PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya
ABSTRAK Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Dalam menjalankan tugas perawat dapat mengalami stress yang disebabkan oleh salah satu faktor yaitu beban kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan beban kerja dengan tingkat stres pada perawat pelaksana. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap sebanyak 37 responden. Sampel yang digunakan adalah purposive sampling yang dikumpulkan dengan kuesioner tentang beban kerja dan kuesioner tentang tingkat stress. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mengalami beban kerja berat sebanyak 30 orang (88,2%) dan sebagian besar perawat mengalami stes ringan sebanyak 26 orang (76,5%). Sehingga didapatkan hasil perawat sebagian besar mengalami beban kerja berat dengan tingkat stress ringan dengan jumlah 22 orang (64,7%). Dari hasil uji statistik korelasi Spearman’s didapatkan p = 0,253 yang bila diperbandingkan dengan α (0,05) atau p > α dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan tingkat stress. Ini dapat disebabkan karena perawat menganggap pekerjaan mereka adalah sosial, mereka mampu membagi waktu dan mampu beradapatsi dengan lingkungan kerja serta mampu menggunakan koping yang adaptif. Kata kunci : perawat, stress, beban kerja.
PENDAHULUAN Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan dalam melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya melalui pendekatan keperawatan (Depkes, 1992). Perawat juga dikatakan memegang peranan vital dalam pelayanan jasa di rumah sakit. Setiap hari perawat berinteraksi dengan pasien hampir pada seluruh jam tugasnya. Dalam menjalankan tugas perawat mempunyai peran sebagai pelaksana, pendidik, pengelola dan peneliti (Gaffar,1999). Perawat adalah salah satu pekerjaan yang berhubungan erat dengan kesehatan dan keselamatan bagi diri perawat sendiri dan bagi klien. Dalam menjalankan peran sehari–hari perawat bertanggung jawab terhadap masalah pengobatan klien, perawat juga memegang tanggung jawab terhadap manajer keperawatan dan staf dokter sehingga dapat menimbulkan stress. Stress merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya, tetapi individu tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu (Azis, 2004). Faktor–faktor yang mempengaruhi stress pada perawat menurut Azis, 2004 adalah stress dari dalam diri, dari keluarga dan dari masyarakat serta lingkungan. Stress dapat bersumber dari pekerjaan atau yang terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan (Widiastuti, 2004). Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stress disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1999). Stress yang dialami individu sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui dengan pasti oleh individu. Banyak perawat yang mengalami stress ketika sedang bertugas, seperti diunit–unit intensive care dikarenakan, karena begitu banyak peralatan yang dipakai oleh pasien, sedangkan diruang penyakit dalam dikarekan kondisi klien yang kritis, penyakit yang menular, banyaknya tugas yang harus dikerjakan seperti penyusunan asuhan keperawatan, memantau kondisi pasien dan kurangnya tenaga perawat yang berdinas. Menurut penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Bahrul Ilmi dalam pengaruh stress kerja terhadap prestasi kerja perawat (http://www.adlnalib.unair.ac.id stress, 2015) menunjukkan stressor pada perawat cukup
bervariasi yaitu beban kerja berlebih, pemberian upah yang tidak adil, kondisi kerja, beban kerja kurang dan tidak diikutkannya dalam pengambilan keputusan sedangkan berdasarkan pengalaman praktek peneliti saat berdinas diruang penyakit dalam, peneliti mendapatkan ada beberapa perawat yang mengatakan takut dan stress saat bekerja, hal ini disebabkan karena banyaknya tugas rutin yang harus dilakukan sedangkan jumlah perawat yang berdinas sedikit, kondisi lingkungan kerja, merawat berbagai macam penyakit, tingkat pendidikan dan lamanya perawat bekerja pada ruangan–ruangan tertentu juga berdampak stress pada perawat. Dirumah sakit William Booth terutama diruang rawat inap penyakit dalam jumlah klien yang dirawat pada tahun 2006 sebanyak 3028 klien dengan BOR 62,38 % sedangkan pada tahun 2015 sampai bulan Maret terdapat 789 klien dengan BOR 64,32%. Jumlah perawat yang berdinas diruang penyakit dalam sebanyak 37 orang . Menurut Bahrul Ilmi menunjukkan bahwa tingkat stress pada perawat dengan kategori tinggi sebesar 47% disebabkan beban kerja berlebih, sedangkan berdasar wawancara pada 10 responden perawat pelaksana diruang rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya, peneliti mendapatkan bahwa 5 orang (50 %) perawat mengalami stress, sedangkan yang tidak mengalami stress sebanyak 50 orang (50 %). Stress cenderung menimbulkan ancaman yang didefinisikan sebagai stress yang diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan