Hendri Nofa: Pengaruh Azitromisin pada COPD Assesment Test (CAT) untuk Pasien Rawat Jalan dengan PPOK Stabil
Pengaruh Azitromisin pada COPD Assesment Test (CAT) pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil Hendri Nofa, Yusrizal Chan, Masrul Basyar, Oea Khairsyaf Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUP Dr. M. Djamil, Padang
Abstrak
Latar belakang: Azitromisin adalah antibiotika golongan makrolida, mempunyai efek antibiotika dan antiinflamasi. Efek tersebut dapat mengurangi progresivitas penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). CAT adalah kuesioner sederhana, mudah digunakan dan sensitif untuk menilai status kesehatan penderita PPOK. Penelitian ini bertujuan menilai efek pemberian azitromisin selama 8 minggu terhadap nilai CAT. Metode: Uji klinis terhadap 25 pasien PPOK rawat jalan RS Dr. M. Djamil Padang pada September 2013 sampai April 2014 yang diberikan azitromisin 250 mg tiga kali seminggu selama 8 minggu. Nilai CAT sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis dengan uji t. Hasil: Umur rerata 69±6,9 tahun, PPOK derajat berat terbanyak (64%) dan nilai CAT terbanyak sedang (96%). Azitromisin menurunkan CAT dari 14,52 menjadi 12,48 (p=0,019). Batuk, sputum dan rasa berat di dada adalah variabel CAT yang dipengaruhi pada uji statistik. Kesimpulan: Pemberian azitromisin 250 mg selama 8 minggu menurunkan nilai CAT. Variabel CAT yang dipengaruhi secara bermakna adalah batuk, produksi sputum dan rasa berat di dada. (J Respir Indo. 2015; 35: 46-50) Kata kunci: PPOK, inflamasi, makrolid, nilai CAT.
Azithromycin Towards COPD Assesment Test (CAT) for Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease Abstract
Background: Azithromycin is a macrolide, that have antibiotic anti inflammation property that might decrease progresivity of chronic obstructive pulmonary disease (COPD). CAT is a simple questionnaire, useful and sensitive for the assesing effect of COPD toward health status. The aim of this study is to evaluate effect of 8 weeks azithromycin toward CAT scores. Methods: Clinical study enrolled 25 stable COPD outpatients Dr. M. Djamil hospital in Padang between September 2013 and April 2014 who gave azithromycin 250 mg three times a weeks for 8 weeks. CAT scores was evaluated before and after treatment. Data of CAT before and after treatment was analyzed with t test. Results: The mean age of the study is 69±6.9 years, degree of COPD predominantly was severe (64%) and CAT score was moderate (96%). Azithromycin decreased CAT score from 14.52 to 12.48 (p=0.019). CAT variable that significantly affected were cough, sputum, and chest tighness. Conclusion: Azithromycin 250 mg for eight weeks affected decrease CAT scores. It influences cough, sputum production and tighness of chest significantly. (J Respir Indo. 2015; 35: 46-50) Keywords: COPD, inflammation, macrolide, CAT scores.
Korespondensi: dr. Hendri Nofa Email:
[email protected]; Hp: 0813449262
46
J Respir Indo Vol. 35 No. 1 Januari 2015
Hendri Nofa: Pengaruh Azitromisin pada COPD Assesment Test (CAT) untuk Pasien Rawat Jalan dengan PPOK Stabil
PENDAHULUAN
saat eksaserbasi akut. Penatalaksanaan saat ini
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) meru pakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi PPOK di Asia berkisar 3,5 – 6,7 %, di Cina insiden kasus mencapai 38,160 juta jiwa, di Jepang sebanyak 5,014 juta jiwa dan di Indonesia diperkirakan
terbatas pada penggunaan antibiotik jangka pendek pada penderita dengan eksaserbasi akut PPOK atau pada peningkatan purulensi sputum atau ada tanda tanda pneumonia. Review Cohrane Database Syst menyimpulkan terapi antibiotika profilaksis jangka panjang pada PPOK stabil tidak direkomendasikan.
terdapat 4,8 juta penderita dengan prevalensi 5,6%.
