk yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
iv
3. Yth. drg. Hervina selaku dosen penguji yang bersedia untuk menguji dan memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Semua teman-teman yang bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Teman-teman Cranter 2010, eryc, etika, rah, lani, danie, dwita, prami, serta teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini. 6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan hasil penelitian ini baik langsung maupun tidak langsung.
Denpasar,
Februari 2014
Penulis
v
Pengaruh berkumur larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap akumulasi plak gigi
Abstrak Plak yang menempel pada gigi menyediakan nutrisi bagi bakteri untuk tumbuh, menyebabkan kolonisasi bakteri, serta menyediakan suasana asam yang akan berkontak dengan permukaan gigi, sehingga menyebabkan enamel larut dan menimbulkan karies. Pencegahan terbentuknya plak dapat dilakukan secara kimiawi. Penelitian ini menggunakan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai obat kumur mampu menghambat pembentukan plak karena terdapat berbagai senyawa fitokemikal yang mempunyai daya antibakteri yang dapat menurunkan jumlah bakteri pembentuk plak dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan air perasan jeruk nipis terhadap akumulasi plak gigi. Penelitian uji klinis dilakukan dengan rancangan pretest-posttest with control group. Jumlah sampel sebanyak 42 orang mahasiswa FKG UNMAS Denpasar. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan diberikan larutan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 10% dan kelompok kontrol berkumur dengan air putih. Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah indeks plak oleh Turesky, Gilmore dan Glickman dari Quigley dan Hein. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan rerata skor plak yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ( < 0.05), dimana skor plak pada kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berkumur larutan air perasan jeruk nipis 10% dapat menurunkan akumulasi plak gigi. Kata kunci: Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia), akumulasi plak gigi
vi
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ..............................................................................................
i
Halaman Persetujuan Pembimbing ...............................................................
ii
Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan .................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
5
A. Plak Gigi ...........................................................................................
5
1. Pengertian Plak Gigi ...................................................................
5
2. Komposisi Plak Gigi ...................................................................
6
3. Kalsifikasi Plak Gigi ...................................................................
8
4. Mekanisme Pembentukan Plak ...................................................
9
5. Hubungan Plak dengan Kalkulus, Karies dan Penyakit Periodontal 11
vii
6. Pencegahan Terbentuknya Plak ..................................................
12
B. Jeruk Nipis ........................................................................................
15
1. Taksonomi Jeruk Nipis .........................................................
15
2. Nama Lain atau Nama Daerah Jeruk Nipis ...........................
16
3. Morfologi Jeruk Nipis ...........................................................
16
4. Kandungan Jeruk Nipis .........................................................
17
5. Manfaat Jeruk Nipis ..............................................................
19
6. Pengaruh Jeruk Nipis terhadap Pembentukan Plak ..............
20
C. Kerangka Konseptual ........................................................................
23
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
24
A. Jenis Penelitian..................................................................................
24
B. Identifikasi Variabel ..........................................................................
24
C. Definisi Operasional .........................................................................
24
D. Subyek Penelitian ..............................................................................
25
E. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................
26
F. Instrument Penelitian ........................................................................
27
G. Alat dan Bahan ..................................................................................
28
H. Prosedur Penelitian atau Cara Pengumpulan Data ............................
28
I. Analisis Data .....................................................................................
30
J. Alur Penelitian\ .................................................................................
31
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................
32
A. Karakteristik Sampel .........................................................................
32
B. Analisis Data Statistik .......................................................................
32
BAB V PEMBAHASAN ..............................................................................
37
viii
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
42
A. Simpulan ...........................................................................................
42
B. Saran…… .........................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
43
LAMPIRAN ..................................................................................................
48
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Skor Indeks Plak Menurut Turesky-GilmoreGlickman dari Quigley Hein ......................................................
27
Tabel 4.1 Karekteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur .........
32
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas data penelitian sebelum dan sesudah kelompok perlakuan (air perasan jeruk nipis) dan kelompok kontrol (aqua) ..............................................................................
33
Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas data penelitian sebelum dan sesudah kelompok perlakuan (air perasan jeruk nipis) dan kelompok kontrol (aqua) ..............................................................................
33
Tabel 4.4 Rerata penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan air perasan jeruk nipis .....................................................
34
Tabel 4.5 Rerata penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan aqua .................................................................................
34
Tabel 4.6 Perbedaan rerata selisih indeks plak sebelum dan sesudah berkumur antara kelompok berkumur dengan air perasan jeruk nipis dan aqua ..............................................................................
x
36
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Dental Plaque ...........................................................................
8
Gambar 2.2 Buah Jeruk Nipis ......................................................................
16
Gambar 2.3 Kandungan dan Khasiat Jeruk Nipis .........................................
23
Gambar 3.1 Indeks Plak Menurut Turesky-Gilmore-Glickman dari Quigley-Hein .............................................................................
xi
27
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1 Grafik rerata penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan air perasan jeruk nipis dan aqua ...................
xii
35
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu organ penting dalam sistem pencernaan dalam tubuh manusia, yang fungsinya digunakan untuk mengunyah makanan sebelum masuk ke saluran pencernaan. Jika gigi mengalami gangguan, maka akan terganggu pula proses pencernaannya yang dapat mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan. Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Karies gigi merupakan penyakit yang sering ditemukan pada setiap strata sosial masyarakat Indonesia baik pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan serta anak-anak dan dewasa. Penyebab utama kedua penyakit tersebut dikarenakan adanya akumulasi plak yang terus-menerus tidak dibersihkan. Ketidaktahuan masyarakat tentang plak gigi menyebabkan rendahnya kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi dan gusi (Haake 2007). Plak menyediakan nutrisi bagi bakteri untuk tumbuh, mengumpulkan bakteri pada permukaannya yang lengket, serta menyediakan suasana asam yang akan berkontak dengan permukaan gigi, sehingga enamel larut dan menimbulkan karies (Carranza dkk. 2002). Pengendalian plak adalah upaya mencegah penumpukan plak. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Salah satu sarana
1
2
pencegahan plak secara kimiawi adalah dengan menggunakan obat kumur. Beberapa substansi kimia dalam obat kumur memiliki sifat antiseptik atau antibakteri yang berguna untuk menghambat pembentukan plak dan pencegahan gingivitis (Houwink 1993 cit. Paramitha 2011). Senyawa yang bersifat antibakteri dibutuhkan untuk membantu menghilangkan peradangan dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dan menurunkan konsentrasi bakteri di dalam plak gigi (Klokkevold dan Mealey 2006). Kemanjuran pembersihan mulut hanya secara mekanik diakui oleh banyak individu memiliki kelemahan sehingga memicu pencarian yang panjang mengenai bahan kimia untuk mengontrol plak. Bahan kimia seperti biasanya dianggap merupakan tambahan yang berarti untuk pembersihan mekanis. Sejumlah besar bahan kimia komersial agen kontrol plak yang dipasarkan, namun tidak ada yang tanpa kekurangan misalnya Chlorhexidine, dianggap sebagai standar emas, akan tetapi tidak dapat diresepkan untuk penggunaan jangka panjang
karena menyebabkan pewarnaan gigi, rasa yang tidak
menyenangkan, dan dapat menimbulkan lesi pada mukosa mulut. Masalah peningkatan resistensi terhadap antimikroba sintetik telah mendorong mencari produk
alternatif dengan bahan alami. Saat ini dalam pembuatan obat
semakin menerima penggunaan antimikroba yang berasal dari sumber tanaman. Lebih dari 25 % resep terbuat dari sumber tanaman sehinggga, memiliki
potensi
alam
agen
untuk
profilaksis
mulut
yang
dapat
dipertimbangkan (Bhadbhade dkk. 2010). Pemerintah Indonesia telah mendukung penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan tradisional salah
3
satunya tanaman obat yang terkenal memiliki banyak manfaat dan khasiat untuk mencegah dan mengobati penyakit, diantaranya adalah jeruk nipis (Anna 2012). Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu tanaman toga yang di gunakan pada masyarakat, baik untuk bumbu masakan maupun untuk obatobatan dari bagian perasan air buah jeruk nipisnya. Air jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan, dapat mengatasi bau mulut yang tak sedap karena wangi dari kulit buahnya dan mengatasi radang. Buah jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat diantaranya asam sitrun, damar lemak, glikosida, mineral, vitamin B1, minyak atsiri. Minyak esensial sebesar 7% mengandung sitrat, limonene, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat, cadinen, linalin asetat, flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin, dan naringin (Guo dkk. 2006 cit. Anna 2012). Daya antibakteri minyak atsiri jeruk nipis disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya serta kandungan asam sebesar 77,6% yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri (Anna, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Syarif Suwondo 2007) terbukti bahwa ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle)
memberikan
aktivitas
antibakteri
paling
tinggi
terhadap
Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) yang merupakan bakteri utama dalam plak sehingga memungkinkan dapat menurunkan kosentrasi plak.