psikologis sesuai dengan tingkat stress diantaranya rasa letih, denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, ketegangan otot meningkat, produksi keringat meningkat, mengalami sakit kepala dan pusing, panas dingin dalam bekerja, bola mata melebar, mulut kering, nyeri leher dan batuk. Stress ringan mungkin masih wajar akan tetapi bila stress berlangsung lama dan terus menerus tanpa adanya upaya untuk mengatasi maka akan terjadi gangguan dalam kognitif, perilaku maupun efektif (Stuart & Sudden, 1998). Selanjutnya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja perawat, terjadi kelalaian dalam bertugas, motivasi kerja menurun, pasien kurang diperhatikan, terjadi kesalahan dalam perawatan dan pengobatan, kebutuhan pasien
tidak terpenuhi, sehingga akan menimbulkan ketidakpuasan pasien dan berakibat penurunan tingkat pelayanan perawat terhadap pasien dirumah sakit (Abraham, 1997) sedangkan bila hal ini tidak segera diatasi dapat merugikan Rumah Sakit. Demikian pula bila perawat tidak segera mengatasi masalah perawat bias mendapatkan surat peringatan, perawat dapat terjerat dengan masalah hukum dan yang terburuk kalau sampai terjadi pemecatan. Untuk mengatasi problem keterbatasan tenaga perawat mungkin bisa dilakukan dengan penambahan tenaga perawat. Dengan cara menghitung kembali kebutuhan perawat diruang tersebut, peningkatan kesejahteraan karyawan, peningkatan keseahtan dan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi. Demikian pula dengan koping yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Pada penatalaksanaan stress (Keliat,1998) menetapkan beberapa cara dalam penyelesaian masalah. Koping tersebut meliputi penanganan reaksi fisiologis, psikososial, memfasilitasi karyawan untuk dapat mengekspresikan perasaan dan permasalahan, adaptasi termasuk konseling pribadi oleh tim khusus rumah sakit bila diperlukan, sedangkan menurut manajemen Widiastuti (2004), beberapa tehnik manajemen stress meliputi : minta bantuan orang lain, melawan stress, berolahraga, refreshing, relaksasi, berpikir positif, diet seimbang menggunakan rasa humor, mendengar musik dan banyak makan. Dengan tindakan pencegahan tersebut dapat mengurangi stress perawat sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam pelayanan terhadap pasien. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan beban kerja dengan tingkat stress pada perawat pelaksana diruang penyakit dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya.
METODE Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi korelasi Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran observasi data variabel independent dan dependen hanya satu kali pada satu saat, pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor beban kerja terhadap tingkat stress pada perawat pelaksana. Sebagai populasi dalam penelitian adalah Seluruh perawat diruang rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya sebanyak 37 orang, yang diambil menggunakan tehnik Purposive sampling sebagian perawat diruang rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya sebanyak 34 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Beban kerja dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat stress.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Umum Data umum menggambarkan tentang karakteristik responden. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Perawat yang berdinas
Umur
20.59% 41.18%
20 - 29 tahun 30 - 39 tahun 40 - 49 tahun
38.24%
Gambar 1 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan umur perawat
Dari data diatas diketahui bahwa dari 34 responden didapatkan usia terbanyak yaitu 20–29 tahun adalah 14 orang (41,2 %). Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin perawat yang berdinas Jenis Kelamin
2.94% Laki - laki Perempaun 97.06%
Gambar 2 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin perawat Dari data diatas diketahui bahwa dari 34 responden diadapatkan jenis kelamin
perawat mayoritas perempuan yaitu 33 orang (97,1 %).
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat yang berdinas Tingkat Pendidikan
2.94%
2.94% SPR 38.24%
SPK D III
55.88%
Gambar
S1
3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat yang berdinas di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya bulan Juli 2015
Dari data diatas diketahui bahwa dari 34 responden mayoritas berpendidikan D III sebanyak 19 orang (55,9 %). Dibandingkan SPK sebanyak 13 orang (38,3 %), S1 sebanyak 1 orang (2,9 %), dan SPR 1 orang (2,9 %).
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Perawat yang berdinas
Masa Kerja
23.53%
17.65%
1- 5 tahun 6 - 10 tahun 11 - 15 tahun
26.47%
32.35%
16 - 20 tahun
Gambar 4 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Perawat yang berdinas Dari data diatas diketahui bahwa dari 34 responen didapatkan masa kerja terbanyak adalah masa kerja 6–10 tahun yaitu sebanyak 11 orang (32,3 %).