Tetapi penelitian ini umumnya memasukan penelitian-
Angka ini akan bertambah dengan makin banyaknya
penelitian yang dilakukan lebih dari 30 tahun yang lalu,
jumlah perokok, karena 90% penderita PPOK adalah
saat ketersediaan antibiotik berbeda dari sekarang.
perokok atau mantan perokok.1
Selain itu mereka juga tidak membedakan antara
Pengenalan gejala-gejala klinis yang dialami
makrolid dengan antibiotik kelompok lainnya.15
penderita diperlukan untuk mencapai penatalak
Efektivitas terapi pemeliharaan makrolid ber
sanaan optimal PPOK stabil. Untuk tujuan ini
tujuan untuk mengurangi aktivitas penyakit, eksa
diperlukan suatu alat ukur sederhana dan mampu
serbasi dan penurunan fungsi paru. Penelitian secara
meningkatkan pemahaman antara dokter dan pen
random yang meliputi 608 penderita telah dipublikasi
derita mengenai dampak penyakit tersebut, sehingga penatalaksanaan lebih optimal. Penggunaan kuesioner COPD Assesment Test (CAT) membantu mengatasi permasalahan tersebut. CAT adalah kuesioner singkat dengan pertanyaan sederhana yang mudah dimengerti dan dijawab oleh penderita. Kuesioner ini membantu dalam mengidentifikasi dampak PPOK terhadap status kesehatan penderita sehari-hari.2 Beberapa peneliti menganjurkan penggunaan makrolid dalam penatalaksanaan PPOK stabil. Hal ini didasarkan pada proses yang terjadi pada perjalanan PPOK yaitu proses inflamasi kronik dan kolonisasi mikroorganisme. Penggunaan makrolid dalam waktu tertentu memberikan dampak pengurangan frekuensi eksaserbasi dan meningkatkan kualitas hidup pen derita PPOK. 3-6
kan mengenai peran pengobatan pemeliharaan makrolid pada penyakit kronik paru. Penelitian ini semuanya menggunakan azitromisin dengan dosis yang berbeda (250mg atau 500 mg/hari, 250 mg atau 500 mg/ 3 kali seminggu) dengan durasi rata rata 200 hari. Seluruh penelitian memperlihatkan peningkatan yang signifikan dalam fungsi paru volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dampak tambahan berupa penurunan frekuensi dan durasi eksaserbasi, perbaikan kondisi fisik dan penambahan berat badan.6 Sebuah instrumen yang sederhana, singkat dan tervalidasi diperlukan untuk membantu menilai pengaruh
PPOK
terhadap
status
kesehatan
dan memudahkan komunikasi antara penderita dengan dokter. Pada PPOK terjadi keterbatasan
Makrolid memiliki efek antibiotik dan anti
aliran udara yang irreversibel, progresif dan tujuan
inflamasi. Efek anti inflamasi telah digunakan secara
utama penatalaksanaan PPOK adalah untuk mem
luas dalam pengobatan pemeliharaan untuk beberapa
pertahankan status kesehatan pada kondisi optimal.
penyakit inflamasi paru kronik. Secara garis besar
Langkah penting dalam tatalaksana ini diperlukan
mekanisme kerja makrolid dibagi tiga yaitu:
informasi yang valid dan terpercaya dari penderita
a. Efek terhadap mikroorganisme patogen.
tentang pengaruh PPOK terhadap status kesehatan
b. Efek terhadap sel epitel saluran napas dan
mereka. Termasuk gejala harian, keterbatasan
7-14
komposisi mukus. c. Efek anti inflamasi. Kebanyakan penelitian dalam peran makrolid pada PPOK difokuskan pada terapi jangka pendek
J Respir Indo Vol. 35 No. 1 Januari 2015
aktivitas dan manifestasi lain dari penyakit ini.15 Penelitian ini bertujuan menilai efek pemberian azitromisin 250 mg per oral tiga kali seminggu selama 8 minggu terhadap penderita PPOK.
