PENGARUH BAU TERHADAP KINERJA (PENGARUH BAU LEMON TERHADAP KECEPATAN MENGETIK DI KOMPUTER)
Kornelius FL Anggadewi M.
Temu Ilmiah Psikologi - Psychology Expo 2006 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok, 18 April 2006
0
PENGARUH BAU TERHADAP KINERJA (PENGARUH BAU LEMON TERHADAP KECEPATAN MENGETIK DI KOMPUTER)
1
Kornelius Fabian Limandibrata dan Anggadewi Moesono
2
.
Pendahuluan Mengetik merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh hampir semua orang terutama dengan semakin banyaknya pekerjaan yang menggunakan komputer. Ada berbagai cara yang ditawarkan untuk meningkatkan kinerja mengetik, mulai dari penggunaan musik dalam mengetik sampai dengan penggunaan keyboard yang dikatakan lebih memudahkan. Peneliti sendiri memiliki pengalaman pribadi mengenai hal ini. Ketika belajar mengetik, peneliti—secara tidak sengaja—terpapar bau terasa menyenangkan bagi peneliti—bau strawberry. Ketika itu hasil yang didapat oleh peneliti menjadi lebih baik dibandingkan dengan hasil biasanya. Dari pengalaman ini, peneliti kemudian berpikir apakah bau bisa mempengaruhi kinerja seseorang dalam mengetik. Jacobs (2000) menulis paling tidak ada 10.000 jenis bau yang dikenal di dunia, tetapi pada umumnya, bau dapat dibagi menjadi dua jenis, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Penggolongan bau menjadi menyenangkan dan tidak menyenangkan muncul sebagai akibat dari asosiasi bau dengan pengalaman masa lalu. Bila bau diasosiasikan dengan pengalaman yang menyenangkan, bau akan dipersepsikan sebagai bau yang menyenangkan. Bila bau diasosiasikan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, maka bau akan dipersepsikan sebagai bau yang tidak menyenangkan (Jacobs, 2000). Fox (2000) mengatakan bahwa bau dapat mempengaruhi mood individu. Ada beberapa bau yang dapat meningkatkan mood dan ada pula beberapa yang dapat menurunkan mood. Individu yang berada dalam ruangan dengan bau buah-buahan (jeruk, lemon, dan strawberry) merasa lebih bersemangat daripada individu yang berada dalam ruangan yang tidak berbau. Green (dalam Martin, 1999) mengatakan 1
2
Disampaikan pada Temu Ilmiah Psikologi – Psychology Expo 2006 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia - Depok, 18 April 2006 Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
1
bahwa grafik gelombang otak individu yang berada dalam ruangan dengan bau vanili menunjukkan peningkatan pada gelombang alpha. Bau mempengaruhi kinerja manusia melalui satu variabel perantara, mood. Jurimae (2002) mengatatakan bahwa mood berpengaruh terhadap kinerja pekerjaan motorik individu. Semakin positif mood, maka kinerja akan semakin meningkat, sementara semakin negatif mood, maka kinerja akan menurun. Walters (dalam Matthews dkk, 2000) menemukan bahwa mood mampu mempengaruhi kinerja beberapa pekerjaan motorik halus, di antaranya origami dan mengetik (manual). Alwi (2001) mendefinisikan mengetik sebagai kegiatan menulis dengan menggunakan mesin tik/komputer. Mengetik dapat dilakukan dengan menggunakan alat, pada umumnya mesin tik dan perangkat pengolah data yang ada pada komputer. Magil (2001) memasukkan pekerjaan mengetik sebagai keterampilan motorik halus. Mengetik digolongkan sebagai pekerjaan motorik halus karena pekerjaan mengetik dilakukan dengan menggunakan otot-otot jari. Napitupulu (1989) menuliskan beberapa cara yang dapat dipakai untuk meningkatkan kecepatan mengetik, antara lain dengan menggunakan musik dengan tempo yang bervariasi. Hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signfikan antar tempo musik, namun tetap terjadi perbedaan kecepatan mengetik antar kelompok dengan ritme yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah bau dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam mengetik yang akan diukur melalui kecepatan mengetik. Penelitian yang dilakukan Raudenbush (2002) menemukan bahwa walaupun bau yang menyenangkan (lemon dan lavender) mampu meningkatkan mood dan self efficacy subjek, kecepatan subjek dalam berlari tidak meningkat secara signifikan. Raudenbush mengatakan bahwa pemberian bau mungkin akan memberikan efek yang lebih besar pada pekerjaan motorik yang tidak terlalu menekankan faktor kekuatan. Dalam penelitian ini, bau yang akan diberikan adalah bau lemon. Bau lemon yang diasosiasikan dengan suasana yang bersemangat, menyenangkan, dan energi yang meluap dapat meningkatkan mood subjek (Fox, 2000, Raundebush, 2002). Dengan demikian mood subjek yang mendapatkan bau lemon akan mengalami peningkatan. Peningkatan mood subjek akan menyebabkan peningkatan kinerja subjek (Weissman dan Ricks, 1966; Mathews dkk, 2000; Jurimae; 2002). Dalam penelitian ini, peningkatan mood subjek setelah pemberian bau lemon diharapkan akan menyebabkan peningkatan kecepatan mengetik, yang dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan adjusted speed. 2
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah pemberian bau lemon dapat meningkatkan kinerja mengetik?”, dengan operasionalisasi, “apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada gain speed subjek yang mendapat bau lemon dengan subjek yang tidak mendapat bau lemon?” Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wacana mengenai cara meningkatkan produktivitas pekerjaan motorik halus. Penelitian ini diharapkan juga dapat memacu penelitian sejenis untuk menemukan bau yang tepat untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan motorik halus.