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Perawat yang berdinas
Agam a
1, 3% Islam
13, 38%
Kristen/katholik 20, 59%
Hindu
Gambar 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Perawat yang berdinas orang (20,6 %) dan stress berat yaitu Dari data diatas di ketahui bahwa dari 34 1 orang (2,9 %). responden didapatkan Agama terbanyak Islam sebanyak 20 orang (58,9 %), diikuti Beban Kerja Perawat Pelaksana beragama Kristen sebanyak 13 orang (38,2 Tabel 2. Distribusi beban kerja pada perawat %) selebihnya beragama hindu 1 orang (2,9 Beban Jumlah Prosentase %). Kerja Data Khusus Ringan 2 5,9 % Tingkat Stress Pada Perawat Pelaksana. Sedang 2 5,9 % Berat 30 88,2 % Tabel 1 Distribusi tingkat stress pada Jumlah 34 100 % perawat Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa Tingkat Jumlah Prosentase dari 34 responden di dapatkan mayoritas Stress mengalami beban kerja berat yaitu 30 orang Ringan 26 76,5 % (88,25 %) dibandingkan yang mengalami Sedang 7 20,6 % beban kerja sedang yaitu 2 orang (5,9 %) dan Berat 1 2,9 % beban kerja ringan yaitu 2 orang (5,9 %). Jumlah 34 100 Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui Stress Pada Perawat Pelaksana bahwa dari 34 responden di dapatkan sebagian besar mengalami stress ringan yaitu 26 orang (76,5 %), dibandingkan dtress sedang yaitu 7 Tabel 3. Distribusi Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Pada Perawat Pelaksana Beban Kerja
Ringan
%
Sedang
Tingkat Stress Ringan 2 5.9 % 0 Sedang 2 5,9 % 0 Berat 0 0 0 Total 4 11,8 % 0 Uji Statistik Spearman’s ρ = 0,253
%
Berat
%
Total %
0 0 0 0
22 7 1 30
64,7 % 20,6 % 2,9 % 88,2 %
24 9 1 34
70,6 % 26,5 % 2,9 % 100
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 34 responden didapatkan sebagian besar perawat memiliki beban kerja berat dengan tingkat sterss yang ringan yaitu sejumlah 22 orang (64,7%), sedangkan perawat yang memiliki beban kerja berat dengan tingkat sterss berat sejumlah 1 orang (2,9%). PEMBAHASAN Tingkat beban kerja Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa perawat yang mengalami beban kerja berat sebanyak 30 orang (88,2%) responden, yang mengalami beban kerja sedang sebanyak 2 orang (5,9%) yang mengalami beban kerja ringan sebanyak 2 orang (5,9%). Menurut Munandar (2001) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja berlebih merupakan pembangkit stress yang timbul sebagai akibat dari tugas–tugas yang terlalu banyak di berikan kepada tenaga kerja untuk di selesaikan dalam waktu tertentu, dan orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas. Unsur lain yang dapat menimbulkan beban kerja berlebih ialah desakan waktu yaitu setiap tugs diharapkan dapt diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat pada saat– saat tertentu. Dari table 1 dapat diketahui bahwa sebanyak 30 orang (88,2%) responden mengalami beban kerja berat. Hal ini dapat disebabkan karena keterbatasan tenaga perawat, banyaknya tugs rutin yang harus dilakukan. Salah satu penyebab dari beban kerja berat adalah terlalu beragam hal yang harus dilakukan, atau tidak cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas yang harus dibebankan.