47
Hendri Nofa: Pengaruh Azitromisin pada COPD Assesment Test (CAT) untuk Pasien Rawat Jalan dengan PPOK Stabil
METODE Uji klinis dengan mengevaluasi efek obat sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian dilakukan di Poliklinik Paru RS. Dr. M. Djamil Padang dari bulan September 2013 sampai tercapai jumlah sampel. Subjek adalah penderita yang didiagnosis PPOK, berobat di Poliklinik Paru RS. Dr. M. Djamil dan bersedia ikut dalam penelitian. Seluruh penderita (25 orang) diikuti selama 8 minggu. Analisis statistik sesuai tujuan penelitian dan hipotesis. Uji t digunakan untuk membandingkan nilai CAT sebelum dan setelah perlakuan. Kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p<0,05. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir khusus kemudian diolah dengan program SPSS versi 20.0. for Windows. HASIL Telah dilakukan penelitian di Poli Paru RS Dr M Djamil Padang pada September 2013 sampai April 2014. Penelitian dilakukan terhadap 25 orang penderita PPOK stabil yang telah menyetujui informed concern. Pada tabel 1 terlihat kelompok umur ter banyak lebih dari 60 tahun, rerata umur 69,04±6,9 tahun. Semua sampel penelitian laki-laki. Derajat PPOK terbanyak adalah derajat berat (64%). Nilai CAT terbanyak adalah sedang (96%). Berdasarkan riwayat pengobatan PPOK sebelumnya terbanyak
ini bermakna terhadap varibel; saya tidak pernah batuk, tidak ada dahak sama sekali, tidak ada rasa berat di dada dengan nilai p berturut-turut 0,021, 0,013 dan 0,022. Tabel 1. Karakteristik penderita Jumlah
Persentase
Umur (tahun) 40-49 50-59 60-69 ≥ 70
Variabel
0 1 12 12
0 4 48 48
Jenis kelamin Laki-laki
25
100
Nilai CAT Rendah (< 10) Sedang (10-20) Tinggi (>20)
0 24 1
0 96 4
Derajat PPOK Ringan Sedang Berat Sangat berat
0 9 16 0
0 36 64 0
Riwayat pengobatan Sesuai Tidak sesuai
16 9
64 36
Tingkat pendidikan; SD SMP SMA PT
12 13 0 0
48 52 0 0
Tabel 2. Nilai rerata CAT sebelum dan sesudah pemberian azitromisin Nilai rerata CAT
Variabel
Nilai p
Sebelum Sesudah Nilai CAT total.
14,52
12,48
0,019
Nilai CAT per variabel
adalah riwayat pengobatan sesuai (64%). Tingkat
- Saya tidak pernah batuk.
1,56
1,08
0,021
pendidikan terbanyak SMP (52%).
- Tidak ada dahak sama sekali.
2,04
1,00
0,013
- Tidak ada rasa berat di dada.
1,56
1,32
0,022
- Ketika saya jalan mendaki/ naik tangga, saya tidak sesak.
2,68
2,64
0,110
- Aktivitas sehari-hari saya di rumah tidak terbatas.
2,32
2,32
N/A
- Saya tidak khawatir keluar rumah meskipun saya menderita penyakit paru.
1,44
1,44
N/A
- Saya dapat tidur dengan nyenyak.
1,28
1,28
N/A
- Saya sangat bertenaga.
1,4
1,4
N/A
Pada tabel 2 terlihat nilai rerata CAT semua penderita sebelum pemberian azitromisin adalah 14,52 dan nilai sesudah pemberian azitromisin adalah 12,48. Perbedaan nilai ini secara statistik bermakna (p = 0,019). Kemudian apabila dinilai setiap variabel nilai rerata CAT sebelum dan sesudah pemberian azitromisin adalah berturut-turut saya tidak pernah batuk 1,56 dan 1,08, tidak ada dahak sama sekali 2,04 dan 1,00, tidak ada rasa berat di dada 1,56 dan 1,32, ketika saya jalan mendaki/naik tangga, saya tidak sesak 2,68 dan 2,64. Setelah dianalisis dengan uji statistik paired t test perbedaan
48
Nilai p bermakna < 0,05 N/A; data tidak dapat diuji karena tidak terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah pemberian azitromisin.
J Respir Indo Vol. 35 No. 1 Januari 2015
Hendri Nofa: Pengaruh Azitromisin pada COPD Assesment Test (CAT) untuk Pasien Rawat Jalan dengan PPOK Stabil
Tabel 3. Perbedaan nilai rerata CAT sebelum dan sesudah pemberian azitromisin berdasarkan kelompok umur, derajat PPOK dan riwayat pengobatan PPOK No
Variabel
1.
kelompok umur (tahun); 60-69 > 70 Derajat PPOK; Sedang berat Riwayat pengobatan; sesuai tidak sesuai
2.
3.