4
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang timbul yaitu apakah berkumur larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) berpengaruh dalam menurunkan akumulasi plak gigi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh berkumur larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan akumulasi plak gigi.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan gigi dan mahasiswa kedokteran gigi mengenai manfaat berkumur larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) untuk mengurangi akumulasi plak pada rongga mulut. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat umum untuk dapat menggunakan larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai salah satu alternatif pencegahan terjadinya timbunan plak gigi yang dapat berkembang menjadi karies dan penyakit periodontal. 3. Sebagai sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya pada pemakaian jangka waktu yang lebih lama atau untuk penelitian pengaruh lain dari pemberian larutan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Plak Gigi 1. Pengertian plak gigi Dental plaque atau plak gigi adalah deposit lunak yang berupa lapisan tipis atau yang biasa disebut dengan biofilm yang melekat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras lain di rongga mulut termasuk pada restorasi lepasan atau cekat. Plak berbeda dengan deposit lain yang terdapat pada rongga mulut seperti material alba dan kalkulus. Material alba merupakan akumulasi lunak dari bakteri-bakteri dan sel jaringan yang strukturnya tidak sebaik plak dan mudah dihilangkan dengan semprotan air. Kalkulus adalah deposit keras yang terbentuk dari remineralisasi plak gigi dan umumnya dilapisi plak yang tidak tereliminasi (Carranza dkk. 2002). Menurut Rose dan Mealey (2004) plak gigi merupakan komunitas mikroba kompleks yang terbentuk pada seluruh permukaan gigi yang terpapar produk bakteri dalam rongga mulut. Komunitas mikroba kompleks dapat terdiri dari bakteri hidup, bakteri yang telah mati serta produk sintesis bakteri, maupun saliva. Plak mempunyai tampilan klinis berupa lapisan bakteri lunak non kalsifikasi yang terakumulasi dan melekat pada gigi atau objek lain di dalam mulut seperti restorasi, denture, serta kalkulus, dan dapat terlihat dengan bantuan agen disclosing. Plak gigi umumnya berupa lapisan bening dan lengket yang terjadi akibat bergabungnya bakteri yang merugikan dengan sisa-sisa makanan dan ludah. Plak bersarang disela-sela gigi dan dibatas perlekatan antara gigi dengan gusi.
5
6
Timbunan plak gigi yang mengeras akan membentuk calculus atau karang gigi. Dalam waktu 2 minggu plak gigi akan jelas terlihat pertumbuhannya (FKGUI 1975 cit. Siti 2001). Menurut Sriyono (2001 cit. Alify 2008) plak gigi yang mengandung mikroflora patogenik merupakan salah satu fungsi utama terhadap terjadinya dan berkembangnya penyakit karies dan gingivitis yang merupakan penyakit utama yang terjadi didalam rongga mulut. Plak adalah lapisan lembut yang terbentuk dari campuran antara makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, epitel rongga mulut, sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat di permukaan gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri Streptococcus mutans yang ditemukan dalam jumlah besar pada penderita karies (Reska 2011). Menurut Nurin (2012) plak gigi tidak dapat dilihat secara langsung, dengan demikian dibutuhkan suatu senyawa yang digunakan untuk membantu melihat plak gigi. Disclosing agents seperti Erythrosine Disclosing Solution dan Fluorescein Liquid digunakan untuk mewarnai plak gigi sehingga memudahkan untuk melihat plak gigi. Plak gigi akan terbentuk dalam waktu yang singkat setelah gigi dibersihkan, maka disclosing agents digunakan secara rutin sebagai indikator ada tidaknya plak gigi.
2. Komposisi plak gigi Plak tumbuh pada gigi sebagai biofilm yang terdiri dari komunitas mikroba beragam dan
tertanam dalam matriks host dan polimer bakteri. Plak gigi
berkembang secara alami, dan berkontribusi terhadap pertahanan tuan rumah dengan mencegah kolonisasi oleh spesies eksogen. Komposisi plak gigi bervariasi pada permukaan yang berbeda sebagai hasil dari perlekatan secara biologi dan
7
fisika yang apabila keseimbangan populasi bakteri yang lebih dominan akan berkembang menjadi penyakit (Nirjhar dkk. 2008). Komposisi plak gigi adalah 80% air dan 20% senyawa padat. Senyawa padat disusun oleh 40-50% protein, 13-18% karbohidrat dan 10-14% lemak. Protein dalam plak gigi disusun oleh berbagai asam amino yang berasal dari saliva. Karbohidrat, dalam bentuk sukrosa, yang terkandung dalam plak gigi akan dimetabolisme
oleh
mikroorganisme
sehingga
membentuk
polisakarida
ekstraseluler. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk membentuk polisakarida
ekstraseluler
adalah
beberapa
spesies
streptokokus,
seperti
Streptococcus mutans, Streptococcus bovis, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius (Putri, Herijulianti dan Nurjannah 2011). Hampir 70 % plak terdiri dari mikrobial dan sisa-sisa produk ekstraselular dari bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein. Protein, karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan disini. Karbohidrat yang paling sering dijumpai adalah produk bakteri dekstran, juga levan dan galaktose. Komponen anorganik utama adalah kalsium, fosfor, magnesium, potassium, dan sodium. Kandungan garam anorganik tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah. Ion kalsium ikut membantu perlekatan antar bakteri dan antar bakteri dengan pelikel (Manson dan Eley 2012). Menurut Roeslan (2002) plak gigi bakterial mengandung 3 komponen fungsional yaitu: Organisme kariorgenik; Organisme penyebab kelainan periodontal; Bahan adjuvan dan supresif.
Organisme kariorgenik seperti
Streptococcus mutans, Actinomyces viscocus dan Lactobacillus Acidophillus. Organisme
penyebab
kelainan
periodontal
khususnya
Bacteriodes
8
Asaccharolyticus (gingivalis) dan Actinobacillus (Actinomycetem comitans). Bahan adjuvan dan supresif yang paling potensial adalah Lipopolisakarida (LPS), dekstran, levan dan Asam Lipo Tekoat (LTA). Menurut Eley dan Manson (2004), 1 gram plak mengandung 2 x 1011 bakteri dan dapat diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 spesies bakteri yang dapat ditemukan di dalam plak tersebut. Unsur lain yang terdapat pada plak gigi adalah sel epitel yang dikelilingi koloni bakteri, leukosit (terutama PMN), eritrosit, protozoa, partikel makanan, dan komponen lain seperti fragmen halus sementum. Selain itu, plak juga dapat berisi mikroorganisme nonbakteri seperti mycopasma, yeast, protozoa, dan virus dengan kadar yang berbeda.
Gambar 2.1 Dental plaque (dikutip dari www.qoura.com)
3. Klasifikasi plak gigi Plak gigi yang berupa deposit granular lunak tak berbentuk terkumpul di pemukaan gigi ataupun pemukaan keras lainnya dapat ditemukan pada bagian supragingiva dan subgingiva didalam rongga mulut (Carranza dkk. 2002). Menurut Rose dan Mealey (2004), berdasarkan posisinya pada permukaan gigi
9
terhadap tepi gingiva, plak gigi dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu yang pertama plak supragingiva: Plak supragingiva terdapat pada tepi gingiva atau di atas tepi gingiva. Plak supragingiva merupakan komunitas mikroorganisme yang terakumulasi pada permukaan bagian atas gigi sampai daerah tepi gingiva. Secara klinis, plak supragingiva dapat terlihat sebagai lapisan film tipis yang hampir tidak terlihat pada permukaan gigi ataupun sebagai lapisan material tebal yang menutupi permukaan gigi dan tepi gingiva. Kemudian yang kedua plak subgingiva: Plak subgingiva terdapat di bawah tepi gingiva, antara gigi dan epitel poket gingiva. Plak subgingiva dapat didefinisikan sebagai komunitas mikroorganisme yang terakumulasi pada permukaan apikal gigi dan tepi gingiva. Secara klinis, plak tersebut tidak mudah terlihat karena tertutup celah gingiva atau poket periodontal.
4. Mekanisme pembentukan plak Mekanisme pembentukan plak melalui suatu pembelahan internal dan deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada kolum ini dan berlipat ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora mikrobial yang mencerminkan adanya keseimbangan ekosistem organisme atau mikrobial pada permukaan gigi. Plak pada gigi dapat terlihat 1-2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene. Plak bisa berwarna putih, keabu-abuan atau kuning dan memiliki tampilan yang bulat. Sejumlah kecil plak yang tidak dapat terlihat pada permukaan gigi dapat dideteksi dengan menjalankan periodontal probe sepanjang sepertiga bagian gigi bagian atas. Metode lain yang digunakan yaitu dengan menggunakan disclosing solution. Tanpa adanya tindakan oral hygiene, plak bisa
10
berlanjut dan terus berakumulasi sampai sebuah keseimbangan tercapai antara penghapusan plak dengan pembentukan plak (Carranza dkk. 2002). Menurut Manson dan Eley (1993 cit. Dara 2012) proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yakni; pembentukan dental pellicle; kolonisasi awal pada permukaan gigi; kolonisasi kedua dan maturasi plak. Pembentukan dental pellicle adalah fase awal dari pembentukan plak. Beberapa detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit selapis tipis dari protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi (serta pada restorasi dan geligi tiruan). Lapisan yang disebut pelikel ini tipis berukuran (0,5µm), translusen, halus, dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat pada permukaan gigi. Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel, pelikel ini akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva. Menurut Carranza dkk. (2002) bakteri awal yang berkolonisasi dengan pelikel pada permukaan gigi sebagian besar adalah bakteri gram positif fakultatif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pada kolonisasi kedua dan maturasi plak adalah mikroorganisme yang pada awalnya tidak berkoloni pada permukaan
gigi
termasuk
Prevotella
intermedia,
Prevotella
loescheii,
Capnocytophaga spp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme ini melekat pada sel bakteri yang telah berada dalam plak. Selama proses ini kondisi lingkungan perlahan-lahan akan berubah dan menyebabkan terjadinya pertumbuhan selektif. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan komposisi bakteri, dan setelah 2-3 minggu akan terjadi pertumbuhan
11
flora kompleks, termasuk bakteri anaerob gram negatif, bakteri motil dan spirochaeta (Manson dan Eley 1993 cit. Dara 2012).