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Kategori Bau. Alwi (2001) mendefinisikan bau sebagai apa yang dapat ditangkap oleh indra pencium. Ada bermacam-macam bau yang dapat ditangkap manusia, Jacobs (2000) bahkan mengatakan ada lebih dari 10.000 jenis bau yang dikenali di dunia tetapi pada umumnya, bau dapat dibagi menjadi dua jenis, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Penggolongan bau menjadi menyenangkan dan tidak menyenangkan muncul sebagai akibat dari asosiasi bau dengan pengalaman masa lalu. Dalam penelitian ini, bau yang akan dipakai adalah bau lemon dari sumber sintetis. Pemakaian bau lemon sintetis dilakukan dengan dasar penelitian Herz bahwa bau dari sumber sintetis dipersepsikan sama dengan bau dari sumber alami. Pemakaian bau lemon dari sumber sintetis juga atas dasar kemudahan administrasi bau. Sumber bau alami lebih sulit dipersiapkan dan diberikan (misalnya harus melakukan pembakaran terlebih dahulu) daripada sumber bau sintetis. Pertimbangan lain adalah harga sumber bau sintetis lebih murah dan mudah ditemukan daripada sumber bau alami sehingga lebih mungkin dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Cara Bau Mempengaruhi Manusia. Bau dapat mempengaruhi manusia melalui beberapa cara, tetapi pada umumnya dibedakan menjadi cara fisiologis dan cara psikologis, pada penelitian ini cara yang akan lebih ditekankan adalah cara psikologis. Penjelasan mengenai cara bau mempengaruhi manusia secara psikologis merupakan bagian dari penjelasan yang diberikan Jacobs mengenai pembagian jenis bau. Dalam penjelasan psikologis, bau dihubungkan dengan pengalaman masa lalu dan ekspektasi yang terkait dengan bau tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kibiuk (1995) 3
menunjukkan hal ini. Dalam penelitian tersebut subyek ditunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh bau lebih bersifat psikologis karena yang lebih berperan adalah persepsi dan bahkan belief subjek, bukan keberadaan bau secara nyata. Dalam penelitian ini, pengaruh bau terhadap manusia akan dijelaskan melalui cara psikologis. Pemberian bau lemon diharapkan dapat meningkatkan mood subjek sehingga kinerja subjek juga akan meningkat.
Mood
Definisi dan kategori Mood. Corsini (2002) mendefinisikan mood sebagai keadaan emosional yang bersifat sementara, seperti euforia atau kesal. Mood bersifat lebih lemah dan berlangsung dalam waktu yang lebih singkat daripada emosi. Definisi lain yang diajukan Corsini mengenai mood adalah predisposisi atau penerimaan terhadap suatu reaksi emosi. Dalam penelitian ini, definisi yang akan ditekankan adalah definisi pertama. Weissman dan Ricks (1966) mendefinisikan mood sebagai keadaan emosional dalam waktu yang sebentar. Weissman dan Ricks (1966) membagi mood menjadi dua macam: 1. Elated Mood elated terjadi ketika individu merasa senang, bahagia atau puas. Cichetti (2002) mengatakan bahwa mood elated biasanya muncul ketika subjek menemukan situasi yang sesuai dengan harapannya. 2. Depressed Mood depressed terjadi ketika individu merasa sedih, kecewa atau marah atau ketika subjek menemukan situasi yang tidak sesuai dengan harapannya
Hal-hal yang mempengaruhi mood. Weissman dan Ricks (1966) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi mood, yakni: 1. Keadaan fisiologis tubuh Mood dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis dalam tubuh. Keadaan fisiologis yang yag dimaksud mencakup kesehatan, asupan makanan, dan sensasi fisiologis (misalnya nyeri).