N
Perubahan Nilai P rerata nilai CAT
12 12
2,25±1,357 1,17±1,697
0,098
9 16
2,67±1,871 1,31±1,302
0,441
16 9
0,56±1,032 3,56±1,210
berat (31-40) tidak ada. Hasil ini sesuai dengan yang didapatkan Jones dkk15 yaitu kategori sedang 60% dan kategori berat 16%. CAT pada penelitian ini berada pada kategori sedang dan berat. Pada kategori sedang PPOK mengganggu, penderita mengalami batuk berdahak, mengalami sesak napas hampir
0,014
Nilai p bermakna < 0,05
Selanjutnya kami menguji apakah ada per bedaan nilai CAT sebelum dan sesudah pemberian azitromisin berdasarkan kelompok umur, derajat PPOK dan riwayat pengobatan. Pada Tabel 3 di atas terlihat perubahan rerata nilai CAT berdasarkan kelompok umur dan derajat PPOK tidak terdapat perbedaan setelah dilakukan uji statistik independent t test, nilai p adalah 0,098 dan 0,441 masing-masingnya. Berdasarkan riwayat pengobatan PPOK setelah dianalisis dengan uji statistik independent t test, didapatkan nilai p=0,014. PEMBAHASAN Jumlah subjek penelitian 25 orang dengan rerata umur 69±04 tahun, umur termuda adalah 57 tahun dan umur tertua 83 tahun. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penderita PPOK banyak ditemukan pada umur tua. Semua penderita penelitian adalah laki-laki, hal ini sesuai dengan faktor risiko terjadinya PPOK yaitu jenis kelamin lakilaki dan umur lebih dari 40 tahun.1,16 Data penelitian berdasarkan derajat PPOK didapatkan hasil derajat sedang 9 orang (36%), derajat berat 24 orang (64%). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan derajat PPOK yang sering ditemukan adalah derajat sedang sampai berat.15 Pada penghitungan nilai kuesioner CAT, semua nilai pertanyaan nomor 1 sampai nomor 8 dijumlahkan. Jumlah nilai dibagi berdasarkan kategori (0-10) tidak ada, kategori sedang (11-20) 24 orang (96%), kategori J Respir Indo Vol. 35 No. 1 Januari 2015
berat (21-30) 1 orang (4%) dan kategori sangat
sepanjang hari dan bangun tidur dengan dada terasa berat, naik tangga dan melakukan pekerjaan rumah secara perlahan secara perlahan, membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak.2,15 Data penelitian setelah pemberian azitro misin selama delapan minggu didapatkan penurunan nilai total CAT dari 14,52 berkurang menjadi 12,48. Setelah uji statistik dilakukan terhadap perbedaan nilai ini didapatkan nilai p=0,019. Hal ini menunjukan pemberian azitromisin dapat mengurangi gejalagejala pada penderita PPOK. Proses inflamasi dan infeksi dihubungkan dengan perjalanan klinis PPOK. Peranan azitromisin yang mempunyai efek antibiotik dan anti inflamasi diperkirakan berkaitan dengan berkurangnya gejala-gejala PPOK.3-6 Data penelitian memperlihatkan efek azitro misin terhadap delapan variabel CAT. Didapatkan tiga variabel yang mengalami perubahan nilai yaitu saya tidak pernah batuk dari 1,56 menjadi 1,08, tidak ada dahak sama sekali dari 2,04 menjadi 1,00, tidak ada rasa berat di dada dari 1,56 menjadi 1,32. Setelah dilakukan uji statistik perubahan nilai ketiga variabel tersebut bermakna dengan nilai p 0,021, 0,013 dan 0,022 masing-masingnya. Sedangkan untuk variabel ketika saya jalan mendaki/naik tangga, saya tidak sesak, aktivitas seharihari saya di rumah tidak terbatas, saya tidak khawatir keluar rumah meskipun saya menderita penyakit paru, saya dapat tidur dengan nyenyak dan saya sangat ber tenaga tidak mengalami perubahan nilai yang bermakna. Data penelitian berdasarkan kelompok umur, derajat dan riwayat pengobatan PPOK sebelumnya, setelah dilakukan uji statistik independent t test perbedaan yang bermakna hanya didapatkan pada riwayat pengobatan PPOK. Perubahan nilai CAT berdasarkan kelompok umur dan derajat PPOK tidak terdapat perbadaan yang bermakna secara statistik. 49
Hendri Nofa: Pengaruh Azitromisin pada COPD Assesment Test (CAT) untuk Pasien Rawat Jalan dengan PPOK Stabil
Berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak ada
7. Altenburg J, Graff CS, Van der Werf TS, Boersna
lah SMP (52%), tidak ada subjek dengan pendidikan
WG. Immunomodulatory effect of macrolide
tinggi, hasil ini kemungkinan dapat mempengaruhi
antibiotic – part 1: Advantages and disadventages
kualitas jawaban kuesioner CAT pada penelitian ini.