5. Hubungan Plak dengan Kalkulus, Karies dan Penyakit Periodontal Plak merupakan penyebab lokal dan utama terbentuknya penyakit gigi dan mulut seperti, kalkulus (karang gigi), karies (lubang gigi), gingivitis (radang pada gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga) dan lain sebagainya (Anggareni 2007). Menurut Putri, Herijulianti dan Nurjannah (2011) keadaan ini disebabkan oleh karena plak mengandung berbagai macam bakteri dengan berbagai macam hasil metabolismenya. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri pada jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya bergantung pada umur dan ketebalan plak (yang akan mempengaruhi pH, komposisi organik, komposisi anorganik, macam bakteri dan jumlah bakteri), jenis makanan dalam diet dan banyaknya aliran saliva. Menurut Roth dan Calmes (1981 cit. Nurin 2012) kalkulus gigi merupakan plak gigi yang terkalsifikasi. Kalsifikasi ini terjadi pada plak gigi supragingival atau subgingival. Proses kalsifikasi ini terjadi akibat perubahan metabolisme yang terjadi pada plak matur. Kalsium dan fosfat yang terdapat di dalam saliva akan mengendap dalam plak, sehingga terbentuk kristal mineral. Kristal ini akan terakumulasi dan akan membentuk plak gigi yang termineralisasi (kalkulus gigi). Karies gigi adalah penyakit gigi dimana komponen anorganik gigi mengalami proses demineralisasi oleh asam hasil metabolisme mikroorganisme plak. S.mutans dapat mengubah sukrosa menjadi asam sehingga menyebabkan pH plak gigi menurun. Derajat keasamanan plak yang rendah akan menyebabkan
12
demineralisasi sehingga menyebabkan lemahnya struktur gigi, kavitas pada gigi, bahkan hilangnya struktur pembentuk gigi. Penyakit
periodontal
adalah
suatu
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan penyakit yang disebabkan oleh proses inflamasi yang menyerang jaringan lunak pendukung gigi. Apabila mikroorganisme yang berada di subgingival berjumlah sangat besar, maka mikroorganisme dan produknya akan menyebabkan timbulnya reaksi imun tubuh untuk mempertahankan diri. Apabila keadaan tidak menguntungkan bagi tubuh, maka akan terjadi proses inflamasi dan timbul penyakit periodontal (Marsh 2006).
6. Pencegahan terbentuknya plak Pengendalian plak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penatalaksanaan penyakit periodontal. Plak memiliki peranan yang besar dalam penyakit periodontal, maka akumulasi plak perlu dicegah dengan pelaksanaan plak kontrol. Plak kontrol adalah pengambilan dari mikrobial plak dan pencegahan akumulasinya pada permukaan gigi serta pada permukaan gingival disekitarnya, dan tujuan plak kontrol untuk menjaga jaringan periodontium tetap dalam keadaan sehat. Kontrol plak harus dilaksanakan tahap demi tahap dan memerlukan kesabaran yang tinggi dari operator sehingga didapatkan hasil yang memuaskan bagi penderita (Roeslan 2012). Menurut Cadha dkk. (1978 cit. Nirmaladewi 2004) metode kontrol plak dapat dibedakan menjadi metode mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis merupakan cara yang paling baik yaitu dengan menyikat gigi, tetapi sikat gigi hanya mampu menghilangkan plak gigi pada permukaan yang terlihat secara
13
nyata. Adanya keterbatasan tersebut maka kontrol plak secara kimiawi mulai digunakan dengan berkumur larutan kumur. Tujuan pembersihan gigi adalah menghilangkan plak dari seluruh permukaan gigi. Plak tidak semuanya dapat hilang dengan tindakan menyikat gigi. Plak tidak berwarna dan tidak dapat dilihat oleh mata. Untuk dapat melihat plak diperlukan suatu bahan pewarna yang dapat melekat pada plak. Bahan tersebut adalah disclosing, yang dapat berbentuk tablet dan cairan. Cara penggunaannya adalah dengan cara mengunyah tablet atau mengulaskan cairan tersebut pada permukaan gigi, kemudian kumur. Dengan bantuan bahan ini plak yang ada atau belum tersikat akan nampak berwarna merah. Warna merah ini kemudian harus dihilangkan, dapat dengan sikat gigi, dapat juga dengan benang pembersih gigi (Boedihardjo 1985 cit. Dara 2012). Pemakaian antiseptik sebagai obat kumur mempunyai peran ganda yaitu sebagai pencegahan langsung pertumbuhan plak gigi supragingiva dan sebagai terapi langsung terhadap plak gigi subgingiva. Sampai sekarang kontrol plak secara kimia dengan menggunakan antiseptik sebagai obat kumur berkembang dengan pesat baik di lingkungan dokter gigi maupun di kalangan masyarakat. Antiseptik merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme tanpa merusak secara keseluruhan. Sebagai antibakteri, pemakaian
antiseptik sebagai obat kumur bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri plak. Karena bakteri plak merupakan penyebab kelainan periodontal maka diharapkan pemakaian obat kumur akan dapat mengurangi terjadinya kelainan periodontal. Bahan antiseptik sebagai obat kumur
14
sangat membantu mencegah terjadinya akumulasi plak dan menurunkan radang gusi (Albet 2013). Menurut Shetty dkk. (2013) meskipun menyikat gigi dianggap paling efektif dalam membersihkan gigi dan mengendalikan plak, namun obat kumur banyak digunakan sebagai tambahan untuk memberikan agen aktif ke gigi dan gusi. Dengan kebutuhan terus-menerus untuk melawan efek yang merugikan, meningkatkan potensi terhadap antiplak dan antigingivitis, dan untuk mengurangi meningkatnya resistensi mikroba sebagai antiseptik dan antibiotik konvensional, sehingga
saat ini perhatian beralih lebih kepada penggunaan senyawa
antimikroba dari bahan alami. Beberapa produk alami atau ekstrak herbal bila digunakan dalam obat kumur telah menunjukkan signifikan keunggulan dibandingkan bahan kimia seperti, jambu biji, delima, nimba, propolis, tulsi, teh hijau, cranberry, dan jeruk. Efektivitas antibakteri oral harus memiliki spektrum yang luas terhadap aktivitas antibakteri, tetapi juga harus tidak mengganggu mikroba oral normal. Agen antibakteri dapat mempengaruhi biofilm dengan beberapa cara, seperti dengan mengganggu mekanisme agregasi bakteri atau mempengaruhi viabilitas bakteri. Keberhasilan agen antibakteri tergantung tidak hanya pada daya antibakteri tetapi juga pada substansialtivity. Karena kemampuannya terikat pada permukaan oral dan konsentrasi bio - aktif, agen antibakteri substantif tetap aktif dalam rongga mulut untuk jangka waktu lama. Sementara itu telah diketahui bahwa plak yang tertinggal setelah menyikat dapat menyerap agen antibakteri yang terdapat pada obat kumur (Otten dkk. 2012).
15
Menurut Ariadna dan Hani (2000) berkumur merupakan salah satu metode dalam cara membersihkan gigi dan mulut dan sering dilakukan setelah menyikat gigi. Berkumur dapat dilakukan secara efisien apabila disertai dengan kemauan yang besar, kesediaan meluangkan waktu, cara berkumur yang baik dan fungsi yang normal dari otot-otot bibir, lidah dan pipi. Menurut Putri, Herijulianti dan Nurjannah (2011) cara berkumur yang benar yaitu berkumur secara kuat dan mengisapkan cairan kumur diantara gigi, disekeliling mulut dengan gerakan otot bibir, lidah dan pipi pada waktu gigi dalam keadaan tertutup, selama waktu yang cukup lama minimal 30 detik.
B. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) 1. Taksonomi Jeruk Nipis Menurut Ferguson (2002) secara taksonomi, tanaman Citrus aurantifolia termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle
16
Gambar 2.2 (dikutip dari growcitrus.com) Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
2. Nama Lain atau Nama Daerah Jeruk Nipis Jeruk nipis sangat mudah ditemui di Indonesia dan di Negara lain sehingga jeruk nipis memiliki banyak nama lain dan nama jeruk nipis disetiap daerah atau negara akan berbeda. Tanaman Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle dikenal dengan nama Lime (Inggris), Lima (Spanyol), Limah (Arab); Jeruk nipis (Indonesia), Sumatera: kelangsa (Aceh). Jawa: jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa). Nusa Tenggara: jeruk alit, kaputungan, lemo (Bali), dongaceta (Bima), mudutelong (Flores), jeru (Sawu), mudakenelo (Solor), delomakii (Roti). Kalimantan: lemau nepis. Sulawesi: lemo ape, lemo kapasa (Bugis), lemo kadasa (Makasar). Maluku: punhat em nepi (Buru), ahusi hinsi, aupsifis (Seram), inta, lemonepis, ausinepis (Anna 2012).
3. Morfologi Jeruk Nipis Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus jeruk yang termasuk dalam jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-
17
3,5 meter. Batang pohonnya berkayu, ulet, berduri dan keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Bunganya berukuran kecilkecil berwarna putih yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan diameter 1,5-2,5 cm. Pada umur 2,5 tahun tanaman jeruk nipis mulai berbuah. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm, berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung (Prasetyono 2012). Menurut Anna (2012) tumbuhan yang berasal dari Asia tenggara ini sudah tersebar luas di daerah tropis hingga ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Pohonnya tegak dan daunnya majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat, ujung tumpul dan tepi beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm sedangkan, tulang daunnya menyirip, dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm. Kelopak bunga berbentuk seperti mangkuk berbagi 4-5 dengan diameter 0,4-0,7 cm berwarna putih kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan dengan tepi merah muda. Daun mahkota berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-1,25 cm dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang dan buahnya bulat berwarna hijau tua dan berubah kuning waktu sudah masak, daging buahnya tipis, mengandung banyak cairan yang rasa buahnya sangat asam.