4
2. Keadaan lingkungan Lingkungan merupakan faktor ekstern yang mempengaruhi mood. Bingham (1950) mengatakan bahwa lingkungan kerja (antara lain: cahaya, warna, dan bunyi) dapat mempengaruhi mood individu. 3. Keadaan emosional dalam diri Unsur ketiga ini terutama berkaitan dengan definisi kedua dari mood yang dikemukakan oleh Corsini. Mood dipandang sebagai reaksi dari terhadap suatu keadaan emosinal dari individu.
Dalam penelitian ini, mood akan dimanipulasi melalui keadaan lingkungan, yakni dengan menyebarkan bau lemon di ruang kerja. Bau dan Mood. Penelitian yang dilakukan oleh Fox (2000), Hildebrant (2000) dan Raudenbush (2002) menemukan bahwa bau dapat mempengaruhi mood. Penelitian yang dilakukan Cicchetti dkk (2003) menemukan bahwa bila bau terkait dengan pengalaman yang menyenangkan, maka bau akan meningkatkan mood. Sebaliknya bila terkait dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, bau akan menurunkan mood. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa perubahan mood yang ditimbulkan oleh bau akan berbeda pada tiap individu, tergantung pengalaman yang terkait yang dimiliki dengan bau tersebut. Walaupun demikian, ada beberapa bau yang dipersepsikan sama oleh kebanyakan orang (Fox, 2000). Salah satu bau yang dipersepsikan sama oleh kebanyakan orang adalah lemon. Bau yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah bau lemon. Pemilihan bau dilakukan dengan mempertimbangkan efek yang ditimbulkan oleh bau, yakni perasaaan energi yang meluap, suasana yang bersemangat dan menyenangkan. Dalam penelitian ini, mood akan diharapkan muncul adalah mood elated. Hal ini didasarkan pada
pemikiran
bahwa
aroma
lemon
dipersepsikan
sebagai
aroma
yang
menyenangkan, dan dengan demikian akan meningkatkan mood subyek.
Definisi dan kategorisasi pekerjaan motorik. Singer (1980) mengatakan bahwa keterampilan motorik merupakan pergerakan atau perpindahan otot tubuh yang dengan maksud untuk melakukan suatu pekerjaan. Ia juga mengatakan bahwa keterampilan motorik juga dapat disebut sebagai koordinasi motorik. Selain Singer, definisi mengenai koordinasi motorik juga diajukan oleh Langfeld (dalam Napitupulu, 1989) sebagai satu atau serangkaian gerakan yang melibatkan sistem gerak motorik. 5
Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan atau koordinasi motorik merupakan pergerakan atau perpindahan otot tubuh yang bertujuan. Pada dasarnya pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik dapat dibagi menjadi dua macam (Magil, 2001), pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik kasar dan pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik halus. Pembagian ini didasarkan pada otot yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik. Pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik kasar memerlukan pengerahan otot-otot besar, sedangkan pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik halus hanya memerlukan pengerahan otot-otot halus. Langfeld (dalam Napitupulu, 1989) mengatakan ada beberapa faktor yang terlibat dalam pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik yakni speed/kecepatan—waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan atau berapa banyak hasil pekerjaan yang didapat dalam jangka waktu tertentu, (spatial) precision/ketelitian—ketepatan dalam melakukan pekerjaan, strength/kekuatan—daya yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Langfeld lebih lanjut mengatakan bahwa ketiga faktor di atas, memiliki proporsi yang berbeda-beda dalam masing-masing kegiatan motorik. Pekerjaan motorik yang dilakukan subjek dalam penelitian ini, mengetik, termasuk dalam pekerjaan motorik halus. Pekerjaan mengetik menekankan koordinasi antara indera dengan otot-otot halus/otot-otot yang berada di bagian ujung-ujung tubuh—dalam hal ini otot-otot jari (Magil, 2001). Pekerjaan mengetik juga merupakan pekerjaan motorik yang lebih menekankan faktor speed dan precision. Faktor strength tidak terlalu berperan karena tidak diperlukan kekuatan yang besar untuk melakukan pekerjaan mengetik.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap kinerja pekerjaan motorik. Matthews dkk (2000) mengatakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kinerja pada pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik: 1. Tahap belajar Stephens dan Singer (1980) mengatakan kinerja pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik dipengaruhi oleh tahapan belajar yang telah ditempuh individu. 2. Mood Pengaruh mood terhadap kinerja dikemukakan oleh Weissman dan Ricks (1966) secara lebih sederhana. Weissman dan Ricks menyatakan bila mood dalam 6
keadaan positif, kinerja cenderung meningkat, bila mood dalam keadaan negatif, kinerja cenderung menurun. Matthews dkk (2000) menegaskan hal ini dengan mengatakan bahwa grafik mood dan kinerja membentuk garis lurus. Jurimae (2002) meneliti hubungan antara mood dan kinerja pada atlet dayung. Kinerja tim yang anggotanya sedang dalam mood positif, memiliki kinerja yang lebih baik daripada kinerja tim yang anggotanya berada dalam mood negatif. Dari alasan yang dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa mood mempengaruhi kinerja pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik. Pada penelitian ini, peningkatan mood pada kelompok yang mendapat bau lemon diharapkan dapat menyebabkan peningkatan kinerja dalam mengetik. 3. Usia Salah satu hal yag dapat mempengaruhi pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik adalah usia. Singer (1980) mengatakan bahwa pada usia di bawah 20 tahun, keterampilan motorik belum berkembang seluruhnya maka kinerja yang ditampilkan belum maksimal. Kinerja maksimal dapat ditemukan pada individu berusia 20-30 tahun. Pada usia ini, keterampilan motorik mencapai puncaknya dan cenderung stabil. Sementara pada usia di atas 30 tahun, keterampilan motorik cenderung menurun karena faktor penuaan. 4. Jenis kelamin Jones (dalam Matthews dkk, 2000), mengatakan pria cenderung lebih baik dalam melakukan pekerjaan dengan pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik kasar, sedangkan wanita cenderung lebih baik dalam melakukan pekerjaan dengan pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik halus.