of longterm, low-dose macrolide therapy. Res
KESIMPULAN
piration. 2011;81:75-87. 8. Idris SF, Chilvers ER, Haworth C. Azithromycin
menurunkan nilai CAT. Variabel kuesioner CAT yang
therapy for neutrophilic airways disease: myth or magic? Thorax. 2009;64:186-9.
dipengaruhi adalah saya tidak pernah batuk, tidak
9. Starner TD, Shrout JD, Parsek MR. Subinhibitory
ada dahak sama sekali, tidak ada rasa berat di dada.
concentrations of azithromycin decrease non
Perubahan nilai CAT bermakna pada kelompok
typeable Haemophilus influenzae biofilm formation
dengan riwayat pengobatan tidak sesuai pedoman
and diminish established biofilms. Antimicrob Agents Chemother. 2008; 52:137–45.
Pemberian azitromisin selama 8 minggu
penalaksanaan PPOK.
10. Skindersoe ME, Alhede M, Phipps R. Effects of
DAFTAR PUSTAKA
antibiotics on quorum sensing in Pseudomonas
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman
aeruginosa. Antimicrob Agents
praktis diagnosis dan penatalaksanaan PPOK di Indonesia. Revisi Juli 2010. 2. GlaxoSmithKline. Health care professional user guide. COPD assessment test. [Online]. 2012 [Cited 2012 May 10]. Available from: http://www. catestonline.org/UserGuides/CATHCPUser%20 guideEn.pdf. 3. Pamores X, Monton C, Espasa M, et al. Longterm azithromycin theraphy in patients with severe copd and repeated exacerbations. International Journal Of COPD. 2011;6:449-56. 4. Gan WQ, Man SF, Senthilselvan A, Sin DD. Association between chronic obstructive pul monary disease and systemic inflammation: A systematic review and a meta-analysis. Thorax. 2004;59:574–80. 5. Seemungal TA, Wilkinson TM, Hurst JR, Perera WR, Sapsford RJ, Wedzicha JA. Long-term erythromycin therapy is associated with decreased chronic obstructive pulmonary disease exacerbations. Am J Respir Crit Care Med. 2008;178:1139–47. 6. Albert RK, Bailey WC, Casaburi R. Chronic azithromycin decreases the frequency of chronic obstructive pulmonary disease exacerbations. Abstract A6416 presented at the American Thoracic Society Congress, May 13–18, 2011.
50
Chemother.
2008;52:3648–63. 11. Tsang KW, Ng P, Ho PL. Effects of erythromycin on
Pseudomonas aeruginosa
adherence to
collagen and morphology in vitro. Eur Respir J. 2003;21:401–6. 12. Kawamura-Sato K, Iinuma Y, Hasegawa T. Effect of subinhibitory concentrations of macrolides on expression of flagellin in
Pseudomonas
aeruginosa and Proteus mirabilis. Antimicrob Agents Chemother. 2000;44:2869–72. 13. Mizukane R, Hirakata Y, Kaku M. Comparative In vitro exoenzyme-suppressing activities of azithromycin and other macrolide antibiotics against Pseudomonas aeruginosa. Antimicrob Agents Chemother. 1994;38:528–33. 14. Bosnar M, Kel neric Z, Munic V. Cellular uptake and efflux of azithromycin, erythromycin, clarithromycin, telithromycin, and cethromycin. Antimicrob Agents Chemother. 2005;49:2372–7. 15. Jones P.W, Harding G, Berry P. Development and first validation of the COPD assessment test. Eur Respir J. 2009;34:648-54. 16. Global Initiative for Chronic Obstructive Ling Disease (GOLD). Global Strategies for the Diag nosis, Management and Prevention of Chronic Obtructive Pulmonary Disease. 2013.
J Respir Indo Vol. 35 No. 1 Januari 2015