4. Kandungan Jeruk Nipis Pada umumnya masyarakat sudah banyak mengetahui akan kandungan vitamin C nya yang cukup besar. Namun ternyata masih banyak lagi kandungankandungan dari buah ini seperti halnya mineral yang dikandungnya (Anna 2012).
18
Menurut Prasetyono (2012) dalam setiap 100 gram buah jeruk nipis terkandung; vitamin C 27 mg, kalsium 40 mg, fosfor 22 mg, karbohidrat 12,4 mg, vitamin B 10,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,1 mg, kalori 37 mg, protein 0,8 mg air 86 g, zat-zat lain hingga 100 %. Menurut Anna (2012) kandungan lain yang ditemukan dalam jeruk nipis antara lain seperti vitamin B1, belerang, asam sitrun, glikosida, dammar, minyak atrisi (meliputi; nildehid, aktilaldehid, linali-lasetat, gerani-lasetat, kadinen, lemon kamfer, felandren, limonene, sitral), asam amino (lisin, triptofan), asam sitrat, minyak terbang. Selain itu jeruk nipis juga mengandung senyawa saponon dan flavonoid yaitu hesperedin (hesperitin 7 rutinosida), tangeritin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Buah jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat diantaranya asam sitrat sebanyak 7-7,6%, damar lemak, glikosida, mineral, vitamin B1, minyak terbang (minyak atsiri atau essensial oil). Minyak esensial sebesar 7% mengandung citral, limonene, fenchon, terpineol, bisabolene, cadinen, linalin asetat, flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin, dan naringin (Guo et al 2006 cit. Anna 2012). Komposisi kimia minyak atsiri yang dihasilkan tanaman Citrus aurantifolia yang berasal dari Kamerun antara lain limonen (53,92%), α-pinen (0,33%), mirsen (1,58%), β-pinen (0,97%), sabinen (2,06%), dan isokamfen (0,56%) yang termasuk golongan hidrokarbon monoterpen; geraniol (1,33%), linalool (1,20%), neral (9,88%), nerol (1,38%), geranial (12,26%), geranil asetat (2,03%), α-terpineol (0,42%), sitronelol (0,67%), dan neril asetat (4,56%) yang termasuk golongan monoterpen teroksigenasi; serta β-
19
kariofilen (0,61%) yang termasuk golongan hidrokarbon siskuiterpen (Dongmo dkk. 2009).
5. Manfaat Jeruk Nipis Tanaman jeruk nipis yang tergolong suku Rutaceae ini mempunyai banyak kegunaan dalam kehidupan manusia terutama sebagai bahan minuman dan obat tradisional. Berdasarkan pengalaman, air perasan buah jeruk nipis dapat menyembuhkan penyakit batuk. Selain buah, kulit buah jeruk nipis juga mempunyai kegunaan karena dalam kulit buah jeruk nipis tersebut mengandung minyak atsiri. Dalam kegunaan sehari-hari cairan buah ini digunakan untuk memberi rasa asam pada berbagai masakan. Daunnya dapat dipakai sebagai bumbu pada gorengan lauk-pauk dari daging. Kulit terluar buah jeruk nipis dapat diambil minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan obat dan hampir seluruh industri makanan, minuman, sabun, kosmetik dan parfum menggunakan sedikit minyak atsiri ini sebagai pengharum dan juga dapat digunakan sebagai antirematik, antiseptik, antiracun, astringent, antibakteri, diuretik, antipiretik, antihipertensi, antijamur, insektisida, tonik, antivirus, ekspektoran (Agusta 2000). Minyak atsiri mempunyai fungsi sebagai antibakteri terhadap beberapa bakteri yaitu Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Salmonella typhi dan golongan Candida albicans. Manfaat dari komponen-komponen kimia yang terkandung dalam jeruk nipis sangat beragam, diantaranya vitamin C dan bioflavonoid memiliki manfaat untuk memperbaiki daya tahan tubuh dan antioksidan. Selain itu vitamin C adalah salah satu komponen untuk pembentukan kolagen secara alami di dalam tubuh. Air jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit
20
tenggorokan, dapat mengatasi bau mulut yang tak sedap karena wangi dari kulit buahnya dan mengatasi radang karena mengandung zat asam yang dapat mematikan kuman. Selain itu jeruk nipis juga mengandung senyawa saponon dan flavonoid yaitu hesperedin, tangeritin, naringin, eriocitrin. Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan dan menghambat sintesis prostaglandin (Anna 2012). Menurut Del Leo dan Del Bosco (2005 cit. Maya 2013) menyatakan bahwa naringin dan hesperidin memiliki efek penghambatan proliferasi sel kanker, menunda tumorigenesis, dan agen kemopreventif karsinogenesis. Selain itu, hesperidin dapat menurunkan lipopolysaccharide yang dapat menginduksi hepatotoksisitas pada hepar tikus. Penelitian lain yang di lakukan oleh Zhang et al (2007 cit. Maya 2013) menyebutkan bahwa, hesperidin memiliki efek sitotoksik pada sel melanoma B16 pada tikus. Dalam majalah Grapefruit juice and medications, naringin dapat menghambat CYP3A4 dan CYP1A2 sebagai enzim pemacu senyawa karsinogen.
6. Pengaruh Jeruk Nipis terhadap Pembentukan Plak Gigi Jeruk nipis dapat menghambat pembentukan plak dengan cara menghambat pembentukan pelikel, pertumbuhan koloni kuman dan meningkatkan kecepatan saliva dan penurunan viskositas saliva. Peningkatan kecepatan dan penurunan viskositas saliva dapat menghambat terbentuknya plak pada gigi. Saliva juga mengandung enzim lisozim dan laktoperoksidase yang dapat mengurangi aktivitas metabolisme bakteri dan menjadi buffer yang dapat menetralkan pH plak. Enzim lisozim bersifat bakterisida yaitu mampu membuat bakteri tidak berdaya dengan cara menyerang dinding sel bakteri (melisiskan mikroorganisme) sehingga bakteri
21
kehilangan cairan sel akhirnya mati, sedangkan enzim laktoperoksidase dapat mempengaruhi mikroorganisme dengan cara menghambat metabolisme bakteri (Fitarosana, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdul dkk. (2013) didapatkan hasil penelitian, air perasan buah jeruk nipis memiliki daya hambat bakteri Staphylococcus aureus pada kosentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Hal ini menunjukkan adanya senyawa aktif antibakteri dalam air perasan buah jeruk nipis yang diduga diperoleh dari kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, seperti minyak atsiri, diantaranya fenol yang bersifat sebagai bakterisidal. Kemampuan bakterisidal dari fenol dengan mendenaturasikan protein dan merusak membran sitoplasma sel. Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan
fungsi
permeabilitas
selektif,
fungsi
pengangkutan
aktif,
pengendalian susunan protein sel bakteri terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga lisis. Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya. Keasaman pada buah jeruk nipis disebabkan oleh kandungan asam organik berupa asam sitrat dengan konsentrasi yang tinggi juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Adanya kandungan asam sitrat pada jeruk nipis akan menyebabkan protein mengalami denaturasi yang
didahului
dengan
perubahan
struktur
molekulnya,
dimana
akan
menyebabkan protein tidak dapat melakukan fungsinya sehingga sel bakteri akan mengalami kematian (Astawan dkk. 2008 cit. Abdul dkk. 2013).
22
Jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Senyawa fenol dan turunannya flavonoid merupakan salah satu anti bakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membrane sitoplasma. Sebagai zat antibakteri, flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak dinding sel dan membran sitoplasma bakteri serta mencegah pembelahan bakteri sehingga menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang biak ( Robinson 1995 cit. Kurnia, Surdano dan Laksmi 2008). Menurut Kimbal (1992 cit. Kurnia, Surdano dan Laksmi 2008) flavonoid menyebabkan tidak berfungsinya Na + dan K + pada sel bakteri dimana keadaan ini menyebabkan ion sodium tertahan didalam sel sehingga terjadi perubahan kepolaran pada plasma sel yang diikuti dengan masuknya air yang tidak terkontrol di dalam sel. Hal ini menyebabkan sel membengkak dan akhirnya pecah. Pecahnya membran inilah yang meyebabkan kematian bakteri.
23
C. Kerangka Konseptual
Larutan jeruk nipis
Asam sitrat sebanyak 7-7,6%, damar lemak, glikosida, mineral, vitamin C, kalsium, fosfor, vitamin B1, minyak terbang (minyak atsiri atau essensial oil). Minyak esensial sebesar 7% mengandung sitrat, limonene, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat, cadinen, linalin asetat, flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin, dan naringin
Antibakteri, analgesik, antiinflamasi, antioksidan, menghambat sintesis prostaglandin, memperbaiki daya tahan tubuh, pembentukan kolagen secara alami di dalam tubuh, mencegah kanker, meredakan sakit dan radang tenggorokan, mengatasi bau mulut.