Dalam penelitian ini, tahap belajar, kecenderungan pemakaian tangan, usia, dan jenis kelamin akan dikontrol dengan memilih desain penelitian pretest posttets control group.
Pengukuran Kinerja Pekerjaan Psikomotor. Langfeld (dalam Napitupulu, 1989) ada beberapa hal yang dapat dipakai dalam mengukur kinerja pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik, yakni speed/kecepatan (waktu yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan atau pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu tertentu), precision/ketelitian (kesamaan dengan pola), dan gabungan antara keduanya. 7
Pada penelitian ini, kinerja mengetik akan diukur melalui precision dan speed subjek pada pekerjaan mengetik berupa jumlah kata per menit yang dapat diketik oleh subjek (biasanya disebut sebagai nett speed atau adjusted speed).
Definisi Mengetik. Alwi (2001) mendefinisikan mengetik sebagai kegiatan menulis dengan menggunakan mesin tik/komputer. Pengetikan dapat dilakukan dengan menggunakan alat, pada umumnya mesin tik dan perangkat pengolah data yang ada pada komputer. Perbedaan antara pengetikan mesin tik dan komputer adalah kemampuan yang diandalkan. Pada tik mesin, manusia memegang peranan utama, dominan karena segala sesuatu yang dihasilkan tergantung pada faktor manusia (misalnya ketelitian, kerapian). Sementara pada tik komputer, sebagian peran/tugas manusia dapat dialihkan ke komputer.
Pengukuran kecepatan mengetik. Pengukuran kecepatan mengetik biasanya dilakukan dengan menghitung berapa banyak kata/karakter yang dapat diketik dengan benar oleh individu per menit. Perhitungan kata/karakter per menit dilakukan dengan menghitung adjusted speed atau nett speed dengan satuan WPM. Hubungan bau lemon dengan produktivitas pekerjaan yang membutuhkan koordinasi
motorik halus kompleks. Salah satu aspek yang menentukan
produktivitas pekerjaan yang membutuhkan koordinasi motorik adalah mood (Weissman dan Ricks, 1966; Mathews dkk, 2000; Jurimae; 2002). Dengan demikian, kinerja pekerjaan mengetik--yang merupakan pekerjaan motorik halus, akan terpengaruh oleh mood. Fox (2000), Hildebrant (2000), Pacori (2001) dan Raudenbush (2002) menemukan bahwa bau dapat mempengaruhi mood. Kehadiran bau dalam lingkungan dapat menyebabkan perubahan mood. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa bau dapat mempengaruhi kinerja pekerjaan mengetik. Penelitian yang dilakukan Raudenbush (2002) menemukan bahwa walaupun bau yang menyenangkan (lemon dan lavender) mampu meningkatkan mood dan self efficacy subjek, pemberian bau yang menyenangkan tidak dapat meningkatkan kecepatan lari secara signifikan. Raudenbush mengatakan bahwa pemberian bau mungkin akan memberikan efek yang lebih besar pada pekerjaan motorik yang tidak terlalu menekankan faktor kekuatan dalam pelaksanaannya.
8
Dalam penelitian ini, bau yang akan diberikan adalah bau lemon. Bau lemon yang diasosiasikan dengan suasana yang bersemangat, menyenangkan, dan energi yang meluap dapat meningkatkan mood subjek (Fox, 2000, Raundebush, 2002). Peningkatan mood subjek diharapkan akan menyebabkan peningkatan kinerja subjek (Weissman dan Ricks, 1966; Mathews dkk, 2000; Jurimae; 2002). Dalam penelitian ini, peningkatan mood subjek setelah pemberian bau lemon diharapkan akan menyebabkan peningkatan kecepatan mengetik, yang dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan adjusted speed.