Tingkat Stress Pada Perawat Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 2 di peroleh hasil untuk perawat yang mengalami tingkat stress ringan sebanyak 26 orang (76,5%), yang mengalami stress sedang 7 orang (20,6%), dan yang mengalami stress ringan sebanyak 1 orang (2,9%). Menurut Hawari (2001) stress adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Gejala–gejala stress pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena perjalanan tahapan stress timbul secara
lambat dan baru disadari dan dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan sehari–hari. Dari table 2 dapat diketahui bahwa sebanyak 26 orang (76,5%) mengalami stress ringan hal ini dapat disebabkan karena responden mempunyai cara dalam menyelesaikan masalah, mampu menyelesuaikan diri dengan perubahan, mendapat dukungan sosial dan mampu beradaptasi. Salah satu cara mengurangi tingkat stress menurut Pangemanan (2001) yaitu dengan cara peningkatan kesehatan, humor dan koping adaptif. Hubungan beban kerja dengan tingkat stress Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 34 responden didapatkan sebagian besar perawat memiliki beban kerja berat dengan tingkat sterss yang ringan yaitu sejumlah 22 orang (64,7%), sedangkan perawat yang memiliki beban kerja berat dengan tingkat sterss berat sejumlah 1 orang (2,9%) dan aasil uji statistic korelasi Spearman’s di dapatkan ρ = 0,253 bila dibandinglan dengan α (0,05) maka ρ > α sehingga dapat dikatakan Ho diterima dan H1 di tolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan tingkat sress pada perawat pelaksana di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya. Dari uraian diatas dapat disimpulan bahwa beban kerja berat belum tentu mempengaruhi tingkat stress pada individu tergantung bagaimana cara individu memecahkan masalah. Menurut Munandar (2001) pada saat tertentu dalam hal tertentu, waktu akhir (deadline) justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi, sehingga dengan beban kerja yang berat tetapi memgalami tingkat stress ringan pada perawat kemungkinan bisa disebabkan karena pada saat-saat tertentu perawat menganggap pekerjaan mereka adalah pekerjaan sosial dan pekerjaan yang bersifat ibadah, sehingga mereka merasa senang melakukannya, selain itu perawat pelaksana mampu membagi waktu, mampu beradapatasi dengan lingkungan kerja dengan menggunakan mekanisme koping yang adapatif. Beban kerja berat dengan tingkat stres ringan kemungkinan juga bisa disebabkan karena
masa kerja perawat pelaksana mayoritas diatas 5 tahun sehingga mereka banyak pengalaman, dan tingkat pendidika perawat pelaksana mayoritas DIII Keperawatan sehingga mampu mengikuti perkembangan yang terjadi si lingkungan kerja. Menurut Hawari (2001) aktifitas spiritual juga mempunyai efek yang positif dalam menurunkan stress, demikian pula dengan berdiskusi pada orang yang sudah punya pengalaman bekerja, merasa lingkungan kerja yang kondusif dan memberi rasa nyaman dalam bekerja, sehingga dapat dirasakan adanya sistem kekeluargaan dan terbentuknya tim work yang bagus serta dapat di tunjang dengan penggunaan humor dan program olahraga teratur mampu mengurangi tingkat stres.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, 1) Beban kerja perawat pelaksana di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya sebagian besar adalah merasakan beban kerja berat sebanyak 30 orang (88,2%) dan 2) Tingkat stress perawat pelaksana di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit William Booth Surabaya sebagian besar mengalami tingkat stress ringan yaitu sebanyak 26 orang (76,5%). 3) Hubungan antara beban kerja dengan tingkat stress pada perawat pelaksana didapatkan sebagian besar perawat mempunyai beban kerja berat dan tingkat stress ringan sebanyak 22 orang (64,8%). Dari hasil uji statistic Spearman’s didapatkan nilai p = 0,253 sehingga p > α. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara faktor beban kerja dengan tingkat stress pada perawat pelaksana di ruang penyakit dalam RS William Booth Surabaya. Saran yang disampaikan adalah 1) hasil penelitian ini digunakan sebagai tolak ukur bagi tenaga kesehatan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan koping yang adaptif dengan cara beradaptasi dengan lingkungan kerja sehingga mengurangi tingkat stress pada perawat dalam menjalankan tugas. 2) Rumah Sakit memfasilitasi konseling oleh tim Rumah Sakit untuk karyawan yang memerlukan dan memperhitungkan kembali kebutuhan tenaga keperawatan sehingga pelayanan terhadap
penderita dapat ditingkatkan 3) Rumah sakit meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan sehingga termotivasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap penderita. DAFTAR PUSTAKA Zaidin, H (2002), Dasar–dasar Keperawatan Profesional, Widia Medika, Jakarta. Alimul Azis, A (2004), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Arikunto, S (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta. Gallo dan Hudack (1997), Perawatan Pasien Kritis, Volum I, EGC, Jakarta. Gillies (1994) Manajemen Keperawatan, Salemba, Jakarta. Hawari, D (2001), Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Edisi I, Jakarta. Keliat, BA (1998), Penatalaksanaan Stres, EGC, Jakarta Kusnanto (2004), Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta. Noto Atmodjo, Sukidjo (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Pangemanan, C (2002), Mengatasi Stres, Dian Rakyat, Jakarta PPKC, Pelatihan Manajemen Bidang Keperawatan, Salemba, Jakarta. Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatn Profesional, Konsep Dasar dan Hukum, EGC, Jakarta Rasmun (2003), Stres, Koping dan Adaptasi, Dian Rakyat, Jakarta Sukidjo (2000), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Widiastuti (2004), Manajemen Stres, EGC, Jakarta Ali