Menghambat pembentukan plak
Gambar 2.3 Kandungan dan khasiat dari jeruk nipis
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian clinical trial dengan rancangan pendekatan pre test-post test design control group, untuk menilai pengaruh efektivitas dari berkumur larutan air jeruk nipis terhadap penurunan akumulasi plak antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
B. Identifikasi Variabel 1. Variable pengaruh
: kumur larutan air jeruk nipis 10%
2. Variable terpengaruh : akumulasi plak 3. Variabel terkendali
: volume pemberian larutan air jeruk nipis 10%
4. Variabel tak terkendali : cara menyikat gigi, makanan yang dikonsumsi sebelumnya.
C. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini yaitu : berkumur, plak dan larutan air perasan jeruk nipis. 1. Berkumur yaitu berkumur larutan air perasan jeruk nipis kosentrasi 10% sebanyak 10ml dalam keadaan mulut tertutup (gigi beroklusi), menggerakkan kumuran secara keras dan berulang-ulang
kemudian
mengeluarkannya dengan keras pula tidak hanya sejedar dkeluarkan dari mulut. Berkumur selama waktu yang cukup (sekitar 30 detik). 2. Larutan air perasan jeruk nipis adalah larutan yang terbuat dari campuran sari buah jeruk nipis yang telah diperas kemudian dicampur dengan air
24
25
hingga kosentrasi larutan 10% (sebanyak 100 ml sari buah jeruk nipis dilarutkan hingga volume larutan mencapai 1000 ml). 3. Plak gigi merupakan lapisan pada permukaan gigi yang diwarnai dengan senyawa disclosing agents sebagai indikator untuk melihat adanya plak dan diukur dengan menggunakan indeks plak menurut Turesky-GilmoreGlickman dari Quigley Hein.
D. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar angkatan 2010 yang berjumlah 72 orang. 2. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik purposive
sampling. 3.
Besar sampel Besar sampel penelitian yang dibutuhkan untuk penelitian ini di peroleh dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling, berdasarkan rumus dari Taro Yamane (cit. Samian 2008) sebagai berikut :
Dimana : n = jumlah sampel N = Jumlah populasi = 72 orang
26
= presisi yang ditetapkan = 10 % Maka dari hasil perhitungan diatas, didapatkan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar 42 orang.
Sampel penelitian diperoleh secara purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi : a. Bersedia dalam penelitian yang dibuktikan dengan mengisi informed consent. b. Susunan gigi yang masih lengkap dan teratur sampai berjejal ringan. c. Tidak menggunakan orthodontic cekat ataupun protesa. 2. Kriteria eksklusi : a. Tidak patuh terhadap prosedur perlakuan. b. Mengkonsumsi makanan selain makanan yang disediakan oleh peneliti selama masa perlakuan. c. Merokok selama perlakuan.
E. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 7 hari berturut-turut pada, Tanggal
: 6 – 13 Januari 2014
Waktu
: 10.30 - Selesai
Tempat
: Ruang
preklinik
Fakultas
Mahasaraswati Denpasar.
kedokteran
Gigi
Universitas
27
F. Instrument Penelitian Instrument
yang
digunakan
untuk
menilai
akumulasi
plak
dengan
menggunakan indeks plak dari Quigley dan Hein sebagai berikut:
Tabel 3.1 Indeks plak menurut Turesky-Gilmore-Glickman dari Quigley Hein (Carranza dkk. 2007) Dengan skala perhitungan sebagai berikut: Skor Kriteria 0 1 2 3 4 5
Tidak ada plak Bercak-bercak plak yang terpisah pada servikal gigi Lapisan tipis plak yang kontinyu (kira-kira1mm) pada servikal gigi Lapisan plak lebih dari 1mm tetapi kurang dari 1/3 mahkota gigi Plak menutupi lebih dari 1/3 tetapi tak lebih dari 2/3 mahkota gigi Plak menutupi lebih dari 2/3 bagian mahkota gigi
Gambar 3.1 Indeks Plak Menurut Turesky-Gilmore-Glickman dari Quigley Hein (http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-HygieneIndices/Quigely Hein-Index-modified/)
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada: permukaan labial insisif pertama kanan atas (11), permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah (31), permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas (16), permukaan bukal gigi molar
28
pertama atas kiri (26), permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah (36), permukaan lingual molar pertama kanan bawah (46).
indeks plak =
jumlah indeks plak pada permukaan gigi jumlah gigi yang diperiksa
G. Alat dan Bahan jumlah gigi yang diperiksa
Alat dan Bahan yang diperlukan pada penelitian ini seperti :
Alat
: sikat gigi, alat oral diagnostic, gelas kumur, nearbekken, sarung tangan, masker, gelas ukur, alat tulis, formulir pemeriksaan dan lembar informed consent.
Bahan : disclosing solution, pasta gigi pepsodent, larutan air jeruk nipis 10%, air putih, alkohol 70% dan kapas.
H. Prosedur Penelitian atau Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer hasil pengukuran skor plak dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sebelum dan sesudah perlakuan. 1. Prosedur Persiapan Sampel a. Pembuatan Larutan Air Jeruk Nipis 10% Larutan air jeruk nipis 10% dibuat dengan cara buah jeruk nipis dipotong dan diperas sari buahnya kemudian disaring hingga didapatkan 100 ml sari buah jeruk nipis lalu dilarutkan hingga volume larutan mencapai 1000 ml). b. Pemberian dan Pembagian Kelompok Perlakuan
29
Pada penelitian, sampel dikelompokkan dalam dua kelompok : 1) Kelompok pertama sebagai variabel kontrol adalah kelompok yang hanya berkumur dengan pelarut/air aqua (kelompok kontrol). 2) Kelompok kedua adalah kelompok yang berkumur dengan larutan air jeruk nipis dengan konsentrasi 10%. 2. Prosedur Penelitian a. Preparasi Sampel Mahasiswa/mahasiswi FKG yang termasuk dalam kelompok sampel melewati beberapa prosedur sebagai berikut : 1) Penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan, serta persetujuan sebagai sampel penelitian (Informed consent). 2) Pemeriksaan kelengkapan dan keteraturan gigi. 3) Pemeriksaan penggunaan behel dan protesa. b. Pengontrolan Plak Plak dikontrol dengan cara menyikat gigi menggunakan teknik roll brush selama 2 menit. Sikat gigi yang digunakan mempunyai kepala sikat yang sempit dengan bulu yang rata dan halus. Pasta gigi dengan merk yang sama untuk setiap sampel dioleskan pada setengah bagian kepala sikat. c. Pemberian Larutan Air Perasan Jeruk Nipis Larutan air perasan jeruk nipis sebanyak 10 ml diberikan per oral setelah menyikat gigi. Kelompok perlakuan berkumur dengan larutan air jeruk nipis 10% dan membiarkan berada dalam rongga mulut selama 30 detik, kemudian dibuang.
30
I. Analisis Data Data yang telah diperoleh dari penelitian ini dimasukan ke dalam tabel untuk pengamatan dan pengkajian data. Data kemudian dianalisis dan diolah dengan menggunakan SPSS. 1. Analisis deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang diperoleh. 2. Uji Normalitas dan Homogenitas. a. Uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk. b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Lavene‟s Test. 3. Uji Efek Perlakuan Bagi data yang berdistribusi normal dan homogeny, maka digunakan uji statistik parametrik yaitu: 1) Paired sample T-Test untuk analisis perbandingan pre test dan post test pada masing-masing kelompok. 2) Independent sample T-Test untuk analisis perbandingan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
31
J. Alur Penelitian 42 sampel yang memenuhi kriteria inklusi
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
21 orang
21 orang
Pengukuran skoring plak awal
Pengukuran skoring plak awal
Menggosok gigi
Menggosok gigi
Menggosok gigi
Berkumur dengan pelarut (Air aqua)
Berkumur larutan air jeruk nipis 10%
Pengukuran skoring plak akhir
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Dari penelitian yang dilakukan dari tanggal 6-13 Januari 2014, terhadap mahasiswa-mahasiswi dari Fakultas kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar diambil sampel berjumlah 42 orang yang terbagi 2 atas kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dengan karakteristik sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karekteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur Karakteristik Jumlah Persentase (Orang) (%) Jenis Kelamin Laki-laki 17 40 Perempuan 25 60 Umur 20 Tahun 5 12 21 Tahun 34 81 22 Tahun 3 7
Total (%) 100 100
Dari tabel 4.1 terlihat sampel terbanyak adalah sampel dengan jenis kelamin perempuan sejumlah 25 orang sedangkan sedangkan sampel dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang Umur sampel berkisar antara 20 sampai 22 tahun. Sampel dengan jumlah terbanyak terdapat pada sampel berumur 21 tahun dengan jumlah 34 orang, sampel berumur 20 tahun berjumlah 5 orang dan sampel berumur 22 tahun hanya berjumlah 3 orang.
B. Analisis Data Statistik a. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dilakukan sebagai prasyarat sebelum melakukan uji statistic parametric. Uji prasyarat yang dilakukan dalam penelitian ini
32
33
adalah uji normalitas data dengan uji shapiro-wilk dan uji homogenitas data.
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas data penelitian sebelum dan sesudah kelompok perlakuan (air perasan jeruk nipis) dan kelompok kontrol (aqua) Kelompok Sampel N P Keterangan Air Perasan Jeruk Pre test 21 .140 Normal Nipis Post test 21 .407 Normal Aqua Pre test 21 .716 Normal Post test 21 .529 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas didapatkan nilai P untuk data sebelum pada kelompok perlakuan adalah 0,140 dan untuk data setelah perlakuan 0,407. Nilai P untuk data sebelum perlakuan pada kelompok kontrol adalah 0,716 dan setelah perlakuan 0,529. Hal ini menunjukan bahwa data telah berdistribusi normal (ƿ >0,05), sehingga data layak untuk dilanjutkan pengujiannya dengan uji statistic parametric T test.
Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas data penelitian sebelum dan sesudah kelompok perlakuan (air perasan jeruk nipis) dan kelompok kontrol (aqua) Levene Statistic Sig. Air Perasan Jeruk Nipis 1.338 .254 Aqua .214 .646
Berdasarkan uji homogenitas data dengan levenes’s test for equality of variance didapatkan hasil sig. untuk setiap kelompok sampel adalah 0,254 dan 0,646 yang artinya (ƿ >0,05). Hal ini menunjukan bahwa data bersifat homogen, sehingga data layak untuk dilanjutkan pengujiannya dengan uji statistic parametric T – test.