Metodologi
Variabel. Independent Variable (IV) dalam penelitian ini adalah pemberian bau lemon dengan variasi diberi dan tidak diberi bau. Sementara dependent variable (DV): dalam penelitian ini adalah kinerja pekerjaan motorik halus yang diukur melalui jumlah kata yang dapat diketik oleh subjek dengan benar per menit (nett speed/adjusted speed Word per Minute—WPM)
Tipe dan Desain. Tipe dari penelitian ini adalah Controlled field Experiment. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group. Desain ini dipakai karena desain ini dapat mengendalikan perbedaan-perbedaan dalam kelompok. Dengan demikian desain ini dapat mencegah error yang disebabkan oleh variabel lain.
Subjek. Karakteristik subjek penelitian ini adalah harus mampu mendeteksi bau, tidak memiliki kelainan alat gerak, tidak memiliki preferensi negatif terhadap bau lemon dan mampu mengoperasikan komputer
Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probability sampling. Proses sampling dilakukan secara insidental. Pada proses sampling ini, peneliti mengambil sekolah yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Sampel yang ikut serta dalam penelitian ini adalah 57 orang. Sampel didapat dari siswa yang hadir di kelas pada saat penelitian dilakukan. Pada kelompok kontrol, sampel berjumlah 29 orang, sementara sampel kelompok eksperimen berjumlah 28 orang. 9
Kontrol. Kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kontrol Dilakukan terhadap Menggunakan desain pretest posttest tahap belajar, jenis kelamin, kecenderungan pemakaian tangan, usia, control group keadaan fisiologis dan emosional subjek Konstansi Posisi kerja, pencahayaan, instruksi yang diberikan, tingkat kesulitan ketikan, dan papan kunci yang digunakan Penggunaan teks yang berbeda pada Ingatan terhadap teks yang digunakan pretest dan posttest Memilih subjek yang tidak memiliki Preferensi bau preferensi negatif terhadap lemon Alat Ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Typing Test ver 6.30 (demo version) dari TypingMaster. Perangkat lunak ini mampu menghitung kata per menit yang diketikkan (gross dan net), serta kesalahan yang dibuat oleh pengguna.
Skoring. Skor yang diperoleh oleh subjek adalah jumlah kata yang dapat diketik oleh subjek per menit dengan benar (adjusted speed/nett speed).
Instrumen. Aparatus dalam penelitan ini adalah pengharum ruangan berbau lemon berbentuk spray yang dijual bebas, kuesioner untuk mengetahui subjek yang memenuhi karakteristik subjek dan efek pemberian bau terhadap subjek serta komputer dan kelengkapannya (keyboard dan mouse).
Metode Analisis. Analisis terhadap hasil penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan mean gain score kelompok kontrol dengan mean gain score kelompok eksperimen.
Hasil
Hasil Analisis Pengaruh bau terhadap mood. Asumsi dari penelitian ini adalah bau akan mempengaruhi kecepatan mengetik dengan mood sebagai variabel perantaranya. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh bau terhadap mood, maka gain mood dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen akan dibandingkan. Perhitungan untuk
10
mengetahui perbedaan gain mood dilakukan dengan menggunakan Mann Whitney U. Teknik ini digunakan karena subjek dalam masing-masing kelompok berjumlah kurang dari 30 orang (Robinson, 1981). Berikut tabel yang memuat hasil analisis terhadap gain skor mood subjek Tabel 1 Statistik Deskriptif Gain Mood Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kelompok N Mean rank Sum of Ranks 29 24.71 716.5 Kontrol 28 33.45 936.5 Eksperimen Tabel 2 Perbandingan Mean Rank Gain Mood Kelompok Kontrol dan Eksperimen 281.5 Mann Whitney U 716.5 Wilcoxon W -2.348 Z 0.019 Sig (2 tailed) Dari pengolahan data diketahui bahwa mean rank dari kelompok kontrol adalah 24.71, sementara mean rank kelompok eksperimen adalah 33.45. Nilai signfikansi dari perbandingan mean rank dari kedua kelompok pada LOS 0.05 adalah 0.019. Dengan nilai signfikansi di bawah 0.05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan gain mood yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, dengan demikian dapat dikatakan H0 ditolak dan HA diterima. Maka dapat dikatakan bahwa bau yang diberikan mempengaruhi mood subjek.