34
b. Uji Efek Perlakuan
Tabel 4.4 Rerata penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan air perasan jeruk nipis Variabel Pre test Post test Beda rerata P Indeks Plak 1,68 ± 0,22 0,74 ± 0,28 0,94 .000
Tabel 4.5 Rerata penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan aqua Variabel Pre test Post test Beda rerata P Indeks Plak 1,53 ± 0,37 1,21 ± 0,33 0,32 .000
Berdasarkan hasil dari uji paired samples t-test pada tabel 4.4 dan 4.5 terdapat adanya perbedaan yang signifikan dilihat dari nilai P sebesar 0.000 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang artinya
<
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa berkumur air perasan jeruk nipis dan berkumur dengan aqua efektif dalam menurunkan akumulasi plak gigi.
35
Grafik Rerata Penurunan Indeks Plak Sebelum dan Sesudah Berkumur dengan Air Perasan Jeruk Nipis dan Aqua
1,8
Rerata Indeks Plak
1,6 1,4
Pre test
1,2
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Air perasan jeruk nipis
Aqua
Grafik 4.1 Grafik rerata penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur dengan air perasan jeruk nipis dan aqua
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa, kedua kelompok sampel dapat menurunkan akumulasi plak gigi dan terdapat perbedaan dalam penurunan akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah pada masing-masing kelompok sampel, dimana pada kelompok perlakuan terlihat penurunan yang lebih besar dari kelompok kontrol.
36
Tabel 4.6 Perbedaan rerata selisih indeks plak sebelum dan sesudah berkumur antara kelompok berkumur dengan air perasan jeruk nipis dan aqua Kelompok N Rerata P indeks plak Selisih Air Perasan 21 .9443 .000 Jeruk Nipis Aqua 21 .3176 .000 Jumlah 42 -
Berdasarkan hasil dari uji independent samples t-test pada tabel diatas diketahui rerata penurunan indeks plak pada kelompok air perasan jeruk nipis sebesar 0,9443. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan aqua didapatkan rerata 0,3176. Dari tabel diatas diperoleh P = 0,000 maka penurunan indeks plak antara kedua kelompok ini menunjukan adanya perbedaan yang bermakna dimana (ƿ <0,05), dengan penurunan rerata indeks plak yang lebih besar pada kelompok perlakuan (air perasan jeruk nipis) daripada kelompok kontrol (aqua). Sehingga pada tabel diatas menunjukan bahwa kumur-kumur dengan larutan air jeruk nipis lebih efektif dalam menurunkan akumulasi plak dibandingkan dengan kumurkumur dengan air putih.
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dari 42 sampel, yang terdiri dari 21 orang sebagai kelompok kontrol dan 21 orang sebagai kelompok perlakuan. Dari penelitian diketahui jarak umur dari 20-22 tahun. Ditemukan lebih banyak sampel berusia 21 tahun dan jumlah sampel berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengamatan indeks plak, didapatkan penurunan yang signifikan pada penggunaan larutan kumur air perasan jeruk nipis dan juga pada kelompok kontrol yang berkumur dengan air putih. Keduanya membuktikan keefektifannya dalam mengurangi plak namun berkumur dengan larutan air perasan jeruk nipis lebih efektif untuk menurunkan akumulasi plak dibandingkan dengan air putih yang dapat dilihat dari perbedaan rerata yang signifikan, dimana penurunan nilai rerata pada kelompok perlakuan lebih besar dari kelompok kontrol. Seperti diketahui plak merupakan faktor penyebab karies dan penyakit periodontium, jika bergabung dengan dengan faktor lain dan dalam periode waktu tertentu. Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi dan gusi (Haake 2007). Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Salah satu upaya pencegahan secara kimiawi adalah dengan menggunakan obat kumur atau dengan menggunakan larutan antibakteri. Berkumur dengan larutan antibakteri merupakan tindakan penyempurnaan dari menyikat gigi karena dapat menjangkau
37
38
daerah yang tidak terjangkau oleh sikat gigi seperti pada gigi yang berdesakan dan plak subgingival (Hertoi 2012). Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak khasiat, salah satu diantaranya yaitu sebagai antibakteri. Jeruk nipis merupakan salah satu tanaman yang mempunyai aktivitas antimikroba yang efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif (Onyeagba dkk. 2004). Secara in vitro telah dibuktikan kemampuan buah jeruk nipis sebagai antibakteri dapat menghambat Salmonella paratyphi, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus
(Aibinu dkk. 2009).
Sehingga
penghambatan dalam pembentukan plak gigi terjadi akibat mekanisme anti bakterial dari jeruk nipis. Hal ini dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Syarif Suwondo 2007) terbukti bahwa ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle) memberikan aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) yang merupakan bakteri utama penyusun plak sehingga memungkinkan dapat menurunkan kosentrasi plak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada kumur larutan air perasan buah jeruk nipis dengan adanya penurunan akumulasi plak gigi. Hal ini disebabkan karena jeruk nipis selain dapat menghambat pertumbuhan koloni kuman juga menghambat pembentukan plak dengan cara meningkatkan kecepatan aliran saliva. Saliva juga mampu melakukan aktivitas antibakterial dan antibodi karena mengandung beberapa komponen seperti
lisosim,
sistem
laktoperoksidase-isitiosianat,
laktoferin,
dan
immunoglobulin saliva, sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan beberapa
39
bakteri di dalam plak. Bertambahnya sekresi saliva akan menyebabkan peningkatan kapasitas buffer saliva sehingga dapat menetralkan pH plak yang -
asam, karena bertambahnya ion bikarbonat (HCO ) yang berperan dalam 3
kapasitas buffer saliva. Bertambahnya aliran saliva akan meningkatkan kadar 2+
2+
urea, amoniak (NH ), kalsium (Ca ), fosfat (HPO 3
4
+
), natrium (Na ) yang
merupakan sumber alkalinitas saliva sehingga dapat menaikkan pH plak yang turun
akibat
proses
glikolisis
karbohidrat.
Berkurangnya
aliran
saliva
menyebabkan produk bakteri akan mudah menempel pada permukaan plak sehingga dapat meningkatkan frekuensi terjadinya karies (Kamzil 1992 cit. Soesilo, Santoso dan Diyatri 2005). Keasaman pada buah jeruk nipis disebabkan oleh kandungan asam organik berupa asam sitrat dengan konsentrasi yang tinggi juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Adanya kandungan asam sitrat pada jeruk nipis akan menyebabkan protein mengalami denaturasi yang didahului dengan perubahan struktur molekulnya, dimana akan menyebabkan protein tidak dapat melakukan fungsinya sehingga sel bakteri akan mengalami kematian (Astawan dkk. 2008 cit. Abdul dkk. 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Julica (2010) tentang pengaruh stimulasi berkumur, mengunyah, dan asam sitrun terhadap sekresi dan ph saliva menunjukan bahwa aliran saliva maksimal dicapai saat saliva dirangsang dengan asam sitrun dan minimum pada rangsangan manis. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Hooper dkk. 2011) menyatakan bahwa aktivitas antimikroba obat kumur Citrox dengan kandungan flavonoid dari buah jeruk khususnya naringin membuktikan dapat menghambat bakteri oral
40
seperti A. actinomycetemcomitan,
P. gingivalis dan terutama pada bakteri
Candida dengan kosentrasi 1% (v/v).
Daya antibakteri pada jeruk nipis
disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya serta kandungan asam sebesar 7-7,6% yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri (Anna, 2012). Sebagai zat antibakteri, flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak dinding sel dan membran sitoplasma bakteri serta mencegah pembelahan bakteri sehingga menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang biak ( Robinson 1995 cit. Kurnia, Surdano dan Laksmi 2008). Sama juga halnya menurut Barbut (2002 cit. Agustinus 2012) menyatakan aktivitas antibakteri dari buah jeruk nipis karena mengandung sejumlah asam organik seperti asam sitrat yang merupakan komponen utama, kemudian asam malat, asam laktat dan asam tartarat. Penghambatan sebagai antibakteri dari asam organik karena penurunan pH dibawah kisaran pertumbuhan mikroorganisme dan penghambatan metabolisme oleh molekul asam yang tak terdisosiasi. Hasil penelitian Nour (2010) menunjukkan bahwa jus jeruk nipis segar mengandung asam sitrat 6,15 persen, asam malat 0,52 persen, asam laktat 0,09 persen, serta sejumlah kecil asam tartarat. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) juga diketahui memiliki beberapa khasiat seperti meredakan inflamasi karena buah jeruk nipis kaya akan komponen flavonoid polymethoxilate. Flavonoid telah diketahui banyak mempunyai manfaat medis yang meliputi antioksidan, antimikrobial, antiinflamasi dan antikanker. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa senyawa saponin dan pektin merupakan senyawa yang berpotensi sebagai antiinflamasi dengan cara mengurangi kerusakan dan menghambat perkembangan dari inflamasi pada kaki
41
tikus dan usus mamalia. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh (Setyohadi, Miftakhul dan Dewi 2012) menunjukan bahwa ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) berpengaruh terhadap perbaikan sel epitel gingiva tikus putih galur wistar yang diinduksi Actinobacillus actinomycetemcomitans dimana semakin tinggi dosis ekstrak kulit jeruk nipis yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah sel epitel gingiva yang normal. Perbaikan sel epitel yang ditandai oleh peningkatan jumlah sel sebagian besar dipengaruhi oleh kandungan ekstrak etanol jeruk nipis, seperti flavonoid, saponin, vitamin C serta minyak atsiri lainnya. Hal ini terbukti bahwa jeruk nipis berpotensi dalam menghambat plak karena mikroorganisme penyebab gingivitis yang paling dominan ditemukan pada plak gigi. Pada pemeriksaan mikroskopis telah ditemukan beberapa macam bakteri yang terdapat pada plak gigi diantaranya, Actinobacillus actinomycetem comitans. Actinobacillus actinomy cetemcomitans dapat merusak jaringan dengan cara merangsang inflamasi, menyebabkan destruksi jaringan dan menghambat penyembuhan jaringan.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berkumur dengan air perasan buah jeruk nipis dapat menurunkan akumulasi plak.
B. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh, adapun saran yang ingin dikemukakan oleh peneliti yaitu perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai penggunaan air perasan jeruk nipis terhadap penurunan akumulasi plak pada kosentrasi yang berbeda dan penggunaannya untuk jangka waktu yang lama serta efek lain terhadap manfaat kesehatan gigi dan mulut.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, R., Aziz, D. dan Gusti, R. 2013, „Uji daya hambat air perasan buah jeruk nipis (citrus aurantifolia s.) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus secara in vitro‟, J kesehatan Andalas, vol. 2, no. 1, hlm. 5-8. Agusta, A. 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropik Indonesia, ITB., Bandung. Agustinus, H.D.R. 2012, „Efektivitas jeruk nipis dalam menurunkan bakteri salmonella dan escherichia coli pada dada karkas ayam broiler‟, IJAS, vol. 2, no. 3, hlm. 91-94. Aibinu, I., T. Adenipekun, T. Adelowotan, T. Ogunsanya, dan T. Odugbemi. 2009, „Evaluation of the antimicrobial properties of different parts of citrus aurantifolia (lime fruits) as used locally‟, Afr J. Trad CAM , vol. 4, no.2, hlm. 185-190. Albet, R.2013, Januari 2-last update, Antiseptik Sebagai Obat Kumur [Hompage of topskripsiku.blogspot.com], [online]. Available: http://topskripsiku.blogspot.com/2013/01/antiseptik-sebagai-obat-kumur.html [23 September 2013]. Alify. 2008, Januari 2-last update, Dental Plaque [Homepage of fahmihamid.blogspot.com] [online]. Available: http://fahmihamid.blogspot,com/2008/01/dental-plaque.html [17 Agustus 2013]. Anggareni, S.2007, Desember 22-last update, Plak Gigi Sumber Penyakit Gigi dan Mulut [Hompage of anggareni83.wordpress.com], [online]. Available: http://anggareni83.wordpress.com/2007/12/22/plak-gigi/ [16 Agustus 2013]. Anna Karina. 2012, Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis, Ed. ke-1, Stomata., Surabaya. Ariadna, A.D. dan Hani, S. 2000, „Penelaahan penggunaan antimikroba dan antiseptik pada terapi penyakit periodontal‟, JKGUI, vol. 7, no. 3, hlm. 20-25. Bhadbhade, S. J., Anirudh, B. A., Silvia V. R. dan Srinath, L. T. 2011, Januari 1last update, The Antiplaque Efficacy of Pomegranate Mouthrinse [Homepage of web.ebscohost.com ], [Online]. Available: http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=4fc1117a-87024044-8002-260e9fbe76a6%40sessionmgr198&vid=7&hid=125 [25 Agustus 2013]. Carranza, FA., Newman, MG., Takei, HH. 2002, Clinical Periodontology, Ed. Ke-9, W.B. Saunders Company., Philadelphia.
43
44
Dara, N. 2012, Februari 23-last update, Kesehatan Gigi Dan Mulut [Hompage of unhas.ac.id], [online]. Available: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1057 [20 Agustus 2013]. Dongmo, P. M. J., Tatsadjieu, L. N., Sonwa, E. T., Kuate, J., Zollo, P. H. A., Menut, C. 2009, „Essential oils of citrus aurantifolia from cameroon and their antifungal activity against phaeoramularia angolensis‟, J African of Agricultural, vol.4, hlm. 354-358. Eley, B., M. dan Manson, J., D. 2004, Periodontics, Ed. ke-4, Elsevier Ltd., London. Ferguson. 2002, November 12-last update, Medicinal Use of Citrus Scienses Department Cooperative Extension Services Institute of Food Agricultural Science [Hompage of University Florida], [online]. Available: http://ufdcimages.uflib.ufl.edu/IR/00/00/32/67/00001/CH19600.pdf [23 September 2013]. Fitarosana, E. A. 2012, Desember 6-last update, Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Terhadap Pembentukan Plak Gigi [Hompage of eprints.undip.ac.id], [online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/37540/1/FITAROSONA_G2A007079_LAP.KTI.pdf [17 juli 2013]. Haake, SK. 2007, September 15-last update, Microbiology of Dental Plaque [Homepage of dent.ucle.edu], [Online]. Available: http://www.dent.ucle.edu/pic/microbio/mdphone.html [18 Juli 2013]. Hertoi. 2012, Oktober 8-last update, Bersihkan Gigi dan Mulut dalam 5 Langkah, [Homepage of id.shvoong.com], [Online]. Available: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/dentistry-oral-medicine/2323638bersihkan-gigi-dan-mulut-dalam/ [27 Januari 2014] Hooper, S.J., Lewis, M.A.O., Wilson, M.J., dan Williams, D.W. 2011, „Antimicrobial activity of Citrox® bioflavonoid preparations against oral microorganisms‟, J Dent British, vol. 210, no. 22, hlm. 1-5. Julica, M. P. 2010, April 14-last update, Pengaruh Stimulasi Berkumur, Mengunyah, dan Asam Sitrun terhadap Sekresi dan Ph Saliva [Homepage of wordpress.com], [Online]. Available: http://mawarputrijulica.wordpress.com/2010/04/14/pengaruh-stimulasiberkumur-mengunyah-dan-asam-sitrun-terhadap-sekresi-ph-saliva/ [20 November 2013]. Klokkevold, P.R. dan Mealey, B.L. 2006, Influence of Systemic Disorders and Stress on the Periodontium, Dalam Carranza’s Clinical Periodontology,
45
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FAJr. (ed.), Ed. ke-10, Saunders., St.Louis. hlm. 284-311. Kurnia, N. T., Sudarno dan Laksmi, S. 2008, „Efektivitas ekstrak kulit jeruk lemon (citrus limonum) terhadap daya hambat pertumbuhan aeromonas hydrophila secara in vitro‟, Berkala Ilmiah Perikanan, vol. 3, no. 1, hlm. 8993. Manson J. D. dan Eley B.M. 2012, Buku Ajar Periodonti, Ed. ke-2, Penerjemah : Anastasia, Hipokrates, Jakarta. Markov, P.A., Popov, S.V., Nikitina, I.R., Ovodova, R.G. dan Ovodov, Yu S. 2011,‟Anti-inflammatory activity of pectins and their galacturonan backbone‟, Russian Journal of Bioorganic Chemistry, vol. 37, no. 7, hlm. 817-821. Marsh, P.D. 2006, Januari 2-last update, „Dental Plaque As A Biofilm And A Microbial Community – Implications For Health And Disease‟, BMC Oral Health, vol. 6, no.1, hlm. 1-7, [Hompage of ebscohost.com], [online]. Available: http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1472-6831-6-S1S14.pdf [17 Agustus 2013]. Maya. 2103, Juni 17-last update, Manfaat dan Kandungan Jeruk Nipis Setiap 100 Gram [Hompage of topskripsiku.blogspot.com], [online]. Available: http://www.manfaatjeruknipis.com/kandungan-jeruk-nipis-setiap-100-gram/ [23 September 2013]. Nirjhar, B., Reddy, S., Kaul, S., Prasad, MGS. dan Asutkar, H. 2012, Januari 1last update, Dental Plaque..........“Unveiling The Biofilm Inside”, e-Journal of Dent, vol. 2, no. 1, hlm.119-125 [Hompage of ebscohost.com], [online]. Available: http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=9&sid=4fc1117a8702-4044-8002-260e9fbe76a6%40sessionmgr198&hid=125 [15 Oktober 2013]. Nirmaladewi, A., Handajani, J. dan Regina, TC.T. 2004, Januari 2-last update, Status Saliva dan Gingivitis pada Penderita Gingivitis Setelah Kumur Epigalocatechingallate (Egcg) dari Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis) [Homepage of Farmasi.ugm.ac.id], [Online]. Available: http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/79Nirmaladewi_saliva.pdf [23 september 2013]. Nour, V., I. Trandafir, dan M. E. Ionica. 2010,„HPLC organic acid analysis in different citrus juices under reversed phase conditions‟, Not. Bot. Hort. Agrobot. Cluj, vol. 38, no. 1, hlm. 44-48 Nurin, A. L. 2012, Desember 10-last update, Pengaruh Pasta Gigi Dengan Kandungan Propolis Terhadap Pembentukan Plak Gigi [Homepage of scholar.google.co.id], [Online]. Available:
46