Hasil Analisis pengaruh bau terhadap kecepatan mengetik. Berikut tabel yang memuat hasil analisis terhadap gain skor Adj WPM masing-masing kelompok dalam penelitian Tabel 3 Statistik Deskriptif Gain Adj WPM kelompok Kontrol dan Eksperimen Kelompok N Mean 29 -0,2648 Kontrol 28 2.1393 Eksperimen Tabel 4 Perbandingan Mean Rank Gain Adj WPM Kelompok Kontrol dan Eksperimen 278.5 Mann Whitney U 713.5 Wilcoxon W -2.035 Z 0.042 Sig (2 tailed) 11
Dari pengolahan data diketahui bahwa mean gain skor Adj WPM dari kelompok kontrol adalah adalah -0,2648 WPM, sedangkan dari kelompok eksperimen adalah 2.1393. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mean kecepatan mengetik kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hasil perbandingan mean ranks kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menghasilkan nilai signfikansi sebesar 0.042 pada LOS 0.05. Dengan demikian nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil daripada 0.05. Maka H0 ditolak dan HA diterima. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ada perbedaan gain nett speed yang signifikan antara kelompok yang mendapatkan bau lemon dengan kelompok yang tidak mendapatkan bau lemon.
Kesimpulan Dalam penelitian ini diketahui bahwa gain nett speed kelompok yang diberi bau lemon lebih besar daripada kelompok yang tidak mendapat bau lemon dan ada perbedaan gain score yang signifikan antara kelompok yang tidak diberi bau lemon dengan kelompok yang diberi bau lemon. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bau lemon dapat meningkatkan kinerja dalam pekerjaan mengetik, dalam penelitian ini, kecepatan mengetik.
Diskusi Hasil dari penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wood (dalam Wallace, 2005). Wood menemukan bahwa pemberian bau strawberry kepada subjek penelitian dapat menimbulkan peningkatan kinerja dalam tugas tapping (menekan tombol dengan simbol sesuai dengan yang tampil di layar). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti, Wood menggunakan essential oil strawberry sebagai sumber bau. Selain itu, ada beberapa hal menarik yang mungkin bisa dikaji lebih lanjut dari penelitian ini, yakni: 1. Peningkatan nett speed terjadi pada subjek yang merasa nyaman dan subjek yang tidak merasa nyaman dengan kehadiran lemon. Peneliti berpikir bahwa perasaan tidak nyaman yang diakibatkan oleh pemberian bau lemon akan menurunkan mood (Weissman dan Ricks, 1966) dan pada kinerja subjek seperti yang dikatakan oleh Pacori (2001) dan Raudenbush (2002). Berikut
12
akan diberikan tabel mengenai kecepatan mengetik pada kelompok yang merasa nyaman dan tidak nyaman
Tabel 5 Statistik deskriptif Gain Adj WPM, dibagi berdasar perasaan nyaman/tidak nyaman Perasaan N Mean 19 2.9468 Nyaman 9 0.4344 Tidak Nyaman Tabel 6 Perbandingan Mean Gain Adj WPM kelompok yang merasa nyaman dan tidak nyaman 58 Mann Whitney U 103 Wilcoxon W -1.353 Z 0.176 Sig (2 tailed) Dari pengolahan data diketahui bahwa terjadi peningkatan nett speed pada subjek yang merasa nyaman—sebesar 2.9468 WPM, dan pada subjek yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran bau lemon—sebesar 0.4344 WPM. Walaupun demikian tidak terjadi perbedaan peningkatan kecepatan yang signifikan antara kelompok yang merasa nyaman dan kelompok yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran lemon. Peningkatan kecepatan pada beberapa subjek yang tidak menyukai bau lemon dan merasa tidak nyaman karena adanya bau dapat dilihat sebagai suatu bentuk escape. Penelitian yang dilakukan oleh Malmo (1975) menunjukkan bahwa tikus yang mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, menunjukkan peningkatan kinerja berupa makin pendeknya waktu yang diperlukan untuk melakukan problem solving. Peningkatan kerja ini merupakan bentuk usaha melakukan escape dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut. Pada penelitian, peningkatan kecepatan mengetik dapat dilihat sebagai usaha subjek untuk melakukan escape dari suasana yang tidak nyaman yang ditimbulkan oleh bau. 2. Bau lemon dirasakan sebagai bau yang tidak menyenangkan oleh beberapa subjek. Berbeda dengan beberapa pernyataan yang mengatakan lemon sebagai bau yang menyenangkan (Hirsch dalam Fox, 2000; Jacobs, 2000; Holmes dan Ballard, 2004) ternyata ada 9 orang subjek yang merasa bau lemon sebagai bau yang tidak menyenangkan karena membuat tidak nyaman (Tabel 7)
13
Tabel 7 Frekuensi subjek yang merasa nyaman/tidak nyaman dengan kehadiran lemon Perasaan Frekuensi Persentase 19 67.9 Nyaman 9 32.1 Tidak Nyaman Perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan mungkin disebabkan oleh rasa tidak suka terhadap bau lemon dan intensitas bau yang dirasakan terlalu tinggi. Hal ini tampak dalam respon subjek yang mengatakan bau terasa menyengat. Bau mungkin terasa menyengat karena toleransi individu yang rendah terhadap intensitas bau (Warm, Dember, dan Rajaparasuraman, 1992; Morrin dan Ratneshwar, 2003).
3. Terdapat perbedaan nett speed yang signifikan antara subjek yang mempersepsi bau sebagai bau lemon dengan subjek yang mempersepsi bau sebagai bau lain. Berikut akan disajikan tabel-tabel berisi statistik deskriptif dan perbandingan mean gain skor Adj WPM kelompok yang mempersepsi bau sebagai lemon/non lemon Tabel 8. Statistik Deskriptif Gain Adj WPM subjek yang mempersepsi bau sebagai lemon/non lemon Persepsi Bau Frekuensi Mean 7 6.8786 Lemon 21 0.5595 Non Lemon Tabel 9. Perbandingan Mean Gain Adj Wpm subjek yang mempersepsi bau sebagai lemon/non lemon 31.00 Mann Whitney U 262.00 Wilcoxon W -2.255 Z 0.24 Sig (2 tailed) Dari pengolahan data, diketahui bahwa mean gain nett speed kelompok yang mempersepsi bau sebagai bau lemon adalah 6.8766 WPM, sedangkan mean gain nett speed kelompok yang mempersepsi bau sebagai bau lain adalah 0.5595 WPM. Diketahui juga bahwa nilai signifikansi perbandingan antara gain nett speed antar kelompok adalah 0.24 pada LOC 95%. Nilai nett speed yang diperoleh lebih besar daripada 0.05 maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan gain nett speed yang signifikan antara 14
kelompok yang mempersepsi bau sebagai bau lemon dengan kelompok yang tidak mempersepsi bau sebagai bau lemon. Perbedaan yang signifikan ini mungkin terjadi sebagai akibat dari asosiasi yang ditimbulkan oleh bau lemon. Bau lemon diasosiasikan dengan suasana yang bersemangat, menyenangkan, energi yang meluap (Hirsch dalam Fox, 2000). Dengan demikian subjek merasa lebih bersemangat dalam melakukan kerjanya.
Saran Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan beberapa hal berikut: 1. Beberapa subjek dalam penelitian ini dalam penelitian ini mengatakan bahwa intensitas bau yang diberikan terlalu tinggi. Dari temuan tersebut, peneliti berpendapat sebaiknya dilakukan penelitian khusus mengenai batas-batas deteksi dan toleransi untuk masing-masing bau, sehingga dapat diperoleh intensitas bau yang tepat untuk diterapkan dalam penelitian. 2. Sebaiknya peneliti menanyakan kepada subjek apakah sering mencium bau yang akan diberikan dalam penelitian. Corzanego (2004) mengatakan bahwa individu yang terpapar bau secara terus-menerus akan memiliki ambang batas deteksi bau yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak terbiasa. Selain itu, individu yang terbiasa terpapar dengan bau akan mengalami efek dari bau dalam intensitas yang lebih rendah (Langley dalam Reese, 2004) 3. Penelitian
selanjutnya—bila
memungkinkan—dilakukan
dengan
menggunakan odormeter (alat pengukur kepekatan bau). Penggunaan odormeter diharapkan dapat membantu mengetahui intensitas bau yang diberikan secara tepat. 4. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengukur persepsi subjek terhadap bau lemon dalam bentuk kuantitatif. Dengan melakukan pengukuran tersebut, dapat dilakukan perhitungan mengenai peranan persepsi terhadap bau lemon terhadap kecepatan mengetik dengan menggunakan analisis mediator yang terdapat pada model mediator moderator. Dalam bagan, analisis mediator moderator dapat digambarkan sebagai berikut:
15
Gambar 1 (bagan mediator dalam penelitian)
5. Penelitian-penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan analisis mengenai analisis mengenai pengaruh usia dan jenis kelamin subjek terhadap kinerja dan persepsi bau untuk memperkuat penelitian yang dilakukan dan menegaskan ataupun membantah hasil-hasil penelitian sebelumnya.