http://eprints.undip.ac.id/37645/1/Nurin_Aisyiyah_L_-_G2A008132__LAPORAN_KTI.pdf [19 Juli 2013]. Onyeagba, R. A., O. C. Ugbogu, C. U. Okeke, dan O. Iroakasi. 2004,‟ Studies on the antimicrobial effects of garlic (allium sativum Linn), ginger (zingiber officinale roscoe) and lim (citrus Aurantifolia linn)‟. Afr. J. Biotechnol, vol. 3, no. 10, hlm. 552-554. Otten, M. P.T., Busscher, H. J., Abbas, F., Henny, C. dan Chris, G. van H. 2012, Oktober 1-last update, Plaque-Left-Behind After Brushing: Intra-Oral Reservoir for Antibacterial Toothpaste Ingredients [Hompage of ebscohost.com], [online]. Available: http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=20&sid=4fc1117a8702-4044-8002-260e9fbe76a6%40sessionmgr198&hid=26 [17 Oktober 2013]. Paramitha, A. 2011, November 20-last update, Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora Persica) Terhadap Pembentukan Plak Gigi [Homepage of eprints.undip.ac.id], [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/37057/1/Paramitha_A.pdf [18 Juli 2013]. Prasetyono, D. S. 2012, A – Z Daftar Tanaman Obat Ampuh di Sekitar Kita, Ed. Ke-1, Flashbooks., Jogjakarta. Putri M. H., Herijulianti E. dan Nurjanah N. 2002, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukungb Gigi, EGC, Jakarta. Reska, A. P. D. 2011, November 21-last update, Pengaruh Pasta Gigi Dengan Kandungan Buah Apel (Pyrus Malus) Terhadap Pembentukan Plak Gigi [Homepage of scholar.google.co.id], [Online]. Available: http://eprints.undip.ac.id/37137/1/Reska_Ayu.pdf [19 Juli 2013]. Roeslan, B. O. 2002, Imunologi Oral : Kelainan di dalam Rongga Mulut, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Rose, L. F., Mealey B. L., Genco, R. J. dan Cohen, D. W. 2004, Periodontics Medicine, Surgery, and Implants, Elsevier Mosby, St. Louis, Missouri. Samian, 2008, Ukuran Sampel [Homepage of wordpress.com], [Online]. Available: http://samianstats.files.wordpress.com/2008/08/ukuran-sampel.pdf [28 November 2013]. Setyohadi, R., Miftakhul, C. dan Dewi, S.C. 2012, -last update, Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Perbaikan Sel Epitel Gingiva Tikus Putih Galur Wistar (Rattus novergicus) yang Diinduksi Actinobacillus actinomycetemcomitans [Homepage of old.fk.ub.ac.id], [Online]. Available:
47
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/Majalah%20dewi%20sulisty o.pdf [ 10 Januari 2014]. Shetty, P. R., Setty, S. B., kamat, S. S., aldarti, A. S. dan Shetty, S. N. 2013, April 1-last update, „Comparison of the antigingivitis and antiplaque efficacy of the herboral (herbal extract) mouthwash with chlorhexidine and listerine mouthwashes: a clinical study‟, J Dent Pakistan Oral, vol. 33, no. 1, hlm. 7681. [Hompage of ebscohost.com], [online]. Available: http://connection.ebscohost.com/c/articles/87747683/comparisonantigingivitis-antiplaque-efficacy-herboral-herbal-extract-mouthwashchlorhexidine-listerine-mouthwashes-clinical-study [17 Oktober 2013]. Siti, H. 2001, Analisis Peragam Untuk Data Plak Gigi [Homepage of repository.ipb.ac.id], [Online]. Available: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17125/G01sha1.pdf [18 Juli 2013]. Soesilo, D., Santoso, R.E. dan Diyatri, I. 2005, „Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan ph saliva pada proses pencegahan karies‟, Dent J, vol. 38, no. 1, hlm. 28. Syarif Suwondo. 2007, „Skrining tumbuhan obat yang mempunyai aktivitas antibakteri penyebab karies gigi dan pembentuk plak‟, J Bahan Alam Indonesia ISS, vol. 6, no. 2, hlm. 65-72. Wang, J.R., Zhou,H., Jiang, Z.H. dan Liu, L. 2008,„Two new triterpene saponins from the anti-inflammatory saponin fraction of Ilex pubescens root‟, J. PubMed, vol. 5, no. 7, hlm. 1369-76.
LAMPIRAN
48
49
Lampiran 1
50
Lampiran 2
51
Lampiran 3 INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Jenis Kelamin
:L/P
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian yang berjudul “ PENGARUH BERKUMUR LARUTAN JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) TERHADAP AKUMULASI PLAK”. Penelitian ini dilakukan oleh MESSYLIANA AWANG, mahasiswi FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
MAHASARASWATI
DENPASAR.
Segala
hal
yang
menyangkut penelitian ini telah saya pahami dan akan saya ikuti sesuai prosedur yang dijelaskan oleh peneliti. Denpasar, Yang membuat pernyataan
(
)
52
Lampiran 4 FORM PENELITIAN
No
:
Tanggal
:
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Jenis Kelamin : L / P
Gigi
Permukaan
16
Bukal
11
Labial
26
Bukal
36
Lingual
31
Labial
46
Lingual Jumlah Indeks Plak
Skor Plak Sebelum
Skor Plak Sesudah
Perlakuan
Perlakuan
53
Lampiran 5 HASIL PENELITIAN KUMUR-KUMUR DENGAN AIR PERASAN JERUK NIPIS
No.
Nama
Sebelum
Sesudah
Selisih
1
Prami
1.50
0.67
0.83
2
Ari
1.17
0.50
0.67
3
Dwita
2.00
0.67
1.33
4
Resti
1.67
0.67
1.00
5
Cok in
1.67
0.17
1.50
6
Etika
1.83
1.00
0.83
7
Ayuk
1.83
0.83
1.00
8
Awan
1.67
1.17
0.50
9
Yoga
2.00
0.83
1.17
10
Gunggek
1.83
1.00
0.83
11
Ery
1.83
0.50
1.33
12
Ade
2.00
0.83
1.17
13
Kresna
1.50
0.67
0.83
14
Cahya
1.50
1.17
0.33
15
Silpy
1.50
0.83
0.67
16
Noven
1.67
0.33
1.34
17
Nanda
1.67
0.50
1.17
18
Gekayu
1.83
1.00
0.83
19
Riscapy
1.83
1.00
0.83
20
Mitha
1.33
0.33
1.00
21
Jayak
1.50
0.83
0.67
54
Lampiran 6
HASIL PENELITIAN KUMUR-KUMUR DENGAN AIR PUTIH (AQUA)
No.
Nama
Sebelum
Sesudah
Selisih
1
Andy
1.67
1.17
0.50
2
Yoga
1.83
1.33
0.50
3
Ista
1.67
1.33
0.34
4
Dhio
1.50
1.00
0.50
5
Rahmatika
2.00
1.67
0.33
6
Dex ari
1.17
0.83
0.34
7
Cyntia
1.33
1.17
0.16
8
Agek
1.50
1.33
0.17
9
karima
1.50
1.00
0.50
10
Nita
1.67
1.33
0.34
11
Gungsurya
1.17
1.00
0.17
12
Danan
2.17
1.83
0.33
13
Evie
1.50
1.17
0.33
14
yanti
2.00
1.67
0.33
15
Aisyah
1.17
1.00
0.17
16
Ika
1.33
1.00
0.33
17
Sandy
1.50
1.17
0.33
18
Dewik
1.00
0.83
0.17
19
Indri
1.83
1.50
0.33
20
Silvia
2.00
1.67
0.33
21
Nantha
0.67
0.50
0.17
55
Lampiran 7 GAMBAR ALAT DAN BAHAN
ALAT-ALAT
BAHAN
56
Lampiran 8 FOTO PENELITIAN
Pengulasan disclosing agent
Sebelum berkumur
Sesudah berkumur
57 Lampiran 9
Kelompok
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
Jeruk_Nipis
Aqua
Pre_test
.175
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
21
.091
.930
21
.140
*
Post_test
.154
21
.200
.954
21
.407
Pre_test
.132
21
.200*
.969
21
.716
21
*
.961
21
.529
40 40
Sig. .254 .646
Post_test
.125
.200
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Homogenitas
Jeruk_Nipis Aqua
Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 1.338 1 .214 1
df2
58
T-Test (Jeruk Nipis)
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
indeks_plak_awal_jeruk_nipis
1.682 4
21
.22217
.04848
indeks_plak_akhir_jeruk_nipis
.7381
21
.27696
.06044
Paired Samples Correlations N Pair 1
indeks_plak_awal_jeruk_nipis & indeks_plak_akhir_jeruk_nipis
21
Correlation
Sig.
.291
.200
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Mean Deviation Mean Lower Upper Pair indeks_plak_awal_jeruk_nipis .94429 1 indeks_plak_akhir_jeruk_nipis
t
Sig. (2df tailed)
.30033 .06554 .80758 1.08099 14.409 20
.000
59 T-Test (Aqua)
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
indeks_plak_awal_aqua
1.5324
21
.37449
.08172
indeks_plak_akhir_aqua
1.2143
21
.33018
.07205
Paired Samples Correlations N Correlation Pair 1
Std. Error Mean
indeks_plak_awal_aqua & indeks_plak_akhir_aqua
21
Sig.
.953
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Std. Std. Error Mean Deviation Mean Lower Pair indeks_plak_awal_aqua .31810 1 indeks_plak_akhir_aqua
Upper
.11617 .02535 .26521 .37098
t
Sig. (2df tailed)
12.548 20
.000
60 T-Test
Group Statistics Kelompok N Selisih_indeks_plak
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Jeruk_Nipis
21
.9443
.30033
.06554
Aqua
21
.3176
.11610
.02533
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F
Sig .
t
df
Sig. Std. (2Mean Error taile Differen Differen Low Uppe d) ce ce er r
Selisih_indeks_ Equal plak varianc es assume d
15.9 .00 8.91 94 0 9
40 .000
.62667
.07026
.484 66
.768 67
Equal varianc es not assume d
8.91 9
25.8 .000 47
.62667
.07026
.482 20
.771 14