16
Daftar Pustaka Cichetti, Doreen, et.al. 2002. The Effects of Mood on Task Performance and Task Satisfaction. http://www.psichi.org/pubs/articles /article_287.asp USA: National Honor Society in Psychology. Retrieved 8 Januari 2005 Corsini, Raymond J. 2002. Dictionary of Psychology. London: Brunner Routledge Fox, Kate. 2000. The Smell Report: An Overview of Facts and Findings. http://www.sirc.org/publik/smell_contents.html UK: Social Issues Research Centre. Retrieved 25 September 2004 Herz, Rachel A. 2000. Belief Influence Perception of Natural and Synthetic Odors. http://www.senseofsmell.org/resources/acr_toc_detail.php?id= 30. New York: Sense of Smell. Retrieved 20 Desember 2004 Hildebrant, Tom. 2000. What Do You Want To Know About Aromatherapy. Online at :http://www.vanderbilt.edu/AnS/psychology/healthpsychology/ aromatherapy.htm Nashville: Vanderbilt University. Retrieved 20 Desember 2004 Holmes, Clive dan Ballard, Clive. 2004. Aromatherapy in Dementia. http apt.rcpsych.org/cgi/content/full/10/4/296. Retrieved 19 November 2004 Jacobs, Tom. 2000. Aromatherapy. Online at http://www.cf.ac.uk/biosi/ staff/jacob /teaching/sensory/olfact1.html#Aromatherapy. Wales: Cardiff Univesity. Retrrieved 19 November 2004 Jacobs, Tom. 2000. Role of Smell. Online at http://www.cf.ac.uk/biosi/ staff/jacob/teaching/sensory/olfact1.html. Wales: Cardiff Univesity. Retrrieved 19 November 2004 Jurimae, J. 2002. Relations Among Heavy Training Stress, Mood State and Performance for Male junior Rowers. http://www.Accelerated-learningonline.com/research/relations-heavy-training-stress-mood-state-performancemale-junior.asp. Retrieved 20 Desember 2004 Kibiuk, Linda. 1995. Smell and the Olfactory System. http://www.sfn.org/ content/Publications/BrainBriefings/smell.html Society for Neuroscience. Retrieved 20 Desember 2004 Magil, Richard A. 2001. Motor Learning 6th Ed: Concepts and Applications. Singapore: McGraw Hill Malmo, Robert B. 1975. On Emotions, Needs, adn Our Achhaic Brain. USA: Holt, Reinhart and Winston Inc. Martin, Neil G. 1999. Smell: Can We Use It To Manipulate Behavior? http://www .mdx.ac.uk/www/psychology/staff/nmartin/rsa/rsa.html London: Middlesex University. Retrieved 15 November 2004
17
Matthews, Gerard dkk. 2000. Human Performance. Philadelphia: Psychology Press Morrin, Maureen dan Ratneshwar, S. 2003. Aromatherapy And The Use of Scents in Psychotherapy. http://proquest.umi.com/pqdweb?index =12&did=678338321&SrchMode=1&sid=8&Fmt=2&VInst=PROD&VType= PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1109123327&clientId=45625 Retrieved 15 Januari 2005 Napitupulu, Elviera. 1989. Pengaruh Tempo Musik terhadap Kecepatan Mengetik pada Subjek Yang Telah Mencapai Tahap Otomatis. Pacori, Marco. 2001. Sense of Smell and Psychology. http://digilander.libero.it / linguaggio delcorpo/Tscienzeodor/ Retrieved 12 Januari 2005 Raudenbush, Bryan. 2002. The Effects of Odors on Objective and Subjective Measures of Physical Performance. Online at: http://www.senseofsmell.org/acr/Volume_IX_ No_1.pdf New York: Sense of Smell. Retrieved 15 November 2004 Robinson, Paul W. 1981. Fundamentals of Experimental Psychology 2nd Ed. New Jersey: Prentice Hall Inc. Rodionova, Elena I, dan Minor, Alexander V. 2000. The Effect of Fragrances on Memory and Mental Performance on School Children. http://www.senseofsmell.org/acr/ACR_VolX_No1.pdf New York: Sense of Smell. Retrieved 15 November 2004 Schmidt, Richard A. 1982. Motor Control and Learning. Illinois: Human Kinestethic Publishing Inc. Shaugnessy, John J; Zechmeister, Eugene B dan Jeanne S Zechmeister. 2000. Research Methods in Psychology 5th ed. New York: McGraw Hill Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human performance. USA: Macmillan Publishing Wallace, A. 2005. Smell and Psychology. http://www.sirc.org/pub /wallace_smell.html UK: Social Issues Research Centre. Retrieved 14 Mei 2005 Warm, Joel S, Dember, William N, dan Raja Parasuraman. 1992. The Effects of Odor Administration on Performance and Stress in Sustained Attention Tasks. http://www.senseofsmell.org/resources/research detail.php?id=53&category=Olfaction%20and%20Human%20Performance&c at=Olfaction New York: Sense of Smell Retrieved 19 November 2004 Weissman, Alden E dan Ricks, David F. 1966. Mood and Personality. New York: Holt, Reinhart and Winston, Inc
18